Wonokr omo Surabaya)
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
AGNES PRAJ ADIANTO 0813010042/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL " VETERAN"
J AWA TIMUR
USULAN PENELITIAN
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur
Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Akuntansi
Diajukan Oleh :
AGNES PRAJ ADIANTO 0813010042/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL " VETERAN"
J AWA TIMUR
KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJ AK BUMI DAN BANGUNAN
(Studi Kasus di Kelurahan Sawunggaling Kecamatan
Wonokr omo Surabaya)
Disusun Oleh: Agnes Pr ajadianto 0813010042/FE/EA
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 25 mei 2012
Pembimbing: Tim Penguji:
Pembimbing Utama Ketua
Dr s.Ec.MUNARI,MM Dr s.Ec.MUNARI,MM
Sek r etar is
Dr a.Ec.Siti Sundar i,Msi Anggota
Dr a.Ec.Endah Susilowati,Msi
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sita s Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJ AK BUMI DAN BANGUNAN
(Studi Kasus di Kelurahan Sawunggaling Kecamatan
Wonokr omo Surabaya)
yang diajukan
Agnes Pr ajadianto 0813010042/FE/EA
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
DRS. EC. MUNARI, MM Tanggal :………
NIP. 1961104021988031001
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
(Studi Kasus di Kelurahan Sawunggaling Kecamatan
Wonokr omo Surabaya)
yang diajukan
AGNES PRAJ ADIANTO
0813010042/FE/EA
telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
DRS. EC. MUNARI, MM Tanggal :………
NIP.1961104021988031001
Mengetahui
Ketua Pr ogr am Studi Akuntansi
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI TINGKAT
KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJ AK BUMI DAN BANGUNAN
(Studi Kasus di Kelur ahan Sawunggaling Kecamatan Wonokr omo Surabaya)
yang diajukan
AGNES PRAJ ADIANTO 0813010042/FE/AK
telah disetujui untuk diseminarkan oleh
Pembimbing Utama
DRS. EC. MUNARI, MM Tanggal :………
NIP.1961104021988031001
Mengetahui
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul
“Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan ( Studi Kasus Kelurahan Sawunggaling Kecamatan
Wonokromo”, dapat terselesaikan dengan kesungguhan hati.
Penulisan tugas akhir ini telah merupakan salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa tampa adanya bantuan dari beberapa pihak,
maka akan sulit sekali penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Pada kesempatan
yang baik ini, perkenalkan penulis dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati
untuk menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat
secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung kelancaran
penyusunan skripsi ini.
Untuk mewujudkan rasa syukur atas hasil ini, maka tidak berlebihan jika
penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Yang saya hormati, Bapak Prof.DR.Teguh Soedarto, MP selaku Rektor
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Yang saya hormati, Bapak Prof.DR.Soemargono, SU selaku Wakil Rektor
I Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Yang saya hormati, Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin, MM selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
4. Yang saya hormati, Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE. MSi, selaku Ketua
Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
5. Yang saya hormati, Bapak DRS. EC. MUNARI, MM, selaku Dosen
Pembimbing Utama yang penuh perhatian, kesadaran dan ketelitian yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing serta
mengarahkan penulis untuk menyusun skripsi ini.
6. Yang saya hormati Para Dosen Penguji yang telah penuh perhartian,
ketekunan, ketelitian dan kebajikan yang telah berkenan “menyidangkan –
ujian” Skripsi ini.
7. Yang saya hormati Pimpinan beserta segenap Staf, Karyawan/Karyawati
Kantor Kelurahan Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo Kotamadya
Surabaya, yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.
Hasil penelitian tersebut banyak membantu penulis dan penghimpunan
data materi praktis yang dihadapkan dengan materi teoritis, sehingga
dapat mewujudkan hasil Skripsi ini.
8. Ayahanda dan Ibunda Ku tercinta yang telah memberikan doa dan
dukungan baik moril ataupun material.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa isi dan cara penyajian skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis
harapkan guna meningkatkan mutu dari penelitian skripsi ini. Akhir kata
penulis berharap Skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan dan sekaligus penulis juga tidak lupa untuk
memanjadkan doa semoga segala kebaikan yang telah diberikan berbagai
pihak mendapat balasan yang berlipat gan da dari Allah SWT.
Surabaya, Mei 2012
Wonokromo Surabaya)
Oleh :
AGNES PRAJADIANTO
Abstrak
Pajak adalah iuran wajib yang diberikan masyarakat/penduduk kepada
Pemerintah. Pajak merupakan salah satu unsur penerimaan dan pendapatan
Pemerintah yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) maupun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Penerimaan dari pendapatan pajak sangat berperan dalam memberikan kontribusi
pertumbuhan pembangunan Negara baik pusat maupun daerah. Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) adalah salah satu penyandang dana dalam pembangunan daerah.
Tujuan dalam penelitian ini di fokuskan pada faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di
wilayah kerja Kelurahan Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo, yang mencakup
faktor-faktor, tingkat kesadaran wajib pajak, tingkat pemahaman wajib pajak dan
tingkat kepatuhan wajib pajak.
Obyek penelitian ini adalah 100 orang responden para Wajib Pajak (WP) di
kelurahan sawunggaling, Kecamatan Wonokromo-Surabaya, yang diperoleh dengan
menggunakan metode simple random sampling.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi linier
berganda. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa kesadaran dan pemahaman Wajib
Pajak tidak berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan penerimaan PBB sedangkan
kepatuhan Wajib pajak terbukti berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan
penerimaan PBB.
Daftar Tabel vii
Daftar Lampiran ix
Abstraksi x
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah 1 1.2. Perumusan Masalah 8
1.3. Tujuan Penelitian 8 1.4. Manfaat Penelitian 8 Bab II Kajian Teor i dan Pengembangan Model 2.1. Penelitian Terdahulu 10
2.2. Perbedaan dan Persamaan Penelitian yang Dilakukan Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu 13
2.3. Kajian Teori 16
2.3.1. Keuangan Daerah 16
2.3.2. Pajak 20
2.3.3. Syarat Pemungutan Pajak 26
2.3.5.1. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap tingkat
Penerimaan PBB 32
2.3.6. Pemahaman Wajib Pajak 33
2.3.6.1. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak terhadap tingkat
Penerimaan PBB 35
2.3.7. Kepatuhan Wajib Pajak 36
2.3.7.1. Pengaruh kepatuhan Wajib Pajak terhadap tingkat
Penerimaan PBB 37
2.4. Kerangka Pikir 38
2.5. Hipotesis 38
Bab III Metode Penelitian
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 40
3.1.1. Definisi Operasional 40
3.1.2. Pengukuran Variabel 42
3.2. Teknik Penarikan Sampel 45
3.2.1. Populasi 45
3.2.2. Sampel 45
3.3. Teknik Pengumpulan Data 46
3.3.1. Jenis dan Sumber Data 46
3.4.3. Uji Normalitas 48
3.5. Uji Asumsi Klasik 49
3.5.1. Multikolinieritas 49
3.5.2. Autokorelasi 50
3.5.3. Heteroskedatisitas 50
3.6. Teknik Analisis 51
3.7. Uji Hipotesis 52
3.7.1. Uji Kecocokan Model 52
3.7.2. Uji t 53
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1. Deskripsi Kelurahan Sawunggaling 55
4.2. Deskripsi Responden 56
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian 57
4.3.1. Deskripsi Variabel Kesadaran Wajib Pajak 57
4.3.2. Deskripsi Variabel Pemahaman Wajib Pajak 58
4.3.3. Deskripsi Variabel Kepatuhan Wajib Pajak 59
4.3.4. Deskripsi Variabel Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi
Dan Bangunan 60
4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas 61
4.5.2. Persamaan Regresi Linier Berganda 67
4.5.3. Pengujian Kecocokan Model (uji F) 69
4.5.4. Koefisien Determinasi (R-Square) 70
4.5.5. Pengujian Secara parsial (uji t) 71
4.6. Pembahasan Hasil Penelitian 72
4.6.1. Implikasi Penelitian 72
4.6.2. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu 74
4.6.3. Keterbatasan Penelitian 75
Bab V Kesimpulan dan Sar an
5.1. Kesimpulan 76
5.2.Saran 76
Daftar Pustaka
Tabel.2. Data Penerimaan PBB Kecamatan Wonokromo 6
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 55
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 55
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 55
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan 56
Tabel 7. Deskripsi Variabel Kesadaran Wajib Pajak 57
Tabel 8. Deskripsi Variabel Pemahaman Wajib Pajak 58
Tabel 9. Deskripsi Variabel Kepatuhan Wajib Pajak 59
Tabel 10. Deskripsi Variabel Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan 60
Tabel 11. Uji Validitas pada Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X1) 61
Tabel 12. Uji Validitas pada Variabel Pemahaman Wajib Pajak (X2) 61
Tabel 13. Uji Validitas pada Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X3-1) 62
Tabel 14. Uji Validitas pada Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X3-2) 62
Tabel 15. Uji Validitas pada Variabel Keberhasilan Pajak Bumi dan Bangunan (Y) 63
Tabel 16 Hasil Uji Reliabilitas 63
Tabel 17 Hasil Uji Normalitas 64
Tabel 18 Hasil Uji Heteroskedasttisitas (Glejser) 65
Tabel 23. Hasil Uji t 70
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Peranan pemerintah dalam menjalankan pemerintahan dan
pembangunan yang mempunyai tujuan akhir yaitu menciptakan suatu
tatanan masyarakat yang adil dan makmur, materil dan spiritual, pemerintah
membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari
segenap potensi sumber daya yang memiliki oleh suatu negara, baik berupa
hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. ( Google,
www.jurnalskripsi.com )
Selama ini berlaku anggaran bahwa keberadaan sesuatu negara
ditopang oleh tiga pilar utama, yakni adanya penduduk, wilayah teritorial
yang jelas dan adanya pemerintahan yang mendapat pengakuan
internasional, namun masih ada pilar keempat yang tidak kalah penting,
yakni topangan system perpajakan yang berjalanan dengan baik, adil dan
bersih. ( Google, www.jurnalskripsi.com )
Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan
masyarakat dan negara, saat ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang
asing bagi masyarakat Indonesia, sebagian kalangan telah menempatkan
pajak sebagai salah satu kewajiban dalam bernegara, yaitu merupakan
sarana untuk ikut berpartisipasi dalam membantu pelaksanaan tugas
bernegara yang ditangani olah pemerintah. Indikasi ini terlihat dari semakin
dari berbagai kalangan apabila ada penyelengaraan keegiatan mengenai
perpajakan.
Bermacam-macam jenis pengenaan pajak di Indonesia, Pajak yang
digali pemerintah antara lain adalah Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan. Sistem pemungutan pajak yang digunakan
saat ini adalah Self Assessment System dimana Wajib Pajak diberi
kesempatan untuk melaporkan, menghitung, dan melaksanakan pembayaran
pajak yang terutang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak dengan sistem
pemungutan semi self assesment dimana pihak fiskus yang lebih proaktif
dan kooperatif melakukan penghitungan, penetapan pajak terutang dan
mendistribusikan kepada pemerintah daerah melalui Dinas Pendapatan
Daerah berdasarkan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang diisi
oleh Wajib Pajak atau verifikasi pihak fiskus di lapangan. Pemerintah
daerah melaui Kelurahan/Desa bahkan mendistribusikan Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) sampai ketangan Wajib Pajak dan
juga menerima pembayaran PBB. Penyetoran pajak terutang selain melaui
petugas pemungut kelurahan/desa, juga dapat dilakukan di Bank/Kantor Pos
yang telah ditunjuk dalam SPPT dan juga melalui e-payment, transaksi
pembayaran melaui perangkat elektronik perbankan, yaitu melalui
Anjungan Tunai Mandiri (ATM), Internet Banking ataupun Teller Bank
yang online di seluruh Indonesia. Kebijakan-kebijakan diatas diberlakukan
berwenang mengurus masalah pajak dengan tujuan mempermudah Wajib
Pajak PBB melaksanakan kewajibannya dibidang perpajakan sehingga
kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak yang selama ini belum sepenuhnya
berjalan dengan baik dapat diminimalisir dengan segala kemudahan yang
diberikan. Sehingga target penerimaan negara yang berasal dari pajak,
khususnya Pajak Bumi dan Bangunan tercapai dengan maksimal.
Menurut Undang-undang No.12 Tahun 1985 sebagaimana diubah
dengan Undang-undang No.12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan, disebutkan bahwa hasil penerimaan pajak merupakan
penerimaan negara yang dibagi antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah dengan imbangan pembagian sekurang-kurangnya 90% untuk
Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II dan sisanya untuk Pemerintah
Pusat. Bagi pemerintah daerah, hasil penerimaan PBB ini merupakan
Pendapatan Asli Daerah yang harus dicantumkan dalam Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan penggunaanya harus diselaraskan
dengan pembangunan nasional. (www.jurnalskripsi.com)
Ditinjau dari fungsinya, pajak dibedakan menjadi dua fungsi yaitu
fungsi budgetair ( sumber penerimaan negara ) dan fungsi regulerend (
mengatur ). Fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber
penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun
pembangunan, sedangkan fungsi regulerend, artinya pajak sebagai alat
sosial, ekonomi dan mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang
keuangan. Kedua fungsi ini, pada dasarnya pemerintah ingin kembali
menegaskan peranan penting pajak baik sebagai alat penerimaan Negara
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maupun sebagai alat untuk
melaksanakan berbagai kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. ( Siti
Resmi, 2007 : 3 )
Tujuan pemerintah dalam melakukan perubahan kebijakan dibidang
perpajakan tentunnya guna meningkatkan pemasukan pajak kas Negara dan
menunjang peningkatan pertumbuhan perekonomian. Kebijakan tersebut (
peraturan perundang-undangan perajakan ) seharusnya mengatur system
perpajakan secara menyeluruh yang sejalan dengan perkembangan
perekonomian saat ini dan di masa yang akan datang. Pemerintah dalam
menjalankan fungsi pajak ( budgetair dan regulerend ) tentu saja
membutuhakan system penetapan pajak yang efisien, fleksibel dan
terintegrasi dengan system subsystem secara internal dan system yang lain
secara eksternal ( dengan peradilan pajak ) delam menunjang kebijakan
pendapatan Negara (fiscal policy).
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak property di Indonesia
sebagaima tertulis dalam undang-undang nomor 12 tahun 1944. Pajak Bumi
dan Bangunan sebagai pajak obyektif, yaitu pajak negara yang sebagian
besar penerimanya merupakan pendapatan daerah yang antara lain
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, oleh sebab itu, wajar bila
pemerintah pusat juga ikut membiayai penyediaan fasilitas tersebut melalui
pembayaran pajak Bumi dan Pembangunan.
Pajak Bumi dan Bangunan memiliki nilai rupiah kecil dibandingkan
dengan pajak pusat lainnya, tetapi memiliki dampak luas hasil penerimaan
pajak Bumi dan Bangunan dikembalikan untuk pembangunan daerah yang
bersangkutan. Pada dasarnya, pajak Bumi dan Bangunan merupakan Wajib
Pajak ( WP ) terbesar dibanding pajak-pajak lainnya dan merupakan
satu-satunya pajak property di Indonesia yang mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun, namun kenyataannya tidak menutup kemungkinan dapat mengalami
penurunan. Penurunan tersebut dapat terlihat dari table penerimaan PBB
Kota Surabaya dibawah ini.
Tabel 1
Data Penerimaan PBB Kota Surabaya
Tahun Target Realisasi Prosentase
2007 338.846.000.000 335.936.224.965 99,14%
2008 396.542.242.000 378.550.046.952 95,46%
2009 455.640.173.000 427.093.458.469 93,73%
2010 471.858.673.861 474.975.731.428 100,66%
2011 712.000.000.000 498.644.773.413 70%
Berdasarkan table di atas dapat dijelaskan bahwa prosentase realisasi
penerimaan PBB tahun anggaran 2007-2008 mengalami penurunan sebesar
3.68%. Posentase realisasi penerimaan PBB tahun anggaran 2008-2009
mengalami penrunan sebesar 1,73%. Posentase realisasi penerimaan PBB
tahun anggaran 2009-2010 mengalami kenaikan sebesar 6,93%. Posentase
realisasi penerimaan PBB tahun anggaran 2010-2011 mengalami penrunan
yang sangat besar yakni sebesar 30,66%. Penurunan yang terjadi pada tahun
2011 disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya akibat rendahnya
tingkat prosentase penerimaan PBB pada tingkat Kelurahan.
Tabel 2
Data Penerimaan PBB Kecamatan Wonokromo
Kelurahan Target Tahun
2011
Realisasi Tahun
2011
Target yang
belum terbayar
Prosentase
Sawunggaling 3.050.770.459 2.048.229.106 1.002.541.353 67%
Wonokromo 2.365.634.575 1.907.004.099 458.630.476 81%
Ngagel Rejo 2.208.160.701 1.911.408.415 296.752.286 87%
Sumber: Kantor Kelurahan Sawunggaling Surabaya
Dari ketiga contoh kelurahan diatas dapat terlihat bahwa kelurahan
sawunggaling yang memiliki prosentase tingkat keberhasilan penerimaan
Pajak Bumi Dan Bangunan terkecil yaitu 67%, sedangkan kelurahan
keberhasilan penerimaan terbesar yakni 87%. Ada banyak faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat keberhasilan Pajak Bumi Dan Bangunan. Selain
faktor diatas ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara lain, tingkat
kesadaran wajib pajak, pemahaman wajib pajak, dan kepatuhan wajib pajak.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui apakah
faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dan hasilnya berbeda-beda, seperti
penelitan yang dilakukan oleh luluk (2008) memperoleh hasil bahwa
pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak, sistem pemungutan tidak
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB sedangkan penelitan
yang dilakukan oleh furry (2010) memperoleh hasil tingkat pemahaman wp,
tingkat kesadaran wp, berpengaruh terhadap penerimaan PBB dan untuk
tingkat kepatuhan tidak berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan
penerimaan PBB.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka akan
dilakukan penelitian dengan judul “Faktor -Faktor yang Mempengar uhi
Tingkat Keber hasilan Pener imaan Pajak Bumi dan Bangunan (Studi
Kasus di Wilayah Kelurahan Sawunggaling Kecamatan Wonokr omo
1.2.Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah Tingkat Kesadaran Wajib Pajak,
Tingkat Pemahaman Wajib Pajak, serta Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
di Kelurahan sawunggaling Kecamatan Wonokromo Surabaya.
1.3.Tujuan Penelitian
Untuk menguji secara empiris pengaruh Tingkat Pemahaman Wajib
Pajak, Tingkat Kesadaran Wajib Pajak, serta Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak berpengaruh terhadap Keberhsilan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kelurahan Sawunggaling Kecamatan Wonokromo surabaya.
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat peunelitian antara lain dapat memberikan masukan bagi
beberapa pihak, antara lain sebagai berikut :
a. Bagi Wajib Pajak
Memberikan dasar yang kuat bahwa pemahaman yang diberikan
oleh pemerintah pada Wajib Pajak mutlak diperlukan dalam rangka
untuk meningkatkan penerimaan pajak Bumi dan bangunan melalui
b. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori-teori
yang telah diperoleh selama masa studi dan untuk memperoleh
pengalaman dalam pengamatan lapangan.
c. Bagi Akademisi
Dapat memberikan tambahan informasi tentang indicator-indikator
yang mempengaruhi keberhasilan Pajak Bumi dan Bangunan.
Khususnya adalah Bagaimana kesadaran wajib pajak, pemahaman
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Ter dahulu
Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Luluk Uswatun Hasanah ( 2008 )
a. Judul
Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Perpajakan
Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan Yang Melekat Pada Wajib
Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan (studi kasus di Desa Klenang Kidul Kecamatan
Banyuanyar-Probolinggo)
b. Rumusan Masalah
Apakah pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran perpajakan Wajib
Pajak, dan sistem pemungutan berpengaruh terhadap keberhasilan
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Klenang Kidul
Kecamatan Banyuanyar.
c. Hipotesis
Diduga pemahaman wajib pajak atas pajak Bumi dan Bangunan (
PBB ), Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan sistem pemungutan
dan Bangunan ( PBB ) di Desa klenang Kidul Kecamatan
Banyuanyar
d. Kesimpulan
Pemahaman Wajib Pajak atas PBB, Kesadaran Perpajakan Wajib
Pajak dan sistem pemungutan tidak berpengaruh Signifikan
terhadap tingkat keberhasilan penerimaan PBB.
2. Agnelya Ralen Cova ( 2008 )
a. Judul
Analisa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pajak
Bumi dan Bangunan (studi kasus di Kelurahan Kelun Madiun)
b. Rumusan Masalah
Apakah tingkat Kesadaran Perpajakan WP, Tingkat Pemahaman
WP, Tingkat Kemampuan WP, dan Sistem Pemungutan
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan PBB di Kelurahan Kotamadya Mediun
c. Hipotesis
Bahwa tingkat kesadaran WP, tingkat pemahaman WP,
kemampuan WP dan sistem pemungutan berpengaruh terhadap
keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
d. Kesimpulan
1. Tingkat Kesadaran WP, Tingkat Pemahaman WP, Kemampuan
WP dan Sistem Pemungutan berpengaruh terhadap variabel
simultan dan secara parsial Tingkat Kesadaran tidak terbukti
kebenarannya.
3. Furry Retno Indah S ( 2010 )
a. Judul
Pengaruh Pemahaman Wajin Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib
Pajak, dan Kepatuhan Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan
b. Rumusan Masalah
Apakah Tingkat Pemahaman Wajib Pajak, Tingkat Kesadaran
Perpajakan Wajib Pajak, serta Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
berpengaruh terhadap Keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo
c. Hipotesis
Diduga bahwa Tingkat Pemahaman Wajib Pajak, Tingkat
Kesadaran Wajib Pajak, serta Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh
terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di
Kelurahan Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo
d. Kesimpulan
Tingkat Pemahaman dan Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh
terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
di Kelurahan klurak Kecamatan Candi Sidoarjo. Kepatuahan
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan klurak
Kecamatan Candi Sidoarjo.
2.2.Per bedaan dan Per samaan Penelitian Yang dilakukan sekar ang Dengan
Penelitian ter dahulu.
No Nama
Peneliti
J udul Skr ipsi Var iabel Hasil Analisis
masyarakat terhadap
Berdasarkan Tabel di atas, penelitian yang terdahulu memiliki
persamaan dengan penelitian yang sekarang yaitu pada penggunaan
Independent Variabel ( variabel bebas ) yaitu kesadaran Wajib Pajak atas
Pajak Bumi dan Bangunan (X1), Pemahaman Wajib Pajak atas Pajak Bumi
dan Bangunan (X2), karena itu merupakan salah satu pengaruh dalam
Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah pada obyek
penelitian ( wilayah ) yang dilakukan sesuai kondisi lingkungan setempat
dan perbedaan pada Variabel (X3) yaitu sistem pemungutan yang dilakukan
oleh Luluk Uswatun Hasanah (2008) dan oleh Agnelya Ralen Cova (2008)
2.3. Kajian Teor i
2.3.1. Keuangan Daer ah
Penyelengaraan tugas Daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi dibiayai atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Penyelengaraan tugas Pemerintah Pusat yang dilaksanakan
oleh perangkat Daerah dibiayai atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). (Bratakusumah, 2001 : 172)
Sumber-sumber penerimaan Daerah dalam pelaksanaan
Desentralisasi terdiri atas :
1. Pendapatan Asli Daerah,
Yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang
diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pendapatan Asli Daerah terdiri dari:
a. Hasil Pajak Daerah
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah Lainnya, dan
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
2. Dana perimbangan terdiri dari :
a. Dana Bagi Hasil
Adalah bagian Daerah dari Penerimaan Pajak Bumi dan Banggunan
(PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan
Penerimaan Sumber Daya Alam (SDA)
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusu
3. Pinjaman Daerah
4. Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan Daerah
lainnya yang dipisahkan
5. Lain-lain Penerimaan yang sah
Lain-lain pernerimaan yang sah antara lain. Hibah, Dana Darurat, dan
penerimaan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Dana perimbangan merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari
bagian Daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea PerolehanHak atas
Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari Sumber Daya Alam, serta dana
alokasi umum dan dana alokasi khusus. Dana perimbangan tersebut tidak
sumber tersebut saling mengisi dan melengkapi. (Baratakusumah,2001 :
169)
Penerimaan Negara yang berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) dibagi dengan imbangan 10% untuk pemerintah pusat dan 90% untuk
daerah. Penerimaan Negara dari Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) dibagi dengan imbangan 20% untuk pemerintah pusat dan 80%
untuk daerah. Penerimaan Negara dari Sumber Daya Alam sektor
kehutanan, sektor pertambangan umum, dan sektor perikanan dibagi dengan
perimbangan 20% untuk pemerintah pusat dan 80% untuk daerah
(Baratakusumah, 2001 : 176-178)
Pinjaman dari dalam negeri diberitahukan kepada pemerintah dan
dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pinjaman daerah dari dalam negeri bersumber dari Pemerintah Pusat,
Lembaga Keuangan Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank, Masyarakat
dan sumber lain yang diberitahukan kepada pemerintah dan mengikuti
ketentuan perundang-undangan yang belaku. (Baratakusumah,2001 : 191)
Pinjaman dan sumber dana yang berasal dari luar negeri harus
mendapatkan persetujuan dari pemerintah, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pinjaman daerah dari luar negeri dapat
Dana alokasi umum dimaksudkan untuk menjaga pemerataan
kemampuan keuangan antara daerah dan untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Sedangkan Dana
Alokasi Khusus dialokasikan untuk membantu pembiayaan tertentu.
(Baratakusumah,2001 : 192)
Pajak dan Retribusi daerah ditetepkan dengan undang-undang
penentuan tarif dan tata cara pemungutan pajak dan Retribusi Daerah
ditetapkan dengan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan Nomor 34 tahun 2000. Jenis pungutan seperti Retribusi
mempunyai pengertian lain dibandingkan dengan pajak. Retribusi pada
umumnya mempunyai hubungan langsung dengan kembalinya prestasi
karena pembayaran tersebut ditujukan semata-mata untuk mendapatkan
prestasi dari pemerintah. ( waluyo,ilyas, 2002 : 09 )
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ditetapkan
dengan peraturan daerah paling lambat satu bulan setelah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditetapkan. Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah
selambat-lambatnya tiga bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran.
Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan
peratuaran daerah paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya tahun
Pedoman tentang penyusunan, perubahan dan perhitungan anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang telah ditetapkan dengan
peraturan pemerintah disampaikan kepada Gubernur bagi pemerintah
Kabuparen atau Kota dan kepada Presiden melalui Menteri dalam negeri
bagi pemerintah propinsi untuk diketahui. Pedoman tentang pengurusan,
pertanggung jawaban, dan pengawasan keuangan daerah serta tata cara
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pelaksanaan tata
cara usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan. Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
2.2.2. Pajak
Dalam memahami mengapa seseorang harus membayar pajak untuk
mimbiayai pembangunan yang terus dilaksanakan, maka perlu dipahami
terlebih dahulu pengertian dari pajak itu sendiri. Untuk kepentingan rakyat,
negara memerlukan dana untuk kepentingan tersebut. Dana yang akan
dikeluarkan ini tentunya didapat dari rakyat itu sendiri melalui pemungutan
yang disebut dengan pajak.
Ditinjau dari sejarahnya, masalah pajak sudah ada sejak zaman
dahulu kala walapun pada saat itu belum dinamakan “Pajak” namun masih
sifatnya dipaksakan dalam arti bahwa pemberian itu bersifat “wajib” dan
ditetapkan secara sepihak oleh negara. Dengan kata lain “Pajak” yang
semula merupakan pemberian berubah menjadi pungutan, hal ini adalah
wajar karena kebutuhan negara akan dana semakin besar dalam rangka
untuk memelihara kepentingan negara yaitu untuk mempertahankan negara
dan melindungi rakyatnya maupun untuk melaksanakan pembangunan.
Dengan demikian sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan sesuai
dengn perkembangan masyarakat dan negara baik dibidang ekonomi, sosial
dan kenegaraan. (Munawir, 1997 : 7)
Masalah perpajakan tidaklah sederhana hanya sekedar menyerahkan
sebagian penghasilan atau kekayaan seseorang kepada negara, tetapi
coraknya terlihat bermacam-macam bergantung pada pendekatannya.
Dalam hal ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu (Waluyo,2002 : 6)
1. Aspek ekonomi
Dari sudut ekonomi, pajak merupakan penerimaan Negara yang digunkan
untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pajak
sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat.
2. Aspek Hukum
Hukum Pajak di Indonesia mempunyai hierarki yang jelas dengan urutan
yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan
secara ketat, peraturan yang tingkatnya lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang tingkatnya lebih tinggi.
3. Aspek Keuangan
Pendekatan dari aspek keuangan ini tercakup dalam aspek ekonomi, hanya
lebih menitik beratkan pada aspek keuangan. Pajak dipandang bagian yang
sangat penting dalam penerimaan Negara. Jika dilihat dari penerimaan,
kondisi keuangan Negara tidak lagi semata-mata berasal dari penerimaan
Negara berupa minyak dan gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk
menjadikan pajak sebagai primadona penerimaan Negara. Alat ukur yang
digunakan sebagai indicator efektif dan produktif pemungutan pajak dalam
fungsinya pengumpulan penerimaan berupa pajak.
4. Aspek Sosiologi
Pada aspek sosiologi ini, ditinjau dari segi masyarakat yaitu yang
menyangkut akibat atau dampak terhadap masyarakat atas pungutan dan
hasil apakah yang disampaikan kepada masyarakat.
Banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan
pengertian definisi berbeda-beda mengenai pajak, namun dalam berbagai
inti tersebut mempunyai inti dan tujuan yang sama. Definisi pajak secara
umum adalah iuran wajib yang dipungut pemerintah dari masyarakat (Wajib
Pajak) untuk menutupi pengeluran rutin negara dan biaya bangunan tanpa
Pengertian pajak menurut beberapa ahli:
a. Menurut Ilyas dan Burton pajak adalah dana yang didapat dari rakyat
melalui pungutan yang digunakan untuk menjaga kepentingan rakyatnya,
baik dalam bidang kesejahteraan, keamanan, pertahanan, maupun
kecerdasan kehidupannya. Pajak merupakan pungutan yang bersifat
memaksa yang sudah diatur dalam undang-undang. (Ilyas dan
Burton,2007:4)
b. Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama
untuk membiayai public investment dan yang digunakan sebagai alat
pencegah atau pendorong untuk mencapai tujuan yang ada diluar bidang
keuangan. (Soemitro,1979:23)
c. Sedangkan menurut Mardiasmo pajak memiliki beberapa definisi:
(Mardiasmo,2009:1)
1. Iuran dari rakyat kepada Negara
Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara, iuran tersebut berupa
uang (bukan barang).
2. Berdasarkan undang-undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara
langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Dari definisi-definisi diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan
tentang ciri-ciri yang melekat dari pengertian pajak yaitu,
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya
yang bersifat memaksa
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah
c. Pajak dipungut oleh Negara baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah
d. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila
dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai
Public Investment
e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan sebagi budgeter, yaitu mengatur
Pajak juga memiliki berbagai fungsi antara lain:
§ Fungsi anggar an (budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan
membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan
pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti
belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain
sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan
dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri
dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun
ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan
pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama
diharapkan dari sektor pajak.
§ Fungsi mengatur (regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui
kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam
rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun
luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak.
Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah
menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
§ Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
§ Fungsi r edistr ibusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk
membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk
membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan
kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat. (www.google.com)
2.3.3. Syar at Pemungutan Pajak
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila
terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu
rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang.
Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus
memenuhi persyaratan yaitu:
§ Pemungutan pajak har us adil
Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk
menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam
perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.
Contohnya:
1. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak
2. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang
memenuhi syarat sebagai wajib pajak
3. Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum
sesuai dengan berat ringannya pelanggaran
§ Pengaturan pajak har us ber dasar kan UU
Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan
pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan
Undang-Undang", ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
UU tentang pajak, yaitu: (www.wikipedia.com)
§ Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang
berdasarkan UU tersebut harus dijamin kelancarannya
§ Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan
secara umum
§ Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib
pajak
§ Pungutan pajak tidak mengganggu per ekonomian
Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak
mengganggu kondisi perekonomian, kegiatan produksi, perdagangan,
kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat
pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.
(www.wikipedia.com)
§ Pemungutan pajak har us efesien
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus
diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah
daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem
pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan.
Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam
pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi
waktu. (www.wikipedia.com)
§ Sistem pemungutan pajak har us seder hana
Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan
dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan
wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai
sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk
meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika
sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan
membayar pajak. (www.wikipedia.com)
Asas pemungutan pajak menurut beberapa ahli:
§ Asas Tempat Tinggal
Suatu Negara hanya dapat memungut pajak terhadap semua orang
yang bertempat tinggal atau berdomisili di Negara yang bersangkutan
atas seluruh penghasilan dimanapun diperoleh, tanpa memperhatikan
apakah orang yang bertempat tinggal tersebut warga negaranya atau
warga Negara asing.
§ Asas Kebangsaan
Suatu Negara akan memungut pajak kepada setiap orang yang
mempunyai kebangsaan atas Negara yang bersangkutan sekalipun
orang tersebut tidak bertempat tinggal di Negara bersangkutan.
§ Asas Sumber
Merupakan suatu asas yang didasarkan pada sumber atau tempat
penghasilan berbeda. Apabila suatu sumber penghasilan berbeda
disuatu Negara maka Negara tersebut berhak memungut pajak kepada
setiap orang yang memperoleh penghasilan dari tempat atau sumber
penghasilan tersebut berada.
2. Menurut Soemit ro, asas pemungutan pahak adalah sebagai berikut:
§ Asas Domisili
Asas pemungutan pajak yang digantungkan pada domisili (tempat
tinggal). Menurut asas ini Negara dimana wajib pajak berkediaman,
ialah yang berhak mengenakan pajak atas orang-orang itu dari semua
pendapatan dimana saja diperoleh (world wide income).
§ Asas Sumber
Suatu asas pemungutan pajak yang digantungkan kepada adanya
sesuatu sumber disuatu Negara. Negara dimana sumber-sumber
pendapatan itu berada, ialah yang berhak memungut pajak, dengan
tidak menghiraukan tempat dimana wajib pajak itu berada.
§ Asas Kebangsaan
Adalah pajak yang dikenakan oleh suatu Negara pada orang-orang
yang mempunyai kebangsaan dari Negara itu.
2.3.4. Pajak Bumi dan Bangunan
2.3.4.1. Tar if Pajak
Pasal 5 : (undang-undang perpajakan, 2005 : 257)
Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5% (lima
2.3.4.2. Dasar Pengenaan dan Car a Menghitung Pajak
Pasal 6: (undang-undang perpajakan, 2005 : 257)
1. Dasar pengenaan pajak adalah nilai Jual Objek Pajak
2. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan setiap tiga tahun oleh menteri keuangan, kecuali untuk daerah
tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya.
3. Dasar perhitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan
serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual
Objek Pajak
4. Besarnya persentase Nilai Jual Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan
kondisi ekonomi nasional
Pasal 7
Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalihkan
pajak dengan Nilai Jual Kena Pajak
2.3.5. Kesadaran Wajib Pajak
Pentingnya pemahaman atas pengertian pajak dapat menimbulkan
kesadaran pajak (tax consiousness). Hal ini terutama melalui jalur
pendidikan yang terencana dengan baik dimulai sejak usia dini hingga
generasi muda mendatang sehingga mereka mempunyai pemahaman
pengetahuan pajak yang baik. Namun kesadaran pajak saja belum cukup,
Menurut Wiratni Ahmad dalam orasi ilmiahnya yang berjudul
“Disiplin Pajak Sebagai Faktor Utama Keberhasilan Pemungutan Pajak di
Indonesia” “Kesadaran pajak yang dipupuk terus menerus akan
menimbulkan keyakinan dan kepatuhan pajak. Kepatuhan pajak yang
dilakukan tepat pada waktunya menyebabkan disiplin pajak. Disiplin pajak
ini merupakan faktor utama yang dapa mempengaruhi keberhasilan
pemasukan uang dalam jas negara,”
Kesadaran pajak saja belum menjamin masuknya pajak kedalam kas
negara, namun kesadaran pajak ini harus diupayakan terus menerus
sehingga menjelma menjadi disiplin pajak. “Jika disiplin pajak telah dicapai
maka beban pengawasan menjadi ringan, dan hasil dari pengumpulan pajak
tersebut dapat berhasil masuk ke kas negara dengan pengelolaannya oleh
pemerintah untuk dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
sehingga tujuan pembangunan nasional untuk mewujudkan suatu
masyarakat adil dan makmur dapat tercapai. (www.unpad.ac.id)
2.3.5.1. Pengar uh Kesadar an WP Ter hadap Tingkat Pener imaan PBB
Kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib Pajak sangat sulit untuk
diwujudkan seandainya dalam definisi ‘pajak’ tidak ada frase “yang dapat
dipaksakan” dan “yang bersifat memaksa.” Bertitik tolak dari frase ini
menunjukkan membayar pajak bukan semata-mata perbuatan sukarela atau
karena suatu kesadaran. Frase ini memberikan pemahaman dan pengertian
dengan membayar pajak secara sukarela dan penuh kesadaran sebagai
aktualisasi semangat gotong-royong atau solidaritas nasional untuk
membangun perekonomian nasional. Kesadaran membayar pajak ini akan
memunculkan sikap patuh, taat dan disiplin pajak yang pada akhirnya akan
meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Indikasi tingginya tingkat kesadaran dan kepedulian Wajib Pajak
antara lain:
1) Realisasi penerimaan pajak terpenuhi sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
2) Tingginya tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan dan SPT Masa.
3) Tingginya Tax Ratio
4) Semakin Bertambahnya jumlah Wajib Pajak baru.
4) Rendahnya jumlah tunggakan / tagihan wajib pajak.
5) Tertib, patuh dan disiplin membayar pajak atau minimnya jumlah pelanggaran pemenuhan kewajiban perpajakan.
2.3.6. Pemahaman Wajib Pajak
Pemahaman Wajib Pajak terhadap Undang-Undang dan peraturan
perpajakan PBB berfungsi penting, karena ini merupakan elemen kognitif
dari sikap Wajib Pajak terhadap undang-undang dan peraturan perpajakan
PBB. Sikap wajib pajak mempengaruhi prilaku perpajakan, dan pada
akhirnya perilaku perpajakan mempengaruhi keberhasilan penerimaan
Landasan pengaruh pemahaman Wajib Pajak terhadap Penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dengan mengacu pada Teori Kepentingan.
Teori ini dalam ajarannya yang semula hanya memperhatikan pembagian
beban pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduk. Pembagian tugas
ini harus didasarkan atas kepentingan orang masing-masing dalam
tugas-tugas pemerintah, termasuk perlindungan atas jiwa orang-orang itu beserta
bendanya. Oleh karena itu sudah sewajarnya jika biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh Negara dibebankan kepada masyarakat. (Resmi,2007 : 6)
Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat tentang pajak
mengakibatkan sikap masyarakat cenderung epatis terhadap pajak yang
pada akhirnya berpengaruh terhadap prilaku dalam hal kedisiplinan
membayar pajak. Pemahaman masyarakat tentang pajak bisa diperoleh
melalui pendidikan formal maupun penyuluhan dari aparat perpajakan yang
terkait.
Perlawanan terhadap pajak adalah hambatan-hambatan yang ada
atau terjadi dalam upaya pemungutan pajak. Hambatan tersebut dapat
dikelompokan menjadi: (Suandy,2005 : 16-17)
a. Perlawanan Pasif
Perlawanan secara pasif ini berkaitan erat dengan keadaan social ekonomi
masyarakat di Negara yang bersangkutan
Perlawanan pajak secara aktif ini merupakan serangkaian usaha yang
dilakukan oleh Wajib Pajak untuk tidak membayar pajak atau mengurangi
jumlah pajak yang seharusnya dibayar.
Perlawanan secara aktif dibagi menjadi:
a. Penghidaran Pajak (tax avoidance)
Merupakan usaha pengurangan secara legal yang dilakukan dengan
cara memanfaatkan ketentuan-ketentuan dibidang perpajakan secara
optimal.
b. Penggelapan Pajak (tax evasion)
Merupakan pengurangan pajak yang dilakukan dengan melanggar
peraturan perpajakan seperti memberikan data-data palsu atau
menyembunyikan data,
Upaya masyarakat untuk menghindarkan pajak merupakan suatu hal
yang dialami mengingat pajak merupakan suatu pungutan paksaan dan
sesuatu yang dipaksakan akan menimbulkan reaksi negatif yang dapat
berupa perlawanan terhadap pembayaran pajak. Perlawanan pajak akan
sangat merugikan bagi Negara oleh karena itu dalam rangka untuk
mengurangi atau bahkan menghilangkan sama sekali kondisi yang membuat
masyarakat sebagaian Wajib Pajak sadar, mau dan mampu membayar pajak.
2.3.6.1. Pengar uh Pemahaman WP Ter hadap Tingkat Pener imaan PBB
Faktor Pemahaman WP terhadap Undang – Undang dan Peraturan
-pulan peraturan tertulis yangmengatur hubungan antara pemerintah sebagai
pemungutan pajakdengan rakyat sebagai pembayar pajak. Hukum pajak ada
2, yaitu hukum pajak materiil dan hokum pajak formil. Hukum pajak
materil memuat norma–norma yang menerangkan
keadaan-keadaan,perbuatan–perbuatan, dan peristiwa–peristiwa hukum
yangdikenakan pajak. Adapun hokum pajak formil memuat norma –norma
atau ketentuan – ketentuan yang berisi bagaimana melaksanakan hukum
pajak materiil tersebut. Faktor tax payer relatif bersifat uncontrollable untuk
fiskus. Faktor tax payer adalah factor – faktor yang melekat pada wajib
pajak. Oleh karena itu, pengetahuan tentang faktor – faktor yang melekat
pada wajib pajak merupakan input penting bagi fiskus, dan sangat berperan
penting dalam upaya peningkatan keberhasilan pajak.
2.3.7. Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuahan memiliki kata dasar patuh yang berarti suka menuruti
perintah ; taat kepada perintah dan aturan berdisiplinan, setia dan bersedia
melakukan sesuatu yang sudah disepakati dan ditentukan. Kepatuhan dalam
perpajakan merupakan suatu ketaatan melakukan ketentuan-ketentuan atau
aturan-aturan perpajakan yang diwajibkan, diharuskan, menurut peraturan
perundang-undangan perpajakan. Pemberian sanksi akan dikenakan kepada
pelanggar ketentuan perpajakan, yang dimaksudkan untuk mencegah
tingkah laku yang tidak dikehendaki sehingga akan tercipta kepatuhan yang
Minimnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak ini dapat dikarenakn oleh
kurangnya pengetahuan pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak tentang
pajak. Sebagian besar wajib pajak memperoleh pengetahuan dari petugas
pajak, selain itu juga ada yang diperoleh dari radio, televisi, majalah pajak,
surat kabar, internet, buku perpajakan, konsultan pajak, namun frekuensi
kegiatan tersebut tidak sering dilakukan. Kurangnya sosialisasi mungkin
berdampak pada rendahnya kesadaran masyarakat yang pada akhirnya
menyebabkan rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak. (Supriyati dan
Hidayati, 2008 : 42)
Selain itu, wajib pajak juga masih mempersepsikan pajak sebagai
pungutan wajib bukan sebagai wujud peran serta mereka karena mereka
merasa belum melihat dampak nyata pajak bagi Negara dan masyarakat,
apalagi ditambah persepsi mereka terhadap aparat pajak. Selama ini banyak
wajib pajak berpersepsi negatif pada aparat pajak yang terlihat pada
rendahnya pelayanan pada wajib pajak. Kualitas dan profesionalisme aparat
pajak telah menjadi pertanyaan besar, hal ini akan memyebabkan
rendahnya kepatuhan wajib pajak. (Supriyati dan Hidayati, 2008 : 42)
2.3.7.1.Pengar uh Kepatuhan WP Ter hadap Tingkat Pener imaan PBB
Usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak, antara lain fiskus
melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan pajak. Ekstensifikasi
ditempuh dengan meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang aktif. Sedangkan,
intensifikasi dapat ditempuh melalui meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak,
Wajib Pajak, dan pembinaan kepada para Wajib Pajak, pengawasan
administratif, pemeriksaan, penyidikan dan penagihan pasif dan aktif serta
penegakan hukum.
Umumnya Wajib Pajak cenderung untuk menghindarkan diri dari
pembayaran pajak. Kecenderungan ini terjadi karena tingkat kesadaran
masyarakat yang masih rendah. Pemeriksaan pajak merupakan salah satu
instrumen yang baik untuk meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak,
baik formal maupun material dari peraturan perpajakan, yang tujuan
utamanya untuk menguji dan meningkatkan kepatuhan perpajakan seorang
wajib pajak. Kepatuhan ini akan berdampak baik secara langsung maupun
tak langsung pada penerimaan pajak.
2.4.Ker angka Pikir
Berdasarkan teori yang dijelaskan sebelumnya dapat dibuat suatu
Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir
2.5.Hipotesis
Diduga bahwa tingkat kesadaran wajib pajak, tingkat pemahaman
wajib pajak dan tingkat kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap
keberhasilan penerimaan Pajak Bumi Bangunan di Kelurahan Sawunggaling
Kecamatan Wonokromo Surabaya.
Tingkat keberhasilan penerimaan pajak bumi dan
bangunan (Y) 1. Kesadaran Wajib Pajak (X1)
2. Pemahaman Wajib Pajak (X2)
3. Kepatuhan Wajib Pajak (X3)
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel
1.1.1. Definisi Oper asional
Menurut Nazir (1998 : 152) Definisi operasional adalah suatu
definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara
memberikan arti atau spesifikasi kegiatan ataupun memberikan suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel
tersebut. Berdasarkan perumusan masalah pada Bab I dan Hipotesis pada
Bab II, maka variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu
variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y)
Definisi operasional yang perlu didefiniskan dan diamati adalah
keberhasilan penerimaan PBB diKecamatan Wonokromo Kelurahan
Sawunggaling Surabaya, dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
(X) adalah Kesadaran Perpajakan WP (X1), Pemahaman WP atas PBB
(X2), dan Kepatuhan WP (X3), sedangkan yang menjadi variabel terikat
(Y) adalah Keberhasilan Penerimaan PBB.
A. Independent Variabel (Variabel Bebas) terdiri dari:
1. Kesadar an Wajib Pajak (X1)
Kesadaran Perpajakan adalah rasa yang timbul dari dalam diri Wajib
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Indikator untuk variabel ini
adalah:
a. PBB dipergunakan sebagai sumber pendapatan Negara
b. PBB harus dibayar tepat waktu untuk pembiayaan pembangunan
c. PBB sebagai sumber pendapatan Daerah
2. Pemaha man Wajib Pajak (X2)
Pemahaman Wajib Pajak adalah Tingkat pemahaman Wajib Pajak
terhadap Undang-undang dan peraturan Pajak Bumi dan Bangunan
akan fungsi dan pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
Indikator untuk variabel ini adalah:
a. PBB merupakan sumber pendapatan daerah.
b. PBB dikenakan pada benda tidak bergerak, sehingga yang
dipentingkan adalah objeknya.
c. Subyek PBB adalah orang atau badan yang menguasai atau
memperoleh manfaat dari objek pajak.
d. Sumber dana pembangunan
3. Kepatuhan Wajib Pajak (X3)
Kepatuhan Wajib Pajak adalah Ketaatan untuk melakukan
ketentuan-ketentuan perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan unruk
dilaksanakan. Selain itu Wajib Pajak paham terhadap Undang-undang
perpajakan, mengisi formulir dengan benar, menghitung pajak dengan
benar dan membayar pajak tepat pada waktunya. Indikator untuk
a. Wajib Pajak paham dan berusaha memahami Undang-Undang
Perpajakan.
b. Mengisi formulir pajak dengan benar.
c. Menghitung pajak dengan jumlah yang benar dan membayar pajak
pajak tepat waktu
B. Dependent Variabel (Variabel Terikat)
1. Tingkat Keber hasilan Pener imaan PBB (Y)
Keberhasilan Penerimaan PBB adalah peningkatan sikap proaktif Wajib
pajak merupakan salah satu elemen konatif dari sikap Wajib Pajak yang
berpengaruh terhadap keberhasilan Perpajakan Komponen Konatif (
tindakan ) dari sikap, merupakan aspek kecenderungan bertindak dan
bereaksi terhadap sesuatu dengan cara – cara tertentu sesuai dengan
sikap yang dimiliki seseorang, dengan demikian, keberhasilan
penerimaan diasumsikan sebagai kecenderungan untuk bersikap positif
oleh Wajib Pajak terhadap PBB dengan cara –cara tertentu yang
dimiliki Wajib Pajak. Indikator untuk variabel ini adalah :
a) Penyuluhan Pajak dari Petugas Pajak
b) Batas Pembayaran Pajak
c) Pengawasan terhadap Pajak terutama oleh petugas Pajak
d) Pelayanan Petugas Pajak kepada Wajib Pajak
1.1.2. Pengukuran Var iabel
pengambilan data yang digunakan adalah menggunakan Kuesioner.
Pengukuran yang digunakan dalam mengukur variabel bebas dan variabel
terikat dengan menggunakan skala interval yaitu skala pengukuran yang
menyatakan kategori, peringkat, jarat construct yang diukur.
Metode pengukuran yang digunakan adalah skala Semantic
Diferensial yang dikembangkan oleh Osgood dan digunakan untuk
mengukur objek – objek yang bersifat psikologikal, sosial maupun fisik
(Sumarsono,2004:25)
Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah
Kesadar an Wajib Pajak (X1)
Kesadaran Wajib Pajak adalah rasa yang timbul dari dalam diri Wajib Pajak
atas kewajibanya dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan yang sudah
ditetapkan oleh pemerintahan. Variabel ini diukur dengan 4 item
pertanyaan. Responden diminta untuk memiliki skala satu sampai tujuh.
Pemahaman Wajib Pajak (X2)
Pemahaman Wajib Pajak adalah Tingkatan Pemahaman Wajib Pajak
Terhadap Undang – Undang dan Peraturan Pajak Bumi dan Bangunan akan
fungsi dan pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Variabel ini
diukur dengan 4 item pertanyaan. Responden diminta untuk memilih skala
Kepatuhan Wajib Pajak (X3)
Kepatuhan Wajib Pajak yaitu ketaatan untuk melakukan ketentuan –
ketentuan perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksanakan.
Selain itu, Wajib Pajak paham terhadap UU Perpajakan mengisi formulir
pajak dengan benar, menghitung pajak dengan jumlah benar dan membayar
pajak tepat waktunya. Variabel ini diukur dengan 3 item pertanyaan.
Responden diminta untuk memilih skala satu sampai tujuh.
Tingkat Keber hasilan Pener imaan PBB (Y)
Keberhasilan penerimaan siasumsikan sebagai kecenderungan untuk
bersikap postif oleh Wajib Pajak terhadap PBB dengan cara tertentu yang
dimiliki Wajib Pajak. Variabel ini diukur dengan 4 item pertanyaan.
Responden diminta untuk memilih skala satu sampai tujuh. Dengan kriteria
penilaian sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju
Skala dengan nilai 1 sampai 3 menunjukan skor terendah skala dengan nilai
4 merupakan nilai tengah atau ragu-ragu skala dengan nilai 5 sampai 7
3.2.Teknik Penentuan Sampel
3.2.1.Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari an kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono,
2011:81). Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Rumahan
(Wajib Pajak Orang Pribadi) di Wilayah Kelurahan Sawunggaling Surabaya
yang berjumlah 3899 wajib pajak.
3.2.2.Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan katarestik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiono, 2011:81). Untuk menentukan jumlah sampel
yang digunakan dalam objek penelitian ini adalah Simple Random
Sampling, yaitu pengambilan sampel dari semua anggota populasi yang
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi
itu (Sugiyono, 2011:82).
Ukuran sampel dari populasi yang diterntukan dengan menggunakan
Rumus Slovin yang dikutip (Umar,2008:65), yaitu:
N n=
1+Ne2
Dimana : n = Jumlah Sampel
e = Presentase kelonggaran, ketidaktelitihan karena kesalahan penambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau di inginkan, yaitu 10%.
Maka:
3899
n= = 99,97
1+3899 (0,1)2
penelitian mengambil sampel sebesar 100 responden Wajib Pajak PBB.
3.3.Tenik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Daa primer yaitu data yang bersumber dari tanggapan responden atas data
daftar pertanyaan yang tertera dalam angket. Sumber data Sekunder dalam
penelitian ini diperoleh dari Kecamatan Wonokromo Kelurahan
Sawunggaling.
3.3.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian bertujuan untuk mendapatkan
informasi penunjang keberhasilan penelitian yang meliputi :
a. Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan yang
b. Observasi
Pengumpulan data melalui pengamatan objek secara langsung dan
mencatat segala data yang diperlukan dan berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
c. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
3.4. Uji Kualitas Data
Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu validitas dan
uji reliabilitas artinya, suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang
biasa jika datanya kurang reliable dan kurang valid.
3.4.1. Uji Validitas
Menurut Sumarsono (2004:31) Uji Validitas dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana alat pengukur itu (kuesioner) mengukur apa yang
diinginkan. Valid tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan analisis
factor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada
masing – masing butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari
perjumlahan semua skor pertanyaan.
Menurut Azwar (1997: 158), sebagai kriteria pemilihan item total
Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya
pembedanya dianggap memuaskan
3.4.2.Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk ukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesinor dikatakan
realible atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. (Santoso, 2000:270). Kuisioner
dapat dikatakan reliable (handal) jika jawaban responden atas pernyataan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu variabel dikatakan
reliabel bila variabel tersebut memberikan nilai Cronbach alpha > 0,60.
3.4.3.Uji Nor malitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat atau variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak
(Sumarsono,2004:40), untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti
sebaran normal, dalam penelitian digunakan metode Kolmogorov Smirnov.
Menurut Sumarsono (2004:43) pedoman dalam mengambil keputusan
adalah sebagai berikut :
• Jika nilai signifikansi (nilai probilitasnya) lebih kecil dari 5% maka
distribusinya adalah tidak normal