PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X1
SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA PADA MATERI DUNIA TUMBUHAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
FLORIAN MAYESTI PRIMA R. MAKIN NIM : 091434040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN
METODE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X1
SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA PADA MATERI DUNIA TUMBUHAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
FLORIAN MAYESTI PRIMA R. MAKIN NIM : 091434040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
H A L A M A N P E R S E M BA H A N
K ar y ak u y ang S eder hana i ni K uper s embahk an
unt u k :
A l l ah T r i t u ng gal M ahaK u du s dan B unda M ar i a
Or ang T uak u T er ci nt a B apak R of i nus dan M ama
E l a, s er t a S emu a K el u ar g a
K ak ak k u T er s ay ang K ’ R ol l and
S ahabat -S ahabat S eper j u ang an
P r ogr am S t udi P endi di k an B i ol og i
v
M OTT O
“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang
memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya
kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap,
supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam
nama-K u, diberikan-N ya kepadamu.”
( Y ohanes 15 : 16)
“Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bij ak;
janganlah mengabaikannya.”
viii ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi dunia tumbuhan
menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI (Team Assisted
Individualization).
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model dari Khemmis dan Mc. Taggart, yang terdiri dari perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Penelitian dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X1 SMA Pangudi
Luhur Yogyakarta pada tahun ajaran 2012-2013 dengan jumlah 35 siswa. Instrumen pengumpulan data dilakukan dengan tes dan non-tes.
Hasil penelitian menunjukan: 1) peningkatan presentase minat belajar siswa mencapai 83,34 %; 2) peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada aspek kognitif dari siklus I ke siklus II yaitu 40,3 meningkat menjadi 57,63; dan 3) presentase hasil belajar siswa pada aspek afektif dari siklus I ke siklus II mengalami penurunan yaitu 70,66 % menurun menjadi 68,31 %.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI (Team Assisted
Individualization) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada aspek
kognitif tetapi tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X1 SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi dunia tumbuhan untuk aspek afektif .
Kata kunci :
Minat, hasil belajar, model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI (Team
ix ABSTRACT
The purpose of this research is to improve the students interst and learning outcomes of Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta Grade X1in the
subject matter of kingdom plantae by applying the cooperative learning method TAI (Team Assisted Individualization).
This research is a classroom action research model of Khemmis and Mc. Taggart, which is composed of planning, action and observation, and reflection. The experiment is conducted at the high school Pangudi Luhur Yogyakarta. The subjects in this study were high school students classes X1 Pangudi Luhur Yogyakarta in the 2012-2013 school year with 35 students. The data collection instruments to test non-test.
The results showed : 1) an increase in the percentage of student interest reached 83.34%, 2) an increase in average student learning outcomes in the cognitive aspects of the first cycle to the second cycle is increased 57.63 to 40.3, and 3) percentage of results student learning on the affective aspects of the cycle I to cycle II decreased 70.66% to 68.31% decrease.
Based on the results of the study it can be concluded that the application of cooperative learning methods TAI (Team Assisted Individualization) may increase interest and student learning outcomes in the cognitive aspect but can not improve student learning outcomes X1 High School class Pangudi Luhur Yogyakarta on plant material world for the affective aspects.
Keywords:
x KATA PENGANTAR
Pujian dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih
yang telah memberikan limpahan rahmat dan berkat-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TAI (Team Assisted Individualization) dalam Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada Materi Dunia Tumbuhan” dengan baik.
Selama penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti dibantu oleh banyak
pihak yang turut membantu, membimbing, dan menyemangati peneliti. Oleh
karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc selaku Dosen Pembimbing dan
Kepala Program Studi Pendidikan Biologi yang telah memberikan kritik,
saran, waktu dan tenaga untuk membimbing peneliti.
3. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Biologi dan Staf Sekretariat
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sanata Dharma.
4. Ibu Dra. H. Sulistyanti selaku guru mata pelajaran biologi kelas X1 SMA
Pangudi Luhur Yogyakakrta yang telah memberikan arahan dan tenaga
xi
5. Bapak Andreas Mujiyono, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Pangudi
Luhur Yogyakarta yang telah berkenan memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
6. Para guru beserta segenap karyawan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
yang telah membantu melancarkan kegiatan penelitian di SMA Pangudi
Luhur Yogyakarta.
7. Siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2012-2013
yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian.
8. Rekan-rekan sebagai observer : Cio, Lazar, Siska, Jeni, Rini, Riris dan
Rere. Terima kasih atas kerja sama dan dukungannya.
9. Bapak dan Mama tercinta, Kak Rolland tersayang, Ivon, Ros, Ronald,
Andris dan Cipluk, serta semua keluarga yang selalu mendoakan dan
memberi semangat kepada peneliti.
10.Sahabat-sahabatku selama masa perkuliahan : Cio, Lazar, Ana Rambu,
Siska, Putu, Mano, Yuni, dan Flora. Terima kasih atas kebersamaan dan
perhatian selama ini.
11.Teman-teman Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Angkatan
2009 yang selalu bekerja sama, memberikan semangat dan dukungan serta
pengetahuan yang sangat membantu peneliti selama masa perkuliahan.
12.Teman-teman di kos JASMINE : K Yul, K Rensi, Annansi, Minny, Erlyn,
dan Sari yang terus mendampingi dan menemani peneliti selama
mengerjakan skripsi.
13.Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu, yang telah
memberikan doa dan dukungan selama peneliti melakukan penelitian dan
xii
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna, oleh karena
itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya, peneliti berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi para peneliti dan pembaca yang lain.
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR GAMBAR ... xxi
DAFTAR LAMIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Hipotesa ... 6
D. Batasan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
xiv
A. Belajar ... 8
1. Pengertian... 8
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 10
B. Minat ... 21
1. Pengertian Minat ... 21
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat ... 23
C. Model Pembelajaran Kooperatif ... 27
1. Pengertian... 27
2. Elemen-Elemen dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 28
3. Hal-hal yang Harus Dipenuhi dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 31
4. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif ... 32
D. Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TAI ... 32
E. Pembelajaran tentang Dunia Tumbuhan ... 39
F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 43
A. Jenis Penelitian... 43
B. Variabel Penelitian ... 43
C. Setting Penelitian ... 44
1. Objek Penelitian ... 44
2. Subjek Penelitian ... 45
3. Tempat Penelitian ... 45
4. Waktu Penelitian ... 45
D. Rancangan Penelitian ... 45
xv
a) Perencanaan ... 46
b) Tindakan dan Pengamatan ... 47
c) Refleksi ... 47
2. Siklus II ... 48
a) Perencanaan ... 48
b) Tindakan dan Pengamatan ... 48
c) Refleksi ... 49
E. Instrumen Penelitian ... 49
1. Instrumen Pembelajaran... 49
a. Silabus ... 49
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 50
c. Modul Pembelajaran ... 50
d. Kartu Soal ... 50
e. Lembar Kerja Siswa ... 50
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 51
a. Tes ... 51
b. Non-tes ... 51
1) Angket ... 51
2) Lembar Observasi Kegiatan Peneliti dan Siswa . 52 F. Analisis Data ... 53
1. Analisis Kuantitatif ... 53
a. Analisis Minat Belajar Siswa ... 53
b. Analisis Hasil Belajar Siswa... 55
1) Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif ... 55
xvi
2. Analisis Kualitatif ... 58
G. Indikator Keberhasilan ... 59
H. Personalia Penelitian ... 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Deskripsi Penelitian ... 60
1. Siklus I ... 60
a. Perencanaan ... 61
b. Tindakan dan Pengamatan ... 61
c. Refleksi ... 63
2. Siklus II ... 65
a. Perencanaan ... 65
b. Tindakan dan Pengamatan ... 65
c. Refleksi ... 68
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 69
1. Minat Belajar Siswa ... 69
2. Hasil Belajar Siswa ... 75
a. Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif ... 75
b. Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif ... 87
3. Faktor-Faktor Pendukung Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TAI ... 99
4. Faktor-Faktor Penghambat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TAI dan Cara Mengatasinya ... 101
BAB V PENUTUP ... 104
A. Kesimpulan ... 104
xvii
DAFTAR PUSTAKA ... 107
xviii DAFTAR TABEL
Tabel 1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode
TAI ... 36
Tabel 2 Kriteria dan Hasil Peningkatan Nilai Belajar Siswa ... 37
Tabel 3 Penjabaran Variabel Terikat ... 44
Tabel 4 Skor Minat ... 53
Tabel 5 Skor Keseluruhan Item untuk Minat ... 54
Tabel 6 Interval Minat ... 54
Tabel 7 Hasil Analisis Minat Belajar Siswa ... 54
Tabel 8 Kategori Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif ... 56
Tabel 9 Hasil Analisis Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 57
Tabel 10 Kriteria Hasil Presentase Skor Observasi Aspek Afektif Siswa ... 58
Tabel 11 Hasil Analisis Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa ... 58
Tabel 12 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 59
Tabel 13 Hasil Analisis Minat Belajar Siswa... 70
Tabel 14 Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus I dan Siklus II ... 76
Tabel 15 Presentase Indikator Siklus I ... 78
Tabel 16 Presentase Indikator Siklus II ... 79
Tabel 17 Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II ... 88
xix DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peta Konsep Materi Dunia Tumbuhan ... 40
Gambar 2 Alur model PTK menurut Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart . 46
Gambar 3 Grafik Presentase Indikator Minat Belajar Siswa ... 71
Gambar 4 Grafik Kategori Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif ... 82
Gambar 5 Grafik Presentase Masing-Masing Indikator Aspek Afektif Siklus I
xx DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 112
Lampiran 2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I dan Siklus II ... 113
Lampiran 3 Modul Pembelajaran ... 122
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 155
Lampiran 5 Kartu Soal Siklus II ... 159
Lampiran 6 Kisi-Kisi Soal ... 163
Lampiran 7 Soal Pretest Awal ... 165
Lampiran 8 Soal Tes Akhir (Post-Test) Siklus I ... 166
Lampiran 9 Soal Tes Akhir (Post-Test) Siklus II ... 168
Lampiran 10 Kunci Jawaban dan Pedoman Skor Pretest Awal ... 169
Lampiran 11 Kunci Jawaban dan Pedoman Skor Tes Akhir (Post-Test) Siklus I ... 170
Lampiran 12 Kunci Jawaban dan Pedoman Skor Tes Akhir (Post-Test) Siklus II ... 172
Lampiran 13 Angket Minat ... 175
Lampiran 14 Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus I ... 177
Lampiran 15 Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus II ... 178
Lampiran 16 Lembar Observasi Peneliti Siklus I... 179
xxi
Lampiran 18 Hasil Analisis Minat Belajar Siswa ... 181
Lampiran 19 Hasil Analisis Tes Akhir (Post-Test) Siklus I ... 183
Lampiran 20 Hasil Analisis Tes Akhir (Post-Test) Siklus II ... 185
Lampiran 21 Hasil Analisis Afektif Siswa Siklus I ... 187
Lampiran 22 Hasil Analisis Afektif Siswa Siklus II ... 189
Lampiran 23 Hasil Analisis Pretest Awal... 191
Lampiran 24 Hasil Pengisian Angket Minat ... 192
Lampiran 25 Hasil Pretest Awal ... 194
Lampiran 26 Hasil Tes Akhir (Post-Test) Siklus I ... 195
Lampiran 27 Hasil Tes Akhir (Post-Test) Siklus II ... 198
Lampiran 28 Hasil Pengisian Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus I ... 201
Lampiran 29 Hasil Pengisian Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus II ... 202
Lampiran 30 Hasil Pengisian Lembar Observasi Peneliti Siklus I... 203
Lampiran 31 Hasil Pengisian Lembar Observasi Peneliti Siklus II ... 204
Lampiran 32 Surat Izin Penelitian ... 205
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa
“tingkat kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh meningkatnya sumber
daya manusia dan kualitas sumber daya manusia ditentukan dengan sistem
pendidikannya.” Oleh karena itu setiap bangsa berusaha meningkatkan dan
mengembangkan sistem pendidikan. Pendidikan di Indonesia bahkan
tercantum di dalam Undang-Undang. Berdasarkan Undang-Undang RI No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Di dalam Peraturan Pemerintah
RI Nomor 19 ayat (1) Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Dalam KBBI (1996) pendidikan diartikan
sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan
dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai objek-objek tertentu dan
individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan
yang telah diperolehnya.
Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah. Biologi yang diajarkan di sekolah tidak hanya memberikan ilmu
biologi kepada para siswa tetapi juga sebagai sarana bagi para siswa untuk
mengembangkan diri dalam berpikir logis, kritis, sistematis, dan objektif.
Sayangnya, para siswa beranggapan bahwa mata pelajaran biologi adalah
mata pelajaran yang sulit. Dunia tumbuhan merupakan materi yang cukup
luas sehingga guru mata pelajaran pun sedikit merasa kesulitan dalam
menyampaikan materi. Guru mata pelajaran pun belum menemukan
metode yang tepat dalam menyampaikan materi tersebut. Menurut guru
mata pelajaran biologi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, kesulitan yang
dihadapi oleh siswa disebabkan ketidakpahaman mereka tentang materi
dunia tumbuhan ditambah berbagai nama ilmiah dari setiap jenis
tumbuhan yang perlu dipelajari. Dengan adanya berbagai kesulitan yang
dihadapi oleh guru biologi dan siswa di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta,
maka hal tersebut tentunya berimbas kepada hasil belajar siswa pada mata
pelajaran biologi khususnya pada materi dunia tumbuhan. Hasil belajar
siswa di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi dunia tumbuhan,
secara umum adalah di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Berdasarkan hasil observasi juga nilai rata-rata kelas pada materi dunia
tumbuhan adalah 49,71 dengan KKM pada mata pelajaran biologi adalah
75. Hasil belajar yang diperoleh siswa tentunya akan mempengaruhi minat
tidak mampu dalam mata pelajaran tersebut, sehingga minat belajar akan
berkurang bahkan lama-kelamaan akan hilang.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta, siswa mengalami kesulitan belajar dengan alasan yang klise
yaitu ‘biologi adalah ilmu menghafal’. Dalam konsep pemahaman siswa,
biologi dipenuhi dengan bahasa Latin (nama ilmiah). Siswa beranggapan
bahwa untuk memahami konsep biologi adalah harus menghafal
nama-nama ilmiah. Hal ini yang membuat siswa tidak antusias dalam mengikuti
mata pelajaran biologi dan merasa terbebani dengan mata pelajaran biologi
sehingga berdampak pada hasil belajar mereka yang tidak mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Selain karena dasar pemahaman
siswa yang sudah keliru, para siswa juga kurang dimotivasi sehingga siswa
tidak tertarik pada biologi. Berdasarkan hasil observasi juga peneliti
melihat guru sudah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan hasil
belajar, minat serta motivasi siswa dalam belajar di antaranya dengan
menggunakan metode diskusi, tanya jawab, belajar bersama (learning
together) akan tetapi metode ini dinilai belum berhasil dan sesuai dengan
keadaan siswa di kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
yang bisa diterapkan dalam pembelajaran biologi. Model pembelajaran
kooperatif lebih diarahkan kepada kelompok belajar siswa di kelas. Secara
umum model pembelajaran kooperatif adalah pembentukan beberapa
kelompok kecil dan bekerja secara bersama-sama dalam memecahkan soal
atau permasalahan yang diberikan oleh guru. Pembentukan kelompok di
sehingga terjadi pemerataan anggota dalam setiap kelompok. Model
pembelajaran kooperatif yang diterapkan di kelas merupakan suatu
struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama
anggota kelompok (Solihatin, E., dan Rahardjo, 2007). Model
pembelajaran kooperatif yang dipilih bertujuan untuk membantu siswa
dalam belajar agar lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh
guru, membantu siswa dalam bekerja sama dengan teman, dan melatih
siswa dalam berpikir kritis terhadap suatu masalah sehingga dapat
meningkatkan kemampuan siswa terhadap hasil belajar dan minatnya
terhadap biologi.
Sesuai dengan permasalahan siswa di kelas X1 SMA Pangudi
Luhur Yogyakarta peneliti melihat model pembelajaran kooperatif dengan
metode TAI (Team Assisted Individualization) sesuai dengan kebutuhan
siswa dalam pembelajaran biologi. Metode TAI (Team Assisted
Individualization) adalah model pembelajaran kooperatif yang mengelompokan siswa berdasarkan kemampuan mereka. Siswa yang
mempunyai kemampuan yang tinggi cenderung duduk dengan siswa yang
mempunyai kemampuan yang sama. Dalam metode TAI (Team Assisted
Individualization) siswa yang kemampuan lebih akan dikelompokkan
dengan siswa yang mempunyai kemampuan sedang atau rendah. Dengan
metode pengelompokan seperti ini diharapkan siswa yang mempunyai
kemampuan kurang dapat belajar dengan temannya. Seperti yang
dikatakan Slavin (2005) bahwa sebagian dapat belajar dengan baik apabila
merupakan pembelajaran teori dan fakta maka penulis menilai metode ini
lebih efektif dari pada metode konvensional yang sering digunakan guru.
Metode TAI (Team Assisted Individualization) juga pernah
digunakan dalam penelitian sebelumnya oleh Widiasih (2009) dengan
judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TAI (Team Assisted
Individualization) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi
Siswa Kelas X SMAN 2 Batu pada Materi Ekosistem”. Hasil penelitian
menujukkan bahwa penerapan pembelajaran TAI (Team Assisted
Individualization) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Biologi
melalui 8 tahapannya yang dimodifikasi terutama pada tahap teaching
group dan student creative. Peningkatan motivasi belajar siswa ditandai
dengan peningkatan persentase 4 indikator motivasi yaitu attention 23,0%;
relevance 44,9%; confidence 41,9%; satisfaction 95,2%, sedangkan
peingkatan hasil belajar siswa ditandai dengan peningkatan pencapaian
SKM (Standar Ketuntasan Minimum) hingga 88,88 %.
Pada dasarnya biologi merupakan mata pelajaran yang sangat
menarik karena objek kajian biologi adalah diri sendiri dan alam
sekitarnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif
dengan metode TAI (Team Assisted Individualization) untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI
(Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan minat belajar
siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi dunia
tumbuhan?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI
(Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi dunia
tumbuhan?
C. Hipotesa
Berdasarkan latar belakang masalah, maka hipotesa dalam
penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif dengan
metode TAI (Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan minat
dan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada
materi dunia tumbuhan.
D. Batasan Masalah
Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan
metode TAI (Team Assisted Individualization) untuk meningkatkan minat
dan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada
materi dunia tumbuhan. SMA Pangudi Luhur Yogyakarta memiliki kelas
kelas yaitu kelas XI sebagai subjek penelitian. Adapun hasil belajar yang
diteliti dalam penelitian ini hanya meliputi hasil belajar siswa pada aspek
kognitif dan aspek afektif.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
minat dan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
pada materi dunia tumbuhan menggunakan model pembelajaran kooperatif
dengan metode TAI (Team Assisted Individualization).
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Peneliti memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang baru
mengenai metode pembelajaran yang diterapkan.
2. Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat membantu guru di sekolah yang
bersangkutan dalam memberi gambaran dan menyampaikan materi
ajar menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI
(Team Assisted Individualization) khususnya pada materi yang cukup
luas seperti materi dunia tumbuhan.
3. Bagi siswa
Siswa dapat belajar dan meningkatkan minat dan hasil belajar pada
mata pelajaran biologi serta dapat mengubah sedikit demi sedikit pola
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
1. Pengertian
Pengertian belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,
1996) adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Hudoyo (1998) mengemukakan bahwa seseorang dikatakan belajar bila
diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang
menghasilkan perubahan tingkah laku. Sedangkan Winkel (1989)
mendefenisikan belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaktif aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
nilai sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas. Slameto
(1980) mengatakan bahwa secara psikologis belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya; lebih jauh dikatakan bahwa tingkah laku dalam
belajar adalah : (1) perubahan ini terjadi secara sadar, (2) perubahan
dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, (3) perubahan dalam
belajar bersifat atau bernilai positif dan aktif, (4) perubahan dalam belajar
bukan bersifat sementara, dan (5) perubahan belajar bertujuan dan
terarah.
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia
(Ridwan, 2008). Jadi belajar adalah perubahan tingkah laku manusia
dan berlatih. Pengalaman belajar didapat dari interaksi langsung terhadap
sesuatu yang diteliti dan umumnya melalui proses melakukan
kesalahan-kesalahan kemudian setelah mengerti baru memperbaiki kesalahan-kesalahan yang
berdasarkan pada pengalaman yang diperoleh.
Keunikan pengalaman umumnya bersumber dari hal-hal berikut :
a. Mengabaikan hal-hal yang tidak sesuai dengan pendapat pribadi.
b. Kurang tepat atau kurang cermat di dalam mengikuti hal-hal yang
penting mengerti suatu persoalan.
c. Menggunakan alat-alat ukur yang pemilihannya sangat subjektif.
d. Walaupun masih kekurangan fakta tetapi sudah menarik kesimpulan.
e. Membuat kesimpulan yang salah karena telah mempunyai prasangka.
f. Peran faktor-faktor yang mungkin tidak disadari (Sutrisno Hadi,
2004).
Tujuan belajar menurut pengertian Robert M. Gragne (dalam
Laras, 2011) mengemukakan delapan macam yang kemudian
disederhanakan menjadi lima macam kemampuan manusia yang
merupakan hasil belajar. Kelima macam kemampuan hasil belajar
tersebut adalah :
a. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting
dari sistem lingkungan skolastik).
b. Strategi kognitif, mengatur “cara belajar” dan berpikir seseorang di
dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan
masalah.
c. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.
d. Kemampuam motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain
keterampilan menulis, menggunakan alat-alat, dan sebagainya.
e. Sikap dan nilai, hubungan dengan arah serta intensitas emosional
yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari
kecenderungan tingkah laku orang, barang, atau kejadian.
Jadi hasil yang ingin dicapai dalam belajar adalah kemampuan
intelektual, kemampuan kognitif, kemampuan verbal, keterampilan
motorik, dan sikap atau hubungan sosial yang baik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang bersifat positif
dan relatif tetap dalam diri seseorang. Hal tersebut diperoleh dari latihan
atau pengalaman orang tersebut dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh belajar
dapat ditunjukan dalam bentuk, misalnya bertambahnya pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan perubahan sikap.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Nurina (2004), hasil belajar siswa merupakan suatu
gambaran dari penguasaan kemampuan peserta didik sebagaimana
ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Setiap usaha yang dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran baik oleh guru (sebagai pengajar) maupun
peserta didik/siswa (sebagai pelajar) bertujuan untuk mencapai prestasi
yang setinggi-tingginya.
Ada tiga jenis perubahan yang menyangkut hasil belajar, yaitu
Perubahan kognitif terdiri dari pengetahuan atau cara melihat atau
mengerti sesuatu. Perubahan motivasi, yaitu perubahan motif, tujuan, dan
minat. Perubahan tingkah laku yang berbeda dengan yang terdahulu,
karena perubahan tingkah laku dapat dilihat oleh orang lain. Perubahan
kognitif, motivasi, dan tingkah laku berinteraksi saling mempengaruhi
satu sama lain (Soeitoe, 1982, dalam Purwanti, 2005).
Hasil belajar siswa harus meliputi tiga bidang, yaitu bidang
kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan
sikap dan nilai), serta bidang psikomotorik (kemampuan keterampilan
bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan
hierarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak
sebagai hasil belajar siswa dari proses pengajaran (Sudjana, 1989).
Dalam penelitian ini yang diteliti hanya perubahan kognitif dan
afektif. Tiga aspek yang dikemukakan oleh Benyamin Bloom (dalam
Yulia, 2012) yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
Ketiga aspek tersebut dapat diperoleh siswa melalui kegiatan belajar
mengajar.
Menurut Bloom, dkk (dalam Winkel, 2005) hasil belajar terbagi
menjadi tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik.
a. Aspek Kognitif
Aspek kognitif adalah aspek yang mencakup kegiatan otak,
artinya segala upaya yang mencakup aktivitas otak termasuk dalam
Winkel, 2005) aspek kognitif mencakup pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
1) Pengetahuan (C1) : mencangkup ingatan akan hal-hal yang
pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat
meliputi fakta, kaidah, dan prinsip, serta metode yang
diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali
pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall)
atau mengenal kembali (recognition).
2) Pemahaman (C2) : mencakup kemampuan untuk menangkap
makna dan arti dari bahan yang dipelajari.
3) Penerapan (C3): mencangkup kemampuan untuk menerapkan
suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/masalah
yang konkret dan baru.
4) Analisis (C4): mencangkup kemampuan untuk merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur
keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik,
kemampuan ini dinyatakan dengan menganalisis bagian-bagian
dasar, bersama dengan hubungan/relasi antar semua bagian.
5) Sintesis (C5): mencangkup kemampuan untuk membentuk
suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu
sama lain, sehingga terciptakan suatu bentuk yang baru.
6) Evaluasi (C6): mencangkup kemampuan untuk membentuk
suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama
dengan pertanggungjawaban pendapat berdasarkan kriteria
b. Aspek Afektif
Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan sikap
dan nilai. Oleh karena itu, sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan kognitif yang
tinggi (Sudaryono, 2012). Menurut Bloom, dkk (dalam Winkel,
2005) aspek afektif mencakup penerimaan, partisipasi, penilai,
organisasi, dan pembentukan pola hidup.
1) Penerimaan : mencangkup kepekaan akan adanya suatu
perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan ransangan
tersebut, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan
oleh guru atau mendengarkan dan memperhatikan jawaban
teman sekelas.
2) Partisipasi : mencangkup kerelaan untuk memperhatikan secara
aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
3) Penilai/penentu sikap : mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri
sesuai dengan penilaian itu.
4) Organisasi : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam hidup.
5) Pembentukan pola hidup : mencakup kemampuan untuk
menghayati nilai-nilai kehidupan dari materi yang telah
dipelajari.
c. Aspek Psikomotorik
Aspek psikomotorik adalah aspek yang berkaitan dengan
pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotorik ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
(memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (kecenderungan
untuk berprilakau) (Sudaryono 2012). Menurut klasifikasi Bloom,
dkk (dalam Winkel, 2005) aspek psikomotorik meliputi persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan aktivitas.
1) Persepsi : mencakup kemampuan untuk mengadakan
diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih,
berdasarkan perbedaan antar ciri-ciri fisik yang khas pada
masing-masing rangsangan.
2) Kesiapan : terkait dengan konsentrasi dalam menyiapkan diri.
3) Gerakan terbimbing : mencakup kemampuan untuk melakukan
suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang
diberikan.
4) Gerakan yang terbiasa : mencangkup kemampuan untuk
melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena
sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh
yang diberikan.
5) Gerakan kompleks : mencangkup kemampuan untuk
melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa
komponen, dengan lancar, tepat dan efisien.
6) Penyesuaian pola gerakan : mencakup kemampuan untuk
dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu
keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
7) Kreativitas : mencakup kemampuan untuk melahirkan
pola-pola yang baru, seluruhnya atas dasar prakasa dan inisiatif
sendiri.
Pada penelitian ini yang diukur adalah aspek kognitif dan afektif
saja karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai
materi pelajaran.
Umumnya hasil belajar dinyatakan dengan skor hasil tes atau
angka yang diberikan guru berdasarkan pengamatannya belaka atau
keduanya, yaitu hasil tes dan pengamatan guru pada waktu siswa
melakukan diskusi kelompok. Sukmana (2004) mengatakan bahwa hasil
ulangan atau ujian merupakan hasil belajar selama mengikuti kegiatan
pembelajaran selama satu semester. Satu hal yang harus dihindari oleh
pelajar selama ujian adalah kegiatan menyontek karena hasil menyontek
tidak menggambarkan kemampuan belajar yang sebenarnya. Jadi, untuk
mencapai hasil belajar yang baik, siswa dituntut untuk melakukan
berbagai kegiatan belajar, yang harus diimbangi dengan sikap rajin,
tekun, dan motivasi belajar yang tinggi.
Menurut Djamarah, 2003 (dalam Kurniawati, 2012), faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal
a. Faktor-Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam diri individu
yang sedang belajar. Faktor ini dibagi menjadi tiga yaitu faktor
fisiologis dan faktor psikologis.
1) Faktor Fisiologis
Faktor fisologis terdiri dari kondisi fisiologis dan kondisi
panca indera. Kondisi fisiologis umumnya sangat berpengaruh
terhadap kemampuan belajar individu. Siswa dalam keadaan lelah
akan berlainan belajarnya dari siswa dalam keadaan tidak lelah.
Kondisi panca indera merupakan kondisi fisiologis yang
dispesifikan pada kondisi indera. Kemampuan untuk melihat,
mendengar, mencium, meraba, dan merasa mempengaruhi hasil
belajar. Anak yang memilki hambatan pendengaran akan sulit
menerima pelajaran apabila ia tidak menggunakan alat bantu.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik maka harus dapat
menjaga kesehatan tubuhnya dengan mengatur jam kerja, belajar,
istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah. Keadaan
cacat tubuh bisa mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat
belajarnya terganggu, maka perlu perlakuan khusus dengan alat
bantu atau belajar di pendidikan khusus.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam diri individu
yang berhubungan dengan rohaniah, di antaranya adalah : minat,
a. Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
memerintah. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar
diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin
besar minat.
b. Kecerdasan dan Kemampuan Kognitif
Kecerdasan berhubungan dengan kemampuan siswa
untuk beradaptasi, menyelesaikan masalah dan belajar dari
pengalaman kehidupan. Kecerdasan dapat diasosiasikan
dengan intelegensi. Siswa dengan nilai IQ yang tinggi
umumnya mudah menerima pelajaran dan hasil belajarnya
cenderung baik. Ranah kognitif merupakan kemampuan
intelektual yang berhubungan dengan pengetahuan, ingatan,
pemahaman dan lain-lain.
c. Bakat
Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan
potensi yang masih perlu dilatih dan dikembangkan. Bakat
memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam
bidang tertentu.
d. Motivasi
Motivasi adalah suatu kondisi psikologis yang
b. Faktor-Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang ada di luar individu.
Faktor eksternal dikelompokan menjadi dua faktor yaitu faktor
lingkungan dan faktor instrumental.
1) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan siswa.
Dalam lingkunganlah siswa hidup dan berinteraksi. Lingkungan
yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan menjadi dua,
yaitu lingkungan alami dan lingkungan sosial.
a. Lingkungan Alami
Lingkungan alami adalah lingkungan tempat siswa
berada dalam arti lingkungan fisik. Yang termasuk
lingkungan alami adalah lingkungan tempat tinggal/
keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang
pertama dan terutama serta merupakan lembaga pendidikan
dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk
pendidikan dalam ukuran besar. Belajar yang baik dapat
dilakukan apabila keadaan rumah tenang dan tenteram,
hubungan keluarga baik sehingga anak betah di rumah dan
faktor ekonomi keluarga terpenuhi. Suasana rumah yang
nyaman membuat siswa akan belajar dengan baik sehingga
mempengaruhi hasil belajar menjadi lebih baik.
b. Lingkungan Sosial
Makna lingkungan dalam hal ini adalah interaksi
atau Homo socius. Sebagai anggota masyarakat, siswa tidak
bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang
berlaku dalam masyarakat tempat siswa tinggal mengikat
perilakunya untuk tunduk pada norma-norma sosial, susila,
dan hukum. Lingkungan sosial siswa meliputi teman
bergaul, kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa
yang memberi pengaruh baik pada siswa, dan lingkungan
masyarakat yang positif. Bentuk kehidupan masyarakat/ lingkungan sekitar dapat mempengaruhi presetasi belajar
siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar
maka siswa akan terpengaruh dan terdorong untuk lebih
giat belajar.
2) Faktor Instrumental
Faktor instrumental dapat dikatakan sebagai faktor sekolah
yang juga turut mempengaruhi hasil belajar siswa. Setiap
penyelenggaraan pendidikan memiliki tujuan instruksional yang
hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
seperangkat kelengkapan atau instrumen dalam berbagai bentuk
dan jenis. Instrumen dalam pendidikan terdiri dari kurikulum,
program, sarana dan fasilitas, serta guru.
a. Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang
merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa
kurikulum, kegiatan belajar mengajar tidak dapat
menjabarkan isi kurikulum ke dalam program yang lebih
rinci dan jelas sasarannya, dengan demikian dapat diketahui
dan diukur dengan pasti tingkat keberhasilan belajar
mengajar yang telah dilaksanakan.
b. Program
Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari
baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program
pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah yang
tersedia baik tenaga pendidik yang profesional (mengajar di
bidangnya), finansial untuk memenuhi segala yang
dibutuhkan sekolah dalam penyediaan fasilitas yang
memadai dan menunjang kegiatan belajar siswa, sarana,
serta prasarana agar tercapainya hasil belajar siswa yang
sesuai dengan yang diharapkan.
c. Sarana dan Fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan.
Gedung sekolah yang dibangun terdiri atas ruang kelas
yang cukup untuk menampung jumlah siswa dan
menunjang kegiatan belajar siswa di dalam kelas,
laboratorium dengan kelengkapan yang cukup, dan
lain-lain. Fasilitas mengajar merupakan kelengkapan mengajar
guru yang harus disediakan oleh sekolah. Hal ini
merupakan kebutuhan guru yang harus diperhatikan seperti
buku pegangan, buku penunjang, serta alat peraga yang
sesuai dengan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Adanya sarana dan fasilitas mengajar sangat
membantu guru dalam menunaikan tugas mengajar di
sekolah dan tercapainya hasil belajar siswa yang sesuai
dengan yang diharapkan.
d. Guru
Perbedaan karakter, kepribadian, cara mengajar
yang berbeda pada masing-masing guru, menghasilkan
kontribusi yang berbeda pada proses pembelajaran. Guru
pulalah yang menentukan metode serta strategi mengajar
yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat berjalan efektif
dan efisien, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Minat
1. Pengertian Minat
Minat sangat berperan penting dalam kehidupan peserta didik dan
mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku peserta didik.
Siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras
dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat.
Minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi
keberhasilan suatu proses belajar. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin
belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Guru yang
berhasil membina kesediaan belajar siswa-siswinya berarti telah
belajar para siswanya sebab minat bukanlah sesuatu yang ada begitu saja,
melainkan sesuatu yang dapat dipelajari (Singer, 1987).
Minat termasuk faktor yang paling menentukan anak-anak akan
memperlihatkan suatu minat dengan jalan menyamakan dirinya dengan
orang dewasa. Jika guru merasa senang akan sesuatu, maka akan dapat
mempengaruhi anak. Setidak-tidaknya anak akan dapat lebih mudah
berorientasi pada pendidikannya jika di antara mereka terjalin suatu
hubungan yang baik (Singer, 1987).
Menurut Winkel (1983) minat adalah kecenderungan yang agak
menetap dalam diri subjek yang merasa tertarik pada bidang/hal tertentu
dan merasa senang berkecimpung dalam bidang ini. Perasaan merupakan
faktor psikis yang non-intelektual yang khusus berpengaruh terhadap
semangat atau gairah dalam belajar. Melalui perasaannya siswa
mengadakan penilaian yang agak spontan terhadap
pengalaman-pengalaman belajar di sekolah.
Hilgard (dalam Hsalma 2011) memberi rumusan pengertian
tentang minat yaitu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang dan
diperoleh suatu kepuasan.
Menurut Slameto (dalam Hsalma 2011) minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan
lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik
pada suatu objek atau menyenangi suatu objek (Sumadi Suryabrata dalam
Hsalma, 2011). Minat adalah suatu pemusatan perhatian yang tidak
disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung
dari bakat dan lingkungan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat
adalah kecenderungan tertarik pada sesuatu yang relatif tetap untuk lebih
memperhatikan dan mengingat secara terus-menerus yang diikuti rasa
senang untuk memperoleh suatu kepuasan dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang
dipelajari dapat dipahami. Dengan demikian siswa dapat melakukan
sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu
perubahan kelakuan yang meliputi seluruh pribadi siswa: kognitif,
psikomotor, dan afektif.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Susanto
(dalam Sholahuddin. 2012. edublog. org/faktor-faktor-yang mempengaruhi-minatbelajar) beberapa faktor yang mempengaruhi minat
belajar adalah motivasi, cita-cita, keluarga, peranan guru, sarana dan
a. Motivasi dan Cita-cita
Menurut Sudirman (dalam Sholahuddin. 2012. edublog.
org/faktor-faktoryangmempengaruhi-minat-belajar) motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang kehendaki
oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Cita-cita adalah keinginan
atau kehendak yang selalu ada di dalam pikiran (Depdikbud dalam
Sholahuddin. 2012. edublog. org/faktor-faktor-yang mempengaruhi-minat-belajar).
Timbulnya motivasi belajar siswa, bisa berasal dari dalam
diri siswa itu sendiri dan juga berasal dari luar diri siswa. Motivasi
yang timbul dari dalam siswa itu sendiri disebut motivasi
instrinsik, contohnya kecenderungan anak, bakat anak, kemauan,
dan bakat. Motivasi yang timbul dari luar diri siswa disebut
motivasi ekstrinsik, contohnya: model penyajian materi
pembelajaran, suasana pengajaran, dan kondisi masyarakat.
b. Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan
yang paling utama karena sebagian besar kehidupan siswa berada
dalam lingkungan keluarga. Jadi, keadaan keluarga serta keadaan
rumah juga mempengaruhi minat seorang siswa. Suasana rumah
yang tenang, damai, tenteram, dan menyenangkan akan
mendukung minat siswa dalam belajar di rumah. Siswa dapat
belajar dengan tenang, sehingga menguntungkan bagi kemajuan
aktivitas dan sarana belajar siswa akan dapat meningkatkan minat
belajar tersebut.
c. Peranan Guru
Selain berperan sebagai fasilitator, guru juga harus dapat
berperan sebagai motivator. Dalam hal ini, seorang guru harus mampu
menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif dan dapat
merangsang minat siswa dalam belajar. Menyadari pentingnya minat
dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran, berikut ini disajikan
beberapa pendekatan yang harus diperhatikan guru dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa. Pendekatan-pendekatan tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Berikan kepada siswa rasa puas, biasanya keberhasilan akan
mengikutinya.
2) Kembangkan pengertian kepada siswa secara wajar. Pengertian
baru haruslah disadarkan pengalaman-pengalaman belajar yang
lampau.
3) Bawalah suasana kelas yang menyenangkan para siswa.
4) Buatlah para siswa ikut andil dalam program yang disusun.
5) Usahakan pengaturan kelas yang bervariasi, sehingga rasa bosan
berkurang dan perhatian siswa meningkat.
6) Timbulkan minat siswa terhadap pokok bahasan yang dipelajari.
7) Berikan komentar terhadap hasil-hasil yang mereka capai.
d. Sarana dan Prasarana
Menurut Santoso (dalam Sholahuddin. 2012. edublog.
org/faktor-faktoryang mempengaruhi-minat-belajar), fasilitas-fasilitas
yang dimiliki sekolah, seperti perpustakaan, ruang kelas, dan
laboratorium juga dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Kurang
lengkapnya perpustakaan, sedikitnya jumlah buku-buku yang
disediakan untuk siswa, ruang belajar yang sempit, kotor dan gelap
juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, sehingga hal-hal
tersebut dapat mengurangi minat belajar pada diri siswa.
e. Teman Pergaulan
Teman pergaulan, baik di sekolah maupun di lingkungan
tempat tinggal juga dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Jika
teman pergaulan memiliki minat belajar dan motivasi yang tinggi
dalam belajar, maka minat teman yang lainya juga dapat
mempengaruhinya.
f. Media Massa
Berbagai macam media massa seperti televisi, radio, video
visual dan media cetak lain seperti buku-buku bacaan, majalah, dan
surat kabar juga dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Media
massa jenis televisi dan video misalnya, secara umum lebih banyak
pengaruh negatifnya daripada pengaruh positifnya, terutama tayangan
iklan dan film dalam televisi. Oleh karena itu, orang tua harus
menyediakan waktu ekstra bagi anak-anaknya dan memperhatikan
majalah, dan surat kabar sangat bermanfaat dalam meningkatkan
minat baca serta dapat meningkatkan pengetahuan siswa.
C. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian
Menurut Tim MKPBM (dalam Widyaningsih, 2007) kegiatan
belajar kooperatif adalah suatu kegiatan belajar yang mencakupi suatu
kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk
menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Sedangkan
menurut Saptono (2003) model pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa
dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam
kelompok-kelompok kecil. Menurut Slavin (1990, dalam Triana, 2010) model
pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang menempatkan
siswa dalam suatu tim untuk bekerja sama, mempelajari materi dan
bertanggung jawab, serta mempunyai rasa memiliki terhadap tim dan
keberhasilan tim. Sedangkan menurut Suwarsono (dalam Widyaningsih,
2007) kegiatan belajar kooperatif adalah suatu kegiatan belajar dalam
kelompok di mana setiap kelompok terdiri atas siswa-siswa yang
heterogen dalam hal kemampuan intelektual, proses belajar di masa lalu,
prestasi belajar di masa lalu, asal-usul daerah atau etnis, dan sebagainya
termasuk adanya siswa putera dan puteri dalam kelompok yang sama.
Jadi dalam kegiatan kelompok siswa diajarkan keterampilan-keterampilan
menjelaskan kepada teman sekelompok, menghargai pendapat teman,
berdiskusi dengan teratur, siswa yang sudah memahami materi membantu
siswa yang belum memahami materi, dan sebagainya. Penerapan
pembelajaran kooperatif, gurulah yang membentuk kelompok-kelompok
tersebut. Jika siswa diberikan kebebasan memilih sendiri kelompoknya,
maka siswa akan cenderung memilih teman-teman yang disukai, misalnya
karena sama kemampuannya, sama jenis kelaminnya, atau sama asal-usul
daerahnya. Pengelompokan secara acak juga dapat dilakukan, khusunya
jika pengelompokan yang terjadi untuk kelas baru, atau guru yang baru
mulai mengajar yang mempunyai sedikit informasi tentang siswanya.
2. Elemen-Elemen dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di
dalamya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Nurhadi
dan Senduk (2003, dalam Triana, 2010) dan Lie (2002, dalam Triana,
2010) ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam
model pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif,
interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan menjalin
hubungan antar pribadi.
a. Saling Ketergantungan Positif
Dalam sistem pembelajaran kooperatif, guru berperan untuk
menciptakan suasana belajar yang dapat mendorong siswa untuk
saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah
(2009, dalam Triana, 2010) suasana saling ketergantungan tersebut
dapat diciptakan melalui berbagai strategi, antara lain sebagai berikut:
1. Saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan. Dalam hal ini
masing-masing siswa merasa memerlukan temannya dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
2. Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini
masing-masing siswa membutuhkan temannya dalam
menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Siswa yang kurang
pandai merasa perlu untuk bertanya dan siswa yang pandai merasa
berkewajiban untuk membantu temannya yang belum pandai.
3. Saling ketergantungan bahan atau sumber belajar. Siswa yang
tidak mempunyai sumber belajar akan berusaha untuk meminjam
kepada temannya, sedangkan yang memiliki sumber belajar
merasa berkewajiban untuk meminjamkan kepada temannya.
4. Saling ketergantungan peran. Siswa yang sebelumnya mungkin
sering bertanya (karena belum paham pada suatu masalah) pada
temannya, suatu saat ia akan berusaha mengajari temannya yang
mungkin mengalami masalah (berperan sebagai pengajar),
demikian pula siswa yang sebelumnya sering meminjam bahan
ajar (buku) pada temannya, suatu saat ia akan meminjamkan
bahan ajar yang ia miliki pada temannya yang membutuhkan, dan
sebagainya.
5. Saling ketergantungan hadiah. Penghargaan diberikan kepada
kelompok, karena hasil kerja adalah hasil kerja kelompok, bukan
kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran bergantung
kepada keberhasilan setiap anggota/individu kelompok. Itulah
sebabnya setiap anggota kelompok dituntut bertanggung jawab,
bekerja keras untuk mensukseskan kelompoknya dengan cara
berpartisipasi secara aktif dan konstruktif.
b. Interaksi Tatap Muka
Menurut Nurhadi dan Senduk (2003, dalam Triana, 2010)
interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok saling
bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya
dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Dalam hal ini, setiap
anggota kelompok saling berinteraksi menjalin hubungan kerja sama
seperti melaksanakan aktivitas bertanya, menjawab pertanyaan,
meminta bantuan, atau memberi penjelasan.
c. Akuntabilitas Individual
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
dalam bentuk kelompok, sehingga setiap anggota harus ikut
bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelajaran kelompok. Setiap
anggota kelompok harus ikut aktif dalam menyumbangkan gagasan
dan bertanggung jawab terhadap penguasaan materi pembelajaran
secara maksimal karena hasil belajar kelompok didasarkan atas
rata-rata nilai anggota kelompoknya.
d. Keterampilan Menjalin Hubungan Antar Pribadi
Dalam model pembelajaran kooperatif setiap siswa dituntut
untuk dapat bekerja sama dan bersosialisasi antar anggota kelompok.
tanggapan terhadap ide teman lain, berani mempertahankan pendapat,
mau menerima saran dan sanggahan dari teman, tidak mendominasi
orang lain, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat secara sengaja
diajarkan oleh guru, sehingga siswa secara perlahan dan pasti akan
berusaha menjalin hubungan antar pribadi.
3. Hal-hal yang Harus Dipenuhi dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Tim MKPBM (dalam Widyaningsih, 2007), ada beberapa
hal yang perlu dipenuhi dalam model pembelajaran kooperatif agar lebih
menjamin para siswa bekerja secara kooperatif.
a. Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa
bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim yang mempunyai tujuan
bersama yang harus dicapai.
b. Para siswa yang tergabung pada sebuah kelompok harus menyadari
bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan
bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung
jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok.
c. Untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung
dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam
mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Akibatnya para siswa yang
tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa setiap
pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung pada keberhasilan
4. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (2000, dalam Triana, 2010) ciri-ciri pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku,
dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
D. Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TAI (Team Assisted Individualization)
Pembelajararan dengan metode TAI (Team Assisted Individualization)
ini dikembangkan oleh Slavin. Menurut Slavin (2005) terdapat tiga alasan
memperkenalkan metode pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization):
a) Metode ini mengkombinasikan keampuhan kooperatif dan
program pengajaran individual
b) Memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif
c) TAI (Team Assisted Individualization) disusun untuk
memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam
hal kesulitan belajar siswa secara individual.
Metode pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) pada
proses belajar mengajar dan memeriksa pengetahuan siswa dalam materi
pelajaran yang dipelajari.
Metode pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)
merupakan metode pembelajaran secara berkelompok di mana terdapat
seorang siswa yang lebih mampu, berperan sebagai asisten yang bertugas
membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam satu
kelompok dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan
jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Dalam hal ini peran pendidik
hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar.
Pengajar/guru cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif
bagi peserta didik.
TAI (Team Assisted Individualization) merupakan salah satu metode
dalam pembelajaran kooperatif. Pada metode pembelajaran TAI (Team
Assisted Individualization), siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok
kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan
pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukan. Melalui
pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran
kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
Salah satu ciri model pembelajaran kooperatif adalah kemampuan
siswa untuk bekerja sama dalam kelompok memiliki tugas setara. Oleh
karena itu, pada pembelajaran kooperatif, keberhasilan kelompok sangat
diperhatikan, maka siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan
dan keterampilannya, sedangkan siswa yang kurang pandai akan terbantu
Secara umum ada delapan komponen dalam model pembelajaran
kooperatif dengan metode TAI (Team Assisted Individualization) (Slavin,
2005) yaitu pembentukan kelompok, tes penempatan, materi kurikulum,
kelompok belajar, skor tim dan rekognisi tim, kelompok pengajaran, tes
fakta, dan mengajar seluruh kelas.
1. Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok bersifat heterogen yang terdiri atas 4
sampai 5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja
akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini
adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan
lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan anggotanya untuk dapat
mengingat dan mengetahui materi yang nantinya digunakan dalam
persiapan mengerjakan latihan. Dalam hal ini, biasanya siswa
menggunakan cara pembelajaran diskusi tentang masalah-masalah yang
ada, membandingkan soal dan jawaban yang ada, dan mengoreksi tiap
pengertian apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
2. Tes Penempatan
Para siswa diberi tes pada awal program pembelajaran. Hasil dari
tes awal digunakan untuk membuat kelompok berdasarkan poin yang
mereka peroleh.
3. Materi Kurikulum
Proses pembelajaran harus menggunakan materi yang terdapat
4. Kelompok Belajar
Berdasarkan tes maka dibentuk kelompok belajar. Siswa dalam
kelompoknya mendengarkan presentasi dari guru dan mengerjakan
lembar kerja. Jika ada siswa yang belum mengetahui, tentang materi
dapat bertanya pada anggota tim lainnya atau ketua yang telah ditunjuk,
kalau belum mengetahui juga baru meminta penjelasan dari guru.
5. Skor Tim dan Rekognisi Tim
Skor diberikan terhadap hasil kerja kelompok dan pemberian
kriteria penghargaan diberikan terhadap kelompok yang berhasil dalam
menyelesaikan masalah.
6. Kelompok Pengajaran (Mengajar Kelompok)
Secara singkat guru menjelaskan tentang materi pembelajaran
menjelang pemberian tugas kelompok. Materi yang belum diketahui oleh
suatu kelompok dapat ditanyakan kepada guru dan guru menjelaskan
materi kepada kelompok tersebut. Pada saat guru mengajar, siswa dapat
mempelajari materi baik secara individual dan kelompok dengan
kebebasan tetapi bertanggung jawab. Keaktifan siswa sangat diutamakan
pada pengajaran dengan metode TAI (Team Assisted Individualization).
7. Tes Fakta (Lembar Kerja)
Pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh peserta
didik.
8. Mengajar Seluruh Kelas
Setelah akhir dari pembelajaran, guru menjelaskan konsep-konsep
yang belum dimengerti oleh siswa dengan strategi pemecahan masalah
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dengan metode
TAI dapat dilihat pada tabel berikut .
Tabel 1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TAI
Langkah Kegiatan
1
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
2 Guru memberikan pretest secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor awal.
3
Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan je