• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Reproduksi 2.1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja - Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Bara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Reproduksi 2.1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja - Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Bara"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Reproduksi

2.1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja

Definisi kesehatan reproduksi seperti yang disepakati dalam International Coference on Population Development (ICPD) Kairo 1994 dan World Health

Organization (WHO) yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya (Depkes RI, 2005)

Merujuk dari pengertian diatas, kesehatan reproduksi dapat diartikan pula sebagai kemampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksinya dan mengatur kesuburanya dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa resiko apapun atau Well Mother dan Well born baby dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal (Manuaba, 2001)

(2)

informasi dan edukasi kesehatan reproduksi serta pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus serta pemberian dukungan kepada kegiatan remaja yang bersifat positif (Widyastuti, 2009).

Dari definisi kesehatan reproduksi tersebut, Notoatmodjo (2007) menyatakan terdapat 4 (empat) faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi, Yakni : 1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi, yang berhubungan dengan kemiskinan,

tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual dan proses reproduksinya, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil 2. Faktor budaya dan lingkungan yaitu praktik tradisional yang berdampak buruk

terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rezeki, dan informasi yang membinggungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan proses reproduksi

3. Faktor psikologis, hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga memberikan beban dalam kehidupan remaja, depresi akibat ketidak seimbangan hormonal, wanita dianggap tidak berharga di mata pria.

4. Faktor biologis, seperti cacat bawaan sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi. 5. Akses informasi yang tidak ada merupakan faktor tersendiri yang memengaruhi

kesehatan reproduksi. 1. Remaja

(3)

berlangsung antara umur 12 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 tahun bagi pria.

Perkembangan lebih lanjut, istilah adolecence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional dan fisik sosial (Hurlock, 1991).

World Health Organization (WHO, 1974) dalam Maryanti (2009) mendifinisikan remaja adalah individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sampai mengalami kematangan seksualnya, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa serta terjadinya peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. WHO (2004), membuat batasan usia remaja kedalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Sedangkan di Indonesia sendiri batasan usia remaja adalah 11-24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan usia 11 tahun mulai tampak tanda-tanda seksual sekunder, dianggap sudah aqil baligh, sempurnanya tanda-tanda perkembangan jiwa seperti identitas diri, perkembangan psikoseksual, tercapainya perkembanagan kognitif serta moral (Sarwono,2011).

2. Tahapan Tumbuh Kembang Remaja berdasarkan Kematangan Psikososial dan Seksual

(4)

1. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)

a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya b. Tampak dan merasa ingin bebas

c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (abstrak)

2. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun) a. Mencari identitas diri

b. Tertarik pada lawan jenis

c. Timbul perasaan cinta yang mendalam

d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual 3. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)

a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya d. Dapat mewujudkan perasaan cinta

e. Memiliki kemampuan berpikir khayal 3. Tugas Perkembangan Masa Remaja

(5)

satu periode tertentu dalam kehidupan individu dan apabila berhasil akan membawa kebahagiaan pada fase-fase berikutnya.

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991) yang di kutip Ali dan Asrori, 2011 adalah :

1. Mampu menerima keadaan fisiknya

2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis 4. Mencapai kemandirian emosional

5. Mencapai kemandirian ekonomi

6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat

7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua

8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa

9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

10.Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga Menurut Pratiwi (2005) dalam Widyastuti (2009), tugas yang harus dipenuhi remaja sehubungan dengan perkembangan seksual remaja adalah :

a. Memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis kelamin yang dapat diterima masyarakat.

b. Mengembangkan sikap yang benar tentang seks.

(6)

d. Menetapkan nilai-nilai yang harus diperjuangkan dalam memilih pasangan hidup. 2.1.2 Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja

Untuk menanggulanggi masalah pada remaja maka pemerintah membuat kebijakan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja. Adapun Kebijakan Departemen Kesehatan RI dalam kesehatan reproduksi remaja seperti di kutip Widyastuti dan Rahmawati (2009) adalah sebagai berikut :

1. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja meliputi remaja awal, remaja tengah dan remaja akhir

2. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan terpadu antara lintas program dan lintas sektoral

3. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan melalui jaringan pelayanan upaya kesehatan dasar dan rujukan

4. Pembinaan kesehatan reproduksi dapat dilakukan pada 4 daerah tangkapan , yaitu rumah, sekolah, masyarakat dan pelayanan kesehatan. Peningkatan peran serta orang tua, unsur potensial di keluarga serta remaja sendiri.

Menurut BkkbN (2000) dalam Widyastuti dan Rahmawati (2009) untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak reproduksi, maka kebijakan teknis operasional yang dilakukan di Indonesia adalah :

1. Promosi hak-hak reproduksi

(7)

2. Advokasi hak-hak reproduksi

Advokasi dimaksudkan agar mendapatkan dukungan komitmen dari para tokoh politik, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM dan swasta. Dukungan swasta dan LSM sangat dibutuhkan karena ruang gerak pemerintah lebih terbatas.

3. Konseling Informasi Edukasi (KIE)

Dengan KIE diharapkan masyarakat semakin mengerti hak-hak reproduksi sehingga dapat bersama-sama mewujudkan kesehatan keluarga

4. Sistem pelayanan hak-hak reproduksi

2.1.3 Upaya Penanggulanggan Masalah Kesehatan Reproduksi

Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku hidup sehat disamping juga untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan pengetahuan yang memadai maka remaja akan menjalani masa remajanya dengan sehat, untuk itu remaja perlu di bekali dengan pengetahuan yang terkait dengan kesehatan reproduksi. 1. Seksualitas

Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut sikap dan perilaku seksual maupun orientasi seksual. Seks berarti jenis kelamin, segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin disebut seksualitas (Muazd, 2009).

(8)

Batasan umur ini tidak mutlak tergantung beberapa faktor antara lain gizi, kesehatan, lingkungan dan keluarga (Muadz, 2011)

A. Organ Reproduksi Perempuan Organ reproduksi perempuan terdiri dari :

1. Ovarium (indung telur) yang terdapat di sebelah kiri dan kanan rahim di ujung saluran fimbrae (umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul. Indung telur berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum) setiap sebulan sekali dan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron.

2. Tuba Falopi (saluran telur) yaitu saluran di kiri dan kanan rahim tempat keluarnya sel telur setelah ovulasi dan tempat pembuahan (konsepsi)

3. Fimbrae adalah ujung dari tuba falopi seperti jari-jari tangan yang berfungsi menangkap ovum yang dikeluarkan indung telur.

4. Uterus (rahim) berbentuk seperti buah alpokat gepeng dan berat normalnya antara 30-50 gram dan berukuran sebesar telur ayam kampung.

5. Cervix uteri (leher rahim) yaitu bagian bawah rahim dan mempunyai saluran yang berfungsi sebagai tempat untuk keluarnya darah menstruasi dan akan terbuka pada saat persalinan sebagai jalan keluarnya janin.

(9)

B. Organ Reproduksi Laki-laki 1. Penis

Berfungsi sebagai alat senggama dan berfungsi sebagi saluran untuk pembuangan sperma.

2. Glans

Bagian depan atau kepala penis yang banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf.

3. Uretra (saluran kencing)

Yaitu saluran yang terdapat dalam penis yang berfungsi untuk mengeluarkan air seni dan air mani.

4. Vas deferens (saluran sperma)

Adalah saluran yang menyalurkan sperma dari testis menuju ke prostat. Panjangnya ± 4,5 cm dengan diameter ± 2,5 cm

5. Epidedemis

Adalah saluran-saluran yang lebih besar dari vas deferens. Bentuknya berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi. Sperma yang dihasilkan oleh testis akan berkumpul di epidedemis.

6. Testis (pelir)

(10)

7. Srotum (kantung pelir)

Adalah kantung kulit yang melindungi testis berwarna gelap dan berlipat-lipat, sebagai tempat bergantungnya testis

8. Kelenjar prostat

Terletak dibawah kandung kemih, seperti buah kenari. 9. Vesikula seminalis

Yaitu kelenjar yang berupa kantung berbentuk seperti huruf S berkelok-kelok yang berfungsi menghasilkan sekaligus menampung air mani.

C. Risiko Hubungan Seks Pranikah

1. Kehamilan Tak Diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang terjadi dikarenakan suatu sebab sehingga keberadaannya tidak di inginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut. Kusmiran (2011) membagi beberapa risiko yang bisa timbul akibat kehamilan yang tidak diinginkan yaitu

a) Risiko medis (aborsi tidak aman menyebabkan kematian dan infeksi) serta gangguan kehamilan,

b) Psikologis (rasa bersalah, depresi, marah dan agresi dan lain-lain)

(11)

2. Aborsi

Adalah pengakhiran kehamilan sebelum berumur 20 minggu atau berat janin kurang 500 gram. Pengakhiran kehamilan sering dilakukan secara tidak aman yang berdampak negatif secara fisik, psikis, sosial dan ekonomi.

3. Infeksi menular seksual

Adalah infeksi yang penularannya terutama melalui hubungan sek. Kemungkinan penularan lebih besar bila dilakukan dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Contoh IMS adalah

gonorre/GO (kencing nanah), sifilis (raja singa), Herpes genitalis, Trikomonas Vaginalis, hepatitis B, HIV dan AIDS.

2. HIV dan AIDS

HIV adalah singkatan dari Human Imunodeficiensi Virus yaitu sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan Acquired Immune Deficiency Syndrom, yaitu kumpulan gejala penyakit yang di dapat akibat turunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.

1. Hal-hal yang perlu diketahui tentang HIV/AIDS adalah

1) Virus HIV ada dalam semua cairan tubuh, tetapi yang bisa menjadi media penularannya adalah darah, air mani dan cairan vagina.

(12)

3) Wanita lima kali lebih mudah tertular HIV/AIDS daripada laki-laki karena alat kelamin wanita lebih luas permukaannya sehingga mudah terpapar oleh cairan mani.

4) Kekerasan seksual atau hubungan seksual dengan gadis remaja lebih memudahkan terjadinya penularan.

5) HIV dan AIDS tidak menular melalui : 1. Kontak tangan dan sentuhan

2. Pemakaian kamar mandi yang sama 3. Berciuman

4. Berenang bersama 5. Keringat

6. Batuk atau bersin

7. Makan dan minum bersama 8. Gigitan nyamuk

2. Fase-fase HIV dan AIDS

Fase I : Masa Jendela (window period),

Pada awal terinfeksi ciri-cirinya belum dapat dilihat meskipun melakukan tes darah karena fase ini sistem antibodi belum terbentuk, tetapi sudah dapat menularkan kepada orang lain. Masa ini di sebut dengan window period,

(13)

Fase II :

Umur infeksi 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Sudah positif HIV tetapi belum menampakan gejala sakit, dapat menularkan orang lain. Kemungkinan mengalami gejala ringan seperti flu (biasanya 2-3 hari).

Fase III :

Mulai muncul gejala awal penyakit, belum disebut sebagai gejala AIDS tetapi sistem kekebalan tubuh mulai berkurang. Gejala yang berkaitan dengan HIV antara lain keringat berlebihan pada waktu malam, diare terus-menerus, pembengkakan kelenjer getah bening, flu tidak sembuh-sembuh, napsu makan berkurang dan lemah disertai berat badan terus berkurang.

Fase IV :

Masuk tahap AIDS tetapi baru dapat terdiagnosis setelah kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T (dibawah 2.001 mikro liter). Timbul penyakit tertentu dengan infeksi oportunitik yaitu : kanker khususnya kanker kulit yang disebut sarcoma kaposi, TBC, diare, sariawan, sakit kepala sampai kekacaun mental.

3. Pencegahan Penularan HIV/AIDS

A : Abstinence : Memilih tidak melakukan hubungan seks B : Befaithful : Saling setia dengan pasangannya

C : Condom : Mengunakan kondom secara konsisten dan benar D : Drug : Tolak pengunaan NAPZA

(14)

2.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Manuaba et al, 2009). Sebagai tindak lanjut dari komitmen Indonesia dalam forum ICPD, Kairo, 1994, telah diselenggarakan Lokakarya Nasional Kesehatan Reproduksi pada bulan Mei 1996 di Jakarta telah disepakati beberapa hal mengenai ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi : a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir

b. Keluarga Berencana

c. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi (ISR), termasuk PMS, HIV dan AIDS

d. Pencegahan dan Penanggulangan komplikasi abortus e. Kesehatan reproduksi remaja

f. Pencegahan dan penangganan infertilitas

g. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis, dementia dan lain-lain

(15)

reproduksi essensial yaitu : 1) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir, 2) Keluarga Berencana, 3) Kesehatan reproduksi remaja, 4) Pencegahan dan penangganan infeksi saluran reproduksi, termasuk HIV dan AIDS. Sedangkan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif di tambah dengan kesehatan reproduksi lanjut usia.

Menurut Widyastuti dan Rahmawati (2009), hak-hak kesehatan reproduksi meliputi :

1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi 2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi 3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi 4. Hak untuk dilindungi dari kematian oleh karena kehamilan 5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak

6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya 7. Hak untuk terbebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk

perlindungan dari perkosaan, kekarasan, penyiksaan dan pelecehan seksual 8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

kesehatan reproduksi

9. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksi 10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga

11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi

(16)

2.3Pengetahuan (Knowledge) 2.3.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang di hadapinya. Pengetahuan tersebut dapat di peroleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain.

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan, merupakan hasil dari tahu dan itu terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telingga. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu yang merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia. 2.3.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

(17)

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni ; (1) Awareness (kesadaran), orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu, (2) Interest (tertarik) orang sudah mulai tertarik kepada stimulus, (3) Evaluation, menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi, (4) Trial (coba-coba), orang telah mulai mencoba berperilaku baru, (5)

Adoption (mengambil), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, sikap terhadap stimulus.

Benjamin Blum (1956) Dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli pendidikan, membuat klasifikasi (Toxonomy) pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai untuk merangsang proses berfikir manusia. Pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

1. Tahu (know), diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan menginggat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

(18)

3. Aplikasi (application), diartikan sebagi kemampuan untuk mengunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponem-komponem tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas dan menyesuaikan.

6. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasari pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan sendiri atau mengunakan kriteria yang telah ada

2.3.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

(19)

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

2. Mass Media/Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (Immediate Impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan

3. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan atau tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

(20)

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai suatu sumber bagi pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

6. Umur

Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.

2.4Sikap (Atittude) 2.4.1 Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap sesuatu stimulus atau objek. Sikap merupakan salah satu aspek psikologis individu yang sangat penting, karena sikap merupakan kecendrungan untuk berperilaku sehingga akan banyak mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2002)

(21)

Asrori (2011) mendifinisikan sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berkowizt (1972) dalam Asrori (2011) menyatakan sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manisfestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Newcomb (1959) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup atau tingkah laku yang terbuka, jadi sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek, atau dapat diuraikan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Proses terbentuknya Sikap dan Reaksi Stimulus

Rangsangan Proses Stimulus

Reaksi Tingkah laku

(Terbuka)

(22)

2.4.2 Komponem Pokok Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3. Kecenderungan untuk bertindak (Tend of behave)

Ketiga komponem ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude), dimana pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap merupakan salah satu aspek psikologis individu yang sangat penting karena sikap merupakan kecendrungan untuk berperilaku sehingga sikap akan banyak mewarnai perilaku seseorang (Ali dan Asrori, 2011)

Dalam konteks sikap ini, Covey (1989) dalam Azwar (2012) menyatakan ada tiga teori determinan yang diterima secara luas, baik sendiri-sendiri maupun kombinasi, untuk menjelaskan sikap manusia, yaitu :

a. Determinan genetis (Genetic determininism), berpandangan bahwa sikap individu diturunkan oleh sikap kakek neneknya melalui DNA.

b. Determinan Psikis (Psychic determinism), berpandangan bahwa sikap individu merupakan hasil dari perlakuan, pola asuh atau pendidikan orang tua yang diberikan kepada anaknya.

(23)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior),

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : 1) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (Subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek), 2) Merespon (responding), memberi jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi, 3) Menghargai (valuing),

mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah serta 4) Bertanggung jawab (responsible), merupakan sikap yang paling tinggi, karena segala sesuatu yang telah dipilihnya harus dipertanggung jawabkan walaupun orang lain mencemoohkan.

2.4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap Manusia

Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial.

Menurut Azwar (2012), ada beberapa faktor yang memengaruhi sikap manusia yaitu :

1. Pengalaman Pribadi

(24)

yang mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional, karena penghayatan terhadap pengalaman akan lebih mendalam dan lebih berbekas.

2. Pengaruh Orang Lain yang dianggap Penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu komponen sosial yang ikut memengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan pendapat kita. Seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita

(Significant Other), akan banyak memengaruhi penbentukan sikap kita seperti orang tua, teman dekat, sahabat, guru, teman kerja, istri atau suami.

3. Pengaruh Kebudayaan

(25)

4. Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, suratkabar, majalah dan lain lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

6. Pengaruh Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan peryataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi dan pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego

(26)

putusan maupun gagasan klien menurut arah yang diinginkan oleh lembaga perubahan (Nasution, 2007).

Agen perubahan dapat kita temukan dalam kehidupan kita baik bidang pembangunan, pendidikan maupun kesehatan seperti penyuluh kesehatan. Dalam konteks sosial termasuk bidang kesehatan agen perubahan berfungsi sebagai mata rantai komunukasi antara dua atau lebih suatu sistem sosial.

Menurut Rogers (1995) yang dikutip Dilla (2007), ada tujuh langkah kegiatan agen perubahan yaitu :

1. Membangkitkan Kebutuhan untuk Berubah

Agen perubahan memulai dengan mengemukan berbagai permasalahan yang ada, membantu menemukan masalah yang penting dan mendesak.

2. Memantapkan Hubungan Pertukaran Informasi

Agen pembaharu dapat meningkatkan hubungan yang lebih akrab dengan klien dengan cara menumbuhkan kepercayaan klien serta menunjukan sikap empati pada masalah dan kebutuhan klien.

3. Mendiagnosa Masalah yang Dihadapi

Agen pembaharu melihat masalah dari kacamata klien, berdasarkan situasi dan psikologi klien bukan berdasarkan pandangan pribadi agen pembaharu

(27)

5. Mewujudkan Kemauan dalam Perbuatan

Agen pembaharu berusaha untuk mempengaruhi tingkah laku klien dengan persetujuan dan berdasarkan kebutuhan klien jadi jangan memaksa

6. Menjaga kestabilan penerima inovasi dan mencegah tidak berlanjutanya inovasi. Perubahan tingkah laku yang sudah sesuai dengan gagasan jangan sampai berubah kembali

7. Mengakhiri hubungan ketergantungan. Agen pembaharu harus berusaha mengubah posisi kien dari ikatan percaya kepada kemampuan agen perubahan kepada menjadi bebas dan percaya kepada kemampuan sendiri.

2.5 Landasan Teori

(28)

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi seseorang juga menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan, 4) Lingkungan yaitu segala sesuatu yang berada di sekitar individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan biologis dan sosial, 5) Pengalaman cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu dan 7) Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

(29)

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan atau saling ketergantungan antara variabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti (Sekaran 2006 dalam Hidayat, 2012). Mengacu pada landasan teoritis yang telah dikemukan di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan dan sikap tentang Kesehatan

Reproduksi Sekolah :

1. MAN Meulaboh-1 2. SMAN-2 Meulaboh

Variabel Perancu - Umur

- Jenis kelamin - Kelas

Gambar

Gambar 2.1 Proses terbentuknya Sikap dan Reaksi
Gambar  2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pengetahuan akan menumbuhkan suatu sikap, baik sikap positif maupun negatif dalam diri seseorang, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan

Analisis data dengan menggunakan uji korelasi Pearson, terdapat korelasi antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi terhadap sikap menghadapi sindrom

Hasil Hasil penelitian ini diperoleh harga koefisien hubungan Chi Square antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap pernikahan dini pada remaja di SMAN 1

Hasil tabulasi silang tingkat pengetahuan baik kurang tentang kesehatan reproduksi dengan sikap remaja terhadap perilaku seks bebas di SMA N 1 Sewon Bantul

Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan dan sikap seksual remaja pada kelompok eksperimen antara pretest dan postest ada perubahan yang cukup besar dibandingkan

Menurut Jalaluddin (2001, hlm. 7), pendidikan Islam yaitu usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat menjadi pengabdi Allah yang

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi remaja terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang

Hasil penelitian ini terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap remaja yang bermakna pada kedua kelompok, tetapi peningkatan video lebih tinggi dari leaflet.