• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav.51 Lt.7.B Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav.51 Lt.7.B Jakarta Selatan"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

SEKTOR TELEMATIKA 

SUB SEKTOR MULTIMEDIA

MENULIS NASKAH

TIK.MM02.022.01

(2)

DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS 

(3)

DAFTAR ISI BAB I...5 PENGANTAR...5 1.1  Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi ...5 1.2 Desain Modul...5 1.2.1. Isi Modul...5 1.2.2.  Pelaksanaan Modul...6 1.3  Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC)...7 1.4  Pengertian­pengertian Istilah...7 BAB II...10 STANDAR KOMPETENSI...10 2.1.  Peta Paket Pelatihan ...10 2.2. Pengertian Unit Standar Kompetensi...10 2.3.  Unit Kompetensi yang Dipelajari ...11 2.3.1 Judul unit kompetensi...11 2.3.2 Kode unit kompetensi...11 Kode Unit : TIK.MM02.022.01...11 2.3.3 Deskripsi unit...11 2.3.4 Elemen kompetensi...11 ELEMEN KOMPETENSI...12 KRITERIA UNJUK KERJA...12 2.3.5 Batasan variabel...13 2.3.6 Panduan Penilaian...16 2.3.7 Kompetensi Kunci...18 BAB III...19 STRATEGI DAN METODE PELATIHAN...19 3.1.  Strategi Pelatihan  ...19 3.2Metode Pelatihan  ...20 BAB IV...22 MATERI UNIT KOMPETENSI...22 MENULIS NASKAH...22 4.1 Tujuan instruksional umum...22 4.2 Tujuan instruksional khusus...22 4.3 Uraian singkat materi :...22 4.4 Beberapa pengertian dalam unit kompetensi ini, yaitu :...22 4.4.1 Menulis...22

(4)

4.4.2 Teori menulis...25 4.4.3 Karangan...38 4.4.4 Langkah­langkah menulis artikel...43 4.4.5 Teknik penulisan berita untuk media televisi...44 4.5 Informasi masing­masing elemen kompetensi...52 4.5.1 Meninjau narasi...52 4.5.2Menulis konsep awal...54 Teknik menulis sederhana...54 2.Keterampilan Kerja...56 BAB V...58 SUMBER­SUMBER YANG DIPERLUKAN...58 UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI...58 5.1  Sumber Daya Manusia  ...58 5.2  Literatur...59 5.3 Daftar Peralatan dan Bahan yang digunakan...59 DAFTAR PUSTAKA...61

(5)

BAB I PENGANTAR

1.1  Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Apakah pelatihan berdasarkan kompetensi?

Pelatihan berdasarkan kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan  pengetahuan,   keterampilan   dan   sikap   yang   diperlukan   di   tempat   kerja  agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten. Standar Kompetensi  dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja.

Apakah artinya menjadi kompeten ditempat kerja?

Jika  Anda kompeten dalam pekerjaan tertentu, Anda memiliki seluruh  keterampilan,   pengetahuan   dan   sikap   yang   perlu   untuk   ditampilkan  secara efektif ditempat kerja, sesuai dengan standar yang telah disetujui.

1.2 Desain Modul

Modul   ini   didisain   untuk   dapat   digunakan   pada   Pelatihan   Klasikal   dan  Pelatihan Individual/mandiri :

• Pelatihan   klasikal   adalah   pelatihan   yang   disampaiakan   oleh   seorang  pelatih.

• Pelatihan   individual/mandiri   adalah   pelatihan   yang   dilaksanakan   oleh  peserta   dengan   menambahkan   unsur­unsur/sumber­sumber   yang  diperlukan dengan bantuan dari pelatih.

1.2.1. Isi Modul

a. Buku Informasi

Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta  pelatihan.

(6)

b. Buku Kerja

Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap  pertanyaan   dan   kegiatan   praktik   baik   dalam   Pelatihan   Klasikal   maupun  Pelatihan Individual / mandiri.

Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi :

Kegiatan­kegiatan   yang   akan   membantu   peserta   pelatihan   untuk  mempelajari dan memahami informasi.

• Kegiatan   pemeriksaan   yang   digunakan   untuk   memonitor   pencapaian  keterampilan peserta pelatihan.

• Kegiatan   penilaian   untuk   menilai   kemampuan   peserta   pelatihan   dalam  melaksanakan praktik kerja.

c. Buku Penilaian

Buku   penilaian   ini   digunakan   oleh   pelatih   untuk   menilai   jawaban   dan  tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :

• Kegiatan­kegiatan   yang   dilakukan   oleh   peserta   pelatihan   sebagai  pernyataan keterampilan.

• Metode­metode   yang   disarankan   dalam   proses   penilaian   keterampilan  peserta pelatihan. • Sumber­sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai  keterampilan. • Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. • Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik. • Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan. 1.2.2.  Pelaksanaan Modul Pada pelatihan klasikal, pelatih akan :

• Menyediakan   Buku   Informasi   yang   dapat   digunakan   peserta   pelatihan  sebagai sumber pelatihan.

• Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.

• Menggunakan   Buku   Informasi  sebagai   sumber   utama   dalam  penyelenggaraan pelatihan.

• Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan  dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada Buku Kerja.

(7)

• Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. • Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada buku Kerja. • Memberikan jawaban pada Buku Kerja. • Mengisikan hasil tugas praktik pada Buku Kerja. • Memiliki tanggapan­tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih. 1.3  Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC)

Apakah   Pengakuan   Kompetensi   Terkini   (Recognition   of   Current  Competency).

Jika Anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan  untuk   elemen   unit   kompetensi   tertentu,   Anda   dapat   mengajukan  pengakuan   kompetensi   terkini   (RCC).   Berarti   Anda   tidak   akan  dipersyaratkan untuk belajar kembali.

Anda  mungkin   sudah   memiliki   pengetahuan   dan   keterampilan,  karena Anda telah :

a. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan  keterampilan yang sama atau

b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama  atau

c. Mempunyai   pengalaman   lainnya   yang   mengajarkan   pengetahuan   dan  keterampilan yang sama.

1.4  Pengertian­pengertian Istilah Profesi 

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan  serta   keterampilan/keahlian   kerja   tertentu   yang   diperoleh   dari   proses  pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan  kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.

Standardisasi 

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan  suatu standar tertentu.

(8)

Penilaian / Uji Kompetensi

Penilaian   atau   Uji   Kompetensi   adalah   proses   pengumpulan   bukti   melalui  perencanaan,   pelaksanaan   dan   peninjauan   ulang   (review)   penilaian   serta  keputusan   mengenai   apakah   kompetensi   sudah   tercapai   dengan  membandingkan   bukti­bukti   yang   dikumpulkan   terhadap   standar   yang  dipersyaratkan. Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai  suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta  lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada  kompetensi yang dipelajari. Kompetensi Kerja Kompetensi  Kerja adalah kemampuan kerja setiap individu  yang mencakup  aspek   pengetahuan ,   keterampilan dan sikap kerja   yang sesuai dengan  standar yang ditetapkan

Pelatihan Berbasis Kompetensi Kerja.

Pelatihan   Berbasisi   Kompetensi   Kerja   adalah     pelatihan   kerja   yang  menitikberatkan   pada   penguasaan   kemampuan   kerja   yang   mencakup  pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan standar yang ditetapkan  dan persyaratan di tempat kerja. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia adalah rumusan kemampuan  kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan / atau keahlian  serta sikap kerja yang relevan dengan pelksanaan tugas dan syarat jabatan  yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan  yang berlaku. Sertifikasi Kompetensi Kerja. Sertifikasi kompetensi Kerja adalah proses pemberian sertifikat kompetensi  yang  dilakukan secara sitematis dan obyektif melalui uji kompetensi sesuai standar  kompetensi kerja nasional Indonesia, standar internasional dan /atau standar  khusus.

(9)

Sertifikat Kompetensi Kerja

Sertifikat Kompetensi Kerja adalah bukti tertulis yang diterbitkan oleh lembaga  sertifikasi   profesi   terakreditasi   yang   menerangkan   bahwa   seseorang   telah  menguasai kompetensi kerja tertentu sesuai dengan SKKNI.

(10)

BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1.  Peta Paket Pelatihan  Keterkaitan unit kompetensi untuk penilaian akan bervariasi dengan  project  atau scenario tertentu. Unit ini penting untuk suatu range pelayanan teknologi  Informasi dan oleh karena ituu harus dinilai secara keseluruhan dengan unit  technical/support. Pengembangan pelatihan untuk memenuhi persyaratan dalam unit ini perlu  dilakukan   dengan   hati­hati.   Untuk   pelatihan   pra­kejuruan   umum,   institusi  harus menyediakan pelatihan yang mempertimbangkan serangkaian konteks  industri seutuhnya tanpa bias terhadap sektor tertentu. Batasan variabel akan  membantu   dalam   hal   ini.   Untuk   sektor   tertentu/   khusus,   pelatihan   harus  disesuaikan agar dapat memenuhi kebutuhan sektor tersebut

2.2. Pengertian Unit Standar Kompetensi Apakah Standar Kompetensi?

Setiap Standar Kompetensi menentukan :

a. Pengetahuan   dan   keterampilan   yang   diperlukan   untuk   mencapai  kompetensi. b.  Standar yang diperlukan untuk mendemonstrasikan kompetensi. c.  Kondisi dimana kompetensi dicapai. Apa yang akan Anda pelajari dari Unit Kompetensi ini? Diharapkan anda dapat melakukan teknik penulisan naskah. Berapa lama Unit Kompetensi ini dapat diselesaikan?

Pada   sistem   pelatihan   berdasarkan   kompetensi,   fokusnya   ada   pada  pencapaian   kompetensi,  bukan   pada   lamanya   waktu.   Namun   diharapkan 

(11)

pelatihan ini dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tiga sampai tujuh hari.  Pelatihan ini dijutukan bagi semua orang awam yang ingin menulis naskah.

Berapa   banyak/kesempatan   yang  Anda   miliki   untuk   mencapai  kompetensi?

Jika  Anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama,  Pelatih Anda akan mengatur rencana pelatihan dengan Anda. Rencana ini  akan   memberikan   Anda   kesempatan   kembali   untuk   meningkatkan   level  kompetensi Anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. 2.3.  Unit Kompetensi yang Dipelajari  Dalam sistem pelatihan,  Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan  bagi peserta pelatihan  untuk dapat : • mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. • memeriksa kemajuan peserta pelatihan. • menyakinkan bahwa semua elemen (sub­kompetensi) dan criteria unjuk  kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian. 2.3.1 Judul unit kompetensi Judul Unit  : Menulis naskah 2.3.2 Kode unit kompetensi Kode Unit : TIK.MM02.022.01 2.3.3 Deskripsi unit Unit ini mendeskripsikan tentang keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan  untuk mengembangkan dan menulis sebuah naskah dari narasi asli untuk  semua produksi dalam industri budaya. 2.3.4 Elemen kompetensi

(12)

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA 01 Meninjau Narasi 1.1. Analisa bentuk narasi untuk menghasilkan narasi yang siap untuk penulisan bagian berikutnya. 1.2. Identifikasi dan pencatatan kegunaan narasi, dan eksplorasi ruang lingkup cara untuk merubahnya menjadi bentuk naskah. 1.3. Pertimbangan kemungkinan yang teridentifikasi dari penerimaan narasi dan refleksi pada kemungkinan dari proyek tersebut. 1.4. Evaluasi ide naskah yang dikembangkan dari bentuk narasi dengan orang­orang yang relevan, bila dibutuhkan. 02 Menulis Konsep Awal 2.1. Dipererat lingkungan yang akan menghasilkan ide­ide dan membantu dalam motivasi untuk membawa ide­ide yang bervariasi. 2.2. Dihasilkan, eksplorasi dan penekanan ruang lingkup ide dari bermacam­macam sumber daya untuk pengembangan lebih lanjut desain sebuah cerita. 2.3. Evaluasi ide­ide yang dihasilkan, pengelompokkan ide­ide yang berhubungan, dan pemilihan ide­ide yang sesuai dengan persyaratan naskah. 2.4. Pertimbangan ide­ide yang dipilih merefleksikan ide­ide tersebut untuk pengembangan naskah. 2.5. Dipastikan segala informasi fakta yang akurat dan berhubungan dengan hasil penelitian dan

(13)

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA narasi disetujui. 2.6. Konsep naskah dihaluskan sampai memenuhi persyaratan kreatif dan artistic. 2.7. Identifikasi dan dihasilkan kriteria untuk pengukuran yang efektif atas kesuksesan naskah dalam konteksnya. 2.8. Dipastikan konsep akhir naskah sesuai dengan persyaratan waktu dari produksi yang diminta. 2.9. Penyerahan konsep akhir pada orang­orang yang relevan untuk dipertimbangkan dan ditinjau, bila diperlukan. 2.10. Dokumentasi dan implementasi segala perubahan naskah jika diperlukan. 2.3.5 Batasan variabel        1. Tipe produksi meliputi: 1.1. Film dan video roman 1.2. Film dokumenter 1.3. Film dan video pendek 1.4. Animasi 1.5. Serial televisi 1.6. Iklan/ komersial 1.7. Film dan video pelatihan dan perusahaan 1.8. Multimedia interaktif 1.9. Kegiatan dan penampilan langsung 2. Sumber daya yang relevan meliputi:

(14)

2.1. Inspirasi 2.2. Imajinasi 2.3. Pengalaman hidup 2.4. Kejadian aktual/ nyata 2.5. Bahan narasi yang muncul 2.6. Media lain 2.7. Perjalanan 2.8. Observasi 2.9. Pengalaman yang berbeda 3. Ide­ide dapat dihasilkan dari: 3.1 Brainstorming 3.2 Latihan 3.3 Pemberian pertanyaan 3.4 Role play 3.5 Membuat analogi 3.6 Mencari subyek dari sudut pandang yang berbeda 3.7 Inovasi 4. Persyaratan produksi meliputi: 4.1. Durasi 4.2. Corak 4.3. Isi 4.4. Anggaran 4.5. Tenggat waktu 4.6. Lokasi 4.7. Audience 4.8. Kegunaan 4.9. Kontrak 4.10. Kerahasiaan 4.11. HAKI 4.12. Jadwal 5. Perlengkapan meliputi:

(15)

5.1. Komputer 5.2. Alat tulis 5.3. Peralatan perekam 6. Elemen cerita meliputi: 6.1. Plot 6.2. Cerita 6.3. Tema 6.4. Struktur 6.5. Karakter 6.6. Aliran 6.7. Konflik 7. Bentuk narasi dapat merupakan: 7.1. Sinopsis 7.2. Garis besar 7.3. Garis cerita 7.4. Perlakuan 7.5. Naskah televisi 7.6. Screenplay 8. Naskah meliputi: 8.1. Roman 8.2. Film dokumentasi 8.3. Komedi 8.4. Drama televisi 8.5. Serial 8.6. Program anak­anak 8.7. Berita 8.8. Infotainment 8.9. Film interaktif 8.10. Permainan interaktif 8.11. Play

(16)

8.12. Teks penampilan 9. Orang­orang yang relevan meliputi: 9.1. Produser 9.2. Sutradara 9.3. Penulis naskah 9.4. Editor naskah 9.5. Pemain 9.6. Staf teknis yang lain 9.7. Staf ahli yang lain 9.8. Klien 9.9. Audience 2.3.6 Panduan Penilaian 1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang  Penilaian harus meliputi fakta esensial pengetahuan dan keahlian pada bidang di bawah ini:

1.1.   Kemampuan   melokasikan   dan   menggunakan   sumber   daya   untuk  memperluas pengalaman kreatif

1.2.   Kemampuan   mendemonstrasikan   keaslian   dan   pendekatan   inovartif  dalam proses penulisan naskah kreatif

1.3.   Kemampuan   untuk   mencoba   corak   dan   elemen   narasi   untuk  mengembangkan pilihan sendiri dan memperluas latihan penulisan 1.4. Kemampuan memperluas ikatan kreatif untuk diri sendiri dan penonton 1.5. Pengetahuan dan pengertian atas prinsip dan latihan penulisan untuk  layar 1.6. Pengetahuan atas bermacam­macan tehinik pembacaan cerita 1.7. Pengetahuan yang relevan dengan konvensi penulisan, contohnya: film,  bahasa 1.8. Pengetahuan atas apek cerita dan/ atau pengembangan karakter 1.9. Pengetahuan atas struktur penulisan layar, teater atau radio 1.10. Pengertian atas kecakapan pengarah layar 1.11. Pengertian atas kecakapan berakting di layar

(17)

1.12. Membaca dan menginterpretasikan dokumentasi bentuk narasi lainnya 1.13. Pengetahuan   atas   tehnik   komunikasi   yang   efektif   meliputi 

mendengarkan secara aktif, bnertanya dan komunikasi non verbal 1.14.   Pengetahuan   atas   organisasi   yang   relevan   dan/   atau   persyaratan 

legislatif kesehatan dan keselamatan tempat kerja

2. Konteks penilaian

2.1.   Penilaian   dapat   diambil   dalam   pekerjaan,   di   luar   pekerjaan   atau  merupakan   penggabungan   dari   keduanya.   Bagaimana   pun  jugaPenilaian   dari   unit   ini   akan   lebih   efektif   bila   diambil   dalam  persyaratan lingkungan tempat kerja yang spesifik.

2.2.   Ruang   lingkup   metode   untuk   menambah   aplikasi   dari   esensial  pengetahuan dasar harus mendukung hal ini dan meliputi: 2.2.1. Contoh pekerjaan atau aktifitas tempat kerja yang disimulasikan. 2.2.2. Pertanyaan lisan/ wawancara bertujuan untuk mengevaluasi proses yang digunakan dalam mengembangkan dan merealisasikan konsep kreatif. 2.2.3. Proyek­proyek/ laporan. 2.2.4. Laporan pihak ketiga dan hasil utama yang didapat. 2.2.5. Laporan fakta yang mendemonstrasikan proses yang digunakan dalam mengembangkan dan merealisasikan konsep kreatif. 3. Aspek penting penilaian 3.1. Unit ini berkompeten diaplikasikan pada ruang lingkup sektor industri. Fokus dari Penilaian akan tergantung pada sektor industri. Penilaian harus memenuhi kebutuhan dari sektor tertentu yang mana

penampilannya   akan   ditambahkan.   Penilaian   harus   diperuntukkan  pada variabel keadaan sekitar yang terdaftar dalam ruang lingkup pernyataan variabel yang diaplikasikan pada konteks yang dipilih. 3.2. Fakta di bawah ini kritis untuk menilai kompetensi unit ini: 3.2.1. Kemampuan untuk menulis garis besar narasi untuk produksi media. 3.2.2. Pengetahuan atas prinsip dan latihan penulisan narasi 3.2.3. Pengetahuan dan aplikasi pada legislasi lokal kesehatan,

(18)

keselamatan dan keamanan tempat kerja yang relevan. 3.2.4. Pengetahuan tehnik komunikasi yang efektif. 4. Kaitan dengan unit­unit lainnya 4.1 Keterkaitan unit kompetensi untuk penilaian akan bervariasi  denganproject atau scenario tertentu. Unit ini penting untuk suatu range  pelayanan teknologi Informasi dan oleh karena ituu harus dinilai secara  keseluruhan dengan unit technical/support. 4.2 Pengembangan pelatihan untuk memenuhi persyaratan dalam unit ini  perlu dilakukan dengan hati­hati. Untuk pelatihan pra­kejuruan umum,  institusi harus menyediakan pelatihan yang mempertimbangkan  serangkaian konteks industri seutuhnya tanpa bias terhadap sektor  tertentu. Batasan variabel akan membantu dalam hal ini. Untuk sektor  tertentu/ khusus, pelatihan harus disesuaikan agar dapat memenuhi  kebutuhan sektor tersebut. 2.3.7 Kompetensi Kunci

 NO KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT

1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 2 2 Mengkomunikasikan ide­ide dan informasi 2 3 Merencanakan dan mengorganisir aktivitas­aktivitas 3 4 Bekerja dengan orang lain dan kelompok 3 5 Menggunakan ide­ide dan tehnik matematika 1 6 Memecahkan masalah 2 7 Menggunakan teknologi 2

(19)

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1.  Strategi Pelatihan 

Belajar dalam suatu sistem Berdasarkan Kompetensi berbeda dengan yang  sedang “diajarkan” di kelas oleh Pelatih. Pada sistem ini  Anda akan bertanggung  jawab   terhadap   belajar   Anda   sendiri,   artinya   bahwa   Anda   perlu   merencanakan  belajar Anda dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai  dengan rencana yang telah dibuat.

Persiapan/perencanaan

a. Membaca   bahan/materi   yang   telah   diidentifikasi   dalam   setiap   tahap   belajar  dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar Anda. b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. c. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan  pengetahuan dan pengalaman yang telah Anda miliki. d. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan Anda. Permulaan dari proses pembelajaran a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktik yang terdapat pada  tahap belajar. b. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan  Anda. Pengamatan terhadap tugas praktik a. Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh Pelatih atau orang  yang telah berpengalaman lainnya.

b. Mengajukan   pertanyaan   kepada   Pelatih   tentang   konsep   sulit   yang   Anda  temukan.

Implementasi

a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman.

b. Mengamati indicator kemajuan personal melalui kegiatan praktik. c. Mempraktikkan keterampilan baru yang telah Anda peroleh.

(20)

Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar Anda. 3.2 Metode Pelatihan  Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa  kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan. Belajar secara mandiri  Belajar secara mandiri membolehkan  Anda untuk belajar secara individual, sesuai  dengan   kecepatan   belajarnya   masing­masing.   Meskipun   proses   belajar  dilaksanakan secara bebas, Anda disarankan untuk menemui Pelatih setiap saat  untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

Belajar Berkelompok

Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk dating bersama secara teratur  dan   berpartisipasi   dalam   sesi   belajar   berkelompok.   Walaupun   proses   belajar  memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing­masing, sesi kelompok  memberikan interaksi antar peserta, Pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.

Belajar terstruktur

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan  oleh Pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topic tertentu.

(21)
(22)

BAB IV

MATERI UNIT KOMPETENSI MENULIS NASKAH 4.1 Tujuan instruksional umum

o Siswa   mampu   menceritakan   dan   menjelaskan  bagaimana   menulis  naskah 4.2 Tujuan instruksional khusus o Siswa mengerti dan mampu meninjau narasi. o Siswa mampu menulis konsep awal untuk naskah.  4.3 Uraian singkat materi : Menulis naskah

Mendeskripsikan   tentang   keahlian   dan   pengetahuan   yang   dibutuhkan   untuk  mengembangkan dan menulis sebuah naskah dari narasi asli untuk semua produksi  dalam industri budaya.

4.4 Beberapa pengertian dalam unit kompetensi ini, yaitu : 4.4.1 Menulis

MENULIS   itu   ibarat  naik   sepeda.   Tidak  ada   teori  dan   teknik   khusus  yang   bisa  menjadikan seseorang mahir naik sepeda kecuali latihan dan “kebiasaan”. 

Menulis juga ibarat berenang. Sesering apa pun Anda membaca buku­buku atau  menyimak   ceramah   tentang   teknik   berenang,   Anda   tidak   akan   bisa   menjadi  perenang jika tidak “nyebur” langsung di kolam renang dan berlatih.

(23)

Maka, ingin bisa menulis, mulailah sekarang! Poin­poin berikut sekadar “membuka  jendela”   menuju   dunia   tulis   menulis   di   media   massa,   membantu   Anda   untuk  mengenali seni menulis, atau memandu Anda untuk menjadi seorang penulis. Menulis adalah komunikasi, layaknya bercakap­cakap atau menulis surat. Hanya  saja, menulis untuk media massa ada sejumlah kaidah yang harus dipatuhi, tidak  sebebas menulis surat atau catatan pribadi. Pasalnya, tulisan Anda di media massa  itu untuk dikonsumsi publik dan menyangkut kepentingan orang banyak. Tujuan menulis adalah komunikasi, yakni menyampaikan ide, informasi, atau kesan  yang  ada dalam pemikiran kita kepada pembaca.  Karena  itu, tulisan kita  harus  mudah dipahami pembaca. Jika pembaca tidak mengerti isi tulisan kita, maka tulisan  kita tidak ada artinya.  Kejelasan adalah kunci tulisan yang baik.  Dengan menggunakan kata, ungkapan,  kalimat, atau bahasa yang jelas, mudah dipahami, maka pembaca pun tidak akan  salah paham.  Gunakan gaya bahasa orang awam atau bahasa yang dimengerti orang banyak.  Hindari   ungkapan   atau   istilah   akademis,   politis,   sastra,   birokratis,   teknis,   yang  biasanya   hanya   dimengerti   kalangan   terbatas/tertentu.   Ingat,   tulisan   kita   untuk  media massa, yakni sarana komunikasi kepada publik yang heterogen wawasan dan  tingkat intelektualitasnya.

Menulis adalah proses, melalui tahapan tertentu –menentukan topik, menguji topik,  mencari   referensi,   menyusun   outline,   dan   editing.   Menulis   juga   adalah   “kerja  intelektual”   yang   membutuhkan   keahlian   khusus   (writing   technique).   Karenanya,  dibutuhkan latihan, kejelian, daya nalar, wawasan, referensi, etika, juga waktu dan…  kesabaran! 

Inilah langkah awal bagi penulis pemula. Lakukan “latihan kecil” sehingga kita bisa  menemukan gaya menulis yang alami (natural style). Tulis saja apa yang ada di  pikiran   kita.   Jika   tidak   tahu   apa   yang   harus   ditulis,   mulailah   dengan   rekaman  aktivitas harian kita.  Atau perhatikan apa saja yang ada di sekitar ruangan kamar  kita  dan gambarkan  secara  rinci. Tulis dan tulis  dengan  cepat!  Jangan terpaku  dengan   “teori   menulis”,   menulis  sajalah   dulu…!   Ibarat   berenang,   gunakan   gaya  seenak   kita,   tidak   perlu   kaku   dengan   gaya   katak,   gaya   punggung,   atau   “gaya­ gayaan”.

(24)

Prewriting  : The  Thinking Process about Purpose, Audience, and Topic  of  Writing. 1.  Determining Your Purpose : to inform, to entertain, or to persuade. Apa  tujuan tulisan kita –sekadar informasi, untuk menghibur pembaca, atau mengajak  pembaca melakukan sesuatu? 2.  Considering Your Audience: For whom are you writing?  Siapa yang akan  membaca   tulisan   kita.   Tulisan   buat   anak­anak,   tentu   berbeda   gaya   bahasanya  dengan tulisan buat remaja atau orang dewasa. 3. Deciding Your Topic: What are you going to write? Tentukan topik, apa yang  hendak kita kemukakan dalam tulisan itu? Temukan ide utama, persempit, dan temukan poinnya atau intinya.  Misalnya, ide  utamanya Pemilihan Presiden 2009, sempitkan menjadi Calon Presiden Unggulan,  dan fokuskan bahasan pada Profil serta Peluang masing­masing calon yang kita  analisis. Inilah tahapan yang kita lalui ketika menulis sebuah artikel. 1. Outlining = bringing order out of chaos. Membuat garis besar tulisan. Rapikan  poin­poin   bahasan,   mulai   Pendahuluan,   “Jembatan”   menuju   bahasa   utama  (bridging), dan pokok­pokok bahasan (subjudul).

2.  The   Writing   Stage   =   composing   the   first   draft.  Menulis   naskah   pertama,  naskah kasar. Tulislah dulu apa yang ada di kepala, yang ingat, jangan dulu melihat  referensi data data. 3. Menulis dimana saja ketika ide muncul baik sedang berbaring, di tempat tidur, di  meja dan tempat lainnya. Lakukan penulisan ulang yang lebih rapi kemudian 4.  The Revising Stage = rewriting the rough draft. Tahap Revisi adalah ketika  sebuah kalimat adalah lengkap dan paragraph dikembangkan secara penuh, tiap ide  berkaitan dengan isi dan setiap transisi membuat setiap ide lebih jelas adanya.

(25)

5. The Editing Stage = correcting the final version.. Pada saat edit, perhatikan  hanya   kata   dan   tanda   baca,   tidak   diperlukan   adanya   perhatian   terhadap   arti.  Perhatikan apakah ada kata yang salah ditulis, kurangnya  huruf atau tanda baca. Pastikan setiap kalimat benar­benar berisikan apa yang hendak kita ungkapkan.* 4.4.2 Teori menulis A. Pengajaran Keterampilan Menulis  Mahasiswa asing yang belajar di Indonesia, di samping mempelajari ilmunya,  ia juga harus belajar bahasa Indonesia. Belajar bahasa Indonesia berarti ia harus  belajar mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia.  Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk  menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Sekurang­kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam perbuatan  menulis, yaitu: (1)  penguasaan bahasa tulis,  yang akan berfungsi sebagai media  tulisan,   meliputi:   kosakata,   struktur   kalimat,   paragraf,   ejaan,   pragmatik,   dan  sebagainya; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis; dan  (3)  penguasaan tentang jenis­jenis tulisan,  yaitu bagaimana merangkai isi tulisan  dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang  diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya.

Seorang penutur asing tidak akan mungkin terampil menulis kalau hanya  menguasai   satu   atau   dua   komponen   saja   di   antara   ketiga   komponen   tersebut.  Betapa banyak penutur asing yang menguasai bahasa Indonesia secara tertulis  tetapi tidak dapat menghasilkan tulisan karena tidak tahu apa yang akan ditulis dan  bagaimana menuliskannya. Betapa banyak pula penutur asing yang mengetahui  banyak hal untuk ditulis dan tahu pula menggunakan bahasa tulis tetapi tidak dapat  menulis   karena   tidak   tahu   caranya.   Dalam   makalah   ini   akan   dibahas   model  pengajaran menulis bahasa Indonesia bagi penutur asing tingkat lanjut khususnya  mereka yang belajar berbagai ilmu di Indonesia.

Menulis   bukan   pekerjaan   yang   sulit   melainkan   juga   tidak   mudah.   Untuk  memulai  menulis, setiap  penulis tidak perlu menunggu menjadi  seorang  penulis 

(26)

yang terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk mempraktikkannya tidak  cukup   sekali   dua   kali.   Frekuensi   latihan   menulis   akan   menjadikan   seseorang  terampil dalam bidang tulis­menulis.

Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai menulis. Artinya, kapan pun,  di mana pun, dan dalam situasi yang bagaimana pun seorang penutur asing yang  belajar   di   Indonesia   dapat   melakukannya.   Ketakutan   akan   kegagalan   bukanlah  penyebab yang harus dipertahankan. Itulah salah satu kiat, teknik, dan strategi yang  ditawarkan oleh David Nunan (1991: 86—90) dalam bukunya  Language Teaching 

Methodology. Dia menawarkan suatu konsep pengembangan keterampilan menulis 

yang meliputi: (1) perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan, (2) menulis  sebagai   suatu   proses   dan   menulis   sebagai   suatu   produk,   (3)   struktur   generik  wacana tulis,  (4) perbedaan antara penulis terampil dan penulis yang tidak terampil,  dan (5) penerapan keterampilan menulis dalam proses pembelajaran. Pertama, perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan tampak pada  fungsi dan karakteristik yang dimiliki oleh keduanya. Namun demikian, yang patut  diperhatikan adalah keduanya harus memiliki fungsi komunikasi. Dari sudut pandang  inilah dapat diketahui sejauh mana hubungan antara bahasa lisan dan bahasa tulis,  sehingga dapat diaplikasikan dalam kegiatan komunikasi. 

Dalam   berkomunikasi   sehari­hari,   salah   satu   alat   yang   paling   sering  digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya  kita kepada bahasa tadi, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu  untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh dan lebih  mendalam. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia kadang­kadang  tidak terampil menggunakan bahasanya sendiri dibandingkan dengan orang asing  yang belajar bahasa Indonesia. Hal ini merupakan suatu kelemahan yang tidak kita  sadari. Kedua,  pandangan bahwa keterampilan menulis sebagai suatu proses dan  menulis sebagai suatu produk. Pendekatan yang berorientasi pada proses lebih  memfokuskan pada aktivitas belajar (proses menulis); sedangkan pendekatan yang  berorientasi pada produk lebih memfokuskan pada hasil belajar menulis yaitu wujud  tulisan.  Ketiga, struktur generik wacana dari masing­masing jenis karangan (tulisan)  tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hanya saja pada jenis karangan 

(27)

narasi menunjukkan struktur yang lengkap, yang meliputi orientasi, komplikasi, dan  resolusi. Hal ini menjadi ciri khas jenis karangan/tulisan ini. Keempat,  untuk menambah wawasan tentang keterampilan menulis, setiap  penulis perlu mengetahui penulis yang terampil dan penulis yang tidak terampil.  Tujuannya adalah agar dapat mengikuti jalan pikiran (penalaran) dari keduanya. Kita  dapat mengetahui kesulitan yang dialami penulis yang tidak terampil (baca: pemula,  awal).   Salah   satu   kesulitan   yang   dihadapinya   adalah   ia   kurang   mampu  mengantisipasi   masalah   yang   ada   pada   pembaca.   Adapun   penulis   terampil,   ia  mampu mengatakan masalah tersebut atau masalah lainnya, yaitu masalah yang  berkenaan dengan proses menulis itu sendiri.

Kelima,  sekurang­kurangnya ada tiga proses menulis yang ditawarkan oleh 

David Nunan, yakni: (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap  perbaikan.   Untuk   menerapkan   ketiga   tahap   menulis   tersebut   diperlukan  keterampilan memadukan antara proses dan produk menulis.

Menulis   pada   dasarnya   merupakan   suatu   kegiatan   yang   produktif   dan  ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil memanfaatkan  grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk  mencatat,   merekam,   meyakinkan,   melaporkan,   menginformasikan,   dan  mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan  baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan  mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Kejelasan  ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur  kalimat (McCrimmon, 1967: 122). B. Pendekatan Pengajaran Menulis: Tradisional dan Proses

Pembelajaran   menulis   dengan   pendekatan   tradisional   lebih   menekankan  pada hasil berupa tulisan yang telah jadi, tidak pada apa yang dikerjakan pembelajar  ketika   menulis.   Pembelajar   berpraktik   menulis,   mereka   tidak   mempelajari  bagaimana   cara   menulis   yang   baik.   Temuan   penelitian   mengenai   menulis  menyebabkan bergesernya penekanan pembelajaran menulis dari hasil (tulisan) ke  proses menulis yang terlibat dalam menghasilkan tulisan. Peran pengajar dalam  pembelajaran menulis dengan pendekatan proses tidak hanya memberikan tugas 

(28)

menulis dan menilai tulisan para pembelajar, tetapi juga membimbing pembelajar  dalam proses menulis (Tompkins, 1990: 69).

Perbedaan   antara   pendekatan   tradisional   dan   pendekatan   keterampilan  proses dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia bagi penutur asing tingkat  lanjut sebagaimana dikemukakan Tompkins (1990: 70) dapat dilihat pada bagan  berikut.

Pendekatan Tradisional dan Keterampilan Proses dalam Menulis

No. Komponen Pendekatan 

Tradisional

Pendekatan Proses

1 Pilihan Topik Tugas   menulis   kreatif  yang   spesifik   diberikan  oleh pengajar

Pembelajar   memilih   topik  sendiri,   atau   topik­topik  yang   diambil   dari   bidang  studi lain

2 Pembelajaran Pengajar   hanya   sedikit  atau   tidak   memberikan  pelajaran. 

Pembelajar   diharapkan  menulis sebaik­baiknya

Pengajar   mengajar  pembelajar   mengenai  proses   menulis   dan  mengenai   bentuk­bentuk  tulisan

3 Fokus Berfokus   pada   tulisan  yang sudah jadi

Berfokus   pada   proses  yang   digunakan  pembelajar ketika menulis 4 Rasa Memiliki Pembelajar   menulis 

untuk   pengajar   dan  kurang   merasa   memiliki  tulisan sendiri

Pembelajar   merasa  memiliki tulisan sendiri.

5 Pembaca Pengajar   merupakan  pembaca utama Pembelajar menulis untuk  pembaca   yang  sesungguhnya 6 Kerja Sama Hanya sedikit atau tidak  ada kerja sama Pembelajar   menulis  dengan bekerja sama dan  berbagi   tulisan   yang  dihasilkan   masing­masing  dengan teman­teman satu  kelompok/kelas

(29)

7 Draft Pembelajar menulis draft  tunggal   dan   harus  memusatkan   pada   isi  sekaligus   segi   mekanik  (ejaan, tanda baca, tata  tulis)

Pembelajar   menulis   draft  kasar   (outline)   untuk  menuangkan   gagasan  dan   kemudian   merevisi  dan   menyunting   draft   ini  sebelum   membuat   hasil  akhir

8 Kesalahan  Mekanik

Pembelajar   dituntut  untuk   menghasilkan  tulisan   yang   bebas  dari  kesalahan

Pembelajar   mengoreksi  kesalahan   sebanyak­ banyaknya   selama  menyunting,   tetapi  tekanannya   lebih   besar  pada   isi   daripada   segi  mekanik

9 Peran Pengajar Pengajar   memberikan  tugas   menulis   dan  menilainya   jika   tulisan  sudah jadi

Pengajar   mengajarkan  cara   menulis   dan  memberikan   balikan  selama   pembelajar  merevisi   dan  mengedit/menyunting 10 Waktu Pembelajar  menyelesaikan   tulisan  dalam   satu   jam  pelajaran Pembelajar   mungkin  menghabiskan waktu tidak  hanya satu jam pelajaran  untuk mengerjakan setiap  tugas menulis

11 Evaluasi Pengajar   mengevaluasi  kualitas   tulisan   setelah  tulisan selesai disusun Pengajar   memberikan  balikan   selama  pembelajar   menulis,  sehingga   pembelajar  dapat   memanfaatkannya  untuk   memperbaiki  tulisannya.  Evaluasi  berfokus pada proses dan  hasil.  

(30)

Dari kedua pendekatan pengajaran menulis seperti tertera pada bagan di  atas dapat diketahui kelemahan dan keunggulannya. Pada pendekatan tradisional,  pengajar   memberikan   topik   tulisan   dan   setelah   pembelajar   mengerjakan   tugas  tersebut selama setengah atau tiga per empat jam (satu jam pelajaran), pengajar  mengumpulkan   pekerjaan   pembelajar   untuk   dievaluasi.   Dengan   model  pembelajaran   seperti   ini   biasanya   hanya   sedikit   saja   pembelajar   yang   dapat  menghasilkan   tulisan   yang   baik.  Sebagian   besar   pembelajar   biasanya   hanya  menghasilkan   tulisan   yang   kurang   baik.   Pengalaman   di   lapangan   dalam  memberikan   proses   pembelajaran   terhadap   penutur   asing   menunjukkan   bahwa  kadang­kadang mereka hanya dapat menghasilkan beberapa kalimat saja. Dalam  kondisi semacam ini pembelajar tidak mempelajari bagaimana cara menulis. Mereka  dihadapkan   pada   tugas   sulit   yang   harus   mereka   kerjakan   tanpa   memperoleh  penjelasan mengenai cara mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. 

Menyadari   terhadap   kenyataan   yang   tidak   menguntungkan   bagi   upaya  pengembangan keterampilan menulis bahasa Indonesia bagi penutur asing tingkat  lanjut seperti digambarkan di atas, seyogianya dapat diterapkan model/pendekatan  keterampilan proses dalam pembelajaran menulis. Untuk itu, terlebih dahulu perlu  diketahui proses kreatif dalam menulis.

C. Proses Kreatif  dalam Menulis

Menulis   merupakan   suatu   proses   kreatif     yang   banyak   melibatkan   cara  berpikir  divergen  (menyebar)   daripada  konvergen  (memusat)   (Supriadi,   1997).  Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak gagasan dalam  menuliskannya. Kendatipun secara teknis ada kriteria­kriteria yang dapat diikutinya,  tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian penulis  dalam   mengungkapkan   gagasan.   Banyak   orang   mempunyai   ide­ide   bagus   di  benaknya sebagai hasil dari pengamatan, penelitian, diskusi, atau membaca. Akan  tetapi, begitu ide tersebut dilaporkan secara tertulis, laporan itu terasa amat kering,  kurang menggigit, dan membosankan. Fokus tulisannya tidak jelas, gaya bahasa  yang digunakan monoton, pilihan katanya (diksi) kurang tepat dan tidak mengena  sasaran, serta variasi kata dan kalimatnya kering.

(31)

Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, penyusunan sebuah  tulisan memuat empat tahap, yaitu: (1) tahap persiapan (prapenulisan), (2) tahap  inkubasi, (3) tahap iluminasi, dan (4) tahap verifikasi/evaluasi. Keempat proses ini  tidak selalu disadari oleh para pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing.  Namun, jika dilacak lebih jauh lagi, hampir semua proses menulis (esai, opini/artikel,  karya ilmiah, artistik, atau bahkan masalah politik sekali pun) melalui keempat tahap  ini. Harap diingat, bahwa proses kreatif tidak identik dengan proses atau langkah­ langkah mengembangkan laporan tetapi lebih banyak merupakan proses kognitif  atau bernalar.

Pertama,   tahap   persiapan   atau   prapenulisan   adalah   ketika   pembelajar 

menyiapkan   diri,   mengumpulkan   informasi,   merumuskan   masalah,   menentukan  fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang  dihadapinya,   berdiskusi,   membaca,   mengamati,   dan   lain­lain   yang   memperkaya  masukan kognitifnya yang akan diproses selanjutnya. 

Kedua, tahap inkubasi adalah ketika pembelajar memproses informasi yang 

dimilikinya   sedemikian   rupa,   sehingga   mengantarkannya   pada   ditemukannya  pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya. Proses inkubasi ini analog  dengan ayam yang mengerami telurnya sampai telur menetas menjadi anak ayam.  Proses ini seringkali terjadi secara tidak disadari, dan memang berlangsung dalam  kawasan   bawah   sadar   (subconscious)  yang   pada   dasarnya   melibatkan   proses  perluasan pikiran (expanding of the mind). Proses ini dapat berlangsung beberapa  detik sampai bertahun­tahun. Biasanya, ketika seorang penulis melalui proses ini  seakan­akan ia mengalami kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.  Oleh karena itu, tidak jarang seorang penulis yang tidak sabar mengalami frustrasi  karena tidak menemukan pemecahan atas masalah yang dipikirkannya.  Seakan­ akan   kita   melupakan   apa   yang   ada   dalam   benak   kita.   Kita   berekreasi   dengan  anggota   keluarga,   melakukan   pekerjaan   lain,   atau   hanya   duduk   termenung.  Kendatipun demikian, sesungguhnya di bawah sadar kita sedang mengalami proses  pengeraman yang menanti saatnya untuk segera “menetas”.

Ketiga,  tahap iluminasi adalah ketika datangnya inspirasi atau  insight,  yaitu 

gagasan datang seakan­akan tiba­tiba dan berloncatan dari pikiran kita. Pada saat  ini, apa yang telah lama kita pikirkan menemukan pemecahan masalah atau jalan  keluar. Iluminasi tidak mengenal tempat atau waktu. Ia bisa datang ketika kita duduk 

(32)

di   kursi,   sedang   mengendarai   mobil,   sedang   berbelanja   di   pasar   atau   di  supermarket, sedang makan, sedang mandi, dan lain­lain. Jika hal­hal itu terjadi, sebaiknya gagasan yang muncul dan amat dinantikan  itu segera dicatat, jangan dibiarkan hilang kembali sebab momentum itu biasanya  tidak berlangsung lama.  Tentu saja untuk peristiwa tertentu, kita menuliskannya  setelah selesai melakukan pekerjaan. Jangan sampai ketika kita sedang mandi,  misalnya, kemudian keluar hanya untuk menuliskan gagasan. Agar gagasan tidak  menguap begitu saja, seorang pembelajar menulis yang baik selalu menyediakan  ballpoint atau pensil dan kertas di dekatnya, bahkan dalam tasnya ke mana pun ia  pergi.

Seringkali   orang   menganggap   iluminasi   ini   sebagai   ilham.   Padahal,  sesungguhnya ia telah lama atau pernah memikirkannya. Secara kognitif, apa yang  dikatakan   ilham   tidak   lebih   dari   proses   berpikir   kreatif.   Ilham   tidak   datang   dari  kevakuman  tetapi   dari   usaha   dan   ada   masukan   sebelumnya   terhadap   referensi  kognitif seseorang.  Keempat, tahap terakhir yaitu verifikasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari  tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus  tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal­hal yang perlu  ditambahkan, dan lain­lain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal­hal  yang peka, sehingga perlu dipilih kata­kata atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa  menghilangkan esensinya. Jadi, pada tahap ini kita menguji dan menghadapkan apa  yang kita tulis itu dengan realitas sosial, budaya, dan norma­norma yang berlaku  dalam masyarakat. D. Proses Pembelajaran Menulis 

Berdasarkan   hasil   penelitian   yang   diadakan   terhadap   tulisan   mahasiswa,  Flower   dan   Hayes   (lewat   Tompkins,   1990:   71)   mengembangkan   model   proses  dalam menulis. Proses menulis dapat dideskripsikan sebagai proses pemecahan  masalah yang kompleks, yang mengandung tiga elemen, yaitu lingkungan tugas,  memori jangka panjang penulis, dan proses menulis.  Pertama, lingkungan tugas  adalah tugas yang penulis kerjakan dalam menulis. Kedua, memori jangka panjang  penulis adalah pengetahuan mengenai topik, pembaca, dan cara menulis.  Ketiga,  proses menulis meliputi tiga kegiatan, yaitu: (1) merencanakan (menentukan tujuan 

(33)

untuk mengarahkan tulisan), (2) mewujudkan (menulis sesuai dengan rencana yang  sudah dibuat), dan (3) merevisi (mengevaluasi dan merevisi tulisan).

Ketiga kegiatan tersebut tidak merupakan tahap­tahap yang linear, karena  penulis terus­menerus memantau tulisannya dan bergerak maju mundur (Zuchdi,  1997:   6).   Peninjauan   kembali   tulisan   yang   telah   dihasilkan   ini   dapat   dianggap  sebagai   komponen   keempat   dalam   proses   menulis.   Hal   inilah   yang   membantu  penulis   dapat   mengungkapkan   gagasan   secara   logis   dan   sistematis,   tidak  mengandung   bagian­bagian   yang   kontradiktif.   Dengan   kata   lain,   konsistensi  (keajegan) isi gagasan dapat terjaga.

Berkaitan   dengan   tahap­tahap   proses   menulis,   Tompkins   (1990:   73)  menyajikan lima tahap, yaitu: (1) pramenulis, (2) pembuatan draft, (3) merevisi, (4)  menyunting, dan (5) berbagi (sharing).  Tompkins juga menekankan bahwa tahap­ tahap menulis ini tidak merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat  nonlinier,   artinya   merupakan   putaran   berulang.   Misalnya,   setelah   selesai  menyunting   tulisannya,   penulis   mungkin   ingin   meninjau   kembali   kesesuaiannya  dengan kerangka tulisan atau draft awalnya. Kegiatan­kegiatan yang dilakukan pada  setiap tahap itu dapat dirinci lagi. Dengan demikian, tergambar secara menyeluruh  proses menulis, mulai awal sampai akhir menulis seperti berikut. 1.Tahap Pramenulis Pada tahap pramenulis, pembelajar melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri b. Melakukan kegiatan­kegiatan latihan sebelum menulis c. Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis d. Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis e. Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang  telah mereka tentukan 2. Tahap Membuat Draft

Kegiatan   yang   dilakukan   oleh   pembelajar   pada   tahap   ini   adalah   sebagai  berikut:

a. Membuat draft kasar

b. Lebih menekankan isi daripada tata tulis

(34)

Yang perlu dilakukan oleh pembelajar pada tahap merevisi tulisan ini adalah  sebagai berikut: a. Berbagi tulisan dengan teman­teman (kelompok) b. Berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi tentang tulisan teman­teman  sekelompok atau sekelas c. Mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan komentar baik  dari pengajar maupun teman d. Membuat perubahan yang substantif pada draft pertama dan draft berikutnya,  sehingga menghasilkan draft akhir 4. Tahap Menyunting Pada tahap menyunting, hal­hal yang perlu dilakukan oleh pembelajar adalah  sebagai berikut: a. Membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri

b. Membantu   membetulkan   kesalahan   bahasa   dan   tata   tulis   tulisan   mereka  sekelas/sekelompok

c. Mengoreksi kembali kesalahan­kesalahan tata tulis tulisan mereka sendiri. Dalam kegiatan penyuntingan ini, sekurang­kurangnya ada dua tahap yang  harus dilakukan. Pertama, penyuntingan tulisan untuk kejelasan penyajian. Kedua,  penyuntingan bahasa dalam tulisan agar sesuai dengan sasarannya (Rifai, 1997:  105—106).   Penyuntingan   tahap  pertama  akan   berkaitan   dengan   masalah  komunikasi. Tulisan diolah agar isinya dapat dengan jelas diterima oleh pembaca.  Pada   tahap   ini,   sering   kali   penyunting   harus   mereorganisasi   tulisan   karena  penyajiannya dianggap kurang efektif. Ada kalanya, penyunting terpaksa membuang  beberapa paragraf atau sebaliknya, harus menambahkan beberapa kalimat, bahkan  beberapa   paragraf   untuk   memperlancar   hubungan   gagasan.   Dalam   melakukan  penyuntingan   pada   tahap   ini,   penyunting   sebaiknya   berkonsultasi   dan  berkomunikasi dengan penulis. Pada tahap ini, penyunting harus luwes dan pandai­ pandai menjelaskan perubahan yang disarankannya kepada penulis karena hal ini  sangat   peka.   Hal­hal   yang   berkaitan   dengan   penyuntingan   tahap   ini   adalah  kerangka tulisan, pengembangan tulisan, penyusunan paragraf, dan kalimat. 

Kerangka   tulisan   merupakan   ringkasan   sebuah   tulisan.   Melalui   kerangka  tulisan,   penyunting   dapat   melihat   gagasan,   tujuan,   wujud,   dan   sudut   pandang 

(35)

penulis. Dalam bentuknya yang ringkas itulah, tulisan dapat diteliti, dianalisis, dan  dipertimbangkan secara menyeluruh, dan tidak secara lepas­lepas (Keraf, 1989:  134). Penyunting dapat memperoleh keutuhan sebuah tulisan dengan cara mengkaji  daftar isi tulisan dan bagian pendahuluan. Jika ada, misalnya, dalam tulisan ilmiah  atau   ilmiah   populer,   sebaiknya   bagian   simpulan   pun   dibaca.  Dengan   demikian,  penyunting   akan   memperoleh   gambaran   awal   mengenai   sebuah   tulisan   dan  tujuannya. Gambaran itu kemudian diperkuat dengan membaca secara keseluruhan  isi   tulisan.   Jika   tulisan   merupakan   karya   fiksi,   misalnya,   penyunting   langsung  membaca keseluruhan karya tersebut. Pada saat itulah, biasanya penyunting sudah  dapat menandai bagian­bagian yang perlu disesuaikan. 

Berdasarkan   kerangka   tulisan   tersebut   dapat   diketahui   tujuan   penulis.  Selanjutnya, berdasarkan pengetahuan atas tujuan penulis, dapat diketahui bentuk  tulisan dari sebuah naskah (tulisan). Pada umumnya, tulisan dapat dikelompokkan  atas empat macam bentuk, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.

Bentuk  tulisan  narasi  dipilih   jika  penulis  ingin   bercerita  kepada  pembaca.  Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Akan tetapi, narasi dapat  juga   ditulis   berdasarkan   pengamatan   atau   wawancara.   Narasi   pada   umumnya  merupakan himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan  kejadian. Dalam tulisan narasi, selalu ada tokoh­tokoh yang terlibat dalam suatu  atau berbagai peristiwa.

Bentuk   tulisan  deskripsi  dipilih   jika   penulis  ingin   menggambarkan   bentuk,  sifat,   rasa,   corak   dari   hal   yang   diamatinya.   Deskripsi   juga   dilakukan   untuk  melukiskan   perasaan,   seperti   bahagia,   takut,   sepi,   sedih,   dan   sebagainya.  Penggambaran   itu   mengandalkan   pancaindera   dalam   proses   penguraiannya.  Deskripsi   yang   baik   harus   didasarkan   pada   pengamatan   yang   cermat   dan  penyusunan  yang   tepat.  Tujuan   deskripsi   adalah  membentuk,  melalui   ungkapan  bahasa, imajinasi pembaca agar dapat membayangkan suasana, orang, peristiwa,  dan agar mereka dapat memahami suatu sensasi atau emosi. Pada umumnya,  deskripsi jarang berdiri sendiri. Bentuk tulisan tersebut selalu menjadi bagian dalam  bentuk tulisan lainnya.

Bentuk   tulisan  eksposisi  dipilih   jika   penulis   ingin   memberikan   informasi,  penjelasan,   keterangan   atau   pemahaman.   Berita   merupakan   bentuk   tulisan  eksposisi karena memberikan informasi. Tulisan dalam majalah juga merupakan 

(36)

eksposisi.   Buku   teks   merupakan   bentuk   eksposisi.   Pada   dasarnya,   eksposisi  berusaha   menjelaskan   suatu   prosedur   atau   proses,   memberikan   definisi,  menerangkan, menjelaskan, menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau tabel,  mengulas   sesuatu.Tulisan   eksposisi   sering   ditemukan   bersama­sama   dengan  bentuk tulisan deskripsi. Laras yang termasuk dalam bentuk tulisan eksposisi adalah  buku resep, buku­buku pelajaran, buku teks, dan majalah.

Tulisan berbentuk  argumentasi  bertujuan meyakinkan orang, membuktikan  pendapat atau pendirian pribadi, atau membujuk pembaca agar pendapat pribadi  penulis dapat diterima. Bentuk tulisan tersebut erat kaitannya dengan eksposisi dan  ditunjang   oleh   deskripsi.   Bentuk   argumentasi   dikembangkan   untuk   memberikan  penjelasan   dan   fakta­fakta  yang   tepat  sebagai   alasan   untuk menunjang   kalimat  topik.  Kalimat topik,  biasanya  merupakan  sebuah  pernyataan  untuk meyakinkan  atau   membujuk   pembaca.   Dalam   sebuah   majalah   atau   surat   kabar,   misalnya,  argumentasi ditemui dalam kolom opini/wacana/gagasan/pendapat.

Kendatipun   keempat   bentuk   tulisan   tersebut   memiliki   ciri   masing­masing,  mereka tidak secara ketat terpisah satu sama lain. Dalam sebuah kolom, misalnya,  dapat ditemukan berbagai bentuk tulisan tersebut tersebar di dalam paragraf yang  membangun   kerangka   tersebut.   Oleh   karena   itu,   penyunting   berfungsi   untuk  mempertajam   dan   memperkuat   pembagian   paragraf.   Pembagian   paragraf   terdiri  atas paragraf pembuka, paragraf penghubung atau isi, dan paragraf penutup sering  kali tidak diketahui oleh penulis. Masih sering ditemukan tulisan yang sulit dipahami  karena pemisahan bagian­bagian atau pokok­pokoknya tidak jelas.

Pemeriksaan   atas   kalimat   merupakan   penyuntingan   tahap   pertama   juga.  Pada tahap ini pun, sebaiknya penyunting berkonsultasi dengan penulis. Penyunting  harus memiliki pengetahuan bahasa yang memadai. Dengan demikian, penyunting  dapat menjelaskan dengan baik kesalahan kalimat yang dilakukan oleh penulis.  Untuk itu, penyunting harus menguasai persyaratan yang tercakup dalam kalimat  yang efektif. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang secara jitu atau tepat mewakili  gagasan atau perasaan penulis. Untuk dapat membuat kalimat yang efektif, ada  tujuh hal yang harus diperhatikan, yaitu kesatuan gagasan, kepaduan, penalaran,  kehematan atau ekonomisasi bahasa, penekanan, kesejajaran, dan variasi.   Penyuntingan tahap  kedua berkaitan dengan masalah yang lebih terperinci,  lebih   khusus.   Dalam   hal   ini,   penyunting   berhubungan   dengan   masalah   kaidah  bahasa, yang mencakup perbaikan dalam kalimat, pilihan kata (diksi), tanda baca, 

(37)

dan   ejaan.   Pada   saat   penyunting   memperbaiki   kalimat   dan   pilihan   kata   dalam  tulisan, ia dapat berkonsultasi dengan penulis atau langsung memperbaikinya. Hal  ini   bergantung   pada   keluasan   permasalahan   yang   harus   diperbaiki.   Sebaliknya,  masalah perbaikan dalam tanda baca dan ejaan dapat langsung dikerjakan oleh  penyunting tanpa memberitahukan penulis. Perbaikan dalam tahap ini bersifat kecil,  namun sangat mendasar. 5. Tahap Berbagi Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing) atau publikasi.  Pada tahap berbagi ini, pembelajar:

a. Mempublikasikan   (memajang)   tulisan   mereka   dalam   suatu   bentuk   tulisan  yang sesuai, atau

b. Berbagi   tulisan   yang   dihasilkan   dengan   pembaca   yang   telah   mereka  tentukan.

Dari   tahap­tahap   pembelajaran  menulis  dengan   pendekatan/model   proses  sebagaimana   dijabarkan   di   atas   dapat   dipahami   betapa   banyak   dan   bervariasi  kegiatan   pembelajar   dalam   proses   menulis.   Keterlibatannya   dalam   berbagai  kegiatan tersebut sudah barang tentu merupakan pelajaran yang sangat berharga  guna mengembangkan keterampilan menulis. Kesulitan­kesulitan yang dialami oleh  pembelajar pada setiap tahap, upaya­upaya mengatasi kesulitan tersebut, dan hasil  terbaik yang dicapai oleh para pembelajar membuat mereka lebih tekun dan tidak  mudah   menyerah   dalam   mencapai   hasil   yang   terbaik   dalam   mengembangkan  keterampilan menulis.

Pembelajaran menulis bagi penutur asing dengan menggunakan pendekatan  keterampilan   proses   merupakan   suatu   alternatif   untuk   mencapai   keterampilan  menulis   pembelajar   secara   efektif.   Hal   ini   dimungkinkan   karena   diterapkannya  proses kreatif dalam menulis yang diimplementasikan melalui tahap­tahap kegiatan  yang dapat dilakukan pembelajar (pramenulis, membuat draft, merevisi, menyunting,  dan berbagi (sharing). Proses menulis itu tidak selalu bersifat linear tetapi dapat  bersifat nonlinier, dan perlu disesuaikan dengan berbagai jenis tulisan yang mereka  susun. 

(38)

4.4.3 Karangan

Karangan  adalah   bentuk   tulisan   yang   mengungkapkan   pikiran   dan   perasaan 

pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. karangan diartikan juga dengan  rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang  teratur.

Jenis­jenis karangan 1. berdasarkan bentuknya

a.  Prosa  adalah jenis karangan yang disusun dalam bentuk bebas dan terperinci. 

Prosa terbagi 2 macam : ­ Fiksi adalah karangan yang disusun dalam bentuk alur yang menekankan aturan  sistematika penceritaan. contoh novel, cerpen. ­nonfiksi adalah karangan yang menekankan aturan sisitematika ilmiah dan aturan­ aturan kelogisan.contoh makalag, skripsi, bografi, tesis b. Puisi adalaha karangan yang mengutamakan keindahan bentuk dan bunyi serta  kepadatan makna. c. Drama adalah karangan yang berupa dialog sebagai pembentuk alurnya. 2. berdasarkan cara penyajiannya a. karangan narasi adalah karangan yang menceritakan atau mengisahkan suatu  peristiwa dengan berdasarkan urutan waktu. b. karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan atau melukisan  sesuatu objek dengan tujuan agar pembaca merasa seolah­olah melihat objek yang  digambarkannya itu. c. karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan  atau informasi. d. karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk membuktikan  suatu kebenaran sehingga pembaca menyakini kebenaran itu. e. karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk mempenngaruhi  pembaca.

(39)

1. DESKRIPSI

Karangan  ini berisi gambaran mengenai  suatu  hal/ keadaan sehingga  pembaca  seolah­olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. Contoh deskripsi berisi fakta: Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di empat kecamatan masih terdapat hutan  yang    masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan jenis flora dan fauna. Hutan  Mentawai juga menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di  Mentawai. Siamang kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh  primata yang menarik untuk bahan penelitian dan objek wisata. Contoh deskripsi berupa fiksi: Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diseling warna jingga; bayang matahari  senja   yang   memantul.   Angin   awal   musim   dingin   bertiup   menggigilkan,  mempermainkan daun­daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu­bulu burung  berwarna   kuning   kecoklatan   yang   sedang   meloncat­loncat   dari   satu   ranting   ke  ranting yang lain. Topik yang tepat untuk deskripsi misalnya: • Keindahan Bukit Kintamani • Suasa pelaksanaan Promosi Kompetensi Siswa SMK Tingkat Nasional • Keadaan ruang praktik • Keadaan daerah yang dilanda bencana Langkah menyusun deskripsi: • Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan • Tentukan tujuan • Tentukan aspek­aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan  pengamatan • Susunlah aspek­aspek tersebut ke dalam urutan yang baik, apakah urutan  lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan  • Kembangkan kerangka menjadi deskripsi

(40)

2. NARASI

Secara sederhana narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau  kejadian   dalam   satu   urutan   waktu.   Di   dalam   kejadian   itu   ada   pula   tokoh   yang  menghadapi suatu konflik.

Narasi   dapat   berisi   fakta   atau   fiksi.   Contoh   narasi   yang   berisi   fakta:   biografi,  autobiografi,   atau   kisah   pengalaman.   Contoh  narasi   yang   berupa   fiksi:   novel,  cerpen, cerbung, ataupun cergam.

Pola narasi secara sederhana: awal – tengah – akhir Awal narasi biasanya berisi  pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat  menarik agar dapat mengikat pembaca.

Bagian  tengah merupakan bagian  yang  memunculkan suatu  konflik. Konflik lalu  diarahkan   menuju   klimaks   cerita.   Setelah   konfik   timbul   dan   mencapai   klimaks,  secara berangsur­angsur cerita akan mereda. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam­macam. Ada  yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha  menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya  sendiri. Contoh narasi berisi fakta: Ir. Soekarno Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia  memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan  di   tempat   pengasingan   karena   keberaniannya   menentang   penjajah.   Soekarno  bersama   Mohammad   Hatta   sebagai   wakil   bangsa   Indonesia   memproklamasikan  kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan  diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan  dipulihkan   kedudukannya   sebagai   Presiden   RI   pada   tahun   1949. .

Contoh narasi fiksi:

Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa,  membuat tulang­tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua 

(41)

telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa  begitu menyiksa.

Wangi   kayu   cadar   yang   terbakar   di   perapian   menyambutku   ketika   Eriza  membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke  tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga? Langkah menyusun narasi (fiksi): Langkah menyusun narasi (fiksi) melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari,  menemukan, dan menggali ide. Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W  + 1 H. Di mana seting/ lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan  diceritakan, kapan peristiwa­peristiwa berlangsung, mengapa peristiwa­peristiwa itu  terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan. 3. EKSPOSISI

Karangan   ini   berisi   uraian   atau   penjelasan   tentang   suatu   topik   dengan   tujuan  memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas  uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Contoh: Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan  auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk  menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi  yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan. Dalam bidang auditing  pekerjaan   akuntan   berupa   pemeriksaan   laporan   keuangan   secara   objektif  untuk  menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut. Topik yang tepat untuk eksposisi, antara lain: • Manfaat kegiatan ekstrakurikuler • Peranan majalah dinding di sekolah • Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil. • Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang langkah/ cara/ proses kerja. • Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses. Contoh paparan proses: Cara mencangkok tanaman: 1. Siapkan pisau, tali rafia, tanah yang subur, dan sabut secukupnya.

(42)

2. Pilihlah ranting yang tegak, kekar, dan sehat dengan diameter kira­kira 1,5 sampai 2 cm. 3. Kulit ranting yang akan dicangkok dikerat dan dikelupas sampai bersih kira­kira sepanjang 10 cm. Langkah menyusun eksposisi: • Menentukan topik/ tema  • Menetapkan tujuan • Mengumpulkan data dari berbagai sumber • Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih • Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi. 4. ARGUMENTASI

Karangan   ini   bertujuan   membuktikan   kebenaran   suatu   pendapat/   kesimpulan  dengan   data/   fakta   sebagai   alasan/   bukti.   Dalam   argumentasi   pengarang  mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan  data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut. Contoh: Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan  jiwa kepahlawanan. Pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses.  Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai­nilai dan sifat kepribadian yang  luhur,   berjiwa   besar,   bertanggung   jawab,   berdedikasi,   loyal,   tangguh,   dan   cinta  terhadap   sesama.   Semua   sifat   ini   sangat   dibutuhkan   untuk   mendukung  pembangunan di berbagai bidang. Tema/ topik yang tepat untuk argumentasi, misalnya: • Disiplin kunci sukses berwirausaha • Teknologi komunikasi harus segera dikuasai • Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial Langkah menyusun argumentasi: • Menentukan topik/ tema • Menetapkan tujuan • Mengumpulkan data dari berbagai sumber • Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih

(43)

• Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi

5. PERSUASI

Karangan   ini   bertujuan   mempengaruhi   pembaca   untuk   berbuat   sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik  berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan  penulis dalam karangannya. Topik/ tema yang tepat untuk persuasi, misalnya: Katakan tidak pada NARKOBA Hemat energi demi generasi mendatang Hutan sahabat kita Hidup sehat tanpa rokok Membaca memperluas cakrawala Langkah menyusun persuasi: • Menentukan topik/ tema • Merumuskan tujuan • Mengumpulkan data dari berbagai sumber • Menyusun kerangka karangan • Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi 4.4.4 Langkah­langkah menulis artikel Ada beberapa kaidah dalam penulisan populer, antara lain: 1. Menulis Jelas dan Ringkas 2. Mengindari jargon dan istilah teknis, istilah asing 3. Menghindari akronim dan singkatan 4. Membuat kalimat/paragraf sederhana 5. Menulis dengan kata kerja aktif

Referensi

Dokumen terkait

A) Node, stable: both eigenvalues are negative real; the fixed point is stable... B) Focus, stable: complex conjugate eigenvalues with negative real part; the fixed point is stable,

Angket pada penelitian ini untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa dengan pengolahan perpustakaan sekolah yang tersedia. Penyebaran

Utang atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo) -3. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing -

7 Mengetik laporan kegiatan Pengembangan SDM Destinasi Pariwisata Tersedianya dokumen kegiatan pengembangan SDM Destinasi Pariwisata 1Dokumen Kepala SKPD

141 15052302010206 YATIK NINGSIH Guru Kelas PAUD/TK TK Dharma Wanita Jatibanteng Lengkapi SK Guru Tetap Yayasan 2 tahun terakhir 142 15052302010228 HINDAR MISSRU HADI Guru Kelas

Perlu dikembangkan juga untuk membuat sediaan farmasi sari buah, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol 90% buah sirsak yang lebih praktis, kontinjuitas terjamin yang

Mahalli,

Pendidikan bagi tenaga Keperawatan merupakan bagian yang sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien (patient safety) di rumah sakit, menggunakan tehnologi informasi,