SEKTOR TELEMATIKA
SUB SEKTOR MULTIMEDIA
MENULIS NASKAH
TIK.MM02.022.01
DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.
DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS
DAFTAR ISI BAB I...5 PENGANTAR...5 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi ...5 1.2 Desain Modul...5 1.2.1. Isi Modul...5 1.2.2. Pelaksanaan Modul...6 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC)...7 1.4 Pengertianpengertian Istilah...7 BAB II...10 STANDAR KOMPETENSI...10 2.1. Peta Paket Pelatihan ...10 2.2. Pengertian Unit Standar Kompetensi...10 2.3. Unit Kompetensi yang Dipelajari ...11 2.3.1 Judul unit kompetensi...11 2.3.2 Kode unit kompetensi...11 Kode Unit : TIK.MM02.022.01...11 2.3.3 Deskripsi unit...11 2.3.4 Elemen kompetensi...11 ELEMEN KOMPETENSI...12 KRITERIA UNJUK KERJA...12 2.3.5 Batasan variabel...13 2.3.6 Panduan Penilaian...16 2.3.7 Kompetensi Kunci...18 BAB III...19 STRATEGI DAN METODE PELATIHAN...19 3.1. Strategi Pelatihan ...19 3.2Metode Pelatihan ...20 BAB IV...22 MATERI UNIT KOMPETENSI...22 MENULIS NASKAH...22 4.1 Tujuan instruksional umum...22 4.2 Tujuan instruksional khusus...22 4.3 Uraian singkat materi :...22 4.4 Beberapa pengertian dalam unit kompetensi ini, yaitu :...22 4.4.1 Menulis...22
4.4.2 Teori menulis...25 4.4.3 Karangan...38 4.4.4 Langkahlangkah menulis artikel...43 4.4.5 Teknik penulisan berita untuk media televisi...44 4.5 Informasi masingmasing elemen kompetensi...52 4.5.1 Meninjau narasi...52 4.5.2Menulis konsep awal...54 Teknik menulis sederhana...54 2.Keterampilan Kerja...56 BAB V...58 SUMBERSUMBER YANG DIPERLUKAN...58 UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI...58 5.1 Sumber Daya Manusia ...58 5.2 Literatur...59 5.3 Daftar Peralatan dan Bahan yang digunakan...59 DAFTAR PUSTAKA...61
BAB I PENGANTAR
1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi • Apakah pelatihan berdasarkan kompetensi?
Pelatihan berdasarkan kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan di tempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten. Standar Kompetensi dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja.
• Apakah artinya menjadi kompeten ditempat kerja?
Jika Anda kompeten dalam pekerjaan tertentu, Anda memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap yang perlu untuk ditampilkan secara efektif ditempat kerja, sesuai dengan standar yang telah disetujui.
1.2 Desain Modul
Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/mandiri :
• Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang pelatih.
• Pelatihan individual/mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsurunsur/sumbersumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih.
1.2.1. Isi Modul
a. Buku Informasi
Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan.
b. Buku Kerja
Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri.
Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi :
Kegiatankegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi.
• Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
• Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja.
c. Buku Penilaian
Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :
• Kegiatankegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan.
• Metodemetode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. • Sumbersumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. • Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. • Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik. • Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan. 1.2.2. Pelaksanaan Modul Pada pelatihan klasikal, pelatih akan :
• Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.
• Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.
• Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan.
• Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada Buku Kerja.
• Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. • Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada buku Kerja. • Memberikan jawaban pada Buku Kerja. • Mengisikan hasil tugas praktik pada Buku Kerja. • Memiliki tanggapantanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih. 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC)
• Apakah Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency).
Jika Anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, Anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC). Berarti Anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali.
• Anda mungkin sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena Anda telah :
a. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama atau
b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau
c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama.
1.4 Pengertianpengertian Istilah Profesi
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.
Standardisasi
Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.
Penilaian / Uji Kompetensi
Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan buktibukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan. Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari. Kompetensi Kerja Kompetensi Kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan , keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan
Pelatihan Berbasis Kompetensi Kerja.
Pelatihan Berbasisi Kompetensi Kerja adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan standar yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan / atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Sertifikasi Kompetensi Kerja. Sertifikasi kompetensi Kerja adalah proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sitematis dan obyektif melalui uji kompetensi sesuai standar kompetensi kerja nasional Indonesia, standar internasional dan /atau standar khusus.
Sertifikat Kompetensi Kerja
Sertifikat Kompetensi Kerja adalah bukti tertulis yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi terakreditasi yang menerangkan bahwa seseorang telah menguasai kompetensi kerja tertentu sesuai dengan SKKNI.
BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1. Peta Paket Pelatihan Keterkaitan unit kompetensi untuk penilaian akan bervariasi dengan project atau scenario tertentu. Unit ini penting untuk suatu range pelayanan teknologi Informasi dan oleh karena ituu harus dinilai secara keseluruhan dengan unit technical/support. Pengembangan pelatihan untuk memenuhi persyaratan dalam unit ini perlu dilakukan dengan hatihati. Untuk pelatihan prakejuruan umum, institusi harus menyediakan pelatihan yang mempertimbangkan serangkaian konteks industri seutuhnya tanpa bias terhadap sektor tertentu. Batasan variabel akan membantu dalam hal ini. Untuk sektor tertentu/ khusus, pelatihan harus disesuaikan agar dapat memenuhi kebutuhan sektor tersebut
2.2. Pengertian Unit Standar Kompetensi Apakah Standar Kompetensi?
Setiap Standar Kompetensi menentukan :
a. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi. b. Standar yang diperlukan untuk mendemonstrasikan kompetensi. c. Kondisi dimana kompetensi dicapai. Apa yang akan Anda pelajari dari Unit Kompetensi ini? Diharapkan anda dapat melakukan teknik penulisan naskah. Berapa lama Unit Kompetensi ini dapat diselesaikan?
Pada sistem pelatihan berdasarkan kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Namun diharapkan
pelatihan ini dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tiga sampai tujuh hari. Pelatihan ini dijutukan bagi semua orang awam yang ingin menulis naskah.
Berapa banyak/kesempatan yang Anda miliki untuk mencapai kompetensi?
Jika Anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih Anda akan mengatur rencana pelatihan dengan Anda. Rencana ini akan memberikan Anda kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi Anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. 2.3. Unit Kompetensi yang Dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan untuk dapat : • mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. • memeriksa kemajuan peserta pelatihan. • menyakinkan bahwa semua elemen (subkompetensi) dan criteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian. 2.3.1 Judul unit kompetensi Judul Unit : Menulis naskah 2.3.2 Kode unit kompetensi Kode Unit : TIK.MM02.022.01 2.3.3 Deskripsi unit Unit ini mendeskripsikan tentang keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan menulis sebuah naskah dari narasi asli untuk semua produksi dalam industri budaya. 2.3.4 Elemen kompetensi
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA 01 Meninjau Narasi 1.1. Analisa bentuk narasi untuk menghasilkan narasi yang siap untuk penulisan bagian berikutnya. 1.2. Identifikasi dan pencatatan kegunaan narasi, dan eksplorasi ruang lingkup cara untuk merubahnya menjadi bentuk naskah. 1.3. Pertimbangan kemungkinan yang teridentifikasi dari penerimaan narasi dan refleksi pada kemungkinan dari proyek tersebut. 1.4. Evaluasi ide naskah yang dikembangkan dari bentuk narasi dengan orangorang yang relevan, bila dibutuhkan. 02 Menulis Konsep Awal 2.1. Dipererat lingkungan yang akan menghasilkan ideide dan membantu dalam motivasi untuk membawa ideide yang bervariasi. 2.2. Dihasilkan, eksplorasi dan penekanan ruang lingkup ide dari bermacammacam sumber daya untuk pengembangan lebih lanjut desain sebuah cerita. 2.3. Evaluasi ideide yang dihasilkan, pengelompokkan ideide yang berhubungan, dan pemilihan ideide yang sesuai dengan persyaratan naskah. 2.4. Pertimbangan ideide yang dipilih merefleksikan ideide tersebut untuk pengembangan naskah. 2.5. Dipastikan segala informasi fakta yang akurat dan berhubungan dengan hasil penelitian dan
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA narasi disetujui. 2.6. Konsep naskah dihaluskan sampai memenuhi persyaratan kreatif dan artistic. 2.7. Identifikasi dan dihasilkan kriteria untuk pengukuran yang efektif atas kesuksesan naskah dalam konteksnya. 2.8. Dipastikan konsep akhir naskah sesuai dengan persyaratan waktu dari produksi yang diminta. 2.9. Penyerahan konsep akhir pada orangorang yang relevan untuk dipertimbangkan dan ditinjau, bila diperlukan. 2.10. Dokumentasi dan implementasi segala perubahan naskah jika diperlukan. 2.3.5 Batasan variabel 1. Tipe produksi meliputi: 1.1. Film dan video roman 1.2. Film dokumenter 1.3. Film dan video pendek 1.4. Animasi 1.5. Serial televisi 1.6. Iklan/ komersial 1.7. Film dan video pelatihan dan perusahaan 1.8. Multimedia interaktif 1.9. Kegiatan dan penampilan langsung 2. Sumber daya yang relevan meliputi:
2.1. Inspirasi 2.2. Imajinasi 2.3. Pengalaman hidup 2.4. Kejadian aktual/ nyata 2.5. Bahan narasi yang muncul 2.6. Media lain 2.7. Perjalanan 2.8. Observasi 2.9. Pengalaman yang berbeda 3. Ideide dapat dihasilkan dari: 3.1 Brainstorming 3.2 Latihan 3.3 Pemberian pertanyaan 3.4 Role play 3.5 Membuat analogi 3.6 Mencari subyek dari sudut pandang yang berbeda 3.7 Inovasi 4. Persyaratan produksi meliputi: 4.1. Durasi 4.2. Corak 4.3. Isi 4.4. Anggaran 4.5. Tenggat waktu 4.6. Lokasi 4.7. Audience 4.8. Kegunaan 4.9. Kontrak 4.10. Kerahasiaan 4.11. HAKI 4.12. Jadwal 5. Perlengkapan meliputi:
5.1. Komputer 5.2. Alat tulis 5.3. Peralatan perekam 6. Elemen cerita meliputi: 6.1. Plot 6.2. Cerita 6.3. Tema 6.4. Struktur 6.5. Karakter 6.6. Aliran 6.7. Konflik 7. Bentuk narasi dapat merupakan: 7.1. Sinopsis 7.2. Garis besar 7.3. Garis cerita 7.4. Perlakuan 7.5. Naskah televisi 7.6. Screenplay 8. Naskah meliputi: 8.1. Roman 8.2. Film dokumentasi 8.3. Komedi 8.4. Drama televisi 8.5. Serial 8.6. Program anakanak 8.7. Berita 8.8. Infotainment 8.9. Film interaktif 8.10. Permainan interaktif 8.11. Play
8.12. Teks penampilan 9. Orangorang yang relevan meliputi: 9.1. Produser 9.2. Sutradara 9.3. Penulis naskah 9.4. Editor naskah 9.5. Pemain 9.6. Staf teknis yang lain 9.7. Staf ahli yang lain 9.8. Klien 9.9. Audience 2.3.6 Panduan Penilaian 1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang Penilaian harus meliputi fakta esensial pengetahuan dan keahlian pada bidang di bawah ini:
1.1. Kemampuan melokasikan dan menggunakan sumber daya untuk memperluas pengalaman kreatif
1.2. Kemampuan mendemonstrasikan keaslian dan pendekatan inovartif dalam proses penulisan naskah kreatif
1.3. Kemampuan untuk mencoba corak dan elemen narasi untuk mengembangkan pilihan sendiri dan memperluas latihan penulisan 1.4. Kemampuan memperluas ikatan kreatif untuk diri sendiri dan penonton 1.5. Pengetahuan dan pengertian atas prinsip dan latihan penulisan untuk layar 1.6. Pengetahuan atas bermacammacan tehinik pembacaan cerita 1.7. Pengetahuan yang relevan dengan konvensi penulisan, contohnya: film, bahasa 1.8. Pengetahuan atas apek cerita dan/ atau pengembangan karakter 1.9. Pengetahuan atas struktur penulisan layar, teater atau radio 1.10. Pengertian atas kecakapan pengarah layar 1.11. Pengertian atas kecakapan berakting di layar
1.12. Membaca dan menginterpretasikan dokumentasi bentuk narasi lainnya 1.13. Pengetahuan atas tehnik komunikasi yang efektif meliputi
mendengarkan secara aktif, bnertanya dan komunikasi non verbal 1.14. Pengetahuan atas organisasi yang relevan dan/ atau persyaratan
legislatif kesehatan dan keselamatan tempat kerja
2. Konteks penilaian
2.1. Penilaian dapat diambil dalam pekerjaan, di luar pekerjaan atau merupakan penggabungan dari keduanya. Bagaimana pun jugaPenilaian dari unit ini akan lebih efektif bila diambil dalam persyaratan lingkungan tempat kerja yang spesifik.
2.2. Ruang lingkup metode untuk menambah aplikasi dari esensial pengetahuan dasar harus mendukung hal ini dan meliputi: 2.2.1. Contoh pekerjaan atau aktifitas tempat kerja yang disimulasikan. 2.2.2. Pertanyaan lisan/ wawancara bertujuan untuk mengevaluasi proses yang digunakan dalam mengembangkan dan merealisasikan konsep kreatif. 2.2.3. Proyekproyek/ laporan. 2.2.4. Laporan pihak ketiga dan hasil utama yang didapat. 2.2.5. Laporan fakta yang mendemonstrasikan proses yang digunakan dalam mengembangkan dan merealisasikan konsep kreatif. 3. Aspek penting penilaian 3.1. Unit ini berkompeten diaplikasikan pada ruang lingkup sektor industri. Fokus dari Penilaian akan tergantung pada sektor industri. Penilaian harus memenuhi kebutuhan dari sektor tertentu yang mana
penampilannya akan ditambahkan. Penilaian harus diperuntukkan pada variabel keadaan sekitar yang terdaftar dalam ruang lingkup pernyataan variabel yang diaplikasikan pada konteks yang dipilih. 3.2. Fakta di bawah ini kritis untuk menilai kompetensi unit ini: 3.2.1. Kemampuan untuk menulis garis besar narasi untuk produksi media. 3.2.2. Pengetahuan atas prinsip dan latihan penulisan narasi 3.2.3. Pengetahuan dan aplikasi pada legislasi lokal kesehatan,
keselamatan dan keamanan tempat kerja yang relevan. 3.2.4. Pengetahuan tehnik komunikasi yang efektif. 4. Kaitan dengan unitunit lainnya 4.1 Keterkaitan unit kompetensi untuk penilaian akan bervariasi denganproject atau scenario tertentu. Unit ini penting untuk suatu range pelayanan teknologi Informasi dan oleh karena ituu harus dinilai secara keseluruhan dengan unit technical/support. 4.2 Pengembangan pelatihan untuk memenuhi persyaratan dalam unit ini perlu dilakukan dengan hatihati. Untuk pelatihan prakejuruan umum, institusi harus menyediakan pelatihan yang mempertimbangkan serangkaian konteks industri seutuhnya tanpa bias terhadap sektor tertentu. Batasan variabel akan membantu dalam hal ini. Untuk sektor tertentu/ khusus, pelatihan harus disesuaikan agar dapat memenuhi kebutuhan sektor tersebut. 2.3.7 Kompetensi Kunci
NO KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 2 2 Mengkomunikasikan ideide dan informasi 2 3 Merencanakan dan mengorganisir aktivitasaktivitas 3 4 Bekerja dengan orang lain dan kelompok 3 5 Menggunakan ideide dan tehnik matematika 1 6 Memecahkan masalah 2 7 Menggunakan teknologi 2
BAB III
STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1. Strategi Pelatihan
Belajar dalam suatu sistem Berdasarkan Kompetensi berbeda dengan yang sedang “diajarkan” di kelas oleh Pelatih. Pada sistem ini Anda akan bertanggung jawab terhadap belajar Anda sendiri, artinya bahwa Anda perlu merencanakan belajar Anda dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
Persiapan/perencanaan
a. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar Anda. b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. c. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah Anda miliki. d. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan Anda. Permulaan dari proses pembelajaran a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktik yang terdapat pada tahap belajar. b. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan Anda. Pengamatan terhadap tugas praktik a. Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh Pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya.
b. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih tentang konsep sulit yang Anda temukan.
Implementasi
a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman.
b. Mengamati indicator kemajuan personal melalui kegiatan praktik. c. Mempraktikkan keterampilan baru yang telah Anda peroleh.
Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar Anda. 3.2 Metode Pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan. Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan Anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masingmasing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, Anda disarankan untuk menemui Pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.
Belajar Berkelompok
Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk dating bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masingmasing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, Pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.
Belajar terstruktur
Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh Pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topic tertentu.
BAB IV
MATERI UNIT KOMPETENSI MENULIS NASKAH 4.1 Tujuan instruksional umum
o Siswa mampu menceritakan dan menjelaskan bagaimana menulis naskah 4.2 Tujuan instruksional khusus o Siswa mengerti dan mampu meninjau narasi. o Siswa mampu menulis konsep awal untuk naskah. 4.3 Uraian singkat materi : Menulis naskah
Mendeskripsikan tentang keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan menulis sebuah naskah dari narasi asli untuk semua produksi dalam industri budaya.
4.4 Beberapa pengertian dalam unit kompetensi ini, yaitu : 4.4.1 Menulis
MENULIS itu ibarat naik sepeda. Tidak ada teori dan teknik khusus yang bisa menjadikan seseorang mahir naik sepeda kecuali latihan dan “kebiasaan”.
Menulis juga ibarat berenang. Sesering apa pun Anda membaca bukubuku atau menyimak ceramah tentang teknik berenang, Anda tidak akan bisa menjadi perenang jika tidak “nyebur” langsung di kolam renang dan berlatih.
Maka, ingin bisa menulis, mulailah sekarang! Poinpoin berikut sekadar “membuka jendela” menuju dunia tulis menulis di media massa, membantu Anda untuk mengenali seni menulis, atau memandu Anda untuk menjadi seorang penulis. Menulis adalah komunikasi, layaknya bercakapcakap atau menulis surat. Hanya saja, menulis untuk media massa ada sejumlah kaidah yang harus dipatuhi, tidak sebebas menulis surat atau catatan pribadi. Pasalnya, tulisan Anda di media massa itu untuk dikonsumsi publik dan menyangkut kepentingan orang banyak. Tujuan menulis adalah komunikasi, yakni menyampaikan ide, informasi, atau kesan yang ada dalam pemikiran kita kepada pembaca. Karena itu, tulisan kita harus mudah dipahami pembaca. Jika pembaca tidak mengerti isi tulisan kita, maka tulisan kita tidak ada artinya. Kejelasan adalah kunci tulisan yang baik. Dengan menggunakan kata, ungkapan, kalimat, atau bahasa yang jelas, mudah dipahami, maka pembaca pun tidak akan salah paham. Gunakan gaya bahasa orang awam atau bahasa yang dimengerti orang banyak. Hindari ungkapan atau istilah akademis, politis, sastra, birokratis, teknis, yang biasanya hanya dimengerti kalangan terbatas/tertentu. Ingat, tulisan kita untuk media massa, yakni sarana komunikasi kepada publik yang heterogen wawasan dan tingkat intelektualitasnya.
Menulis adalah proses, melalui tahapan tertentu –menentukan topik, menguji topik, mencari referensi, menyusun outline, dan editing. Menulis juga adalah “kerja intelektual” yang membutuhkan keahlian khusus (writing technique). Karenanya, dibutuhkan latihan, kejelian, daya nalar, wawasan, referensi, etika, juga waktu dan… kesabaran!
Inilah langkah awal bagi penulis pemula. Lakukan “latihan kecil” sehingga kita bisa menemukan gaya menulis yang alami (natural style). Tulis saja apa yang ada di pikiran kita. Jika tidak tahu apa yang harus ditulis, mulailah dengan rekaman aktivitas harian kita. Atau perhatikan apa saja yang ada di sekitar ruangan kamar kita dan gambarkan secara rinci. Tulis dan tulis dengan cepat! Jangan terpaku dengan “teori menulis”, menulis sajalah dulu…! Ibarat berenang, gunakan gaya seenak kita, tidak perlu kaku dengan gaya katak, gaya punggung, atau “gaya gayaan”.
Prewriting : The Thinking Process about Purpose, Audience, and Topic of Writing. 1. Determining Your Purpose : to inform, to entertain, or to persuade. Apa tujuan tulisan kita –sekadar informasi, untuk menghibur pembaca, atau mengajak pembaca melakukan sesuatu? 2. Considering Your Audience: For whom are you writing? Siapa yang akan membaca tulisan kita. Tulisan buat anakanak, tentu berbeda gaya bahasanya dengan tulisan buat remaja atau orang dewasa. 3. Deciding Your Topic: What are you going to write? Tentukan topik, apa yang hendak kita kemukakan dalam tulisan itu? Temukan ide utama, persempit, dan temukan poinnya atau intinya. Misalnya, ide utamanya Pemilihan Presiden 2009, sempitkan menjadi Calon Presiden Unggulan, dan fokuskan bahasan pada Profil serta Peluang masingmasing calon yang kita analisis. Inilah tahapan yang kita lalui ketika menulis sebuah artikel. 1. Outlining = bringing order out of chaos. Membuat garis besar tulisan. Rapikan poinpoin bahasan, mulai Pendahuluan, “Jembatan” menuju bahasa utama (bridging), dan pokokpokok bahasan (subjudul).
2. The Writing Stage = composing the first draft. Menulis naskah pertama, naskah kasar. Tulislah dulu apa yang ada di kepala, yang ingat, jangan dulu melihat referensi data data. 3. Menulis dimana saja ketika ide muncul baik sedang berbaring, di tempat tidur, di meja dan tempat lainnya. Lakukan penulisan ulang yang lebih rapi kemudian 4. The Revising Stage = rewriting the rough draft. Tahap Revisi adalah ketika sebuah kalimat adalah lengkap dan paragraph dikembangkan secara penuh, tiap ide berkaitan dengan isi dan setiap transisi membuat setiap ide lebih jelas adanya.
5. The Editing Stage = correcting the final version.. Pada saat edit, perhatikan hanya kata dan tanda baca, tidak diperlukan adanya perhatian terhadap arti. Perhatikan apakah ada kata yang salah ditulis, kurangnya huruf atau tanda baca. Pastikan setiap kalimat benarbenar berisikan apa yang hendak kita ungkapkan.* 4.4.2 Teori menulis A. Pengajaran Keterampilan Menulis Mahasiswa asing yang belajar di Indonesia, di samping mempelajari ilmunya, ia juga harus belajar bahasa Indonesia. Belajar bahasa Indonesia berarti ia harus belajar mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia. Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Sekurangkurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam perbuatan menulis, yaitu: (1) penguasaan bahasa tulis, yang akan berfungsi sebagai media tulisan, meliputi: kosakata, struktur kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis; dan (3) penguasaan tentang jenisjenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya.
Seorang penutur asing tidak akan mungkin terampil menulis kalau hanya menguasai satu atau dua komponen saja di antara ketiga komponen tersebut. Betapa banyak penutur asing yang menguasai bahasa Indonesia secara tertulis tetapi tidak dapat menghasilkan tulisan karena tidak tahu apa yang akan ditulis dan bagaimana menuliskannya. Betapa banyak pula penutur asing yang mengetahui banyak hal untuk ditulis dan tahu pula menggunakan bahasa tulis tetapi tidak dapat menulis karena tidak tahu caranya. Dalam makalah ini akan dibahas model pengajaran menulis bahasa Indonesia bagi penutur asing tingkat lanjut khususnya mereka yang belajar berbagai ilmu di Indonesia.
Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah. Untuk memulai menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi seorang penulis
yang terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk mempraktikkannya tidak cukup sekali dua kali. Frekuensi latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulismenulis.
Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai menulis. Artinya, kapan pun, di mana pun, dan dalam situasi yang bagaimana pun seorang penutur asing yang belajar di Indonesia dapat melakukannya. Ketakutan akan kegagalan bukanlah penyebab yang harus dipertahankan. Itulah salah satu kiat, teknik, dan strategi yang ditawarkan oleh David Nunan (1991: 86—90) dalam bukunya Language Teaching
Methodology. Dia menawarkan suatu konsep pengembangan keterampilan menulis
yang meliputi: (1) perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan, (2) menulis sebagai suatu proses dan menulis sebagai suatu produk, (3) struktur generik wacana tulis, (4) perbedaan antara penulis terampil dan penulis yang tidak terampil, dan (5) penerapan keterampilan menulis dalam proses pembelajaran. Pertama, perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan tampak pada fungsi dan karakteristik yang dimiliki oleh keduanya. Namun demikian, yang patut diperhatikan adalah keduanya harus memiliki fungsi komunikasi. Dari sudut pandang inilah dapat diketahui sejauh mana hubungan antara bahasa lisan dan bahasa tulis, sehingga dapat diaplikasikan dalam kegiatan komunikasi.
Dalam berkomunikasi seharihari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa tadi, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh dan lebih mendalam. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia kadangkadang tidak terampil menggunakan bahasanya sendiri dibandingkan dengan orang asing yang belajar bahasa Indonesia. Hal ini merupakan suatu kelemahan yang tidak kita sadari. Kedua, pandangan bahwa keterampilan menulis sebagai suatu proses dan menulis sebagai suatu produk. Pendekatan yang berorientasi pada proses lebih memfokuskan pada aktivitas belajar (proses menulis); sedangkan pendekatan yang berorientasi pada produk lebih memfokuskan pada hasil belajar menulis yaitu wujud tulisan. Ketiga, struktur generik wacana dari masingmasing jenis karangan (tulisan) tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hanya saja pada jenis karangan
narasi menunjukkan struktur yang lengkap, yang meliputi orientasi, komplikasi, dan resolusi. Hal ini menjadi ciri khas jenis karangan/tulisan ini. Keempat, untuk menambah wawasan tentang keterampilan menulis, setiap penulis perlu mengetahui penulis yang terampil dan penulis yang tidak terampil. Tujuannya adalah agar dapat mengikuti jalan pikiran (penalaran) dari keduanya. Kita dapat mengetahui kesulitan yang dialami penulis yang tidak terampil (baca: pemula, awal). Salah satu kesulitan yang dihadapinya adalah ia kurang mampu mengantisipasi masalah yang ada pada pembaca. Adapun penulis terampil, ia mampu mengatakan masalah tersebut atau masalah lainnya, yaitu masalah yang berkenaan dengan proses menulis itu sendiri.
Kelima, sekurangkurangnya ada tiga proses menulis yang ditawarkan oleh
David Nunan, yakni: (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap perbaikan. Untuk menerapkan ketiga tahap menulis tersebut diperlukan keterampilan memadukan antara proses dan produk menulis.
Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur kalimat (McCrimmon, 1967: 122). B. Pendekatan Pengajaran Menulis: Tradisional dan Proses
Pembelajaran menulis dengan pendekatan tradisional lebih menekankan pada hasil berupa tulisan yang telah jadi, tidak pada apa yang dikerjakan pembelajar ketika menulis. Pembelajar berpraktik menulis, mereka tidak mempelajari bagaimana cara menulis yang baik. Temuan penelitian mengenai menulis menyebabkan bergesernya penekanan pembelajaran menulis dari hasil (tulisan) ke proses menulis yang terlibat dalam menghasilkan tulisan. Peran pengajar dalam pembelajaran menulis dengan pendekatan proses tidak hanya memberikan tugas
menulis dan menilai tulisan para pembelajar, tetapi juga membimbing pembelajar dalam proses menulis (Tompkins, 1990: 69).
Perbedaan antara pendekatan tradisional dan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia bagi penutur asing tingkat lanjut sebagaimana dikemukakan Tompkins (1990: 70) dapat dilihat pada bagan berikut.
Pendekatan Tradisional dan Keterampilan Proses dalam Menulis
No. Komponen Pendekatan
Tradisional
Pendekatan Proses
1 Pilihan Topik Tugas menulis kreatif yang spesifik diberikan oleh pengajar
Pembelajar memilih topik sendiri, atau topiktopik yang diambil dari bidang studi lain
2 Pembelajaran Pengajar hanya sedikit atau tidak memberikan pelajaran.
Pembelajar diharapkan menulis sebaikbaiknya
Pengajar mengajar pembelajar mengenai proses menulis dan mengenai bentukbentuk tulisan
3 Fokus Berfokus pada tulisan yang sudah jadi
Berfokus pada proses yang digunakan pembelajar ketika menulis 4 Rasa Memiliki Pembelajar menulis
untuk pengajar dan kurang merasa memiliki tulisan sendiri
Pembelajar merasa memiliki tulisan sendiri.
5 Pembaca Pengajar merupakan pembaca utama Pembelajar menulis untuk pembaca yang sesungguhnya 6 Kerja Sama Hanya sedikit atau tidak ada kerja sama Pembelajar menulis dengan bekerja sama dan berbagi tulisan yang dihasilkan masingmasing dengan temanteman satu kelompok/kelas
7 Draft Pembelajar menulis draft tunggal dan harus memusatkan pada isi sekaligus segi mekanik (ejaan, tanda baca, tata tulis)
Pembelajar menulis draft kasar (outline) untuk menuangkan gagasan dan kemudian merevisi dan menyunting draft ini sebelum membuat hasil akhir
8 Kesalahan Mekanik
Pembelajar dituntut untuk menghasilkan tulisan yang bebas dari kesalahan
Pembelajar mengoreksi kesalahan sebanyak banyaknya selama menyunting, tetapi tekanannya lebih besar pada isi daripada segi mekanik
9 Peran Pengajar Pengajar memberikan tugas menulis dan menilainya jika tulisan sudah jadi
Pengajar mengajarkan cara menulis dan memberikan balikan selama pembelajar merevisi dan mengedit/menyunting 10 Waktu Pembelajar menyelesaikan tulisan dalam satu jam pelajaran Pembelajar mungkin menghabiskan waktu tidak hanya satu jam pelajaran untuk mengerjakan setiap tugas menulis
11 Evaluasi Pengajar mengevaluasi kualitas tulisan setelah tulisan selesai disusun Pengajar memberikan balikan selama pembelajar menulis, sehingga pembelajar dapat memanfaatkannya untuk memperbaiki tulisannya. Evaluasi berfokus pada proses dan hasil.
Dari kedua pendekatan pengajaran menulis seperti tertera pada bagan di atas dapat diketahui kelemahan dan keunggulannya. Pada pendekatan tradisional, pengajar memberikan topik tulisan dan setelah pembelajar mengerjakan tugas tersebut selama setengah atau tiga per empat jam (satu jam pelajaran), pengajar mengumpulkan pekerjaan pembelajar untuk dievaluasi. Dengan model pembelajaran seperti ini biasanya hanya sedikit saja pembelajar yang dapat menghasilkan tulisan yang baik. Sebagian besar pembelajar biasanya hanya menghasilkan tulisan yang kurang baik. Pengalaman di lapangan dalam memberikan proses pembelajaran terhadap penutur asing menunjukkan bahwa kadangkadang mereka hanya dapat menghasilkan beberapa kalimat saja. Dalam kondisi semacam ini pembelajar tidak mempelajari bagaimana cara menulis. Mereka dihadapkan pada tugas sulit yang harus mereka kerjakan tanpa memperoleh penjelasan mengenai cara mengatasi kesulitan yang mereka hadapi.
Menyadari terhadap kenyataan yang tidak menguntungkan bagi upaya pengembangan keterampilan menulis bahasa Indonesia bagi penutur asing tingkat lanjut seperti digambarkan di atas, seyogianya dapat diterapkan model/pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran menulis. Untuk itu, terlebih dahulu perlu diketahui proses kreatif dalam menulis.
C. Proses Kreatif dalam Menulis
Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat) (Supriadi, 1997). Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak gagasan dalam menuliskannya. Kendatipun secara teknis ada kriteriakriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian penulis dalam mengungkapkan gagasan. Banyak orang mempunyai ideide bagus di benaknya sebagai hasil dari pengamatan, penelitian, diskusi, atau membaca. Akan tetapi, begitu ide tersebut dilaporkan secara tertulis, laporan itu terasa amat kering, kurang menggigit, dan membosankan. Fokus tulisannya tidak jelas, gaya bahasa yang digunakan monoton, pilihan katanya (diksi) kurang tepat dan tidak mengena sasaran, serta variasi kata dan kalimatnya kering.
Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, penyusunan sebuah tulisan memuat empat tahap, yaitu: (1) tahap persiapan (prapenulisan), (2) tahap inkubasi, (3) tahap iluminasi, dan (4) tahap verifikasi/evaluasi. Keempat proses ini tidak selalu disadari oleh para pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Namun, jika dilacak lebih jauh lagi, hampir semua proses menulis (esai, opini/artikel, karya ilmiah, artistik, atau bahkan masalah politik sekali pun) melalui keempat tahap ini. Harap diingat, bahwa proses kreatif tidak identik dengan proses atau langkah langkah mengembangkan laporan tetapi lebih banyak merupakan proses kognitif atau bernalar.
Pertama, tahap persiapan atau prapenulisan adalah ketika pembelajar
menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lainlain yang memperkaya masukan kognitifnya yang akan diproses selanjutnya.
Kedua, tahap inkubasi adalah ketika pembelajar memproses informasi yang
dimilikinya sedemikian rupa, sehingga mengantarkannya pada ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya. Proses inkubasi ini analog dengan ayam yang mengerami telurnya sampai telur menetas menjadi anak ayam. Proses ini seringkali terjadi secara tidak disadari, dan memang berlangsung dalam kawasan bawah sadar (subconscious) yang pada dasarnya melibatkan proses perluasan pikiran (expanding of the mind). Proses ini dapat berlangsung beberapa detik sampai bertahuntahun. Biasanya, ketika seorang penulis melalui proses ini seakanakan ia mengalami kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu, tidak jarang seorang penulis yang tidak sabar mengalami frustrasi karena tidak menemukan pemecahan atas masalah yang dipikirkannya. Seakan akan kita melupakan apa yang ada dalam benak kita. Kita berekreasi dengan anggota keluarga, melakukan pekerjaan lain, atau hanya duduk termenung. Kendatipun demikian, sesungguhnya di bawah sadar kita sedang mengalami proses pengeraman yang menanti saatnya untuk segera “menetas”.
Ketiga, tahap iluminasi adalah ketika datangnya inspirasi atau insight, yaitu
gagasan datang seakanakan tibatiba dan berloncatan dari pikiran kita. Pada saat ini, apa yang telah lama kita pikirkan menemukan pemecahan masalah atau jalan keluar. Iluminasi tidak mengenal tempat atau waktu. Ia bisa datang ketika kita duduk
di kursi, sedang mengendarai mobil, sedang berbelanja di pasar atau di supermarket, sedang makan, sedang mandi, dan lainlain. Jika halhal itu terjadi, sebaiknya gagasan yang muncul dan amat dinantikan itu segera dicatat, jangan dibiarkan hilang kembali sebab momentum itu biasanya tidak berlangsung lama. Tentu saja untuk peristiwa tertentu, kita menuliskannya setelah selesai melakukan pekerjaan. Jangan sampai ketika kita sedang mandi, misalnya, kemudian keluar hanya untuk menuliskan gagasan. Agar gagasan tidak menguap begitu saja, seorang pembelajar menulis yang baik selalu menyediakan ballpoint atau pensil dan kertas di dekatnya, bahkan dalam tasnya ke mana pun ia pergi.
Seringkali orang menganggap iluminasi ini sebagai ilham. Padahal, sesungguhnya ia telah lama atau pernah memikirkannya. Secara kognitif, apa yang dikatakan ilham tidak lebih dari proses berpikir kreatif. Ilham tidak datang dari kevakuman tetapi dari usaha dan ada masukan sebelumnya terhadap referensi kognitif seseorang. Keempat, tahap terakhir yaitu verifikasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada halhal yang perlu ditambahkan, dan lainlain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung halhal yang peka, sehingga perlu dipilih katakata atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya. Jadi, pada tahap ini kita menguji dan menghadapkan apa yang kita tulis itu dengan realitas sosial, budaya, dan normanorma yang berlaku dalam masyarakat. D. Proses Pembelajaran Menulis
Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan terhadap tulisan mahasiswa, Flower dan Hayes (lewat Tompkins, 1990: 71) mengembangkan model proses dalam menulis. Proses menulis dapat dideskripsikan sebagai proses pemecahan masalah yang kompleks, yang mengandung tiga elemen, yaitu lingkungan tugas, memori jangka panjang penulis, dan proses menulis. Pertama, lingkungan tugas adalah tugas yang penulis kerjakan dalam menulis. Kedua, memori jangka panjang penulis adalah pengetahuan mengenai topik, pembaca, dan cara menulis. Ketiga, proses menulis meliputi tiga kegiatan, yaitu: (1) merencanakan (menentukan tujuan
untuk mengarahkan tulisan), (2) mewujudkan (menulis sesuai dengan rencana yang sudah dibuat), dan (3) merevisi (mengevaluasi dan merevisi tulisan).
Ketiga kegiatan tersebut tidak merupakan tahaptahap yang linear, karena penulis terusmenerus memantau tulisannya dan bergerak maju mundur (Zuchdi, 1997: 6). Peninjauan kembali tulisan yang telah dihasilkan ini dapat dianggap sebagai komponen keempat dalam proses menulis. Hal inilah yang membantu penulis dapat mengungkapkan gagasan secara logis dan sistematis, tidak mengandung bagianbagian yang kontradiktif. Dengan kata lain, konsistensi (keajegan) isi gagasan dapat terjaga.
Berkaitan dengan tahaptahap proses menulis, Tompkins (1990: 73) menyajikan lima tahap, yaitu: (1) pramenulis, (2) pembuatan draft, (3) merevisi, (4) menyunting, dan (5) berbagi (sharing). Tompkins juga menekankan bahwa tahap tahap menulis ini tidak merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat nonlinier, artinya merupakan putaran berulang. Misalnya, setelah selesai menyunting tulisannya, penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya dengan kerangka tulisan atau draft awalnya. Kegiatankegiatan yang dilakukan pada setiap tahap itu dapat dirinci lagi. Dengan demikian, tergambar secara menyeluruh proses menulis, mulai awal sampai akhir menulis seperti berikut. 1.Tahap Pramenulis Pada tahap pramenulis, pembelajar melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri b. Melakukan kegiatankegiatan latihan sebelum menulis c. Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis d. Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis e. Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah mereka tentukan 2. Tahap Membuat Draft
Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Membuat draft kasar
b. Lebih menekankan isi daripada tata tulis
Yang perlu dilakukan oleh pembelajar pada tahap merevisi tulisan ini adalah sebagai berikut: a. Berbagi tulisan dengan temanteman (kelompok) b. Berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi tentang tulisan temanteman sekelompok atau sekelas c. Mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan komentar baik dari pengajar maupun teman d. Membuat perubahan yang substantif pada draft pertama dan draft berikutnya, sehingga menghasilkan draft akhir 4. Tahap Menyunting Pada tahap menyunting, halhal yang perlu dilakukan oleh pembelajar adalah sebagai berikut: a. Membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri
b. Membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis tulisan mereka sekelas/sekelompok
c. Mengoreksi kembali kesalahankesalahan tata tulis tulisan mereka sendiri. Dalam kegiatan penyuntingan ini, sekurangkurangnya ada dua tahap yang harus dilakukan. Pertama, penyuntingan tulisan untuk kejelasan penyajian. Kedua, penyuntingan bahasa dalam tulisan agar sesuai dengan sasarannya (Rifai, 1997: 105—106). Penyuntingan tahap pertama akan berkaitan dengan masalah komunikasi. Tulisan diolah agar isinya dapat dengan jelas diterima oleh pembaca. Pada tahap ini, sering kali penyunting harus mereorganisasi tulisan karena penyajiannya dianggap kurang efektif. Ada kalanya, penyunting terpaksa membuang beberapa paragraf atau sebaliknya, harus menambahkan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf untuk memperlancar hubungan gagasan. Dalam melakukan penyuntingan pada tahap ini, penyunting sebaiknya berkonsultasi dan berkomunikasi dengan penulis. Pada tahap ini, penyunting harus luwes dan pandai pandai menjelaskan perubahan yang disarankannya kepada penulis karena hal ini sangat peka. Halhal yang berkaitan dengan penyuntingan tahap ini adalah kerangka tulisan, pengembangan tulisan, penyusunan paragraf, dan kalimat.
Kerangka tulisan merupakan ringkasan sebuah tulisan. Melalui kerangka tulisan, penyunting dapat melihat gagasan, tujuan, wujud, dan sudut pandang
penulis. Dalam bentuknya yang ringkas itulah, tulisan dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyeluruh, dan tidak secara lepaslepas (Keraf, 1989: 134). Penyunting dapat memperoleh keutuhan sebuah tulisan dengan cara mengkaji daftar isi tulisan dan bagian pendahuluan. Jika ada, misalnya, dalam tulisan ilmiah atau ilmiah populer, sebaiknya bagian simpulan pun dibaca. Dengan demikian, penyunting akan memperoleh gambaran awal mengenai sebuah tulisan dan tujuannya. Gambaran itu kemudian diperkuat dengan membaca secara keseluruhan isi tulisan. Jika tulisan merupakan karya fiksi, misalnya, penyunting langsung membaca keseluruhan karya tersebut. Pada saat itulah, biasanya penyunting sudah dapat menandai bagianbagian yang perlu disesuaikan.
Berdasarkan kerangka tulisan tersebut dapat diketahui tujuan penulis. Selanjutnya, berdasarkan pengetahuan atas tujuan penulis, dapat diketahui bentuk tulisan dari sebuah naskah (tulisan). Pada umumnya, tulisan dapat dikelompokkan atas empat macam bentuk, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.
Bentuk tulisan narasi dipilih jika penulis ingin bercerita kepada pembaca. Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Akan tetapi, narasi dapat juga ditulis berdasarkan pengamatan atau wawancara. Narasi pada umumnya merupakan himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Dalam tulisan narasi, selalu ada tokohtokoh yang terlibat dalam suatu atau berbagai peristiwa.
Bentuk tulisan deskripsi dipilih jika penulis ingin menggambarkan bentuk, sifat, rasa, corak dari hal yang diamatinya. Deskripsi juga dilakukan untuk melukiskan perasaan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, dan sebagainya. Penggambaran itu mengandalkan pancaindera dalam proses penguraiannya. Deskripsi yang baik harus didasarkan pada pengamatan yang cermat dan penyusunan yang tepat. Tujuan deskripsi adalah membentuk, melalui ungkapan bahasa, imajinasi pembaca agar dapat membayangkan suasana, orang, peristiwa, dan agar mereka dapat memahami suatu sensasi atau emosi. Pada umumnya, deskripsi jarang berdiri sendiri. Bentuk tulisan tersebut selalu menjadi bagian dalam bentuk tulisan lainnya.
Bentuk tulisan eksposisi dipilih jika penulis ingin memberikan informasi, penjelasan, keterangan atau pemahaman. Berita merupakan bentuk tulisan eksposisi karena memberikan informasi. Tulisan dalam majalah juga merupakan
eksposisi. Buku teks merupakan bentuk eksposisi. Pada dasarnya, eksposisi berusaha menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan definisi, menerangkan, menjelaskan, menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau tabel, mengulas sesuatu.Tulisan eksposisi sering ditemukan bersamasama dengan bentuk tulisan deskripsi. Laras yang termasuk dalam bentuk tulisan eksposisi adalah buku resep, bukubuku pelajaran, buku teks, dan majalah.
Tulisan berbentuk argumentasi bertujuan meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian pribadi, atau membujuk pembaca agar pendapat pribadi penulis dapat diterima. Bentuk tulisan tersebut erat kaitannya dengan eksposisi dan ditunjang oleh deskripsi. Bentuk argumentasi dikembangkan untuk memberikan penjelasan dan faktafakta yang tepat sebagai alasan untuk menunjang kalimat topik. Kalimat topik, biasanya merupakan sebuah pernyataan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca. Dalam sebuah majalah atau surat kabar, misalnya, argumentasi ditemui dalam kolom opini/wacana/gagasan/pendapat.
Kendatipun keempat bentuk tulisan tersebut memiliki ciri masingmasing, mereka tidak secara ketat terpisah satu sama lain. Dalam sebuah kolom, misalnya, dapat ditemukan berbagai bentuk tulisan tersebut tersebar di dalam paragraf yang membangun kerangka tersebut. Oleh karena itu, penyunting berfungsi untuk mempertajam dan memperkuat pembagian paragraf. Pembagian paragraf terdiri atas paragraf pembuka, paragraf penghubung atau isi, dan paragraf penutup sering kali tidak diketahui oleh penulis. Masih sering ditemukan tulisan yang sulit dipahami karena pemisahan bagianbagian atau pokokpokoknya tidak jelas.
Pemeriksaan atas kalimat merupakan penyuntingan tahap pertama juga. Pada tahap ini pun, sebaiknya penyunting berkonsultasi dengan penulis. Penyunting harus memiliki pengetahuan bahasa yang memadai. Dengan demikian, penyunting dapat menjelaskan dengan baik kesalahan kalimat yang dilakukan oleh penulis. Untuk itu, penyunting harus menguasai persyaratan yang tercakup dalam kalimat yang efektif. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang secara jitu atau tepat mewakili gagasan atau perasaan penulis. Untuk dapat membuat kalimat yang efektif, ada tujuh hal yang harus diperhatikan, yaitu kesatuan gagasan, kepaduan, penalaran, kehematan atau ekonomisasi bahasa, penekanan, kesejajaran, dan variasi. Penyuntingan tahap kedua berkaitan dengan masalah yang lebih terperinci, lebih khusus. Dalam hal ini, penyunting berhubungan dengan masalah kaidah bahasa, yang mencakup perbaikan dalam kalimat, pilihan kata (diksi), tanda baca,
dan ejaan. Pada saat penyunting memperbaiki kalimat dan pilihan kata dalam tulisan, ia dapat berkonsultasi dengan penulis atau langsung memperbaikinya. Hal ini bergantung pada keluasan permasalahan yang harus diperbaiki. Sebaliknya, masalah perbaikan dalam tanda baca dan ejaan dapat langsung dikerjakan oleh penyunting tanpa memberitahukan penulis. Perbaikan dalam tahap ini bersifat kecil, namun sangat mendasar. 5. Tahap Berbagi Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing) atau publikasi. Pada tahap berbagi ini, pembelajar:
a. Mempublikasikan (memajang) tulisan mereka dalam suatu bentuk tulisan yang sesuai, atau
b. Berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka tentukan.
Dari tahaptahap pembelajaran menulis dengan pendekatan/model proses sebagaimana dijabarkan di atas dapat dipahami betapa banyak dan bervariasi kegiatan pembelajar dalam proses menulis. Keterlibatannya dalam berbagai kegiatan tersebut sudah barang tentu merupakan pelajaran yang sangat berharga guna mengembangkan keterampilan menulis. Kesulitankesulitan yang dialami oleh pembelajar pada setiap tahap, upayaupaya mengatasi kesulitan tersebut, dan hasil terbaik yang dicapai oleh para pembelajar membuat mereka lebih tekun dan tidak mudah menyerah dalam mencapai hasil yang terbaik dalam mengembangkan keterampilan menulis.
Pembelajaran menulis bagi penutur asing dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses merupakan suatu alternatif untuk mencapai keterampilan menulis pembelajar secara efektif. Hal ini dimungkinkan karena diterapkannya proses kreatif dalam menulis yang diimplementasikan melalui tahaptahap kegiatan yang dapat dilakukan pembelajar (pramenulis, membuat draft, merevisi, menyunting, dan berbagi (sharing). Proses menulis itu tidak selalu bersifat linear tetapi dapat bersifat nonlinier, dan perlu disesuaikan dengan berbagai jenis tulisan yang mereka susun.
4.4.3 Karangan
Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. karangan diartikan juga dengan rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur.
Jenisjenis karangan 1. berdasarkan bentuknya
a. Prosa adalah jenis karangan yang disusun dalam bentuk bebas dan terperinci.
Prosa terbagi 2 macam : Fiksi adalah karangan yang disusun dalam bentuk alur yang menekankan aturan sistematika penceritaan. contoh novel, cerpen. nonfiksi adalah karangan yang menekankan aturan sisitematika ilmiah dan aturan aturan kelogisan.contoh makalag, skripsi, bografi, tesis b. Puisi adalaha karangan yang mengutamakan keindahan bentuk dan bunyi serta kepadatan makna. c. Drama adalah karangan yang berupa dialog sebagai pembentuk alurnya. 2. berdasarkan cara penyajiannya a. karangan narasi adalah karangan yang menceritakan atau mengisahkan suatu peristiwa dengan berdasarkan urutan waktu. b. karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan atau melukisan sesuatu objek dengan tujuan agar pembaca merasa seolaholah melihat objek yang digambarkannya itu. c. karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi. d. karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca menyakini kebenaran itu. e. karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk mempenngaruhi pembaca.
1. DESKRIPSI
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolaholah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. Contoh deskripsi berisi fakta: Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di empat kecamatan masih terdapat hutan yang masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk bahan penelitian dan objek wisata. Contoh deskripsi berupa fiksi: Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diseling warna jingga; bayang matahari senja yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan daundaun sisa musim gugur dan menderaikan bulubulu burung berwarna kuning kecoklatan yang sedang meloncatloncat dari satu ranting ke ranting yang lain. Topik yang tepat untuk deskripsi misalnya: • Keindahan Bukit Kintamani • Suasa pelaksanaan Promosi Kompetensi Siswa SMK Tingkat Nasional • Keadaan ruang praktik • Keadaan daerah yang dilanda bencana Langkah menyusun deskripsi: • Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan • Tentukan tujuan • Tentukan aspekaspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan pengamatan • Susunlah aspekaspek tersebut ke dalam urutan yang baik, apakah urutan lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan • Kembangkan kerangka menjadi deskripsi
2. NARASI
Secara sederhana narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik.
Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Pola narasi secara sederhana: awal – tengah – akhir Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsurangsur cerita akan mereda. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacammacam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri. Contoh narasi berisi fakta: Ir. Soekarno Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah. Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949. .
Contoh narasi fiksi:
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulangtulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua
telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga? Langkah menyusun narasi (fiksi): Langkah menyusun narasi (fiksi) melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana seting/ lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan peristiwaperistiwa berlangsung, mengapa peristiwaperistiwa itu terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan. 3. EKSPOSISI
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Contoh: Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan. Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut. Topik yang tepat untuk eksposisi, antara lain: • Manfaat kegiatan ekstrakurikuler • Peranan majalah dinding di sekolah • Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil. • Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang langkah/ cara/ proses kerja. • Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses. Contoh paparan proses: Cara mencangkok tanaman: 1. Siapkan pisau, tali rafia, tanah yang subur, dan sabut secukupnya.
2. Pilihlah ranting yang tegak, kekar, dan sehat dengan diameter kirakira 1,5 sampai 2 cm. 3. Kulit ranting yang akan dicangkok dikerat dan dikelupas sampai bersih kirakira sepanjang 10 cm. Langkah menyusun eksposisi: • Menentukan topik/ tema • Menetapkan tujuan • Mengumpulkan data dari berbagai sumber • Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih • Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi. 4. ARGUMENTASI
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut. Contoh: Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan. Pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilainilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang. Tema/ topik yang tepat untuk argumentasi, misalnya: • Disiplin kunci sukses berwirausaha • Teknologi komunikasi harus segera dikuasai • Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial Langkah menyusun argumentasi: • Menentukan topik/ tema • Menetapkan tujuan • Mengumpulkan data dari berbagai sumber • Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi
5. PERSUASI
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya. Topik/ tema yang tepat untuk persuasi, misalnya: Katakan tidak pada NARKOBA Hemat energi demi generasi mendatang Hutan sahabat kita Hidup sehat tanpa rokok Membaca memperluas cakrawala Langkah menyusun persuasi: • Menentukan topik/ tema • Merumuskan tujuan • Mengumpulkan data dari berbagai sumber • Menyusun kerangka karangan • Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi 4.4.4 Langkahlangkah menulis artikel Ada beberapa kaidah dalam penulisan populer, antara lain: 1. Menulis Jelas dan Ringkas 2. Mengindari jargon dan istilah teknis, istilah asing 3. Menghindari akronim dan singkatan 4. Membuat kalimat/paragraf sederhana 5. Menulis dengan kata kerja aktif