• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran muncul pada abad 50-an, dimana konsep pemaran ini menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar serta sasaran yang telah dipilih. Menurut Theodore dan Harvard menggambarkan perbedaan pemikiran yang kontrast antara konsep penjualan dan pemasaran. Penjualan berfokus pada kebutuhan penjual, sementara pemasaran berfokus pada kebutuhan pembeli. Penjualan memberikan perhatian pada kebutuhan penjual untuk mengubah produknya menjadi uang tunai, sementara pemasaran mempunyai gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan lewat sarana-sarana produk dan keseluruhan kelompok barang yang dihubungkan dengan hal menciptakan, menyerahkan, dan akhirnya mengkonsumsikannya (Kotler,2005).

Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya (Kotler dan Keller, 2007).

(2)

Perusahaan-perusahaan yang menganut konsep pemasaran mencapai kinerja yang superior. Selain itu, perusahaan juga harus peka terhadap selera pasar yang selalu berubah-ubah. Agar dapat mempertahankan posisi perusahaan di pasar, maka perusahaan hanya berfokus pada laba tetapi juga harus berfokus pada pemberian kepuasan dan kebutuhan konsumen sehingga konumen akan melakukan pembelian secaraberulang-ulang dan menjadi konsumen yang loyal terhadap brand yang kita pasarkan.

2.1.1.1 Strategi Pemasaran

Menurut Kotler (1997) mendefinisikan pemasaran strategis adalah konsep yang mejalaskan tentang keputusan, analisis dan permasalahan pemasaran, penekanan terhadap pandangan organisasi daripada fungsional. Sedangkan menurut Pemasaran Amerika (American Marketing Association-AMA, 1989) mendefinisakan strategi pemasaran merupakan suatu upaya strategis dalam proses perencanaan dan pelaksanaan konsep, pemverian harga, promosi dan pendistribusian ide-ide, barang dan untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan individu dan tujuan organisasi. Peran pemasaran sering berubah – ubah dengan adanya kesadaran akan pentingnya pelanggan bagi suatu perusahaan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa proses pemasaran bertujuan untuk memuaskan konsumen. Proses pemuasan konsumen dilakukan perusahaan dengan cara melakukan promosi terlebih dahulu dan mewujudkannya sesuai dengan kenyataan yang diharapkan konsumen. Kunci utama untuk mencapai sasaran organisasi adalah dengan mengenali kebutuhan dan keinginan dari pasar sasarannya dan memberikan kepuasan terhadap konsumen dengan cara yang lebih

(3)

efektif dan efisien dibandingkan pesaingnya sehingga diharapkan konsumen menjadi loyal terhadap prduk kita.

2.1.1.2 Promosi

Strategi pemasaran yang modern tidak hanya sekedar memasarkan produk yang bagus, menetapkan harga yang menarik dan membuat harga produk terjangkau oleh konsumen, tetapi pemasaran yang bagus keberhasilan perusahaan untuk berkomunikasi dengan konsumennya.

Promosi merupakan salah satu variabel didalam marketing mix yang sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam memasarkan produk dan/ atau jasanya. Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yaitu aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan/ atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan (Tjiptono, 1997).

Tujuan dari informasi adalah menginformasikan (informing), mempengaruhi dan membujuk (persuading) tentang perusahaan dan bauran pemasaran (Tjiptono, 1997). Promosi sangat berkaitan dengan upaya perusahaan untuk mengenal produknya, kemudian memahami, melakukan perubahan sikap, menyukai terhadap produk tersebut, kemudian membeli produk tersebut, yakin terhadap produk, kemudian membeli produk tersebut dan selalu mengingaatnya. Jika promosi berhasil akan berdampak terhadap konsumen yang loyal.

(4)

2.1.1.3 Komunikasi Pemasaran

Dalam pemasaran dikenal marketing mix yang terdiri dari product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi) yang biasanya dikenal dengan 4P. Pada dasarnya marketing mix terdiri atas empat elemen dasar yang dikemukakan De Loizer, lalu dilanjutkan dengan Kotler yang kemudian dimodifikasi oleh Croiser dan Shimp. Selanjutnya konsep tersebut dirumuskan Blech pada tahun 1995 menjadi marketing communication mix yang terdiri atas empat bagian kegiatan dasar yaitu Public Relation, Advertising, Sales Promotion, dan Personal Selling (Prisgunanto, 2006).

Komunikasi pemasaran mempresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya. Bentuk - bentuk utama komunikasi pemasaran (Shimp, 2003) antara lain:

1. Personal Selling

Bentuk komunikasi antar individu dimana tenaga penjual menginformasikan, mendidik, dan melakukan persuasi (ajakan) kepada calon pembeli untuk membeli produk atau jasa perusahaan.

2. Advertising

Semua bentuk penyajian nonpersonal, promosi, ide – ide, promosi barang atau jasa yang dilakukan oleh sponsor yang dibayar.

(5)

Semua kegiatan pemasaran yang mencoba merangsang terjadinya aksi pembelian suatu produk yang cepat atau salah satu dari merek dengan kegiatan tertentu.

4. Sponsorship Marketing

Aplikasi dalam mempromoosikan perusahaan dan merek mereka dengan mengasosiakan perusahaan atau salah satu dari merek dengan kegiatan tertentu.

5. Publicity

Publisitas menggambarkan komunikasi promosional tentang perusahaan atau produk yang dihasilkan melalui media, tetapi perusahaan tidak mengeluarkan biaya untuk waktu dan ruang beriklan.

6. Point-of-purchase communication

Komunikasi ditempat pembelian melibatkan poster, peraga, tanda dan berbagai materi lain yang didesain untuk mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli di tempat pembelian.

Komunikasi pemasaran sangat tergantung pada faktor – faktor lain dari perusahaan yaitu lingkup komunikasi pemasaran internal dan eksternal. Komunikasi internal lebih memiliki kekuatan dan berhubungan dengan komunikasi organisasi ke dalam perusahaan. Perlu digaris bawahibahwa tiap orang dalam struktur perusahaan adalah pemasar yang membawa simbol – simbol komunikasi pemasaran secara tidak langsung.

Dalam komunikasi pemasaran eksternal, pesan akan membuat gambaran bisnis pemasaran yang selalu ada. Tujuan komunikasi pemasaran adalah

(6)

menciptakan citra (image) perusahaan. Sasaran komunikasi eksternal adalah para steakholder (dalam hal siapa saja, terutama pelanggan dan khalayak). Bila dikaitkan dengan produk, maka komunikasi pemasaran bertujuan peningkatan merek (brand) atau gambaran yang tepat untuk mewakili prouk tersebut. Oleh sebab itu, membentuk dan menjaga merek (brand) adalah sesuatu yang penting dalam strategi pemasaran.

Tujuan dari pemasaran selanjutnya adalah meningkatkan loyalitas merek (brand loyalty) terhadap suatu merek produk. Bahwa loyalitas merek dapat ditingkatkan jika konsumen telah merasa puas dengan suatu produk dengan cara pemasar yang dapat meningkatkan citra merek (brand image) dan kepercayaan merek (brand trust) terhadap produk. Citra merek (brand image) dan kepercayaan merek (brand trust) adalah dua hal dalam brand knowledge yang diciptakan untuk membentuk loyalitas merek (brand loyalty) sehingga diperlukan berbagai cara, seperti menciptakan citra merek (brand image) yang baik terhadap suatu merek dan menyamakan asosiasi yang benar tenatng citra merek (brand image) yang mereka inginkan ke dalam ingatan konsumen, sehingga akan tercipta kepercayaan merek (brand trust) terhadap suatu produk. Selain citra merek dan kepercayaan merek, harga juga diindikasikan mempunyai pengaruh dalam strategi pemasaran.

2.1.2 Merek (brand)

Menurut Surachman (2008) merek merupakan nama atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, simbol, lambang, tanda, slogan, kata – kata atau kemasan). Selain itu, pengertian merek bukan sekedar sesuatu

(7)

yang dapat menampilkan nilai fungsionalmya, melainkan juga yang dapat memberikan nilai tertentu dalam lubuk hati atau benak konsumen. Nama istilah, simbol, tanda atau rancangan atau kombinasi dari hal – hal tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa oleh seseorang atau sekelompok penjual sebagai pemegang merek sekaligus untuk untuk membedakannya dari produk pesaing.

Kekuatan merek dan kerja keras manajemen pemasaran (terutama manajemen merek) untuk memperkenalkan dan mengelola merek tersebut dapat diukur dari seberapa besar perusahaan lain bersedia membayar merek yang sudah terkenal terjadi karena saat ini sulit membangun sebuah merek daripada sepuluh tahun yang lalu. Banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah biaya iklan, biaya distribusi, biaya promosi, biaya menjalin hubungan dengan pelanggan (relationship markting) semakin meningkat, persaingan yang semakin ketat, dan perebutan waktu jam tayang pada waktu utama (price time) di televisi, atau media lain yang digunakan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan merek juga semakin meningkat, misalnya ada sekitar 100 jenis merek dalam satu kategori produk tertentu, otomatis semakin meningkatnya 100 jenis merek dalam satu kategori produk tersebut.

Menurut Fandi Tjiptono (1997) merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau lambang, desain, warna, gerak atau kombinasi atribut – atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan deferensiasi terhadap produk pesaing. Pada dasarnya suatu merek juga merupakan janji penjual untuk

(8)

secara konsisten menyampaikan ciri – ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada para pembeli.

2.1.2.1 Citra Merek (Brand Image)

Citra Merek (Brand Image) adalah anggapan tentang merk yang direfleksikan konsumen yang berpegangan pada ingatan konsumen (Kotler,2009). Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa citra merek merupakan kumpulan kesan yang ada di benak konsumen mengenai suatu merek yang dirangkai dari ingatan-ingatan konsumen terhadap merek tersebut.

Menurut Kartajaya (2005) brand image adalah gebyar dari seluruh asosiasi yang terkait pada suatu merek yang yang sudah ada di benak konsumen. Menurut Setiadi (2003), citra merek (brand image) adalah keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Menuruh Shimp dan Radji (2009), citra merek dapat diukur dari:

1. Atribut

Atribut adalah ciri-ciri atau berbagai aspek dari merek yang diiklankan. Atribut juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Hal-hal yang tidah berhubungan dengan produk. Contoh : Harga, Kemasan, Pemakaian, dan Citra Penggunaan.

b. Hal-hal yang berhubungan langsung dengan produk. Contoh: Warna, Ukuran, Design.

(9)

Manfaat dadat dibagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah fungsional, simbolis, dan pngalaman.

3. Evaluasi Keseluruhan

Evaluasi keseluruhan adalah nilai atau kepentingan subjective dimana pelanggan menambahkannya pada hasil konsumsi.

Citra Merek adalah pandangan tentang suatu merek yang dianggap sebagai kelompok asosiasi yang menghubungkan pemikiran konsumen terhadap suatu nama merek tertentu. Citra merek yang positif diciptakan oleh suatu asosiasi merek yang kuat, unik, dan baik (Keller, 2003).

Citra merek (brand image) merupakan aspek yang sangat penting dari merek dan dapat didasarkan kepada kenyataan atau fiksi tergantung bagaimana konsumen mempersepsi. Citra Merek memiliki dua komponen yaitu asosiasi merek (brand assosiation) dan “persona” merek (brand persona), asosiasi merek (brand assosiation) membantu memahami manfaat merek yang diterima konsumen, sedangkan “persona” merek adalah diskripsi dari merek dalam kontek karakteristik manusia, hal ini membantu memahami ketakutan dan kelemahan merek (Sitinjak dan Tumpal, 2005). Kepercayaan merek akan membentuk citra merek, dimana citra merek bagi konsumn akan berbeda – beda tergantung pada pengalamannya dengan merek tersebut yang difilter oleh efek persepsi selektif, distorsi selektif, dan ritensi selektif (Sitinjak dan Tumpal, 2005). Citra merek (brand image) cenderung kepada sistematik memori tentang merek yang berisi interprestasi pasar target terhadap atribut produk, manfaat, situasi, pengguna dan karakteristik perusahaan. Selanjutnya citra merek terdiri dari pengetahuan merek

(10)

dan situasi mengkonsumsi seperti evaluasi dari perasaan dan emosi (respon selektif) yang berasosiasi dengan merek (Sitinjak dan Tumpal, 2005).

Sedangkan menurut Fandy Tjiptono (2005), citramerek (brand image) adalah deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan terhadap merek tertentu. Sedangkan menurut Kotler dalam darmawan dkk (2012) citra merek yang efektif mencerminkan tiga hal yaitu :

1. Membangun karakter produk dan memberkan value proposition.

2. Menyampaikan karakter produk secara unik sehingga berbeda dengan para pesaingnya.

3. Memberi kekuatan emosional dari kekuatan rasional.

Menurut Kotler (2003) bahwa citra merek adalah suatu simbol yang rumit yang memiliki enam tingkat makna atau pengertian:

1. Atribut

Suatu merek mengingatkan atribut – atribut tertentu. Sebagai contoh Mercedes yang menyiratkan mobil yang mahal, kokoh, tahan lama, dan bergengsi tinggi.

2. Manfaat

Suatu atribut yang harus diterjemahkan menjadi manfaat secara fungsional dan emosional. Sebagai gambaran, atribut “mahal” cenderung diterjemahkan sebagai manfaat emosional, sehingga seseorang yang mengendarai Mercedes akan merasa dirinya dianggap penting dan dihargai.

(11)

3. Nilai

Suatu merek juga mengatakan sesuatu tentang nilai prosedurnya. Mercedes berarti memiliki kinerja yang tinggi, keselamatan, dan gengsi. 4. Budaya

Merek tersebut juga mungkin melambangkan budaya negara jerman yang terkenal efisien dan bermutu tinggi.

5. Kepribadian

Suatu merek dapat mencerminkan kepribadian tertentu. Mercedes mungkin menyiratkan bos yang serius, atau istana yang agung (objek) 6. Pemakai

Suatu merek dapat menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Kita berharap melihat eksekutif puncak yang berumur yang mengendarai mobil tersebut, bukan sekertaris yang baru berumur 20 an.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menciptakan ketertarikan terhadap suatu produk harus dilandasi dengan banyak pengalaman dan penampakan untuk mengkomunikasikannya. Seperti hal diatas yang dapat langsung diingat konsumen sehingga dapat membentuk citra atau image tentang suatu merek yang sering kita sebut brand image.

(12)

2.1.2.2 Kepercayaan Merek (Brand Trust)

Kepercayaan merek adalah persepsi akan kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengawalan, atau lebih pada urutan-urutan transaksi atau interaksi yang dicirikan oleh terpenuhinya harapan akan kinerja produk dan kepuasan produk (Riset Costabile dalam Ferinnadewi,2008). Kepercayaan pelanggan akan merek (brand trust) juga didefinisikan sebagai keinginan pelanggan untuk bersandarpada sebuah merek dengan resiko-resiko yang dihadapi karena ekspetasi terhadap merek itu akan menyebabkan hasil yang positif (Lau dan Lee,1999:344).

Menurut Delgado yang dikutip dalam Ferrinadewi (2008) kepercayaan merek adalah sebagai kerelaan konsumen (menunjukan kecenderungan) untuk mengandalkan kemampuan dari merek untuk menjalankan fungsi yang dijanjikan. Menurut Rangkuti (2002) brand trust adalah kecenderungan individu (kecenderungan sadar) untuk percaya pada kualitas merek atau atribut yang sangat penting dalam hubungan konsumer merek. Menurut Lau dan Lee (1999) terdapat tiga faktor yang dapat digunakan untuk mengukur kepercayaan merek. Ketiga faktor tersebut adalah:

1. Merek itu sendiri (brand characteristic) 2. Perusahaan pembuat merek (brand company) 3. Konsumen (consumer-brand characteristic)

Selanjutnya Lau dan Lee memposisikan bahwa kepercayaan terhadap merek akan menimbulkan loyalitas merek (brand loyalty).

(13)

Ferrinadewi (2008) mengemukakan bahwa terdapat tiga aktivitas yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menumbuhkan kepercayaan konsumen, diantaranya adalah sebagai beriku:

1. Achieving Result

Adalah harapan konsumen yang yang tidak lain adalah janji konsumen yang harus dipenuhi jika ingin mendapatkan kepercayaan konsumen. 2. Acting with integrity

Adalah bertindak dengan integritas, artinya ada konsistensi antara ucapan dalam setiap situasi. Adanya integritas merupakan faktor kunci bagi salah satu pihak untuk percaya akan ketulusan dari pihak lain.

3. Demonstrate Concert

Adalah kemampuan perusahaan untuk menunjukan perhatiannya kepada konsumen untuk bentuk menunjukan sikap pengertian konsumen jika menghadapi masalah dengan produk,hal itu akan menumbuhkan kepercayaan terhadap suatu produk.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapatdisimpulkan bahwa kepercayaan merek adalah kesediaan konsumen untuk mempercayai suatu merek dengan segala resikonya karena adanya harapan di benak mereka bahwa merek tersebut akan memberikan hasil yang posiif kepada konsumen sehingga akan menimbulkan kesetiaan terhadap suatu merek.

(14)

Kesetiaan Merek (Brand Loyalty) merupakan suatu ukuran keterlibatan pelanggan kepada sebuah merek (Durianto, dkk, 2001 :126). Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan dapat beralih ke merek dari produk lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lainnya. Aaker (2001) melanjutkan bahwa terdapat beberapa tingkatan loyalitas. Berturut-turut, dimulai dari tingkatan yang paling rendah sampai ke tingkatan yang paling tinggi. Tingkatan tingkatan tersebuat adalah: (1) berpindah-pindah (switcher), (2) pembeli yang bersifat kebiasaan (habitual buyer), (3) pembeli yang puas dengan biaya peralihan (satisfied buyer), (4) menyukai merek (likes the brand), dan yang terakhir (5) pembeli yang komit (commited buyer).

Rangkuti (2004) menjelaskan bahwa loyalitas merek dapat diukur melalui:

1. Behavior measures

Suatu cara langsung untuk menentukan loyalitas terutama untuk habitual behavior (perilaku kebiasaan) adalah dengan memperhitungkan pola pembelian aktual.

2. Measuring switch cost

Pengukuran dalam variabel ini dapat mengidentifikasikan loyaloitas pelanggan dalam suatu merek. Pada umumnya jika biaya yang digunakan untuk penggantian merek sangat mahal, pelanggan akan enggan untukberganti merek sehingga laju penyusutan kelompok pelanggan dari waktubke waktu akan rendah.

(15)

3. Measuring satisfaction

Pengukuran terhadap kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan suatu merek merupakan indikator paling poenting terhadap loyalitas merek. Bila ketidakpuasan pelanggan dalam suatu merek rendah, maka pada umumnya tidak cukup alasan bagi pelanggan untuk berpindah ke merek lain kecuali ada faktor penarik lain yang cukup kuat.

4. Measuring liking brand

Kesukaan terhadap merek, kepercayaan, rasa hormat atau bersahabat dengan suatu merek membangkitkan kehangatan dan kedekatan dalam perasaan pelanggan. Akan sulit bagi merek lain untuk menarik pelanggan yang berada dalam tahap ini. Ukuran rasa suka tersebut adalah kemauan untuk membayar harga lebih mahal untuk mendapatkan produk tersebut. 5. Measuring commitment

Salah satu indikator kunci adalah jumlah interaksi dan komitmen pelanggan terkait dengan produk tersebut. Kesukaan pelanggan dengan suatu merek akan mendorong mereka untuk membicarakan merek tersebut kepada orang lain baik dalam taraf menceritakan atau sampai tahap merekomendasikan.

2.1.3 Harga (Price).

Menurut Kotler (2009:176) harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah ini yang dipertukarkan konsumen untuk memperoleh manfaat yang dimiliki dengan menggunakan produk atau jasa

(16)

tersebut.Lebih jauh lagi, harga adalah sejumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa. Harga merupakan hal yang diperhatikan konsumen saat melakukan pembelian. Sebagai konsumen bahkan mengidentifikasikan harga dengan nilai. Adapun indikator-indikator yang digunakan sebagai penukaran harga adalah sebagai berikut:

1. Daftar harga 2. Rabat atau diskon 3. Potongan harga khusus 4. Periode pembayara, dan 5. Syarat kredit

Harga memiliki dua peranan penting terhadap konsumen. Pertama, harga berperan sebagai sinyal kualitas produk dan yang kedua harga merupakan suatu bentuk pengorbanan moneter yang harus dilakukan oleh konsumen untuk memperoleh barang atau jasa tersebut. Harga merupakan salah satu elemen bauran pemasaran yang fleksible. Harga dapat berubah dengan cepat, tidak seperti feature lain. Pada saat yang sama, penetapan dan persaingan harga merupakan masalah utama yang dihadapi bagian pemasaran.

Keputusan penetapan harga pada sebuah perusahaan dipengaruhi oleh faktor – faktor internal perusahaan maupun faktor – faktor eksternal lingkungannya (Kotler,1999).

(17)

1. Tujuan pemasaran

Sebelum menetapkan harga, perusahaan terlebih dahulu menentukan tujuan dan strategi atas produk atau jasa yang diproduksi. Semakin jelas suatu perusahaan, semakin mudah perusahaan tersebut menetapkan harganya.

2. Strategi bauran pemasaran

Keputusan dalam penetapan harga harus dihubungkan dengan keputusan rancangan produk, distribusi dan promosi untuk membentuk program pemasaran yang efektif.

3. Biaya

Keputusan menetapkan harga didasarkan pada perhitungan biaya – biaya seperti biaya produksi, distribusi, dan penjualan produk.

Dengan memperhitungkan faktor – faktor yang ada, perusahaan berharap harga yang ditetapkan dapat memberikan laba.

Faktor – faktor eksternal yang mempengaruhi penetapan harga :

1. Penawaran dan permintaan

Harga juga dipengaruhi oleh faktor penawaran dan permintaan yang ditetapkan oleh penjual dengan konsumen, karena harga pada umumnya ditetapkan melalui proses “tawar – menawar” antara penjual dengan pembeli.

(18)

Para pesaing juga merupakan faktor yang cukup penting dalam penetapan harga. Harga yang ditetapkan oleh pesaing dapat menjadi ukuran atau patokan dalam menetapkan harga dari suatu produk atau jasa.

2.2 Hubungan Logis Antar Variabel dan Perumusan Hipotesa

2.2.1 Hubungan Citra Merek (Brand Image) dengan Loyalitas Merek (Brand Loyalty)

Menurut Keller (2008) citra merek (brand image) merupakan persepsi konsumen tentang suatu merek sebagai refleksi dari asosiasi merek yang ada pada fikiran konsumen. Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (2009), loyalitas merek adalah preferensi konsumen secara konsisten untuk melakukan pembelian pada merek yang sama pada produk yang spesifik atau kategori peayanan tertentu. Hubungan antara citra merek dengan loyalitas merek terletas pada keinginan – keinginan dan pilihan konsumen (preference) atas suatu merek adalah merupakan sikap konsumen. Konsumen akan menunjukan loyalitas merek ketika ia tidak hanya melakukan pembelian berulang tapi ia juga benar – benar menyukai dan memilih produk tersebut (Mowen dalam Ratri, 2007).

Hasil penelitian Muhamad Rizan (2012) yang berjudul “Pengaruh Brand Image dan Brand Trust terhadap Brand Loyalty Teh Botol Sosro”, diperoleh bahwa citra merek dan kepercayaan merek terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap loyalitas merek.

Atas dasar pemikiran – pemikiran diatas, maka dirumuskan hipotesa sebagai berikut:

(19)

H1 : Citra Merek (brand image) berpengaruh terhadap Loyalitas Merek (brand loyalty).

2.2.2 Hubungan Kepercayaan Merek (Brand Trust) terhadap Loyalitas Merek (Brand loyalty).

Menurut Lau dan Lee (1999:344) kepercayaan pelanggan akan merek (brand trust) didefinisikan sebagai keinginan pelanggan untuk bersandar pada sebuah merek dengan resiko-resiko yang dihadapi karena ekspetasi terhadap merek itu akan menyebabkan hasil yang positif. Kepercayaan merek adalah kesediaan konsumen untuk mempercayai suatu merek dengan segala resikonya karena adanya harapan di benak mereka bahwa merek tersebut akan memberikan hasil yang positif kepadakonsumen sehingga diharapkan akan menimbulkan kesetiaan terhadap suatu merek.

Hasil penelitian Dany Alexander Bastian (2014) yang meneliti mengenai “Analis Pengaruh Citra Merek (Brand Image) dan Kepercayaan Merek (Brand Trust) Loyalitas Merek (Brand Loyalty) ADES PT. Ades Alfindo Putra Setia” juga menunjukan bahwa kepercayaan merek (brand trust) terbukti secara signifikan terhadap Loyalitas Merek.

Atas dasar pemikiran – pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut:

H2 : Kepercayaan Merek (Brand Trust) berpengaruh terhadap Loyalitas Merek (Brand Loyalty).

(20)

2.2.3 Hubungan Harga (Price) dengan Loyalitas Merek (Brand Loyalty).

Menurut Sutisna (2003) yang mengemukakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi kesetiaan merek adalah citra merek, kepercayaan merek, dan harga. Harga sendiri menurut Kotler dan Keller (2007) adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Harga merupakan hal yang diperhatikan konsumen saat melakukan pembelian, sebagian konsumen bahkan mengidentifikasi harga dengan teliti. Maka dari itu harga dipercaya menjadi salah satu pengaruh dalam kesetiaan merek.

Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sabastian (2013), dengan judul “Analisis Pengaruh Strrategi Harga dan Strategi Produk Terhadap Brand Loyalty di Tator Cafe Surabaya Town Square” dengan hasil penelitian harga berpengaeuh secara signifikan terhadap brand loyalty.

Atas dasar pemikiran – pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Harga (Price) berpengaruh terhadap Loyalitas Merek (Brand Loyaty).

2.3 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel

Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian Danny Alexander Pelanggan ADES PT Variabel Independent Struktura l

Variabel brand image dan brand trust secara

(21)

Bastian (2014) Ades Alfindo Putra Setia pada saat tahun 2013 : Brand Image Brand Trust Variabel Dependen : Brand Loyalty Equating Modelin g (SEM) bersama – sama

berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand loyalty Ilhm Sofri, Sefnedi, S.E,M.M, PhD, Ice Kamela, S.E, M.A (2014) Konsumen Honda Jazz di Kota Padang Variabel Independent Brand Image Brand Trust Harga Variabel Dependent Brand Loyalty Analisis regresi linier berganda

Variabel brand image, brand trust dan arga secara bersama sama

berpengaruh positif dan sisniikan terhadap brand loyalty Mohamm ad Rizan (2012) Konsumen teh botol sosro yang telah mengkonsu msi teh botol sosro yang sudah mengkonsu msi teh botol sosro lebih dari 5x dalam sebulan terakhir. Variabel Independent Brand Image BrandTrust Variabel Dependent Brand Loyalty Analisis Linier berganda

Variabel brand image dan brand trust secara bersama sama berpengaruh positif dan sisniikan terhadap brand loyalty Putu Ayu Yulia Pusparani dan Ni Made Rastini Pengguna Kamera Canon Digital Single Lens Reflex (DSLR) di Kota Denpasar, Variabel Independent Kepuasan Produk Brand Image Variabel Dependent Kepuasan Analisis Linier berganda

Variabel kepuasan produk dan brand image secara bersama sama

berpengaruh positif dan sisniikan terhadap brand loyalty

(22)

Bali. Konsumen Loyalitas Pelanggan Andi Gozali (2015) Konsumen Gadget Apple di Kota Surabaya Variabel Independent Risk Aversion Brand Trust Brand Affect Variabel Dependent Brand Loyalty terdiri dari: Purchase Loyalty Attitudinal Loyalty Struktuta l Equating Modelin g (SEM)

1.Risk aversion memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap brand trust

2. Risk aversion memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap brand affect.

3. Brand trust memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap purchase loyalty. 4. Brand trust memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap attitudinal loyalty 5. Brand Affect tidak berpengaruh signifikan terhadap purchase loyalty 6. Brand Affect tidak berpengaruh signifikan terhadap attitudinal loyalty

7. Risk Aversion tidak berpengaruh signifikan terhadap purchase loyalty. 8. Brand Affect tidak berpengaruh signifikan terhadap attitudinal loyalty.

Sumber : Disarikan dari berbagai jurnal

2.4 Kerangka Pemikiran

Dala penelitian ini dapat dibuat suatu kerangka pemikiran yang dapat dijadikan landasan dalam penelitian ini. Variabel – variabel dalam penelitian ini adalah Citra mrek (brand image), kepercayaan merek (brand trust), dan harga (price). Penelitian ini mencoba menganalisis tentang seberapa besa pengaruh

(23)

variabel diatas dalam mempengaruhi loyalitas terhadap merek (brand loyalty). Berikut adaah kerangka pemikiran dalam peneitian ini:

Gambar 2.2 Kerangka penelitian

H1

H2

H3

Sumber : Diolah oleh peneliti CitraMerek (Brand Image) Kepercayaan Merek (Brand Trust) Loyalitas Merek (Brand Image) Harga (Price)

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, leverage , jenis industri, umur perusahaan terhadap pengungkapan modal intelektual dan dampaknya

Terdapat perbedaan signifikan nilai pretest dan posttest sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan, berdasarkan hasil t hitung lebih besar dari pada harga t tabel

apakah telah selesai. Berikut simak pada Gambar 4.35 SMS Inbox.. Laporan, menu laporan yang tesedia pada menu bar adalah berfungsi sebagai pemanggilan data – data

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Skripsi dengan judul “EVALUASI POSTUR KERJA DAN STASIUN

(1) Pelaporan keuangan untuk realisasi penggunaan anggaran dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan dilakukan langsung oleh pemimpin Satker dekonsentrasi sebagai penanggung jawab

(3) Daerah sempadan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air atau pemerintah daerah sesuai dengan

Pada analisa kali ini juga akan dilakukan beberapa variasi yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya seperti melakukannya terhadap beberapa variasi sudut skew,

Pertemuan 4 Analisa Laporan Keuangan Bringham & Houston B.3 Pertemuan 5 Lingkungan keuangan : Pasar, lembaga keuangan, dan suku bunga Bringham & Houston B.4 Pertemuan 6