• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYA DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYA DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAM PEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYA DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

oleh :

Ely Satiyasih Rosali NIM. 1201144

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Halaman Pengesahan

ELY SATIYASIH ROSALI

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAM PEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYA DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing :

Pembimbing I

PROF. DR. Darsiharjo, M. S.

NIP. 196209211986030155

Pembimbing II

PROF. DR. IR. Dede Rohmat, MT.

NIP. 196406031989031001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Geografi

PROF. DR. Hj. Enok Maryani, M.S.

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rildla, rahmat dan pertolongan-Nya, tesis yang berjudul “Peranan Pembelajaran Geografi dalam Pemahaman Bencana Gunungapi dan Mitigasinya

di Kalangan Peserta Didik SMA Kabupaten Garut” dapat penulis selesaikan. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar magister

pendidikan dalam bidang Pendidikan Geografi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia (SPs) UPI Bandung.

Penyusunan tesis ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa Kabupaten

Garut memiliki dua buah gunungapi aktif yaitu Gunung Guntur dan Gunung

Papandayan yang suatu saat bisa meletus dan dapat menimbulkan bencana bagi

penduduk disekitarnya. Berdasarkan hasil observasi, mayoritas peserta didik yang

bersekolah di daerah rawan bencana letusan kedua gunungapi tersebut tidak

mengetahui bahwa Gunungapi yang selama ini dalam posisi “tidur” suatu saat akan beraktivitas dan menimbulkan bencana.

Pengetahuan mengenai bencana gunungapi terintegrasi pada mata

pelajaran geografi terutama di Sekolah Menengah Atas. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui peranan pembelajaran geografi dalam memberikan pemahaman

kepada peserta didik mengenai bencana gunungapi dan upaya untuk mengurangi

risiko (mitigasi)nya dapat dilakukan. Dengan penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan informasi dan masukan bagi guru terutama agar pembelajaran

geografi dapat benar – benar memberikan pemahaman kepada siswa mengenai bagaimana dapat hidup serasi dengan alam.

Bandung, Juli 2015

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan tesis ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bimbingan,

do’a dan dorongan semangat, serta bantuan dari berbagai fihak baik moril maupun

materil dari awal hingga akhir. Penulis mengucapkan terimakasih yang tak

terhingga kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Prof. Dr. Darsiharjo, M.S. selaku Pembimbing Akademik sekaligus

Pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu, didikan,

bimbingan, dan arahan, semangat dan nasehat yang sangat berharga bagi

penulis selama menjadi mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi dan

dalam penyusunan tesis ini.

3. Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT. Selaku Pembimbing yang telah meluangkan

waktu, memberikan ilmu, didikan, bimbingan, dan arahan, semangat dan

nasehat yang sangat berharga bagi penulis selama menjadi mahasiswa

Program Studi Pendidikan Geografi dan dalam penyusunan tesis ini.

4. DR. Mamat Ruhimat, M.Pd. yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan

arahan bagi penulis dalam menyelesaikan penyusunan tesis ini.

5. Staff pengajar dan sekretaris di Program Studi Pendidikan Geografi Sekolah

Pascasarjana (SPs) Universitas Pendidikan Indonesia.

6. Ibunda tercinta dan keluarga besar yang tidak lelah memberikan do’a, dan dukungan baik moril maupun materiil.

7. Teman – teman angkatan 2012 yang tidak bosan memberikan dorongan semangat.

8. Rekan – rekan di Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Siliwangi atas dorongan semangat untuk melanjutkan studi kepada penulis.

9. Kepala BPBD, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala BAPPEDA, Kepala Badan

Kesatuan Bangsa, Kepala Pos Pengamatan Guntur, Kepala Pos Pengamatan

Papandayan, Kepala Sekolah, Guru dan siswa di : SMAN 1, SMAN 2,

(5)

SMAN 23, SMAN 24, dan SMAN 25 Garut atas bantuannya selama penulis

melakukan penelitian.

10. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Siliwangi

Tasikmalaya yang telah memberikan semangat, do’a dan bantuan selama penulis menyelesaikan tesis ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis memohon ridho dan

keikhlasannya, semoga amal baik yang telah diberikan mendapat balasan pahala

yang berlipat dari Allah SWT, Amin.

Bandung, Juli 2015

(6)

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAM PEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYA DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Ely Satiyasih Rosali (NIM. 1201144)

Pembimbing :

1. Prof. DR. Darsiharjo, MS. 2. Prof. DR. Dede Rohmat, MT.

ABSTRAK

Penelitian dilatarbelakangi oleh keberadaan Kabupaten Garut yang memiliki potensi risiko bencana peringkat pertama di Indonesia. Sebanyak 21.576 hektar (7,02%) daerah Garut rawan terkena dampak bencana letusan gunungapi. Daerah rawan bencana perlu disosialisasikan terhadap masyarakat termasuk peserta didik untuk meminimalisir risiko. Geografi dipandang sebagai mata pelajaran yang mampu memberikan pemahaman mengenai bencana dan mitigasinya. Penelitian ini dilakukan pada 195 orang peserta didik di 10 SMA yang berada di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi di Kabupaten Garut, dengan tujuan untuk (1) mengetahui pemahaman peserta didik mengenai bencana gunungapi dan mitigasinya (2) mengkaji proses pembelajaran geografi dan kaitannya dengan mitigasi bencana gunungapi (3) mengukur besarnya peranan pembelajaran geografi terhadap pemahaman peserta didik mengenai bencana gunungapi dan mitigasinya. Data dikumpulkan berdasarkan observasi, wawancara, studi dokumentasi, soal pemahaman serta kuesioner. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan pendekatan kuantitatif menggunakan analisis regresi linier berganda dengan formula Y = a + b1X1+b2X2...bnXn. Berdasarkan

temuan dapat disimpulkan bahwa (1) Pemahaman peserta didik mayoritas (19%) berada pada tingkatan menafsirkan (interpreting) (2) Proses pembelajaran geografi dipengaruhi sebanyak 30% oleh bahan ajar yang digunakan. (3) Pembelajaran geografi memberikan kontribusi sebesar 62,7% terhadap pemahaman peserta didik mengenai bencana gunungapi dan mitigasinya dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

(7)

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iii

ROLE OF LEARNING IN GEOGRAPHY

UNDERSTANDING AND VOLCANIC DISASTERS MITIGATION AMONG STUDENTS SMA DISTRICT GARUT

Ely Satiyasih Rosali (NIM. 1201144) Supervisor:

1. Prof. DR. Darsiharjo, MS. 2. Prof. DR. Dede Rohmat, MT.

ABSTRACT

The background research by the presence of Garut regency which has the potential disaster risk ranked first in Indonesia. A total of 21 576 hectares (7.02%) Garut areas prone to volcanic eruptions affected. . Disaster-prone areas need to be disseminated to the public, including learners to minimize risk. Geography seen as subjects who are able to provide an understanding of the disaster and its mitigation. This research was conducted on 195 students at 10 high schools located in the area of Disaster Risk volcano in Garut regency, with the aim to (1) know the students understanding about volcanic disasters and mitigation (2) assessing the learning process of geography and its relation to mitigation of volcanic disasters (3) to measure the magnitude of the role of teaching geography to the understanding of learners about volcanic disasters and mitigation. Data collected by observation, interview, documentation study, about understanding and questionnaires. The method used in this study is a survey with quantitative approach using multiple linear regression analysis with the formula Y = a + b1x1 + b2X2 ... bnXn. Based on the findings it can be concluded that (1) An understanding of learners majority (19%) had a level interpreting (2) The learning process is influenced geography as much as 30% by the teaching materials used. (3) Learning geography accounted for 62.7% of the students understanding about volcanic disasters and mitigation and the rest influenced by other factors.

(8)

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 11

C. Tujuan Penelitian... 11

D. Manfaat Penelitian... 12

E. Sistematika Penulisan... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat dan Peranan Pendidikan...

1. Hakikat Pendidikan...

4. Tujuan Mata Pelajaan Geografi

17

17

23

23

25

C. Pemahaman Bencana Gunungapi dan Mitigasinya...

1. Pengertian pemahaman...

2. Bencana Gunungapi dan Mitigasinya...

a. Kriteria Bencana...

28

28

31

(9)

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

D. Hipotesis Penelitian... 48

E. Definisi Operasional... 48

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian...

B. Populasi dan Sampel Penelitian...

1. Populasi...

2. Sampel...

C. Variabel penelitian...

D. Teknik Pengumpulan Data...

E. Uji Coba Instrumen...

1. Uji Validitas Butir Soal...

2. Uji Reliabilitas Soal...

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Daerah Penelitian...

(10)

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

5. Keadaan Penduduk...

B. Deskripsi Wilayah Bencana Gunungapi di Kabupaten

Garut...

1. Potensi Bencana Gnungapi Guntur...

2. Potensi Bencana Gnungapi Papandayan...

C. Hasil Penelitian...

1. Karakteristik Responden Peserta Didik...

2. Karakteristik Responden Guru...

3. Deskripsi Data...

a. Pemahaman Peserta Didik Mengenai Bencana

Gunungapi...

b. Pembelajaran Geografi Mengenai Bencana

Gunungapi dan Mitigasinya...

1) Pembelajaran yang Berkaitan dengan Media

Pembelajaran (X1)...

2) Pembelajaran yang Berkaitan dengan Sumber

Pembelajaran (X2)...

3) Pembelajaran yang Berkaitan dengan Bahan

Pembelajaran (X3)...

4) Pembelajaran yang Berkaitan dengan Mtode

Pembelajaran (X4)...

5) Pembelajaran yang Berkaitan dengan Proses

Pembelajaran (X1)...

4. Analisis Data...

a. Uji Normalitas Data...

b. Uji Homogenitas Data...

c. Uji korelasi antara Pembelajaran Geografi dengan

Pemahaman Peserta didik...

1) Korelasi antara Media Pembelajaran (X1)

dengan Pemahaman Peserta didik...

2) Korelasi antara Sumber Pembelajaran (X2)

(11)

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x

dengan Pemahaman Peserta didik...

3) Korelasi antara Bahan Pembelajaran (X3))

dengan Pemahaman Peserta didik...

4) Korelasi antara Metode Pembelajaran (X4)

dengan Pemahaman Peserta didik...

5) Korelasi antara Proses Pembelajaran (X1)

dengan Pemahaman Peserta didik...

d. Uji Regresi...

1) Analisis Korelasi Ganda...

2) Analisis determinasi (R2)... a) Peranan Media Pembelajaran (X1)

terhadap Pemahaman Peserta Didik...

b) Peranan Sumber Pembelajaran (X2)

terhadap Pemahaman Peserta didik...

c) Peranan Bahan Pembelajaran (X3)

terhadap Pemahaman Peserta didik...

d) Peranan Metode Pembelajaran (X4)

terhadap Pemahaman Peserta didik...

e) Peranan Proses Pembelajaran (X2)

terhadap Pemahaman Peserta didik...

3) Uji koefisien Regresi secara Bersama – sama

(Uji F)...

4) Uji koefisien Regresi secara Parsial (Uji t) ...

a) Uji koefisien Regresi Media Pembelajaran

(X1) terhadap Pemahaman Peserta Didik...

b) Uji koefisien Regresi Sumber

Pembelajaran (X2) terhadap Pemahaman

Peserta didik...

c) Uji koefisien Regresi Bahan Pembelajaran

(X3) terhadap Pemahaman Peserta didik....

d) Uji koefisien Regresi Metode

(12)

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xi

Pembelajaran (X4) terhadap Pemahaman

Peserta didik...

e) Uji koefisien Regresi Proses Pembelajaran

(X2) terhadap Pemahaman Peserta Didik....

5) Persamaan Regresi...

e. Uji Hipotesis Penelitian...

D. Pembahasan Hasil Penelitian...

128

129

130

132

135

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan... 139

B. Implikasi dan Keterbatasan... 140

C. Rekomendasi... 140

DAFTAR PUSTAKA... 142

LAMPIRAN – LAMPIRAN... 147

(13)

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

1.1 Data dan jumlah kejadian bencana di Kabupaten Garut

tahun 2003 – 2013... 3

2.1 Tindakan kewaspadaan Masyarakat Berdasarkan Aktivitas Gunungapi... 43

2.2 Tingkat Aktivitas Gunungapi di Indonesia... 44

3.1 SMA di Kawasan Rawan Bencana Gn.Guntur... 51

3.2 SMA di Kawasan Rawan Bencana Gn.Papandayan... 52

3.3 Jumlah Siswa Pada KRB Gunungapi Kab. Garut... 58

3.4 Sampel Peserta Didik KRB Papandayan... 59

3.5 Sampel Peserta Didik KRB Guntur... 59

3.6 Kisi – Kisi Soal Pemahaman Peserta Didik... 67

3.7 Kisi – kisi kuesioner Pembelajaran... 68

3.8 Hasil Uji Validitas Instrumen... 65

3.9 Hasil Uji Reabilitas Instrumen... 69

3.10 Kriteria Indeks Kesukaran ... 69

3.11 Hasil Uji Tingkat Kesukaran soal... 70

3.12 Kriteria Indeks Daya Pembeda... 71

3.13 Hasil Uji Daya Beda Soal Pemahaman... 72

3.14 Kriteria Kekuatan Korelasi antar Variabel... 76

4.1 Luas Wilayah Kabupaten Garut Menurut Ketinggian... 80

4.2 Luas Wilayah Kabupaten Garut Menurut Kemiringan Lereng... 80

(14)

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xiii

4.5 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin... 84

4.6 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian... 84

4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 84

4.8 Sejarah Letusan gunungapi Guntur... 87

4.9 Rekaman Aktivitas Gunungapi papandayan... 90

4.10 Tingkat Pendidikan Orangtua Peserta Didik KRB.Guntur... 91

4.11 Tingkat Pendidikan Orangtua Peserta Didik KRB Papandayan... 92

4.12 Jenis Pekerjaan Orangtua Peserta Didik KRB Guntur... 94

4.13 Jenis Pekerjaan Orangtua Peserta Didik KRB Papandayan... 94

4.14 Data Tingkat Pendapatan Orangtua Peserta Didik KRB Gunungapi Kab. Garut... 96

4.15 Interval Tingkat Pendapatan Orangtua Peserta Didik KRB Gunungapi Kab. Garut... 96

4.16 Persentase Kategori Tingkat Pendapatan Orangtua Peserta Didik KRB Gunungapi Kab. Garut... 97

4.17 Skor Pemahaman Peserta Didik... 99

4.18 Persentase Perolehan Nilai Pemahaman Peserra Didik... 100

4.19 Tingkat Pemahaman Peserta Didik Berdasarkan Indikator 101 4.20 Data pembelajaran peserta Didik... 103

4.21 Skor Pembelajaran Peserta Didik Berdasarkan Indikator... 103

4.22 Hasil uji Normalitas Data... 110

4.23 Hasil Uji Homogenitas Data... 111

4.24 Hasil Uji Korelasi antar Variabel Penelitian... 112

4.25 Kriteria Tingka Keeratan Korelasi Antar Variabel... 113

4.26 Hasil uji Korelasi Media Pembelajaran dengan tingkat Pemahaman... 114

(15)

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xiv

4.28 Hasil uji Korelasi Bahan Pembelajaran dengan tingkat

Pemahaman... 116

4.29 Hasil uji Korelasi Metode Pembelajaran dengan tingkat Pemahaman... 117

4.30 Hasil uji Korelasi Proses Pembelajaran dengan tingkat Pemahaman... 119

4.31 Hasil Analisis Korelasi Ganda... 120

4.32 Hasil Analisis Determinasi... 121

4.33 Koefisien Determinasi Variabel Media Pembelajaran... 122

4.34 Koefisien Determinasi Variabel Sumber Pembelajaran... 122

4.35 Koefisien Determinasi Variabel Bahan Pembelajaran... 123

4.36 Koefisien Determinasi Variabel Metode Pembelajaran... 124

4.37 Koefisien Determinasi Variabel Proses Pembelajaran... 124

4.38 Hasil Uji Regresi secara Bersama - sama (Uji F) ... 125

4.39 Hasil Uji Regresi secara Parsial (Uji t)... 126

(16)

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

1.1 Siklus Penanggulangan Bencana... 7

2.1 Hubungan Komponen – Komponen Pembelajaran... 23

2.2 Alur Informasi Penanggulangan Bencana Gunungapi... 46

3.1 Peta Kawasan rawan Bencana Gunung Papandayan... 53

3.2 Kawasan Rawan Bencana Gunung Guntur... 54

3.3 Peta Sebaran Sampel KRB Papandayan... 56

3.4 Peta Sebaran Sampel KRB Guntur... 57

3.5 Variabel Penelitian... 60

3.6 Bagan Alur Penelitian... 78

4. 1 Diagram persentase Tingkat Pendidikan Orangtua Peserta Didik KRB Guntur... 92

4.2 Diagram persentase Tingkat Pendidikan Orangtua Peserta Didik KRB Papandayan... 93

4.3 Diagram persentase Jenis Pekerjaan Orangtua Peserta Didik KRB Guntur... 95

4.4 Diagram persentase Jenis Pekerjaan Orangtua Peserta Didik KRB Papandayan... 95

4.5 Diagram Persentase Tingkat Pendapatan orangtua Peserta Didik... 97

(17)

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xvi

4.7 Diagram Persentase Variabel Pendukung Pembelajaran

Peserta didik... 104

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Lampiran Halaman 1 Gambar Sekolah Sampel Penelitian... 147

2 Gambar Suasana Pengisian Soal dan Kuesioner oleh Responden... 148

3 Dokumentasi Observasi... 149

4 Instrumen Penelitian Soal Pemahaman Materi Kegunungapian... 150

5 Instrumen Penelitian Kuesioner pembelajaran untuk Peserta Didik... 155

6 Instrumen Penelitian Kuesioner Pembelajaran untuk Guru 158 7 Output Uji Validitas dan Reliabilitas instrumen Penelitian... 160

8 Output Uji Normalitas dan Homogenitas Data... 162

9 Karakteristik Sampel Peserta Didik... 167

10 Karakteristik Responden Guru... 172

11 Output Hasil Pengolahan Data Karakteristik Responden Guru... 173

(18)

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xvii

Peserta Didik...

13 Skor Nilai Pemahaman Peserta Didik... 179

14 Skor Nilai Pembelajaran Peserta Didik... 187

15 Output Data Variabel Pemahaman Peserta didik... 193

16

Output Perhitingan frekuensi variabel Media

Pembelajaran (X1)... 201

17

Output Perhitingan frekuensi variabel Sumber

Pembelajaran (X2)... 204

18

Output Perhitingan frekuensi variabel Bahan

Pembelajaran (X3)... 208

19

Output Perhitingan frekuensi variabel Metode

Pembelajaran (X4)... 210

20

Output Perhitingan frekuensi variabel proses

Pembelajaran (X5)... 212

21 Output Hasil Perhitungan Uji Korelasi... 214

22

Output Uji Analisis Regresi Pembelajaran terhadap

Pemahaman Peserta Didik... 218

23

Output Uji Analisis Regresi Peranan Media pembelajaran

terhadap Pemahaman Peserta Didik... 221

24

Output Uji Analisis Regresi Peranan Sumber

Pembelajaran terhadap Pemahaman Peserta Didik... 223

25

Output Uji Analisis Regresi Peranan Bahan Ajar terhadap

Pemahaman Peserta Didik... 226

26

Output Uji Analisis Regresi Peranan Metode

Pembelajaran terhadap Pemahaman Peserta Didik... 229

27

Output Uji Analisis Regresi Proses Pembelajaran

(19)

1

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3

(tiga) lempeng tektonik, yaitu lempeng Euro-Asia di bagian Utara, Lempeng

Indo-Australia di bagian Selatan, dan lempeng samudera Pasifik di bagian Timur.

Penunjaman (subduksi) lempeng Indo-Australia yeng bergerak relatif ke Utara

dengan lempeng Euro-Asia yang bergerak ke selatan mengakibatkan jalur gempa

bumi dan rangkaian gunungapi aktif sepanjang pulau Sumatera, Pulau Jawa, Bali,

dan Nusa Tenggara sejajar dengan jalur penunjaman kedua lempeng. Kondisi

tersebut membawa konsekuensi logis bahwa Indonesia merupakan negara yang

memiliki tingkat kerawanan bencana alam yang tinggi terutama gempa bumi dan

letusan gunungapi (Pribadi,2008, hlm.7).

Menurut Sutawidjaya (2013, hlm.71), Indonesia merupakan negara dengan

gunungapi terbanyak di dunia. Setidaknya terdapat 500 kerucut gunungapi, 129

diantaranya merupakan gunungapi aktif dan tersebar di jalur gunungapi sepanjang

7000 km yang membentang dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggrara,

Banda hingga Halmahera dan Sulawesi Utara. Dari 129 buah gunungapi yang ada

di Indonesia, 35 buah terdapat Pulau Jawa dan 7 diantaranya berada di Jawa

Barat. Hal tersebut menjadikan Jawa Barat sebagai Provinsi dengan kerentanan

tinggi terhadap bencana geologi khususnya letusan gunungapi. Peraturan Daerah

(PERDA) No.22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Provinsi Jawa Barat 2009-2029 Pasal 35 tentang Kawasan Rawan Bencana Alam

Geologi butir b, poin 1 menjelaskan bahwa :

(20)

2

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan Kabupaten Bandung; dan h) Kawasan Gunung Galunggung terletak di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Garut;

Bila dicermati pada butir Peraturan Daerah (PERDA) No.22 Tahun 2010

diatas, terlihat bahwa Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang

rawan terhadap bencana geologi yaitu bencana letusan gunungapi. Kabupaten

Garut memiliki dua buah gunungapi aktif yaitu Gunung Guntur yang berada di

wilayah Kecamatan Tarogong Kaler, Leles dan Samarang, dan Gunung

Papandayan yang berada di wilayah Kecamatan Cisurupan. Berdasarkan PERDA

tersebut, Garut juga bukan hanya berpotensi terkena dampak bencana letusan dari

Guntur dan papandayan, namun juga berpotensi terkena dampak letusan Gunung

Galunggung yang terletak di Kabupaten Tasikmalaya.

Temuan lain mengenai keberadaan gunungapi khususnya di Kabupaten

Garut dikemukakan oleh Bahtiar (2013, hlm.102). Menurutnya, Jawa Barat bukan

hanya memiliki tujuh gunungapi aktif tipe A dan B seperti dijelaskan sebelumnya,

namun masih memiliki lima gunungapi tipe C yang dua diantaranya berada di

wilayah kabupaten Garut yaitu Kawah Kamojang dan Kawah Karaha. Dengan

memperhatikan PERDA dan pendapat diatas, maka Kabupaten Garut selain

berpotensi terkena dampak letusan dari Papandayan, Guntur, dan Galunggung,

juga berpotensi terlanda bahaya letusan gunungapi dari dua buah gunungapi tipe

C yaitu Kawah Kamojang dan Kawah Karaha.

Kabupaten Garut memiliki potensi terdampak berbagai jenis bencana.

Potensi ancaman bencana yang sudah ada di Kabupaten Garut akan semakin

membesar seiring meningkatnya kerentanan masyarakat. Berbagai persoalan

mendasar yang dihadapi Kabupaten Garut seperti perekonomian, pendidikan,

pengelolaan lingkungan hidup dan penataan ruang mendorong masyarakat

menjadi lebih rentan terhadap ancaman bencana. Menurut BPBD Garut (2015),

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tahun 2011, memberi kota

Garut angka 139 untuk kota dengan indeks kerawanan bencana tinggi. Angka ini

yang tertinggi di Indonesia, mengalahkan 493 kota/kabupaten lainnya. Dengan

kata lain, Garut dianggap sebagai kota paling rentan bencana di Indonesia

mengalahkan Kota Banda Aceh yang pernah dilanda tsunami hebat pada

(21)

3

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indeks Rawan Bencana Indonesia disusun berdasarkan riwayat nyata

kebencanaan yang terjadi dan menimbulkan kerugian dalam kurun 1815-2011.

Pengukuran yang dilakukan IRBI didasarkan pada data terkait jenis bencana,

yaitu: abrasi, banjir, epidemi, gempa bumi, gunungapi, kebakaran gedung dan

pemukiman, kebakaran hutan dan lahan, kegagalan teknologi, kekeringan, konflik

sosial, longsor, puting beliung, tsunami. Sedangkan beberapa parameter yang

dipakai di antaranya jumlah kejadian bencana, jumlah korban meninggal dan luka,

kepadatan penduduk, serta kerusakan rumah dan infrastruktur. Berikut tabel 1.1

mengenai rekaman kejadian bencana di Kabupaten Garut 10 tahun terakhir:

Tabel 1.1

Jenis Dan Jumlah Kejadian Bencana di Kabupaten Garut 2003 - 2013

JENIS BENCANA JUMLAH KEJADIAN

Banjir 17

Kebakaran hutan dan lahan 11

Kebakaran Gedung dan Pemukiman 461

Gelombang pasang / abrasi 2

Gempa bumi 2

yang rawan terhadap bencana bencana geologi. Tanah longsor merupakan

bencana geologi yang paling sering terjadi di kabupaten Garut dalam sepuluh

tahun terakhir.

Data terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten Garut menunjukkan bahwa hingga April 2015 tercatat 42 kejadian

yang meliputi bencana tanah longsor (29 kejadian), angin puting beliung (8

kejadian) dan banjir (5 kejadian). Namun dari sederet ancaman bencana seperti

dijelaskan diatas, letusan Gunung Papandayan dan Gunung Guntur yang paling

menghawatirkan. Walaupun intensitasnya paling sedikit dibanding bencana yang

(22)

4

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Apabila kedua gunung ini meletus, maka 2,4 juta penduduk atau setengah dari

total populasi penduduk Garut yang tersebar di 12 kecamatan akan terdampak.

Tekait dengan bencana letusan gunungapi, sejarah mencatat bahwa pernah

terjadi letusan gunungapi yang menelan korban jiwa di Kabupaten Garut. Letusan

Gunung Papandayan tahun 1772 menewaskan 2.951 korban jiwa. Setelah itu,

Papandayan pernah memperlihatkan aktivitasnya papa tahun 1993, 1998, 2002

dan terakhir pada tahun 2013. Pada 13 - 20 November tahun 2002, Papandayan

mengalami erupsi besar. Akibat dari erupsi ini terjadi longsoran pada dinding

kawah Nangklak dan banjir disepanjang aliran sungai Cibeureum Gede hingga ke

sungai Cimanuk sejauh 7 km, merendam beberapa unit rumah dan menyebabkan

erosi besar sepanjang alirannya. Aktifitas kemudian menurun pada tanggal 21

Desember, dan terjadi lagi peningkatan aktivitas pada tahun 2013 namun tidak

menimbulkan erupsi.

Kabupaten Garut memiliki dua buah gunungapi aktif yang berpotensi

menimbulkan bencana geologi yaitu Gunung Papandayan dan Gunung Guntur.

Gunung Guntur adalah merupakan satu dari 4 buah gunungapi yang paling

berbahaya di Pulau Jawa (Sastradihardja, 2010, hlm.43). Dari keempat gunungapi

yang paling berbahaya itu, 3 diantaranya yaitu : Gunung Merapi di Yogyakarta,

Gunung Kelud di Kediri dan Gunung Krakatau di Selat Sunda, adalah gunungapi

yang paling sering menunjukkan aktivitasnya disamping Gunung Guntur.

Walaupun jumlah korban tidak tercatat secara pasti, namun Guntur pernah

memperlihatkan aktivitasnya sebanyak 22 kali pada kurun waktu tahun 1690

sampai 1847.

Setelah mengalami masa istirahat yang sangat panjang, Gunung Guntur

kembali memperlihatkan aktivitasnya pada 8 September tahun 2013. Walaupun

tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi sejumlah infrastruktur mengalami

kerusakan. Potensi letusan gunungapi Guntur yang sedang berada dalam fase

istirahat dijelaskan oleh Tjetjep (2013, hlm.3), sebagai berikut :

“Masa istirahat (dormant) yang mencapai 166 tahun hingga saat ini

(23)

5

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tinggi dengan kecepatan lebih dari 100 km per jam, jauh lebih berbahaya dibanding dengan aliran lava yang mengalir ketika masih membara”. Beberapa gunungapi yang pada awalnya diperkirakan sudah tidak aktif

karena terlalu lama beristirahat ternyata mengalami erupsi. Menurut Sudrajat

(2013, hlm. 4). Duapuluh tahun yang lalu, kawasan Asia Pasifik digemparkan

dengan meletusnya secara berturut – turut beberapa gunungapi. Gunung Unzen di

Jepang yang sudah beristirahat selama 30 tahun dan Gunung Pinatubo di Filipina

yang sudah tidak menunjukkan aktivitasnya lebih dari 600 tahun, telah

menyemburkan batuan pijar dan menyebabkan jatuhnya korban jiwa manusia.

Masa krisis letusan Gunung Pinatubo berlangsung selama 5 bulan. Pada

Desember 1998, gunungapi di Belantara Halmahera, Gunung Ibu tiba- tiba

meletus. Gunung ini tidak dikenal dan tidak dipantau sebelumnya karena di duga

sebagai gunung tipe B, yaitu gunungapi dengan kegiatan solfatara dan tidak ada

kabar tentang letusannya sejak tahun 1600. Fenomena menarik diperlihatkan oleh

gunungapi tipe B lain yaitu Gunung Sinabung yang terletak di Sumatera Utara.

Gunung Sinabung tiba – tiba meletus pada tanggal 27 Agustus tahun 2010.

Setelah jeda selama tiga tahun, Sinabung kembali meletus pada 15 September

2013 dan aktivitas vulkanismenya masih berlangsung sampai sekarang. Kejadian – kejadian tersebut membuka mata para ahli bahwa gunungapi tipe B pun masih bisa meletus bahkan disertai dengan masa krisis yang berlangsung lebih lama.

Pada umumnya orang menganggap bahwa gunungapi tidak berbahaya

karena sudah beratus tahun tidak pernah meletus lagi. Hal itu pula yang terjadi

dengan penduduk di sekitar kaki Gunung Guntur. Masa istirahat panjang

membuat penduduk tidak sadar dengan ancaman bahaya Gunung Guntur. Menurut

Arif (2013, hlm.193), Penduduk tidak memiliki pengalaman menghadapi letusan

gunungapi karena hampir selama dua generasi tidak pernah menyaksikan Guntur

meletus. Mereka berpikir gunungapi ini telah padam sehingga mereka merasa

aman dan terlena dengan suguhan air hangat dan udara sejuk yang

dipersembahkan oleh Guntur. Mereka cenderung untuk memperlakukan

gunungapi itu sebagaimana layaknya tempat lain yang tidak berbahaya.

Keputusan masyarakat untuk tetap tinggal di area yang tergolong sangat

dekat dengan Guntur dan Papandayan tidak mengherankan. Sebagai makhluk

(24)

6

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempertimbangkan risiko yang ada. Menyadarkan masyarakat atas kemungkinan

terjadinya bencana yang datangnya sewaktu – waktu bukanlah hal yang mudah.

Masyarakat lupa akan bencana yang mengancam kehidupannya, dan tujuan

ekonomi menjadi hal terpenting. Mengenai hal tersebut, Supianto (2014 hlm.3),

berpendapat bahwa :

“Umumnya, warga yang tinggal di daerah rawan bencana itu merupakan orang-orang yang termarjinalkan (terpinggirkan) secara ekonomi, sosial, dan politik. Mereka tidak memiliki daya saing yang tinggi untuk dapat bertempat tinggal di daerah yang aman dari bencana. Misalnya harga properti atau sewa rumah di daerah yang aman bencana itu relatif lebih mahal, padahal penghasilan mereka jauh dari cukup. Karena itu warga yang tinggal di daerah rawan bencana lebih memilih resiko karena tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk tinggal di pusat kota yang aman, daripada harus tinggal di lereng-lereng gunung atau bantaran sungai. Ketika daya saing ekonomi masyarakat di daerah rawan bencana meningkat, mereka tentu memiliki alternatif untuk mencari tempat tinggal yang lebih aman dari bencana”

Pilihan untuk hidup berdampingan dengan bencana tidak dapat

mengesampingkan keselamatan. Informasi mengenai bahaya letusan gunung api

dan bagaimana cara menyelamatkan diri ketika bencana terjadi mutlak diperlukan.

Semakin banyak informasi, semakin baik penilaian seseorang terhadap risiko.

Bencana dan segala resikonya merupakan suatu yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan kita, begitupun dengan ancaman dari letusan gunung

api yang sulit diprediksikan kapan akan terjadi. Selama ini bencana datang selalu

diiringi dengan korban jiwa, yang kadangkala dalam jumlah yang sangat banyak.

Korban yang jatuh dalam jumlah yang banyak diakibatkan karena manusia tidak

mengenali adanya tanda – tanda alam sebelum bencana itu datang sehingga tidak

bisa menghindar. Hal yang sama terjadi ketika bencana datang seringkali

masyarakat tidak siap dan tidak tahu harus berbuat apa sehingga tidak mampu

menyelamatkan diri. Pengetahuan masyarakat tentang adanya peringatan bencana

dan tindakan – tindakan yang harus dilakukan jika terjadi letusan gunungapi

mempunyai peran penting dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam

menghadapi bencana.

Bercermin dari bencana Sinabung di Sumatera Utara yang terjadi beberapa

waktu lalu, masyarakat yang bermukim di Dataran Tinggi Karo yang sudah

(25)

7

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dibekali pengetahuan yang cukup mengenai kebencanaan mengalami kebingungan

ketika Sinabung Meletus. Masyarakat bingung serta tidak faham harus berbuat

apa dan harus kemana. Padahal hal tersebut sebenarnya dapat diantisipasi sedini

mungkin melalui upaya kesiapsiagaan yang dilakukan masyarakat sebagai objek

sekaligus subjek dalam menghadapi bencana letusan gunungapi. Pemahaman

kebencanaan bagi masyarakat di kaki gunung menjadi mutlak untuk dimiliki agar

akibat yang ditimbulkan dapat diminimalisir. Pemahaman dan keterampilan

berprilaku dalam mencegah, mendeteksi, mengantisipasi bencana secara efektif

dapat diawali dengan mengkotruksi berbagai pengetahuan, sikap dan keterampilan

hidup, yang diberikan secara sadar kepada masyarakat, dalam menyikapi

terjadinya bencana. Upaya untuk meminimalisir risiko bencana dikenal dengan

istilah mitigasi.

Dalam Undang – undang No.24 Tahun 2007 dikatakan bahwa mitigasi

bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui

pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana meliputi aktivitas dan

tindakan-tindakan perlindungan yang dapat diawali dari persiapan sebelum bencana itu

berlangsung, dan menilai bahaya bencana. Lebih lanjut, penanggulangan bencana

dapat berupa penyelamatan, rehabilitasi dan relokasi. Penanggulangan bencana

dalam Undang-Undang No.24 tahun 2007 secara skematis dapat digambarkan

sebagai berikut:

BENCANA

KESIAP TANGGAP SIAGAAN DARURAT

MITIGASI REHABILITASI

PENCEGAHAN REKONSTRUKSI

Gambar 1.1 Siklus Penanggulangan Bencana

(26)

8

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bencana muncul ketika ancaman alam, bertemu dengan masyarakat yang

rentan dan mempunyai kemampuan yang rendah atau tidak mempunyai

kemampuan untuk menanggapai ancaman itu. Dampak yang muncul adalah

terganggunya kehidupan masyarakat. Perubahan paradigma mitigasi dari upaya

penanggulangan pasca bencana menjadi siap dan siaga bencana berbasis

masyarakat memiliki pengaruh yang signifikan dalam upaya untuk mengurangi

ancaman, mengurangi kerentanan, meniadakan korban akibat bencana serta

meningkatkan kemampuan dalam menangani bencana. Namun, memberikan

pemahaman kepada masyarakat bukan hanya tanggungjawab satu fihak dalam hal

ini pemerintah, namun menyangkut tanggungjawab bersama. Mengenai hal

tersebut, Maryani (2012, hlm.2) mengatakan bahwa :

“Mitigasi merupakan kewajiban berbagi fihak baik itu para ahli, pemerintah maupun masyarakat secara luas. Pengenalan dan pemahaman bencana, proses terjadinya, manilai tingkat bahaya merupakan pekerjaan para ahli sperti ahli gunungapi, hidrologi, kosmografi, klimatologi, seismologi, geografi, pendidikan dan ahli kemasyarakatan. Pengetahuan, pemahaman, dan kesiapsiagaan perlu disosialisasikan kepada masyarakat agar dapat mengantisipasi, mengatasi dan meminimalkan kerugian secara dini”

Pola pengenalan managemen bencana nampak sangat diperlukan lewat

pendidikan. Hal ini sejalan yang damanatkan oleh Undang-undang No. 24 Tahun

2007, yang menjelaskan bahwa penanggulangan Bencana harus terintegrasi ke

dalam program pembangunan, termasuk dalam sektor pendidikan. Ditegaskan

pula dalam undang-undang tersebut bahwa pendidikan menjadi salah satu faktor

penentu dalam kegiatan pengurangan risiko bencana.

Berdasarkan data kejadian bencana di Kabupaten Garut, aktivitas Gunung

Guntur pada tahun 2013 menyebabkan banyak infrastruktur rusak termasuk

fasilitas pendidikan. Menurut BPBD Kab.Garut (2014, hlm.24), erupsi Gunung

Guntur menyebabkan 151 unit sekolah rusak berat, 31 sekolah rusak sedang dan

19 sekolah mengalami rusak ringan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan

tentang bencana dan pengurangan risiko bencana sangat penting diberikan sejak

dini kepada peserta didik untuk memberikan pemahaman dan pengarahan

langkah-langkah yang harus dilakukan saat ancaman bencana terjadi di

(27)

9

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran mitigasi bencana diharapkan dapat menjadikan peserta didik

memiliki tingkat kesiapsiagaan yang tinggi terhadap bencana alam yang dapat

muncul sewaktu – waktu. Kesiapsiagaan itu sendiri diharapkan dapat disadari oleh

diri sendiri dan pada gilirannya akan disampaikan kepada orang – orang terdekat

terutama keluarga dan kepada orang – orang yang berada di lingkungan tempat

tinggal peserta didik. Sekolah memiliki peran strategis dalam mendidik dan

memberikan materi mitigasi bencana sejak dini yakni mulai dari tingkatan SD,

SMP dan SMA. Sejalan dengan hal tersebut, Bahtiar (2013, hlm.111) mengatakan

bahwa :

“Upaya sosialisasi mitigasi kebencanaan akan sangat efektif bila dilaksanakan melalui persekolahan. Mata Pelajaran pengetahuan Sosial – Geografi, diberikan dikelas VII-IX (SMP/MTs), dan di kelas X – XII (SMA/MA). Peserta didik dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial/Geografi di SMP dan Geografi di SMA diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia dan Warga dunia yang baik dalam konstelasi masyarakat global yang dinamis. Mata pelajaran ini dirancang untuk membangun dan merefleksikan kemampuan peserta didik dalam kehidupan masyarakat yang selalu berkembang secara terus menerus. Kesadaran tindakan dalam menghadapi bencana ini berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakat, bangsa, dan lingkungannya”.

Berdasarkan apa yang dikemukakan diatas, maka Geografi dipandang

sebagai mata pelajaran yang tepat untuk memberikan pemahaman mengenai

bencana dan mitigasinya. Ahmansya (2011, hlm.17), mengutip pendapat James

Fraigrive mengenai fungsi dari ilmu geografi. Menurut Fraigrive, “The function

of geography is to train future citizens, to imagine accurately the conditions of the

great world stage and so help them to think sanely about political and social

problems in the world around. Geografi memiliki nilai edukatif (educational

value) yang dapat mendidik warga negara untuk berfikir kritis dan

bertanggungjawab terhadap kehidupan di dunia. Manusia adalah pelaku yang

penting terhadap perubahan geografi di permukaan bumi. Manusia dapat

mengubah kondisi lingkungannya.

Dalam sejarah pendidikan formal, geografi telah hadir sebagai salah satu

mata pelajaran dalam kurikulum sekolah sejak masa yang sangat awal. Bahkan

(28)

10

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengamati, mengenal atau mengidentifikasi keadaan lingkungan untuk

mendapatkan gambaran atau pengetahuan tentang segala sesuatu yang

dijumpainya dan bermakna dalam dirinya (Suharyono, 2014, hlm.3).

Tujuan pembelajaran geografi di persekolahan sendiri dikemukakan oleh

Daljoeni (1982, hlm.4). Menurutnya, pengajaran geografi di sekolah sebenarnya

mengandung dua tujuan : (1) Tujuan materiil yang artinya mempelajari hal – hal

untuk diketahui belaka sehingga untuk jenis ini dibutuhkan latihan mengingat: (2)

Tujuan formal yang mengandung pengembangan daya cipta, latihan dan sikap

pribadi dan kesediaan melayani masyarakat. Hal ini semua berkaitan erat dengan

didaktik dan metodik khusus geografi yang perlu diketahui oleh guru geografi.

Berkaitan dengan peran guru dalam proses pembelajaran khususnya

geografi, Sumaatmadja (1997, hlm.71) mengemukakan bahwa :

“Guru geografi bukan hanya dituntut untuk mampu mengajar dan belajar, melainkan juga dituntut untuk dapat mengembangkan kemampuan anak didik belajar (learn to learn), mengembangkan anak didiknya mampu belajar memperhatikan (Learning to watch), mengembangkan anak didiknya belajar mendengarkan (learning to listen), dan mengembangkan anak didiknya belajar membaca (learning to read). Intinya, guru geografi berkewajiban mengembangkan kemampuan anak didik untuk belajar sehingga mereka mampu mngembangkan potensinya untuk belajar lebih lanjut, untuk berfikir secara bebas terarah dan krisis kreatif, untuk mencintai tanah air dan dunia pada umumnya melalui bekerja secara kreatif, dan akhirnya mampu hidup sesuai dengan kondisi lingkungan dan masalah yang dihadapi dalam kehidupan ini”.

Mengingat Kabupaten Garut termasuk daerah di atas “pacific ring of fire”,

tentu saja letusan gunungapi dengan skala besar kemungkinan besar akan terjadi

lagi di masa datang, walau waktu dan intensitasnya tidak bisa diprediksikan

dengan pasti. Dengan melihat indikator kepadatan penduduk dan keberadaan

beberapa Sekolah di wilayah tersebut, maka peningkatan pemahaman bahaya

gunungapi perlu diberikan secara terus menerus kepada masyarakat yang berdiam

disekitarnya untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan pada saat

terjadi letusan. Oleh karena itu, Peserta didik sebagai bagian dari masyarakat juga

seyogyanya dibekali pengetahuan mengenai kebencanaan agar memiliki

keterampilan merespon keadaan darurat atau mobilisasi, serta memulai

(29)

11

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Atas dasar latar belakang, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai pembelajaran geografi dan peranannya dalam memberikan pemahaman

kepada peserta didik mengenai bencana letusan gunung api dan mitigasinya.

Penelitian ini ditulis dengan judul “Peranan Pembelajaran Geografi dalam Pemahaman Bencana Gunungapi dan Mitigasinya di Kalangan Peserta Didik SMA Kabupaten Garut”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang dijelaskan diatas, diidentifikasi

beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Pemahaman peserta didik mengenai bencana gunungapi dan

mitigasinya di daerah rawan bencana gunungapi Kabupaten Garut?

2. Bagaimanakah proses pembelajaran geografi mengenai bencana gunungapi

dan mitigasinya di daerah rawan bencana gunungapi Kabupaten Garut?

3. Bagaimanakah Peranan Pembelajaran Geografi terhadap pemahaman peserta

didik mengenai bencana gunungapi dan mitigasinya di Kabupaten Garut?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan beberapa tujuan. Berdasarkan rumusan

masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Mendeskripsikan Pemahaman peserta didik mengenai bencana gunungapi di

Kabupaten Garut

2. Mengkaji proses pembelajaran geografi dan kaitannya dengan bencana

gunungapi dan mitigasinya di daerah rawan bencana gunungapi Garut

3. Mengetahui Peranan Pembelajaran Geografi terhadap pemahaman peserta

didik mengenai bencana gunungapi dan mitigasinya di SMA yang berada

pada Kawasan Rawan Bencana gunungapi di Kabupaten Garut

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

berbagai fihak yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan

(30)

12

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan

khasanah pengetahuan terutama tentang pembelajaran geografi serta peranannya

terhadap pemahaman bencana khususnya letusan gunungapi.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menjadi wahana bagi peneliti dalam

mengaplikasikan ilmu dan kehidupan bermasyarakat dan memperkaya wawasan

untuk pengembangan profesionalisme karir peneliti.

c. Bagi Pemerintah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

pemerintah mengenai pembelajaran geografi dan peranannya terhadap tingkat

pemahaman peserta didik mengenai bencana gunungapi dan mitigasinya. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengambilan kebijakan terutama

mengenai pendidikan dan penanggulangan bencana gunungapi, sehingga apabila

bencana terjadi dapat meminimalisir kerugian harta benda dan jatuhnya korban

jiwa.

E. Sistematika Penulisan

Tesis ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan mulai Bulan Agustus

2014 dengan Kegiatan Observasi, dan dilanjutkan dengan Penelitian lapangan

yang dilaksanakan pada Bulan November 2014 sampai dengan Bulan April 2015.

Adapaun laporan penelitian ini terdiri dari :

1. Bab I berisi mengenai latar belakang penelitian, Rumusan Masalah,

Tujuan penelitian, Kegunaan Penelitian dan Sistematika Penulisan.

2. Bab II berisi teori – teori yang digunakan penulis sebagai landasan untuk

membuat hipotesis penelitian. Teori – teori yang digunakan antara lain :

peranan pendidikan, pembelajaran geografi beserta faktor – faktor yang

mempengaruhinya, karakteristik bencan dan ciri – ciri serta dampak

bahaya, dan terakhir adalah teori yang berhubungan dengan upaya

penanggulangan bencana gunungapi.

3. Bab III berisi prosedur penelitian yang dimulai dari penentuan populasi

(31)

13

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

analisa data yang digunakan. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik survei, dengan penentuan populasi didasarkan pada pada

peta kawasan Rawan Bencana dan hasil Observasi. Teknik pengumpulan

data yang dipakai adalah observasi, wawancara dan mengukur tingkat

pemahaman siswa dengan soal pemahaman yang telah di uji validitas dan

reabilitasnya terlebih dahulu. sedangkan teknika analisa data digunakan uji

regresi setelah sebelumnya dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji

Normalitas dan Homogenitas data.

4. Bab IV berisi hasil temuan dan pembahasan. Pada bagian awal, terdapat

informasi mengenai keadaan umum daerah penelitian, karakteristik

responden dan deskripsi data. Bagian selanjutnya berisi analisis data

berupa hasil penelitian mengenai tingkat pemahaman peserta didik, proses

pembelajaran peserta didik dan guru serta peranan pembelajaran geografi

dalam memberikan pemahaman mengenai materi kebencanaan khususnya

bencana letusan gunungapi dan bagaimana upaya mitigasinya.

5. Bab V, berisi kesimpulan dari hasil penelitian, disertai paparan mengenai

keterbatasan penelitian serta rekomendasi untuk penelitian pada masa yang

akan datang.

6. Daftar Pustaka, yang berisi sumber – sumber rujukan yang digunakan

dalam penyusunan tesis ini. Sumber – sumber yang dimaksud antara lain :

buku, jurnal dan artikel.

7. Lampiran, yaitu bagian pelengkap yang berisi dokumen hasil penelitian.

Seperti halnya bagian lain dalam tesis ini, lampiran diberikan nomor urut

(32)

50

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan format

deskriptif. Menurut pendapat Bungin (2014, hlm. 44), “Penelitian kuantitatif

dengan format deskriptif bertujuan menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi,

berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi

objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi”.

Setiap penelitian memerlukan suatu cara atau metode untuk dipergunakan

agar hasil yang diperoleh benar-benar objektif dan dapat menggambarkan keadaan

yang sebenarnya. Pemilihan metode harus dilakukan dengan tepat agar analisis

data sesuai dengan tujuan penelitian yang diinginkan oleh peneliti. Metode

penelitian dijelaskan oleh (Nasution, 1987, hlm. 40), sebagai rencana tentang cara

mengumpulkan data dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara

ekonomis secara serasi dengan tujuan penelitian.

Berdasarkan asusmsi bahwa populasi berjumlah besar dan tersebar di satu

wilayah yang luas yaitu satu kabupaten, maka peneliti menggunakan metode

survei. Mengenai metode survei, Daniel (2002, hlm. 44) berpendapat bahwa :

“Metode penelitian survei adalah metode pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang baik terhadap suatu persoalan tertentu di dalam daerah atau lokasi tertentu, atau suatu studi ekstensif yang dipolakan untuk memperoleh informasi – infomasi yang dibutuhkan. Metode survei memungkinkan peneliti menggeneralisasi suatu gejala sosial atau variabel tertentu kepada gejala sosial atau variabel sosial dengan populasi yang lebih besar”

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner/

angket sedangkan pengolahan data dilakukan dengan teknik korelasi dan regresi.

Setelah hasil pengolahan data diperoleh, hasilnya dipaparkan secara deskriptif.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Rawan Bencana gunungapi Kabupaten

Garut. Alasan pemilihan lokasi didasarkan pada keberadaan dua buah gunungapi

aktif tipe A yang sewaktu – waktu dapat meletus serta mengakibatkan terjadinya

(33)

51

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Populasi

Penelitian ini dilakukan pada peserta didik SMA di daerah rawan bencana

letusan gunungapi Kabupaten Garut yang telah mendapatkan materi vulkanisme

pada mata pelajaran geografi. Mengenai populasi, Arikunto (2006, hlm. 173)

menjelaskan bahwa : ”Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek

penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai,

peristiwa, sikap hidup sehingga objek ini bisa menjadi sumber data penelitian”.

Secara lengkap populasi penelitian tampak pada pada tabel 3.1dan 3.2.

Tabel 3.1 SMA Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Guntur

KRB II

Nama Sekolah Alamat

SMAN 2 GARUT Jl. Guntur No.3 Desa Leles Kecamatan Leles

SMA YKBBB GARUT Jl. Raya tutugan Leles Desa Haruman - Kecamatan Leles

SMA PLUS NURUL IMAN Kecamatan Leles

SMAN 17 GARUT Jl. Raya Samarang KM.45 Desa Cintarakyat Kecamatan Samarang

SMAN 25 GARUT Jl. KH. Hasan Arief No. 24 Desa. Bagendit Kecamatan Banyuresmi

SMA MA’ARIF BANYURESMI Kp. Teureup Desa Sukakarya Kecamatan Banyuresmi SMA MUHAMMADIYAH

BANYURESMI

Jl. KH. Hasn Arif No.10 Desa. Cipicung Kecamatan Banyuresmi

KRB I

SMAN 11 GARUT Jl. Siliwangi No.2 Kelurahan Regol Kecamatan Garut Kota

SMA MUHAMMADIYAH GARUT Jl. Bratayuda No. 9 Kelurahan Regol Kecamatan Garut Kota

SMA PASUNDAN GARUT Jl. Pasundan No. 68 kelurahan Kota Kulon Kecamatan Garut Kota

SMA PEMUDA GARUT Jl. Raya Margawati Kelurahan Margawati Kecamatan Garut Kota

SMA PLUS MARGAWATI GARUT Margawati - Kecamatan Garut Kota

SMA ARRAHMAN KADUNGORA Jl. Raya Kadungora KM.16 Desa Talagasari - Kecamatan Kadungora

SMA MA’ARIF KADUNGORA Jl. Ciharuman Desa Harumansari Kecamatan Kadungora SMA MUHAMMADIYAH

KADUNGORA

Jl. Kadungora No.28 Desa Karangtengah Kecamatan Kadungora

SMA BAITUL HIKMAH TAROGONG Jl. Otto Iskandardinata No.66A Desa. Langensari Kecamatan Tarogong Kaler

SMA N 1 GARUT Jl. Merdeka No.91 Desa.Jayaraga Kecamatan Tarogong Kidul

SMAN 6 GARUT Jl. Guntur Melati No.6 Desa. Haurpanggung Kecamatan Tarogong Kidul

SMAN 15 GARUT Jl. Panawuan No.34 Desa Sukajaya Kecamatan Tarogong Kidul

SMA CILEDUG Jl. Mayor Samsu No.2B Desa. Jayaraga Kecamatan Taogong Kidul

SMA PGRI GARUT Jl. Guntur Melati Desa. Haurpanggung Kecamatan Tarogong Kidul

SMA YBKP 3 TAROGONG Jl. Terusan Pembangunan No.692 Desa Pataruman Kecamatan Tarogong Kidul

(34)

52

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

SMA Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Papandayan

KRB II

Nama Sekolah Alamat

SMAN 16 GARUT Jl. Raya Cidatar No.810A Kec. Cisurupan

SMAN 24 GARUT Jl. Raya Pangauban Km 4 Kec. Cisurupan

KRB I

SMAN 19 GARUT Jl. Raya Simpang No.100 Kec. bayongbong

SMAN 4 GARUT

Jl. Perkebunan Giriawas Desa.Giriwaras Kec. Cikajang

SMA BIDAYATUL FAIZIN

CIKAJANG Cikajang

SMA ISLAM TERPADU

SITUWANGI CIKAJANG Kp. Situwangi Desa. Giriwaras Kec.Cikajang

Sumber : Dinas Pendidikan Kab.Garut 2014

Tabel 3.1 memperlihatkan bahwa, pada daerah yang merupakan KRB

gunungapi Guntur terdapat 22 SMA, dimana 7 unit SMA terdapat di daerah yang

merupakan KRB II, dan 15 unit lainnya terdapat di KRB I. Sementara itu, tabel

3.2 memberi penjelasan mengenai keberadaan SMA di daerah yang terdampak

bencana letusan gunung Papandaya. Berdasarkan data pada tabel 3.2 diatas,

terlihat bahwa KRB Papandayan memiliki jumlah SMA yang relatif sedikit jika

dibandingkan dengan Kawasan Rawan Bencana Gunung Guntur yaitu sebanyak 7

unit. Pengambilan populasi seperti dijelaskan diatas diambil dengan

memperhatikan peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Kabupaten Garut yang

tampak pada Gambar 3.1 dan 3.2.

1. Sampel

Setelah menentukan populasi, langkah selanjutnya adalah menentukan

sampel survei. Menurut Singarimbun dan Effendi (2012, hlm. 145), beberapa hal

yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel yaitu : (1)

keragaman populasi, (2) tingkat presisi yang dikehendaki, (3) rencana analisis dan

(4) pertimbangan tenaga, waktu dan biaya.

Sampel SMA pada penelitian ini diperoleh dengan teknik cluster sampling.

Mengenai Cluster samping, Sugiyono (2012, hlm. 81) mengatakan bahwa :

Teknik cluster sampling digunakan untuk menentukan sampel apabila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, provinsi atau Kabupaten. Untuk menentukan sampel yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampel ditetapkan secara bertahap dari wilayah yang luas ke wilayah terkecil, kemudian baru dipilih

(35)

53

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1

(36)

54

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2

(37)

55

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mengenai sampel acak, Efendi dan Tukiran (2012, hlm. 158) berpendapat

bahwa, Sampel acak sederhana ialah sebuah sampel yang diambil sedemikian

rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasinya

mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Cara ini dipilih

karena memberikan jaminan lebih besar bahwa setiap unit elementer mempunyai

probabilitas yang sama untuk dipilih.

Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling dilakukan

dengan tahapan – tahapan sebagai berikut :

a. Tahap pertama dilakukan untuk menentukan sekolah sebagai unit analisis.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling dengan

memperhatikan peta kawasan rawan bencana gunungapi Kabupaten Garut.

Berdasarkan peta kawasan rawan bencana, terlihat bahwa daerah

rawan bencana gunungapi Papandayan meliputi : KRB II Cisurupan dan

Pamulihan, sedangkan KRB I adalah Sukaresmi, Bayongbong dan

Cikajang. SMA yang diambil menjadi unit analisis adalah SMAN 16 dan

SMAN 24 untuk mewakili KRB II, SMAN 19 dan SMAN 4 untuk KRB I.

SMA tersebut diambil karena dipandang mewakili setiap daerah yang

termasuk KRB.

Kawasan rawan bencana gunungapi Guntur meliputi : KRB II

adalah Leles, Banyuresmi, dan Samarang, sedangkan KRB I meliputi

Tarogong Kidul, Tarogong Kaler, dan Garut Kota. SMA yang diambil

menjadi unit analisis adalah SMAN 17, SMAN 25 dan SMAN 2 untuk

mewakili populasi di KRB II dan SMAN 1, SMAN 6 serta SMAN 11

untuk mewakili KRB I.

b. Tahap berikutnya adalah menentukan orang – orang yang ada pada daerah

itu secara random (acak) berdasarkan jumlah populasi peserta didik SMA

di daerah sampel yang telah ditentukan sebelumnya.

Setelah didapat data sekolah yang akan menjadi sampel, maka selanjutnya

ditentukan jumlah sampel peserta didik kelas dari masing – masing sekolah

sampel. Sebaran sampel cluster dapat dilihat pada peta sebaran sampel seperti

(38)

56

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.3

(39)

57

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.4

(40)

58

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peserta didik yang menjadi populasi dalam penelitian ini secara jelas dapat

terlihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Jumlah Peserta Didik Pada SMA di KRB Gunungapi Kabupaten Garut

NAMA SEKOLAH JUMLAH SISWA

Kls.X Kls.XI Kls.XII JML

Sumber : Dinas Pendidikan Kab.Garut 2014

Sampel peserta didik dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan

formula :

n =

(41)

59

Ely Satiyasih Rosali, 2015

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAMPEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI DAN MITIGASINYADI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dimana :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

d = Nilai presisi ( Leach, 2003 hlm.14)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan nilai presisi 7%,

maka dari jumlah populasi sebanyak 4530, diperoleh ukuran sampel sebesar 195

peserta didik yang tersebar di beberapa titik sampel yaitu : SMAN 24, SMAN 16,

SMAN 19, SMAN 4, SMAN 17, SMAN 2, SMAN 25, SMAN 1, SMA 6 dan

SMA 11 Garut. Sebaran sampel peserta didik dapat terlihat pada tabel 3.4 dan 3.5

Tabel 3.4

Sampel Peserta didik KRB Papandayan KRB II

No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Persentase (%)

Sumber : Hasil Perhitungan (2014)

Tabel 3.5

Sampel Peserta Didik KRB Guntur KRB II

No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Persentase (%)

Sumber : Hasil Perhitungan (2014)

Berdasarkan tabel 3.4 dan 3.5 terlihat bahwa jumlah sampel untuk tiap

KRB diambil secara acak dengan proporsi yang hampir sama. Selain SMAN 24,

jumlah sampel diambil dengan proporsi sebanyak 10,3% atau 20 orang untuk satu

sekolah. Sedangkan di SMAN 24 Garut, jumlah sampel hanya diambil 15 orang

atau 7% dari total sampel dikarenakan jumlah siswa yang hanya 30 orang

Gambar

Tabel 1.1  Jenis Dan Jumlah Kejadian Bencana di Kabupaten Garut 2003 - 2013
Gambar 1.1 Siklus Penanggulangan Bencana (Sumber : Ruhimat, hlm.2015)
Tabel 3.1 SMA Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Guntur KRB II
Tabel 3.2 SMA Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Papandayan
+7

Referensi

Dokumen terkait

i.e Development of learning model on TVET, Workplace Learning and entrepreneurship, Innovationon applied engineering and information technology, Management and

Kesimpulannya adalah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran langsung dan tidak langsung dalam pembelajaran penjas terhadap kemandirian siswa,

Dalam hal pelayanan, mutu adalah masalah mengenai ”malaksanakan dengan benar sejak awal” (”getting it right the first time”). Yang lein berpendapat bahwa ”mutu

tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabanjahe Kabupaten Karo sudah mencapai kategori sangat

[r]

BAB III ANALISIS CERITA NOVEL “ STRATEGI HIDEYOSHI : ANOTHER STORY OF THE SWORDLES S SAMURAI” KARYA TIM CLARK DAN MARK CUNNINGHAM. DILIHAT DARI PENDEKATAN

Very Small Apertur Terminal (VSAT) atau disebut juga Sistem Komunikasi Satelit Bumi Mikro (SKSBM) merupakan stasiun bumi yang berfungsi untuk menerima atau mengirimkan data

c) Siswa diberikan tugas kelompok untuk mengamati model bangun ruang yang telah disediakan oleh guru. Pengamatan dilakukan sesuai dengan petunjuk dan tugas pada