• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Personal Selling terhadap Peningkatan Volume Penjualan pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Cabang Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Personal Selling terhadap Peningkatan Volume Penjualan pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Cabang Bandung."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Untuk meningkatkan dan mempertahankan volume penjualan diperlukan beberapa strategi pemasaran. Salah satu strategi yang dapat dilakukan yaitu melalui bauran promosi dengan menggunakan personal selling (penjualan pribadi). Hampir semua perusahaan asuransi menggunakan personal selling yang dilakukan melalui wiraniaga karena personal

selling merupakan bauran promosi yang paling efektif untuk digunakan pada perusahaan

jasa. Dengan adanya agen, maka agen dapat langsung bertemu dengan calon konsumen sehingga agen dapat mengubah keputusan calon konsumen yang tidak tertarik pada produk menjadi membeli produk yang ditawarkan.

PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (PT AJMI) menggunakan strategi personal

selling yang dilakukan melalui agen (wiraniaga) dalam mendapatkan konsumen (nasabah),

meningkatkan volume penjualan, serta memperkuat citra perusahaan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan personal selling yang dilakukan oleh PT AJMI cabang Bandung, bagaimana jumlah wiraniaga PT AJMI cabang Bandung, bagaimana volume penjualan PT AJMI cabang Bandung, serta bagaimana hubungan antara

personal selling dengan peningkatan volume penjualan pada PT AJMI cabang Bandung.

Teknik pengolahan data yang digunakan terdiri dari analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Untuk analisis kualitatif dilakukan dengan cara mewawancara nasabah dan manajer bagian pemasaran PT AJMI cabang Bandung. Data yang akan dianalisis adalah data hasil wawancara dengan manajer bagian pemasaran mengenai agen (wiraniaga) dan nasabah mengenai pelaksanaan personal selling yang dilakukan melalui wiraniaga. Hasil wawancara kepada nasabah menunjukkan bahwa secara keseluruhan, personal selling yang dilakukan agen pada PT AJMI cabang Bandung sudah dinilai baik

Sedangkan untuk analisa kuantitatif digunakan alat bantu perhitungan statistik dengan menggunakan koefisien korelsi Pearson untuk mengukur hubungan antara personal

selling dengan peningkatan volume penjualan pada PT AJMI cabang Bandung. Data yang

digunakan adalah jumlah agen dan volume penjualan perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai korelasi sebesar 0,56 yang berarti terdapat hubungan positif yang cukup kuat atau cukup berarti antara jumlah wiraniaga dan volume penjualan pada PT AJMI cabang Bandung. Sedangkan dalam analisa koefisien determinasi diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 31,36%. Artinya bahwa pengaruh jumlah wiraniaga terhadap peningkatan volume penjualan pada PT AJMI cabang Bandung adalah sebesar 31,36%, sedangkan sisanya sebesar 68,64% dipengaruhi oleh faktor lain selain jumlah wiraniaga. Analisa uji hipotesis menunjukkan bahwa thitung > ttabel dengan hasil nilai perolehan sebesar 7,04 > 2,0036 pada tingkat α = 5%, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Mengingat jumlah agen adalah faktor paling dominan dalam personal selling, hal ini berarti terdapat pengaruh

personal selling terhadap peningkatan volume penjualan pada PT AJMI cabang Bandung.

Saran yang penulis ajukan adalah perusahaan sebaiknya meningkatkan jumlah agen setiap tahunnya, akan tetapi dalam menerima agen baru harus tetap berpegang pada syarat dan kualitas yang telah ditentukan perusahaan. Perusahaan dianjurkan untuk menggunakan bauran promosi yang lain misalnya advertising (periklanan). Perusahaan juga perlu meningkatkan langkah agen dalam melakukan penjualan pada tahap pendekatan awal, dan sebaiknya agen diberikan pengarahan bahwa untuk mendapatkan reward harus dilakukan secara bertahap (kontinue).

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

1.5. Kerangka Pemikiran ... 7

1.6. Metode Penelitian ... 11

1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

1.8. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemasaran ... 15

2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran ... 16

2.3. Jasa ... 17

2.3.1 Pengertian Jasa ... 17

2.3.2. Karakteristik Jasa ... 17

(3)

2.4. Bauran Pemasaran ... 18

2.4.1. Pengertian Bauran Pemasaran ... 18

2.4.2. Unsur-Unsur Bauran Pemasaran ... 19

2.5. Promosi ... 21

2.5.1. Pengertian Bauran Promosi ... 22

2.5.2. Alat-Alat bauran Promosi ... 22

2.6. Personal Selling ... 24

2.6.1. Pengertian Personal Selling ... 24

2.6.2. Ciri-Ciri Personal Selling ... 24

2.6.3. Bentuk-Bentuk Personal Selling ... 25

2.6.4. Kelebihan dan Kekurangan Personal Selling ... 26

2.6.5. Pengertian Wiraniaga ... 26

2.6.6. Jenis Wiraniaga ... 27

2.6.7. Tugas Wiraniaga ... 28

2.6.8. Syarat-Syarat Wiraniaga ... 29

2.6.9. Langkah-Langkah yang Dilakukan Wiraniaga dalam Penjualan yang Efektif ... 30

2.6.10. Mengelola Wiraniaga ... 32

2.7. Volume Penjualan ... 34

2.8. Hubungan Personal Selling dan Volume Penjualan ... 35

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian ... 38

3.2. Jenis Metode Penelitian ... 38

(4)

3.3.1. Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel ... 39

3.3.1. Variabel Penelitian ... 39

3.3.2. Operasionalisasi ... 40

3.4. Sumber Data ... 42

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 42

3.6. Data yang Digunakan ... 43

3.7. Teknik Pengolahan Data ... 43

3.8. Hipotesis ... 46

3.9. Validitas ... 47

3.10. Reliabilitas ... 49

BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 50

4.1.1. Sejarah Perusahaan dan Jaringan Distribusi di Indonesia ... 50

4.1.2. Visi Misi Perusahaan ... 52

4.1.3. Struktur Organisasi dan Deskripsi Jabatan ... 53

4.1.4. Produk yang Ditawarkan Perusahaan ... 58

4.1.5. Jam Operasi Perusahaan ... 61

4.1.6. Prestasi yang Telah Didapatkan Perusahaan ... 61

4.1.7. Kegiatan Sosial yang Dilakukan Perusahaan ... 62

4.2. Kebijakan Wiraniaga yang Dilakukan Perusahaan ... 62

4.3. Mengelola Wiraniaga ... 64

4.3.1. Proses Rekrutmen dan Seleksi ... 64

4.3.2. Pelatihan dan Pengarahan ... 65

(5)

4.3.3. Kompensasi dan Reward ... 68

4.3.4. Pengawasan dan Evaluasi ... 70

4.4. Pelaksanaan Personal Selling yang Dilakukan Wiraniaga ... 71

4.5. Analisa Pengaruh Personal Selling terhadap Peningkatan Volume Penjualan ... 74

4.5.1 Jumlah Agen ... 74

4.5.2. Volume Penjualan ... 76

4.5.3. Jumlah Agen dan Volume Penjualan ... 78

4.5.4. Analisa Koefisien Korelasi ... 79

4.5.5. Analisa Uji Hipotesis ... 81

4.5.6. Analisa Koefisien Determinasi ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 84

5.2. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 41

Tabel 4.1 Jumlah Agen tahun 2004-2006 ... 75

Tabel 4.2 Jumlah Volume Penjualan tahun 2004-2006 ... 77

Tabel 4.3 Jumlah Agen dan Volume Penjualan tahun 2004-2006 ... 78

Tabel 4.4 Perhitungan Jumlah Agen (X) dan Volume Penjualan (Y) ... 80

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ... 10

Gambar 2.1. Langkah-langkah Utama dalam Penjualan yang Efektif ... 30

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia ... 54

Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung (bagian administrasi) ... 55

Gambar 4.3 Struktur Organisasi PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung (bagian pemasaran)... 56

Gambar 4.4. Grafik Jumlah Agen tahun 2004-2006 ... 75

Gambar 4.5. Grafik Jumlah Volume Penjualan tahun 2004-2006 ... 77

Gambar 4.6. Grafik Jumlah Agen dan Volume Penjualan tahun 2004-2006 ... 79

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Seperti yang kita ketahui, yang namanya sakit, kecelakaan, dan kematian tidak dapat terhindarkan. Kita sebagai manusia tidak dapat melawannya. Terdapat beberapa resiko yang mungkin timbul seperti resiko kematian, resiko kecelakaan, resiko cacat badan, dan lain-lain. Semua resiko tersebut tidak dapat diketahui dengan pasti kejadiannya dan bahkan dapat timbul secara tiba-tiba. Untuk mengantisipasi resiko yang telah disebutkan di atas, maka muncul suatu perusahaan asuransi jiwa.

Perusahaan asuransi jiwa merupakan pelimpahan resiko dari pihak pembeli polis asuransi (nasabah) kepada pihak penjual asuransi (perusahaan asuransi). Untuk pelimpahan resiko ini haruslah melalui prosedur terlebih dahulu untuk kemudian seseorang atau suatu institusi menjadi nasabah. Dalam hal ini, konsumen (nasabah) sebagai pihak terjamin harus membayar sejumlah uang (premi) sesuai dengan yang telah disepakati kepada perusahaan asuransi sebagai pihak penjamin. Kemudian perusahaan asuransi memiliki kewajiban untuk membayar sejumlah uang apabila nasabah mengalami peristiwa yang belum jelas akan terjadi yang berkaitan dengan kesehatan, misalnya sakit ataupun terjadi kecelakaan.

Perusahaan asuransi sebenarnya bukanlah suatu lembaga yang baru didirikan. Di Indonesia ini, bahkan sudah banyak perusahaan asuransi yang didirikan, baik itu yang berasal dari dalam negeri ataupun yang berasal dari luar negeri (joint venture). Dalam perkembangannya, perusahaan asuransi juga mulai untuk mengembangkan produknya, tidak hanya bertumpu pada jenis kesehatan atau kecelakaan saja. Kini berbagai produk

(9)

sudah dikembangkan oleh perusahaan asuransi seperti asuransi kendaraan, asuransi untuk masa depan (hari tua), asuransi pendidikan anak, asuransi modal investasi, dan masih banyak lagi.

Akan tetapi, dalam mencapai tujuannya mendapatkan konsumen (nasabah), perusahaan asuransi ternyata tidak dapat berjalan dengan mudah. Terdapat beberapa persepsi atau hambatan yang membuat perusahaan asuransi kurang berkembang. Misalnya, ada sebagian orang yang menganggap bahwa asuransi merupakan suatu penipuan yang hanya menginginkan uang saja karena nasabah diwajibkan untuk membayar sejumlah uang (premi) tertentu setiap periode waktu yang telah ditetapkan dan pembayarannya harus tepat waktu. Ada juga sebagian orang yang beranggapan bahwa mengikuti program asuransi akan menambah biaya beban hidupnya karena diwajibkan untuk membayar sejumlah uang (premi) tertentu. Dan bahkan, ada juga yang berpendapat bahwa dengan ikut program asuransi maka sama saja dengan mempercepat kematiannnya.

Pada tahun 1998, terjadi peristiwa yang menghebohkan di Indonesia. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 13 – 15 Mei 1998 di mana terjadi kerusuhan besar-besaran di Jakarta yang menginginkan Bapak Soeharto yang pada waktu itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden. Kerusuhan tersebut berupa demonstrasi besar-besaran, pembakaran, penjarahan, pemukulan, dan bahkan yang sangat menyedihkan adalah terjadinya pemerkosaan atas etnis Tionghoa. ( “Mengenang Kerusuhan Mei 1998” www.kompas.com/kompas-cetak/0305/14/opini/312320.htm-38k)

Akibat adanya kerusuhan besar-besaran tersebut, masyarakat Indonesia mulai menyadari bahwa perlunya mendapatkan perlindungan dengan cara membeli asuransi sehingga dapat melimpahkan sebagian resiko yang akan dialaminya. Biasanya, apabila

(10)

seseorang sudah mengalami kecelakaan, maka ia baru menyadari bahwa ia seharusnya membeli asuransi yang dapat melindunginya.

Dengan semakin banyaknya orang yang menyadari bahwa mereka membutuhkan perlindungan dalam bentuk pembelian asuransi, maka perusahaan asuransi pun mulai melakukan berbagai rencana dan strategi untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya nasabah. Biasanya, strategi yang paling banyak dilakukan untuk mendapatkan calon nasabah yaitu dengan melakukan bauran promosi, dengan cara menggunakan personal

selling (penjualan pribadi). Hampir semua perusahaan asuransi menggunakan personal

selling karena personal selling merupakan bauran promosi yang paling efektif digunakan

pada perusahaan jasa untuk meningkatkan volume penjualan.

Dalam perusahaan asuransi, aktivitas personal selling dilakukan melalui wiraniaga (agen). Agen diharapkan dapat memperkenalkan produk-produk perusahaan asuransi dan memberikan informasi serta menjelaskan manfaat asuransi kepada calon nasabah sehingga calon nasabah tidak akan memiliki persepsi yang salah lagi. Dengan menggunakan agen pula, maka dapat langsung bertatap muka dengan calon nasabah sehingga agen dapat langsung melihat dan mengetahui sikap calon nasabah dan dapat dengan sigap melakukan strategi terhadap sikap calon nasabah untuk meyakinkan calon nasabah tersebut untuk membeli asuransi. Di samping itu, calon nasabah dapat berkonsultasi dan bertanya langsung kepada agen sehingga calon nasabah lebih mengerti dan lebih memahami produk yang ditawarkan oleh agen.

Dengan mengetahui berbagai manfaat personal selling, maka sebagian besar perusahaan asuransi menggunakan personal selling melalui wiraniaga (agen) sebagai salah satu cara untuk mendapatkan nasabah dan meningkatkan volume penjualan perusahaan.

(11)

Walaupun demikian, lebih baik apabila perusahaan asuransi melakukan promosi lainnya di samping menggunakan personal selling, misalnya advertising.

PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang asuransi. PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia melakukan strategi

personal selling dengan menggunakan wiraniaga (agen) untuk mendapatkan nasabah,

meningkatkan volume penjualan, serta memperkuat citra perusahaan di benak masyarakat. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta dengan cepat dan tanggap menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh calon nasabah. Di samping itu, agen juga mempertahankan hubungan baik dengan nasabah yang sudah ada dengan cara tetap melakukan hubungan dengan nasabah; seperti memberitahukan apabila ada peraturan baru, memberitahukan apabila ada acara-acara yang diadakan oleh perusahaan, memberitahukan apabila ada program asuransi baru, serta selalu siap menjawab seluruh pertanyaan nasabah.

Selain itu, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia juga selalu mengalami perkembangan dalam jumlah agen. Jumlah agen semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan dengan bertambahnya jumlah agen, diharapkan akan meningkatkan volume penjualan perusahaan. Oleh karena itu, jumlah agen merupakan faktor dominan dari personal selling. Tanpa adanya wiraniaga (agen), maka tidak akan ada volume penjualan karena PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia hanya melakukan strategi personal

selling.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti peranan personal selling terhadap volume penjualan pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung dengan karya tulis yang berjudul “Pengaruh Personal Selling Terhadap Peningkatan Volume Penjualan pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung”.

(12)

1.2. Identifikasi Masalah

Untuk meningkatkan dan mempertahankan volume penjualan diperlukan beberapa strategi pemasaran. Salah satu strategi yang dapat dilakukan yaitu melalui bauran promosi dengan menggunakan personal selling (penjualan pribadi). Dalam hal ini, perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi (jasa) harus lebih fokus terhadap promosi yang digunakan, khususnya personal selling yang dilakukan melalui wiraniaga (agen). Biasanya, agen menawarkan produk-produk asuransi secara langsung (tatap muka) dengan calon nasabah dengan cara melakukan perjanjian terlebih dahulu untuk bertemu antara agen dan calon nasabah. Dengan melakukan tatap muka, diharapkan agen dapat melakukan berbagai strategi sehingga calon nasabah tertarik dan akhirnya memutuskan untuk membeli produk asuransi yang telah ditawarkan.

Di samping itu, jumlah agen juga memiliki pengaruh terhadap volume penjualan. Semakin banyak agen, semakin banyak pula calon nasabah yang ditawarkan produk asuransi. Hal ini menyebabkan semakin besar pula bertambahnya volume penjualan. Dengan demikian, diharapkan agen dapat membantu perusahaan untuk mendapatkan nasabah sehingga dapat meningkatkan volume penjualan. Sehingga dapat dikatakan bahwa agen merupakan faktor dominan dari personal selling.

Dari uraian di atas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan personal selling yang dilakukan oleh PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung?

2. Bagaimana jumlah wiraniaga PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung? 3. Bagaimana volume penjualan PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung?

(13)

4. Bagaimana hubungan antara personal selling dengan peningkatan volume penjualan pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan personal selling yang dilakukan oleh PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung.

2. Untuk mengetahui bagaimana jumlah wiraniaga PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung.

3. Untuk mengetahui bagaimana volume penjualan PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung.

4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara personal selling dengan peningkatan volume penjualan pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian 1. kegunaan praktis

Bagi PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang berguna sehingga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.

2. kegunaan akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu yang telah didapat dan untuk meningkatkan wawasan serta pengetahuan mengenai penerapan promosi khususnya personal selling.

(14)

1.5. Kerangka Pemikiran

Menghadapi persaingan antara perusahaan yang semakin marak terjadi, maka setiap perusahaan akan melakukan berbagai macam strategi untuk meningkatkan penjualan serta untuk dapat bersaing dengan para pesaing. Dalam bidang asuransi, salah satu cara yang dipakai adalah menggunakan personal selling sebagai alat untuk meningkatkan volume penjualan yang dilakukan melalui wiraniaga (agen). Personal selling merupakan salah satu unsur yang penting dalam bauran promosi di samping advertising, sales

promotion, publicity, dan direct marketing.

Dalam perusahaan asuransi, sangat perlu untuk menggunakan agen karena produk asuransi merupakan unsought good (barang yang tidak dicari), yaitu barang di mana konsumen tidak mengetahui atau mengetahui keberadaannya tetapi tidak berusaha untuk membelinya. Contoh lain dari unsought good adalah peti mati. Oleh karena itu, akan sulit bagi perusahaan asuransi apabila tidak mengunakan agen untuk menawarkan produknya ke masyarakat.

Setelah mengetahui bahwa pentingnya agen dalam memasarkan produk serta meningkatkan volume penjualan, maka agen harus benar-benar memahami langkah-langkah yang harus dilakukan sehingga penjualan dapat berlangsung secara efektif dan calon nasabah pun melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan.

Menurut Kotler (2000 : 724-728), supaya pelaksanaan penjualan berjalan dengan efektif maka wiraniaga harus melakukan tujuh langkah, yaitu:

1. prospecting and qualifying (menentukan calon dan kualifikasinya)

2. preapproach (pendekatan awal)

3. approach (pendekatan)

4. demonstration and presentation (demonstrasi dan presentasi)

(15)

5. overcoming objection (mengatasi keberatan)

6. closing (menutup penjualan)

7. follow up and maintenance (tindak lanjut dan pemeliharaan)

Dengan menggunakan agen, maka dapat menawarkan produk serta memberikan informasi tentang manfaat asuransi dan dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan calon nasabah pada saat itu juga. Agen dapat menuntun calon nasabah yang bingung mengenai produk asuransi dan dapat membujuk calon nasabah untuk mempelajarinya terlebih dahulu sebelum memutuskan apakah akan membeli atau tidak akan membeli produk asuransi yang ditawarkan. Dan apabila calon nasabah tidak berminat untuk membeli produk asuransi, agen mencoba untuk mengubah keputusan calon nasabah dengan cara bertanya mengenai alasan tidak membeli produk asuransi yang ditawarkan dan sebisa mungkin agen mencoba berbagai cara sehingga calon nasabah berubah pikiran dan bersedia untuk membeli produk asuransi tersebut.

Selain itu, dengan menggunakan agen dapat mempererat hubungan antara penjual asuransi (perusahaan asuransi) dan pembeli polis asuransi (nasabah). Hubungan yang baik diperlukan oleh kedua pihak, khususnya oleh perusahaan asuransi. Contoh: dengan adanya hubungan baik maka secara tidak langsung akan menimbulkan promosi word to mouth, yaitu dengan cara nasabah menceritakan pelayanan yang diberikan perusahaan asuransi tersebut kepada kerabatnya seperti keluarga, relasi, dan juga teman sehingga dapat meningkatkan image perusahaan di masyarakat luas serta meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk membeli asuransi yang pada akhirnya dapat meningkatkan volume penjualan.

Akan tetapi, tidak semua agen menggunakan cara yang sama dalam menawarkan produk asuransi walaupun mereka telah melakukan prosedur yang telah ditetapkan

(16)

Universitas Kristen Maranatha 9 perusahaan karena strategi yang digunakan agen berbeda-beda. Misalnya: agen yang hanya menjelaskan produk asuransi secara singkat (to the point) dalam penyampaian informasi produk asuransi akan menyebakan informasi yang diberikan menjadi kurang akurat dan kurang jelas sehingga calon nasabah kurang paham dengan produk asuransi yang ditawarkan.

(17)

Universitas Kristen Maranatha 10 personal selling (penjualan pribadi) tatap muka alasan paling e fekif dila ku ka n m

ela lui bauran pemasaran jasa

product (produk) price (harga) place (tempat) promotion (promosi)

people (orang)

physical evidence (bukti fisik) process (proses)

promosi

advertising (periklanan) sales promotion (promosi penjualan)

publicity (publisitas)

direct marketing (pemasaran langsung) personal selling (penjualan pribadi)

word of mouth (mulut ke mulut)

1. prospecting and qualifying (menentukan calon dan kualifikasinya) 2. preapproach (pendekatan awal)

3. approach (pendekatan)

4. demonstration and presentation (demonstrasi dan presentasi) 5. overcoming objection (mengatasi keberatan)

6. closing (menutup penjualan)

7. follow up and maintenance (tindak lanjut dan pemeliharaan)

agen / wiraniaga

volume penjualan

alatnya paling efektif

jumlah wiraniaga

langkah-langkah wiraniaga dalam penjualan yang efektif

(18)

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesa yang penulis ajukan adalah terdapat pengaruh antara personal selling terhadap peningkatan volume penjualan pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung.

1.6. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kegiatan perusahaan berdasarkan informasi yang ada. Informasi yang diperoleh kemudian dikumpulkan, diklasifikasikan, dan inteprestasikan sehingga dapat digunakan untuk menganalisa masalah yang diteliti serta diberikan saran pemecahan masalah tersebut.

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah: 1. observasi

Observasi merupakan pengamatan terhadap aktivitas atau kondisi perilaku maupun non perilaku. Observasi dilakukan pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung yang terletak di Jl. Asia Afrika No. 142, Bandung.

2. wawancara

Wawancara merupakan tanya jawab secara langsung dari pihak peneliti kepada pihak yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Wawancara dilakukan kepada Branch Manager bagian pemasaran PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung dan 10 orang nasabah PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung.

Teknik pengolahan data yang akan digunakan adalah: 1. metode analisis kualitatif

Analisa kualitatif tidak dianalisis dalam bentuk angka-angka, melainkan hanya bersifat keterangan dan pengolahan data hasil wawancara. Wawancara akan dilakukan kepada

(19)

10 orang nasabah PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung dan Branch Manager bagian pemasaran PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung. 2. metode analisis kuantitatif

Untuk menganalisis data secara kuantitatif digunakan alat bantu perhitungan statistik sehingga memudahkan penafsiran data mentah yang diperoleh. Dalam menganalisa data, dihitung dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson. Data yang akan dianalisis adalah data jumlah agen tahun 2004-2006 pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung dan data volume penjualan tahun 2004-2006 pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung.

1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung yang terletak di jalan Asia Afrika No. 142, Bandung. Penelitian ini dilakukan sejak bulan September 2006 sampai dengan Mei 2007.

1.8. Sistematika Penulisan Bab 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang penelitian 1.2. Identifikasi Masalah 1.3. Tujuan penelitian 1.4. Kegunaan Penelitian 1.5. Kerangka Pemikiran 1.6. Metode Penelitian

1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

(20)

1.8. Sistematika Penyusunan Bab 2. Kajian Pustaka

2.1. Pengertian Pemasaran

2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran

2.3. Jasa

2.4. Bauran Pemasaran

2.5. Promosi

2.6. Personal Selling 2.7. Volume Penjualan

2.8. Hubungan Personal Selling dan Peningkatan Volume Penjualan Bab 3. Objek dan Metode Penelitian

3.1. Objek Penelitian 3.2. Jenis Metode Penelitian

3.3. Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel 3.4. Sumber Data

3.5. Metode Pengumpulan Data 3.6. Data yang Digunakan 3.7. Teknik Pengolahan Data 3.8. Hipotesis

3.9. Validitas 3.10. Reliabilitas

Bab 4. Hasil Pengumpulan Data dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.2. Kebijakan Wiraniaga yang Dilakukan Perusahaan

(21)

4.3. Mengelola Wiraniaga

4.4. Pelaksanaan Personal Selling yang Dilakukan Wiraniaga

4.5. Analisa Pengaruh Personal Selling Terhadap Peningkatan Volume Penjualan

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Secara keseluruhan, personal selling (penjualan pribadi) yang dilakukan melalui wiraniaga pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung sudah dinilai baik. Akan tetapi, agen dinyatakan kurang baik dalam pendekatan awal untuk mencari informasi mengenai calon nasabah yang akan ditemui. Sedangkan dalam tindak lanjut dan pemeliharaan, agen dinilai sangat baik. Hal ini dikarenakan agen tetap menghubungi nasabah secara kontinue untuk meningkatkan citra perusahaan.

2. Jumlah agen (wiraniaga) PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung pada tahun 2004-2006 adalah 1.440 pada tahun 2004, 1.515 pada tahun 2005, dan 1.579 pada tahun 2006. Jumlah agen pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung berasumsi bahwa dengan semakin banyaknya agen, diharapkan akan meningkatkan volume penjualan perusahaan.

3. Volume penjualan PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung pada tahun 2004-2006 adalah Rp 7.079.541.000,00 pada tahun 2004, Rp 7.554.251.000,00 pada tahun 2005, dan Rp 8.873.688.000,00 pada tahun 2006.

Volume penjualan pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung mengalami peningkatan sebanyak setiap tahunnya. Hal ini sejalan dengan bertambahnya jumlah agen setiap tahunnya. Faktor lain yang mendukung adalah

(23)

reward yang diberikan perusahaan apabila agen mencapai target yang telah

ditentukan, sehingga agen termotivasi untuk meningkatkan penjualannya.

4. Pengaruh jumlah agen (wiraniaga) dan personal selling terhadap peningkatan volume penjualan adalah sebagai berikut:

a. Hubungan antara jumlah wiraniaga terhadap peningkatan volume penjualan PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung ditunjukkan dengan adanya korelasi sebesar 0,56. Hal ini berarti terdapat hubungan positif yang cukup kuat atau cukup berarti antara jumlah wiraniaga dan volume penjualan pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung. Hal ini teruji dengan tingkat α = 5%.

b. Dari analisa koefisien determinasi, diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 31,36%. Artinya bahwa pengaruh jumlah wiraniaga terhadap peningkatan volume penjualan pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung adalah sebesar 31,36%, sedangkan sisanya sebesar 68,64% dipengaruhi oleh faktor lain selain jumlah wiraniaga.

c. Mengingat wiraniaga adalah faktor paling dominan dari personal selling, berarti terdapat pengaruh personal selling terhadap peningkatan volume penjualan pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung.

5.2. Saran

Beberapa saran dari penulis setelah melakukan penelitian pada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia cabang Bandung adalah:

1. Karena terdapat hubungan korelasi yang positif antara jumlah wiraniaga (agen) dan volume penjualan, maka sebaiknya jumlah agen selalu naik setiap tahunnya. Hal ini

(24)

akan dapat membantu meningkatkan volume penjualan perusahaan. Akan tetapi bukan berarti dengan meningkatnya jumlah agen menyebabkan setiap agen baru yang diseleksi selalu diterima. Perusahaan harus tetap berpegang pada syarat dan kualitas yang telah ditentukan perusahaan dalam menerima agen baru.

2. Sebaiknya perusahaan tidak hanya mengandalkan strategi personal selling yang dilakukan melalui wiraniaga (agen), tetapi juga menggunakan bauran promosi yang lain misalnya advertising (periklanan). Hal ini dilakukan supaya lebih banyak masyarakat yang mengetahui keberadaan perusahaan serta mengingatkan masyarakat pentingnya memiliki perlindungan dalam bentuk asuransi.

3. Perusahaan perlu meningkatkan langkah agen dalam melakukan penjualan pada tahap pendekatan awal. Hal ini dikarenakan pendekatan awal sulit dilakukan, apalagi bila calon nasabah tersebut baru kenal sesaat, akan sulit untuk memperoleh informasi. Akan tetapi, tahap ini dirasakan cukup penting untuk dilakukan karena apabila agen sudah mengetahui karakter calon nasabah, maka agen akan dapat lebih tahu cara yang akan digunakan dalam menawarkan produk sehingga calon nasabah tertarik dengan produk yang ditawarkan.

4. Sebaiknya agen diberikan pengarahan bahwa untuk mendapatkan reward dengan cara mencapai target yang telah ditentukan, haruslah dilakukan secara bertahap (kontinue). Maksudnya adalah jangan sampai yang terjadi adalah seperti kondisi sekarang. Agen hanya bekerja keras pada bulan-bulan terakhir seperti bulan Oktober, November, dan Desember. Lebih baik apabila agen bekerja maksimal setiap bulannya, sehingga pada bulan-bulan terakhir, agen tidak akan “kalang kabut” (kerepotan) mencari nasabah. Atau bila ada agen yang kurang sedikit dalam mencapai target penjualannya, agen

(25)

tersebut tidak akan kerepotan karena hanya tinggal menambah sedikit lagi untuk mencapai target yang telah ditentukan perusahaan.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Ferel, Pride. Marketing, Concept, and Strategies. 7th edition. Jakarta Barat : Binarupa Aksara. 1995.

Hasan, Iqbal. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). 2nd edition. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Hasan, Iqbal. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). 2nd edition. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Kotler, Armstrong. Dasar Dasar Pemasaran. (Alih Bahasa : Drs. Alexander Sindoro). Jakarta : Prenhallindo. 1996.

Kotler, Armstrong. Prinsip Prinsip Pemasaran. 8th edition. (Alih Bahasa : Damos Sihombing, M.B.A). Jakarta : Erlangga. 1999.

Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. edisi milenium. (Alih Bahasa : Drs. Benjamin Molan). Jakarta : Prenhallindo. 2000.

Lamb, Hair, McDaniel. Pemasaran. 5th edition. (Alih Bahasa : David Octarevia). Jakarta : Salemba Empat. 2000.

Lupiyoadi, Rambat. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. 2001.

Rangkuti, Freddy. Riset Pemasaran. 6th edition. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 1997.

Saladin, Djasmin. Unsur Unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran. Bandung : PT Media IPTEK. 1994.

Saladin, Djasmin. Inti Sari Pemasaran dan Unsur Unsur Pemasaran. Jakarta : Linda Karya. 1997.

(27)

Saladin, Djasmin. Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan dan

Pengendalian). Bandung : Linda Karya. 2002.

Santoso, Tjiptono. Riset Pemasaran (Konsep dan Aplikasi dengan SPSS). 3th edition. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. 2001.

Simamora, Bilson. Riset Pemasaran (Falsafah, Teori, dan Aplikasi). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2004.

Stanton. W. J. Prinsip Pemasaran. 10th edition. (Alih Bahasa : Drs. Sadu Sundaru). Jakarta : Erlangga. 1994.

Suharyadi, Purwanto. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta : Salemba Empat. 2004.

Umar, Husein. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2001.

(28)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Alicia

Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 19 Oktober 1983

Alamat : Jl. Bima No. 63

Bandung

No telepon : (022)-6019660 / 085220577777

PENDIDIKAN:

TK : TKK Kristen Bina Bakti SD : SD Kristen Bina Bakti 2 SMP : SLTP Kristen Bina Bakti 2 SMU : SMU Kristen Bina Bakti 2 Universitas : Universitas Kristen Maranatha

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................
Gambar 1.1.Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Induk lola yang telah dibersihkan kemudian diletakkan di dalam ember gelap dengan sedikit air dan diberi rangsangan aerasi kencang dari dasar ember selama 5

Dengan ilmu tentang budaya Jawa yang lengkap, seorang pranatacara atau seseorang yang akan menggunakan sesorah dapat menciptakan ungkapan, kata-kata, dan kalimat dalam wacana

Akar yang terbentuk di dalam media dengan penambahan IBA 0,2 mg/l memiliki karakteristik yang lebih baik dengan penampilan gemuk, waktu inisiasi yang relatif pendek (12,5

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan laporan Skripsi dengan judul “Pengaruh Jenis Inokulum

Metode yang digunakan dalam penyelesaian rancang bangun model alat uji teras reaktor pada susunan sub buluh segi enam ialah dengan menggunakan konsep desain yang

Penulis memutuskan Taman Gasibu sebagai lokasi penelitian pada perancangan drinking fountain, sebab Taman Gasibu memiliki kesesuaian pada penelitian ini, dari segi jumlah

Dari penelitian yang dilakukan oleh Ida dan Agus (2008) membuktikan bahwa mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan, artinya budaya

Perangkat pembelajaran (silabus dan RPP) juga mendapat penilaian sebesar 89,28% oleh guru geografi yang menurut skala likert tergolong “sangat baik”, Ketuntasan hasil belajar pada