• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pemakaian jasa pemasangan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada dokter gigi dan tukang gigi di desa Peuniti Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis pemakaian jasa pemasangan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada dokter gigi dan tukang gigi di desa Peuniti Banda Aceh"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

74

Analisis pemakaian jasa pemasangan gigi tiruan

sebagian lepasan akrilik pada dokter gigi dan

tukang gigi di desa Peuniti Banda Aceh

(The analysis of insertion services using acrylic removable partial

dentures on dentists and dental worker at Peuniti village Banda Aceh)

Liana Rahmayani, Ifwandi, Ikhwatun Hasanah

Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

ABSTRACT

Background: One of the traditional provider that is still used as a means of dental health services by the public for the manufacture

of denture is a dental worker. Dental worker much visited by people who want to install or replace their missing teeth with dentures, though many dentists can provide more better services. Purpose: The purpose of this study was to know the analysis of insertion services using of acrylic removable partial dentures on dentist and dental worker at Peuniti village Banda Aceh. Methods: The design is a descriptive analytic study, the subjects taken by non probability purposive sampling technique which numbered 98 people. The data was collected through interviews using a questionnaire to the research subjects. Data were analyzed with chi square test. Results: The results showed that the use of acrylic removable partial denture at the dentist (33.7%) and to the builders teeth (66.3%), men who go to the dentist (5.1%) and dental worker (17.3%). Women to the dentist (28.6%) and dental worker (49.0%), public perception of differences tool used dentists and dental worker in making denture are the same (45.9%) is not the same (32.7 %) did not know (21.4%), followed by a meaningful relationship between knowledge and services usage of acrylic removable partial denture with a p-value=0,000 (p<0.05), and there is no relationship between experience and installation services acrylic removable partial denture on dentists and dental worker with a value of p=0.214 (p>0.05).Conclusion: The better the level of knowledge the better the community in choosing acrylic GTSL insertion services at the dentist. While experience does not affect the use of acrylic GTSL insertion services.

Key words: The services usage of acrylic removable partial denture, dentist, dental worker.

Korespondensi: Liana Rahmayani, Program Studi Kedokteran ,Gigi Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Vol. 61, No. 2, Mei-Agustus l 2012, Hal. 74-79 |ISSN 0024-9548

PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan dibangun berdasarkan asumsi bahwa masyarakat membutuhkannya, namun kenyataannya masyarakat baru mencari pelayanan kesehatan setelah tidak dapat ditanggulangi. Hal ini bukan berarti mereka harus mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan modern ( puskesmas, rumah sakit dan sebagainya ), tetapi juga ke fasilitas pengobatan tradisional yang kadang-kadang menjadi pilihan pertama bagi masyarakat.1,2 Menurut Suchman1, salah satu tahap

untuk menganalisis bagaimana seseorang membuat

keputusan untuk mencari atau memecahkan masalah kesehatannya adalah tahap kontak dengan pelayanan kesehatan (the medical care contact). Individu mulai berhubungan dengan fasilitas pelayanan kesehatan pada tahap ini sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, informasi, serta motivasi yang ada pada dirinya tentang jenis-jenis pelayanan kesehatan.

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2008 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang memilih sarana pelayanan kesehatan yaitu puskesmas sebesar 35,5%, petugas kesehatan

(2)

28,82%, rumah sakit 8,71%, praktek dokter 30,11%, dukun 0,19%, dan praktek batra (pengobatan tradisional) sebesar 1,97%..3 Salah satu pengobatan

tradisional yang masih dijadikan sebagai sarana pelayanan kesehatan gigi oleh masyarakat untuk pembuatan gigi tiruan adalah tukang gigi. Tukang gigi banyak dikunjungi masyarakat yang ingin memasang atau mengganti gigi mereka yang hilang dengan gigi tiruan, sekalipun banyak dokter gigi yang memberikan pelayanan yang sama. Praktek tukang gigi mudah dijumpai hampir di seluruh Indonesia dan pada mulanya hanya menerima pembuatan gigi tiruan, namun kini telah bertambah dengan menerima pemasangan mahkota gigi tiruan sampai penambalan gigi tanpa memperhatikan kaidah medis karena tukang gigi tidak pernah mempelajarinya.4,5

Tukang gigi berbeda dengan dokter gigi, tukang gigi umumnya hanya mempelajari gigi seperti membuat gigi tiruan tanpa mempertimbangkan hal seperti membuat gigi tiruan yang seharusnya diindikasikan lepasan menjadi cekat yang dipasang pada sisa akar gigi yang asli. Tindakan ini dapat menyebabkan penumpukan plak sehingga dapat terjadi iritasi pada jaringan lunak, halitosis, inflamasi pada gingiva. Dokter gigi mempelajari semua tentang gigi dan mulut termasuk jaringan penyangga gigi sehingga dalam pembuatan gigi tiruan, dokter gigi memperhatikan kesehatan jaringan sekitar gigi tiruan tersebut.6

Penelitian yang dilakukan oleh Shah N et.al.7 pada

1240 lansia di India (716 di perkotaan dan 524 di pedesaan) menunjukkan bahwa tingkat pemakaian gigi tiruan sebagian maupun lengkap di perkotaan adalah 20,3% sedangkan di pedesaan 7,3%, serta persentase untuk perawatan prostetik di perkotaan 51,7% dan di pedesaan sebesar 46,6%. Sedangkan penelitian Akeel8 dari 47 sampel di Arab Saudi

menunjukkan bahwa tingkat pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik (GTSL akrilik) sebesar 31% sedangkan metal 69%.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran jasa pemasangan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik (GTSL) pada dokter gigi dan tukang gigi di Gampong Peuniti Banda Aceh.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Penelitian dilakukan di desa Peuniti Banda Aceh pada bulan April 2011. Populasi penelitian adalah seluruh masyarakat di desa Peuniti yang

memakai gigi tiruan sebagian lepasan akrilik, dengan sampel sebanyak 98 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara non random sampling (non

probability) dengan teknik porposive sampling. Kriteria

inklusi meliputi: responden adalah penduduk Desa Peuniti Banda Aceh yang bersedia menjadi sampel penelitian, memakai gigi tiruan sebagian lepasan akrilik serta yang memakai kombinasi GTSL dan GTP.

Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sampel penelitian. Pengambilan data diawali dengan penjelasan maksud dan tujuan dilakukannya wawancara kemudian diberikan informed consent kepada responden yang menyetujui dan bersedia untuk diwawancarai. Sampel kemudian diwawancara sesuai dengan pertanyaan yang telah tersedia, setelah data didapat kemudian dikumpulkan dan dianalisis.

HASIL

Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa perempuan lebih banyak yang menggunakan GTSL akrilik yaitu sebesar 77,6% sedangkan laki-laki 22,4% (Tabel 1 dan gambar 1)

Tabel 2 Menunjukkan distribusi pemakai GTSL akrilik berdasarkan penyedia jasa pemasangan. Laki-laki 22 22,4 Perempuan 76 77,6 Total 98 100 Jenis K Jenis K Jenis K Jenis K

Jenis Kelaminelaminelaminelaminelamin FFFFF % % % % %

Tabel 1. Distribusi frekuensi pemakai GTSL akrilik berdasarkan jenis kelamin

Gambar 1. Persentase pemakai GTSL akrilik berdasarkan jenis

(3)

Tampak bahwa lebih banyak yang memilih memasang GTSL akrilik ke tukang gigi yaitu sebesar 66,3 % sedangkan yang memilih ke dokter gigi sebesar 33,7%. (Gambar 2)

Gambar 3 menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan lebih memilih menggunakan jasa tukang gigi dibanding ke dokter gigi yaitu laki-laki sebanyak 17,3% dan perempuan sebanyak 49,0%. Berdasarkan tingkat pengetahuan responden, maka peneliti membagi menjadi tiga kategori yaitu kurang, sedang dan baik. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Distribusi frekuensi pemanfaatan jasa pemasangan GTSL akrilik

Dokter gigi 33 33,7

Tukang gigi 65 66,3

Total 98 100

JJJJJasa pemasangan GTSL akrasa pemasangan GTSL akrasa pemasangan GTSL akrasa pemasangan GTSL akrasa pemasangan GTSL akrilikilikilikilikilik JJJJJumlahumlah Pumlahumlahumlah PPPPersentase (%)ersentase (%)ersentase (%)ersentase (%)ersentase (%)

Gambar 2. Persentase jasa pemasangan GTSL akrilik

Tabel 3. Distribusi frekuensi pemanfaatan jasa pemasangan GTSL akrilik berdasarkan jenis kelamin

Laki-laki 5 5,1 17 17,3 22 22,4 Perempuan 28 28,6 48 49,0 76 77,6 Total 33 33,7 65 66,3 98 100 Jenis K Jenis KJenis K Jenis K

Jenis Kelaminelaminelaminelaminelamin JJJJJasa pemasangan GTSL akrasa pemasangan GTSL akrasa pemasangan GTSL akrasa pemasangan GTSL akrasa pemasangan GTSL akrilikilikilikilikilik Dokter gigi

Dokter gigi Dokter gigi Dokter gigi

Dokter gigi TTTTukang gigiTukang gigiukang gigiukang gigiukang gigi TTTTotalTotalotalotalotal N

NN N

N %%%%% NNNNN %%%%% NNNNN %%%%%

Gambar 3. Persentase jasa pemasangan GTSL akrilik berdasarkan

jenis kelamin

Tabel 4. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pemakai

GTSL akrilik Kurang 24 24,5 Sedang 60 61,2 Baik 14 14,3 Total 98 100 P PP P

Pengetahuanengetahuanengetahuanengetahuanengetahuan JJJJJumlahumlahumlahumlahumlah PPPersentase (%)PPersentase (%)ersentase (%)ersentase (%)ersentase (%)

Gambar 4. Pengetahuan masyarakat tentang jasa pemasangan

Berdasarkan pengalaman, responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu pernah dan tidak pernah. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Distribusi frekuensi pengalaman responden

Pernah 63 64,3

Tidak pernah 35 35,7

Total 98 100

P PP

(4)

Berdasarkan pernyataan responden tentang perbedaan alat yang digunakan oleh dokter gigi dan tukang gigi, maka data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Gambar 6. memperlihatkan bahwa dari 98 sampel yang menyatakan alat yang digunakan dokter gigi dan tukang gigi adalah sama lebih tinggi yaitu sebesar 45,9% sedangkan yang menyatakan tidak sama yaitu 32,7%, dan tidak tahu 21,4%.

Untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan dan jasa pemasangan GTSL akrilik dilakukan analisis menggunakan uji chi-square. Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95% (α=0,05). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p=0,000 (p<0,05). Dengan kata lain Ha diterima artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan jasa pemasangan GTSL akrilik. Sedangkan hubungan antara pengalaman dan jasa pemasangan GTSL akrilik, hasil uji statistiknya menunjukkan bahwa nilai p=0,214 (p>0,05). Dengan kata lain Ha ditolak artinya tidak hubungan antara pengalaman dengan jasa pemasangan GTSL akrilik.

PEMBAHASAN

GTSL merupakan protesa yang mengganti beberapa gigi yang hilang pada sebagian lengkung rahang yang dapat dilepas pasang dari mulut pasien oleh pasien sendiri.9 Tabel 1 menunjukkan bahwa

dari 98 responden yang telah diwawancara di desa Peuniti Banda Aceh ternyata yang memakai GTSL akrilik laki-laki sebanyak 22 orang (22,4%) dan perempuan sebanyak 76 orang (77,6%). Hal ini sesuai dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 bahwa perempuan lebih banyak menggunakan gigi tiruan yaitu sebesar 5,6% sedangkan laki-laki sebesar 5,0%.10 Sedangkan tabel

2 dan 3 menunjukkan bahwa baik responden laki-laki maupun perempuan lebih banyak memilih memasang GTSL akrilik ke tukang gigi daripada dokter gigi.

Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang jasa pemasangan GTSL akrilik pada dokter gigi dan tukang gigi adalah sedang (61,2%), sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik masih rendah (14,3%). Hal ini terjadi karena masyarakat khususnya pengguna GTSL akrilik masih kurang mendapat informasi tentang jasa pemasangan GTSL yang baik. Masyarakat masih beranggapan bahwa tukang gigi adalah profesi yang sama seperti halnya dokter gigi. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo1 yang

menyatakan bahwa tindakan seseorang terhadap masalah kesehatan pada dasarnya dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang terhadap masalah tersebut.

Gambar 5. Pengalaman responden tentang jasa pemasangan

GTSL akrilik

Tabel 6. Distribusi frekuensi alat yang digunakan oleh dokter gigi dan tukang gigi berdasarkan pernyataan responden Sama 45 45,9 Tidak sama 32 32,7 Tidak tahu 21 21,4 Total 98 100 Alat y Alat yAlat y Alat y

Alat yang digunakanang digunakanang digunakanang digunakanang digunakan JJJJJumlahumlahumlahumlahumlah PPPersentase (%)PPersentase (%)ersentase (%)ersentase (%)ersentase (%)

Gambar 6. Persentase alat yang digunakan oleh dokter gigi dan

(5)

Hal ini juga sejalan dengan pendapat Rustandi11

bahwa salah satu hal yang mungkin mendorong masyarakat untuk menggunakan pengobatan tradisional (tukang gigi) adalah belum meratanya pengetahuan mengenai kesehatan di masyarakat. Hananto12 berpendapatperilaku masyarakat yang

tidak sehat dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan yang nantinya akan berdampak pada sikap dan tindakan yang mencerminkan kondisi yang tidak sehat pula.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan masyarakat dengan jasa pemasangan GTSL akrilik pada dokter gigi dan tukang gigi (p<0,05). Semakin baik pengetahuan masyarakat maka semakin baik pula dalam memilih keputusan jasa pemasangan GTSL akrilik pada dokter gigi. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meutuah13

terhadap pengguna gigi tiruan di Medan yang menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan maka akan terjadi penurunan jasa pemasangan gigi tiruan pada tukang gigi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat yang memilih memasang GTSL akrilik ke dokter gigi dan tukang gigi sebelumnya telah memiliki pengalaman. Pengalaman yang dimaksud sebagian besar adalah pengalaman dari keluarga dan tetangga. Tampak tidak ada hubungan yang bermakna antara pengalaman masyarakat dengan jasa pemasangan GTSL akrilik (p=0,214), hal ini menunjukkan adanya pengalaman ternyata tidak mempengaruhi masyarakat untuk memilih jasa pemasangan GTSl akrilik pada tukang gigi. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Meutuah13 bahwa pengalaman tidak

menurunkan tingkat pemasangan gigi tiruan pada tukang gigi (p=0,301). Menurut Suchman1 salah satu

tahap untuk menganalisis bagaimana seseorang membuat keputusan untuk mencari atau memecahkan masalah kesehatannya adalah tahap kontak dengan pelayanan kesehatan (the medical care contact). Individu mulai berhubungan dengan fasilitas pelayanan kesehatan pada tahap ini sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, informasi, serta motivasi yang ada pada dirinya tentang jenis-jenis pelayanan kesehatan.

Tampak bahwa responden yang menyatakan alat yang digunakan dokter gigi dan tukang gigi dalam pembuatan GTSL akrilik adalah sama sebanyak 45 orang (45%), tidak sama 32 orang (32,7%), dan tidak tahu 21 orang (21,4%), hal ini menunjukkan masih tingginya anggapan masyarakat bahwa alat yang digunakan dokter gigi dan tukang gigi dalam pembuatan GTSL akrilik adalah sama.

Kurangnya pengetahuan masyarakat setempat diduga merupakan penyebab adanya anggapan bahwa profesi tukang gigi sama dengan dokter gigi. Praktisi kesehatan diharapkan melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai batasan praktek tukang gigi dalam melayani masyarakat, sehingga meningkatkan pemahaman masyarakat tentang efek yang yang ditimbulkan pada pemasangan GTSL yang tidak sesuai prosedur. Sedangkan Dinas Kesehatan diharapkan meminimalisir tempat praktek tukang gigi dan menguatkan kebijakan hukum tentang pekerjaan tukang gigi yang telah dilarang keberadaannya agar tidak melakukan tindakan yang bukan wewenangnya. Pemerintah kota juga diharapkan agar lebih tegas dan selektif dalam memberikan izin praktek tukang gigi serta memberikan sanksi bila melanggar pada peraturan yang berlaku.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan masyarakat maka semakin baik pula dalam memilih jasa pemasangan GTSL akrilik pada dokter gigi. Sedangkan pengalaman tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan jasa pemasangan GTSL akrilik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo S. Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku. PT Rineka Cipta. Jakarta. 2003; p. 120-5.

2. Kompasiana. Dokter dan dokter di mata masyarakat awam. 24 Maret 2010. Available from: http:// kesehatan.kompasiana.com.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2008. 2009.

4. Iis. Jasa tukang gigi masih diminati. 2004. Available from:http://pdpersi.co.id

5. Kompas.com. Dokter Wong vs tukang gigi. 17 Agustus 2009. http://kesehatan.kompas.com. 6. Multi B. Beda dokter gigi dan tukang gigi. 2007.

Available from:http://www.pontianakpost.com. 7. Shah N, Parkash H, Sunderam KR. Edentulousness,

denture wear and denture needs of Indian elderly: A community - based study. J Oral Rehabil 2004; 31(5): 467-76.

8. Akeel R. Usage of removable partial dentures in Saudi male patients after 1 year telephone interview. The Arab Dental Journal 2010; 22: 125-8.

9. Carl AB, Mcgivney G, Brown DT. McCracken’s removable partial prosthodontics. 8thed. Elsevier.

Mosby. 2005; p. 7-8.

10. Agtini M. Persentase pengguna protesa di Indonesia. Media Litbang Kesehatan. 2010. Vol XX No.2.; p. 55.

(6)

11. Rustandi. Bentuk-bentuk pengobatan tradisional di daerah Jawa Barat. Lokakarya tentang praktek pengobatan tradisional. Ciawi.1988.

12. Hananto W. Gerakan mengubah perilaku (Gema Prima) , pembangunan berwawasan kesehatan dan penajaman program prioritas kesehatan untuk membentuk paradigma sehat menyongsong Indonesia sehat 2010.Makalah Konika XI. Jakarta. 2004.

13. Meutuah S. Hubungan karakteristik pengguna gigi palsu dengan pemanfaatan jasa tukang gigi di Kota Medan Tahun 2008. SKRIPSI. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. 2009.

Gambar

Gambar 1. Persentase pemakai GTSL akrilik berdasarkan jenis kelamin
Gambar 5. Pengalaman responden tentang jasa pemasangan GTSL akrilik

Referensi

Dokumen terkait

identifikasi melalui suara echolokai juga dapat membedakan jenis kelamin dari jenis yang sama pada empat jenis yang diamati yaitu R..

Jika proses pengambilan keputusan ini dibantu oleh sebuah sistem pendukung keputusan yang terkomputerisasi diharapkan subyektifitas dalam pengambilan keputusan dapat dikurangi dan

Keseluruhan pengaduan akan dicatat dalam suatu sistem pencatatan sebagai suatu database oleh Focal Point Mekanisme Penanganan Pengaduan untuk Proyek dan Kekerasan

( Beban di hitung saat Beban Hidup, Beban Kerb dan Beban Aspal belum bekerja ). Berat Isi Lebar

yaitu sebesar 5,864 &gt; 2,002 menunjukkan terdapat perbedaan minat belajar siswa antara kelas eksperimen (83,22) lebih tinggi dibanding rata-rata kelas kontrol

Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak

adalah jenis lisensi yang biasa ditemui pada software untuk keperluan demo dari sebuah software sebelum diluncurkan ke masyarakat atau biasanya sudah diluncurkan

Komponen penerimaan Perpajakan sampai dengan 31 Oktober 2018 tercatat sebesar Rp1.016,52 triliun merupakan realisasi penerimaan Pajak, sedangkan realisasi dari