ABSTRAK
PENGARUH MOTIVASI DAN KEDISIPLINAN KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI
Studi Kasus pada Rumah Tahanan Negara Kelas II B Wonosari
Stevanus Jurid Gustara Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, 2015
Motivasi dan kedisiplinan sangat berkaitan langsung dengan kinerja pegawai. Motivasi dan kedisiplinan yang dirasakan oleh pegawai dapat menurunkan kinerja ataupun meningkatkan kinerja pegawai. Pegawai yang merasa termotivasi dan disiplin kerja yang diperoleh akan berdampak pada meningkatnya kinerja instansi secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi dan kedisiplinan kerja terhadap kinerja pegawai. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pada Rumah Tahanan Negara Kelas II B Wonosari yang seluruhnya berjumlah 74 orang, dengan sampel sebanyak 63 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik random (acak). Teknik pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi. Analisis data menggunakan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi dan kedisiplinan kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Dimana dari hasil tersebut juga dapat diketahui bahwa motivasi lebih besar pengaruhnya terhadap kinerja pegawai Rumah Tahanan Negara Kelas II B Wonosari.
ABSTRACT`
INFLUENCE OF MOTIVATION AND WORK DISCIPLINE TO
EMPLOYEE PERFORMANCE
Case study on Class IIB of Wonosari State Prison
Stevanus Jurid Gustara Sanata Dharma University
Yogyakarta, 2015
Motivation and work discipline are the most important thing in the employee performance. Those two factors will increase or decrease employee performance. They can increase their performance because of influence by those two factors in their environment. The objective of this research is to know the effectiveness of motivation and work discipline on the employee performance. The population of this research was the employees of Class IIB Wonosari State Prison. They were 63 respondent out of 74 employees. The sample was chosen using random sampling technique. The data were collected by using questionnaire and observation. Data analysis was done using multiple linear regression. The result of the research showed that motivation and work discipline influenced employee performance. The research also found that motivation had greater influence than work discipline.
PENGARUH MOTIVASI DAN KEDISIPLINAN KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI
Studi Kasus pada Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Wonosari
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen
Oleh:
Stevanus Jurid Gustara NIM : 082214115
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGARUH MOTIVASI DAN KEDISIPLINAN KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI
Studi Kasus pada Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Wonosari
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen
Oleh:
Stevanus Jurid Gustara NIM : 082214115
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv Motto
Tuhan menaruhmu di tempat sekarang bukan karena kebetulan. Orang yang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Mereka
dibentuk melalui kesukaran, tantangan, dan air mata.
(Dahlan Iskan)
Jangan jadikan kegagalan sebagai alasan untuk menyerah. Karena akan selalu ada cara, akan selalu ada jalan jika kamu mau berusaha.
(Penulis)
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Bapak, Ibu dan adik tercinta,
atas curahan segala cinta dan perhatiannya
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PERYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
PENGARUH MOTIVASI DAN KEDISIPLINAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI
Studi kasus pada Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Wonosari
dan diajukan untuk diuji pada tanggal 23 Juni 2015 adalah hasil karya saya. Dengan ini, saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.
Bila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut maka saya bersedia menerima sanksi yaitu skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh (S.E.) dibatalkan serta diproses sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 dan pasal 70).
Yogyakarta, 30 Juni 2015 Yang membuat pernyataan,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN KAMPUS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Stevanus Jurid Gustara
Nomor Mahasiswa : 082214115
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH MOTIVASI DAN KEDISIPLINAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI
Studi Kasus pada Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Wonosari beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 30 Juni 2015
Yang menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada :
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian kepada penulis.
2. Bapak Dr. H. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr. Lukas Purwanto, M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen
Universitas Sanata Dharma.
4. Dra. Diah Utari B R., M. Si. selaku Pembimbing I yang telah membantu serta
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. P. Rubiyanto, M.M selaku Pembimbing II yang telah sabar membimbing
penulis dan menyelesaikan skripsi ini.
viii
7. Kepala Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Wonosari yang telah memberikan
ijin untuk melakukann penelitian, dan segenap staff pegawai Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Wonosari yang telah banyak membantu dengan memberi dan
mencarikan data yang dibutuhkan.
8. Kedua orang tua bapak Yanuarius Ardiyana, ibu Yohana Fransisca Wartini,
dan adik saya Kletus Yudit Avriano yang perduli pada saya dan banyak
mendorong dan mendoakan saya hingga skripsi ini dapat selesai.
9. Sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan bantuan dan semangat.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 30 Juni 2015
Penulis
Stevanus Jurid Gustara
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii
HALAMAN DAFTAR GRAFIK ... xiv
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xv
ABSTRAK ... xvi
ABSTRACT ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Sistematika Penulisan ... 7
x
B. Teori-teori Motivasi ... 9
C. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 16
D. Manfaat Motivasi ... 17
E. Teori Tentang Kedisiplinan ... 17
F. Teori Tentang Kinerja ... 24
G. Kerangka Konseptual ... 27
H. Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 29
B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 29
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
D. Variabel dan Skala Pengukuran ... 30
E. Definisi Operasional ... 32
F. Populasi dan Sampel ... 34
G. Teknik Pengambilan Sampel ... 36
H. Sumber Data... 36
I. Teknik Pengumpulan Data ... 36
J. Teknik Pengujian Instrumen ... 37
K. Teknik Analisis Data... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS IIB WONOSARI A. Sejarah Singkat ... 49
xi
C. Organisasi dan Tata Kerja ... 50
D. Struktur Organisasi ... 51
E. Fasilitas Rumah Tahanan Negara ... 54
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 55
B. Analisis Data ... 60
C. Pembahasan ... 72
BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75
C. Keterbatasan ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
V.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja ... 56
V.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57
V.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 58
V.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi Pekerjaan ... 59
V.5 Tabel Nilai Rata-rata Motivasi, Kedisiplinan, dan Kinerja ... 60
V.6 Tabel Hasil Uji Validitas ... 61
V.7 Tabel Hasil Uji Reliabilitas ... 63
V.8 Tabel Hasil Uji Multikolinieritas ... 63
V.9 Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 65
V.10 Tabel Hasil Uji Normalitas ... 68
V.11 Tabel Hasil Uji t ... 69
V.12 Tabel Hasil Uji F ... 70
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
II.1 Kerangka Konseptual ... 27
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik Judul
V.1 Grafik Uji Heteroskedastisitas ... 64
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 79
xvi
ABSTRAK
PENGARUH MOTIVASI DAN KEDISIPLINAN KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI
Studi Kasus pada Rumah Tahanan Negara Kelas II B Wonosari
Stevanus Jurid Gustara Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, 2015
Motivasi dan kedisiplinan sangat berkaitan langsung dengan kinerja pegawai. Motivasi dan kedisiplinan yang dirasakan oleh pegawai dapat menurunkan kinerja ataupun meningkatkan kinerja pegawai. Pegawai yang merasa termotivasi dan disiplin kerja yang diperoleh akan berdampak pada meningkatnya kinerja instansi secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi dan kedisiplinan kerja terhadap kinerja pegawai. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pada Rumah Tahanan Negara Kelas II B Wonosari yang seluruhnya berjumlah 74 orang, dengan sampel sebanyak 63 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik random (acak). Teknik pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi. Analisis data menggunakan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi dan kedisiplinan kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Dimana dari hasil tersebut juga dapat diketahui bahwa motivasi lebih besar pengaruhnya terhadap kinerja pegawai Rumah Tahanan Negara Kelas II B Wonosari.
xvii
ABSTRACT`
INFLUENCE OF MOTIVATION AND WORK DISCIPLINE TO
EMPLOYEE PERFORMANCE
Case study on Class IIB of Wonosari State Prison
Stevanus Jurid Gustara Sanata Dharma University
Yogyakarta, 2015
Motivation and work discipline are the most important thing in the employee performance. Those two factors will increase or decrease employee performance. They can increase their performance because of influence by those two factors in their environment. The objective of this research is to know the effectiveness of motivation and work discipline on the employee performance. The population of this research was the employees of Class IIB Wonosari State Prison. They were 63 respondent out of 74 employees. The sample was chosen using random sampling technique. The data were collected by using questionnaire and observation. Data analysis was done using multiple linear regression. The result of the research showed that motivation and work discipline influenced employee performance. The research also found that motivation had greater influence than work discipline.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemasyarakatan ialah usaha pemerintah untuk membina orang-orang yang
melakukan tindak pidana dan oleh pengadilan dijatuhi hukuman masuk penjara.
Hal ini dilakukan oleh pemerintah untuk mengembalikan orang-orang yang
mendapat hukuman menjadi masyarakat yang baik. Pemikiran baru mengenai
fungsi pemidanaan yang tidak sekedar penjara tetapi juga merupakan suatu usaha
rehabilitasi dan reintegrasi warga binaan pemasyarakatan telah melahirkan suatu
sistem pembinaan yang dinamakan sistem pemasyarakatan.
Pemasyarakatan memberi arah, bahwa sistem pemasyarakatan diarahkan
pada pembinaan bimbingan dan perawatan terhadap warga binaan
pemasyarakatan. Upaya pencapaian tersebut diperlukan langkah-langkah
keamanan dan ketertiban sehingga program dan sasaran dapat tercapai secara
maksimal. Keamanan dan ketertiban rumah tahanan merupakan pondasi sekaligus
alat ukur untuk berhasilnya petugas rumah tahanan. Alat ukur yang dapat
dijadikan ukuran aman atau tertibnya suatu rumah tahanan meliputi tingkat
pelarian narapidana atau tahanan, perkelahian, pemberontakan, perjudian,
perdagangan dan penyelundupan barang-barang terlarang (senjata, narkotika, dan
obat terlarang lainnya). Oleh karena itu, rumah tahanan berupaya secara maksimal
untuk dapat memantau, mencegah, dan menangkal gangguan keamanan dan
Sikap dan perilaku petugas yang baik dapat mencegah situasi kehidupan
penghuni menjadi buruk. Sikap dan perilaku yang baik bisa meminimalisasi
tingkat pelarian narapidana atau tahanan, dapat memelihara keharmonisan
kehidupan dalam rumah tahanan, dapat menjaga dan memelihara seluruh sarana
dan prasarana kantor, dan dapat melaksanakan sistem administrasi. Keamanan dan
ketertiban yang baik merupakan kewajiban sekaligus tanggung jawab petugas
teknis pengamanan.
Yang menjadi dasar dari pelaksaan sistem pemasyarakatan adalah
pembinaan kepada narapidana yang dilandasi dengan prinsip pemasyarakatan,
yaitu: (1) orang yang tersesat harus dibimbing dengan memberikan kepadanya
bekal hidup sebagai warga yang baik dan berguna dalam masyarakat; (2)
penjatuhan pidana bukan tindakan balas dendam dari negara; (3) tobat tidak dapat
dicapai dengan penyiksaan melainkan dengan bimbingan; (4) negara tidak berhak
membuat seseorang lebih buruk atau lebih jahat dari pada sebelum ia masuk
lembaga pemasyarakatan; (5) selama kehilangan kemerdekaan bergerak,
narapidana harus dikenalkan kepada masyarakat dan tidak boleh diasingkan; (6)
pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat pengisi waktu
atau hanya diperuntukkan bagi kepentingan negara; (7) bimbingan dan pendidikan
harus berdasarkan Pancasila; (8) tiap orang adalah manusia dan harus
diperlakukan sebagai manusia meskipun telah tersesat; (9) narapidana hanya
dijatuhi pidana kehilangan kemerdekaan.
Untuk mencapai tujuan pemasyarakatan yang baik maka telah ditetapkan
umum pelaksanaan sistem pemasyarakatan yaitu: (1) isi rumah tahanan lebih
rendah dari kapasitas; (2) menurunnya secara bertahap dari tahun ke tahun angka
pelanggaran dan gangguan keamanan serta ketertiban; (3) meningkatnya secara
bertahap jumlah narapidana yang bebas sebelum waktunya; (4) semakin
menurunnya dari tahun ke tahun angka kejahatan; (5) biaya perawatan sama
dengan kebutuhan minimal manusia Indonesia pada umumnya; (6) unit pelaksana
teknis pemasyarakatan dalam kondisi bersih dan terpelihara; dan (7) semakin
terwujudnya lingkungan pembinaan yang menggambarkan proyeksi nilai-nilai
masyarakat ke dalam lembaga pemasyarakatan dan sebaliknya nilai-nilai
subkultur penjara di dalam rumah tahanan.
Keberhasilan dari pencapaian sasaran tergantung pada partisipasi yang
seimbang dari pembina, yang dibina, dan masyarakat sehingga kinerja dari para
pembina yang disebut sebagai petugas pemasyarakatan sangat diharapkan untuk
dapat mempengaruhi hasil akhir dari tujuan pemasyarakatan.
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Wonosari merupakan bagian dari
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang sangat menerapkan disiplin
tinggi dalam bekerja. Sebagai rumah tahanan seharusnya hanya menerima tahanan
saja, tetapi karena di Wonosari belum ada Lembaga Pemasyarakatan maka Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Wonosari juga menerima tahanan dan narapidana.
Beban tugas yang besar itulah mengharuskan penerapan displin dan motivasi yang
tinggi dalam bekerja sangat diperlukan untuk memperoleh hasil kerja yang
Secara umum situasi dan kondisi di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Wonosari kurang kondusif untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang
menjadi beban tugasnya karena kurangnya dukungan fasilitas serta sumberdaya
manusia yang kurang memadai sehingga kurang optimalnya dalam menjalankan
tugas. Untuk itu perlu diadakan penilaian tentang kinerjanya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin membuktikan ada
atau tidaknya pengaruh motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Wonosari. Berdasarkan uraian tersebut maka
penulis tertarik untuk memilih judul penelitian “Pengaruh Motivasi dan
Kedisiplinan Kerja terhadap Kinerja Pegawai”. Studi kasus pada Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Wonosari.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Wonosari?
2. Apakah ada pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Wonosari?
3. Apakah motivasi kerja dan disiplin kerja berpengaruh bersama-sama
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya masalah yang akan diteliti serta keterbatasan waktu
dan kemampuan penulis, maka penulis membatasi penelitian ini :
1. Pegawai yang menjadi responden penelitian ialah seluruh pegawai yang
bekerja di rumah tahanan negara.
2. Variable kinerja yang diteliti terdiri dari beberapa sub variabel yaitu:
kualitas pekerjaan, supervisi, dan kehadiran pegawai rumah tahanan
negara.
3. Dalam penelitian ini persepsi pegawai meliputi motivasi dan kedisiplinan.
Motivasi yaitu keinginan melakukan sesuatu, menyelesaikan pekerjaan
tanpa disuruh atasan dan ingin mendapatkan penghargaan. Sedangkan
kedisiplinan yaitu ketepatan menyelesaikan pekerjaan, ketepatan masuk
dan pulang kerja, tidak bolos atau meningalkan lingkungan kerja tanpa
ijin.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Wonosari.
2. Untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan kerja terhadap kinerja pegawai
di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Wonosari.
3. Untuk mengetahui apakah motivasi kerja dan kedisiplinan kerja
berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Rumah Tahanan Negara Kelas
E. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
berbagai pihak terutama pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu :
1. Bagi Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Wonosari
Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan dan masukan bagi Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Wonosari dalam peningkatan kinerja pegawai baik dalam motivasi
maupun kedisiplinan, dan nantinya diharapkan dapat menjadi pilihan
strategi Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Wonosari dalam meningkatkan
kinerja pegawai.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan
berguna sebagai salah satu referensi bagi pembaca yang tertarik untuk
meneliti topik yang serupa dalam bidang sumber daya manusia.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis sebagai sarana
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini menjelaskan mengenai latar belakang
masalah, rumusanmasalah, pembatasan masalah, tujuan masalah,
manfaat penelitian dansistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini berisikan teori-teori tentang pengertian motivasi,
kedisiplinan kerja dan teori tenantang kinerja sebagai dasar
penentuan diadakannya penelitian ini.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan dan membahas tentang jenis
penelitian, waktu dan tempat penelitian, subyek dan obyek
penelitian, variabel penelitian dan alat pengukurannya, jenis dan
sumber data, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel,
teknik pengambilan sampel dan teknik analisis data.
BAB IV: Gambaran Umum
Bab ini memberikan gambaran serta informasi tentang
Rumah Tahanan Negara Kelas II B Wonosari yang menjadi
BAB V : Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini menguraikan tentang hasil pengolahan data, analisis
data, pembahasan dan jawaban dari masalah yang diajukan.
BAB VI : Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang diambil dari
penelitian dan saran-saran untuk instansi pemerintahan disertai
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Motivasi
Menurut pepatah tua : “ manajer dapat dengan mudah menggiring kuda ke
dalam air, tetapi manajer tidak dapat memaksanya untuk minum”. Mengapa
demikian, karena kuda baru akan minum kalau ia sedang haus dan begitu pula
dengan manusia. Mereka baru akan mengerjakan sesuatu kalau ada yang
mereka inginkan atau kalau ada motivasi un tuk mengerjakannya. Motivasi
itu timbul tidak hanya saja karena ada unsure di dalam dirinya, tetapi juga
karena adanya stimulus dari luar. Seberapapun tingkat kemampuan yang
dimiliki seseorang, pasti butuh motivasi. Dengan perkataan lain, potensi
sumber daya manusia adalah suatu yang terbatas. Dengan demikian, kerja
seseorang merupakan fungsi dan faktor-faktor kemampuan dan motivasi
dirinya. Motivasi diibaratkan sebagai jantungnya manajemen karyawan.
Motivasi merupakan dorongan yang membuatkaryawan melakukan sesuatu
dengan cara dan untuk mencapai tujuan tertentu. (Sjafri Mangkuprawira,
2007).
B. Teori-Teori Motivasi
Teori motivasi dapat dikelompokan menjadi dua kategori umum, yaitu
theory dan motivasi di sisi lain sebagai dorongan eksternal atau akibat dari proses belajar yang sering disebut external theory.
1. Motivasi Sebagai Dorongan Internal
Motif atau dorongan sebagai kata kunci suatu motivasi dapat muncul
sebagai akibat dari keinginan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpuaskan
di dalam kebutuhan itu muncul sebagai dorongan internal atau dorongan
alamiah (naluri). Kebutuhan yang tidak terpuaskan dari seseorang
mengakibatkan suatu situasi yang tidak menyenangkan. Situasi yang tidak
menyenangkan tersebut mendorong seseorang untuk memenuhinya yang
kemudian akan menimbulkan suatu tujuan dimana untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan tindakan. Beberapa model atau teori tentang motivasi
yang lebih condong dengan pandangan di atas dikemukakan beberapa ahli
sebagai berikut:
1.1 Teori Motivasi Kebutuhan
Teori ini dikemukakan oleh Abraham A. Maslow yang menyatakan
bahwa manusia dimotivasi untuk memuaskan sejumlah kebutuhan
yang melekat pada diri setiap manusia yangcenderung bersifat
bawaan. Kebutuhan ini terdiri dari lima jenis dalam pemenuhan, yaitu:
a. Kebutuhan fisik (physiological needs)
Kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan yang harus
seperti kebutuhan untuk makan, minum, pakaian, seks, dan
lain-lain. karena ini merupakan kebutuhan biologis, maka kebutuhan
ini akan didahulukan pemenuhannya oleh manusia, diaman bila
belum terpenuhi atau belum terpuaskan, makan individu tidak
akan tergerak untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebuh tinggi.
b. Kebutuhan rasa aman (safety needs)
Kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan rasa aman dari
ancaman-ancaman dari luar yang mungkin terjadi seperti
keamanan dari ancaman orang lain, ancaman alam, atau ancaman
bahwa suata saat tidak dapat bekerja karena faktor usia dan faktor
lainnya. Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan pertama
terpenuhi.
c. Kebutuhan sosial (social needs)
Kebutuhan ini berkaitan dengan menjadi bagian dari orang
lain, dicintai orang lain, dan mencintai orang lain. kebutuhan ini
muncul setelah kebutuhan tingkat pertama dan kedua terpenuhi.
Kebutuhan ini ditandai dengan keinginan seseorang menjadi
bagian atau anggota dari kelompok tertentu, keinginan untuk
menjalin hubungan dengan orang lain, dan keinginan membantu
d. Kebutuhan pengakuan (esteem needs)
Kebutuhan yang berkaitan tidak hanya menjadi bagian dari
orang lain (masyarakat), tetapi lebih jauh dari itu, yaitu
diakui/dihormati/dihargai orang lain karena kemampuannya atau
kekuatannya. Kebutuhan ini ditandai dengan keinginan untuk
mengembangkan diri, meningkatkan kemandirian, dan kebebasan.
e. Kebutuhan yang berhubungan dengan aktualisasi/ penyaluran diri
dalam arti kemampuan/minat/potensi diri dalam bentuk nyata
dalam kehidupan merupakan kebutuhantingkat tinggi dari teori
Maslow. Ini ditandai dengan hasrat individu untuk menjadi orang
yang sesuai dengan keinginannya.
1.2 Teori X dan Y
Teori ini menyatakan bahwa manusia pada dasarnya terdiri dari
dua jenis. Pencetusnya McGregor, mengatakan bahwa ada jenis
manusia X dan jenis manusia Y yang masing-masing memiliki
karakteristik tertentu. Jenis manusia X adalah manusia yang selalu
ingin menghindari pekerjaan bilamana mungkin, sementara jenis
manusia Y menunjukan sifat yang senang bekerja yang diibaratkan
bahwa bekerja baginya seperti bermain. Kemudian jenis manusia tipe
X tidak punya inisiatif dan senang diarahkan, sedangkan jenis manusia
Y sebaliknya.
1.3 Three Needs Theory
Teori ini dikemukakan oleh David McClelland, yang mengatakan
bahwa ada tiga kebutuhan manusia, yaitu:
a. Kebutuhan berprestasi (need for achievment), yaitu keinginan
untuk melakukan sesuatu lebih baik dibandingkan sebelumnya
b. Kebutuhan untuk berkuasa (need for power), yaitu kebutuhan untuk
lebih kuat, lebih berpengaruh terhadap orang lain.
c. Kebutuhan afiliasi (need for affiliation), yaitu kebutuhan untuk disukai, mengembangkan, atau memelihara persahabatan dengan
orang lain.
1.4 ERG Teori
Teori ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer, yang sebenarnya
tidak jauh beda dengan teori dari A. Maslow, yang mengatakan bahwa
teori ini merupakan revisi dari teori tersebut. Teori ini mengatakan
bahwa ada tiga kelompokkebutuhan manusia, yaitu:
a. Existence berhubungan dengankebutuhan untuk mempertahankan keberadaan seseorang dalam hidupnya. Dikaitkan dengan
pennggolongan dari Maslow, ini berkaitan dengan kebutuhan fisik
b. Relatedness berhubungan dengan kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. dikaitkan dengan penggolongan kebutuhan dari
Maslow ini meliputi kebutuhan sosial dan pengakuaan.
c. Growth berhubungan dengan kebutuhan pengembangan diri, yang identik dengan kebutuhan self-actualization yang dikemukakan oleh Maslow.
1.5 Teori Dua Faktor
Teori ini disebut juga motivation-hygiene theory dan dikemukakan oleh Frederick Herzberg. Teori ini mengatakan bahwa
suatu pekerjaan selalu berhubungan dengan dua aspek, yaitu pekerjaan
itu sendiri seperti mengajar, merakit sebuah barang, mengkoordinasi
suatu kegiatan, menunggu langanan, membersihkan ruangan-ruangan,
dan lain-lain yang disebut job content, dan aspek-aspek yang berkaitan dengan pekerjaan seperti gaji, kebijaksanaan orgaisasi, supervise,
rekan sekerja, dan lingkungan kerja yang disebut job context.
2. Motivasi Sebagai Dorongan Eksternal
Beberapa model/teori motivasi tidak semata-mata dipengaruhi
tuntutan kebutuhan yang bersifat internal, tetapi dipengaruhi juga oleh
2.1 Expectancy Theory
Teori ini pertama sekali dikemukakan oleh Vector Vroom yang
mengatakan bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor
atau situasi, yaitu:
a. Hubungan tingkat usaha dengan tingkat tampilan kerja
(performance), dalam arti keyakinan seseorang untuk dapat memenuhi tingkat performance yang diharuskan dalam suatu pekerjaan. Ini disebut dengan sxpectancy. Situasi yang mungkin muncul di sini adalah seseorang dapat melihat pekerjaan terlalu
sukar atau pekerjaan tidak terlalu sukar, tetapi kecil
kemungkinannya karena fasilitas yang diberikan organisasi kurang
memadahi.
b. Hubungan antara tampilan kerja dan suatu outcome/reward, yang artinya kemungkinan atau keyakinan seseorang akan mendapat
ganjaran bilamana memenuhi tingkat performance tertentu. Ini disebut instrumentality.
2.2. Equity Theory (Teori Keseimbangan/Kendali)
Setiap orang memasuki dunia kerja mengharakan hasil (outcome) yang diterima sesuai dengan yang telah diberikan buat organisasi
(input) dan dengan yang telah diterima orang lain di lingkungan pekerjaan atau organisasi lain.
2.3.Goal-Setting Theory
Goal-setting theory mengatakan bahwa yang mengaktifkan atau mendorong perilaku tertentu terhadap pekerjaan adalah tujuan/sasaran
(goals), dan proses penentuan tujuan itu sendiri.
2.4.Reinforcemen Theory
Teori ini berpendapat bahwa faktor yang emotivasi seseorang
dalam melakukan pekerjaan adalah reward yang akan diterima dari pelaksanaan suatu pekerjaan. (dalam Marihot Tua Efendi Hariandja,
2009:323).
C. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi karyawan/pegawai untuk bekerja biasanya merupakan hal yang
rumit, karena motivasi ini melibatkan faktor individual dan
faktor-faktor organisasional. Yang tergolong pada faktor-faktor-faktor-faktor yang sifatnya
kemampuan (abilities). Sedangkan yang tergolong pada faktor-faktor yang berasal dari organisasi meliputi pembayaran atau gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security), sesama pekerja (co-workers), pengawasan (supervision), pujian (praise), dan pekerjaan itu sendiri (job itself) (Kadarisman, 2012).
D. Manfaat Motivasi
Manfaat motivasi yang pokok adalah menciptakan semangat kerja,
sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu manfaat yang
diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah
pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan tepat sasaran. Artinya
pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang ditetapkan dan dalam skala waktu
yang sudah ditentukan, serta orang senang melakukan dalam pekerjaannya.
E. Teori Tentang Kedisiplinan
Dalam buku yang berjudul : “Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia”
menurut Sjafri Mangkuprawira (2007) kedisiplinan karyawan adalah sifat
seorang karyawan yang secara sadar mematuhi aturan dan peraturan
organisasi tertentu. Kedisiplinan sangat mempengaruhi kinerja karyawan dan
perusahaan. kedisiplinan seharusnya dipandang sebagai bentuk latihan bagi
semakin tinggi produktivitas kerja karyawan dan kinerja perusahaan, ceteris paribus. Kedisiplinan karyawan dapat dilihat dari berbagai komponen berikut.
a. Kedisiplinan sebagai suatu aspek budaya perusahaan/ organisasi.
b. Kedisiplinan terkait dengan kemungkinan terjadinya penyimpangan atau
masalah kinerja perusahaan.
c. Timbul karena kesadaran diri karyawan atau dapat juga karena dengan
paksaan.
d. Motif keinginan karyawan untuk diakui sebagai orang yang baik atau
karyawan teladan.
e. Tidak semua karyawan memiliki derajat kedisiplinan seratus persen, ada
pengaruh faktor-faktor intrinsic dan ekstrinsik.
f. Kedisiplinan karyawan tidak selalu terkait dengan produktivitas kerjanya.
Artinya, kedisiplinan harus diimbangi dengan kecerdasan.
g. Terkait dengan tindakan perusahaan berupa konsekuensi pemberian
imbalan/penghargaan atau hukuman kepada karyawan.
1. Pengertian Disiplin Kerja
Pengertian disiplin dapat dikonotasikan sebagai suatu hukuman,
meskipun arti yang sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari
bahasa latin “disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan
kerohanian serta pengembangan tabiat. jadi sifat disiplin berkaitan dengan
pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan.
Di dalam buku Wawasan Kerja Aparatur Negara disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan pengertian disipln adalah: “sikap mental yang tercermin
dalam perbuatan, tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa
kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan
pemerintah atau etik, norma serta kaidah yang berlaku dalam masyarakat”.
Sedangkan menurut Sutopo Yuwono di dalam bukunya yang berjudul
Dasar-Dasar Produksi, diungkapkan bahwa: “disiplin adalah sikap kejiwaan
seseorang atau kelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk
mengikuti atau mematuhi keputusan yang telah ditetapkan.
Selanjutnya Alfred R. Lateiner dan I.S. Levine telah memberikan definisi
antara lain, disiplin merupakan suatu kekuatan yang selalu berkembang di
tubuh para pekerja yang membuat mereka dapat mematuhi keputusan dan
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
Di samping beberapa pengertian mengenai disiplin pegawai tersebut di
sikapnya impersonal, tidak memakai perasan dan tidak memakai perhitungan
pamrih atau kepentingan pribadi.
Kaitannya dengan kedisiplinan, Astrid S. Susanto juga mengemukakan
sesuai dengan keadaan di dalam setiap organisasi, maka disiplin dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu :
1. Disiplin yang bersifat positif
2. Disiplin yang bersifat negative
Merupakan tugas seorang pemimpin untuk mengusahakan terwujudnya
suatu disiplin yang mempunyai sifat positif, dengan demikian dapat
menghindarkan adanya disiplin yang bersifat negatif. Disiplin positif
merupakan suatu hasil pendidikan, kebiasaan atau tradisi dimana seseorang
dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan, adapun disiplin negatif sebagai
unsur di dalam sikap patuh yang disebabkan oleh adanya perasaan takut
akan hukuman.
Adapun ukuran tingkat disiplin pegawai menurut I.S. Levine adalah
sebagai berikut: “apabila pegawai datang dengan teratur dan tepat waktu,
apabila mereka berpakaian serba baik dan tepat pada pekerjaannya, apabila
mereka mempergunakan bahan-bahan dan perlengkapan dengan hati-hati,
apabila menghasilkan jumlah dan cara kerja yang ditentukan oleh kantor atau
Berdasarkan pada pengertian tersebut di atas, maka tolak ukur pengertian
kedisiplinan kerja pegawai adalah sebagai berikut:
1. Kepatuhan terhadap jam-jam kerja.
2. Kepatuhan terhadap instruksi dari atasan, serta pada peraturan dan tata
tertib yang berlaku.
3. Berpakaian yang baik pada tempat kerja dan menggunakan tanda
pengenal instansi.
4. Menggunakan dan memelihara bahan-bahan dan alat-alat perlengkapan
kantor dengan penuh hati-hati.
5. Bekerja dengan mengikuti cara-cara bekerja yang telah ditentukan.
Selanjutnya untuk lebih memperjelas arti dan makna displin kerja, Alex
S. Nitisemito antara lain mengemukakan, bahwa kedisiplinan lebih dapat
diartikan suatu sikap atau perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau instansi yang
bersangkutan baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
Adapun menurut peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil sebagimana
telah dimuat di dalam Bab II Pasal (2) UU No.43 Tahun 1999, ada beberapa
keharusan yang harus dilaksanakan yaitu:
1. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan
yang berlaku, serta melaksanakan perintah-perintah kedinasan yang
2. Melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya serta memebrikan pelayanan
yang baik terhadap masyarakat sesuai dengan bidang tugasnya.
3. Menggunakan dan memelihara barang-barnag dinas dengan
sebaik-baiknya.
4. Bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat, sesama
Pegawai Negeri Sipil dan atasannya.
2. Jenis-jenis Disiplin Kerja
Menurut Handoko (2001) jenis-jenis disiplin kerja dibagi 2 (dua), yaitu:
1. Self discipline
Disiplin ini timbul karena seseorang merasa terpenuhi
kebutuhannya dan telah menjadi bagian dari organisasi, sehingga orang
akan tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela mematuhi segala
peraturan yang berlaku.
2. Command discipline
Disiplin ini tumbuh bukan dari perasaan ikhlas, akan tetapi timbul
karena adanya paksaan atau ancaman orang lain. Dalam setiap organisasi,
yang diinginkan pastilah jenis disiplin yang pertama, yaitu datang karena
kesadaran dan keinsyafan. Akan tetapi kenyataan selalu menunjukkan
bahwa disiplin itu lebih banyak di sebabkan oleh adanya semacam
paksaan dari luar. Disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan
1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang
sudah menjadi norma, etika, kaidah yang berlaku.
2. Adanya perilaku yang terkendali.
3. Adanya ketaatan.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya disiplin kerja seorang
pegawai atau karyawan dapat dilihat dari:
1. Kepatuhan karyawan/pegawai terhadap peraturan yang berlaku,
termasuk tepat waktu dan tanggung jawab terhadap pekerjaannya.
2. Bekerja sesuai prosedur yang ada.
3. Pemeliharaan sarana dan perlengkapan kantor dengan baik.
3. Tipe-tipe Disiplin Kerja
Menurut Handoko (2001) pembentukan disiplin kerja dapat dilakukan dengan
2 (dua) tipe, yaitu:
1. Disiplin preventif (preventive discipline)
Merupakan tindakan yang diambil untuk mendorong para pekerja
mengikuti atau mematuhi norma-norma dan aturan-aturan sehingga
penyelewengan-penyelewengan tidak terjadi.
2. Disiplin korektif (corrective discipline)
Merupakan suatu kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran
terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari
F. Teori Tentang Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Kinerja pada dasarnya merupakan perilaku nyata yang dihasilkan
setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai
dengan perannya dalam perusahaan. Untuk mendapatkan kinerja yang
baik dari seorang karyawan pada sebuah organisasi harus dapat
memberikan sarana dan prasarana sebaga penunjang dalam penyelesaian
pekerjaan. Istilah kinerja sendiri merupakan tujuan dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).
Menurut Mangkunegara (2005) “Kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan/pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Dengan demikian kinerja adalah kesediaan
seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil
seperti yang diharapkan”.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Mathis dan Jackson (2002) menyatakan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja dari individu tenaga kerja, yaitu kemampuan
mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang
Prawirosentono (1999) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja antara lain : efektivitas dan efisiensi, wewenang, disiplin, inisiatif,
motivasi, semangat kerja. Menurut Suprihanto (2000) faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja pegawai antara lain : bakat, pendidikan dan latihan,
lingkungan dan fasilitas, iklim kerja, motivasi dan kemampuan hubungan
industrial, teknologi manajemen, kesempatan berprestasi dan lain
sebagainya.
3. Mengidentifikasi dan Mengukur Kinerja
Pada hakikatnya masalah pelaksanaan penilaian dan pengukuran
kinerja itu terletak pada unsur yang harus menilai, yang dinilai dan seluruh
aparat yang tersangkut dengan manajemen sumber daya manusia, (Buchari
2000). Menurut Istijanto (2005), untuk memperbaiki atau meningkatkan
prestasi kerja karyawan dapat dilakukan pengukuran terhadap aspek-aspek
kerja karyawan yang meliputi kualitas kerja, tanggung jawab terhadap
pekerjaan, kerja sama, motivasi kerja dan inisiatif. Penilaian unsur-unsur
ini memberi informasi yang sangat berharga bagi pengelolaan sumber
daya manusia dalam organisasi.
Menurut Umar dalam Mangkunegara (2005) untuk mengukur
kinerja pegawai dapat dilihat dari aspek-aspek antara lain : 1). Mutu
pekerjaan, 2). Kejujuran, 3). inisiatif, 4). kehadiran, 5). Sikap,
6).Kerjasama, 7). Kehandalan, 8). Pengetahuan tentang pekerjaan, 9).
Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan.
Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki
derajad kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu, kesediaan dan
keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu
tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan
bagaimana mengerjakannya.
4. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu
karyawan. Dalam penilaian kinerja dinilai kontribusi karyawan kepada
organisasi selama periode waktu tertentu. Umpan balik kinerja
memungkinkan karyawan mengetahui seberapa baik mereka bekerja
apabila dibandingkan dengan standar organisasi. Sekiranya penilaian
kinerja dilakukan secara benar, para karyawan, penyelia mereka,
departemen sumber daya manusia, dan akhirnya organisasi akan
diuntungkan dengan memastikan bahwa upaya individu member
kontribusi kepada focus strategic organisasi (Henry Simamora, 2004).
5. Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Nasution (2005) tujuan penilaian kinerja adalah :1).Untuk
mengetahui hasil pekerjaan karyawan selama periode waktu tertentu
(dibandingkan dengan standar). 2).Untuk mengetahui tentang diri
sehubungan dengan pekerjaannya di perusahaan. Untuk mengetahui
apakah karyawan mempunyai potensi untuk menduduki jabatan lain
(dengan/tanpa training lebih lanjut).
G. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah kerangka berpikir yang
dibuat penulis untuk menggambarkan hubungan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian. Dalam kerangka konseptual menyertakan
indikator-indikator yang akan dipakai penulis sebagai acuan untuk menyusun
[image:47.595.100.511.189.667.2]pertanyaan dalam kuesioner yang akan dibagikan kepada responden.
Gambar II.1
H1
H3
H1
Keterangan :
: Berpengaruh secara sendiri
: Berpengaruh secara bersama Motivasi
Kedisiplinan
Dari gambar kerangka tersebut, peneliti ingin mengetahui seberapa
besar pengaruh motivasi kerja dan tingkat kedisiplinan kerja terhadap kinerja
pegawai.
H. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
masalah yang diajukan dan jawaban itu masih akan diuji kebenarannya.
Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut :
Tingkat motivasi kerja dan kedisiplinan kerja berpengaruh positif terhadap
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Studi kasus
merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama
kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk
lingkungan dan kondisi masa lalunya. Penelitian ini hanya dilakukan pada
obyek tertentu dan kesimpulan yang ditarik hanya berlaku pada obyek
yang diteliti.
B. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dan obyek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Subyek penelitian adalah orang yang menjadi sasaran dalam
penelitian dan yang akan memberikan informasi kepada penulis.
Subyek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dijadikan
responden yaitu pegawai yang bekerja di Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Wonosari.
2. Obyek penelitian ini adalah variabel-variabel motivasi,
kedisiplinan, dan kinerja di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu dan tempat penelitian ini adalah :
1. Tempat Penelitian
Penulis akan melakukan penelitian Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Wonosari yang terletak di Jl. Mgr. Soegiyopranoto No. 35 Wonosari,
Gunungkidul, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan September 2014 s/d Oktober
2014
D. Variabel dan Skala Pengukuran
Variabel Penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek
pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa
atau segala sesuatu atau gejala yang akan diselidiki.
1. Identifikasi Variabel
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat atau
Dalam penelitian ini motivasi dan kedisiplinan dilihat dari
jawaban kuesioner dari para pegawai Rumah Tahanan Kelas IIB
Wonosari.
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kinerja.
Dalam penelitian ini kinerja pegawai diukur dari jawaban
kuesioner dari seluruh pegawai yang terpilih sebagai sampel.
2. Definisi Variabel
a. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel (X) dalam penelitian ini adalah:
1) Motivasi
Yang dimaksud adalah seberapa tinggi pengaruh motivasi dalam
bekerja guna mendapatkan hasil yang memuaskan.
2) Kedisiplinan
Yang dimaksud adalah seberapa tinggi pengaruh kedisiplinan
dalam bekerja guna mendapatkan hasil yang memuaskan.
b. Variabel terikat (Dependent Variable)
Variable Y dalam penelitian ini adalah meningkatnya kinerja
peningkatan kinerja pegawai yang dipengaruhi oleh motivasi dan
kedisiplinan.
3. Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai
acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat
ukur, sehingga alat ukur tersebut apabila digunakan dalam pengukuran
akan menghasilkan data kuantitatif. Dalam penelitian ini skala
pengukuran yang digunakan adalah skala Likert. Untuk tujuan analisis,
maka ditetapkan jawaban dari responden dan masing-masing dari
responden mendapat skor, yang terbagi dalam kategori penelitian, yaitu:
jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai 5, setuju (S) diberi nilai 4, netral
(N) diberi nilai 3, tidak setuju (TS) diberi nilai 2, dan jawaban sangat
tidak setuju (STS) diberi nilai 1.
E. Definisi Oprasional
1. Motivasi
Morivasi adalah gambaran dari dorongan-dorongan yang ada pada
tiap-tiap individu pegawai untuk berprestasi sesuai dengan tingkatan
dan kemampuannya masing-masing.
Indikator motivasi:
a. Kebutuhan akan kekuasaan, yaitu kebutuhan untuk membuat
itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu
bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain.
b. Kebutuhan akan persahabatan, yaitu hasrat untuk berhubungan
antar pribadi yang ramah dan akrab.
c. Kebutuhan akan prestasi, yaitu dorongan untuk mengungguli,
berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat
untuk sukses
2. Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah sifat pegawai yang secara sadar mematuhi
aturan dan perturan organisasi untuk mendukung pekerjaannya.
Indikator kedisiplinan:
a. Kepatuhan pada peraturan, yaitu Menaati semua
peraturan-peraturan yang sudah di tetapkan dan disetujui.
b. Efektif dalam bekerja, yaitu memanfaatkan waktu dengan
semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil kerja yang
optimal.
c. Tindakan korektif, yaitu mekanisme yang harus dilakukan
untuk kesuksesan operasional dan pengendalian sebuah
3. Kinerja
Kinerja adalah prestasi kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Indikator kinerja:
a. Kualitas pekerjaan, yaitu hasil kerja yang dicapai seorang
pegawai sesuai standar yang sudah ditetapkan.
b. Supervisi, yaitu pekerjaan pengawasan tetapi sifatnya lebih
“human, manusiawi”.
c. Kehadiran, yaitu jumlah presensi seorang pegawai dan
kehadirannya tepat waktu dalam bekerja.
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh
subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2001).
Populasi dari penelitian ini adalah pegawai Rumah Tahanan Negara
Kelas IIB Wonosari yang berada di wilayah Wonosari yang berjumlah 74
2. Sample
Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel
merupakan bagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang relatif
sama dan dianggap bisa mewakili populasi (Sugiyono, 2001). Dalam
penelitian ini, sampel akan diambil dengan cara menggunakan rumus
Yamane.
Keterangan:
n : Jumlah Sampel
N : Populasi
d : Persen kelonggaran ketidakpastian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (dalam hal ini
ditentukan 5%) Berdasarkan data yang diperoleh jumlah populasi yaitu
74 dapat ditentukan jumlah sampel untuk penelitian ini adalah:
63 orang responden
Oleh karena itu, dalam penelitian ini jumlah sampelnya sebanyak 63
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik memilih dan mengambil individu-individu masuk ke dalam
sampel yang representatif disebut teknik sampling. Di sini peneliti
menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu random (acak,
probabilitas).
H. Sumber Data
1. Data primer pada penelitian ini diambil melalui kuisioner yang
disebarkan kepada sampel yang terpilih secara random. Data primer
diperoleh dari kuisioner tentang variabel-variabel motivasi, disiplin,
dan kinerja pegawai. Kuisioner digunakan metode utama, sedangkan
observasi dan wawancara digunakan sebagai metode pelengkap.
2. Data sekunder diperoleh dari internet, buku- buku yang ada kaitannya,
dam bagian kepegawaian kantor rumah tahanan negara kelas IIB
Wonosari, yang mencakup data dokumentasi tentang pegawai, struktur
organisasi, dan lain-lain.
I. Teknik Pengumpilan Data
1. Kuesioner
Teknik kuesioner yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data
dengan cara mengajukan daftar pertanyaan yang ditulis kepada
responden yang terpilih, dalam penelitian ini yang menjadi responden
Dari teknik kuesioner ini peneliti hendak mendapatkan data tentang
variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Diantaranya pengaruh
motivasi, pengaruh kedisiplinan, dan peningkatan kinerja pegawai.
2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
langsung dengan mencatat apa yang penulis ketahui tentang pola
perilaku orang dan kejadian-kejadian dalam suatu cara sistematis untuk
mendapatkan informasi tentang objek yang diteliti, misalnya data
tentang gambaran umum kantor. Teknik pengumpulan data ini
dilakukan dengan cara mendatangi langsung tempat yang akan diteliti.
J. Teknik Pengujian Instrumen
Sebelum menganalisis perlu terlebih dahulu diadakan pengujian
validitas dan reliabilitas dari kuesioner sebagai alat pengukur untuk
mengetahui apakah pertanyaan yang disebarkan sudah layak digunakan
1. Uji Validitas
Untuk pengujian validitas instrument digunakan teknik korelasi
product moment dengan rumus sebagai berikut:
]
)
(
.
][
)
(
.
[
)
)(
(
.
2 2 2 2Y
Y
N
X
X
N
Y
X
XY
N
r
xy Keterangan:rxy : koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total
X : skor jawaban tiap bitir
Y : skor total
N : jumlah responden
Apabila rhitung ≥ rtabel , maka kuesioner sebagai alat pengukuran
dikatakan valid. Uji validitas ini dilakukan dengan membandingkan
nilai rhitung dengan nilai rtabel.
2. Uji Relibilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.Untuk menghitung
rtt =
t x v V M
M
1 1
Keterangan:
rtt : Reliabilitas instrumen
Vx : Variansi butir
Vt : Varians total
M : Jumlah butir
Kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai Alpha > rkritis product moment.
K. Teknik Analisis Data
1. Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik perlu dilakukan untuk memastikan bahwa
alat uji statistik regresi linier berganda dapat digunakan atau tidak. Uji
asumsi klasik meliputi :
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk analisis regresi berganda
yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas atau independent variable, dimana akan diukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan atau pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran
korelasi (r). Dikatakan terjadi multikolinieritas jika koefisien
dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien
korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r ≤
0,60).
Dalam menentukan multikolinieritas dapat menggunakan
cara lain yaitu :
1) Nilai tolerance adalah besarnya tingkat kesalahan yang
dibenarkan secara statistik (α).
2) Nilai Variance Inflation Factor (VIF) adalah faktor inflasi penyimpangan baku kuadrat.
Nilai tolerance (α) dan nilai VIF dapat dicari dengan menggabungkan kedua nilai tersebut sebagai berikut :
1) Besar nilai tolerance(α) :
α = 1 / VIF
2) Besar nilai VIF (variance inflation factor) :
VIF = 1 / α
Variabel bebas mengalami multikolinieritas jika: α hitung <
α dan VIF hitung > VIF.
Variabel bebas tidak mengalami multikolinieritas jika: α
b. Heteroskedastisitas
Dalam persamaan regresi linier berganda perlu juga diuji
mengenai sama atau tidak varians dari residual observasi yang satu
dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians
yang sama disebut terjadi homokedastisitas dan jika varians-nya
tidak sama atau berbeda disebut heteroskedastisitas. persamaan
regresi yang baik jika tidak terjadi heteroskedastisitas. Misalkan:
1) Nilai statistik dari 5 mahasiswa kelas A yaitu 70, 69, 71, 73, 70
cenderung lebih seragam atau tidak bervariasi karena selisihnya
kecil, kejadian ini disebut homokedastisitas.
2) Nilai statistik dari 5 mahasiswa kelas B yaitu 30, 90, 60, 80, 40
cenderung tidak seragam atau sangat bervariasi karena selisihnya
besar, kejadian ini disebut heteroskedastisitas.
Analisis uji asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS
melalui grafik scatterplot antara Z prediction (ZPRED) yang
mempunyai variabel bebas (sumbu X = Y hasil prediksi) dan nilai
residualnya (SRESID) merupakan variabel terikat (sumbu Y = Y
prediksi – Y riil).
Homokedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil
pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar di bawah
mempunyai pola teratur. Heteroskedastisitas terjadi jika pada
scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik
menyempit, melebar maupun bergelombang-gelombang.
c. Uji Asumsi Klasik Normalitas
Selain uji asumsi klasik multikolinieritas dan
Heteroskedastisitas, uji asumsi klasik yang lain adalah uji
normalitas, dimana akan menguji data variabel bebas (X) dan data
variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan.
Berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal.
Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data
variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati
normal atau normal sama sekali. Uji asumsi klasik normalitas dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) Cara Statistik
Dalam menguji data variabel bebas dan data variabel terikat
berdistribusi normal atau tidak pada cara statistik ini melalui
nilai kemiringan kurva (skewness = α3) atau nilai keruncingan
kurva (kurtosis= α4) diperbandingkan dengan nilai Z tabel.
b) Rumus nilai Z untuk kerucingan kurva (kurtosis) : Z kurtosis = kurtosis / √24 / N atau Zα4 = α4 / √24 / N
Dimana N = banyak data
Ketentuan analisis:
(1) Variabel (bebas atau terikat) berdistribusi normal jika Z
hitung (Zα3 atau Zα4) < Z tabel. Misal diketahui Z 5%
= 1,96 (Z tabel) lebih besar dari Z hitung atau dengan
kata lain Z hitung lebih kecil dari Z tabel (1,96), dapat
dituliskan Z hitung < 1,96.
(2) Variabel berdistribusi tidak normal jika Z hitung (Zα3
atau Zα4) > Z tabel. Misal nomor (a), dapat ditulis Z
hitung > 1,96.
2) Cara Grafik Normal Probality Plots
Cara normal probality plots lebih handal daripada cara grafik histogram, karena cara ini membandingkan data riil
dengan data distribusi normal (otomatis oleh komputer) secara
kumulatif. Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika garis
data riil mengikuti garis diagonal.
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
[image:63.595.99.514.181.586.2]yaitu motivasi ( ), kedisiplinan ( ) terhadap variabel dependen yaitu
kinerja (Y).
Untuk melihat adanya pengaruh antara variabel independent dan
variabel dependen ditunjukkan dalam persamaan regresi berikut:
2 2 1
1
X
b
X
b
a
Y
Keterangan:
Y : kinerja
a : konstanta
X1: skor variabel motivasi
b1: koefisien regresi X1
X2: skor vaiabel kedisiplinan
b2: koefisien regresi X2
a. Uji t (t-test)
Uji t digunakan untuk menguji hipotesis pertama dan kedua.
Apakah motivasi dan kedisiplinan berpengaruh terhadap kinerja,
terhadap variabel dependen. Langkah-langkah dalam pengujian ini
adalah sebagai berikut :
1) Perumusan hipotesis
1 1 . 0 :b
H = 0, motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja.
0 : 1
1 . b
Ha , motivasi berpengaruh terhadap kinerja.
2 2 . 0 :b
H = 0, kedisiplinan tidak berpengaruh terhadap kinerja.
0 : 2
2 . b
Ha , kedisiplinan berpengaruh terhadap kinerja.
2) Menentukan nilai kritis (level of significance(α))
Nilai kritis dalam hal pengujian hipotesis terhadap
koefisien regresi dapat ditentukan dengan tabel distribusi normal
dengan memperhatikan tingkat signifikan (α). Dipilih level of
significance (α) = 5% artinya taraf kesalahan atau taraf kekeliruan hanya 5%, sedangkan besarnya derajat kebebasan
(dk) dicari dengan rumus n-1-k diman n adalah besarnya sampel
dan k adalah banyaknya variabel bebas. Dengan menggunakan
3) Menentukan nilai t hitung masing-masing koefisien regresi
Sb
b
t
Dimana :
t = distribusi t dengan derajat kebebasan sebesar n-k
b = koefisien regresi sampel
β = koefisien regresi populasi
Sb = standar error koefisien regresi sampel
4) Menentukan kriteria pengujian
Jika
t
hitung >t
tabel, maka dapat diartikan bahwa hipotesisalternatif diterima dengan kata lain H0 ditolak dan Ha
diterima. Hal ini dapat diartikan sebagai variabel-variabel
penelitian yaitu: motivasi dan kedisiplinan secara parsial
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja. Jika
tabel hitung
t
t
, maka hipotesis alternatif ditolak atau dengankata lain H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini dapat diartikan
bahwa variabel-variabel penelitian motivasi dan kedisiplinan,
secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja. Secara
Hipotesis nol ditolak bila :
t
hitung >t
tabelHipotesis nol diterima bila :
t
hitung≤t
tabelb. Pengujian dengan uji F
Uji F digunakan untuk menguji hipotesis simultan. Secara
ringkas dapat dituliskan apakah motivasi dan kedisiplinan
berpengaruh secara simultan terhadap kinerja. Langkah-langkah
dalam uji F adalah sebagai berikut :
1) Perumusan hipotesis
Ho: b1 = b2 = b3 = b4 = 0, maka motivasi dan kedisiplinan
tidak berpengaruh secara simultan terhadap kinerja.
Ho: b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0, maka motivasi dan kedisiplinan
berpengaruh secara simultan terhadap kinerja.
2) Menentukan nilai kritis dalam distribusi F dengan tingkat
signifikan (α) sebesar 5% dengan derajat kebebasan df
pembilang (numerator) sebesar k-1 dan df penyebut
3) Menghitung nilai F hitung, dengan rumus :
1
/
1
/
2 2
k
n
R
k
R
F
Dimana :
F = harga F baris yang dicari
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas dan variabel terikat
R = koefisien korelasi
4) Kriteria penerimaan dan penolakan
Jika
F
hitung >F
tabel, maka dapat diartikan bahwa hipotesisalternatif diterima atau dengan kata lain H0 ditolak dan Ha
diterima. Hal ini dapat diartikan bahwa motivasi dan
kedisiplinan secara simultan berpengaruh secara