• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS HALU OLEO FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI LAPORAN MINGGUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS HALU OLEO FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI LAPORAN MINGGUAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

LAPORAN MINGGUAN ACARA I

PENGENALAN MIKROSKOP POLARISASI

NAMA : INDAH AMALIA SASMITA

NIM : F1G1 12 071

KELOMPOK : 7

ASISTEN : ERICK SYARIFUDDIN

KENDARI 2014

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Petrografi merupakan cabang ilmu geologi yang mempelajari cara deskripsi batuan berdasarkan tekstur, struktur, dan mineralogi secara mikrokopis. Petrografi sangat berhubungan dengan disiplin ilmu geologi yang lain. Seperti dengan ilmu Petrolgi. Petrografi dengan Petrologi sangat berhubungan erat dimana petrologi mempelajari batuan, baik proses, asal usul batuan, petrogenesa (mempelajari batuan secaara luas) sedangkan petrografi merupakan cara untuk mempelajari batuan atau cara deskripsi batuan. Petrografi juga sangat berhubungan dengan Kristalografi dan mineralogi atau pun Mineral optik. Dimana dalam mineral optik dipelajari mineral-mineral berdasarkan sifat optiknya. Sedangkan petrografi dalam penamaan batuan harus dikenali mineral apakah yang menyusun batuan tersebut.

Dengan kemampuan mata manusia yang terbatas maka untuk pengamatan mineral penyusun batuan lebih lanjut harus menggunakan alat yaitu mikroskop.

Dalam ilmu Geologi analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifat- sifat fisik, seperti tekstur, komposisi dan perilaku mineral-mineral penyusun batuan tersebut tidak dapat dideskripsi secara megaskopis di lapangan.

(3)

Terkait dengan peranan mikroskop polarisasi dalam identifikasi sifat optik suatu mineral maka dianggap perlu untuk mampu menggunakan mikroskop tersebut. Oleh karena itu diadakanlah praktikum Pengenalan Mikroskop Polarisasi.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud diadakannya praktikum acara Pengenalan Mikroskop Polarisasi ini yaitu agar praktikan dapat mengetahui tentang mikroskop polarisasi serta cara penggunaannya.

Adapun tujuan dari Pengenalan Mikroskop Polarisasi ini yaitu: 1. Mengetahui bagian-bagian mikroskop polarisasi serta fungsinya. 2. Mengetahui diameter medan pandang mineral terhadap benang silang

analisator dan polarisator.

3. Mengetahui ukuran mineral, daya absorbs dan warna suatu mineral jika searah analisator dan polarisator.

1.3. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan selama praktikum berlangsung adalah:

No. Nama Alat dan Bahan Fungsi

1. Mikroskop Polarisasi

Sebagai objek yang diamati dan sebagai alat yang digunakan untuk mengamati sampel batuan atau mineral yang telah disayat

2. Alat tulis menulis Untuk menulis hasil pengamatan 3. Sayatan Mineral Sebagai objek yang diamati 4. Lembar kerja praktikum Untuk menulis data pengamatan 5. Pensil warna Untuk mewarnai hasil pengamatan 6. Kamera Untuk mengambil gambar yang diamati

(4)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Mikroskop

Mikroskop terdiri dari dua kata yang diambil dari bahasa Yunani yakni micros yang artinya kecil dan scopein yang artinya melihat. Jadi mikroskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat objek berukuran kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop ditemukan oleh Antony Van Leuwenhoek, dimana sebelumnya sudah ada Robert Hook dan Marcello Malphigi

(5)

yang mengadakan penelitian melalui lensa yang sederhana. Lalu Antony Van Leuwenhoek mengembangkan lensa sederhana itu menjadi lebih kompleks agar dapat mengamati protozoa, bakteri dan berbagai makhluk kecil lainnya. Kemudian pada sekitar tahun 1600 Hanz dan Jansen telah menemukan mikroskop yang dikenal dengan mikroskop ganda yang lebih baik daripada mikroskop yang dibuat oleh Antony Van Leuwenhoek.

Mikroskop adalah suatu instrumen ilmiah yang terkenal abad ke – 19 dan telah diterapkan secara luas di dalam banyak ilmu pengetahuan. Akan tetapi, seorang geologist sudah dapat melihat material-material yang terdapat dalam tanah yang biasanya tidak bisa dilihat langsung di pegunungan tetapi dengan mikroskop. Pada tahun 1829, Edinburgh New Philosophical Journal dipublikasikan dalam artikel sebanyak dua halaman yang diberi judul ”The Nicol Prism” oleh William Nicol (1768-1851) dosen filsafat di Edinburgh. Prisma ini dibuat dari dua bagian, yaitu kalsit dan balsam Kanada, sebagai penghasil cahaya bidang polarisasi. Dua tahun yang lalu Nicol mempublikasikan artikel kedua dengan pokok bahasan tahapan preparasi mineral dan fosil kayu melalui pemeriksaan mikroskop. Dengan dua artikel William Nicol, menghadirkan sebuah alat geologi yang sekarang diterapkan pada Pmikroskop untuk mempelajari batuan. Sorby menulis buku yang dipublikasikan pada tahun 1850 dan 1860, tetapi sedikit diterima di negerinya, namun banyak diminati oleh peneliti di beberapa benua, khususnya : Zirkel, Vogelsang, dan Rosenburgh di Jerman dan Fouque dan Michel Levi di Prancis yang telah mengangkat ilmu petrografi pada statusyang dapat diterima oleh para ilmuan dan menjadi cabang ilmu yang

(6)

mempelajari batuan secara mikroskopis (petrografi–bab-i.pengenalan-mikroskop-polarisasi_wingma-narrows.html).

2.2. Jenis-jenis Mikroskop

Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari batuan, pada prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam pengamatan biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan harus sinar terpolarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas sekali. Salah satu faktor yang paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena setiap mineral mempunyai warna yang khusus. Untuk mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi maka perlu dipahami benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam penelitian. Setiap bagian adalah sangat peka dan karenanya haruslah dijaga baik-baik. Kalau mikroskop tidak dipergunakan sebaiknya ditutup dengan kerudung plastik. Bagian-bagian optik haruslah selalu dilindungi dari debu, minyak dan kotoran lainnya. Perlu diketahui bahwa butir debu yang betapapun kecilnya akan dapat dibesarkan berlipat ganda sehingga akan mengganggu jalannya pengamatan. Adapun jenis-jenis mikroskop yaitu sebagai berikut:

2.2.1. Mikroskop Cahaya (Light Microscope)

Memiliki dua jenis lensa yaitu obyektif dan okuler, sistem kerjanya dibantu dengan cara pantulan cahaya yang menembus obyek yang diamati dan mampu memperbesar bayangan obyek hingga 1000 x . Merupakan mikroskop yang mempunyai bagian – bagian yang terdiri dari alat-alat yang bersifat optik,

(7)

berguna untuk mengamati benda-benda atau preparat yang transparan. Suatu variasi dari mikroskop cahaya biasa ialah mikroskop ultraviolet, karena cahaya ultraviolet tak dapat dilihat oleh mata manusia maka bayangan benda harus direkam pada piringan peka cahaya.

Lensa obyektif berfungsi untuk pembentukan bayangan pertama dan menentukan struktur serta bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir serta berkemampuan untuk memperbesar bayangan obyek sehingga dapat memiliki nilai “apertura” yaitu suatu ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.

Lensa okuler, adalah lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung berdekatan dengan mata pengamat, dan berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif berkisar antara 4 hingga 25 kali.

Lensa kondensor, adalah lensa yang berfungsi guna mendukung terciptanya pencahayaan pada obyek yang akan dilihat sehingga dengan pengaturan yang tepat maka akan diperoleh daya pisah maksimal. Jika daya pisah kurang maksimal maka dua benda akan terlihat menjadi satu dan pembesarannyapun akan kurang optimal.

2.2.2. Mikroskop Lapangan Gelap (Dark Field Microscope)

Mikroskop ini dilengkapi dengan suatu kondensor yang tidak memungkinkan adanya intensitas cahaya kuat sehingga dengan demikian bisa terjadi lapangan penglihatan yang kurang begitu terang (relatif gelap).

(8)

Kegunaannya untuk melihat gerakan-gerakan bakteri khususnya Treponema pallidum. Treponema pallidum memiliki gerakan yang khas, sehingga dapat dibedakn dari spesies Treponema yang lain. Dalam kaitan dengan rapid diagnosis dari penyakit kholera, mikroskop ini dapat digunakan.

2.2.3. Mikroskop Fluoresen (Fluorescence Microscope)

Mikroskop ini dilengkapi dengan suatu sumber UV light (sinar ultra violet). Kegunaannya untuk mendeteksi agen etiologik (Ag) atau respon imun (Ab) pada spesimen penderita penyakit infeksi yang dicurigai . Mikroskop pender ini dapat digunakan untuk mendeteksi benda asing atau Antigen (seperti bakteri, ricketsia, atau virus) dalam jaringan. Dalam teknik ini protein antibodi yang khas mula-mula dipisahkan dari serum tempat terjadinya rangkaian atau dikonjungsi dengan pewarna pendar. Karena reaksi Antibodi-Antigen itu besifat khas, maka peristiwa pendar akanan terjadi apabila antigen yang dimaksud ada dan dilihat oleh antibodi yang ditandai dengan pewarna pendar.

2.2.4. Mikroskop Ultraviolet

Suatu variasi dari mikroskop cahaya biasa adalah mikroskop ultraviolet. Karena cahaya ultraviolet memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dari pada cahaya yang dapat dilihat, penggunaan cahaya ultra violet untuk pecahayaan dapat meningkatkan daya pisah menjadi 2 kali lipat daripada mikroskop biasa. Karena cahaya ultra violet tak dapat dilihat oleh mata manusia, bayangan benda harus direkam pada piringan peka cahaya (photografi Plate). Mikroskop ini

(9)

menggunakan lensa kuarsa, dan mikroskop ini terlalu rumit serta mahal untuk dalam pekerjaan sehari-hari.

2.2.5. Mikroskop Fase Kontras (Contranst phase Microscope)

Cara ideal untuk mengamati benda hidup adalah dalam kadaan alamiahnya, yakni tidak diberi warna dalam keadan hidup, namun pada jaringan hidup yang mikroskopik (jaringan hewan atau bakteri) tembus cahaya sehingga pada masing-masing jaringan tak akan teramati, kesulitan ini dapat diatasi dengan menggunakan mikroskop fasekontras. Prinsip alat ini sangat rumit. Apabila mikroskop biasa digunakan nuklus sel hidup yang tidak diwarnai dan tidak dapat dilihat, walaupun begitu karena nukleus dalam sel, nukleus ini mengubah sedikit hubungan cahaya yang melalui meteri sekitar inti. Hubungan ini tidak dapat ditangkap oleh mata manusia disebut fase. Namun suatu susunan filter dan diafragma pada mikroskop fase kontras akan mengubah perbedaan fase ini menjadi perbedaan dalam terang yaitu daerah-daerah terang dan bayangan yang dapat ditangkap oleh mata dengan demikian nukleus (dan unsur lain) yang sejauh ini tidak dapat dilihat menjadi dapat dilihat.

2.2.6. Mikroskop Elektron (Elektrone Microscope)

Adalah sebuah mikroskop yang mampu melakuakan peambesaran obyek sampai duajuta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektromagnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus dari pada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi

(10)

elektro maknetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya.Macam-macam mikroskop elektron:

1. Mikroskop transmisi elektron (TEM)

2. Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)

3. Mikroskop pemindai elektron

4. Mikroskop pemindai lingkungan electron (ESEM)

5. Mikroskop refleksi elektron (REM)

(http://narabuarante.blogspot.com/2013/12/laporan-mineragrafi-acara-1-pengenalan.html).

2.3. Mikroskop Polarisasi

Mikroskop polarisasi mempunyai sifat dan penggunaan yang berbeda jika dibandingkan dengan mikroskop jenis lainnya. Mikroskop polarisasi inipun terbagi atas 2 (dua) bagian, yaitu jenis mikroskop polarisasi bias dan mikroskop polarisasi pantul. Mikroskop polarisasi yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop polarisasi bias yang menggunakan cahaya terbias. Jenis mikroskop ini digunakan untuk mengidentifikasi sifat-sifat optik mineral ataupun batuan yang tembus cahaya, setelah disayat setebal 0,03 mm. sedang jenis mikroskop polarisasi pantul digunakan untuk mengamati mineral ataupun batuan yang tidak tembus cahaya (opaq).

(11)

Gambar. 2.1. Gambar Mikroskop Polarisasi Bagian-bagian dan fungsi mikroskop polarisasi jenis Nikon:

2.3.1. Illuminator

Berfungsi untuk memperjelas dan meneruskan cahaya dari lampu mikroskop sebagai sumber cahaya. Pada mikroskop polarisasi jenis Nikon, illuminator terdiri dari cermin dan lensa yang terletak di kaki mikroskop. Lensa cekung dapat menerima sinar yang lebih banyak dari suatu sumber cahaya difusi, kemudian dipantulkan sebagai kerucut iluminasi yang simetris. Sedangkan cermin hanya dapat memantulkan sinar monokromatik yang diterima tetapi tidak dapat menghasilkan disperse sinar datang.

(12)

Terletak di atas illuminator yang terdiri dari lower polar, aperture diaphragm dan condenser lens.

2.3.3. Lower Polar

Terdiri dari lensa Polaroid yang dapat diputar minimal 900 dan umumnya

1800 atau 3600. Berfungsi untuk menyerap untuk menyerap cahaya secara selektif

sehingga cahaya yang masuk hanya bergetar pada satu bidang. Untuk mengatur arah getar polarisator, dilakukan dengan memutar arah polarisasi sehingga sinarnya sejajar pada salah satu benang silang.

2.3.4. Iris Diaphragm

Berfungsi untuk mengatur besarnya cahaya yang diteruskan, dan merupakan faktor penting dalam menentukan intensitas cahaya. Iris diafragma dioperasikan dengan cara mengurangu atau menambah besarnya aperture diaphragm. Nilai dari aperture diaphragm disesuaikan dengan perbesaran obyektif yang digunakan dan kemampuan optik mata pengamat.

2.3.5. Condensor Lens (Lensa Kondensor)

Terdiri dari lensa cembung yang berfungsi untuk memusatkan sinar yang datang dari lensa di bawahnya.

2.3.6. Auxiliary Condensor

(13)

2.3.7. Microscope Stage

Berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan sayatan tipis dengan batuan 2 (dua) penjepit sehingga preparat tetap stabil pada waktu digerakkan. Pada bagian yang sejajar dengan penjepit preparat (Mechanical Stage), terdapat skala absis dan ordinat yang berfungsi untuk menentukan posisi mineral yang diamati. Pada bagian tepi meja obyek, terdapat Goniometer dengan skala 00 – 3600, yang

dilengkapi dengan nonius (vernier) untuk akurasi perhitungan sudut. Meja obyek dapat digerakkan dengan menggunakan pengarah focus kasar dan pengarah focus halus (Focusing Knobs).

2.3.8. Objective Lens

Dilengkapi dengan 4 (empat) buah lensa dengan masing-masing perbesaran 5x, 10x, 20x dan 100x. Untuk memilih perbesaran yang akan dipakai, dipergunakan pemutar lensa obyek (Rotating Nosepiece). Pada pemutar lensa obyek, terdapat sekrup pemusat obyek (Obyektive Centering Screw), yang terletak di atas masing-masing perbesaran. Sekrup pemusat obyek berfungsi untuk mengatur agar sumbu putaran meja tepat pada perpotongan benang silang. Pada masing-masing lensa obyek terdapat tanda besarnya lensa perbesaran, numerical aperture dan panjang tube.

2.3.9. Upper Polar

Upper polar sering disebut analisator, terletak di atas lensa obyektif, terbuat dari lensa Polaroid, mempunyai arah getar saling tegak lurus terhadap arah

(14)

getar polarisator. Jika analisator tidak terpakai maka disebut nikol sejajar, dan jika analisator digunakan, disebut nikol silang. Pada upper polar terdapat accessory plate sebagai tempat kompensator baji kuarsa, keeping gypsum dan keeping mika. Kompensator berguna untuk mengetahui posisi indikatrik suatu mineral.

2.3.10. Bertrand Lens

Lensa Bertrand terletak di atas analisator yang penggunaannya dengan cara diputar. Lensa ini digunakan untuk memperbesar gambar interferensi dalam pengamatan konoskop dan difokuskan ke lensa okuler.

2.3.11. Ocular Lens

Lensa Okuler merupakan tempat mata melihat obyek, terbuat dari 2 (dua) buah lensa cembung yang dirangkai dalam 1 (satu) unit. Pada lensa okuler terdapat benang silang yang saling tegak lurus (Petrografi, 2014).

2.4. Diameter Medan Pandang

Dalam melakukan pengamatan terhadap mineral mikro, salah satu hal yang diperhatikan adalah ukuran mineral. Ukuran mineral ini berkaitan dengan diameter medan pandang. Pengukuran medan pandang membantu dalam menentukan ukuran mineral, butir, dan lain-lain. Selain itu, juga dilakukan pengamatan analisator-analisator untuk mengetahui daya arbsorbsi mineral. Sebelum melakukan pengamatan diameter medan pandang, yang perlu diperhatikan adalah menyetringkan mikroskop, pengaturan arah getaran polarisator sejajar dengan salah satu benang silang, dan pengaturan arah getar

(15)

analisator agar tegak lurus arah getar polarisator. Centering penting dilakukan agar pada saat pengamatan dengan menggunakan perputaran meja objek, mineral yang kita amati tetap berada pada medan pandangan (tidak keluar dari medan pandangan).

Pengaturan arah getar polarisator harus dilakukan agar kita tahu persis arah getaran sinar biasa dan luar biasa yang diteruskan oleh polarisator searah dengan salah satu arah benang silang, apakah benang tegak (N-S) atau benang horizontal (E-W) sehingga memudahkan dalam penentuan sifat-sifat optik yang berhubungan dengan sumbu-sumbu kristalografi dan sumbu-sumbu sinarnya. Pengaturan arah getar analisator harus dilakukan agar benar-benar tegak lurus menggunakan peraga. Apabila arah getar kedua nikol sudah saling tegak lurus sama sekali karena cahaya yang tadinya terpilih oleh polarisator sehingga hanya yang bergetar pada satu arah saja kemudian terserap oleh analisator seluruhnya.. dengan demikian apabila kenampakannya belum gelap sama sekali, berarti kedudukan analisator belum tegak lurus polarisator dan harus memutar analisator.

2.5. Analisator dan Polarisator (Anapol)

Analisator (Upper Nicol or Analyzer) adalah suatu bagian yang vital terbuat dari lembaran polaroid atau prisma nikol seperti polarisator. Hanya saja arah getaran sinar diatur persis saling tegak lurus, yaitu sejajar dengan benang silang pada arah yang berbeda. Namun kedudukan analisator dapat diatur atau diputar. Dikatakan kedudukan nikol silang (Crossed Nichols) bila arah getarannya tepat saling tegak lurus. Analisator ini mudah dikeluar masukkan sesuai dengan

(16)

macam atau metode penelitiannya. Bagian ini dipasang untuk penelitian dengan ortoskop nikol silang dan untuk penelitian konoskopik.

Polarisator (Lower Nicol or Polarizer) yang terdiri dari suatu lembaran Polaroid yang telah dibuat oleh pabrik, fungsinya menyerap cahaya secara memilih dan kuat (Selective Arbsorption) sehingga hanya cahaya yang bergetar pada satu arah bidang datar saja yang diteruskan. Didalam mikroskop lembar Polaroid ini diletakkan sehingga arah getar sinarnya sejajar dengan salah satu arah benang silang N-S atau E-W (Umar hamid dan Muhammad Akbar, 1994)

(17)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

(18)

3.1.2 Pengamatan Diameter Medan Pandang (DMP)

Pembesaran Objektif : 5x Pembesaran Okuler : 10x Pembesaran Total : 50x Bukaan Diafragma : 0,02 mm

(19)

Bilangan Skala : 0,01 mm

Ukuran Medan pandang

o Nilai 100 Skala : 100 mm o Nilai Pinggir : 87 mm

Diameter Medan Pandang

o DMP1 = 100 x BS = 1 mm

o DMP2 = NP x BS = 0,87 mm

o DMPtotal = DMP1 + DMP2 = 1,87 mm

A A

0 100 P 0 100 P

3.1.3 Pengamatan Analisator Polarisator (Anapol)

Pembesaran Objektif : 5x

Pembesaran Okuler : 10x P Plagioklas Pembesaran Total : 50x

(20)

Bukaan Diafragma : 0,02 mm Bilangan Skala : 0,01 mm

A

Posisi Mineral : (58,23)

Ukuran Mineral : 0,86 mm

Daya Arbsorbs: Rendah 0 100 P

Warna : Abu-abu kekuningan

Belahan : Dua arah

Nama Mineral : Plagioklas Sejajar Analisator

Posisi Mineral : (58,23) Plagioklas Ukuran Mineral : 0,86 mm

Daya Arbsorbs: Tinggi

Warna : Abu-abu kehitaman A

Belahan : Dua arah

Nama Mineral : Plagioklas

0 100 P

Sejajar Polarisator

3.2. Pembahasan

(21)

Pada pengamatan pertama yaitu mengetahui bagian-bagian dari mikroskop beserta fungsinya yang terdiri dari tubus atas bagian atas, tubus atas bagian tengah, tubus atas bagian bawah, tubus tengah dan tubus bawah.

Tubus atas merupakan bagian atas dari mikroskop, adapun bagian-bagiannya yang termasuk dalam tubus atas adalah (1) Eye peace, berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan mata pada saat pengamatan; (2) Lensa okuler, berfungsi untuk melihat objek yang akan diteliti; (3) Dioptring, untuk memperjelas bayangan benda dalam pengamatan mikroskop dan mengatur posisi lensa okuler; (4) Pin hole, mengatur gelap terangnya lensa amici Bertrand; (5) Lensa amici Bertrand berfungsi untuk memperbesar gambar interferensi bagian dalam; (6) Pengunci tubus atas bagian atas berfungsi untuk mengunci tubus atas bagian atas.

Tubus atas bagian tengah yang terdiri atas bagian-bagian berikut (1) Analisator, berfungsi pada saat pengamatan nikol silang, dimana untuk mendapatkan warna absorbs maksimum; (2) Pengunci skala analisator, berfungsi untuk mengunci kedudukan analisator; (3) Skala analisator, berfungsi untuk menunjukkan nilai kedudukan analisator; (4) Skala nonius analisator, berfungsi untuk menunjukkan nilai kedudukan analisator secara detail; (5) Kompensator, berfungsi pada penentuan WI maksimum, bias rangkap dan TRO, pada kompensator juga terdapat 3 bagian yang terdiri atas keeping gips, keeping mika, dan baji kuarsa; (6) Keeping gips (530 nm), berfungsi untuk menentukan tambahan dan pengurangan warna interferensi yang mempunyai harga 530 nm;

(22)

(7) Keeping mika (1/4 50 nm), berfungsi untuk menentukan harga bias rangkapƛ dan warna interferensi yang tinggi pada Kristal yang mempunyai harga 50 nm; (8) Baji kuarsa, berfungsi untuk menentukan penambahan dan pengurangan warna interferensi yang mempunyai harga 0,009 mm; (9) Pengunci tubus atas bagian tengah, berfungsi untuk mengunci tubus atas bagian tengah dari tubus atas.

Tubus atas bagian bawah terdiri atas bagian-bagian berikut (1) Filter, berfungsi untuk menyaring dan melindungi cermin dari debu dan korotan; (2) Mikrophometri, berfungsi untuk mengambil gambar dari sayatan tipis batuan; (3) Tabung halogen, berfungsi pada saat pengamatan mineral bijih; (4) Cincin tabung halogen, berfungsi sebagai letakan lensa pada tabung halogen; (5) Lensa tabung halogen berfungsi untuk melihat mineral bijih; (6) Dusty cup, berfungsi sebagai pembersih tabung halogen; (7) Pengunci tubus atas bagian bawah, berfungsi untuk mengunci tubus atas bagian bawah dari tubus tengah.

Tubus tengah merupakan tubus bagian tengah dari mikroskop, yang terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut (1) Lengan mikroskop, berfungsi sebagai penyangga tubus atas dan tubus tengah serta sebagai pegangan pada saat mikroskop diangkat; (2) Pengarah halus, berfungsi untuk mengatur kedudukan meja objek dalam skala kecil; (3) Pengarah kasar berfungsi untuk mengarut kedudukan meja objek dalam skala besar; (4) Skala pengarah halus sebgai penunjuk kedudukan pengarah halus; (5) Skala pengarah kasa sebagai penunjuk kedudukan pengarah kasar; (6) Revolver berfungsi untuk mengatur kedudukan lensa objektif; (7) Lensa objektif, berfungsi untuk memperbesar kenampakan

(23)

objek yang diamati , dimana terdapat pembesaran 5x, 10x, 20x, dan 100x; (8) Lensa objektif perbesaran 5x berfungsi untuk memperbesar 5x kenampakan objek; (9) Lensa objektif perbesaran 10x berfungsi untuk memperbesar 5x kenampakan objek; (10) Lensa objektif perbesaran 20x berfungsi untuk memperbesar 20x kenampakan objek; (11) Lensa objektif perbesaran 100x berfungsi untuk memperbesar 100x kenampakan objek; (12) Meja objek berfungsi sebagai tempat tempat meletakkan objek atau preparat pada saat pengamatan; (13) Lubang meja objek berfungsi sebagai lubang yang meneruskan cahaya dari kondensator ke preparat; (14) Penjepit preparat berfungsi untuk menjepit preparat saat pengamatan; (15) Skala meja objek berfungsi sebagai penunjuk kedudukan meja objek; (16) Skala nonius meja objek berfungsi sebagai penunjuk nilai kedudukan meja objek secara detail; (17) Pengunci meja objek berfungsi untuk mengunci meja objek; (18) Pengarah sumbu absis berfungsi untuk mengarahkan kedudukan sumbu –x; (19) Pengarah sumbu ordinat berfungsi untuk mengarahkan kedudukan sumbu –y; (20) Skala absis menunjukkan nilai sumbu –x; (21) Skala ordinat menunjukkan nilai sumbu –y; (22) Skala nonuis absis menunjukkan nilai sumbu –x secara detail; (23) Skala nonius ordinat menunjukkan nilai sumbu –y secara detail; (24) Subtage unit merupakan bagian dimana terdapat diafragma, kondensor, pengarah vertikal subtage unit, pengarah horizontal subtage unit, skala bukaan diafragma, pengunci substage unit, bukaan diafragma, dan diapolarizer; (25) Pengarah vertikal substage unit berfungsi untuk mengarahkan kedudukan substage unit secara vertical; (26) Pengarah horizontal berfungsi untuk mengarahkan kedudukan substage unit secara horizontal; (27) Diafragma

(24)

berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk pada kondensor; (28) Kondensor berfungsi untuk menampilkan sinar sehingga preparat dapat terlihat dengan jelas; (29) Diapolarizer berfungsi untuk menyerap cahaya secara mengutub dan kuat sehingga bergetar hanya pada satu arah; (30) Skala bukaan diafragma berfungsi untuk menunjukkan nilai kedudukan bukaan diafragma; (31) Sekrup pengatur kesenteringan subtage unit; (32) Pengunci substage unit berufungsi untuk mengunci substage unit.

Tubus bawah merupakan tubus bawah dari mikroskop polarisasi yang terdiri dari bagian-bagian berikut (1) Illuminator berfungsi untuk menangkap dan meneruskan sinar yang datang dari sumber cahaya (lamp socket); (2) Pengarah illuminator berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya masuk ke illuminator; (3) Selubung illuminator berfungsi sebagai pelindung illuminator; (4) Brightness control dial untuk mengatur terang gelapnya cahaya lampu; (5) Lamp socket, berfungsi sebagai sumber cahaya pada mikroskop polarisasi; (6) Kabel penghubung untuk mngalirkan arus listrik ke mikroskop; (7) Kaki mikroskop berfungsi sebagai penyangga keseluruhan dari mikroskop.

3.2.2. Pengamatan Diameter Medan Pandang (DMP)

Pada pengamatan diameter medan pandang dengan menggunakan pembesaran objektif 5x karena pada pembesaran ini jenis-jenis mineral sepanjang medan pandang dapat terlihat jelas dan pembesaran okuler 10x. Pembesaran total adalah hasil dari pembesaran objektif yang dikalikan dengan pembesaran okuler

(25)

yaitu 50x. Bukaan diafragma yaitu 0,02 mm dari seperbesaran total. Bilangan skala yaitu 0,01 mm.

Ukuran medan pandang nilai 100 skala pada mineral yang diamati yaitu 187 mm dan nilai pinggir atau skala mineral yang tersisa pada pengukuran skala benang silang yaitu 87 mm. Diameter medan pandang pertama adalah hasil dari 100 dikalikan dengan bilangan skala yaitu 1,87 mm. Diameter medan pandang kedua adalah hasil dari nilai pinggir yang dialikan dengan bilangan skala yaitu 0,87 mm. Diameter medan pandang total dari diameter medan pandang pertama yang ditambahkan dengan diameter medan pandang kedua maka hasilnya yaitu 2,74 mm.

3.2.3. Pengamatan Analisator Polarisator (Anapol)

Pada pengamatan sejajar analisator digunakan pembesaran objektif 5x dan pembesaran okuler 10x. Pembesaran total adalah hasil dari pembesaran objektif yang dikalikan dengan pembesaran okuler yaitu 50x. Bukaan diafragma yaitu 0,02. Bilangan skala yaitu 0,01.

Pengamatan sejajar analisator dengan menempatkan posisi mineral berada ditengah dengan kedua benang silang berada pada N-S (vertikal) dan E-W (horizontal). Kemudian lensa analisator dipasang. Posisi mineral sejajar dengan analisator atau dapat dikatakan sejajar dengan benang silang pada arah yang berbeda. Posisi mineral berada pada kedudukan skala absis dan skala ordinat (58, 23). Ukuran mineral yaitu bukaan diafragma (0,02) dikalikan dengan nilai 100

(26)

skala (43) yaitu 0,86 mm. Daya absorbs rendah karena warna cahaya lebih tinggi dibandingkan dengan warna mineral. Warna mineral abu-abu kekuningan. Belahan dua arah karena nampak sayatan-sayatan yang dipotong miring/tegak lurus terhadap sumbu c dan semakin besar sudut antara sayatan dengan sumbu c maka semakin besar pula sudut antara kedua bidang belahan.

Pengamatan sejajar polarisator dimana lensa analisator dilepas kemudian polarisator dipasang dengan posisi mineral masih sama pada pengamatan analisator skala absis dan skala ordinat (58,23) dengan ukuran mineral 0,86 mm. Daya absorbs tinggi karena warna mineral pada saat nikol silang lebih tinggi dibandingkan cahaya. Warna mineral abu-abu kehitaman. Belahan mineral tersebut dua arah.

Dari hasil pengamatan sejajar analisator dan sejajar polarisator maka nama mineral yang diamati adalah Plagioklas.

(27)

PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum Pengenalan Mikroskop Polarisasi ini adalah:

.1 Mikroskop polarisasi adalah mikroskop yang cara kerjanya membiaskan cahaya. Mikroskop polarisasi terdiri dari tubus atas bagian atas, tubus atas bagian tengah, tubus atas bagian bawah, tubus tengah dan tubus bawah.

.2 Diameter medan pandang memfokuskan pada letak perpotongan benang silang tepat pada pusat medan pandang, dimana cahaya yang masuk merata pada daerah medan pandang mengatur bukaan diafragma (Irish Diaphragm). Bukaan diafragma ini harus disesuaikan dengan perbesaran lensa objektif yang digunakan.

.3 Pengamatan Anapol (Analisator dan Polarisator) dilakukan dengan cara meletakkan sampel sayatan tipis sejajar dengan benang silang pada arah yang berbeda.

4.2. Saran

Demi kelancaran dan pemahaman dalam mengamati kenampakan mkroskopis mineral ada baiknya dilakukan penambahan mikroskop agar supaya praktikan dapat dengan fokus melakukan praktikum tanpa harus saling bergantian.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Muh. Chaerul. 2014. Petrografi. Universitas Halu Oleo. Kendari.

Umar hamid dan Muhammad Akbar. 1994. Pedoman Mineral Optik. Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.

http://narabuarante.blogspot.com/2013/12/laporan-mineragrafi-acara-1-pengenalan.html. Diakses pada tanggal 20 oktober 2014 pukul 22.42.

http://petrografi–bab-i.pengenalan-mikroskop-polarisasi_wingma-narrows.html. Diakses pada tanggal 20 oktober 2014 pukul 22.42.

Gambar

Tabel 1.1. Alat dan bahan yang digunakan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu perlu dilakukan suatu perencanaan atau perancangan proses bending yang lebih baik daripada mesin bending yang telah ada yaitu merancang alat angle

Guru Mapel : Kurnia Afianti, S.Pd. SMA PLUS NEGERI 2

22 Pengelolaan Infrastruktur Pemerintahan Pembangunan Kantor Desa 878,101,500.00 APBN Kawasan Perbatasan. 23 Perencanaan Pembangunan Kantor Desa Perencanaan Pembangunan Kantor

[r]

Temuan dari hasil penelitian pada faktor – faktor yang signifikan mempengaruhi motivasi terhadap produktivitas kerja karyawan seperti tersebut diatas menunjukan bahwa

1.Gary Dessler, Human Resources Management, 9 th edition, Prentice Hall, 2003 2.Randal S.. Kemampuan Akhir Yang

Diharapkan bagi pengelola SMA Negeri 7 Prabumulih dapat mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kesehatan pada siswa dan juga dapat dijadikan solusi untuk dapat

Main Generator adalah unit pembangkit energi listrik utama yang digerakkan oleh turbin gas, generator ini berkapasitas 15 MW dengan tegangan yang dihasilkan 13,8