• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI (Team Assisted Individualization) dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi dunia tumbuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI (Team Assisted Individualization) dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi dunia tumbuhan"

Copied!
228
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X1

SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA PADA MATERI DUNIA TUMBUHAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

FLORIAN MAYESTI PRIMA R. MAKIN NIM : 091434040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN

METODE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X1

SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA PADA MATERI DUNIA TUMBUHAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

FLORIAN MAYESTI PRIMA R. MAKIN NIM : 091434040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

H A L A M A N P E R S E M BA H A N

K ar y ak u y ang S eder hana i ni K uper s embahk an

unt u k :

A l l ah T r i t u ng gal M ahaK u du s dan B unda M ar i a

Or ang T uak u T er ci nt a B apak R of i nus dan M ama

E l a, s er t a S emu a K el u ar g a

K ak ak k u T er s ay ang K ’ R ol l and

S ahabat -S ahabat S eper j u ang an

P r ogr am S t udi P endi di k an B i ol og i

(6)

v

M OTT O

“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang

memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya

kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap,

supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam

nama-K u, diberikan-N ya kepadamu.”

( Y ohanes 15 : 16)

“Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bij ak;

janganlah mengabaikannya.”

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi dunia tumbuhan

menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI (Team Assisted

Individualization).

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model dari Khemmis dan Mc. Taggart, yang terdiri dari perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Penelitian dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X1 SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta pada tahun ajaran 2012-2013 dengan jumlah 35 siswa. Instrumen pengumpulan data dilakukan dengan tes dan non-tes.

Hasil penelitian menunjukan: 1) peningkatan presentase minat belajar siswa mencapai 83,34 %; 2) peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada aspek kognitif dari siklus I ke siklus II yaitu 40,3 meningkat menjadi 57,63; dan 3) presentase hasil belajar siswa pada aspek afektif dari siklus I ke siklus II mengalami penurunan yaitu 70,66 % menurun menjadi 68,31 %.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI (Team Assisted

Individualization) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada aspek

kognitif tetapi tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X1 SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi dunia tumbuhan untuk aspek afektif .

Kata kunci :

Minat, hasil belajar, model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI (Team

(10)

ix ABSTRACT

The purpose of this research is to improve the students interst and learning outcomes of Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta Grade X1in the

subject matter of kingdom plantae by applying the cooperative learning method TAI (Team Assisted Individualization).

This research is a classroom action research model of Khemmis and Mc. Taggart, which is composed of planning, action and observation, and reflection. The experiment is conducted at the high school Pangudi Luhur Yogyakarta. The subjects in this study were high school students classes X1 Pangudi Luhur Yogyakarta in the 2012-2013 school year with 35 students. The data collection instruments to test non-test.

The results showed : 1) an increase in the percentage of student interest reached 83.34%, 2) an increase in average student learning outcomes in the cognitive aspects of the first cycle to the second cycle is increased 57.63 to 40.3, and 3) percentage of results student learning on the affective aspects of the cycle I to cycle II decreased 70.66% to 68.31% decrease.

Based on the results of the study it can be concluded that the application of cooperative learning methods TAI (Team Assisted Individualization) may increase interest and student learning outcomes in the cognitive aspect but can not improve student learning outcomes X1 High School class Pangudi Luhur Yogyakarta on plant material world for the affective aspects.

Keywords:

(11)

x KATA PENGANTAR

Pujian dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih

yang telah memberikan limpahan rahmat dan berkat-Nya, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TAI (Team Assisted Individualization) dalam Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada Materi Dunia Tumbuhan” dengan baik.

Selama penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti dibantu oleh banyak

pihak yang turut membantu, membimbing, dan menyemangati peneliti. Oleh

karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc selaku Dosen Pembimbing dan

Kepala Program Studi Pendidikan Biologi yang telah memberikan kritik,

saran, waktu dan tenaga untuk membimbing peneliti.

3. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Biologi dan Staf Sekretariat

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sanata Dharma.

4. Ibu Dra. H. Sulistyanti selaku guru mata pelajaran biologi kelas X1 SMA

Pangudi Luhur Yogyakakrta yang telah memberikan arahan dan tenaga

(12)

xi

5. Bapak Andreas Mujiyono, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta yang telah berkenan memberikan izin untuk

melaksanakan penelitian di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

6. Para guru beserta segenap karyawan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

yang telah membantu melancarkan kegiatan penelitian di SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta.

7. Siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012-2013

yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian.

8. Rekan-rekan sebagai observer : Cio, Lazar, Siska, Jeni, Rini, Riris dan

Rere. Terima kasih atas kerja sama dan dukungannya.

9. Bapak dan Mama tercinta, Kak Rolland tersayang, Ivon, Ros, Ronald,

Andris dan Cipluk, serta semua keluarga yang selalu mendoakan dan

memberi semangat kepada peneliti.

10.Sahabat-sahabatku selama masa perkuliahan : Cio, Lazar, Ana Rambu,

Siska, Putu, Mano, Yuni, dan Flora. Terima kasih atas kebersamaan dan

perhatian selama ini.

11.Teman-teman Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Angkatan

2009 yang selalu bekerja sama, memberikan semangat dan dukungan serta

pengetahuan yang sangat membantu peneliti selama masa perkuliahan.

12.Teman-teman di kos JASMINE : K Yul, K Rensi, Annansi, Minny, Erlyn,

dan Sari yang terus mendampingi dan menemani peneliti selama

mengerjakan skripsi.

13.Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu, yang telah

memberikan doa dan dukungan selama peneliti melakukan penelitian dan

(13)

xii

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna, oleh karena

itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya, peneliti berharap skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi para peneliti dan pembaca yang lain.

(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Hipotesa ... 6

D. Batasan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

(15)

xiv

A. Belajar ... 8

1. Pengertian... 8

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 10

B. Minat ... 21

1. Pengertian Minat ... 21

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat ... 23

C. Model Pembelajaran Kooperatif ... 27

1. Pengertian... 27

2. Elemen-Elemen dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 28

3. Hal-hal yang Harus Dipenuhi dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 31

4. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif ... 32

D. Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TAI ... 32

E. Pembelajaran tentang Dunia Tumbuhan ... 39

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

A. Jenis Penelitian... 43

B. Variabel Penelitian ... 43

C. Setting Penelitian ... 44

1. Objek Penelitian ... 44

2. Subjek Penelitian ... 45

3. Tempat Penelitian ... 45

4. Waktu Penelitian ... 45

D. Rancangan Penelitian ... 45

(16)

xv

a) Perencanaan ... 46

b) Tindakan dan Pengamatan ... 47

c) Refleksi ... 47

2. Siklus II ... 48

a) Perencanaan ... 48

b) Tindakan dan Pengamatan ... 48

c) Refleksi ... 49

E. Instrumen Penelitian ... 49

1. Instrumen Pembelajaran... 49

a. Silabus ... 49

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 50

c. Modul Pembelajaran ... 50

d. Kartu Soal ... 50

e. Lembar Kerja Siswa ... 50

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 51

a. Tes ... 51

b. Non-tes ... 51

1) Angket ... 51

2) Lembar Observasi Kegiatan Peneliti dan Siswa . 52 F. Analisis Data ... 53

1. Analisis Kuantitatif ... 53

a. Analisis Minat Belajar Siswa ... 53

b. Analisis Hasil Belajar Siswa... 55

1) Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif ... 55

(17)

xvi

2. Analisis Kualitatif ... 58

G. Indikator Keberhasilan ... 59

H. Personalia Penelitian ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Deskripsi Penelitian ... 60

1. Siklus I ... 60

a. Perencanaan ... 61

b. Tindakan dan Pengamatan ... 61

c. Refleksi ... 63

2. Siklus II ... 65

a. Perencanaan ... 65

b. Tindakan dan Pengamatan ... 65

c. Refleksi ... 68

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 69

1. Minat Belajar Siswa ... 69

2. Hasil Belajar Siswa ... 75

a. Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif ... 75

b. Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif ... 87

3. Faktor-Faktor Pendukung Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TAI ... 99

4. Faktor-Faktor Penghambat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TAI dan Cara Mengatasinya ... 101

BAB V PENUTUP ... 104

A. Kesimpulan ... 104

(18)

xvii

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(19)

xviii DAFTAR TABEL

Tabel 1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode

TAI ... 36

Tabel 2 Kriteria dan Hasil Peningkatan Nilai Belajar Siswa ... 37

Tabel 3 Penjabaran Variabel Terikat ... 44

Tabel 4 Skor Minat ... 53

Tabel 5 Skor Keseluruhan Item untuk Minat ... 54

Tabel 6 Interval Minat ... 54

Tabel 7 Hasil Analisis Minat Belajar Siswa ... 54

Tabel 8 Kategori Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif ... 56

Tabel 9 Hasil Analisis Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 57

Tabel 10 Kriteria Hasil Presentase Skor Observasi Aspek Afektif Siswa ... 58

Tabel 11 Hasil Analisis Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa ... 58

Tabel 12 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 59

Tabel 13 Hasil Analisis Minat Belajar Siswa... 70

Tabel 14 Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus I dan Siklus II ... 76

Tabel 15 Presentase Indikator Siklus I ... 78

Tabel 16 Presentase Indikator Siklus II ... 79

Tabel 17 Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II ... 88

(20)

xix DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Konsep Materi Dunia Tumbuhan ... 40

Gambar 2 Alur model PTK menurut Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart . 46

Gambar 3 Grafik Presentase Indikator Minat Belajar Siswa ... 71

Gambar 4 Grafik Kategori Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif ... 82

Gambar 5 Grafik Presentase Masing-Masing Indikator Aspek Afektif Siklus I

(21)

xx DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 112

Lampiran 2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I dan Siklus II ... 113

Lampiran 3 Modul Pembelajaran ... 122

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 155

Lampiran 5 Kartu Soal Siklus II ... 159

Lampiran 6 Kisi-Kisi Soal ... 163

Lampiran 7 Soal Pretest Awal ... 165

Lampiran 8 Soal Tes Akhir (Post-Test) Siklus I ... 166

Lampiran 9 Soal Tes Akhir (Post-Test) Siklus II ... 168

Lampiran 10 Kunci Jawaban dan Pedoman Skor Pretest Awal ... 169

Lampiran 11 Kunci Jawaban dan Pedoman Skor Tes Akhir (Post-Test) Siklus I ... 170

Lampiran 12 Kunci Jawaban dan Pedoman Skor Tes Akhir (Post-Test) Siklus II ... 172

Lampiran 13 Angket Minat ... 175

Lampiran 14 Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus I ... 177

Lampiran 15 Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus II ... 178

Lampiran 16 Lembar Observasi Peneliti Siklus I... 179

(22)

xxi

Lampiran 18 Hasil Analisis Minat Belajar Siswa ... 181

Lampiran 19 Hasil Analisis Tes Akhir (Post-Test) Siklus I ... 183

Lampiran 20 Hasil Analisis Tes Akhir (Post-Test) Siklus II ... 185

Lampiran 21 Hasil Analisis Afektif Siswa Siklus I ... 187

Lampiran 22 Hasil Analisis Afektif Siswa Siklus II ... 189

Lampiran 23 Hasil Analisis Pretest Awal... 191

Lampiran 24 Hasil Pengisian Angket Minat ... 192

Lampiran 25 Hasil Pretest Awal ... 194

Lampiran 26 Hasil Tes Akhir (Post-Test) Siklus I ... 195

Lampiran 27 Hasil Tes Akhir (Post-Test) Siklus II ... 198

Lampiran 28 Hasil Pengisian Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus I ... 201

Lampiran 29 Hasil Pengisian Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus II ... 202

Lampiran 30 Hasil Pengisian Lembar Observasi Peneliti Siklus I... 203

Lampiran 31 Hasil Pengisian Lembar Observasi Peneliti Siklus II ... 204

Lampiran 32 Surat Izin Penelitian ... 205

(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi

kelangsungan hidup manusia. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa

“tingkat kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh meningkatnya sumber

daya manusia dan kualitas sumber daya manusia ditentukan dengan sistem

pendidikannya.” Oleh karena itu setiap bangsa berusaha meningkatkan dan

mengembangkan sistem pendidikan. Pendidikan di Indonesia bahkan

tercantum di dalam Undang-Undang. Berdasarkan Undang-Undang RI No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Di dalam Peraturan Pemerintah

RI Nomor 19 ayat (1) Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis peserta didik. Dalam KBBI (1996) pendidikan diartikan

sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan

dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai objek-objek tertentu dan

(24)

individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan

yang telah diperolehnya.

Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

sekolah. Biologi yang diajarkan di sekolah tidak hanya memberikan ilmu

biologi kepada para siswa tetapi juga sebagai sarana bagi para siswa untuk

mengembangkan diri dalam berpikir logis, kritis, sistematis, dan objektif.

Sayangnya, para siswa beranggapan bahwa mata pelajaran biologi adalah

mata pelajaran yang sulit. Dunia tumbuhan merupakan materi yang cukup

luas sehingga guru mata pelajaran pun sedikit merasa kesulitan dalam

menyampaikan materi. Guru mata pelajaran pun belum menemukan

metode yang tepat dalam menyampaikan materi tersebut. Menurut guru

mata pelajaran biologi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, kesulitan yang

dihadapi oleh siswa disebabkan ketidakpahaman mereka tentang materi

dunia tumbuhan ditambah berbagai nama ilmiah dari setiap jenis

tumbuhan yang perlu dipelajari. Dengan adanya berbagai kesulitan yang

dihadapi oleh guru biologi dan siswa di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta,

maka hal tersebut tentunya berimbas kepada hasil belajar siswa pada mata

pelajaran biologi khususnya pada materi dunia tumbuhan. Hasil belajar

siswa di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi dunia tumbuhan,

secara umum adalah di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Berdasarkan hasil observasi juga nilai rata-rata kelas pada materi dunia

tumbuhan adalah 49,71 dengan KKM pada mata pelajaran biologi adalah

75. Hasil belajar yang diperoleh siswa tentunya akan mempengaruhi minat

(25)

tidak mampu dalam mata pelajaran tersebut, sehingga minat belajar akan

berkurang bahkan lama-kelamaan akan hilang.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta, siswa mengalami kesulitan belajar dengan alasan yang klise

yaitu ‘biologi adalah ilmu menghafal’. Dalam konsep pemahaman siswa,

biologi dipenuhi dengan bahasa Latin (nama ilmiah). Siswa beranggapan

bahwa untuk memahami konsep biologi adalah harus menghafal

nama-nama ilmiah. Hal ini yang membuat siswa tidak antusias dalam mengikuti

mata pelajaran biologi dan merasa terbebani dengan mata pelajaran biologi

sehingga berdampak pada hasil belajar mereka yang tidak mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Selain karena dasar pemahaman

siswa yang sudah keliru, para siswa juga kurang dimotivasi sehingga siswa

tidak tertarik pada biologi. Berdasarkan hasil observasi juga peneliti

melihat guru sudah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan hasil

belajar, minat serta motivasi siswa dalam belajar di antaranya dengan

menggunakan metode diskusi, tanya jawab, belajar bersama (learning

together) akan tetapi metode ini dinilai belum berhasil dan sesuai dengan

keadaan siswa di kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran

yang bisa diterapkan dalam pembelajaran biologi. Model pembelajaran

kooperatif lebih diarahkan kepada kelompok belajar siswa di kelas. Secara

umum model pembelajaran kooperatif adalah pembentukan beberapa

kelompok kecil dan bekerja secara bersama-sama dalam memecahkan soal

atau permasalahan yang diberikan oleh guru. Pembentukan kelompok di

(26)

sehingga terjadi pemerataan anggota dalam setiap kelompok. Model

pembelajaran kooperatif yang diterapkan di kelas merupakan suatu

struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama

anggota kelompok (Solihatin, E., dan Rahardjo, 2007). Model

pembelajaran kooperatif yang dipilih bertujuan untuk membantu siswa

dalam belajar agar lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh

guru, membantu siswa dalam bekerja sama dengan teman, dan melatih

siswa dalam berpikir kritis terhadap suatu masalah sehingga dapat

meningkatkan kemampuan siswa terhadap hasil belajar dan minatnya

terhadap biologi.

Sesuai dengan permasalahan siswa di kelas X1 SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta peneliti melihat model pembelajaran kooperatif dengan

metode TAI (Team Assisted Individualization) sesuai dengan kebutuhan

siswa dalam pembelajaran biologi. Metode TAI (Team Assisted

Individualization) adalah model pembelajaran kooperatif yang mengelompokan siswa berdasarkan kemampuan mereka. Siswa yang

mempunyai kemampuan yang tinggi cenderung duduk dengan siswa yang

mempunyai kemampuan yang sama. Dalam metode TAI (Team Assisted

Individualization) siswa yang kemampuan lebih akan dikelompokkan

dengan siswa yang mempunyai kemampuan sedang atau rendah. Dengan

metode pengelompokan seperti ini diharapkan siswa yang mempunyai

kemampuan kurang dapat belajar dengan temannya. Seperti yang

dikatakan Slavin (2005) bahwa sebagian dapat belajar dengan baik apabila

(27)

merupakan pembelajaran teori dan fakta maka penulis menilai metode ini

lebih efektif dari pada metode konvensional yang sering digunakan guru.

Metode TAI (Team Assisted Individualization) juga pernah

digunakan dalam penelitian sebelumnya oleh Widiasih (2009) dengan

judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TAI (Team Assisted

Individualization) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi

Siswa Kelas X SMAN 2 Batu pada Materi Ekosistem”. Hasil penelitian

menujukkan bahwa penerapan pembelajaran TAI (Team Assisted

Individualization) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Biologi

melalui 8 tahapannya yang dimodifikasi terutama pada tahap teaching

group dan student creative. Peningkatan motivasi belajar siswa ditandai

dengan peningkatan persentase 4 indikator motivasi yaitu attention 23,0%;

relevance 44,9%; confidence 41,9%; satisfaction 95,2%, sedangkan

peingkatan hasil belajar siswa ditandai dengan peningkatan pencapaian

SKM (Standar Ketuntasan Minimum) hingga 88,88 %.

Pada dasarnya biologi merupakan mata pelajaran yang sangat

menarik karena objek kajian biologi adalah diri sendiri dan alam

sekitarnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif

dengan metode TAI (Team Assisted Individualization) untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur

(28)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI

(Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan minat belajar

siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi dunia

tumbuhan?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI

(Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi dunia

tumbuhan?

C. Hipotesa

Berdasarkan latar belakang masalah, maka hipotesa dalam

penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif dengan

metode TAI (Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan minat

dan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada

materi dunia tumbuhan.

D. Batasan Masalah

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan

metode TAI (Team Assisted Individualization) untuk meningkatkan minat

dan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada

materi dunia tumbuhan. SMA Pangudi Luhur Yogyakarta memiliki kelas

(29)

kelas yaitu kelas XI sebagai subjek penelitian. Adapun hasil belajar yang

diteliti dalam penelitian ini hanya meliputi hasil belajar siswa pada aspek

kognitif dan aspek afektif.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

minat dan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

pada materi dunia tumbuhan menggunakan model pembelajaran kooperatif

dengan metode TAI (Team Assisted Individualization).

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang baru

mengenai metode pembelajaran yang diterapkan.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat membantu guru di sekolah yang

bersangkutan dalam memberi gambaran dan menyampaikan materi

ajar menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI

(Team Assisted Individualization) khususnya pada materi yang cukup

luas seperti materi dunia tumbuhan.

3. Bagi siswa

Siswa dapat belajar dan meningkatkan minat dan hasil belajar pada

mata pelajaran biologi serta dapat mengubah sedikit demi sedikit pola

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian

Pengertian belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,

1996) adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,

berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Hudoyo (1998) mengemukakan bahwa seseorang dikatakan belajar bila

diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang

menghasilkan perubahan tingkah laku. Sedangkan Winkel (1989)

mendefenisikan belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaktif aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan

nilai sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas. Slameto

(1980) mengatakan bahwa secara psikologis belajar merupakan suatu

proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungannya; lebih jauh dikatakan bahwa tingkah laku dalam

belajar adalah : (1) perubahan ini terjadi secara sadar, (2) perubahan

dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, (3) perubahan dalam

belajar bersifat atau bernilai positif dan aktif, (4) perubahan dalam belajar

bukan bersifat sementara, dan (5) perubahan belajar bertujuan dan

terarah.

Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia

(Ridwan, 2008). Jadi belajar adalah perubahan tingkah laku manusia

(31)

dan berlatih. Pengalaman belajar didapat dari interaksi langsung terhadap

sesuatu yang diteliti dan umumnya melalui proses melakukan

kesalahan-kesalahan kemudian setelah mengerti baru memperbaiki kesalahan-kesalahan yang

berdasarkan pada pengalaman yang diperoleh.

Keunikan pengalaman umumnya bersumber dari hal-hal berikut :

a. Mengabaikan hal-hal yang tidak sesuai dengan pendapat pribadi.

b. Kurang tepat atau kurang cermat di dalam mengikuti hal-hal yang

penting mengerti suatu persoalan.

c. Menggunakan alat-alat ukur yang pemilihannya sangat subjektif.

d. Walaupun masih kekurangan fakta tetapi sudah menarik kesimpulan.

e. Membuat kesimpulan yang salah karena telah mempunyai prasangka.

f. Peran faktor-faktor yang mungkin tidak disadari (Sutrisno Hadi,

2004).

Tujuan belajar menurut pengertian Robert M. Gragne (dalam

Laras, 2011) mengemukakan delapan macam yang kemudian

disederhanakan menjadi lima macam kemampuan manusia yang

merupakan hasil belajar. Kelima macam kemampuan hasil belajar

tersebut adalah :

a. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting

dari sistem lingkungan skolastik).

b. Strategi kognitif, mengatur “cara belajar” dan berpikir seseorang di

dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan

masalah.

c. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.

(32)

d. Kemampuam motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain

keterampilan menulis, menggunakan alat-alat, dan sebagainya.

e. Sikap dan nilai, hubungan dengan arah serta intensitas emosional

yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari

kecenderungan tingkah laku orang, barang, atau kejadian.

Jadi hasil yang ingin dicapai dalam belajar adalah kemampuan

intelektual, kemampuan kognitif, kemampuan verbal, keterampilan

motorik, dan sikap atau hubungan sosial yang baik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang bersifat positif

dan relatif tetap dalam diri seseorang. Hal tersebut diperoleh dari latihan

atau pengalaman orang tersebut dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh belajar

dapat ditunjukan dalam bentuk, misalnya bertambahnya pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan perubahan sikap.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Nurina (2004), hasil belajar siswa merupakan suatu

gambaran dari penguasaan kemampuan peserta didik sebagaimana

ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Setiap usaha yang dilakukan

dalam kegiatan pembelajaran baik oleh guru (sebagai pengajar) maupun

peserta didik/siswa (sebagai pelajar) bertujuan untuk mencapai prestasi

yang setinggi-tingginya.

Ada tiga jenis perubahan yang menyangkut hasil belajar, yaitu

(33)

Perubahan kognitif terdiri dari pengetahuan atau cara melihat atau

mengerti sesuatu. Perubahan motivasi, yaitu perubahan motif, tujuan, dan

minat. Perubahan tingkah laku yang berbeda dengan yang terdahulu,

karena perubahan tingkah laku dapat dilihat oleh orang lain. Perubahan

kognitif, motivasi, dan tingkah laku berinteraksi saling mempengaruhi

satu sama lain (Soeitoe, 1982, dalam Purwanti, 2005).

Hasil belajar siswa harus meliputi tiga bidang, yaitu bidang

kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan

sikap dan nilai), serta bidang psikomotorik (kemampuan keterampilan

bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan

satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan

hierarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak

sebagai hasil belajar siswa dari proses pengajaran (Sudjana, 1989).

Dalam penelitian ini yang diteliti hanya perubahan kognitif dan

afektif. Tiga aspek yang dikemukakan oleh Benyamin Bloom (dalam

Yulia, 2012) yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

Ketiga aspek tersebut dapat diperoleh siswa melalui kegiatan belajar

mengajar.

Menurut Bloom, dkk (dalam Winkel, 2005) hasil belajar terbagi

menjadi tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek

psikomotorik.

a. Aspek Kognitif

Aspek kognitif adalah aspek yang mencakup kegiatan otak,

artinya segala upaya yang mencakup aktivitas otak termasuk dalam

(34)

Winkel, 2005) aspek kognitif mencakup pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

1) Pengetahuan (C1) : mencangkup ingatan akan hal-hal yang

pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat

meliputi fakta, kaidah, dan prinsip, serta metode yang

diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali

pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall)

atau mengenal kembali (recognition).

2) Pemahaman (C2) : mencakup kemampuan untuk menangkap

makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

3) Penerapan (C3): mencangkup kemampuan untuk menerapkan

suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/masalah

yang konkret dan baru.

4) Analisis (C4): mencangkup kemampuan untuk merinci suatu

kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur

keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik,

kemampuan ini dinyatakan dengan menganalisis bagian-bagian

dasar, bersama dengan hubungan/relasi antar semua bagian.

5) Sintesis (C5): mencangkup kemampuan untuk membentuk

suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu

sama lain, sehingga terciptakan suatu bentuk yang baru.

6) Evaluasi (C6): mencangkup kemampuan untuk membentuk

suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama

dengan pertanggungjawaban pendapat berdasarkan kriteria

(35)

b. Aspek Afektif

Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan sikap

dan nilai. Oleh karena itu, sikap seseorang dapat diramalkan

perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan kognitif yang

tinggi (Sudaryono, 2012). Menurut Bloom, dkk (dalam Winkel,

2005) aspek afektif mencakup penerimaan, partisipasi, penilai,

organisasi, dan pembentukan pola hidup.

1) Penerimaan : mencangkup kepekaan akan adanya suatu

perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan ransangan

tersebut, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan

oleh guru atau mendengarkan dan memperhatikan jawaban

teman sekelas.

2) Partisipasi : mencangkup kerelaan untuk memperhatikan secara

aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3) Penilai/penentu sikap : mencakup kemampuan untuk

memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri

sesuai dengan penilaian itu.

4) Organisasi : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu

sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam hidup.

5) Pembentukan pola hidup : mencakup kemampuan untuk

menghayati nilai-nilai kehidupan dari materi yang telah

dipelajari.

c. Aspek Psikomotorik

Aspek psikomotorik adalah aspek yang berkaitan dengan

(36)

pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotorik ini

sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif

(memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (kecenderungan

untuk berprilakau) (Sudaryono 2012). Menurut klasifikasi Bloom,

dkk (dalam Winkel, 2005) aspek psikomotorik meliputi persepsi,

kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan

kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan aktivitas.

1) Persepsi : mencakup kemampuan untuk mengadakan

diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih,

berdasarkan perbedaan antar ciri-ciri fisik yang khas pada

masing-masing rangsangan.

2) Kesiapan : terkait dengan konsentrasi dalam menyiapkan diri.

3) Gerakan terbimbing : mencakup kemampuan untuk melakukan

suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang

diberikan.

4) Gerakan yang terbiasa : mencangkup kemampuan untuk

melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena

sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh

yang diberikan.

5) Gerakan kompleks : mencangkup kemampuan untuk

melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa

komponen, dengan lancar, tepat dan efisien.

6) Penyesuaian pola gerakan : mencakup kemampuan untuk

(37)

dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu

keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

7) Kreativitas : mencakup kemampuan untuk melahirkan

pola-pola yang baru, seluruhnya atas dasar prakasa dan inisiatif

sendiri.

Pada penelitian ini yang diukur adalah aspek kognitif dan afektif

saja karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai

materi pelajaran.

Umumnya hasil belajar dinyatakan dengan skor hasil tes atau

angka yang diberikan guru berdasarkan pengamatannya belaka atau

keduanya, yaitu hasil tes dan pengamatan guru pada waktu siswa

melakukan diskusi kelompok. Sukmana (2004) mengatakan bahwa hasil

ulangan atau ujian merupakan hasil belajar selama mengikuti kegiatan

pembelajaran selama satu semester. Satu hal yang harus dihindari oleh

pelajar selama ujian adalah kegiatan menyontek karena hasil menyontek

tidak menggambarkan kemampuan belajar yang sebenarnya. Jadi, untuk

mencapai hasil belajar yang baik, siswa dituntut untuk melakukan

berbagai kegiatan belajar, yang harus diimbangi dengan sikap rajin,

tekun, dan motivasi belajar yang tinggi.

Menurut Djamarah, 2003 (dalam Kurniawati, 2012), faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal

(38)

a. Faktor-Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam diri individu

yang sedang belajar. Faktor ini dibagi menjadi tiga yaitu faktor

fisiologis dan faktor psikologis.

1) Faktor Fisiologis

Faktor fisologis terdiri dari kondisi fisiologis dan kondisi

panca indera. Kondisi fisiologis umumnya sangat berpengaruh

terhadap kemampuan belajar individu. Siswa dalam keadaan lelah

akan berlainan belajarnya dari siswa dalam keadaan tidak lelah.

Kondisi panca indera merupakan kondisi fisiologis yang

dispesifikan pada kondisi indera. Kemampuan untuk melihat,

mendengar, mencium, meraba, dan merasa mempengaruhi hasil

belajar. Anak yang memilki hambatan pendengaran akan sulit

menerima pelajaran apabila ia tidak menggunakan alat bantu.

Agar seseorang dapat belajar dengan baik maka harus dapat

menjaga kesehatan tubuhnya dengan mengatur jam kerja, belajar,

istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah. Keadaan

cacat tubuh bisa mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat

belajarnya terganggu, maka perlu perlakuan khusus dengan alat

bantu atau belajar di pendidikan khusus.

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam diri individu

yang berhubungan dengan rohaniah, di antaranya adalah : minat,

(39)

a. Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

memerintah. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan

suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar

diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin

besar minat.

b. Kecerdasan dan Kemampuan Kognitif

Kecerdasan berhubungan dengan kemampuan siswa

untuk beradaptasi, menyelesaikan masalah dan belajar dari

pengalaman kehidupan. Kecerdasan dapat diasosiasikan

dengan intelegensi. Siswa dengan nilai IQ yang tinggi

umumnya mudah menerima pelajaran dan hasil belajarnya

cenderung baik. Ranah kognitif merupakan kemampuan

intelektual yang berhubungan dengan pengetahuan, ingatan,

pemahaman dan lain-lain.

c. Bakat

Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan

potensi yang masih perlu dilatih dan dikembangkan. Bakat

memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam

bidang tertentu.

d. Motivasi

Motivasi adalah suatu kondisi psikologis yang

(40)

b. Faktor-Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang ada di luar individu.

Faktor eksternal dikelompokan menjadi dua faktor yaitu faktor

lingkungan dan faktor instrumental.

1) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan siswa.

Dalam lingkunganlah siswa hidup dan berinteraksi. Lingkungan

yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan menjadi dua,

yaitu lingkungan alami dan lingkungan sosial.

a. Lingkungan Alami

Lingkungan alami adalah lingkungan tempat siswa

berada dalam arti lingkungan fisik. Yang termasuk

lingkungan alami adalah lingkungan tempat tinggal/

keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang

pertama dan terutama serta merupakan lembaga pendidikan

dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk

pendidikan dalam ukuran besar. Belajar yang baik dapat

dilakukan apabila keadaan rumah tenang dan tenteram,

hubungan keluarga baik sehingga anak betah di rumah dan

faktor ekonomi keluarga terpenuhi. Suasana rumah yang

nyaman membuat siswa akan belajar dengan baik sehingga

mempengaruhi hasil belajar menjadi lebih baik.

b. Lingkungan Sosial

Makna lingkungan dalam hal ini adalah interaksi

(41)

atau Homo socius. Sebagai anggota masyarakat, siswa tidak

bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang

berlaku dalam masyarakat tempat siswa tinggal mengikat

perilakunya untuk tunduk pada norma-norma sosial, susila,

dan hukum. Lingkungan sosial siswa meliputi teman

bergaul, kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa

yang memberi pengaruh baik pada siswa, dan lingkungan

masyarakat yang positif. Bentuk kehidupan masyarakat/ lingkungan sekitar dapat mempengaruhi presetasi belajar

siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar

maka siswa akan terpengaruh dan terdorong untuk lebih

giat belajar.

2) Faktor Instrumental

Faktor instrumental dapat dikatakan sebagai faktor sekolah

yang juga turut mempengaruhi hasil belajar siswa. Setiap

penyelenggaraan pendidikan memiliki tujuan instruksional yang

hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan

seperangkat kelengkapan atau instrumen dalam berbagai bentuk

dan jenis. Instrumen dalam pendidikan terdiri dari kurikulum,

program, sarana dan fasilitas, serta guru.

a. Kurikulum

Kurikulum adalah a plan for learning yang

merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa

kurikulum, kegiatan belajar mengajar tidak dapat

(42)

menjabarkan isi kurikulum ke dalam program yang lebih

rinci dan jelas sasarannya, dengan demikian dapat diketahui

dan diukur dengan pasti tingkat keberhasilan belajar

mengajar yang telah dilaksanakan.

b. Program

Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari

baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program

pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah yang

tersedia baik tenaga pendidik yang profesional (mengajar di

bidangnya), finansial untuk memenuhi segala yang

dibutuhkan sekolah dalam penyediaan fasilitas yang

memadai dan menunjang kegiatan belajar siswa, sarana,

serta prasarana agar tercapainya hasil belajar siswa yang

sesuai dengan yang diharapkan.

c. Sarana dan Fasilitas

Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan.

Gedung sekolah yang dibangun terdiri atas ruang kelas

yang cukup untuk menampung jumlah siswa dan

menunjang kegiatan belajar siswa di dalam kelas,

laboratorium dengan kelengkapan yang cukup, dan

lain-lain. Fasilitas mengajar merupakan kelengkapan mengajar

guru yang harus disediakan oleh sekolah. Hal ini

merupakan kebutuhan guru yang harus diperhatikan seperti

buku pegangan, buku penunjang, serta alat peraga yang

(43)

sesuai dengan metode pembelajaran yang akan

dilaksanakan. Adanya sarana dan fasilitas mengajar sangat

membantu guru dalam menunaikan tugas mengajar di

sekolah dan tercapainya hasil belajar siswa yang sesuai

dengan yang diharapkan.

d. Guru

Perbedaan karakter, kepribadian, cara mengajar

yang berbeda pada masing-masing guru, menghasilkan

kontribusi yang berbeda pada proses pembelajaran. Guru

pulalah yang menentukan metode serta strategi mengajar

yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat berjalan efektif

dan efisien, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Minat

1. Pengertian Minat

Minat sangat berperan penting dalam kehidupan peserta didik dan

mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku peserta didik.

Siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras

dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat.

Minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi

keberhasilan suatu proses belajar. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin

belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Guru yang

berhasil membina kesediaan belajar siswa-siswinya berarti telah

(44)

belajar para siswanya sebab minat bukanlah sesuatu yang ada begitu saja,

melainkan sesuatu yang dapat dipelajari (Singer, 1987).

Minat termasuk faktor yang paling menentukan anak-anak akan

memperlihatkan suatu minat dengan jalan menyamakan dirinya dengan

orang dewasa. Jika guru merasa senang akan sesuatu, maka akan dapat

mempengaruhi anak. Setidak-tidaknya anak akan dapat lebih mudah

berorientasi pada pendidikannya jika di antara mereka terjalin suatu

hubungan yang baik (Singer, 1987).

Menurut Winkel (1983) minat adalah kecenderungan yang agak

menetap dalam diri subjek yang merasa tertarik pada bidang/hal tertentu

dan merasa senang berkecimpung dalam bidang ini. Perasaan merupakan

faktor psikis yang non-intelektual yang khusus berpengaruh terhadap

semangat atau gairah dalam belajar. Melalui perasaannya siswa

mengadakan penilaian yang agak spontan terhadap

pengalaman-pengalaman belajar di sekolah.

Hilgard (dalam Hsalma 2011) memberi rumusan pengertian

tentang minat yaitu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,

diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang dan

diperoleh suatu kepuasan.

Menurut Slameto (dalam Hsalma 2011) minat adalah

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan

(45)

lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu

hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik

pada suatu objek atau menyenangi suatu objek (Sumadi Suryabrata dalam

Hsalma, 2011). Minat adalah suatu pemusatan perhatian yang tidak

disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung

dari bakat dan lingkungan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat

adalah kecenderungan tertarik pada sesuatu yang relatif tetap untuk lebih

memperhatikan dan mengingat secara terus-menerus yang diikuti rasa

senang untuk memperoleh suatu kepuasan dalam mencapai tujuan

pembelajaran.

Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang

dipelajari dapat dipahami. Dengan demikian siswa dapat melakukan

sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu

perubahan kelakuan yang meliputi seluruh pribadi siswa: kognitif,

psikomotor, dan afektif.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat

Minat belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Susanto

(dalam Sholahuddin. 2012. edublog. org/faktor-faktor-yang mempengaruhi-minatbelajar) beberapa faktor yang mempengaruhi minat

belajar adalah motivasi, cita-cita, keluarga, peranan guru, sarana dan

(46)

a. Motivasi dan Cita-cita

Menurut Sudirman (dalam Sholahuddin. 2012. edublog.

org/faktor-faktoryangmempengaruhi-minat-belajar) motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang kehendaki

oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Cita-cita adalah keinginan

atau kehendak yang selalu ada di dalam pikiran (Depdikbud dalam

Sholahuddin. 2012. edublog. org/faktor-faktor-yang mempengaruhi-minat-belajar).

Timbulnya motivasi belajar siswa, bisa berasal dari dalam

diri siswa itu sendiri dan juga berasal dari luar diri siswa. Motivasi

yang timbul dari dalam siswa itu sendiri disebut motivasi

instrinsik, contohnya kecenderungan anak, bakat anak, kemauan,

dan bakat. Motivasi yang timbul dari luar diri siswa disebut

motivasi ekstrinsik, contohnya: model penyajian materi

pembelajaran, suasana pengajaran, dan kondisi masyarakat.

b. Keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan

yang paling utama karena sebagian besar kehidupan siswa berada

dalam lingkungan keluarga. Jadi, keadaan keluarga serta keadaan

rumah juga mempengaruhi minat seorang siswa. Suasana rumah

yang tenang, damai, tenteram, dan menyenangkan akan

mendukung minat siswa dalam belajar di rumah. Siswa dapat

belajar dengan tenang, sehingga menguntungkan bagi kemajuan

(47)

aktivitas dan sarana belajar siswa akan dapat meningkatkan minat

belajar tersebut.

c. Peranan Guru

Selain berperan sebagai fasilitator, guru juga harus dapat

berperan sebagai motivator. Dalam hal ini, seorang guru harus mampu

menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif dan dapat

merangsang minat siswa dalam belajar. Menyadari pentingnya minat

dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran, berikut ini disajikan

beberapa pendekatan yang harus diperhatikan guru dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa. Pendekatan-pendekatan tersebut

adalah sebagai berikut.

1) Berikan kepada siswa rasa puas, biasanya keberhasilan akan

mengikutinya.

2) Kembangkan pengertian kepada siswa secara wajar. Pengertian

baru haruslah disadarkan pengalaman-pengalaman belajar yang

lampau.

3) Bawalah suasana kelas yang menyenangkan para siswa.

4) Buatlah para siswa ikut andil dalam program yang disusun.

5) Usahakan pengaturan kelas yang bervariasi, sehingga rasa bosan

berkurang dan perhatian siswa meningkat.

6) Timbulkan minat siswa terhadap pokok bahasan yang dipelajari.

7) Berikan komentar terhadap hasil-hasil yang mereka capai.

(48)

d. Sarana dan Prasarana

Menurut Santoso (dalam Sholahuddin. 2012. edublog.

org/faktor-faktoryang mempengaruhi-minat-belajar), fasilitas-fasilitas

yang dimiliki sekolah, seperti perpustakaan, ruang kelas, dan

laboratorium juga dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Kurang

lengkapnya perpustakaan, sedikitnya jumlah buku-buku yang

disediakan untuk siswa, ruang belajar yang sempit, kotor dan gelap

juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, sehingga hal-hal

tersebut dapat mengurangi minat belajar pada diri siswa.

e. Teman Pergaulan

Teman pergaulan, baik di sekolah maupun di lingkungan

tempat tinggal juga dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Jika

teman pergaulan memiliki minat belajar dan motivasi yang tinggi

dalam belajar, maka minat teman yang lainya juga dapat

mempengaruhinya.

f. Media Massa

Berbagai macam media massa seperti televisi, radio, video

visual dan media cetak lain seperti buku-buku bacaan, majalah, dan

surat kabar juga dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Media

massa jenis televisi dan video misalnya, secara umum lebih banyak

pengaruh negatifnya daripada pengaruh positifnya, terutama tayangan

iklan dan film dalam televisi. Oleh karena itu, orang tua harus

menyediakan waktu ekstra bagi anak-anaknya dan memperhatikan

(49)

majalah, dan surat kabar sangat bermanfaat dalam meningkatkan

minat baca serta dapat meningkatkan pengetahuan siswa.

C. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian

Menurut Tim MKPBM (dalam Widyaningsih, 2007) kegiatan

belajar kooperatif adalah suatu kegiatan belajar yang mencakupi suatu

kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk

menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau

mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Sedangkan

menurut Saptono (2003) model pembelajaran kooperatif merupakan

strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa

dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam

kelompok-kelompok kecil. Menurut Slavin (1990, dalam Triana, 2010) model

pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang menempatkan

siswa dalam suatu tim untuk bekerja sama, mempelajari materi dan

bertanggung jawab, serta mempunyai rasa memiliki terhadap tim dan

keberhasilan tim. Sedangkan menurut Suwarsono (dalam Widyaningsih,

2007) kegiatan belajar kooperatif adalah suatu kegiatan belajar dalam

kelompok di mana setiap kelompok terdiri atas siswa-siswa yang

heterogen dalam hal kemampuan intelektual, proses belajar di masa lalu,

prestasi belajar di masa lalu, asal-usul daerah atau etnis, dan sebagainya

termasuk adanya siswa putera dan puteri dalam kelompok yang sama.

Jadi dalam kegiatan kelompok siswa diajarkan keterampilan-keterampilan

(50)

menjelaskan kepada teman sekelompok, menghargai pendapat teman,

berdiskusi dengan teratur, siswa yang sudah memahami materi membantu

siswa yang belum memahami materi, dan sebagainya. Penerapan

pembelajaran kooperatif, gurulah yang membentuk kelompok-kelompok

tersebut. Jika siswa diberikan kebebasan memilih sendiri kelompoknya,

maka siswa akan cenderung memilih teman-teman yang disukai, misalnya

karena sama kemampuannya, sama jenis kelaminnya, atau sama asal-usul

daerahnya. Pengelompokan secara acak juga dapat dilakukan, khusunya

jika pengelompokan yang terjadi untuk kelas baru, atau guru yang baru

mulai mengajar yang mempunyai sedikit informasi tentang siswanya.

2. Elemen-Elemen dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di

dalamya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Nurhadi

dan Senduk (2003, dalam Triana, 2010) dan Lie (2002, dalam Triana,

2010) ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam

model pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif,

interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan menjalin

hubungan antar pribadi.

a. Saling Ketergantungan Positif

Dalam sistem pembelajaran kooperatif, guru berperan untuk

menciptakan suasana belajar yang dapat mendorong siswa untuk

saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah

(51)

(2009, dalam Triana, 2010) suasana saling ketergantungan tersebut

dapat diciptakan melalui berbagai strategi, antara lain sebagai berikut:

1. Saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan. Dalam hal ini

masing-masing siswa merasa memerlukan temannya dalam

mencapai tujuan pembelajaran.

2. Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini

masing-masing siswa membutuhkan temannya dalam

menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Siswa yang kurang

pandai merasa perlu untuk bertanya dan siswa yang pandai merasa

berkewajiban untuk membantu temannya yang belum pandai.

3. Saling ketergantungan bahan atau sumber belajar. Siswa yang

tidak mempunyai sumber belajar akan berusaha untuk meminjam

kepada temannya, sedangkan yang memiliki sumber belajar

merasa berkewajiban untuk meminjamkan kepada temannya.

4. Saling ketergantungan peran. Siswa yang sebelumnya mungkin

sering bertanya (karena belum paham pada suatu masalah) pada

temannya, suatu saat ia akan berusaha mengajari temannya yang

mungkin mengalami masalah (berperan sebagai pengajar),

demikian pula siswa yang sebelumnya sering meminjam bahan

ajar (buku) pada temannya, suatu saat ia akan meminjamkan

bahan ajar yang ia miliki pada temannya yang membutuhkan, dan

sebagainya.

5. Saling ketergantungan hadiah. Penghargaan diberikan kepada

kelompok, karena hasil kerja adalah hasil kerja kelompok, bukan

(52)

kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran bergantung

kepada keberhasilan setiap anggota/individu kelompok. Itulah

sebabnya setiap anggota kelompok dituntut bertanggung jawab,

bekerja keras untuk mensukseskan kelompoknya dengan cara

berpartisipasi secara aktif dan konstruktif.

b. Interaksi Tatap Muka

Menurut Nurhadi dan Senduk (2003, dalam Triana, 2010)

interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok saling

bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya

dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Dalam hal ini, setiap

anggota kelompok saling berinteraksi menjalin hubungan kerja sama

seperti melaksanakan aktivitas bertanya, menjawab pertanyaan,

meminta bantuan, atau memberi penjelasan.

c. Akuntabilitas Individual

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran

dalam bentuk kelompok, sehingga setiap anggota harus ikut

bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelajaran kelompok. Setiap

anggota kelompok harus ikut aktif dalam menyumbangkan gagasan

dan bertanggung jawab terhadap penguasaan materi pembelajaran

secara maksimal karena hasil belajar kelompok didasarkan atas

rata-rata nilai anggota kelompoknya.

d. Keterampilan Menjalin Hubungan Antar Pribadi

Dalam model pembelajaran kooperatif setiap siswa dituntut

untuk dapat bekerja sama dan bersosialisasi antar anggota kelompok.

(53)

tanggapan terhadap ide teman lain, berani mempertahankan pendapat,

mau menerima saran dan sanggahan dari teman, tidak mendominasi

orang lain, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat secara sengaja

diajarkan oleh guru, sehingga siswa secara perlahan dan pasti akan

berusaha menjalin hubungan antar pribadi.

3. Hal-hal yang Harus Dipenuhi dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Tim MKPBM (dalam Widyaningsih, 2007), ada beberapa

hal yang perlu dipenuhi dalam model pembelajaran kooperatif agar lebih

menjamin para siswa bekerja secara kooperatif.

a. Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa

bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim yang mempunyai tujuan

bersama yang harus dicapai.

b. Para siswa yang tergabung pada sebuah kelompok harus menyadari

bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan

bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung

jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok.

c. Untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung

dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam

mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Akibatnya para siswa yang

tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa setiap

pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung pada keberhasilan

(54)

4. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nur (2000, dalam Triana, 2010) ciri-ciri pembelajaran

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah.

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku,

dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

D. Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TAI (Team Assisted Individualization)

Pembelajararan dengan metode TAI (Team Assisted Individualization)

ini dikembangkan oleh Slavin. Menurut Slavin (2005) terdapat tiga alasan

memperkenalkan metode pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization):

a) Metode ini mengkombinasikan keampuhan kooperatif dan

program pengajaran individual

b) Memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif

c) TAI (Team Assisted Individualization) disusun untuk

memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam

hal kesulitan belajar siswa secara individual.

Metode pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) pada

(55)

proses belajar mengajar dan memeriksa pengetahuan siswa dalam materi

pelajaran yang dipelajari.

Metode pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)

merupakan metode pembelajaran secara berkelompok di mana terdapat

seorang siswa yang lebih mampu, berperan sebagai asisten yang bertugas

membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam satu

kelompok dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan

jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Dalam hal ini peran pendidik

hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar.

Pengajar/guru cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif

bagi peserta didik.

TAI (Team Assisted Individualization) merupakan salah satu metode

dalam pembelajaran kooperatif. Pada metode pembelajaran TAI (Team

Assisted Individualization), siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok

kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan

pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukan. Melalui

pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran

kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.

Salah satu ciri model pembelajaran kooperatif adalah kemampuan

siswa untuk bekerja sama dalam kelompok memiliki tugas setara. Oleh

karena itu, pada pembelajaran kooperatif, keberhasilan kelompok sangat

diperhatikan, maka siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan

dan keterampilannya, sedangkan siswa yang kurang pandai akan terbantu

(56)

Secara umum ada delapan komponen dalam model pembelajaran

kooperatif dengan metode TAI (Team Assisted Individualization) (Slavin,

2005) yaitu pembentukan kelompok, tes penempatan, materi kurikulum,

kelompok belajar, skor tim dan rekognisi tim, kelompok pengajaran, tes

fakta, dan mengajar seluruh kelas.

1. Pembentukan Kelompok

Pembentukan kelompok bersifat heterogen yang terdiri atas 4

sampai 5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja

akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini

adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan

lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan anggotanya untuk dapat

mengingat dan mengetahui materi yang nantinya digunakan dalam

persiapan mengerjakan latihan. Dalam hal ini, biasanya siswa

menggunakan cara pembelajaran diskusi tentang masalah-masalah yang

ada, membandingkan soal dan jawaban yang ada, dan mengoreksi tiap

pengertian apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

2. Tes Penempatan

Para siswa diberi tes pada awal program pembelajaran. Hasil dari

tes awal digunakan untuk membuat kelompok berdasarkan poin yang

mereka peroleh.

3. Materi Kurikulum

Proses pembelajaran harus menggunakan materi yang terdapat

(57)

4. Kelompok Belajar

Berdasarkan tes maka dibentuk kelompok belajar. Siswa dalam

kelompoknya mendengarkan presentasi dari guru dan mengerjakan

lembar kerja. Jika ada siswa yang belum mengetahui, tentang materi

dapat bertanya pada anggota tim lainnya atau ketua yang telah ditunjuk,

kalau belum mengetahui juga baru meminta penjelasan dari guru.

5. Skor Tim dan Rekognisi Tim

Skor diberikan terhadap hasil kerja kelompok dan pemberian

kriteria penghargaan diberikan terhadap kelompok yang berhasil dalam

menyelesaikan masalah.

6. Kelompok Pengajaran (Mengajar Kelompok)

Secara singkat guru menjelaskan tentang materi pembelajaran

menjelang pemberian tugas kelompok. Materi yang belum diketahui oleh

suatu kelompok dapat ditanyakan kepada guru dan guru menjelaskan

materi kepada kelompok tersebut. Pada saat guru mengajar, siswa dapat

mempelajari materi baik secara individual dan kelompok dengan

kebebasan tetapi bertanggung jawab. Keaktifan siswa sangat diutamakan

pada pengajaran dengan metode TAI (Team Assisted Individualization).

7. Tes Fakta (Lembar Kerja)

Pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh peserta

didik.

8. Mengajar Seluruh Kelas

Setelah akhir dari pembelajaran, guru menjelaskan konsep-konsep

yang belum dimengerti oleh siswa dengan strategi pemecahan masalah

(58)

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dengan metode

TAI dapat dilihat pada tabel berikut .

Tabel 1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TAI

Langkah Kegiatan

1

Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.

2 Guru memberikan pretest secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor awal.

3

Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan je

Gambar

Gambar 3 Grafik Presentase Indikator Minat Belajar Siswa ............................
Tabel 1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TAI
Tabel 2. Kriteria dan Hasil Peningkatan Nilai Belajar Siswa Kriteria Nilai Peningkatan
Gambar 1. Peta Konsep Materi Dunia Tumbuhan Adaptasi dari Buku Biologi 1B
+7

Referensi

Dokumen terkait

BAB I PENDAHULUAN ... Latar Belakang Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Kedisiplinan Kerja .... Pengertian Kedisiplinan Kerja ...

MODIFIKASI BOLA BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Struktur Organisasi Skripsi Batasan Istilah

Bab I berisi pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang masalah, identifikasi, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

Dalam bab pendahuluan materinya sebagian besar berupa penyempurnaan dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan

Dalam bab pendahuluan materinya sebagian besar berupa penyempurnaan dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan

a) Bab I (satu), merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan perancangan, manfaat

BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 menjelaskan mengenai latar belakang dari penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan dari penelitian, manfaat dari penelitian, batasan masalah penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dijelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka penelitian dan batasan masalah