• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA (Kajian Terhadap Sistem Pemilihan Umum Orde Baru ke Reformasi Tahun 1997-2009).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA (Kajian Terhadap Sistem Pemilihan Umum Orde Baru ke Reformasi Tahun 1997-2009)."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA (Kajian Terhadap Perubahan Sistem Pemilihan Umum Orde Baru ke Reformasi

Tahun 1971-2009)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Sejarah

Disusun Oleh: Tannia Listia

0805430

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015

(2)
(3)

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI

DI INDONESIA

(Kajian Terhadap Perubahan Sistem Pemilihan Umum

Orde Baru ke Reformasi Tahun 1971-2009)

Oleh Tannia Listia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial

© Tannia Listia 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Perkembangan Sistem Politik Masa Reformasi Di Indonesia (Kajian Terhadap Sistem Pemilihan Umum OrdeBarukeReformasiTahun 1997-2009)”. Permasalahan pokok dalam skripsi ini adalah “Bagaimana PerubahanSistemPemilihan Umum dariOrdeBarukeReformasi di Indonesia?”. Dari permasalahan tersebut, kemudian dijelaskan secara deskriptif-analitis mengenai gambaran umum pemilihan umum di Indonesia, proses penyelenggaraan pemilihan umum pada masa pemerintahan Orde Baru, proses penyelenggaraan pemilihan umum pada masa Reformasi, dan perbandingan sistem pemilihan umum Orde Baru dengan sistem pemilihan umum masa Reformasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis yang meliputi pengumpulanpengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa selama pemerintahan Orde Baru, setiap pemilihan umum yang diselenggarakan yaitu mulai tahun 1971 hingga tahun 1997, jika dilihat secara umum memiliki pola yang sama. Pemilihan umum yang dilaksanakan tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997 itu menggunakan sistem pemilihan umum yang sama yaitu sistem proporsional daftar tertutup. Kemudian peserta yang dapat dipilih oleh masyarakat dalam pemilihan umum tersebut berjumlah sama, yaitu tiga organisasi. Hanya pada pemilihan umum tahun 1971 yang memiliki peserta berbeda. Selain itu, tidak terdapat perbedaan besar pada tata cara dan proses penyelenggaraan dalam setiap pemilihan umum tersebut. Bahkan hingga menghasilkan pemenang yang sama. Baru pada pemilihan umum pertama masa Reformasi tahun 1999 terdapat perubahan penting, jumlah peserta yang dapat dipilih melonjak dari tiga menjadi 48peserta. Hal ini merupakan perubahan baik, karena pemerintah tidak mengekang lagi pertumbuhan organisasi dan membebaskannya untuk ikut serta dalam pemilihan umum. Namun sayangnya belum terjadi perubahan dalan sistem pemilihannya. Perubahan pada sistem pemilihan baru terjadi pada pemilihan umum tahun 2004, yaitu dengan menggunakan sistem proporsional daftar terbuka dan terus digunakan pada pemilihan umum tahun 2009. Alasan terjadinya perubahan ini disebabkan oleh keinginan masyarakat untuk mengubah pemerintahan yang pada saat itu bersikap otoriter dan kemudian dengan berubahnya penguasa dalam pemerintahan tersebut, sikap politik yang diambil mulai ikut berubah termasuk pada penyelenggaraan pemilihan umum. Selain itu, Amandemen UUD 1945 secara hukum mengubah sistem pemilihan umum di Indonesia.Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber literatur mengenai pemilihan umum di Indonesia.

(5)

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

ABSTRACT

This thesis entitled "Development Period Political System Reform in Indonesia (Study on Electoral Systems New Order to Reform Year 1997-2009)". A primary issue in this thesis is "How to Change Electoral Systems from New Order to Reform in Indonesia?".Of these problems, then described in a descriptive-analytic about the general picture general election in Indonesia, the process of holding elections in the New Order government, the process of election of the Reformation, and the comparison of the electoral system New Order with the electoral system during the Reformation. The method used in this study is the historical method which involves collecting the collection of sources, source criticism, and historiography interpretation. The results of this study indicate that during the New Order government, every election held, ie from 1971 until 1997, when viewed in general have the same pattern. General elections were held in 1971, 1977, 1982, 1987, 1992 and 1997 using the same electoral system is a closed list proportional system. Then the participants can be chosen by the public in general elections the same amount, the three organizations. Only in the 1971 general elections that have different participants. In addition, there are no major differences in the procedures and processes of the organization in any elections. Even to produce the same winner. Only in the first general election of the Reformation in 1999 there were significant changes, the number of participants that can be chosen jumped from three to 48 participants. This is a good change, because the government does not curb further growth of the organization and freeing him to participate in elections. But unfortunately there is a change in role in the election system. Changes to the new electoral system occurs in the general election in 2004, using an open list proportional system and continue to be used in the general election in 2009. The reason for this change is caused by people's desire to change the government at that time to be authoritarian and then with the change of rulers in the government, the political stance taken starting in change, including the holding of elections. In addition, the amendment of the 1945 Constitution legally change the electoral system in Indonesia. The result is expected to increase sources of literature on the general election in Indonesia.

(6)

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR HAK CIPTA LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK...i

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR TABEL...iv

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1Latar Belakang Penelitian...1

1.2Rumusan dan Batasan Masalah Penelitian...7

1.3Tujuan Penelitian...7

1.4Manfaat Penelitian...7

1.5 Struktur Organisasi Penelitian...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA...10

2.1 Sistem Politik...10

2.2 Pemilihan Umum dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia...12

2.2.1 Pemilihan Umum...12

2.2.2 Sistem Pemilihan Umum di Indonesia...14

2.3Partai Politik dan Hak Pilih...15

2.3.1 Partai Politik...15

2.3.2 Hak Pilih...18

2.4 Penelitian Terdahulu...19

BAB III METODE PENELITIAN...22

3.1 Persiapan Penelitian...24

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian...24

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian...24

3.1.3 Proses Bimbingan...25

3.2 Pelaksanaan Penelitian...26

3.2.1 Heuristik...26

(7)

Tannia Listia, 2015

3.2.2.1 Kritik Eksternal...30

3.2.2.2 Kritik Internal...30

3.2.3 Interpretasi...31

3.2.4 Historiografi...31

3.3 Laporan Hasil Penelitian...32

BAB IV PERUBAHAN SISTEM PEMILIHAN UMUM MASA ORDE BARU KE REFORMASI TAHUN 1971-2009...34

4.2 Gambaran Umum Pemilihan Umum Di Indonesia...34

4.2 Pemilihan Umum Pada Masa Orde Baru...36

4.2.1 Pemilihan Umum Tahun 1971...37

4.2.2 Pemilihan Umum Tahun 1977...42

4.2.3 Pemilihan Umum Tahun 1982...45

4.2.4 Pemilihan Umum Tahun 1987...47

4.2.5 Pemilihan Umum Tahun 1992...48

4.2.6 Pemilihan Umum Tahun 1997...50

4.3 Pemilihan Umum Pada Masa Reformasi...52

4.3.1 Pemilihan Umum Tahun 1999...54

4.3.2 Pemilihan Umum Tahun 2004...57

4.3.3 Pemilihan Umum Tahun 2009...60

4.4 Perubahan Sistem Pemilihan Umum Orde Baru Ke Reformasi...63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...69

5.1 Kesimpulan...69

5.2 Saran...70

DAFTAR PUSTAKA...72 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel

4.1 Peserta Pemilihan Umum Tahun 1971...39

4.2 Peserta Pemilihan Umum Tahun 1977...42

4.3 Peserta Pemilihan Umum Tahun 1999...55

4.4 Peserta Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2004...59

4.5 Peserta Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2004 Putaran I...60

4.6 Peserta Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2004 Putaran II...60

4.7 Peserta Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009...61

(9)

Tannia Listia, 2015

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan oleh suatu prinsip yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan salah satu sistem pemerintahan yang banyak dianut oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia setelah meraih kemerdekaan tahun 1945. Untuk menjalankan pemerintahan yang demokratis, maka diperlukan pemilihan umum yang dilaksanakan secara berkala dengan tujuan memilih wakil rakyat. Huntington (Rizkiyansyah, 2007, hlm 3) menyebut pemilihan umum sebagai sebuah mekanisme paling tepat, karena dengan pemilihan umum akan dapat diupayakan perpindahan kekuasaan yang tidak menimbulkan pertumpahan darah. Oleh sebab itu, setiap pergantian kekuasaan akan terjadi dalam situasi dan kondisi politik yang damai, stabil dan tanpa kekerasan.

Dalam pemilihan umum, setiap warga negara Indonesia yang berusia sekurang-kurangnya 17 tahun atau sudah/pernah kawin mendapatkan hak untuk memilih salah satu dari partai politik yang dipercaya untuk memimpin rakyat Indonesia. Tetapi bagi partai politik, pemilihan umum menjadi sarana untuk memperebutkan kekuasaan secara sah. Pemilihan umum ini sangat penting, karena hasilnya akan menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin negara Indonesia untuk lima tahun ke depan. Jika salah memilih pemimpin, maka rakyat Indonesia sendiri yang dirugikan.

Pemilihan umum memiliki tujuan dan asas yang tercantum dalam undang-undang. Dalam Penjelasan Undang-Undang No. 15 tahun 1969 Tentang Pemilihan Umum, yang berlaku mulai pemilihan umum tahun 1971 sampai dengan tahun 1997, disebutkan bahwa tujuan pemilihan umum adalah:

“Dalam mewujudkan penyusunan tata kehidupan yang dijiwai semangat

(10)

2

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

isi hati nurani rakyat dalam melanjutkan perjuangan, mempertahankan, dan mengembangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia bersumber pada Proklamasi 17 Agustus 1945 guna memenuhi dan mengemban Amanat Penderitaan Rakyat. Pemilihan umum adalah suatu alat yang penggunaannya tidak boleh mengakibatkan rusaknya sendi-sendi demokrasi dan bahkan menimbulkan hal-hal yang menderitakan rakyat, tetapi harus menjamin suksesnya perjuangan Orde Baru, yaitu tetap tegaknya Pancasila dan dipertahankan Undang-Undang Dasar 1945 (Azed dan Makmur, 2005, hlm 63-64).”

Pemilihan umum memiliki undang-undang yang disusun untuk mengatur penyelenggaraannya dan lembaga khusus sebagai badan penyelenggara/pelaksana pemilihan umum. Berdasarkan Penjelasan UU No. 15 tahun 1969 yang disebutkan diatas, pemilihan umum jelas memiliki tujuan yang sangat baik karena mengutamakan kepentingan rakyat. Selain itu pemilihan umum merupakan suatu alat untuk menunjang terlaksananya demokrasi. Oleh karena itu, jika pemilihan umum disalahgunakan atau dimanipulasi maka akan sangat merugikan rakyat dan negara.

Asas pemilihan umum yang tercantum dalam Penjelasan UU No. 15 Tahun 1969, dirumuskan sebagai berikut:

a. Langsung, yaitu pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya menurut hati nuraninya tanpa perantara.

b. Umum, yaitu semua warga negara yang telah berusia 17 tahun berhak ikut memilih dan telah berusia 21 tahun berhak dipilih.

c. Bebas, yaitu pemilih dijamin keamanannya untuk melakukan pemilihan menurut hati nuraninya tanpa adanya pengaruh, tekanan, atau paksaan dari siapapun atau dengan apapun.

d. Rahasia, yaitu pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui orang lain kepada siapa suratnya diberikan (Azed dan Makmur, 2005, hlm 65-66).

Pada Penjelasan UU No. 15 Tahun 1969, dipaparkan bahwa ketentuan asas pemilihan umum bersifat Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia).Luber juga digunakan sebagai slogan dalam pemilihan umum. Jika semua asas ini benar digunakan dalam pelaksanaan pemilihan umum, maka hasilnya akan benar-benar jujur, adil, bersih dan sesuai dengan tujuan pemilihan umum.

(11)

3

Tannia Listia, 2015

Jujur dan Adil) sesuai dengan Penjelasan UU No. 3 tahun 1999 yang dirumuskan sebagai berikut:

a. Langsung, yaitu pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya menurut hati nuraninya tanpa perantara

b. Umum,yaitu semua warga negara yang telah berusia 17 tahun berhak ikut memilih dan telah berusia 21 tahun berhak dipilih.

c. Bebas, pemilih dengan keamanan dijamin bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun.

d. Rahasia, yaitu pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui orang lain kepada siapa suratnya diberikan.

e. Jujur, yaitu semua pihak yang terlibat dalam pemilu harus bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

f. Adil, setiap peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun (Azed dan Makmur, 2005, hlm 68-69).

Pemilihan umum Orde Baru dimulai pada tahun 1971 dan pemilihan umum terakhir pada tahun 1997. Pemilihan umum ini merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat berdasarkan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, untuk memilih anggota DPR, DPRD I dan DPRD II serta keanggotaan MPR dengan mengadakan pemungutan suara secara langsung, umum, bebas dan rahasia (Komisi Pemilihan Umum, 1999, hlm 65-66).

Presiden Soeharto yang secara resmi menjabat sebagai Presiden mulai tahun 1967 tidak dapat segera menyelenggarakan pemilu karena situasi dan kondisi Indonesia belum stabil akibat peristiwa G.30.S/PKI tahun 1965. Selain itu, pemerintahan Orde Baru dihadapkan oleh persoalan kesulitan ekonomi sehingga pemerintah lebih fokus terhadap pembangunan ekonomi. Banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah mengakibatkan pelaksanaan pemilihan umum terus mengalami pengunduran waktu, termasuk masalah pembahasan Undang-Undang Pemilihan Umum dan Undang-Undang lainnya yang belum selesai.

(12)

4

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Ricklefs, 2004, hlm571). Mereka tidak menyetujui Soeharto menggantikan Sukarno dan masih menginginkan Sukarno menjadi Presiden Republik Indonesia.

Pemilihan umum pertama masa Orde Baru akhirnya dilaksanakan pada tahun 1971 dengan peserta sebanyak sembilan partai politik dan Golongan Karya (Golkar). Partai politik tersebut yaitu: Partai Nasional Indonesia (PNI), Nahdatul Ulama (NU), Partai Katholik, Partai Murba, Partai Syariat Islam Indonesia (PSII), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Kristen Indonesia, Partai Muslimin Indonesia dan Partai Islam Perti. Jumlah ini cukup sedikit jika dibandingkan dengan pemilihan umum sebelumnya tahun 1955.

Pemilihan umum Orde Baru yang kedua diselenggarakan pada tahun 1977 dengan pelaksanaan yang lebih sederhana, seperti menyederhanakan peserta pemilihan umum yang sebelumnya berjumlah sepuluh, menyusut menjadi tiga. Sembilan peserta dilebur menjadi dua partai besar, sedangkan Golkar tetap berdiri sendiri. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) merupakan gabungan dari PNI, Partai Murba, IPKI, Parkindo dan Partai Katholik. Partai-partai Islam seperti NU, Partai Muslimin Indonesia, PSII dan Perti digabung menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pemilihan umum ini seharusnya dilakukan pada tahun 1976, namun terlambat satu tahun dikarenakan proses penyederhanaan peserta pemilihan umum yang menghabiskan waktu cukup lama. Jumlah peserta pemilihan umum ini tidak berubah sampai pemilihan umum tahun 1997, yang artinya selama lima periode pemilihan umum (tahun 1977, 1982, 1987, 1992, 1997) hanya ada 3 peserta yang bersaing.

Pada pemilihan umum Orde Baru, asas pemilihan umum yang terdiri dari Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia (Luber) menjadi slogan penting yang menunjukkan bahwa pemilihan umum yang dilakukan merupakan pemilihan umum yang demokratis. Namun pada pelaksanaan pemilihan umum yang sesungguhnya, banyak terjadi pelanggaran dan kecurangan. Pelanggaran dan kecurangan tersebut seperti yang terjadi pada saat kampanye, pemerintah yang otoriter, dan manipulasi hasil pemilihan umum.

(13)

5

Tannia Listia, 2015

Runtuhnya Orde Baru digantikan oleh masa Reformasi yang peralihan kekuasaannya terjadi dalam kekacauan. Ketika kekacauan politik, ekonomi dan sosial yang terjadi Indonesia belum surut, pemerintah yang baru berkeinginan mempercepat pemilihan umum sebagai bagian dari agenda reformasi. Maka dengan hanya jarak dua tahun dari pemilihan umum sebelumnya, diadakanlah pemilihan umum yang dipercepat pada tahun 1999.

Pemilihan umum 1999 diadakan ketika kondisi Indonesia sedang suram dan dengan waktu persiapan yang tidak lama. Meskipun begitu, sistem pemilihan umum tahun 1999 sangat berbeda dengan pemilihan umum sebelumnya. Dengan keinginan untuk kembali menjalankan pemerintah yang demokratis, maka diubahlah aturan-aturan pemilihan umum terutama mengenai jumlah peserta pemilihan umum. Jumlah peserta pemilihan umum yang sebelumnya hanya tiga meningkat drastis menjadi 48.

Peningkatan jumlah partai politik disebabkan oleh Presiden B.J. Habibie yang melakukan perubahan dengan mengeluarkan UU Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik dan UU Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum. Undang-Undangtersebutdisusununtukmendukungpenyelenggaraanpemilihan

umum pertama era transisidemokrasi.UU yang

baruberkehendakmengembalikansemangatdemokrasipluralistik yang saratdengantuntutankompetisi yang jujurdanadilsertakebebasan yang tidakpernahditemukanselamaOrdeBaru (Biro HumasKomisiPemilihanUmum, 2000, hlm 187).

(14)

6

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemilihan umum berikutnya dilaksanakan pada tahun 2004 yang merupakan pemilihan umum kedua di masa Reformasi. Terdapat perubahan sistem dalam penyelenggaraan pemilihan umum ini dengan tujuan tercapainya pemilihan umum yang demokratis dan berkualitas. Jika pada pemilihan umum sebelumnya rakyat hanya memilih partai politik, maka pada pemilihan umum tahun 2004, Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Hal yang sama terjadi pada pemilihan umum tahun 2009, yaitu memilih langsung Presiden dan Wakil Presiden yang diinginkan. Sedangkan pada pemilihan umum 2009 terjadi perubahan dalam tata cara memilih dari mencoblos menjadi mencontreng.

Pemilihan umum tahun 2004 dan 2009 dilaksanakan dalam kondisi dan situasi pemerintahan yang lebih stabil dari pada pemilihan umum 1999. Namun permasalahan dalam pemilihan umum tidak pula dapat dihindari, walaupun demokrasi telah dijunjung tinggi dan asas pemilihan umum mengalami perubahan menjadi: Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil (Luber Jurdil). Pelanggaran pada saat kampanye masih terjadi dan juga kecurangan politik uang.

Dalam setiap pemilihan umum terdapat perbedaan, meskipun hampir tidak ada perbedaan besar dalam setiap pemilihan umum yang terjadi pada Orde Baru, perbedaan yang besar terjadi antara pemilihan umum Orde Baru (1971-1997) dengan pemilihan umum masa Reformasi. Perbedaan-perbedaan itu terjadi karena perubahan sistem yang diatur oleh pemerintah yang saat itu berkuasa. Perbedaan tersebut dapat berupa perubahan dalam undang-undang pemilu, seperti UU tujuan dan asas pemilihan umum, penentuan jumlah partai politik peserta pemilihan umum, dan sampai pada memilih langsung Presiden beserta wakilnya.

(15)

7

Tannia Listia, 2015

terhadap Pemilihan umum, dalam karya tulis yang berjudul: “Perkembangan Sistem Politik Masa Reformasi Di Indonesia(Kajian Terhadap Sistem Pemilihan Umum OrdeBarukeReformasiTahun 1971-2009)”.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang akan

diangkat dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana PerubahanSistemPemilihan Umum dariOrdeBarukeReformasi di Indonesia?”. Untuk lebih mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, maka permasalahan dibatasi menjadi:

1. Bagaimana gambaran umum Pemilihan Umum di Indonesia?

2. Bagaimana pelaksanaanPemilihanUmumpadamasapemerintahanOrdeBaru? 3. BagaimanapelaksanaanPemilihanUmumpadamasaReformasi?

4. Bagaimana proses perubahan sistem Pemilihan Umum Orde Baru ke Pemilihan Umum masa Reformasi?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya:

1. Untuk mendeskripsikan gambaran umum Pemilihan Umum di Indonesia. 2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaanPemilihanUmumpada masa

pemerintahanOrdeBaru.

3. UntukmendeskripsikanpelaksanaanPemilihanUmumpadamasaReformasi. 4. Untuk mendeskripsikan prosesperubahan sistem Pemilihan Umum Orde Baru

ke Pemilihan Umum masa Reformasi.

1.4Manfaat Penelitian

Secara umum, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai PerubahanSistemPemilihan Umum dariOrdeBarukeReformasi di Indonesia sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun secara khusus penelitian ini diaharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak diantaranya:

(16)

8

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari ilmuyang didapat selama perkuliahan. Untuk menambah wawasan pembaca danmemperkaya ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan sejarah. Selain itu,penelitian ini diharapkan dapat digunakan bahan referensi untuk karya ilmiahselanjutnya.

2. Bagi Jurusan Pendidikan Sejarah, karya ilmiah ini diharapkan dapat memperkaya penelitian Sejarah yang berkaitan dengan sejarah pemilihan umum di Indonesia.

3. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan sumber belajar dalam memperluas wawasan mengenai sejarah pemilihan umum di Indonesia.

4. Bagi peserta didik di SMA (Sekolah Menengah Atas) dan sederajat, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber pembelajaran di sekolah bagi pengembangan materi mata pelajaran sejarah. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi mengenai sejarah pemilihan umum di Indonesia untuk berbagai kepentingan yang bermanfaat bagi kemajuan pendidikan Indonesia.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan yang akan digunakan dalam menyusun penelitian ini disesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI, yaitu sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan. Bab ini terdiri atas latar belakang penelitian yang menjelaskan alasan mengapa masalah yang diteliti itu timbul, serta rumusan dan batasan masalah agar penelitian menjadi fokus dan memudahkan penulis melakukan penelitian. Kemudian, pada bab ini juga dikemukakan tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian, dan struktur organisasi skripsi yang menjadi kerangka dalam penyusunan skripsi ini.

(17)

9

Tannia Listia, 2015

BAB III. Metode Penelitian. Bab ketiga ini, peneliti memaparkan metode yang akan dilaksanakan dalam melakukan penelitian secara lebih rinci. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode historis dan studi literatur. Teknik penulisannya disesuaikan dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI tahun 2014.

BAB IV. Pembahasan. Dalam bab ini penulis akan memaparkan hasil dari penelitian mengenai perkembangansistempolitikmasaReformasi di Indonesia, denganmengkajisecarakhususperubahansistemPemilihan Umum dariOrdeBarukeReformasitahun 1971-2009. Lebih rincinya akan dipaparkan pula deskripsigambaran umum pemilihan umum di Indonesia, deskripsi pelaksanaanPemilihanUmumpadamasapemerintahanOrdeBaru,

deskripsipelaksanaanPemilihanUmumpadamasaReformasi, danproses perubahan sistem Pemilihan Umum Orde Baru ke pemilihan umum masa Reformasi.

(18)

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini dipaparkan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam proses mengkaji permasalahan dalam skripsi ini yang berjudul “Perkembangan Sistem Politik Masa Reformasi Di Indonesia (Kajian Terhadap Sistem Pemilihan Umum OrdeBarukeReformasiTahun 1971-2009)”. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode historis atau metode sejarah. Menurut Gottschalk (1986, hlm 32), metode historis merupakan proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Sedangkan Ismaun (2005, hlm 34) mengungkapkan bahwa metode sejarah ialah rekonstruksi imajinatif tentang gambaran masa lampau peristiwa-peristiwa sejarah secara kritis dan analitis berdasarkan bukti-bukti dan data peninggalan masa lampau yang disebut sumber sejarah. Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Ismaun (2005, hlm 34), yaitu sebagai berikut:

1. Heuristik, adalah pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan dengan penelitian. Heuristik dalam bahasa Jerman disebut dengan istilah Quellenkunde, yaitu pengetahuan tentang sumber-sumber sesuatu yang secara

langsung dan/atau secara tidak langsung memberi pengetahuan mengenai peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dalam masyarakat manusia pada masa lampau (Ismaun, 2005, hlm 41-42). Sumber sejarah ialah bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau (Ismaun, 2005, hlm 35). Sumber-sumber dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara: mutakhir atau kontemporer dan lama; formal (resmi) dan informal (tidak resmi); juga pembagian menurut asal (dari mana asalnya), isi (mengenai apa), dan tujuan (untuk apa), yang masing-masing dibagi-bagi lebih lanjut menurut waktu, tempat, dan cara atau produknya (Sjamsuddin, 2007, hlm 96).

(19)

23

Tannia Listia, 2015

penulis melakukan kritik eksternal yang mencoba menguji otentisitas dan integritas sumber sejarah yang telah dikumpulkan dan melakukan kritik internal yang mencoba melihat dan menguji reliabilitas dan kredibilitas isi dari sumber-sumber yang telah dikumpulkan tersebut. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengetahui apakah sumber-sumber yang dipergunakan, baik sumber tertulis maupun sumber lisan itu palsu atau tidak dan relevan atau tidak dengan permasalahan yang akan dibahas.

3. Interpretasi, adalah berusaha membayangkan bagaimana gambaran masa lampau berdasarkan informasi yang diperoleh dari jejak-jejak masa lampau (Ismaun, 2005, hlm 34). Dalam hal ini, penulis memberikan penafsiran terhadap data-data yang diperoleh selama penelitian dengan cara menghubungkan fakta-fakta yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah diuji melalui proses kritik internal dan eksternal. Kegiatan interpretasi ini dimulai dari menafsirkan fakta dan data yang kemudian disusun, ditafsirkan dan dihubungkan satu sama lain sehingga diperoleh sebuah analisis yang didukung oleh konsep-konsep tertentu yang relevan dengan pembahasan dalam penelitian ini. Menurut Gottschalk yang dikutip oleh Ismaun (2005, hlm 56), penafsiran sejarah mempunyai tiga aspek penting, yaitu: pertama, analitis-kritis: menganalisis struktur intern (struktur insani ruang-waktu), pola-pola hubungan antar fakta-fakta, gerak dinamika dalam sejarah, dan sebagainya; kedua, historis-substantif: menyajikan suatu uraian prosesual (deskriptif-naratif) dengan dukungan fakta yang cukup sebagai ilustrasi suatu perkembangan; dan ketiga, sosial budaya: memperhatikan manifestasi insani dalam interaksi dan interrelasi sosial-budaya.

(20)

24

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dokumentasi; (3) penyajian bahasa yang terang dan halus; dan (4) struktur penulisan yang logis (Ismaun, 2005, hlm 56).

Selanjutnya penulis membagi langkah-langkah penelitian tersebut ke dalam tiga pembahasan, yaitu: pembahasan mengenai persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan laporan hasil penelitian.

3.1 Persiapan Penelitian

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Penentuan dan pengajuan tema penelitian merupakan hal pertama yang dilakukan peneliti dan sangat penting karena dalam pengajuan tema penelitian harus didasarkan oleh penentuan tema yang menarik. Ketertarikan peneliti untuk membahas mengenai perbedaan sistem pemilihan umum ini bermula dari rasa ingin tahu peneliti tentang bagaimana proses pemilihan umum di Indonesia berjalan. Kemudian peneliti mengetahui bahwa pada masa tertentu terdapat perubahan dalam sistem pemilihan umum. Hal ini membuat peneliti ingin tahu apa yang menjadi alasan perubahan tersebut.

Rasa ingin tahu tersebut membuat peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai perubahan sistem pemilihan umum di Indonesia dan mencoba untuk mengangkat permasalahan ini ke dalam bentuk karya ilmiah atau skripsi. Oleh karena itu, peneliti mulai mencari sumber-sumber literatur yang relevan dengan permasalahan yang akan dikaji. Setelah menemukan cukup sumber, peneliti mengajukan permasalahan ini dalam bentuk proposal penelitian dengan judul “Perkembangan Sistem Politik Masa Reformasi Di Indonesia (Kajian Terhadap Sistem Pemilihan Umum OrdeBarukeReformasiTahun 1997-2009)”, ke pihak Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS).

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Setelah peneliti mengajukan judul ke pihak TPPS, selanjutnya peneliti menyusun proposal penelitian yang terdiri dari:

1. Judul

(21)

25

Tannia Listia, 2015

4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat Penelitian 6. Metode Penelitian 7. Kajian Pustaka

8. Struktur Organisasi Skripsi 9. Daftar Pustaka

Kemudian setelah proposal penelitian disetujui oleh TPPS, peneliti diizinkan untuk melaksanakan seminar proposal skripsi dihadapan beberapa dosen jurusan Pendidikan Sejarah, untuk mem-presentasikan proposal yang telah disusun tersebut. Seminar proposal skripsi itu dilaksanakan pada bulan Juni 2012 bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah, lantai empat gedung Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia. Dari seminar tersebut, peneliti mendapatkan beberapa koreksi dan masukan-masukan dari dosen yang hadir.

Hasil dari seminar proposal skripsi itu diantaranya adalah perubahan dalam penulisan judul, latar belakang dan rumusan masalah. Ketika masih dalam bentuk proposal, pada judul yang diajukan belum ditentukan kurun waktu yang akan peneliti gunakan sebagai pembatas agar tidak terlalu panjang. Sedangkan pada latar belakang dan rumusan masalah masih terdapat kekurangan dan penulisan yang tidak tepat, oleh karena itu diperlukan perbaikan atau revisi. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan agar penelitian ini menjadi lebih spesifik dan sesuai dengan judul skripsi. Selain itu, supaya memudahkan peneliti dalam penelitian dan penulisan skripsi ke depannya.

3.1.3 Proses Bimbingan

(22)

26

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan surat penunjukan pembimbing skripsi oleh TPPS, dalam penyusunan skripsi ini peneliti dibimbing oleh WawanDarmawan, S.Pd., M.Hum, sebagai pembimbing I dan Moch.ErykKamsori, S.Pd sebagai pembimbing II. Konsultasi dilakukan oleh peneliti dengan dosen pembimbing, setelah sebelumnya menyerahkan draft. Setelah dosen memeriksa draft tersebut, maka dilaksanakan proses bimbingan.

3.2 Pelaksanaan Penelitian 3.2.1 Heuristik

Pada tahap ini, penulis melakukan pencarian dan pengumpulan sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang dibahas. Penelitian yang telah dilakukan para ahli terdahulu dan dokumen sejenis lainnya akan menjadi acuan dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, oleh karena itu maka sumber yang akan digunakan dalam penelitian ini pun menggunakan sumber-sumber yang relatif sama dengan penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik studi literatur. Untuk mendapatkan sumber-sumber, penulis mendatangi berbagai perpustakaan, kantor pusat Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta dan mencari buku-buku dengan mendatangi toko-toko buku.

Adapun sumber-sumber yang diperoleh diantaranya yaitu:

1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Pada perpustakaan ini peneliti menemukan beberapa sumber literatur yang berhubungan dengan penelitian, seperti: buku Partai Politik Di Indonesia karya Drs. PK Poerwantara, Sejarah Nasional Indonesia VI karya Nugroho Notosusanto dan Marwati Joened yang sudah direvisi, Mengerti Sejarah karya Louis Gottschalk yang diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto, dan Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta Kekuatan Politik Dan Pembangunan, karya Drs.

Arbi Sanit. Selain buku, peneliti juga menemukan cukup banyak jurnal yang berkaitan dengan permasalahan dan beberapa skripsi yang membantu penelitian, yaitu: skripsi berjudul Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Dalam Pemilihan Umum Di Kabupaten Sumedang Tahun

1999-2009, karya Susi Nuraeni yang ditulis pada tahun 2013, Peta Politik Partai

(23)

27

Tannia Listia, 2015

Jawa Barat, karya Setia Rohman Hanifah yang ditulis pada tahun 2013, dan

skripsi berjudul Pemilihan Umum Dan Media Massa (Pandangan Majalah Tempo Dan Majalah Gatra Terhadap Megawati Soekarnoputri Sebagai

Calon Presiden Dalam Pemilihan Umum Tahun 1999 Dan 2004 Di

Indonesia), karya Agustina yang ditulis pada tahun 2014. Skripsi Sarjana

pada FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

2. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, di Jakarta. Di perpustakaan ini peneliti memperoleh sumber berupa surat kabar harian, yaitu Kompas dan majalah, yaitu majalah mingguan Tempo. Surat kabar dan majalah ini merupakan sumber yang terbit pada saat sebelum dan setelah pemilihan umum berlangsung, sehingga sangat membantu peneliti untuk mengetahui gambaran umum berlangsungnya pemilihan umum tersebut.

3. Perpustakaan umum Universitas Padjajaran (Unpad), Dipati Ukur. Di perpustakaan ini peneliti menemukan beberapa buku yang berkaitan dengan penelitian, seperti: buku Pemilihan Umum 1997 (Pedoman, Peraturan Dan Pelaksaan) karya Drs. Marsono, Partai Pemilu dan Demokrasi karya Arbi

Sanit, dan Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai karya Miriam Budiardjo.

4. Perpustakaan Universitas Indonesia (UI), Depok. Di perpustakaan ini peneliti menemukan buku Pemilu Dan Partai Politik Di Indonesia karya Prof. Abdul Bari Azed, S.H., M.H. dan Makmur Amir, S.H., M.H. Selain buku, peneliti juga menemukan beberapa skripsi yang membantu penelitian, yaitu: skripsi berjudul Pengaruh Isu-Isu Dan Pengaruh Identifikasi Partai Terhadap Perbedaan Perilaku Memilih Dalam Pemilu Legislatif Dan Pemilu Presiden

Putaran Pertama Tahun 2004 (Studi Kasus: Perilaku Memilih Mahasiswa

FISIP UI Angkatan 2003) yang ditulis oleh Iqbal Fadil pada tahun 2004, dan

Kecenderungan Pemberitaan Kampanye Tujuh Partai Pemenang Pemilu

1999 (Studi Analisis Isi Surat Kabar Republika, Kompas dan Rakyat Merdeka

Selama Masa Kampanye Pemilu 1999) yang ditulis oleh Rina Fadriana pada

tahun 2000.

(24)

28

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan Pemilu-PemiluOrdeBaru: PasangSurutKekuasaanPolitik karya R. William Liddle.

6. Perpustakaan Umum Daerah Bandung. Di perpustakaan ini peneliti menemukan buku yang berkaitan dengan penelitian, yaitu: buku Pemilihan Umum dan Kedaulatan Rakyat karya Khairul Fahmi S.H., M.H.

7. Kantor KPU di Jakarta. Disana, peneliti diberi sebuah dokumen berbentuk buku berjudul Pemilu 2009 Dalam Angka serta Buklet & CD-ROM KPU “Daerah Pemilihan & Hasil Pemilu Legislatif Indonesia 2004”. Petugas KPU juga memberi izin untuk mem-fotocopy buku yang disusun oleh Biro Humas KPU berjudul Pemilu Indonesia Dalam Angka dan Fakta Tahun 1955-1999, dikarenakan keterbatasan jumlah buku yang tersedia disana.

8. Usaha peneliti dalam mencari dan mengumpulkan sumber terbantu oleh orang tua peneliti yang kebetulan sering menjadi panitia di Tempat Pemungutan Suara (TPS) Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, tempat beliau bekerja, yang memiliki buku yang berjudul Himpunan Keputusan Menteri Dalam Negeri/Ketua Lembaga Pemilihan Umum Mengenai Penyelenggaraan

Pemungutan Suara Dan Penghitungan Surat Di Tempat Pemungutan Suara

Dalam Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I, Dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Tingkat II oleh Lembaga Pemilihan Umum (LPU), buku UU RI No.

23 Tahun 2003 Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden oleh

Lembaga Informasi Nasional, dan buku UU RI No. 12 Tahun 2003 Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah oleh Lembaga Informasi Nasional.

(25)

29

Tannia Listia, 2015

berbentuk buku berjudul NuansaPemilihanUmum Di Indonesiaoleh KPU. Selain itu, peneliti juga menggunakan buku-buku koleksi pribadi yang sudah lama dimiliki sebagai rujukan penelitian, seperti: buku yang berjudul Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural karya Dr. H.

Dadang Supardan, M.Pd., buku Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan oleh Prof. Dr. H. Ismaun, MPd., buku Metodologi

Sejarah karya Helius Sjamsuddin, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 karya M.C Ricklefs, dan Sistem Politik Indonesia karya Drs. H. Inu Kencana Syafii M.Si. dan Azhari, SSTP., Msi.

Setelah mendapatkan sumber-sumber, selanjutnya peneliti membaca, memahami dan mengkaji sumber-sumber tersebut. Hal itu berguna untuk memudahkan peneliti dalam menuangkan hasil-hasil analisis ke dalam penulisan skripsi.

3.2.2 Kritik Sumber

Tahap selanjutnya setelah Heuristik adalah melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah ditemukan dan dikumpulkan oleh peneliti pada tahap sebelumnya. Sjamsuddin (2007, hlm 131) mengatakan, dalam usaha mencari kebenaran (truth), sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan untuk membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil. Menurut Lucey yang dikutip oleh Sjamsuddin (2007, hlm 133) sebelum sumber-sumber sejarah dapat digunakan dengan aman, paling tidak ada lima pertanyaan yang harus dijawab dengan memuaskan, yaitu :

1. Siapa yang mengatakan itu?

2. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah?

3. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengankesaksiannya? 4. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata

yangkompeten,apakah ia mengetahui fakta?

5. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikankepadakita fakta yang diketahui itu?

Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber pertama. Dalam metode sejarah dikenal dengan cara melakukan kritik eksternal dan kritik internal (Sjamsuddin, 2007, hlm 132).

(26)

30

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kritik eksternal ialah suatu penelitian atas asal usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007, hlm 133-134). Dalam kritik ekstern dipersoalkan dan bentuk sumber, umur, dan asal dokumen, kapan dibuat (sudah lama atau belum lama sesudah terjadi peristiwa yang diberitakan), dibuat oleh siapa, instansi apa, atau atas nama siapa. Sumber itu asli atau salinan, dan masih utuh seluruhnya atau sudah berubah (Ismaun, 2005, hlm 50).

Sejarawan menganggap bahwa sumber-sumber asli sebagai sumber pertama, sedangkan apa yang telah ditulis oleh sejarawan sekarang atau sebelumnya berdasarkan sumber-sumber pertama disebut sumber kedua (Sjamsuddin, 2007, hlm 106). Dari hasil pencarian dan pengumpulan sumber, sebagian besar yang peneliti peroleh adalah buku-buku yang merupakan sumber kedua. Oleh karena itu peneliti tidak dapat melakukan kritik eksternal secara mendalam. Walaupun begitu, buku-buku tersebut secara jelas diketahui dibuat oleh siapa, kapan, dan oleh instansi apa diterbitkan.

3.2.2.2 Kritik Internal

Kritik internal adalah kebalikan dari kritik eksternal, kritik internal sebagaimana yang disarankan oleh istilahnya menekankan aspek “dalam” yaitu isi dari sumber: kesaksian (testimoni). Setelah fakta kesaksian ditegakkan melalui kritik eksternal, tiba giliran sejarawan untuk mengadakan evaluasi terhadap kesaksian itu, menutuskan apakah kesaksian itu dapat diandalkan atau tidak (Sjamsuddin, 2007, hlm 143). Kritik internal dilakukan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain (Ismaun, 2005, hlm 50).

(27)

31

Tannia Listia, 2015

bertanggung jawab, maka sumber tersebut sudah tentu dapat diandalkan. Namun, karena sebagian besar buku-buku yang menjadi sumber penelitian merupakan sumber kedua yang berisi pemikiran dan pengalaman pribadi penulis, yang seringkali bersifat subyektif, maka sulit untuk dilakukan kritik internal. Tetapi jika melihat angka dan fakta sejarah dalam buku-buku tersebut tidak ada perbedaan, yang berbeda hanyalah interpretasi penulis dari hasil memahami fakta sejarah yang ada.

3.2.3 Interpretasi

Setelah melakukan heuristik dan kritik sumber, maka tahap selanjutnya adalah interpretasi. Interpretasi merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti berdasarkan informasi yang diperoleh dari jejak-jejak (sumber sejarah) dengan membayangkan bagaimana gambaran masa lampau (Ismaun, 2005, hlm 34). Ketika para sejarawan menulis, disadari atau tidak, diakui atau tidak, dinyatakan secara eksplisit atau implisit, mereka berpegang pada salah satu atau kombinasi beberapa filsafat sejarah tertentu yang menjadi dasar penafsirannya (Sjamsuddin, 2007, hlm 158-159). Maka pada tahap ini peneliti memberikan penafsiran terhadap data-data yang diperoleh selama penelitian dengan cara menghubungkan fakta-fakta yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah diuji melalui proses kritik eksternal dan kritik internal.

Proses interpretasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakan pendekatan interdisipliner yang melihat keterkaitan ilmu sejarah dengan ilmu sosial lainnya, yang dalam hal ini adalah ilmu politik. Hal ini dimaksudkan untuk mempertajam analisis penulis mengenai kajian yang dibahas. Penulis juga mencoba untuk merangkai seluruh fakta dan data yang didapatkan dari sumber-sumber sejarah sehingga dapat didapatkan gambaran yang lebih utuh.

3.2.4 Historiografi

(28)

32

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga sesuai dengan jejak-jejaknya maupun dengan imajinasi ilmiah. Jadi, penulisan sejarah pada hakekatnya ialah hasil dari kritik sumber dan interpretasi.

Sjamsuddin (2007, hlm 156) mengatakan bahwa ketika sejarawan memasuki tahap menulis, maka ia mengerahkan seluruh daya pikirannya, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan, catatan-catatan, tetapi yang terutama penggunaan-penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya karena itu pada akhirnya harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi.

Pada tahap ini seluruh proses penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dituangkan ke dalam bentuk tulisan karya ilmiah berbentuk skripsi dengan menggunakan tata bahasa yang baku dan sesuai dengan kaidah keilmuan berdasarkan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang berlaku di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

3.3 Laporan Hasil Penelitian

Sistematika penulisan yang peneliti digunakan dalam menyusun penelitian ini disesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI tahun 2014, yaitu sebagai berikut:

1. BAB I, Pendahuluan. Bab ini terdiri atas latar belakang penelitian yang menjelaskan alasan mengapa masalah yang diteliti itu timbul, serta rumusan dan batasan masalah agar penelitian menjadi fokus dan memudahkan penulis melakukan penelitian. Kemudian, pada bab ini juga dikemukakan tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian dan struktur organisasi skripsi yang menjadi kerangka dalam penyusunan skripsi ini.

BAB II, Kajian Pustaka. Bab inimemaparkanpenjelasanmengenaikonsep-konsepyang digunakandalampenelitian. Selain itu, dikemukakan pula hasil-hasil penelitian terdahulu berupa skripsi yang relevan dengan permasalahan yang dibahas.

(29)

33

Tannia Listia, 2015

terdiri dari heuristik, kritik,interpretasi dan historiografi.Serta bagian ketiga yaitu pelaporan hasil penelitian.

BAB IV, Perubahan Sistem Pemilihan Umum Masa Orde Baru ke ReformasiTahun 1997-2009. Merupakan pembahasan dari penelitian yang dilakukan dan menjawab pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah dan batasan masalah.

(30)

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada bab ini akan dipaparkan beberapa kesimpulkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul “Perkembangan Sistem Politik Masa Reformasi Di Indonesia (Kajian Terhadap Sistem Pemilihan Umum Orde Baru ke Reformasi Tahun 1997-2009)”. Kesimpulan ini merujuk pada pertanyaan rumusan masalah yang terdapat pada bab satu. Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa:

Pertama, pemilihan umum di Indonesia pertama kali dilaksanakan pada

tahun 1955, merupakan pemilihan umum yang baru dapat dilaksanakan setelah sepuluh tahun Indonesia merdeka. Diselenggarakan pada masa pemerintahan Orde Baru dengan sukses, namun sayangnya menjadi pemilihan umum pertama dan terakhir pada masa itu. Kesuksesan pemilihan umum ini kemudian sering dibandingkan dengan pemilihan umum tahun 1999.

Kedua, pemilihan umum pada masa Orde Baru yang dilaksanakan enam

kali, yaitu pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 oleh Lembaga Pemilihan Umum (LPU) tidak terdapat perbedaan besar jika dilihat dari sistem, penyelenggaraan, hingga hasilnya. Bahkan asas yang menjadi dasar pemilihan umum tersebut tetap sama, yaitu luber (langsung, umum, bebas dan rahasia). Sistem pemilihan umum yang digunakan pada setiap pelaksanaan pemilihan umum Orde Baru ini adalah sistem proporsional daftar tertutup. Untuk peserta pemilihan umum, hanya pada pemilihan umum tahun 1971 yang berbeda jumlahnya, lima pemilihan umum lainnya hanya memiliki tiga peserta. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses penyelenggaraan pemilihan umum masa Orde Baru tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Ketiga, pemilihan umum pada masa Reformasi yang dilaksanakan mulai

(31)

70

Tannia Listia, 2015

dalam penyelenggaraan penyelenggaraan pemilihan umum, yaitu pada sistemnya, dari sistem proporsional daftar tertutup menjadi sistem proporsional daftar terbuka.

Keempat, perubahan sistem pemilihan umum masa Orde Baru ke masa

Reformasi. Perubahan dalam sistem pemilihan umum ini terjadi karena disebabkan oleh ketidaksukaan masyarakat akan sikap otoriter rezim Orde Baru dan keinginan untuk menjalankan sistem pemerintahan yang demokratis dengan berusaha mewujudkan pemilihan umum yang lebih baik sesuai prinsip demokrasi yang diperkuat dengan adanya UUD 1945 Amandemen III dan IV. Kemudian untuk perbandingan kedua sistem pemilihan, peneliti melihat pada kelebihan dan kelemahan dari sistem proporsional daftar tertutup dan sistem proporsional daftar terbuka karena tidak ada sistem pemilihan yang sempurna. Pada tiap sistem tersebut pasti terdapat kelebihan dan kelemahan yang menguntungkan dan merugikan berbagai pihak yang terlibat seperti pemerintah, lembaga penyelenggara pemilihan umum, dan masyarakat. Kelebihan sistem proporsional daftar tertutup misalnya pada sederhananya pelaksanaan pemilihan umum sehingga biaya, tenaga dan waktu menjadi lebih hemat. Untuk kelemahannya, dengan menggunakan sistem ini pemilihan umum menjadi kurang demokratis. Sedangkan kelebihan sistem proporsional daftar terbuka adalah dapat memilih pemimpin secara langsung sesuai yang pemilih inginkan sehingga pelaksanaan pemilihan umum menjadi lebih demokratis. Kemudian kelemahannya ialah dibutuhkannya biaya, tenaga dan waktu yang lama untuk menyelenggarakan pemilihan umum.

. 5.2Saran

(32)

71

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(33)

Tannia Listia, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Azed, A.B. dan Makmur, A. (2005). Pemilu Dan Partai Politik Di Indonesia. Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara FKUI.

Biro Humas Komisi Pemilihan Umum. (2000). Pemilu Indonesia Dalam Angka dan Fakta Tahun 1955-1999. Jakarta: KPU.

Budiardjo, M. (1996). Demokrasi Di Indonesia: Demokrasi Parlementer Dan Demokrasi Pancasila. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

___________. (1998). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Denny, J.A. (2006). Jatuhnya Soeharto Dan Transisi Demokrasi Indonesia. Yogyakarta: LKIS.

Fahmi, K. (2011). Pemilihan Umum dan Kedaulatan Rakyat. Jakarta: Rajawali Press.

Fatah, E. S. (2000). Zaman Kesempatan: Agenda-Agenda Besar Demokratisasi Pasca-Orde Baru. Bandung: Penerbit Mizan.

Feith, H. (1999). Pemilihan Umum 1955 Di Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Gaffar, J. M. (2013). Demokrasi Dan Pemilu di Indonesia. Jakarta: Konstitusi Press.

Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Penerjemah Nugroho Notosusanto. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Ibrahim, H. (1981). Pemilihan Umum Di Indonesia (Himpunan Pemikiran). Jakarta: CV Sinar Bakti.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press

KomisiPemilihanUmum. (1999). NuansaPemilihanUmum Di Indonesia. Jakarta: KPU.

Komisi Pemilihan Umum. (2009). Pemilu 2009 Dalam Angka. Jakarta: Komisi Pemilihan Umum.

(34)

73

Tannia Listia, 2015

PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lembaga Informasi Nasional. (2003). UU RI No. 12 Tahun 2003 Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Jakarta.

Lembaga Pemilihan Umum. (1991). Himpunan Keputusan Menteri Dalam Negeri/Ketua Lembaga Pemilihan Umum Mengenai Penyelenggaraan Pemungutan Suara Dan Penghitungan Surat Di Tempat Pemungutan Suara Dalam Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat II. Jakarta: Percetakan Negara.

Liddle, R. W. (1992) Pemilu-PemiluOrdeBaru: PasangSurutKekuasaanPolitik. Jakarta: LP3ES.

Marijan, K. (2010). Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde Baru. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Marsono. (1996). Pemilihan Umum 1997 (Pedoman, Peraturan Dan Pelaksaan). Jakarta: Penerbit Djambatan, Anggota Ikapi.

Mashad, D. (1998). Reformasi Sistem Pemilu dan Peran Sospol ABRI. Jakarta: PT Grasindo, Anggota Ikapi.

Pandiangan, A. (1996). Menggugat Kemandirian Golkar. Yogyakarta: Bigraf Publishing.

Panjaitan, H dan Hadi, P. (2003). Pemilu Bersih Untuk Pemimpin Bersih: Cara Mudah Memahami dan Mengenali Partai Politik Peserta Pemilu 2004. Jakarta: Warta Global Indonesia.

Poerwantana, P.K. (1994). Partai Politik Di Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Puspoyo, W. (2012).Dari SoekarnoHinggaYudhoyono, Pemilu Indonesia 1955-2009. Solo: PT Era AdicitraIntermedia.

Rachman, A. A. (2006). Citra Khalayak Tentang Golkar: Peta Permasalahan Menjelang Kemenangan Pemilu 2004. Jakarta Pusat: Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP).

Ricklefs, M. C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Rizkiyansyah, F. K., Roni, T. dan Mahi, M. H. (2010). Pertaruhan Demokrasi: Dinamika Pemilu 2009. Bandung: Batic Press.

(35)

74

Tannia Listia, 2015

Salim, H., Uzair, F. dan Umar I. S. (1999). Tujuh Mesin Pendulang Suara: Perkenalan, Prediksi, Harapan Pemilu 1999. Yogyakarta: LKIS.

Sanit, A. (2010). Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta Kekuatan Politik Dan Pembangunan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

_______.(1998). ReformasiPolitik Indonesia. Jakarta: PustakaBelajar

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Sonata, T. (1999). UU Politik Buah Reformasi Setengah Hati. Jakarta: Yayasan PARIBA.

Supardan, D. (2007). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Syafiie, I. K. dan Azhari. (2009). Sistem Politik Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.

Tempo (Majalah Berita Mingguan). (1971, 3 Juli). Setelah 16 Tahun: Apa Yang Sedang Terjadi?. hlm 6.

_____________________________. (1977, 9 April). Dan Oma Serta Upit Ikut Kampanye. hlm 58.

_____________________________. (1982, 10 April). Mengungkap Huru Hara Lapangan Banteng. hlm 12.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Wiharyanto, A.K. (2011). Sejarah Indonesia: Dari ProklamasiSampaiPemilu 2009. Yogyakarta: UniversitasSanata Dharma.

http://www.kpu.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul Perkembangan Politik Apartheid Pada Masa Pemerintahan Frederik Willem de Klerk Tahun 1989-1994 berisi mengenai gambaran perkembangan politik

Hasil penulisan ini menunjukkan: 1) Perkembangan partai politik pada masa Demokrasi Liberal ditandai dengan terjadinya perbedaan ideologi-ideologi antar partai politik,

Sistem pemerintahan yang sentarlistik yang dijalankan pada masa Orde Baru dimana seluruh sumber ekonomi dikuasi oleh Negara, memberikan wewenang yang luas bagi

Sehingga pada tahun 1991, lahir organisasi Kerukunan Keluarga Tabot (KKT) sedangkan masa reformasi pihak yang melaksanakan upacara Tabot bukan hanya dari kelompok keluarga Tabot

Salah satunya ialah Perkeretaapian Indonesia: Telaah tentang Perkembangan Sosial-Ekonomi pada Masa Orde Baru (1966-1998). Perkembangan sosial-ekonomi perkeretaapian

Reformasi merupakan gerakan yang dilakukan oleh rakyat bersama dengan mahasiswa untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan politik Indonesia.. Puncak pimpinan berganti

Adanya rent seeking yang berujung pada terjadinya korupsi di masa reformasi disebabkan beberapa hal yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh pola relasi bisnis politik di

Sistem pendidikan yang ada di Indonesia pada masa penjajahan kolonial Belanda setelah pertama kali Belanda menerapkan Politik Etisnya di Indonesia dapat digambarkan diantaranya: 1