ABSTRAK
Nama : Margrethe Cindyana Program Studi : S1 Sastra China
Judul : Analisis Konflik Tokoh Utama dalam novel Oei Huilan Skripsi ini menjelaskan tentang konflik yang terdapat dalam novel Oei Huilan karangan Agnes Davonar. Penulis ingin mengidentifikasi konflik yang dialami Oei Huilan berdasarkan teori konflik yang dikemukakan oleh Burhan Nurgiyantoro, menganalisa sebab terjadinya konflik berdasarkan teori psikososial Erik Erikson, serta mengetahui bagaimana penyelesaian konflik tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik kepustakaan. Maka dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Oei Huilan mengalami konflik internal dan eksternal. Konflik internal yang ia alami lebih sering disebabkan karena adanya harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan konflik eksternal disebabkan oleh konflik sosial yang berupa percekcokan dengan sang ibu dan suami.
ABSTRACT
Name : Margrethe Cindyana
Study Program : Bachelor Degree of Chinese Literature
Title : Conflict Analysis Main Character in Oei Huilan
This thesis explains the conflicts happened in Oei Huilan. The writer wants to discuss the conflict that was experienced by Oei Huilan using theory of conflict by Burhan Nurgiyantoro, then analyzed the occurrence of the conflicts using Erik Erikson’s psychosocial theory, as well as discuss its solution. This thesis used qualitative research method and library research. So the writer concludes that Huilan experienced the internal and external conflicts mostly caused by nonexistence of hope, whereas the external conflicts caused by the social conflict in the form of the quarrel with her mother and husband.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.5 Metode Penelitian ... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Tokoh ... 6
2.2 Alur ... 7
2.3 Psikososial ... 9
2.4 Keadaan Sosial Masyarakat Tionghoa Indonesia ... 13
3. PEMBAHASAN ... 16
4. KESIMPULAN ... 57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Sinopsis novel
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Agnes Davonar memulai karir menulisnya dari blog sekitar tahun 2006
dan semakin populer setelah menghasilkan novel online seperti Misteri Kematian
Gaby dan Lagunya serta Surat Kecil Untuk Tuhan. Agnes Davonar sendiri dikenal
sebagai novelis dengan pesan moral yang tinggi, yang diakuinya sebagai tujuan
hidupnya dalam menulis. Ia berkeinginan agar setiap pembaca dapat mengambil
pelajaran dari kisah yang dibuatnya.1 Prestasinya seperti blog terbaik tahun 2008 menurut topseratus.com, the Most Influental Blogger pada tahun 2009, the Best
Asia Pasific Writing Blogger tahun 2010.2 Novel Oei Huilan merupakan salah
satu karangan Agnes Davonar yang diterbitkan pada tahun 2010 dan telah terjual
sebanyak 8.000 eksemplar dalam waktu dua minggu sejak penerbitannya.3 Selain itu beberapa novelnya juga diangkat ke layar lebar seperti Surat Kecil Untuk
Tuhan dan Ayah, Mengapa Aku Berbeda.
Novel Oei Huilan ini menceritakan kisah nyata dengan latar kehidupan
keluarga etnis Tionghoa di Indonesia pada masa pemerintahan Belanda yang
menceritakan perjalanan hidup seorang tokoh bernama Oei Huilan. Oei Huilan
merupakan putri kedua dari orang terkaya di Asia Tenggara bernama Oei
Tiongham. Oei Tiongham juga dikenal sebagai Raja Gula dari Semarang yang
merupakan pemimpin masyarakat Tionghoa di kota Semarang. Oei Huilan
kemudian juga dikenal dengan sebutan Mrs. Koo setelah menikah dengan Menteri
Luar Negeri China (Zhonghua Minguo, Republic of China) bernama Wellington
Koo.
Sebagai seorang tokoh yang diutamakan penceritaannya4 dalam novel Oei
Huilan ini maka Oei Huilan menjadi tokoh utama dalam novel yang berjudul
sama dengan namanya ini. Dalam novel ini, perjalanan hidup Oei Huilan atau
1 http://www.facebook.com/pages/Agnes-Davonar/44570026953 2 http://www.kompasiana.com/agnesdavonar 3 http://sosbud.kompasiana.com/2009/11/20/oei-hui-lan-kisah-tragis-putri-orang-terkaya-di-indonesia-cuplikan-novel/ 4
yang biasa disebut Huilan digambarkan tidak bahagia sebagaimana pemikiran
orang pada umumnya yang menganggap hidup berkelimpahan harta, kekuasaan,
dan kehormatan mendatangkan kebahagiaan. Huilan baru merasakan arti
kebahagiaan yang sebenarnya setelah sekian banyak kejadian menyakitkan terjadi
dalam hidupnya.
Kejadian-kejadian inilah yang disebutkan oleh sang pengarang Agnes
Davonar dalam novel Oei Huilan ini sebagai konflik berkepanjangan yang terjadi
dalam kisah perjalanan hidup Huilan. Huilan yang tumbuh besar dalam keluarga
kaya raya, menguasai lima bahasa sebagai bekal masa depan, ayah yang memiliki
kekuasaan, serta suami yang terhormat tidak menjamin hidup Huilan tenang dan
bahagia. Huilan harus menghadapi kenyataan bahwa ia hidup di jaman yang
memperbolehkan laki-laki melakukan poligami, ia hidup dalam keluarga di mana
orangtuanya menikah tanpa dasar cinta dengan kehidupan pernikahan yang tidak
pernah lepas dari pertengkaran, ditambah sang ayah yang mempunyai 8 orang istri
dan 42 orang anak membuat hidup Huilan tidak lepas dari segala jenis konflik.
Tidak hanya itu harta sepeninggal sang ayahnya pun membawa petaka dalam
keluarga “besar” Huilan, perjodohan Huilan dengan Wellington Koo---seorang
duda beranak dua dan perselingkuhan sang suami semakin menambah panjang
konflik dalam perjalanan hidup Huilan.
Konflik-konflik dalam hidup Huilan inilah yang menarik keingintahuan
akan kisah perjalanan hidupnya, sebagaimana yang kita ketahui bahwa konflik
dalam sebuah cerita menentukan menarik sebuah cerita dan keingintahuan akan isi
cerita tersebut. (Nurgiyantoro, 122-123) Konflik-konflik yang disajikan dalam
novel ini kemudian dianalisa dengan pendekatan psikologi sastra.
Psikologi sastra merupakan sebuah bagian dari pengkajian dalam ilmu
sastra yang beranggapan bahwa karya sastra merupakan aktivitas kejiwaan.
Dengan kata lain, dalam karya sastra terdapat bentuk-bentuk kejiwaan yang
ditampilkan oleh sang pengarang lewat tokoh-tokoh yang hadir di dalam cerita.
Maka dengan adanya kejiwaan pada setiap tokoh cerita, kemudian adanya alur
cerita yang dibuat pengarang hingga muncul konflik inilah yang membuat cerita
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas mengenai
konflik-konflik yang dialami Oei Huilan sebagai bahan skripsi dengan judul
Analisis Konflik dalam novel Oei Huilan. Dalam analisis konflik pada novel ini,
penelitian dibatasi dengan klasifikasi konflik sebagai bentuk kejadian menurut
Burhan Nurgiyantoro yaitu konflik internal dan eksternal. Sedangkan psikologi
sastra dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan tekstual yang
mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra. (Endraswara, 97)
1.2Rumusan Masalah
Seiring dengan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian guna membahas masalah-masalah sebagai berikut:
1. Jenis konflik apa saja yang dialami oleh Oei Huilan?
2. Apa penyebab terjadinya konflik-konflik yang dialami Huilan?
3. Bagaimana Oei Huilan menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi tersebut?
1.3Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah penulis kemukakan di atas,
penelitian ini ditujukan untuk mencoba mencari jawaban atas masalah-masalah
tersebut sehingga tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasi konflik-konflik apa saja yang dialami Oei Huilan
berdasarkan dua kategori konflik yang dikemukakan oleh Burhan
Nurgiyantoro.
2. Untuk menganalisa sebab-sebab terjadinya konflik yang dialami Oei
Huilan tersebut berdasarkan 8 tahapan perkembangan manusia menurut
usianya yang dikemukakan oleh Erik Erikson dalam teori psikososial.
3. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian-penyelesaian konflik yang
dilakukan oleh Oei Huilan dalam novel tersebut.
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperoleh pemahaman
lebih dalam mengenai unsur pembangun sebuah novel terutama unsur intrinsik
kemenarikan, rasa keingintahuan akan isi cerita itu sendiri. Selain itu juga
diharapkan dapat digunakan untuk memperoleh pemahaman lebih dalam
mengenai penelitian karya sastra yang berhubungan dengan bidang ilmu lain,
dalam hal ini psikologi. Serta diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi
sumbangan pemikiran bahan referensi bagi penelitian berikutnya.
1.5Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif, yaitu metode yang bersumber dalam bentuk teks yang lebih
menekankan pada pemahaman dalam makna hubungan antarkonsep yang sedang
diteliti.5 Maka penelitian kualitatif dalam karya sastra lebih memperhatikan pada makna yang terkandung dalam setiap interaksi yang dilakukan seseorang dengan
orang lain, bagaimana sikap mereka atau mungkin setiap tindak tanduk
orang-orang tersebut. Peneliti karya sastra juga dituntut untuk dapat menjelaskan atau
menjabarkan makna dari hubungan antar manusia yang terjadi di dalam kehidupan
mereka.6
Dan dengan teknik kepustakaan (library research) yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi dengan cara mencari dan mempelajari literatur,
buku-buku serta dokumen atau sumber bacaan lainnya yang berhubungan dengan
masalah yang sedang diteliti. Dengan teknik ini selain digunakan untuk mencari
landasan teori, juga digunakan untuk mencari informasi-informasi yang
berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.
Penelitian ini menggunakan teori konflik sebagai bentuk kejadian menurut
Burhan Nurgiyantoro mengenai konflik eksternal dan internal. Di mana di dalam
konflik eksternal terdapat dua kategori yaitu konflik fisik dan konflik sosial,
sedangkan dalam konflik internal penyebab terjadinya konflik tersebut bisa
dikarenakan adanya pertentangan antar dua keinginan, keyakinan, pilihan yang
berbeda, harapan. Kemudian menganalisa penyebab terjadinya konflik tersebut
dilihat dari teori psikososial tentang perkembangan kejiwaan pada setiap tahapan
5
Prof. Drs. M. Atar Semi. Metode Penelitian Sastra (Bandung: Angkasa, 1990), hlm.23. 6
umur dalam diri manusia menurut Erik Erikson dan keadaan kondisi masyarakat
Tionghoa jaman itu (sekitar tahun 1899-1992) di Indonesia.
Yang dimaksud dengan perkembangan kejiwaan setiap tahapan umur dalam
diri manusia yaitu manusia mempunyai perbedaan sikap, perasaan, pemikiran atau
hal-hal lain yang diinginkan atau dibutuhkan pada tingkat usia tertentu. Perbedaan
ini yang mendasari apa yang dilakukan oleh manusia dalam menghadapi setiap
keadaan dalam hidupnya.
Dalam novel ini, pengarang menceritakan urutan cerita sang tokoh sesuai
perkembangan usianya, maka penulis menganalisa bagaimana perkembangan
kejiwaan sang tokoh sesuai usianya dalam menghadapi konflik. Dengan teori
konflik menurut Burhan Nurgiyantoro digunakan untuk mengidentifikasi jenis
konflik yang dialami tokoh, apakah konflik tersebut merupakan konflik eksternal
atau internal. Kemudian dengan teori psikososial menurut Erik Erikson
menganalisa kejiwaan sang tokoh sesuai tahapan umur dan dengan menjabarkan
keadaan sosial masyarakat Tionghoa Indonesia saat itu menganalisa sebab-sebab
terjadinya konflik dan mengetahui penyelesaian konflik yang dilakukan sang
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil analisa yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
teori konflik menurut Burhan Nurgiyantoro, konflik yang dialami Huilan berupa
konflik internal dan juga konflik eksternal.
Seperti pada tahap ke-4 industry versus inferiority (Ketekunan versus perasaan
rendah diri) dalam teori psikososial Erik Erikson, Huilan yang lebih dominan pada
golongan industry (ketekunan) mengalami konflik internal yang lebih sering
terjadi disebabkan oleh adanya harapan. Huilan merasakan kesepian sehingga ia
mengharapkan perhatian dari keluarga dan orang-orang sekitarnya. Ayah yang
merupakan orang terdekatnya sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan Huilan tidak
dekat dengan ibu dan kakaknya, Huilan juga tidak mempunyai teman sehingga
membuat dia sering bermain dengan binatang peliharaannya untuk mengurangi
rasa sedihnya. Sedangkan konflik eksternal yang dialami Huilan lebih sering
merupakan konflik sosial atau adanya benturan antara tokoh dengan tokoh yang
lain seperti percekcokan antara Huilan dengan ibu dan Tjonglan. Percekcokan
Huilan dengan sang kakak hanya merupakan perkelahian anak kecil yang
disebabkan rasa saling iri, sedangkan percekcokan Huilan dengan ibu disebabkan
perbedaan pendapat seperti saat Huilan yang kesepian bermain dengan binatang
peliharaannya atau Huilan yang tidak suka dengan peraturan seperti Huilan yang
diharuskan menggunakan perhiasaan dan pakaian mewah untuk menunjukkan
statusnya (Saat Huilan berumur 7 tahun, dimana anak pada tahap ini lebih sering
menggunakan tenaga sehingga Huilan tidak suka pada peraturan ini).
Pada tahap yang ke-5 Identity versus identity confusion (Identitas versus
kebingungan identitas diri), Huilan yang dominan pada identity (identitas)
mengalami konflik internal yang diharapkan oleh harapan. Huilan berharap
dengan statusnya sebagai putri keluarga kaya akan banyak orang yang hadir di
pestanya, pergaulannya dengan kaum bangsawan lain lengkap dengan gaya
hidupnya yang mewah, dan dalam hal cinta ia bebas mencari pasangannya tanpa
harus berakhir seperti kedua orangtua dan kakaknya. Namun kenyataannya, walau
tidak bisa bebas memilih pasangan sesuai keinginannya. Sehingga Huilan hanya
bisa terus melakukan apa yang bisa membuatnya bahagia atau hanya bisa pasrah
dengan menerima kenyataan. Konflik eksternal yang dialami Huilan juga lebih
sering merupakan percekcokan seperti Huilan yang cekcok dengan orangtuanya
dan Tingliang. Huilan menentang keinginan orangtuanya untuk putus dengan
Siaukwan atau Huilan yang dipaksa menerima lamaran Wellington Koo sehingga
akhirnya ia hanya bisa menurut dengan keinginan orangtuanya, sedangkan
percekcokan Huilan dengan Tingliang karena gaya hidup Huilan yang terlalu
mewah namun akhirnya ayah yang selalu menuruti kemauan Huilan.
Pada tahap ke-6 Intimacy versus isolation (Keintiman versus ketertutupan
diri) Huilan lebih cenderung pada isolation (ketertutupan diri) juga mengalami
konflik internal yang disebabkan oleh adanya harapan. Huilan berharap
mendapatkan perhatian dari suaminya, juga berharap tidak terjadi hal yang buruk
pada ayahnya seperti yang diramalkan oleh peramal tersebut. Tetapi tetap saja
pada kenyataannya suaminya memang bukan merupakan tipe suami yang
romantis dan Tuhan memang berkehendak lain pada ayah Huilan. Dan sebagai
penyelesaian rasa kecewa atas sikap suaminya, Huilan lebih senang memuaskan
dirinya sendiri dengan identitasnya sebagai putri keluarga kaya dan harta yang
dimilikinya. Hal ini memicu konflik eksternal berupa percekcokan dengan
suaminya, namun pada akhirnya Wellington hanya diam melihat tingkah Huilan.
Sedangkan demi anak-anak mereka yang masih sangat memerlukan cinta
kasihnya, Huilan dapat menerima kepergian sang ayah yang misterius.
Pada tahap ke-7 Generativity versus stagnation (Mendidik generasi
selanjutnya versus stagnasi) ini, Huilan yang lebih condong pada generativity
berharap bisa merasakan kebahagiaan sepeninggal sang ibu, serta tidak merasakan
kesepian dan tidak pernah puas dengan apa yang ia punya. Kemudian Huilan lebih
menaruh perhatian pada anak-anaknya, ia tidak ingin anaknya kehilangan sosok
ibu karena Huilan yang terlalu terhanyut pada perasaannya. Huilan juga menjadi
perokok untuk menghilangkan penat dan frustasinya.
Pada tahap ke-8 Integrity versus despair (Perasaan lengkap versus
keputusasaan) Huilan yang lebih condong kepada integrity (ketulusan hati)
Huilan juga merupakan konflik internal yang diakibatkan adanya harapan. Tersirat
adanya harapan dengan semua perenungan ini membawanya dalam perasaan
bahagia dan tenang. Huilan pun akhirnya dengan bijaksana mampu menerima
semua jalan hidupnya seperti Freeman yang mempunyai istri lagi; menganggap
dengan adanya Wellington sehingga ia mampu mempunyai anak dan cucu-cucu
terhebat, bahkan Huilan bisa menerima semua keadaan setelah itu seperti
Tjonglan yang meninggal sampai meninggalnya anak pertama Huilan, Junior.
Maka disimpulkan konflik internal terbesar yang dialami Huilan merupakan
konflik yang disebabkan adanya harapan yang tidak terpenuhi. Huilan terus
mengharapkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya, namun Huilan merasa
harapannya ini tidak pernah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Oleh sebab
itu, ia berusaha menyenangkan dirinya sendiri dan berusaha untuk tidak terus
memikirkan perasaan yang selalu mengganjal perasaannya ini. Sedangkan konflik
eksternal yang sering terjadi merupakan konflik sosial yang berupa percekcokan.
Seringnya hal ini terjadi disebabkan Huilan yang melakukan apa yang bisa
menyenangkan dirinya justru membuatnya beradu pendapat dengan yang lain,
seperti ibu hingga suaminya. Namun Huilan selalu hanya bisa diam walau tetap
melakukan apa yang ia sukai. Hingga pada akhirnya Huilan sadar bahwa ia tidak
merasa bahagia karena ia yang tidak pernah puas dan bersyukur, kemudian
dengan menerima apa yang terjadi dan belajar bersyukur ia melewati akhir-akhir
DAFTAR PUSTAKA
Davonar, Agnes. Kisah Tragis Oei Hui Lan. Jakarta: Intibook, 2011.
Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS, 2003.
Erikson, Erik H. The Life Cycle Completed. New York: W.W.Norton&Company,
1997.
Indrahti, Sri. “Kehidupan Wanita di Lingkungan Masyarakat Cina di Pecinan
Semarang.” Fakultas Sastra Universitas Dipenogoro (2009)
<http://staff.undip.ac.id/sastra/indrahti/2009/07/23/kehidupan-wanita-di-lingkungan-masyarakat-cina/>
Koo, Huilan, and Mary Van Rensselaer Thayer. Huilan Koo, Madame Wellington
koo an Autobiography. Amerika: The Dial Press, 1943.
Mahameru, Eidelweis. Oei Tiong Ham, Raja Gula Dunia, Orang Terkaya dari
Semarang. Jakarta: Hi-Fest Publishing, 2011.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2002.
Santrock, John W. Life Spam Development. New York: MC Graw Hill
Companies,inc, 2004.
Semi, M. Atar. Metode Penelitian Sastra. Bandung:Angkasa, 1990.
Setiono, Benny G. Tionghoa dalam Pusaran Politik. Jakarta: Elkasa, 2002.
Wibowo, I. Harga yang Harus Dibayar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
SUMBER INTERNET
http://www.facebook.com/pages/Agnes-Davonar/44570026953
http://www.agnesdavonar.net
http://www.kompasiana.com/agnesdavonar