• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK

MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN

PENDAPATAN MASYARAKAT

PROVINSI BALI

Oleh ARISA SANTRI

H14050903

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(2)

RINGKASAN

ARISA SANTRI. Analisis Potensi Sektor Pariwisata untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat Provinsi Bali (dibimbing oleh MANUNTUN PARULIAN HUTAGAOL).

Sumbangan sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto memperlihatkan bahwa pada tahun 2007, sektor pariwisata memberikan kontribusi sebesar Rp. 338,807.2 milyar yang menjadikan sektor pariwisata berada pada posisi kedua setelah sektor industri manufaktur yang memberikan kontribusi sebesar Rp. 538,084.6 milyar. Sumbangan sektor pariwisata terus mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai tahun 2008, dengan angka sementara pada tahun 2008 sektor pariwisata menyumbang sebesar Rp. 363,314.0 milyar terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia.

Bali merupakan daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Provinsi Bali yang dikenal sebagai pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan Indonesia, khususnya sektor pariwisata. Sektor pariwisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu penggerak roda perekonomian nasional, sebagian besar dihasilkan dari pulau Bali. Segala upaya dilakukan untuk mempertahankan keberadaan pulau Bali dalam menjaring wisatawan untuk berbondong-bondong datang ke pulau yang sarat dengan budaya dan seni ini.

Sebagai penggerak utama dalam pembangunan perekonomian Bali, pembangunan sektor pariwisata diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas kesempatan kerja, memperluas kesempatan berusaha, memenuhi kebutuhan dasar rakyat, memeratakan pendapatan masyarakat, serta mempercepat pengentasan kemiskinan.

Di sisi lain, di Provinsi Bali masih terdapat berbagai masalah yang belum dapat terselesaikan. Tingkat pengangguran dan kemiskinan Provinsi Bali masih termasuk tinggi yaitu sebesar 77.577 orang dan 229.100 orang pada tahun 2007. Hal ini menjadi suatu kondisi yang dilematis bagi Pemerintah Provinsi Bali di tengah pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah yang pesat, terlebih dengan adanya kebijakan yang memprioritaskan pembangunan Provinsi Bali pada sektor pariwisata. Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana peran sektor pariwisata bagi pembangunan Provinsi Bali. Hal ini dilihat berdasarkan kontribusinya terhadap perekonomian, pembentukan keterkaitan antar sektor, output, pendapatan dan kesempatan kerja masyarakat.

Data yang digunakan adalah data sekunder dari BPS pusat dan media informasi lainnya. Analisis yang digunakan adalah analisis input-output dari Tabel Input-Output Provinsi Bali tahun 2007 updating menggunakan program Grimp dan Microsoft Office Excel 2007.

(3)

Berdasarkan analisis deskriptif dari Tabel Input-Output Provinsi Bali tahun 2007 transaksi domestik atas dasar harga produsen, sektor pariwisata memiliki peran yang relatif besar terhadap struktur perekonomian Provinsi Bali. Hal ini dapat dilihat dari posisi sektor pariwisata yang berada pada urutan pertama untuk struktur permintaan sebesar 36.00 persen dari total permintaan, konsumsi rumah tangga sebesar 30.75 persen dari total konsumsi rumah tangga, ekspor sebesar 69.30 persen dari total ekspor, dan nilai tambah bruto sebesar 37.77 persen dari total nilai tambah bruto. Sedangkan untuk struktur konsumsi pemerintah dan investasi sektor pariwisata terhadap total perekonomian Provinsi Bali masing-masing sebesar 15.22 persen dan 8.79 persen.

Sektor pariwisata secara keseluruhan memiliki keterkaitan (langsung dan langsung dan tidak langsung) yang tinggi baik sektor pengguna input maupun output, berarti sektor ini dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor lain baik hulu maupun hilirnya. Subsektor hotel bintang memiliki nilai terbesar pada keterkaitan langsung dan langsung dan tidak langsung ke depan. Sedangkan pada keterkaitan langsung dan langsung dan tidak langsung ke belakang, subsektor travel biro yang memiliki nilai terbesar.

Hasil analisis terhadap dampak penyebaran sektor pariwisata menunjukkan bahwa kepekaan penyebaran lebih besar dibandingkan dengan koefisien penyebaran. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam mendorong pertumbuhan industri hilirnya dibandingkan dengan kemampuan untuk mendorong pertumbuhan industri hulunya. Subsektor travel biro memiliki nilai koefisien penyebaran tertinggi. Sedangkan untuk kepekaan penyebaran, sektor hotel bintang memiliki nilai tertinggi.

Berdasarkan nilai multiplier output tipe I dan tipe II, nilai multiplier output tipe I sektor pariwisata adalah 1.5231 dan tipe II sebesar 1.9657. Nilai multiplier pendapatan tipe I sektor pariwisata adalah sebesar 1.4783 dan tipe II adalah sebesar 1.8801. Sedangkan untuk multiplier tenaga kerja tipe I sektor pariwisata adalah sebesar 1.9531 dan tipe II sebesar 2.7533. Subsektor travel biro mempunyai nilai multiplier output tipe I dan tipe II. Dari hasil analisis multiplier pendapatan tipe II dan tipe II, subsektor atraksi budaya merupakan subsektor pariwisata yang paling berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Provinsi Bali. Pada analisis multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II, subsektor atraksi budaya mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak bagi masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka Pemerintah Provinsi Bali harus melakukan pembangunan yang berimbang terhadap sektor pariwisata dan sektor lainnya. Hal ini dikarenakan kontribusi pariwisata terhadap perekonomian Provinsi Bali relatif besar dan sangat sensitif dalam menyerap tenaga kerja, namun sektor yang paling berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat dan output perekonomian bukan dari sektor pariwisata. Pemerintah juga diharapkan memperhatikan kelangsungan hidup pariwisata dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dengan cara mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kepariwisataan, meningkatkan pelayanan kepariwisataan, menjaga kondisi keamanan Provinsi Bali dan meningkatkan kegiatan promosi.

(4)

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK

MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN

PENDAPATAN MASYARAKAT

PROVINSI BALI

Oleh ARISA SANTRI H14050903 Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(5)

Judul Skripsi : ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA

UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN

KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI

Nama : Arisa Santri

NIM : H14050903

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Manuntun Parulian Hutagaol, Ph. D NIP. 19570904 198303 1 005

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 19641023 198903 2 002

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

Arisa Santri H14050903

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 April 1987 dengan nama lengkap Arisa Santri. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Hiras Situmorang dan Rusmina Barasa. Penulis mengawali pendidikannya pada tahun 1993 sampai tahun 1999 di SDN Tebet Timur 19 Pagi Jakarta. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1999 sampai tahun 2002 di SLTPN 73 Jakarta. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 49 Jakarta dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan seperti Olimpiade Mahasiswa IPB, Futsal Nasional, Hipotex-R, Masa Perkenalan Fakultas, dan Masa Perkenalan Departemen.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala berkat dan anugerahNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Potensi Sektor Pariwisata Untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat Provinsi Bali.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Manuntun Parulian Hutagaol, Ph. D, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan kesabaran dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alla Asmara, M.Si selaku penguji utama dan Ibu Widyastutik, M.Si selaku Komisi Pendidikan atas saran dan kritiknya yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Ir. Eko Oesman untuk kesediaannya membantu penulis dalam memperoleh data dan semua waktu dan tenaga yang diberikan untuk mengajarkan penulis akan banyak hal. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yaitu Hiras Situmorang (Papi) dan Rusmina Barasa (Mami) atas doa, perhatian, dan dukungannya. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2009

Arisa Santri H14050903

(9)

DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi ... i Daftar Tabel ... iv Daftar Gambar ... vi Daftar Lampiran ... vi BAB I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 8 1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Pengertian Pariwisata ... 9

2.1.2 Fungsi dan Tujuan Kepariwisataan ... 9

2.1.3 Dampak Kegiatan Pariwisata dari Segi Ekonomi ... 10

2.1.4 Pendapatan Wilayah dan Masyarakat ... 11

2.1.5 Pengertian Pengangguran dan Kesempatan Kerja ... 12

2.1.6 Peranan Pembangunan Pariwisata terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat ... 13

2.2 Kerangka Pemikiran ... 15

2.2.1 Kerangka Pemikiran Operasional ... 15

2.2.2 Kerangka Teoritis ... 20

2.2.2.1 Model Input-Output ... 20

2.2.2.2 Struktur Tabel Input-Output ... 21

BAB III. METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 24

(10)

3.2.1 Koefisien Input ... 24

3.2.2 Analisis Keterkaitan ... 26

3.2.3 Analisis Dampak Penyebaran ... 28

3.2.4 Analisis Pengganda (Multiplier) ... 29

3.3 Definisi Operasional Data ... 33

BAB IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI BALI ... 39

4.1 Kondisi Geografis Bali ... 39

4.2 Kondisi Kependudukan ... 40

4.3 Kondisi Perekonomian ... 41

4.4 Sektor Pariwisata ... 42

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

5.1 Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Struktur Perekonomian Provinsi Bali ... 44

5.1.1 Struktur Permintaan dan Penawaran ... 44

5.1.2 Struktur Konsumsi Rumah Tangga ... 46

5.1.3 Struktur Konsumsi Pemerintah ... 48

5.1.4 Struktur Investasi ... 49

5.1.5 Struktur Ekspor dan Impor ... 51

5.1.6 Struktur Nilai Tambah Bruto ... 53

5.2 Analisis Keterkaitan ... 55 5.2.1 Keterkaitan ke Depan ... 55 5.2.2 Keterkaitan ke Belakang ... 58 5.3 Analisis Penyebaran ... 59 5.3.1 Koefisien Penyebaran ... 59 5.3.2 Kepekaan Penyebaran ... 61

5.4 Analisis Dampak Multiplier ... 62

5.4.1 Analisis Dampak Multiplier Output ... 63

5.4.2 Analisis Dampak Multiplier Pendapatan ... 66

(11)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

6.1 Kesimpulan ... 72

6.2 Saran ... 73

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Indonesia, Rata-Rata Pengeluaran per Orang (USD), Rata-Rata Lama Tinggal (Hari), Penerimaan

Devisa (Juta USD) Tahun 2000-2007 ... 2

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Bali Tahun 2004-2007 (Jutaan Rupiah) ... 5

3. Ilustrasi Tabel Input-Output ... 22

4. Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa) ... 40

5. Jumlah Penduduk yang Bekerja Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa)... 41

6. Penduduk yang Mencari Pekerjaan Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa) ... 41

7. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) ... 45

8. Konsumsi Rumah Tangga Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) ... 47

9. Konsumsi Pemerintah Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007(Juta Rupiah) ... 49

10. Investasi Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) ... 50

11. Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) ... 52

12. Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Terhadap Nilai Tambah Bruto Tahun 2007 (Juta Rupiah) ... 53

13. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian di Pariwisata Bali ... 56

14. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali ... 57

15. Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali ... 60

16. Koefesien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali ... 61

17. Multiplier Output Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali ... 64

(13)

19. Multiplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali ... 67

20. Multiplier Pendapatan Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali ... 68

21. Multiplier Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali ... 69

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 19 2. Peta Provinsi Bali ... 39

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pariwisata merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perjalanan. Adanya kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara akan berpengaruh pada konsumsi wisatawan. Pengeluaran wisatawan tertuju ke berbagai industri dan jasa lainnya selama wisatawan berkunjung ke daerah wisata tertentu. Dampaknya akan terlihat pada nilai belanja pengeluaran wisatawan, sehingga akan berpengaruh terhadap kesempatan kerja, pendapatan, dan penerimaan devisa bagi daerah tujuan wisatawan. Selain itu, sektor pariwisata juga menjadi industri yang mempunyai keterkaitan dengan sektor pembangunan lain.

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi alam, keanekaragaman flora dan fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang semuanya itu merupakan sumber daya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisataan. Modal tersebut harus dimanfaatkan secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menciptakan lapangan kerja dalam rangka mengurangi angka pengangguran.

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor, dua diantaranya yaitu kondisi keamanan Indonesia dan nilai tukar rupiah terhadap

(16)

mata uang asing. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia membuat sektor pariwisata sangat berperan dalam perekonomian Indonesia, hal ini dikarenakan sektor pariwisata mampu mendatangkan devisa bagi negara. Faktor keamanan dan juga nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan mempengaruhi jumlah penerimaan devisa dari sektor pariwisata. Akibatnya, devisa yang diterima negara juga ikut berfluktuasi (Anonim, 2008). Hal ini dapat dilihat melalui Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Indonesia, Rata-Rata Pengeluaran per Orang (USD), Rata-Rata Lama Tinggal (Hari), Penerimaan Devisa (Juta USD) Tahun 2000-2007

TAHUN JUMLAH

WISATAWAN MANCANEGARA

RATA-RATA PENGELUARAN PER ORANG (USD)

RATA-RATA LAMA TINGGAL (HARI) PENERIMAAN DEVISA (JUTA USD) PER KUNJUNGAN PER HARI 2000 5.064.217 1.135,18 92,59 12,26 5.748,80 2001 5.153.620 1.053,36 100,42 10,49 5.396,26 2002 5.033.400 893,26 91,29 9,79 4.305,56 2003 4.467.021 903,74 93,27 9,69 4.037,02 2004 5.321.165 901,66 95,17 9,47 4.797,88 2005 5.002.101 904,00 99,86 9,05 4.521,89 2006 4.871.351 913,09 100,48 9,09 4.447,98 2007 5.505.759 970,98 107,70 9,02 5.345,98

Sumber: Departemen Budaya dan Pariwisata, 2008

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa kunjungan wisatawan mancanegara dan penerimaan devisa mengalami fluktuasi. Jumlah kunjungan terbanyak terjadi pada tahun 2007 dan terendah pada tahun 2003. Sedangkan penerimaan devisa terbesar terjadi pada tahun 2000 dan terendah pada tahun 2003. Sumbangan sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto memperlihatkan bahwa pada tahun 2007, sektor pariwisata memberikan kontribusi sebesar Rp. 338,807.2 milyar yang menjadikan sektor pariwisata

(17)

berada pada posisi kedua setelah sektor industri manufaktur yang memberikan kontribusi sebesar Rp. 538,084.6 milyar. Sumbangan sektor pariwisata terus mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai tahun 2008, dengan angka sementara pada tahun 2008 sektor pariwisata menyumbang sebesar Rp. 363,314.0 milyar terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia (BPS, 2008).

Bali merupakan daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Provinsi Bali yang dikenal sebagai pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan Indonesia, khususnya sektor pariwisata. Industri pariwisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu penggerak roda perekonomian nasional, sebagian besar dihasilkan dari pulau Bali. Segala upaya dilakukan untuk mempertahankan keberadaan pulau Bali dalam menjaring wisatawan untuk berbondong-bondong datang ke pulau yang sarat dengan budaya dan seni ini.

Berkembangnya pariwisata di Bali mengakibatkan sektor pariwisata berperan sebagai sektor penggerak utama (leading sector) perekonomian Bali. Hal itu ditunjukkan dengan sumbangan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang mencapai rata-rata 30 persen dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali sedangkan sektor pertanian berada di urutan kedua dengan sumbangan sebesar 20 persen. Sebagai sektor penggerak utama, sektor pariwisata menjadi faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi Bali. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2004, ketika sektor PHR tumbuh 1,60 persen mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 2,72%. Sebaliknya, ketika pariwisata Bali mengalami gangguan dengan

(18)

adanya serangan bom Kuta dan Jimbaran pada 1 Oktober 2005, yang selanjutnya diikuti oleh kontraksi pertumbuhan di sektor PHR menyebabkan kontraksi pertumbuhan ekonomi Bali (Sanjaya, 2006).

Struktur perekonomian Bali yang dibangun lewat keunggulan pariwisata sebagai sektor pemimpin (leading sector) telah membuka beragam peluang yang dapat mendorong aktivitas ekonomi serta pengembangan etos kerja masyarakat. Dimensi itu tergambar dari meluasnya kesempatan kerja, tingginya tingkat pendapatan masyarakat, dan luasnya jaringan kerja yang meliputi batas-batas lokal sampai tingkat nasional, bahkan ke tingkat internasional.

1.2. Perumusan Masalah

Provinsi Bali sangat terkenal dengan pariwisatanya sehingga perekonomian Bali sangat tergantung pada sektor pariwisata yang dijadikan sebagai sektor unggulan. Hal ini dapat dilihat melalui kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali yang merupakan kontribusi terbesar dibandingkan dengan sektor usaha lain.

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa sektor pariwisata melalui perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto dibandingkan dengan sektor lain. Pada tahun 2004-2007 sumbangan sektor pariwisata terus mengalami peningkatan. Kenyataan ini membuat provinsi Bali memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan terus meningkat. Keadaan ini membuat pemerintah daerah Provinsi Bali fokus pada pembangunan sektor pariwisata supaya pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali selalu tinggi.

(19)

Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Bali Tahun 2004-2007 (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 4.406.176,32 4.591.023,82 4.779.419,37 4.898.453,92 2. Pertambangan dan Penggalian 129.042,07 134.169,95 137.571,19 141.657,45 3. Industri Pengolahan 1.912.465,14 2.010.190 2.097.824,93 2.289.788,43 4. Listrik, Gas & Air

Bersih 293.696,43 309.674,46 330.019,17 356.044,27 5. Bangunan 777.745,96 820.194,83 857.213,62 909.435,80 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6.114.703,22 6.497.875,99 6.830.201,87 7.348.126,09 7. Angkutan & Komunikasi 2.051.578,77 2.190.464,42 2.323.287,07 2.575.564,36 8. Keuangan, Persewaan

& Jasa Perusahaan

1.462.272,55 1.568.435,47 1.673.782,28 1.734.273,10

9. Jasa – Jasa 2.815.563,35 2.950.414.91 3.155.359,78 3.243.703,65 Produk Domestik

Regional Bruto

19.963.243,8121.072.444,7922.184.679,2823.497.047,07

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2008.

Sebagai penggerak utama dalam pembangunan perekonomian Bali, pembangunan sektor pariwisata diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas kesempatan kerja, memperluas kesempatan berusaha, memenuhi kebutuhan dasar rakyat, memeratakan pendapatan masyarakat, serta mempercepat pengentasan kemiskinan.

Di sisi lain, di Provinsi Bali masih terdapat berbagai masalah yang belum dapat terselesaikan diantaranya adalah masalah pengangguran dan kemiskinan. Jumlah pengangguran tersebut juga masih terjadi fluktuasi tiap tahunnya. Pada tahun 2005 angka pengangguran Provinsi Bali sebesar 106.430 jiwa dan

(20)

mengalami peningkatan pada tahun 2006 menjadi 120.188 jiwa. Peningkatan tersebut diakibatkan karena belum pulihnya kondisi keamana Provinsi Bali setelah mengalami tragedi bom Bali II pada tahun 2005. Pada tahun 2007, kondisi Provinsi Bali mulai membaik dan angka pengangguran mengalami penurunan yaitu menjadi sebanyak 77.577 jiwa.

Jumlah pengangguran tersebut sangat mempengaruhi jumlah kemiskinan yang terdapat di Bali. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali sangat berfluktuatif, pada Maret 2004 angka kemiskinan di Bali sebesar 231.900 orang dan mengalami penurunan pada Maret 2005 menjadi sebanyak 228.400 jiwa. Namun pada Maret 2007, jumlah ini meningkat menjadi 229.100 jiwa dan kembali mengalami penurunan pada Maret 2008 menjadi sebanyak 215.700 jiwa

Pariwisata Bali sangat tergantung pada jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali. Peningkatan kunjungan wisatawan akan meningkatkan pengeluaran wisatawan (tourist expenditure), dan akhirnya meningkatkan efek pengganda (multiplier effects), perolehan devisa, perluasan kesempatan kerja yang akan mengurangi pengangguran, dan peningkatan pendapatan untuk mengurangi angka kemiskinan.

Hal tersebut dapat dilihat ketika terjadi peledakan bom Bali I pada tanggal 12 Oktober 2002 yang memberikan pengaruh besar bagi perekonomian di Indonesia khususnya di Bali. Karena sebagian besar korban dari peledakan bom tersebut adalah wisatawan asing, hal ini mengakibatkan penurunan terutama disektor pariwisata dan sektor perdagangan. Akibatnya, kedatangan wisatawan asing langsung pada tahun 2002 menurun sekitar 6,84% dan di tahun 2003 masih

(21)

mengalami penurunan sebesar 5,76%. Penurunan jumlah wisatawan ini akan mempengaruhi pengeluaran wisatawan yang dampaknya terhadap pendapatan masyarakat mencapai 45,3% (Anonim, 2004).

Begitu juga dengan kejadian bom Bali II pada 1 Oktober 2005 yang dampaknya luar biasa. Kunjungan wisman langsung yang biasanya mencapai rata-rata 4.000 orang per hari merosot tajam menjadi hanya sekitar 2.000 orang saja. Kondisi ini membuat Bali berpotensi kehilangan 2 juta dolar AS per hari dari belanja wisman (diasumsikan rata-rata pengeluaran wisman per hari 1.000 dolar AS). Kejadian bom Bali I dan II berlanjut kepada adanya kasus pemutusan hubungan kerja (PHK), terutama di lingkungan usaha sektor perhotelan, restoran, rumah makan, biro perjalanan atau usaha lainnya yang terkait pariwisata, menjadi tidak terhindarkan (Ary, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran wisatawan melalui kunjungan wisatawan mancanegara sangat menentukan pariwisata dan perekonomian Bali.

Dengan kebijakan pemerintah yang memprioritaskan pembangunan wilayah pada sektor pariwisata, maka perlu diteliti sudah seberapa jauhkah peran sektor pariwisata dalam meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, dan tingkat output serta keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor ekonomi lain. Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran sektor pariwisata dalam struktur perekonomian Provinsi Bali?

2. Bagaimana peran sektor pariwisata dalam keterkaitannya dengan sektor ekonomi lain di Provinsi Bali?

(22)

3. Bagaimana peran sektor pariwisata terhadap laju pertumbuhan output, pendapatan, dan kesempatan kerja masyarakat?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis peran sektor pariwisata dalam struktur perekonomian di Provinsi Bali.

2. Menganalisis peran sektor pariwisata dalam keterkaitannya dengan sektor-sektor ekonomi lainnya di Provinsi Bali.

3. Menganalisis peran sektor pariwisata terhadap pertumbuhan output, pendapatan, dan kesempatan kerja masyarakat.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan mengenai peranan pariwisata melalui sumbangan pariwisata yang berdampak pada perekonomian Provinsi Bali serta keterkaitan dengan input dan output pembangunan, terutama peranannya dalam mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran. Sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Bali dalam menentukan kebijakan pembangunan pariwisata dan dampaknya terhadap sektor pembangunan lainnya untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan di Provinsi Bali.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Pariwisata

Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu Pari dan Wisata. Kata Pari berarti penuh, seluruh, atau semua dan kata Wisata berarti perjalanan. Syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata apabila: a) Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lain, di luar tempat kediaman orang biasa itu tinggal; b) Tujuan perjalanan semata-mata untuk bersenang-senang, dan tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang dikunjunginya; c) Semata-mata sebagai konsumen di tempat yang dikunjunginya (Yoeti, 2003)

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pariwisata adalah segala berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

2.1.2. Fungsi dan Tujuan Kepariwisataan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta

(24)

meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Selain memiliki fungsi, kepariwisataan juga mempunyai tujuan, yaitu untuk:

a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi b. meningkatkan kesejahteraan rakyat c. menghapus kemiskinan

d. mengatasi pengangguran

e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya f. memajukan kebudayaan

g. mengangkat citra bangsa h. memupuk rasa cinta tanah air

i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa j. mempererat persahabatan antarbangsa.

2.1.3. Dampak Kegiatan Pariwisata dari Segi Ekonomi

Menurut Wahab (2003), dampak utama kegiatan pariwisata dari segi ekonomi terhadap level nasional (makro) dapat ditinjau dari dua segi:

1. Akibat langsung yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap bidang ekonomi meliputi:

 Akibatnya terhadap neraca pembayaran  Akibatnya untuk kesempatan kerja

 Akibatnya dalam mendistribusikan pendapatan lagi.

2. Akibat tidak langsung yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata, mencakup:

(25)

 Hasilnya dalam memasarkan produk-produk tertentu  Hasilnya untuk sektor pemerintah (pajak)

 Hasil “tiruan” yang mempengaruhi masyarakat. 2.1.4. Pendapatan Wilayah dan Masyarakat

Setiap tahun produktivitas masyarakat diukur untuk dilihat bagaimana keberhasilan masyarakat atau negara dalam melaksanakan pembangunan (Budiman, 1996). Produktivitas ini diukur oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB berperan dalam membuat perencanaan dan kebijaksanaan dalam pembangunan ekonomi daerah, menentukan arah pembangunan, dan mengevaluasi hasil pembangunan (Warningsih, 2001).

Untuk melihat kemampuan suatu wilayah dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di suatu wilayah, maka indikator yang digunakan adalah PDRB per kapita. PDRB per kapita diperoleh dengan membagi nilai total PDRB dengan jumlah penduduk. Dengan nilai ini maka produksi rata-rata setiap orang di suatu wilayah dapat diketahui (Budiman, 1996).

Menilai suatu kebijakan tertentu yang dilaksanakan dalam suatu program atau proyek sebagai perwujudan dari kebijaksanaan pembangunan dapat berdampak pada kesejahteraan. Oleh karena itu, persoalannya adalah apakah dalam menentukan salah satu dari tindakan alternatif pilihan keputusan tertentu akan memperbaiki atau justru memperburuk kesejahteraan masyarakat. Supaya sumber daya dapat dimanfaatkan secara optimal, maka harus memenuhi kriteria

(26)

tertentu, seperti efisiensi, pemerataan, berdasarkan keadilan, dan mengarah kepada keberlanjutan (Budiman, 1996).

2.1.5. Pengertian Pengangguran dan Kesempatan Kerja

Definisi dari penganggur adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan. Penganggur semacam ini oleh BPS dinyatakan sebagai penganggur terbuka (Dumairy, 1996). Menurut Bellante dan Jackson (1990), secara konseptual pengangguran dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Pengangguran friksional

Pengangguran friksional dikatakan ada apabila para majikan yang mempunyai lowongan kerja dan terlibat dalam proses pencarian tenaga kerja masih belum menemukan tenaga kerja yang dimaksudkannya.

b. Pengangguran struktural

Perngangguran struktural dikatakan ada apabila lowongan yang ada membutuhkan keahlian yang berbeda daripada yang dimiliki pekerja penganggur atau lowongan pekerjaan yang dapat diperoleh itu berada dalam kawasan geografis lain dari lokasi tempat tinggal pekerja yang menganggur.

c. Pengangguran karena kurangnya permintaan

Pengangguran ini timbul apabila pada tingkat upah dan harga yang sedang berlaku, tingkat permintaan akan tenaga kerja secara keseluruhan terlampau rendah, dengan akibat bahwa jumlah tenaga kerja yang diminta

(27)

perekonomian secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan dengan jumlah pekerja yang menawarkan tenaga kerjanya.

Kesempatan kerja menurut Departemen Tenaga Kerja (1994) dalam Warningsih (2001) adalah jumlah lapangan kerja dalam satuan orang yang dapat disediakan oleh seluruh sektor ekonomi dalam kegiatan produksi. Dalam arti yang lebih luas, kesempatan kerja tidak hanya menyangkut jumlahnya, tetapi juga kualitasnya. Penggolongan lapangan usaha atau industri diklasifikasikan oleh BPS sebagai berikut:

1. Pertanian, perburuan, kehutanan, dan perikanan, 2. Pertambangan dan penggalian,

3. Industri Pengolahan, 4. Listrik, gas, dan air, 5. Bangunan,

6. Perdagangan, rumah makan, dan hotel, 7. Pengangkutan/pergudangan dan komunikasi,

8. Keuangan, asuransi dan perdagangan benda tak bergerak/usaha persewaan bangunan, tanah, jasa, perusahaan, dan

9. Jasa-jasa kemasyarakatan, sosial, dan pribadi.

2.1.6. Peranan Pembangunan Pariwisata terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat

Pariwisata merupakan sektor yang menyerap kebutuhan tenaga orang dan tidak hanya mementingkan mesin-mesin. Banyak kegiatan yang biasanya ditimbulkan oleh pariwisata pada suatu negara akan mendatangkan lebih banyak

(28)

kesempatan kerja dari suatu sektor ekonomi lainnya. Alasannya adalah karena sektor pariwisata umumnya berorientasi pada penjualan jasa. Akibat langsung pariwisata pada bidang kesempatan kerja dirasakan lebih mendatangkan manfaat pada negara-negara yang sedang berkembang daripada negara-negara industri maju (Wahab, 2003).

Pembangunan pariwisata berpengaruh positif terhadap perluasan peluang usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, restoran, warung, angkutan, dagang asongan, sarana olahraga, jasa, dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan akan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk bekerja sebagai karyawan. Dengan munculnya peluang usaha dan kerja ini, maka angka pengangguran dapat diturunkan (Wahab, 2003).

Pembangunan kepariwisataan ditujukan untuk memberikan manfaat kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pariwisata mampu memberikan kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berusaha dan bekerja. Kunjungan wisatawan ke suatu daerah memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian pariwisata akan mampu memberi andil besar dalam penghapusan kemiskinan melalui peningkatan pendapatan masyarakat di berbagai daerah yang miskin potensi ekonomi lain selain potensi alam dan budaya bagi kepentingan pariwisata (Marpaung, 2002).

(29)

Penelitian yang pernah dilakukan di Kenya dan Meksiko menyimpulkan bahwa jumlah kesempatan kerja yang masih bersifat relatif ditimbulkan pada setiap unit modal yang ditanam, cenderung lebih tinggi dalam bidang pariwisata daripada kegiatan-kegiatan sektor swasta lainnya. Penelitian yang dilakukan Murdianto (1991) mengenai dampak pariwisata terhadap peluang usaha/kerja sektor luar pertanian di pedesaan yang mengambil lokasi penelitian pada tiga obyek wisata di Kabupaten Serang menunjukkan bahwa industri pariwisata di Kabupaten Serang memberi peluang usaha/kerja bagi masyarakat di sekitar obyek wisata, terutama dalam bentuk usaha informal yang mendukung dan melengkapi usaha pariwisata.

Rachmawati (2005), melakukan penelitian mengenai dampak pariwisata alam terhadap pendapatan masyarakat sekitar kawasan wisata dan jumlah lapangan pekerjaan yang terbuka akibat adanya kegiatan wisata yang menggunakan metode wawancara kepada masyarakat, pihak pengelola, dan pengunjung kawasan wisata melalui pintu masuk Cibodas dan pintu masuk Selabintana. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa pendapatan masyarakat di pintu masuk Cibodas lebih besar dibandingkan dengan di Selabintana. Jenis pekerjaan yang terbuka juga lebih banyak di Cibodas dibandingkan dengan di Selabintana.

2.2. Kerangka Pemikiran

2.2.1. Kerangka Pemikiran Operasional

Sektor pariwisata memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Bali setiap tahunnya sehingga Provinsi Bali memiliki pertumbuhan

(30)

ekonomi yang tinggi. Kontribusi PDRB dan laju pertumbuhan yang tinggi ternyata belum mampu mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di Provinsi Bali. Masalah kemiskinan dan pengangguran menjadi permasalahan yang rumit dihadapi Indonesia termasuk di dalamnya Provinsi Bali. Proses penghapusan masalah kemiskinan dan pengangguran yang lambat menyebabkan masyarakat terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan sehingga masyarakat berada pada kualitas kesejahteraan yang rendah.

Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cepat adalah melalui peningkatan satu atau beberapa sektor ekonomi kunci. Pemilihan sektor tersebut dapat mencerminkan peningkatan kesejahteraan mayarakat melalui peningkatan pendapatan, pengurangan tingkat pengangguran, pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, dan penghapusan kemiskinan. Peningkatan output sektor kunci akan meningkatkan output sektor-sektor lainnya melalui proses penggandaan (multiplier) dan keterkaitan (linkage) antar sektor. Melalui proses penetesan ke bawah (trickle down effect), peningkatan output berbagai sektor ekonomi akan menyebabkan peningkatan pendapatan berbagai golongan masyarakat di wilayah yang bersangkutan. Peningkatan pendapatan sekaligus mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Peristiwa Bom Bali I yang terjadi pada tahun 2002 dan Bom Bali II pada tahun 2005 mengakibatkan berkurangnya jumlah wisatawan terutama wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali. Pengurangan jumlah wisatawan ini mengakibatkan penurunan konsumsi wisatawan yang pada akhirnya mengakibatkan pengurangan tenaga kerja pada lapangan pekerjaan yang terkait

(31)

dengan kegiatan pariwisata. Pengurangan tenaga kerja tersebut meningkatkan jumlah pengangguran dan kemiskinan ikut meningkat karena tingkat pendapatan yang menurun. Oleh karena itu, pemilihan sektor pariwisata sebagai sektor prioritas di Provinsi Bali dianggap mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat yang lebih baik, dan mengurangi angka pengangguran. Kemampuan tersebut dilihat berdasarkan pembentukan keterkaitan dan kepekaan antar sektor, dan dampak terhadap pengganda (multiplier) output, pendapatan dan tenaga kerja.

Permasalahan kemiskinan dan pengangguran dianalisis dengan menggunakan analisis input-output. Untuk masalah kemiskinan yang mencakup masalah pendapatan masyarakat dianalisis melalui analisis pengganda (multiplier) pendapatan. Melalui analisis ini, akan ditunjukkan seberapa besar peran sektor pariwisata Provinsi Bali mampu merangsang peningkatan pendapatan rumah tangga yang bekerja pada sektor pariwisata dan sektor-sektor ekonomi lain. Sedangkan untuk masalah pengangguran, akan dianalisis menggunakan analisis pengganda (multiplier) tenaga kerja. Analisis ini memberikan gambaran mengenai kemampuan sektor pariwisata dalam menyerap tenaga kerja bagi sektor pariwisata dan sektor-sektor lain.

Dalam perekonomian, terdapat berbagai sektor ekonomi. Perekonomian yang kuat dan mantap adalah perekonomian yang sektor-sektor ekonominya saling menopang dan terkait erat satu sama lain. Untuk menganalisis keterkaitan antar sektor pariwisata dengan sektor lain digunakan analisis keterkaitan. Dalam

(32)

penelitian ini juga akan digunakan analisis pengganda (multiplier) output untuk melihat pertumbuhan output yang dihasilkan oleh Provinsi Bali.

Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti akan melihat bagaimana dampak yang ditimbulkan dari tindakan pemerintah daerah Provinsi Bali yang fokus terhadap pembangunan sektor pariwisata khususnya terhadap pengangguran dan kemiskinan. Apabila melalui analisis penggandaan dan keterkaitan ternyata sektor pariwisata sangat berperan dalam mengurangi kemiskinan dan pengangguran, maka prioritas pembangunan sektor pariwisata dapat dilanjutkan tanpa mengabaikan pembangunan sektor lain.

(33)

Keterangan:

( ) : Analisis yang digunakan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Perekonomian Provinsi Bali

Masalah ekonomi (kemiskinan) Masalah ekonomi (pengangguran) Sektor Pariwisata Sektor ekonomi lain

Peran sektor pariwisata (Analisis Input-Output) Keterkaitan sektor (Analisis keterkaitan) Dampak terhadap output (Analisis pengganda output) Dampak terhadap pendapatan (Analisis pengganda pendapatan) Dampak terhadap tenaga kerja (Analisis pengganda tenaga kerja)

Strategi pembangunan Provinsi Bali

(34)

2.2.2. Kerangka Teoritis 2.2.2.1. Model Input-Output

Analisis Input-Output dikembangkan oleh W.Leontief pada tahun 1930 dan tabel input-output telah berkembang menjadi salah satu metode yang paling luas diterima, tidak hanya untuk mendiskripsikan struktur industri suatu perekonomian tetapi juga mencakup cara untuk memprediksikan perubahan-perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977). Model Input-Output ini didasarkan atas model keseimbangan umum.

Menurut BPS (2008), Tabel Input-Output (I-O) adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang barang dan jasa antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian sepanjang kolom Tabel I-O menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik berupa input antara maupun input primer. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Selain itu, isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Tabel ini memberikan gambaran tentang:

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor.

2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi.

3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut.

(35)

4. Struktur permintaan barang dan jasa baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.

Menurut BPS (2008), terdapat beberapa kegunaan dari analisis I-O yaitu: 1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai

tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan kerja di berbagai sektor produksi.

2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.

3. Untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output. 4. Untuk mengetahui sektor-sektor yang berpengaruh paling dominan terhadap

pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang paling peka terhadap pertumbuhan perekonomian.

5. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik structural suatu perekonomian wilayah.

2.2.2.2. Struktur Tabel Input-Output

Struktur dari Tabel Input-Output terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendiskripsikan suatu hubungan tertentu (Glasson, 1997). Tabel Input-Output menunjukkan transaksi antar komponen suatu perekonomian, dimana terdapat dua sektor produksi dengan empat komponen permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah(G), dan ekspor (E) serta dua

(36)

faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan kapital (N). Pada Tabel 3 memperlihatkan gambaran mengenai format Tabel I-O.

Tabel 3.Ilustrasi Tabel Input-Output Sektor Produksi

Permintaan Akhir Total Output 1 2 C I G E X Sektor Produksi 1 z11 z12 C1 I1 G1 E1 X1 2 z21 z22 C2 I2 G2 E2 X2 Nilai Tambah L L1 L2 L N N1 N2 N Impor M M1 M2 M Total Input X X1 X2 C I G E X

Sumber: Miller dan Blair (1985) dalam Priyarsono, 2007

Input antara terjadi karena adanya arus perpindahan barang antar sektor yaitu sektor i ke sektor j dan juga bisa terjadi perpindahan di dalam sektor itu sendiri. Tabel 2.1 menunjukkan terjadinya arus atau perpindahan barang dari sektor i ke sektor j. Dalam hal ini, i=j. nilai uang arus barang dan jasa dari sektor i ke sektor j diberi notasi Zij, total output diberi notasi Xi, dan total permintaan akhir sektor i diberi notasi Yi. Maka, dapat dituliskan sebagai berikut:

X = zi1 + zi2 + … + zii + …+ Yi ……… (2.1) Persamaan (2.1) menunjukkan distribusi output ke sektor i. Output sektor i didistribusikan ke sektor-sektor produksi lain dan dialokasikan ke pemakai akhir yang merupakan pelaku-pelaku ekonomi di dalam perekonomian yang secara agregat diklasifikasikan ke dalam rumah tangga dalam konsumsi rumah tangga, perusahaan dalam investasi, pemerintah dalam pengeluaran pemerintah, dan pihak luar negeri dalam ekspor. Pada persamaan (2.2) terlihat bahwa terdapat n sektor yang sama seperti persamaan untuk seluruh sektor perekonomian, yaitu:

(37)

X1 = z11 + z12 + … + z1n + Y1 X2 = z21 + z22 + … + z2n + Y2

. . . . . .

. . . . . .

. . . . . .

Xn1 = zn1 + zn2 + … + znn = Yn……….. (2.2)

Sesuai dengan definisi tabel Input-Output, total input harus sama dengan total output. Berdasarkan sifatnya yang linear, maka dapat dituliskan sebagai berikut:

X1 + X2 + L + N + M = X

= X1 + X2+ C + I + G + E ……… (2.3) Persamaan (2.3) adalah identitas dari pendapatan nasional, ditunjukkan oleh persamaan di ruas kiri, dimana pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari balas jasa faktor-faktor produksi dalam perekonomian yang terdiri dari tenaga kerja dan kapital. Persamaan di ruas kanan menunjukkan pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku ekonomi. Dua persamaan tersebut menghasilkan nilai X yang sama, dapat dijabarkan sebagai berikut dengan menghilangkan X1 dan X2, menjadi:

L + N + M = C + I + G + E Atau

L + N = C + I + G (E-M) ……….. (2.4) Analisis Input-Output berdasarkan persamaan di atas memegang peranan penting sebagai dasar analisa ekonomi mengenai keadaan perekonomian suatu wilayah.

(38)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data sekunder ekonomi Bali dalam bentuk Tabel Input-Output Bali Tahun 2007 (Updating) klasifikasi 68 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 28 dan 13 sektor dan data pendukung lainnya yang diambil dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Bappeda Provinsi Bali, Dinas Pariwisata Bali, buku-buku, internet, dan berbagai media informasi lainnya.

3.2. Metode Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk mempelajari peranan jasa pariwisata dan sektor pendukung lainnya terhadap perekonomian Provinsi Bali adalah Analisis Tabel Input-Output, yang digunakan untuk mengetahui peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Bali sebagai penyedia input sekaligus sebagai pemakai input. Dampak yang ditimbulkan sektor ini dapat dianalisa berdasarkan analisis pengganda (output, pendapatan, dan kesempatan kerja) dan juga keterkaitan antar sektor. Untuk analisis keterkaitan antar sektor dan pengganda, alat yang digunakan adalah perangkat lunak Grimp dan Microsoft Excell.

3.2.1. Koefisien Input

Koefisien input dapat dilihat secara baris atau bagian horizontal. Oleh karena itu, secara keseluruhan dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar berikut:

X1 = X11 + X12 + … + X1n + Y1 X2 = X21 + X22 + … + X2n + Y2

. . . . . .

(39)

Diketahui matrik koefisien teknis: Xij ij a = Xj ……….. (3.2) Jika persamaan (3.1) disubstitusikan ke persamaan (3.2), maka diperoleh persamaan: X1 = a X1111 + a X12 + … + 12 a1nX1n + Yi X2 = a X21 21 + a X22 + … + 22 a2nX2n + Y2

. . . . . .

. . . . . .

. . . . . .

Xn = an1Xn1 + an1Xn2 + … + annXnn + Yn ... (3.3)

Bentuk persamaan matriks dari persamaan (3.3) menjadi :

11 a a12 … a1n X1 Y1 X1 21 a a … 22 a2n X2 + Y2 = X2 1 n a an1ann Xn Yn Xn A X + Y = X

AX + Y = X atau (I-A) X = Y atau X = (I-A) -1 Y ………(3.4) Dimana:

I = Matriks identitas yang elemennya memuat angka satu pada pola diagonalnya dan nol pada lainnya.

Y = Permintaan akhir. X = Jumlah Output (I-A) = Matrik Leontief

(40)

Dari persamaan (3.4) terlihat bahwa output setiap sektor memiliki hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I-A)-1 sebagai koefisien antara. Matrik kebalikan menunjukkan adanya saling keterkaitan antar tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi.

3.2.2. Analisis Keterkaitan (Linkage Analysis)

Analisis ini digunakan untuk menentukan sektor unggulan dalam suatu perekonomian untuk mencapai pembangunan. Analisis keterkaitan yang digunakan adalah:

3.2.2.1. Keterkaitan ke Depan (forward Linkage)  Keterkaitan Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengetahui besarnya keterkaitan langsung ke depan, digunakan rumus sebagai berikut :

………..……… (3.5)

Dimana :

Fi = keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage)

ij

a

= matriks koefisien input

 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan merupakan alat untuk mengukur akibat dari suatu sektor terhadap sektor-sektor yang menggunakan

 

n j ij j n j ij i

a

X

X

F

1 1

(41)

output bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tak langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengukur besarya keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan digunakan rumus sebagai berikut:

n j ij i

FLTL

1

………... (3.6) Dimana :

FLTLi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan

ij

= unsur matriks kebalikan Leontif terbuka

3.2.2.2. Keterkaitan Kebelakang (Backward Lingkage)  Keterkaitan Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengetahui besarna keterkaitan langsung ke belakang, digunakan rumus sebagai berikut :

 

n i ij j n j ij i

a

X

X

B

1 1 ………... (3.7) Dimana :

Bi = keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage)

ij

a

= unsur matriks koefisien input

(42)

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menyatakan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tak langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengukur besarnya keterkaitan langsung dan tak langsung ke belakang digunakan rumus sebagai berikut:

n i ij i

BLTL

1

……….……… (3.8) Dimana :

BLTLi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang

ij

= unsur matriks kebalikan Leontif terbuka 3.2.3. Analisis Dampak Penyebaran

Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama, oleh karena itu indeks tersebut harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dampak penyebaran, yang terdiri dari:

1. Kepekaan Penyebaran (Daya penyebaran ke depan atau daya mendorong) Konsep ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lain melalui mekanisme pasar output. Sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain yang menggunakan input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan yang tinggi apabila nilai Sdi lebih besar dari satu. Rumus untuk mencari nilai kepekaan penyebaran:

(43)

 

  

n i n j ij n j ij i

n

Sd

1 1 1

……… (3.9) Dimana :

Sdi = Kepekaan penyebaran sektor i

ij

= Unsur matrik kebalikan Leonief n = Jumlah sektor

2. Koefisien Penyebaran (Daya penyebaran ke belakang atau menarik)

Konsep ini berguna untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor lain melalui mekanisme transaksi pasar input. Sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor J mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila Pdj mempunyai nilai lebih dari satu. Rumus untuk mencari koefisien penyebaran:

 

  

n i n j ij n i ij j

n

Pd

1 1 1

... (3.10) Dimana :

Pdj = Koefisien penyebaran sektor j

ij

= Unsur matrik kebalikan Leonief n = Jumlah sektor

(44)

1. Pengganda Output

Pengganda output (Output Multiplier) yaitu dampak peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap total output seluruh sektor di wilayah penelitian. Pengganda output sederhana adalah dampak kenaikan permintaan akhir suatu sektor di dalam perekonomian suatu wilayah terhadap kenaikan output sektor yang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Multiplier output terbagi menjadi dua tipe, yaitu:

a. Pengganda Output Tipe I

Besarnya multiplier output untuk sektor ke n dalam perekonomian berasal dari penjumlahan kolom ke-n dari matriks kebalikan koefisien input untuk perekonomian yang bersangkutan. Oleh karena itu, multiplier output tipe I dapat dinotasikan dalam bentuk:

n i ij j

O

1

………..……….. (3.11) Dimana:

Oj = multiplier output tipe I sektor j

ij

= matriks kebalikan koefisien input model terbuka b. Pengganda Output Tipe II

Besarnya multiplier output untuk sektor ke-n dalam perekonomian berasal dari penjumlahan kolom ke-n dari matriks kebalikan koefisien input untuk perekonomian yang bersangkutan dengan menambahkan dampak induksi konsumsi. Oleh karena itu, multiplier output II dapat dinotasikan dalam bentuk:

(45)

   1 1 n i ij j O

……….…………. (3.12) Dimana : j

O

= multiplier output tipe I sektor j

ij

= matriks kebalikan koefisien input model tertutup sektor j

2. Pengganda Pendapatan

Pengganda pendapatan (Income Multiplier) yaitu dampak peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga di wilayah penelitian secara keseluruhan. Ditulis dengan rumus:

n i ij j j

h

y

1

………...………. (3.13) Dimana:

yj = multiplier pendapatan biasa sektor j hj = koefisien pendapatan

áij= matriks kebalikan koefisien input model terbuka a. Pengganda Pendapatan Tipe I

Pengganda pendapatan tipe I merupakan penjumlahan pengaruh langsung dan tidak langsung dibagi dengan pengaruh langsung yang dirumuskan sebagai berikut: j j j h y Y  ………. (3.14) Dimana:

Yj = Pengganda pendapatan tipe I sektor ke-j b. Pengganda Pendapatan Tipe II

(46)

Pengganda pendapatan tipe II selain menghitung pengaruh langsung dan tidak langsung juga menghitung pengaruh induksi (induce effect). Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

n i ij j j

h

y

1

……….. (3.15) ... (3.16) Dimana: j

y

= multiplier pendapatan total sektor j

j

Y

= multiplier pendapatan tipe II sektor j

j

h

= unsur-unsur matriks invers Leontief terbuka sektor j

ij

= matriks kebalikan koefisien input model tertutup 3. Pengganda Tenaga Kerja

Pengganda tenaga kerja merupakan besarnya kesempatan kerja yamg tersedia pada sektor tersebut sebagai akibat penambahan permintaan akhir dari sektor yang bersangkutan sebesar satu satuan rupiah. Rumus efek tenaga kerja dari perubahan satu unit output sektor j adalah:

n i ij j j

e

w

1

……… (3.17) Dimana: j

w

= multiplier tenaga kerja biasa sektor j ej = koefisien tenaga kerja

ij

= matriks kebalikan koefisien input model terbuka

j j j

h

y

Y 

(47)

a. Pengganda Tenaga Kerja Tipe I

Pengganda tenaga kerja tipe I adalah berubahnya kesempatan kerja yang terjadi pada sektor tersebut lainnya akibat penambahan permintaan akhir dari suatu sektor sebesar satu satuan secara langsung dan tidak langsung, yang dirumuskan sebagai berikut:

j j j

e

w

W 

……….. (3.18) Dimana:

Wj = Pengganda tenaga kerja tipe I sektor ke-j b. Pengganda Tenaga Kerja Tipe II

Pengganda Tenaga Kerja Tipe II sudah memperhitungkan pengaruh dari induce effect.

n i ij j j

e

w

1

……… (3.19) j j j

e

w

W

……… (3.20) Dimana: j

w

= multiplier tenaga kerja total sektor j

j

W

= multiplier tenaga kerja tipe II sektor j ej = koefisien tenaga kerja

ij

= matriks kebalikan koefisien input model tertutup 3.3. Definisi Operasional Data

(48)

Sektor pariwisata Provinsi Bali terdiri dari 16 subsektor, yaitu: sektor restoran, rumah makan dan warung, hotel bintang, hotel non bintang, angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya, angkutan carter darat, angkutan laut antar pulau/negara, angkutan wisata, angkutan penyebrangan, angkutan udara, travel biro, jasa penunjuang angkutan lainnya, komunikasi, pos dan giro, money changer, atraksi budaya, jasa hiburan lainnya, dan jasa perorangan, rumah tangga lainnya termasuk pramuwisata.

b. Output

Output adalah nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah dalam suatu periode waktu tertentu (umumnya satu tahun), tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksinya. Pelaku produksi dapat perusahaan atau perorangan milik penduduk atau asing. Sepanjang kegiatan produksinya dilakukan di wilayah yang bersangkutan, maka produk yang dihasilkannya dihitung sebagai bagian dari output wilayah tersebut. Oleh sebab itu, output sering juga disebut sebagai output domestik karena yang menjadi sorotan adalah produk yang dihasilkan dari suatu wilayah bukan pemiliknya.

Wujud produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang berwujud barang dan berwujud jasa. Untuk sektor-sektor yang produknya berupa barang, maka outputnya merupakan hasil kali antara jumlah kuantitas yang dihasilkan dengan harga per unit produksi tersebut. Sedangkan untuk sektor-sektor yang produknya berupa jasa, output

(49)

dihitung berdasarkan nilai penerimaan dari jasa yang telah diberikan kepada pihak lain.

c. Transaksi Antara

Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan sebagai produsen dan konsumen. Sektor yang berperan sebagai produsen merupakan sektor pada masing-masing baris, sedangkan sektor yang berperan sebagai konsumen ditunjukkan oleh sektor masing-masing kolom. Transaksi yang dicakup hanya transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi. Jadi, isian sepanjang baris pada transaksi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan disebut sebagai permintaan antara. Sedangkan, isian sepanjang kolomnya menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara.

d. Permintaan Akhir dan Impor

Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir. Permintaan akhir tidak mencakup barang dan jasa yang digunakan untuk kegiatan produksi. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor.

Barang dan jasa yang digunakan unutk memenuhi permintaan akhir dapat berupa barang dan jasa hasil produksi dalam negeri atau barang dan jasa yang diperoleh dari impor. Berdasarkan hal ini, jelas bahwa impor adalah komponen penyediaan dan bukan merupakan bagian dari permintaan akhir.

(50)

1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga

Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan neto barang bekas. Barang yang dicakup meliputi barang tahan lama dan barang tidak tahan lama, kecuali pembelian rumah tinggal. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dari suatu negara mencakup semua pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh penduduk negara tersebut, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar negeri. Konsumsi penduduk dari suatu negara atau wilayah yang dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai konsumsi atas barang dan jasa impor. Sebaliknya, konsumsi penduduk asing di wilayah suatu negara diperlakukan sebagai komponen ekspor dari negara atau wilayah tersebut.

2. Pengeluaran konsumsi pemerintah

Pengeluaran konsumsi pemerintah adalah semua pengeluaran atas barang dan jasa yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan administrasi pemerintahan dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pengeluaran konsumsi pemerintah terdiri dari belanja pegawai, belanja barang bukan barang modal dan penyusutan. Pengeluaran pemerintah untuk keperluan militer baik berupa pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk barang-barang seperti pesawat terbang, peralatan perang, dan bangunan juga merupakan bagian dari pengeluaran konsumsi pemerintah.

3. Pembentukan modal tetap

Pembentukan modal tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang modal baru, baik yang berasal

(51)

dari dalam negeri maupun impor. Pembelian barang modal bekas dari luar negeri juga dicakup dalam pembentukan modal tetap, karena barang modal tesebut pada dasarnya merupakan barang modal baru di wilayah dalam negeri. Pembentukan modal tetap dalam tabel I-O hanya mencakup pembentukan modal tetap yang dilakukan oleh sektor ekonomi di dalam negeri.

4. Perubahan stok

Perubahan stok adalah nilai stok barang pada akhir periode penghitungan dikurangi dengan nilai stok pada awal periode. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi: (i) perubahan stok barang jadi dan barang setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas dan barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (ii) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (iii) perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual. Dalam tabel I-O, perubahan stok diperlakukan sebagai bagian dari alokasi output sektor yang menghasilkan, bukan diletakkan di sektor yang menguasai stok tersebut.

5. Ekspor dan impor

Ekspor dan impor meliputi barang dan jasa antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ekspor mencakup pembelian lamsung di dalam negeri oleh penduduk negara lain. Sebaliknya, pembelian langsung di luar negeri oleh penduduk suatu negara dikategorikan sebagai transaksi impor.

(52)

e. Input Primer

Input primer adalah input atau biaya yang timbul sebagai akibat dari pemakaian faktor produksi dalam suatu kegiatan ekonomi. Faktor produksi tersebut antara lain adalah tenaga kerja, tanah, modal, dan kewiraswastaan. Wujud dari input primer adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal, dan pajak tak langsung neto. Input primer disebut juga sebagai balas jasa faktor produksi atau nilai tambah bruto. Nilai input primer dari suatu sektor akan sama dengan output dikurangi input antara pada sektor tersebut.

1. Upah dan gaji

Upah dan gaji adalah balas jasa yang diberikan kepada tenaga kerja (selain pekerja keluarga yang tidak dibayar) yang terlibat dalam kegiatan produksi. Balas jasa tersebut mencakup semua jenis balas jasa, baik yang berupa uang maupun barang.

2. Surplus usaha

Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha antara lain terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah, dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha adalah sama dengan nilai tambah bruto dikurangi upah dan gaji, penyusutan, dan pajak tak langsung neto.

Gambar

Tabel  1.  Jumlah  Wisatawan  Mancanegara  ke  Indonesia,  Rata-Rata  Pengeluaran  per  Orang  (USD),  Rata-Rata  Lama  Tinggal  (Hari),  Penerimaan  Devisa  (Juta USD) Tahun 2000-2007
Tabel  2.  Produk  Domestik  Regional  Bruto  (PDRB)  Atas  Dasar  Harga  Konstan  2000  Menurut  Lapangan  Usaha  di  Provinsi  Bali  Tahun  2004-2007  (Jutaan Rupiah)  Lapangan Usaha  2004  2005  2006  2007  1
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Perekonomian Provinsi Bali
Tabel 3. Ilustrasi Tabel Input-Output  Sektor  Produksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Mendeskripsikan data PDRB provinsi pada tahun 2013. Melakukan pemodelan dengan metode regresi

Kitab Allah pada muhkam Al-Qur'an yang agung, bahawa sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada para alim-ulama kaum muslimin dan penguasa kerajaan yang memerintah mereka serta

46 Table 4.10 Distribusi Responden Umur 47 Tabel 4.1 I Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan 48 Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Profesi 49 Tabel

Begitu pun setiap orang melihatnya datang berkunjung, mereka akan menyambutnya dengan ucapan: "Beritakan kepada para penumpuk harta!" Kalimat ini benar-benar

vaksin Rabies, misalnya, menghasilkan efek samping yang membuat vaksin tidak memuaskan untuk imunisasi masal, di Amerika Serikat, vaksin rabies sekarang digunakan

Kandungan kimia yang berfungsi melarutkan kalsium batu ginjal adalah flavonoid, asam sitrat dan kalium, dari penelitian yang telah dilakukan dapat

Uji Duncan menunjukan bahwa protein kasar tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yang menggunakan penambahan urea 12% yaitu sekitar 17.10 yang diamoniasi selama 30 hari,

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media Aksi Roda Berputar (Si Rotar) merupakan alat bantu yang efektif untuk membantu siswa dalam memahami materi teks