• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SABUNGAN NIHUTA I KECAMATAN SIPAHUTAR. Kecamatan Sipahutar merupakan salah satu dari 15 kecamatan yang ada di Kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM DESA SABUNGAN NIHUTA I KECAMATAN SIPAHUTAR. Kecamatan Sipahutar merupakan salah satu dari 15 kecamatan yang ada di Kabupaten"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA SABUNGAN NIHUTA I KECAMATAN SIPAHUTAR

2.1 Kondisi Geografis.

Kecamatan Sipahutar merupakan salah satu dari 15 kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara.3 Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan salah satu dari 23 desa yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Sipahutar.4 Desa Sabungan Nihuta 1 berada jauh di pedalaman Kabupaten Tapanuli Utara yaitu sekitar 23 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara (Tarutung). Jarak dari Desa Sabungan Nihuta 1 ke pusat kecamatan yakni Sipahutar yaitu sekitar 1 km, sedangkan ke pusat provinsi Sumatera Utara (Medan) yaitu sekitar 315 km.5

3

Kabupaten Tapanuli Utara memiliki 15 kecamatan yaitu; Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Garoga, Kecamatan Muara, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Pahae jae, Kecamatan Pahae julu, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Purba Tua, Kecamatan Siatas Barita, Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Simangunban, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, kecamatan Sipoholon dan Kecamatan Tarutung

4 Kecamatan Sipahutar memiliki 23 desa yaitu; Desa Aek nauli I , Desa Aek nauli II, Desa Aek nauli III,

Desa Aek nauli IV, Desa Onan Runggu I, Desa Onan Runggu II, Desa Onan Runggu III, Desa Onan Runggu IV, Desa Sabungan Nihuta I, Desa Sabungan Nihuta II, Desa Sabungan Nihuta III, Desa Sabungan Nihuta IV, Desa Siabal Abal I, Desa Siabal Abal II, Desa Siabal Abal III, Desa Siabal Abal IV, Desa Sipahutar I, Desa Sipahutar II, Desa Sipahutar II, Desa Sipahutar III, Desa Sipahutar IV, Desa Tapian Nauli I, Desa Tapian Nauli II, Desa Tapian Nauli II

5 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2000.

Pada masa penelitian ini berlangsung telah ada sarana transportasi yang menghubungkan Desa Sabungan Nihuta 1 dengan beberapa daerah seperti angkutan pedesaan

(2)

8 yakni Muara Nauli, Moria, sepeda motor serta kendaraan pribadi. Angkutan pedesaan ini menghubungkan Desa Sabungan Nihuta 1 dengan Sipahutar dan Tarutung. Angkutan umum di Desa Sabungan Nihuta 1 sangat terbatas sehingga ruang gerak keluar daerah bagi masyarakat sangatlah sempit. Hal ini menyebabkan perkembangan daerah ini sedikit terganggu. Terbatasnya sarana transportasi ini seringkali menyebabkan untuk melakukan akses ke daerah lain baik itu untuk keperluan menjual hasil bumi, memperoleh kebutuhan sehari-hari maupun untuk bersekolah, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 harus berjalan kaki. Jadi tidak mengherankan apabila ditemukan seseorang yang berjalan di jalan raya dengan memikul barang menuju ke tempat tujuannya.

Desa Sabungan Nihuta 1 memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: • Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Sabungan Nihuta II. • Sebelah Selatan : berbatasan dengan Sipahutar I.

• Sebelah Barat : berbatasan dengan Sipahutar II.

• Sebelah Timur : berbatasan dengan Onan Runggu III, dan Onan Runggu IV. Secara geografis Desa Sabungan Nihuta 1 berada pada 98° BT- 99° BS dan 20° LU - 41° LS. Desa Sabungan Nihuta 1 ini berada pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut dengan luas wilayah 1,9 km2 atau sekitar 1,50 % dari luas Kecamatan Sipahutar.

Suhu udara di Desa Sabungan Nihuta 1 yaitu 18° - 24°C. Desa Sabungan Nihuta 1 ini termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki tiga musim yaitu musim hujan, musim kemarau dan musim pancaroba. Waktu berlangsungnya ketiga musim ini tidak dapat diprediksi lagi karena setiap tahunnya terjadi perubahan.

(3)

9

2.2 Keadaan Penduduk.

Pertambahan jumlah penduduk Desa Sabungan Nihuta 1 disebabkan karena angka kelahiran yang lebih tinggi dari pada angka kematian. Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan desa kecil yang penduduknya cukup banyak. Berdasarkan data dari Kepala Desa Sabungan Nihuta 1 pada tahun 1980 kepala keluarga (KK) di desa ini berjumlah 66 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 283 jiwa.6

No

Tabel 1

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 148

2. Perempuan 135

Jumlah 283

Sumber: Arsip Pemerintahan Desa Sabungan Nihuta 1 tahun 1980

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yang lebih banyak adalah yang berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah 143 jiwa dan perempuan 135 jiwa. Jumlah tersebut adalah gabungan dari balita, remaja, dan dewasa yang termasuk sebagai penduduk Desa Sabungan Nihuta 1.

(4)

10 Dari total jumlah penduduk tersebut terdapat beragam etnik dan sub-etnik antara lain: etnik Batak yang terdiri dari Batak Toba, Batak Karo, dan etnik Jawa. Desa Sabungan Nihuta 1 tidak banyak berbaur dengan etnik-etnik lain di luar etnik asli yaitu etnik Toba. Mayoritas masyarakatnya berasal dari sub-etnik Toba dan pada umumnya masih memiliki ikatan kekerabatan yang sangat erat. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 ini pada dasarnya masih berasal dari satu nenek moyang yaitu keturunan marga Sipahutar.7

No

Untuk melihat persentase dari masing-masing etnik yang mendiami Desa Sabungan Nihuta 1 dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 2

Komposisi Penduduk Menurut Etnik

Etnik Jumlah Persentase (%)

1 Toba 354 97%

2 Nias 23 2,8%

3 Jawa 3 0,2%

Jumlah 400 100%

Sumber: Arsip Pemerintahan Desa Sabungan Nihuta 1 Tahun 2000.

Dari tabel diatas jelas terlihat bahwa sub-etnik Toba merupakan etnik mayoritas yang mendiami Desa Sabungan Nihuta 1. Etnik Toba merupakan etnik asli di desa ini. Etnik pendatang seperti Batak Karo dan Jawa yang ada di Desa Sabungan Nihuta 1 sangatlah sedikit. Meskipun etnik Toba mayoritas di Desa Sabungan Nihuta1 , masyarakat tidak pernah

7 Marga Sipahutar merupakan salah satu sub-marga yang ada pada rnasyarakat Desa Sabungan Nihuta

(5)

11 membeda-bedakan status sosialnya.

Sesuai dengan keadaan alamnya yang subur dan banyaknya lahan kosong, sebagian besar masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 adalah masyarakat yang kehidupannya bertumpu pada pertanian. Oleh karena itu tidak mengherankan jika penduduk Desa Sabungan Nihuta 1 mayoritas hidup sebagai petani. Di samping pertanian, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 juga memiliki mata pencaharian yang lain seperti pedagang, pegawai, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

I Petani 98 93,2%

2 Jasa Pemerintahan (PNS) 34 3,2%

3 Berdagang 58 3,6%

Jumlah 290 100%

Sumber : Arsip Pemerintahan Desa Sabungan Nihuta 1 Tahun 2000.

Dengan memperhatikan Tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk desa ini mayoritas bermatapencaharian sebagai bertani dengan jumlah persentasenya sebanyak 93,2% adapun petani yang termasuk ke dalam 93,2% ini adalah bukan petani nanas saja tetapi petani-petani tanaman muda juga seperti sayur-sayuran, kacang-kacangan, padi, jagung, kopi

(6)

12 dan lain-lain. Mata pencaharian lainnya seperti bidang jasa pemerintahan (PNS) 3,2% dan berdagang hanya 3,6% saja. Banyaknya masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang bergelut di dalam bidang pertanian tidak terlepas dari kondisi wilayahnya yang penuh dengan lahan-lahan kosong dan subur sehingga sanagat memungkinkan untuk dijadikan sebagai lahan-lahan pertanian.

Sebelum tahun 1980 kondisi pertanian di Desa Sabungan Nihuta 1 ini masih jauh dari harapan, karena sistem pertanian yang ada di Desa Sabungan Nihuta 1 pada masa itu adalah sistem pertanian tradisional. Sistem pertanian tradisional yang dimaksud adalah peralatan-peralatan yang digunakan oleh masyarakat belum modern atau berupa mesin. Adapun peralatan-peralatan yang digunakan seperti cangkul, sabit, beko, parang, dan lain-lain. Sistem tanaman yang ditanam oleh masyarakat adalah sistem tanaman muda. Adapun tanaman-tanaman yang dimaksud adalah seperti sayur-sayuran, padi, kacang-kacangan, jagung. Sistem pertanian di Desa Sabungan Nihuta 1 ini sulit untuk berkembang karena Desa Sabungan Nihuta 1 ini jauh dari pusat pemerintahan dan pusat pasar. Jalur transportasi juga tidak memungkinkan karena transportasi yang sampai ke desa ini sangat minim. Hal ini menyebabkan masyarakat desa ini cukup kesulitan untuk melakukan transaksi baik dalam penjualan hasil pertanian maupun pembelian barang untuk kebutuhan rumah tangga mereka.

Sampai tahun 1980 masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 masih melakukan sistem pertanian yang sebelumnya yaitu sistem tanaman muda, hingga akhirnya pada tahun 1980 salah seorang masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang bermarga Sipahutar mencoba untuk menanam tanaman holtikultura (tanaman keras) yaitu menanam nanas dengan maksud untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan mengubah nasib perekonomian rumah tangganya. Bibit yang diperoleh pertama sekali dari salah seorang warga dari Kecamatan

(7)

13 Pangaribuan. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 menganut beragam agama. Ada beberapa agama yang dianut oleh masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1, yaitu agama Kristen Protestan, Katolik, dan Islam.

Adapun persentase masyarakat yang menganut agama tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4

Komposisi Penduduk Menurut Agama

No Agama Jumlah Persentase (%)

1 Kristen Protestan 354 88%

2 Katolik 23 8,4%

3 Islam 3 3.6%

Jumlah 400 100%

Sumber: Arsip Pemerintah Desa Sabungan Nihuta 1 tahun 2000.

Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa mayoritas masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 menganut agama Kristen Protestan, yaitu sekitar 88%. Agama Katolik sekitar 8,4% dan agama Islam sekitar 3,6%. Dari penduduk Desa Sabungan Nihuta 1 yang menganut agama Kristen Protestan adalah bukan.masyarakat etnik Toba saja atapun etnik Karo, bahkan etnik Jawa juga ada yang memeluk agama Kristen Protestan. Begitu juga dengan penduduk Desa Sabungan Nihuta 1 yang beragama Islam bukan etnik Jawa saja bahkan etnik Toba juga ada yang menganut agama tersebut.

(8)

14 mengecap pendidikan. Hal ini tidak terlepas dari tidak adanya sarana pendidikan seperti gedung sekolah di daerah tersebut. Untuk menempuh pendidikan seorang anak harus bersekolah di desa tetangga seperti ke Desa Sipahutar 1. Sekolah Dasar Inpres di Desa Sabungan Nihuta 1 baru dibangun pada tahun 1985 sehingga masyarakat dapat memperoleh pendidikan. 8

No

Pada tahun 1995 tingkat pendidikan di Desa Sabungan Nihuta 1 juga beragam mulai dari yang tidak sekolah, tidak tamat Sekolah Dasar, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Diploma 3 (D3), dan Sarjana (S1). Adapun persentase dari tingkat pendidikan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 ini tertera di dalam tabel di bawah ini.

Tabel 5

Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak Sekolah 37 2 Tidak Tamat SD 46 3 SD 130 4 SMP 50 5 SMA 40 6 Dip. III 10 7 S-1 5 Jumlah 318

8 Wawancara dengan Jamuara Sipahutar di Desa Sabungan Nihuta 1 Kecamatan Sipahutar, pada tanggal

(9)

15 Sumber : Arsip Pemerintah Desa Sabungan Nihuta 1 tahun 1990.

Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat pendidikan mayoritas masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 adalah Sekolah Dasar (SD), sementara itu untuk S-1 hanya lima orang. Tingkat pendidikan yang tidak sekolah ini adalah gabungan dari masyarakat yang buta huruf dan balita. Untuk masyarakat yang tamatan S-2 dan S-3 di Desa Sabungan Nihuta 1 sampai pada tahun 1995 belum ada.

2.3 Latar Belakang Historis

Desa Sabungan Nihuta 1 memiliki latar belakang historis atau sejarah. Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Sipahutar Kabupaten Toba Samosir.

Dahulu Sipahutar adalah salah satu marga yang ada pada suku Batak. Marga Sipahutar berasal dari Kabupaten Tapanuli Utara di Sumatera Utara. Semua marga mempunyai cerita, silsilah dan sejarah masing-masing. Demikian juga halnya dengan marga Sipahutar mempunyai sejarah tersendiri. Sipahutar mempunyai nenek moyang yang bernama

Mata Sopiak Langit. Mata Sopiak Langit adalah Raja Marga Sipahutar atau keturunan

pertama yang membawa marga Sipahutar sampai saat ini. Menurut sejarah dari para sesepuh Sipahutar terdahulu, Raja Sipahutar mempunyai satu buah mata yang terletak di tengah-tengah kening.

Sejak kecil, Mata Sopiak Langit sudah belajar hal-hal tentang perdukunan. Dengan kesaktiannya, beliau sangat dikenal dan sangat ditakuti oleh orang banyak.. Karena pengaruh kekuatannya ini juga Mata Sopiak Langit berkenalan dengan putri tulangnya (Pariban) yang

(10)

16 bernama Giring Panaitan Boru Hasibuan. Adapun tulangnya bernama Hasibuan Daturara dari kampung Janji Matogu Porsea. Putri tulangnya ini yang dikemudian hari dipinang menjadi istrinya.

Konon tanah kelahiran Si Raja Sipahutar berasal dari suatu kampung di pinggiran Danau Toba, di sekitar kota Porsea. Ayah dari Raja Sipahutar bernama Datu Dalu dan mempunyai beberapa orang saudara yang berasal dari satu Bapak (Datu Dalu).

Adapun nama saudara-saudara Raja Sipahutar adalah sebagai berikut :

1. Pasaribu (Habeahan, Bondar, Gorat) 2. Batubara 3. Sipahutar 4. Matondang 5. Tarihoran 6. Harahap 7. Gurning 8. Saruksuk 9. Parapat 10. Tanjung

Raja Sipahutar mempunyai 3 orang anak dari Boru Hasibuan, yaitu :

(11)

17 Hutabalian tidak mempunyai keturunan. Menurut cerita, Hutabalian dihukum oleh bapaknya (Raja Sipahutar). Ia ditiup oleh bapaknya sampai ke Bukit Simanuk-manuk. Ini semua dikarenakan sikap Hutabalian yang tidak terpuji.

2. Namora Sohataon (Tengah)

Namora Sohataon adalah anak kedua dari Raja Sipahutar dan inilah yang meneruskan marga Sipahutar sampai saat ini.

3.Daulay (Bungsu)

Daulay adalah anak ketiga dari Raja Sipahutar dan pergi merantau ke daerah Tapanuli Selatan (Mandailing).

Setelah Sopiak Langit menghukum anak sulungnya (Hutabalian), Sopiak Langit sering merenung dan menyesali perbuatannya. Hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan Sopiak Langit pergi jauh dari kampungnya untuk melupakan kejadian menyedihkan tersebut. Ketika dia pergi dari kampungnya, dia meninggalkan istrinya, Boru Hasibuan. Namun kedua anaknya yang lain turut dibawanya (Namora Sohataon dan Daulay).

Mereka bertiga berpetualang selama berhari-hari menelusuri jalan dan daerah yang tak bertuan dan tak bernama. Setelah menempuh perjalanan yang panjang, mereka berhenti di suatu tempat dan mendirikan para-para (menara kayu) sebagai tempat untuk mereka tinggal.

(12)

18 Disanalah ia berladang sambil membesarkan kedua anaknya. Kampung inilah yang kemudian bernama Desa Sipahutar (sekarang Kecamatan Sipahutar), karena Raja Sipahutar yang bergelar Mata Sopiak Langit-lah yang merintisnya.

Setelah kedua anaknya dewasa, si bungsu, Daulay merantau ke daerah Tapanuli Selatan (Sipirok, Angkola, sampai ke Mandailing). Dari daerah inilah kemudian berkembang luas Marga Daulay sampai saat ini. Sedangkan si anak kedua, Namora Sohataon menetap di kampung itu. Sampai akhirnya dia menikah dan memiliki 2 orang anak, yaitu :

1. Namora Tongguon (Sulung) 2. Paung Bosar (Bungsu)

Dalam perjalanan hidup Sopiak Langit selama di kampung Sipahutar, ia memiliki banyak cerita dan dongeng. Ada yang menggambarkan jika ia memiliki kekuatan yang tak tertandingi, Ia memiliki ilmu kebal. Ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah Dukun Sakti Mandraguna, yang dapat mengobati beragam penyakit. Dan masih banyak juga pekerjaan-pekerjaan positif lainnya. Tetapi dibalik kehebatannya itu, ada juga pekerjaan-pekerjaan-pekerjaan-pekerjaan atau sikap-sikapnya yang kurang terpuji. Seperti mengambil istri orang lain untuk menjadi istrinya melalui kekuatan yang dimilikinya.

Sopiak Langit meninggal karena sakit di Desa Sipahutar. Di kemudian hari di tahun 1971 oleh keturunan Sipahutar dibuatlah makam resmi beserta tulang-belulang istrinya, Boru Hasibuan yang diambil dari desa Janji Matogu, Porsea.

(13)

19 Adapun cerita dari kedua cucu Sopiak Langit yang bernama Namora Tongguon dan Paung Bosar beserta keturunannya pada akhirnya meninggalkan desa tersebut untuk mencari tempat hidup yang lebih baik. Mereka meninggalkan tanah dan harta warisan yang dititipkan ke Marga Silitonga.. Hal inilah yang di kemudian hari sampai dengan hari ini tidak ada lagi keturunan Sipahutar di desa tersebut, melainkan diganti dengan keturunan Silitonga.

Keturunan dari Namora Tongguon ada 5 orang :

1. Ompu Mandalo (bertempat di Lobusingkam, Sipoholon, Tarutung, Garoga) 2. Ompu Sahata (bertempat di Lobusingkam,Pagar Batu, Parsingkaman/Banuaji) 3. Ompu Rido (bertempat di Parsoburan, Garoga, Labuhan Batu)

4. Ompu Partuhoran (bertempat di Tarutung, Siborong-borong, Sibolga)

5. Ompu Raja Silaing (bertempat di Pagar Batu, Adian Koting, Pinangsori, Pahae)

Keturunan dari Paung Bosar ada 4 orang, yaitu :

1. Ompu Bela

2. Ompu Porhas Sohaunangan 3. Ompu Raja Jokkas Ulubalang 4. Ompu Namora Sojuangon

Keturunan dari Paung Bosar bermukim di daerah : Tarutung, Parsingkaman, Silangkitang, Sipan/Sihaporas (Sibolga), Pinangsori, Batangtoru, dan daerah-daerah lain. Sejak saat itulah marga Sipahutar semakin berkembang sampai masa sekarang dan nama

(14)

20 Sipahutar diabadikan menjadi nama kecamatan yaitu Kecamatan Sipahutar.9 Dengan latar belakang historis tersebut maka terbentuklah kecamatan Sipahutar dan terbentuklah desa-desa di Sipahutar termasuk Desa Sabungan Nihuta 1.

2.4 Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Untuk kelangsungan hidupnya setiap masyarakat harus melakukan interaksi dengan orang lain. Interaksi ini harus dilakukan karena untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, setiap orang pasti membutuhkan orang lain. Hal ini juga tidak terlepas dari kebutuhan ekonomi yang harus dipenuhi. Untuk mencukupi kebutuhan ekonomi, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 pada umumnya bekerja dengan mengolah tanahnya yakni bertani. Namun di samping bertani masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 ada juga yang bekerja sebagai guru, berdagang atau dalam bidang usaha jasa.

Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 mengenal adanya stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial ini tidak jelas terlihat. Stratifikasi sosial ini berdasarkan perbedaan tingkat umur, perbedaan tingkat pangkat dan jabatan, perbedaan sifat keaslian dan status kawin.10

9 Wawancara dengan Ompung Sarni Sipahutar di Kecamatan Sipahutar tanggal 19 Desember 2012. 10 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta : Djambatan, 2004, hal. 110.

Sistem pelapisan sosial yang berdasarkan perbedaan umur tampak dalam perbedaan hak dan

(15)

21 kewajiban terutama dalam upacara adat. Perbedaan berdasarkan umur ini juga berlaku dalam hal pembagian warisan.

Sistem pelapisan sosial yang berdasarkan pangkat dan jabatan sangat jelas terlihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 terdahulu. Lapisan yang paling tinggi adalah lapisan raja-raja, keturunan raja-raja dan kepala-kepala wilayah. Sistem pelapisan sosial yang berdasarkan sifat keaslian tampak dalam perbedaan antara raja huta atau pendiri kampung dengan penduduk yang datang kemudian. Pada umumnya masyarakat yang masuk ke dalam kategori raja huta ini memiliki tanah yang lebih luas dari pada penduduk yang datang kemudian.

Dalam masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 khusunya dan masyarakat Toba pada umumnya dikenal sistem kekerabatan yang disebut dengan Dalihan Na Tolu11, yang

dijadikan patokan untuk bisa saling menghormati satu sama lain. Dalihan Na Tolu, terdiri dari hula-hula, dongan tubu dan boru 12

Seperti yang telah disebutkan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 memiliki ikatan kekerabatan yang sangat kuat karena adanya hubungan kekeluargaan yang masih sangat

. Perbedaan status sosial seorang hula-hula, dongan

tubu atau boru ini tidak hanya berlaku di dalam acara adat. Status sosial ini tidak dipandang

dari kekayaan atau kekuasaan seseorang tetapi berdasarkan kapasitasnya dalam sebuah upacara adat. Apabila sesorang memiliki jabatan lebih tinggi di pemerintahan misalnya sebagai bupati, namun jika di dalam upacara adat dia berperan sebagai boru maka beliau harus menghormati hula-hulanya meskipun memiliki jabatan yang lebih rendah.

11

Dalihan Na Tolu artinya tungku yang berkaki tiga yang sangat membutuhkan keseimbangan agar tetap kokoh.

12

Pertama, Somba Marhula-hula/sembah/hormat kepada keluarga pihak Istri. Kedua, Manat Mardongan Tubu (bersikap hati-hati kepada teman semarga). Ketiga, Elek Marboru (sikap membujuk /mengayomi wanita atau saudara perempuan).

(16)

22 dekat dan yang telah diuraikan penulis pada paragraf terdahulu bahwa masyarakat yang ada di Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan keturunan marga Simanjuntak. Dan bagi masyarakat Batak Toba bahwa semua marga yang ada dalam etnik Batak Toba merupakan raja yang harus dihormati atau disegani.

Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup bermasyarakat sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia harus hidup saling tolong menolong sesama manusia dalam masyarakat.13

Salah satu contoh aktivitas gotong royong yang diadakan oleh masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yakni dalam memperbaiki jalan menuju areal pertanian dan membuat kamar mandi umum . Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 bersama-sama membersihkan jalan dengan membawa peralatan masing-masing. Dengan demikian jalan menuju areal

Seperti halnya desa-desa lain di Indonesia masih memegang teguh sistem gotong-royong. Sistem gotong-royong ini masih dijalankan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 menerapkan sistem gotong-royong dalam kehidupan sehari-hari mereka misalnya dalam membangun infrastruktur desa seperti membangun kamar mandi umum, membersihkan jalan dan lain sebagainya.

Aktivitas gotong-royong dalam masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 biasanya diakomodir oleh kepala desa dan perangkat-perangkat desa lainnya. Para perangkat desa biasanya lebih dahulu membuat pengumuman sebelum dilakukannya gotong-royong. Apabila kegiatan gotong-royong berlangsung biasanya setiap anggota masyarakat yang memiliki keinginan untuk menyumbangkan sebagian rejekinya maka ia akan menyediakan minuman dan makanan kecil untuk masyarakat tersebut.

13

(17)

23 pertanian lebih mudah untuk dilalui dan masyarakat bisa menggunakan kamar mandi umum secara bersama-sama. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 bersama-sama mengelola dan merawat fasilitas-fasilitas umum dengan menjaga kebersihan. Gotong-royong juga dilakukan dalam pekerjaan lain seperti memperbaiki jalan di kampung dan membersihkan desa.

Akvitas gotong-royong yang dilakukan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 secara spontanitas yang bersifat kekeluargaan, hal itu terlihat apabila ada masyarakat yang mengalami musibah kemalangan. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 akan memberikan bantuan berupa materi ataupun tenaga. Dalam hal ini masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 tidak pernah memandang agama, suku maupun status sosialnya. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 menganggap bahwa mereka adalah satu keluarga yang seharusnya saling membantu. Hal seperti ini menyebabkan masyarakat Desa Sabungan Ni huta 1 dapat hidup berdampingan secara rukun, meskipun kadang-kadang terjadi konflik-konflik kecil antar sesama tetangga.

Demikian juga apabila salah satu dari warganya yang baru mendapatkan kehadiran seorang anak ditengah-tengah keluargannya, maka masyarakat Sabungan Nihuta 1 terutama kaum ibu akan datang ke rumah tersebut untuk memberikan ucapan selamat. Biasanya banyak ibu-ibu yang berkunjung, mereka menginap dengan tujuan untuk merawat si anak sampai kondisi ibunya sudah membaik dan juga masyarakat Desa Sabungan Nihuta turut merasakan kebahagian kehadiran si anak.

Selain itu apabila salah satu masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 mengadakan upacara pernikahan, maka semua tetangga akan menghadiri pesta tersebut untuk mengucapkan selamat. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 juga akan membantu si penyelenggara pesta dalam hal tenaga untuk mempersiapkan acara tersebut dan juga dalam

(18)

24 hal dana karena biasanya pada saat pesta diadakan setiap keluarga akan memberikan dana sukarela.

Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang mayoritasnya adalah etnik Toba dapat hidup berdampingan secara damai dengan etnik pendatang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan masyarakat yang terbuka dan memiliki rasa toleransi yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari beberapa hal seperti apabila ada masyarakat yang sakit atau tertimpa musibah, maka masyarakat akan saling mengunjungi dan memberikan bantuan semampunya.

Penduduk asli Desa Sabungan Nihuta 1 dan penduduk pendatang dapat hidup berdampingan secara harmonis. Adanya pernikahan antara penduduk asli dengan penduduk pendatang sangat mendukung keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya pernikahan ini menyebabkan terjalinnya hubungan kekeluargaan antara satu sama lain sehingga timbul rasa saling memiliki dan menghormati.

Aktivitas gotong-royong yang bersifat ekonomi di Desa Sabungan Nihuta 1 juga terlihat dalam kehidupan masyarakat petani. Dalam suku Batak Toba kegiatan gotong-royong yang dilakukan untuk kegiatan pertanian disebut marsidapari.14

14 Marsidapari adalah istilah yang dipakai masyarakat etnik Batak Toba yang berarti gotong-royong

pada masa panen.

Kelompok marsidapari ini

pada dasarnya berasaskan kekeluargaan. Kelompok marsidapari biasanya bekerja di ladang ataupun di sawah secara berkelompok. Mereka terlebih dahulu mengerjakan sawah yang perlu dikerjakan lalu kemudian sawah berikutnya hingga seluruh sawah atau ladang setiap anggota kelompok selesai dikerjakan. Namun akibat perkembangan teknologi dan dorongan ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan rasa kebersaman antara mereka semakin

(19)

25 berkurang dan mengakibatkan sistem kerja marsidapari lambat laun mengarah pada sistem pengupahan.

Dalam bidang pola tanam dan tertib tanam, seperti halnya masyarakat Batak Toba pada umumnya, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 masih sangat lemah dalam hal mengantisipasi kebutuhan pasar. Hal ini dapat dilihat dari contoh berikut, ketika harga sayur di pasaran mahal maka masyarakat kemudian menanamnya secara bersamaan yang akhirya kelebihan produk dan menyebabkan harga turun. Ketika tanaman pertaniannya tidak menguntungkan, tanpa pikir panjang para petani menggantinya dengan tanaman lain.

Walaupun bagi sebahagian besar masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 bertani adalah mata pencaharian utama namun untuk sebahagian orang, bertani merupakan pekerjaan sampingan. Hal ini karena mereka memiliki pekerjaan lain seperti berdagang, usaha jasa terutama dalam bidang transportasi, guru dan pegawai di kantor-kantor pemerintahan. Biasanya mereka mengolah lahannya pada saat waktu senggang atau setelah pulang dari bekerja.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kedelai telah dikenal sejak lama sebagai salah satu tanaman sumber protein nabati dengan kandungan 39-41% yang diolah menjadi

Pemerintah Desa yang keberadaanya adalah beradapan langsung dengan masyarakat maka sejalan dengan Otonomi Daerah yang dimaksud untuk memberdayakan pemerintahan desa

Dalam pekerjaan yang dilakukan masyarakat Sibulan-bulan dengan mengolah tanaman karet sebagai sumber penghasilan utama dalam kebutuhan sehari-hari serta menjadi

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah tempat ibadah yang berada di Desa Kopah terdiri dari 3 masjid, 5 mushollah.Jumlah tersebut menunjukan bahwa mayoritas

Waktu yang diperlukan untuk dapat tiba di desa ini dari ibukota kecamatan sekitar 30 menit dengan menggunakan kendaraan umum (bus) dan biaya yang harus dikeluarkan

Karena tidak lain dari lahan yang dimiliki desa Terungwetan ini sebagian besar sebagai lahan pertanian Lahan bertani di desa ini sangat luas, ditambah lagi

al., (1980), menambahkan bahwa dengan mengetahui produksi hijauan yang tersedia dari suatu lahan per tahun, maka dapat dihitung jumlah satuan ternak (ST) yang dapat ditampung

Masyarakat yang tinggal di desa Juamantuang mayoritas adalah pendatang dan berdomisili menetap di desa Jumantuang dan berdasarkan tabel I di bawah, menunjukkan bahwa