• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Pola Resistensi Kuman Pada Penderita Pneumonia Di Ruangan ICU dan Non ICU Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Pola Resistensi Kuman Pada Penderita Pneumonia Di Ruangan ICU dan Non ICU Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA

PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU

RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

Maria F. Delong, 2013, Pembimbing I : DR. J. Teguh Widjaja, dr., SpP., FCCP Pembimbing II : July Ivone, dr., M.KK, Mpd.Ked

Latar belakang Pneumonia masih menempati posisi kedua penyebab kematian di

Indonesia. Saat ini, pasien pneumonia di rumah sakit sering terinfeksi bakteri yang resisten terhadap satu atau lebih antibiotik. Infeksi yang disebabkan oleh mikroba yang resisten ini dapat mengakibatkan sakit yang berkepanjangan dan meningkatnya risiko kematian, biaya pengobatan yang makin tinggi dan dapat meningkatkan jumlah orang yang terinfeksi di masyarakat karena meningkatnya jumlah pasien carrier yang terinfeksi bakteri yang resisten.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pola resistensi bakteri pada penyakit pneumonia di ruangan ICU dan non ICU Rumah Sakit Immanuel Bandung pada tahun 2012.

Metode penelitian yang digunakan adalah observasional dengan metode

deskriptif retrospektif dengan bahan penelitian berupa data rekam medis lengkap pasien pneumonia di RS Immanuel tahun 2012 yang akan disajikan dalam bentuk tabel deskriptif dan dilakukan perhitungan secara persentase.

Simpulan Jumlah kasus pneumonia di ruangan ICU adalah 49,7% dan di ruangan

non ICU 50,3%. Perempuan merupakan jenis kelamin dengan insidensi tertinggi baik di ruangan ICU (53,8%) dan non ICU (52,2%). Insidensi yang tinggi juga didapatkan pada pasien dengan kelompok usia di atas 60 tahun baik di ruangan ICU (61,5%) maupun non ICU (50%). Bakteri yang terisolasi terbanyak di ruang ICU adalah E. coli dengan sensitivitas terhadap Amikacin dan Subactam-Cefoperazon sebesar 87,5% sedangkan pada ruangan non ICU S. pneumoniae merupakan bakteri terbanyak yang diisolasi dengan sensitivitas terhadap Linezolid sebesar 90%.

(2)

v

ABSTRACT

COMPARISON OF RESISTANCE PATTERN OF BACTERIA IN

PATIENT WITH PNEUMONIA IN ICU AND NON-ICU AT

IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG IN 2012

Maria F. Delong, 2013, 1st Tutor : DR. J. Teguh Widjaja,dr., SpP., FCCP 2nd Tutor : July Ivone, dr., M.KK, MPd.Ked

Background of this research, Pneumonia is the second highest cause of death in Indonesia. Nowadays, pneumonia patients in hospitals are often found infected with bacteria resistant to one or more antibiotics. Infections caused by these resistant microbes can lead to prolonged illness and increased risk of mortality, higher medical costs and increase the number of people infected in the community because of the increasing number of carriers patients infected by resistant bacteria.

The purpose of this research is to compare the pattern of bacterial resistance in patient with pneumonia in ICU and non-ICU Immanuel Hospital Bandung in 2012.

The methode of this research is descriptive retrospective observational method from complete medical records of pneumonia patients at Immanuel Hospital in 2012 which will be presented in descriptive tables and as percentage calculation. The conclusion of this research is the number of pneumonia cases in the ICU was 49.7% and in the non-ICU was 50.3%. The incidence occurs more in female in both ICU (53.8%) and non-ICU (52.2%). High incidence is also found in patients with the age group above 60 years either in the ICU (61.5%) and non-ICU (50%). The isolated bacteria in the ICU was mostly E. coli with good sensitivity to Amikacin and Subactam-Cefoperazon 87.5% ,whereas the most isolated bacteria in the non-ICU room was S. pneumoniae with Linezolid sensitivity up to 90%.

(3)

viii

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ...ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.5 Landasan Teori ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pneumonia ... 5

2.1.1 Epidemiologi... 5

2.1.2 Etiologi ... 6

2.1.3 Klasifikasi ... 7

2.1.4 Patogenesis ... 8

2.1.5 Gambaran histopatologi ... 10

2.1.6 Diagnosis ... 11

2.1.7 Kriteria Perawatan... 14

2.1.7.1 Kriteria Rawat Inap ... 17

(4)

ix

2.1.8 Penatalaksanaan ... 17

2.2 Antibiotik ... 23

2.2.1 Antimikroba Penghambat Metabolisme Sel Mikroba ... 24

2.2.2 Antimikroba Penghambat Sintesis Dinding Sel Mikroba ... 25

2.2.3 Antimikroba Pengganggu Keutuhan Membran Sel Mikroba ... 28

2.2.4 Antimikroba Penghambat Sintesis Protein Sel Mikroba ... 28

2.2.5 Antimikroba Penghambat Sintesis Asam Nukleat ... 30

2.2.6 Piperacillin-tazobactam ... 31

2.2.7 Sulbactam-cefoperazon ... 31

2.2.8 Tigecycline ... 31

2.2.9 Linezolid ... 32

2.3 Mekanisme Resistensi Bakteri ... 33

2.4 Resistensi Antibiotik pada Pneumonia... 36

2.5 Resistensi Antibiotik di Masyarakat ... 42

2.5.1 Faktor-Faktor Penyebab Resistensi Antibiotik ... 42

2.5.2 Dampak Resistensi Antibiotik ... 43

2.5.3 Upaya Mengatasi Resistensi Antibiotik ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

3.1 Bahan dan Sampel Penelitian ... 47

3.1.1 Bahan Penelitian ... 47

3.1.2 Sampel Penelitian ... 47

3.1.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 47

3.2 Metode Penelitian ... 47

3.2.1 Desain Penelitian ... 47

3.2.2 Besar Sampel Penelitian ... 48

3.2.3 Analisis Data ... 48

3.3 Definisi Operasional... 48

(5)

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1 Simpulan ... 59

5.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 64

(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Mikrobiologi Tersering Penyebab Community-Acquired Pneumonia ... 7 Tabel 2.2 Sistem CURB-65 ... 14 Tabel 2.3 Sistem Skor pada Pneumonia Komuniti Berdasarkan PORT/PSI... 15 Tabel 2.4 Kriteria untuk Community-Acquired Pneumonia berat ... 16 Tabel 2.5 Terapi Rekomendasi Antibiotik Empiris untuk Community-Acquired

Pneumonia... 18 Tabel 2.6 Terapi pada Pasien Pneumonia dengan Kondisi Tertentu ... 19 Tabel 2.7 Faktor Resiko Terjadinya Multi-Drug Resistant (MDR) pada

Hospital-Acquired Pneumonia (HAP), Ventilator-Associated

Pneumonia (VAP) & Health Care-Associated Pneumonia (HCAP) .... 20 Tabel 2.8 Terapi Antibiotik Empiris untuk Pasien Hospital-Acquired Pneumonia

(HAP) atau Ventilator-Associated Pneumonia (VAP) Tanpa Resiko Multi-Drug Resistant ... 21 Tabel 2.9 Terapi Antibiotik Empiris untuk Pasien Hospital-Acquired

Pneumonia, Ventilator-Associated Pneumonia & Health

Care-Associated Pneumonia Dengan Resiko Multi-Drug Resistant ... 22 Tabel 2.10 Terapi Antibiotik Empiris Intravena untuk Pasien Dewasa

Hospital-Acquired Pneumonia, termasuk Ventilator-Associated Pneumonia & Health Care-Associated Pneumonia dengan Resiko Multi-Drug

Resistant ... 23 Tabel 4.1 Distribusi Kasus Pneumonia di Ruangan ICU dan Non ICU Rumah

Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012 ... 50 Tabel 4.2 Distribusi Pasien Pneumonia di Ruangan ICU dan Non ICU

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51 Tabel 4.3 Distribusi Pasien Pneumonia di Ruangan ICU dan Non ICU

Berdasarkan Kelompok Usia ... 52 Tabel 4.4 Distribusi Bakteri Penyebab Pneumonia di Ruangan ICU dan Non

(7)

xii

Tabel 4.5 Distribusi Pola Resistensi 3 Kuman Terbanyak pada Penderita

Pneumonia di Ruangan ICU ... 55 Tabel 4.6 Distribusi Pola Resistensi 3 Kuman Terbanyak pada Penderita

(8)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Algoritma Terapi Antibiotik Hospital-Acquired Pneumonia (HAP), Ventilator-Associated Pneumonia (VAP) & Health

Care-Associated Pneumonia (HCAP) ... 19

Gambar 2.2 Mekanisme Kerja Penisilin ... 26

Gambar 2.3 Tempat Kerja Antibiotik Penghambat Pembentukan Protein Sel Mikroba ... 30

Gambar 2.4 Mekanisme Resistensi Bakteri Terhadap Antimikroba ... 33

Gambar 2.5 Mekanisme Resistensi Bakteri, Kanal Porin dan Efflux Pump ... 34

Gambar 2.6 Mekanisme Resistensi; Perubahan Target Sel dari Antimikroba ... 35

Gambar 2.7 Mekanisme Resistensi; Enzym Bakteri Merusak Antimikroba ... 35

Gambar 2.8 Perbandingan Bakteri Yang Ditemukan Pada Kasus HAP dan VAP di Beberapa Negara Asia ... 40

(9)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Distribusi Pola Resistensi Kuman Penderita Pneumonia di Ruangan ICU ... 64 Lampiran 2. Tabel Distribusi Pola Resistensi Kuman Penderita Pneumonia di

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh non mikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003).

Selama dua dekade terakhir ini, pasien pneumonia yang datang ke rumah sakit sering ditemukan terinfeksi bakteri dengan multidrug-resistant (MDR). Meluasnya penggunaan antibiotik menyebabkan angka resistensi antibiotik ikut meningkat. Antibiotik diberikan untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi, 80% sampai 90% dari antibiotik digunakan pada pasien rawat jalan dan sisanya oleh pasien di rumah sakit. The Center for Disease Control and Prevention USA memperkirakan bahwa 50 juta dari 150 juta resep di Amerika Serikat merupakan resep yang tidak tepat penggunaannya setiap tahunnya (Bisht, Katiyar, Singh, & Mittal, 2009).

Pentingnya kesadaran masyarakat luas akan penggunaan antibiotik mampu mengubah perilaku mereka dalam menggunakan antibiotik. Multidisiplin dan kerjasama antar tenaga medis di rumah sakit seperti dokter, perawat, petugas laboratorium mikrobiologi, apoteker rumah sakit serta pemerintah sangat diperlukan untuk menurunkan angka resistensi ini di masyarakat.

(11)

2 Infeksi yang disebabkan oleh mikroba yang tidak memberi respon pada pengobatan dapat mengakibatkan sakit yang berkepanjangan dan meningkatnya risiko kematian, biaya pengobatan yang makin tinggi dan mampu meningkatkan jumlah orang yang terinfeksi di masyarakat. European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) melaporkan bahwa 25.000 orang meninggal setiap tahunnya karena resistensi bakteri terhadap antibiotik, sedangkan di Amerika Serikat, Methicillin Resistance Staphylococcus aureus (MRSA) dikaitkan dengan 90.000 infeksi dan diperkirakan ada 19.000 kematian per tahun (Carlet, Jarlier, Harbarth, Voss, Goossens, & Pittet, 2012).

Oleh karena itu, masalah resistensi bakteri ini harus mendapat perhatian dunia karena kasusnya yang terus bertambah dan kian membahayakan. Penelitian mengenai pola resistensi bakteri secara berkala di setiap rumah sakit sangat dibutuhkan karena setiap rumah sakit memiliki pola resistensi kuman yang berbeda. Penelitian ini akan membantu tenaga medis dalam menentukan pengobatan empiris yang tepat, sambil menunggu hasil kultur dari laboratorium.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah : 1. Berapakah jumlah kasus pneumonia di ruangan ICU dan non ICU Rumah Sakit

Immanuel Bandung tahun 2012.

2. Bagaimanakah gambaran kasus pneumonia berdasarkan jenis kelamin di ruangan ICU dan non ICU Rumah Sakit Immanuel Bandung tahun 2012. 3. Bagaimanakah gambaran kasus pneumonia berdasarkan kelompok usia di

ruangan ICU dan non ICU Rumah Sakit Immanuel Bandung tahun 2012. 4. Apakah 3 jenis bakteri terbanyak yang diisolasi dari pasien pneumonia di

ruangan ICU dan non ICU Rumah Sakit Immanuel Bandung tahun 2012. 5. Bagaimanakah pola resistensi dari 3 kuman terbanyak pada penderita

(12)

3

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbandingan pola resistensi bakteri pada penyakit pneumonia di ruangan ICU dan non ICU Rumah Sakit Immanuel Bandung pada periode 1 Januari – 31 Desember tahun 2012.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

Untuk mengetahui pola resistensi kuman pada penderita pneumonia di ruangan ICU dan non ICU Rumah Sakit Immanuel Bandung.

1.4.2 Manfaat Praktis

Untuk membantu pihak rumah sakit yakni dengan memberikan hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai pedoman terapi antibiotik empiris yang tepat di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

1.5 Landasan Teori

Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2010, influenza dan pneumonia masih menempati posisi kedua penyebab kematian di Indonesia. Data ini menunjukkan bahwa di Indonesia sebanyak 171.323 kematian (12,02%) terjadi karena influenza dan pneumonia.

(13)
(14)

59

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Sebanyak 183 kasus dengan diagnosis pneumonia di Rumah Sakit Immanuel, Bandung tahun 2012 terdiri dari 49,7% di ruangan ICU dan 50,3% di ruangan non ICU.

2. Perempuan adalah jenis kelamin dengan insidensi tertinggi pada pneumonia baik di ruangan ICU (53,8%) maupun ruangan non ICU (52,2%).

3. Kelompok usia di atas 60 tahun merupakan insidensi tertinggi pada pneumonia baik di ruangan ICU (61,5%) maupun ruangan non ICU (50%).

4. 3 bakteri terbanyak yang terisolasi dari pasien pneumonia di ruangan ICU adalah Escherichia coli (26,4%), Pseudomonas aeruginosa (17,6%) dan Klebsiella pneumoniae (14,3%); sedangkan 3 bakteri terbanyak yang terisolasi dari pasien pneumonia di ruangan non ICU adalah Streptococcus α -hemolyticus yakni Streptococcus pneumoniae (32,6%), Klebsiella pneumoniae (15,2%) dan Staphylococcus aureus (13,1%).

(15)

60

5.2 Saran

 Bagi para pekerja di bagian rekam medis dan tenaga dokter di Rumah Sakit Immanuel penulis mengharapkan diberikan pedoman untuk pencatatan rekam medis yang lebih baik disertai dengan identitas pasien baik nama, umur, jenis kelamin dan diagnosis yang lengkap, tidak hanya mencantumkan diagnosis awal saat pasien masuk rumah sakit namun juga diagnosis pasti setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan dan diagnosis komplikasi yang sesuai dengan pedoman penegakkan diagnosis di rumah sakit. Selain itu, untuk pencatatan rekam medis pasien pneumonia diharapkan selalu disertakan dengan hasil pemeriksaan mikrobiologi sputum pasien berupa pewarnaan gram, kultur bakteri dan tes sensitivitas bakteri terhadap antibitotik.

 Bagi para tenaga medis di Rumah Sakit Immanuel, penulis juga mengharapkan diadakan penyuluhan tentang penggunaan antibiotik yang benar, yakni tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat pasien, tepat dosis dan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium yang sudah dilakukan.

(16)

1

PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA

PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU

RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

Maria Florensia Delong1, J. Teguh Widjaja2, July Ivone3

1. Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

2. Bagian Penyakit Dalam (Pulmonology) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dan Rumah Sakit Immanuel, Bandung

3. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Jl. Prof. Drg. Surya Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Pneumonia masih menempati posisi kedua penyebab kematian di Indonesia. Saat ini, pasien pneumonia di rumah sakit sering terinfeksi bakteri yang resisten terhadap satu atau lebih antibiotik yang digunakan di rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pola resistensi bakteri pada penyakit pneumonia di ruangan ICU dan non ICU Rumah Sakit Immanuel Bandung pada tahun 2012.

Metode penelitian yang digunakan adalah observasional dengan metode deskriptif retrospektif dengan bahan penelitian berupa data rekam medis lengkap pasien pneumonia di RS Immanuel tahun 2012 yang akan disajikan dalam bentuk tabel deskriptif dan dilakukan perhitungan secara persentase. Simpulan penelitian adalah jumlah kasus pneumonia di ruangan ICU sebesar 49,7% dan di ruangan non ICU 50,3%. Perempuan merupakan jenis kelamin dengan insidensi tertinggi baik di ruangan ICU (53,8%) dan non ICU (52,2%). Insidensi yang tinggi juga didapatkan pada pasien dengan kelompok usia di atas 60 tahun baik di ruangan ICU (61,5%) maupun non ICU (50%). Bakteri yang terisolasi terbanyak di ruang ICU adalah E. coli dengan sensitivitas terhadap Amikacin dan Subactam-Cefoperazon sebesar 87,5% sedangkan pada ruangan non ICU S. pneumoniae merupakan bakteri terbanyak yang diisolasi dengan sensitivitas terhadap Linezolid sebesar 90%.

Kata kunci : resistensi, antibiotik, pneumonia

ABSTRACT

Pneumonia is the second highest cause of death in Indonesia. Nowadays, pneumonia patients in hospitals are often found infected with bacteria resistant to one or more antibiotics used in the hospital. The purpose of this research is to compare the pattern of bacterial resistance in patient with pneumonia in ICU and non-ICU Immanuel Hospital Bandung in 2012.

The methode of this research is descriptive retrospective observational method from complete medical records of pneumonia patients at Immanuel Hospital in 2012 which will be presented in descriptive tables and as percentage calculation.

(17)

2 (53.8%) and non-ICU (52.2%). High incidence is also found in patients with the age group above 60 years either in the ICU (61.5%) and non-ICU (50%). The isolated bacteria in the ICU was mostly E. coli with good sensitivity to Amikacin and Subactam-Cefoperazon 87.5% ,whereas the most isolated bacteria in the non-ICU room was S. pneumoniae with Linezolid sensitivity up to 90%.

Keywords : resistance, antibiotic, pneumonia.

PENDAHULUAN

Dua dekade terakhir ini, pasien

pneumonia yang datang ke rumah

sakit sering ditemukan terinfeksi

bakteri dengan multidrug-resistant

(MDR). Meluasnya penggunaan

antibiotik menyebabkan angka

resistensi antibiotik ikut meningkat.

Saat ini, sekitar 70% dari bakteri

yang menyebabkan infeksi di rumah

sakit telah resisten terhadap

setidaknya satu dari antibiotik yang

paling sering digunakan untuk

pengobatan. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Bisht, Rekha et al.

terdapat 25% kasus pneumonia

dimana bakteri penyebabnya

terbukti resisten terhadap penisilin,

dan 25% kasus lainnya mengalami

resisten terhadap lebih dari satu

antibiotik (Multi Drug Resistance).(1)

Infeksi yang disebabkan oleh

mikroba yang tidak memberi respon

pada pengobatan dapat

mengakibatkan sakit yang

berkepanjangan dan meningkatnya

risiko kematian, biaya pengobatan

yang makin tinggi dan mampu

meningkatkan jumlah orang yang

terinfeksi di masyarakat. European

Centre for Disease Prevention and

Control (ECDC) melaporkan bahwa

25.000 orang meninggal setiap

tahunnya karena resistensi bakteri

terhadap antibiotic, sedangkan di

Amerika Serikat, Methicillin

Resistance Staphylococcus aureus

(MRSA) dikaitkan dengan 90.000

infeksi dan diperkirakan ada 19.000

kematian per tahun.(2)

Oleh karena itu, masalah resistensi

bakteri ini harus mendapat

perhatian dunia karena kasusnya

yang terus bertambah dan kian

membahayakan. Penelitian

mengenai pola resistensi bakteri

secara berkala di setiap rumah sakit

sangat dibutuhkan karena setiap

rumah sakit memiliki pola resistensi

(18)

3 akan membantu tenaga medis dalam

menentukan pengobatan empiris

yang tepat, sambil menunggu hasil

kultur dari laboratorium.

TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui perbandingan

pola resistensi bakteri pada penyakit

pneumonia di ruangan ICU dan non

ICU Rumah Sakit Immanuel

Bandung pada periode 1 Januari – 31 Desember tahun 2012.

METODE

Metode penelitian yang digunakan

adalah observasional dengan

metode deskriptif retrospektif

dengan bahan penelitian berupa

data rekam medis lengkap pasien

pneumonia di RS Immanuel tahun

2012 yang akan disajikan dalam

bentuk tabel deskriptif dan

dilakukan perhitungan secara

persentase.

Penelitian dilakukan sejak Januari

2013 sampai Juli 2013 di bagian

Rekam Medis dan Laboratorium

Rumah Sakit Immanuel serta

Fakultas Kedokteran Universitas

Kristen Maranatha

Besar sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah whole sampling,

dengan kriteria sampel penelitian

yakni berupa data rekam medik

lengkap pasien rawat inap

pneumonia yang berisi data jenis

kelamin, usia dan ruang rawat inap

pasien serta melakukan pemeriksaan

dahak yakni pewarnaan gram,

kultur bakteri dan tes sensitivitas

antibiotik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil :

Tabel 1. Distribusi Kasus Pneumonia di Ruangan ICU dan Non ICU Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012

Kasus pneumonia Jumlah Persentase (%)

Ruangan ICU 91 49,7

Ruangan non ICU 92 50,3

Total 183 100,0

(19)

4 Dari tabel 1. sebanyak 91 orang

(49,7%) pasien pneumonia dirawat

di ruangan ICU sedangkan sebanyak

92 orang (50,3%) dirawat di ruangan

non ICU. Selama melakukan

penelitian di Rumah Sakit

Immanuel, peneliti mendapatkan

sejumlah rekam medis berisi hasil

cek sputum pasien yang positif

terinfeksi kuman namun pada

diagnosisnya tidak tertulis pasien

mengalami pneumonia. Hal ini

sering kali terjadi pada rekam medis

pasien ICU, karena diagnosis yang

ditulis hanyalah diagnosis awalnya

saja sehingga data yang disajikan ini

tidak dapat menunjukan angka

kejadian yang sebenarnya di Rumah

Sakit Immanuel. Dalam penelitian

ini, peneliti hanya mengasumsikan

bahwa kasus pneumonia di ruangan

non ICU didominasi oleh

pneumonia komunitas dan

sebaliknya untuk kasus pneumonia

yang ada di ruangan ICU

didominasi oleh kasus pneumonia

nosokomial. Hasil peneletian

menunjukkan dari 538 pasien yang

dirawat di ruangan ICU pada tahun

2012 terdapat 91 pasien yang

didiagnosis pneumonia (17%). Hal

ini menunjukkan angka kasus

infeksi nosokomial yang harus

menjadi perhatian setiap tenaga

medis di Rumah Sakit Immanuel.

Tabel 2. Distribusi Pasien Pneumonia di Ruangan ICU dan Non ICU Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelompok Usia

Parameter yang

dinilai

Ruangan ICU Ruangan non ICU

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

(20)

5

Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh

American Lung Association dari tahun

1979-2006 didapatkan angka

tertinggi kasus pneumonia pada

seluruh ras adalah pada perempuan

yakni sebesar 54% pada tahun

2006.(3)

Berdasarkan kelompok usia,

jumlah kasus pneumonia tertinggi

baik yang di rawat di ruangan ICU

maupun non ICU didapatkan pada

kelompok usia di atas 60 tahun

masing-masing 56 kasus (61,5%)

untuk ICU dan 46 kasus (50%) untuk

non ICU. World Health Organization

(WHO) menyebutkan

Community-Acquired Pneumonia (CAP)

menduduki urutan penyakit

tertinggi pada usia lanjut tahun

2004. Hal ini disebabkan oleh

perubahan sistem imun pasien usia

lanjut dimana terdapat penurunan

jumlah sel limfosit T di sirkulasi

darah dan hilangnya afinitas

antibodi terhadap antigen yang

masuk ke dalam tubuh.

Menurunnya sistem pertahanan

tubuh akan menyebabkan lambat

atau bahkan tidak munculnya gejala

klinik pada pasien pneumonia usia

lanjut dan pada akhirnya

menyebabkan keterlambatan

penegakkan diagnosis. Seringnya

terjadi bronkoaspirasi saat tidur juga

memperberat derajat pneumonia

pada pasien usia lanjut.

Penyebabnya diduga karena

menurunnya mekanisme pertahanan

paru-paru seperti reflex batuk,

pergerakan mukosiliar serta

pertahanan seluler dan humoral

(21)

6

Tabel 3. Distribusi Bakteri Penyebab Pneumonia di Ruangan ICU dan Non ICU

Jenis bakteri

Ruang ICU Ruangan non ICU

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

terisolasi adalah Escherichia coli

(26,4%), diikuti oleh Pseudomonas

aeruginosa dan Klebsiella pneumoniae

masing-masing (17,6%) dan (14,3%).

Untuk kasus pneumonia yang

dirawat di ruangan non ICU bakteri

terbanyak yang terisolasi adalah Streptococcus -haemolyticus diantaranya Streptococcus pneumoniae

(32,6%), diikuti oleh Klebsiella

pneumoniae (15,2%) dan

Staphylococcus aureus (13,1%).

Perbedaan gambaran distribusi

pola kuman ini disebabkan oleh

perbedaan penyebab dari

pneumonia. Pneumonia yang

didapatkan di ruangan non ICU

memberi gambaran pneumonia

komunitas dan pneumonia yang

ditemukan di ruangan ICU memberi

(22)

7

nosokomial yang kuman

penyebabnya diperoleh dari Rumah

Sakit, seperti pada penggunaan

ventilator. Gambaran yang

diberikan pada pola resistensi

kuman penderita pneumonia di

ruangan ICU didominasi oleh

bakteri Gram negatif yang

sebenarnya merupakan bakteri yang

normal berada dalam tubuh dan

tidak berbahaya bagi pasien dengan

sistem imun yang adekuat. Pada

pasien ICU, sistem pertahanan

tubuh pasien kurang adekuat

sehingga organisme ini akan

berkembang menjadi patogen dan

berbahaya.

Hasil penelitian pada ruangan

ICU didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Doo Ryeon Chung,

dkk pada negara-negara di Asia

salah satunya Indonesia. Pada

penelitiannya Doo Ryeon Chung,

dkk melaporkan bakteri penyebab

pneumonia dalam hal ini

Hospital-Acqiured Pneumonia (HAP) di

Indonesia didominasi oleh

Enterobacter dalam hal ini termasuk

Escherichia coli sebanyak 41,7%.

Untuk kasus Ventilator-Associated

Pneumonia (VAP) juga didominasi

oleh Enterobacter sebanyak 36,8%.

Selain Enterobacter, Pseudomonas

aeruginosa (23,7%), Klebsiella

pneumoniae (30,6%) dan Acinetobacter

(16,7%) juga merupakan penyebab

pneumonia nosokomial terbesar di

Indonesia.(5)

Hasil penelitian pada ruangan

non ICU juga sesuai dengan data

yang diberikan oleh American

Thoracic Society pada tahun 2007

bahwa patogen tersering penyebab

Community-Acquired Pneumonia

(CAP) adalah Streptococcus

pneumoniae baik pasien rawat jalan

maupun rawat inap.(6) Perhimpunan

Dokter Paru Indonesia (PDPI) tahun

2003 juga menyebutkan bahwa Streptococcus -hemolyticus

merupakan penyebab kedua

tersering pneumonia komunitas

sebanyak 23,25% dibawah K.

pneumoniae sebanyak 45,18% dan

diikuti oleh Staphylococcus aureus

sebanyak 9% dan beberapa bakteri

(23)

8

Tabel 4. Distribusi Pola Resistensi 3 Kuman Terbanyak pada Penderita Pneumonia di Ruangan ICU

Jenis bakteri

Tabel 5. Distribusi Pola Resistensi 3 Kuman Terbanyak pada Penderita Pneumonia di Ruangan Non ICU

Jenis Bakteri Antibiotik

AK AMC AMP C CAZ CFX CIP CRO DOR FEP FOS LVX LZD MEM MXF SCF SXT TG TZP

Strep. α (Steptococcus pneumoniae), AK (Amikacin), AMC (Amoxicilin), AMP (Ampicilin), C (Chloramphenicol), CAZ (Ceftazidim), CFX (Cefixim), CIP (Ciprofloxacin), CRO (Ceftriaxon), DOR (Doripenem), FEP (Cefepim), FOS (Fosfomycin), LVX (Levofloxacin), LZD (Linezolid), MEM (Meropenem), MXF (Moxifloxacin), SCF

(24)

9 Berdasarkan tabel 4. Escherichia

coli memiliki sensitivitas yang cukup

baik terhadap obat Amikacin dan

Sulbactam-Cefoperazon dimana

masing-masing menunjukan

persentase (87,5%). Penelitian ini

juga menunjukkan hasil dimana E.

coli memiliki sensitivitas yang buruk

terhadap beberapa antibiotik seperti

Ampisilin (0%), ciprofloxacin dan

kotrimoksazol masing-masing

(20,8%) dan juga pada

kloramfenikol, ceftazidim dan

cefixim masing-masing dengan

persentase (29,2%). Hasil ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan

oleh Rizal di RS. DR Oen Solo Baru,

Sukoharjo pada tahun 2010 dimana

Escherichia coli menunjukan angka

sensitivitas yang baik terhadap

Amikacin (97,3%) dan resistensi

yang cukup besar terhadap

obat-obat seperti Ampisilin (82,76%),

kotrimoksazol (73,15%) dan

ceftazidim (97,67%).(8)

Pseudomonas aeruginosa

menunjukan angka sensitivitas yang

sangat baik terhadap

Piperacilin-Tazobactam (100%), diikuti oleh

Amikacin (93,7%). Selain itu

Pseudomonas aeruginosa juga

menunjukan angka resistensi yang

besar terhadap beberapa obat seperti

Ampicilin, kloramfenikol,

kotrimoksazol dan Tygecyclin

dimana pada seluruh obat ini angka

sensitivitasnya 0%. Hasil ini

didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Retno Widyaningsih

pada kasus VAP yang menunjukkan

P. aeruginosa memiliki sensitivitas

yang baik terhadap obat Amikacin

yakni sebesar 90,5% dan

menunjukan sensitivitas yang buruk

terhadap beberapa obat seperti

Ampicilin, kotrimoksazol dan

kloramfenikol dengan angka

sensitivitas 0%.(9)

Klebsiella pneumoniae

menunjukkan angka sensitivitas

yang baik terhadap obat Amikacin

(84,6%) dan juga menunjukkan

angka sensitivitas yang buruk

terhadap Ampisilin (0%) maupun

Kloramfenikol (30,8%). Hasil yang

sama ditunjukan oleh penelitian

Retno Widyaningsih dimana

Klebsiella pneumoniae memang

menunjukan sensitivitas yang baik

terhadap Amikacin (83,3%) tetapi

menunjukan angka resistensi yang

(25)

10 kloramfenikol dengan persentase

sensitivitas terhadap kedua obat

tersebut 0%.(9)

Berdasarkan tabel 5. Streptococcus

pneumoniae memiliki angka

sensitivitas yang baik terhadap

Linezolid (90%), diikuti oleh

Piperacilin-Tazobactam (86,7%) dan

Meropenem (76,7%). S. pneumoniae

juga menunjukan angka sensitivitas

yang buruk terhadap beberapa

antibiotik seperti Kotrimoksasol dan

Sulbactam-cefoperazon (36,7%), juga

Ampisilin (40%). Hasil ini didukung

oleh penelitian yang dilakukan oleh

Malm A, Korona-Glowniak I, dkk di

Polandia yang menunjukkan angka

sensitivitas S. pneumoniae yang telah

mengalami multiresisten tetap baik

terhadap Linezolid yakni 94% dari

seluruh kasus yang diperiksa.(10)

Hal yang sama ditunjukkan oleh

penelitian yang dilakukan oleh

Mardiastuti H.W, dkk dimana S.

pneumoniae juga menunjukkan

sensitivitas yang baik terhadap

piperacilin-tazobactam dan

meropenem dengan angka

sensitivitas masing-masing sebesar

100.(11) Penelitian yang dilakukan

oleh Deresse Daka, dkk juga

mendukung hasil penelitian ini

dengan menunjukkan angka

sensitivitas yang buruk dari S.

pneumoniae terhadap ampicilin yakni

dengan persentase resistensi

(93,5%).(12)

Klebsiella pneumoniae yang

ditemukan di ruangan non ICU

menunjukkan angka sensitivitas

yang baik terhadap amikacin dan

piperacillin-tazobactam (100%), akan

tetapi menunjukkan sensitivitas

yang buruk terhadap ampicilin

yakni (14,3%). Hasil ini didukung

oleh penelitian yang dilakukan oleh

Shirly Kumala, dkk yang

menunjukkan Klebsiella pneumoniae

memiliki sensitivitas yang baik

terhadap Amikacin yakni sebesar

88,9% dari seluruh kasus.(13)

Penelitian yang dilakukan oleh

Retno Widyaningsih pada tahun

2012 juga mendukung hasil

penelitian ini. Dalam penelitian

tersebut diperlihatkan sensitivitas K.

pneumoniae yang buruk terhadap

Ampicilin yakni 0 kasus (0%).(9)

Staphylococcus aureus

menunjukkan sensitivitas yang baik

terhadap Linezolid (100%) namun

(26)

11 buruk terhadap beberapa jenis obat

seperti Ciprofloxacin, Ceftriaxone

dan Meropenem dengan angka

masing-masing (41,7%). Hasil ini

didukung oleh penelitian Jones R.N

yang dilakukan di Amerika Serikat,

penelitian ini melaporkan

Staphylococcus aureus 100% sensitif

terhadap Linezolid.(14) Hasil

penelitian ini juga didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh

Shivesh Prakash dimana ditemukan

angka resistensi Staphylococcus

aureus terhadap Meropenem sebesar

34,5%.(15)

SIMPULAN

1. Sebanyak 183 kasus dengan

diagnosis pneumonia di Rumah

Sakit Immanuel, Bandung tahun

2012 terdiri dari 49,7% di

ruangan ICU dan 50,3% di

ruangan non ICU.

2. Perempuan adalah jenis kelamin

dengan insidensi tertinggi pada

pneumonia baik di ruangan ICU

(53,8%) maupun ruangan non

ICU (52,2%). Kelompok usia di

atas 60 tahun merupakan

insidensi tertinggi pada

pneumonia baik di ruangan ICU

(61,5%) maupun ruangan non

ICU (50%).

3. 3 bakteri terbanyak yang

terisolasi dari pasien pneumonia

di ruangan ICU adalah

Escherichia coli (26,4%),

Pseudomonas aeruginosa (17,6%)

dan Klebsiella pneumoniae (14,3%);

sedangkan 3 bakteri terbanyak

yang terisolasi dari pasien

pneumonia di ruangan non ICU

adalah Streptococcus -hemolyticus

yakni Streptococcus pneumoniae

(32,6%), Klebsiella pneumoniae

(15,2%) dan Staphylococcus aureus

(13,1%).

4. Di ruangan ICU, Escherichia coli

memiliki sensitivitas yang baik

terhadap Amikacin dan

Sulbactam-Cefoperazon (87,5%)

dan Pseudomonas aeruginosa

memiliki sensitivitas yang baik

terhadap

Piperacillin-Tazobactam (100%) dan

Amikacin (93,7%) sedangkan

Klebsiella pneumoniae

menunjukkan sensitivitas yang

baik terhadap Amikacin (84,6%).

Di ruangan non ICU,

Streptococcus -hemolyticus

(27)

12 menunjukkan sensitivitas yang

baik terhadap Linezolid (90%),

Piperacillin-Tazobactam (86,7%)

dan Meropenem (76,7%),

kemudian Klebsiella pneumoniae

yang sensitif terhadap Amikacin

serta Piperacillin-Tazobactam

(100%) dan Staphylococcus aureus

yang menunjukkan sensitivitas

yang baik terhadap Linezolid

(100%).

SARAN

 Bagi para pekerja di bagian

rekam medis dan tenaga dokter

di Rumah Sakit Immanuel

penulis mengharapkan diberikan

pedoman untuk pencatatan

rekam medis yang lebih baik

disertai dengan identitas pasien

baik nama, umur, jenis kelamin

dan diagnosis yang lengkap,

tidak hanya mencantumkan

diagnosis awal saat pasien masuk

rumah sakit namun juga

diagnosis pasti setelah dilakukan

pemeriksaan lanjutan dan

diagnosis komplikasi yang sesuai

dengan pedoman penegakkan

diagnosis di rumah sakit. Selain

itu, untuk pencatatan rekam

medis pasien pneumonia

diharapkan selalu disertakan

dengan hasil pemeriksaan

mikrobiologi sputum pasien

berupa pewarnaan gram, kultur

bakteri dan tes sensitivitas bakteri

terhadap antibitotik.

 Bagi para tenaga medis di Rumah

Sakit Immanuel, penulis juga

mengharapkan diadakan

penyuluhan tentang penggunaan

antibiotik yang benar, yakni tepat

diagnosis, tepat indikasi, tepat

pasien, tepat dosis dan sesuai

dengan hasil pemeriksaan

laboratorium yang sudah

dilakukan.

 Penulis juga mengharapkan

diadakan penyuluhan tentang

bagaimana menjaga sanitasi yang

baik dalam setiap pelayanan

medis di Rumah Sakit Immanuel.

Hal ini bertujuan agar angka

kejadian infeksi nosokomial

dapat diturunkan karena salah

satu cara penyebaran kuman

penyebab infeksi nosokomial

yakni dari alat-alat yang

digunakan dan dari tangan

(28)

13 Penyuluhan ini lebih ditekankan

kepada tenaga medis yang Resistance-A Global Issue of Concern. Asian Journal of

Pharmaceutical and Clinical

Research. p:34-39.

2. Carlet, Jean ; Jarlier, Vincent ; Harbarth, Stephan ; Voss, Andreas ; Goossens, Herman ; Pittet, Didier. 2012. Ready for a world without antibiotics? The Pensières Antibiotic Resistance Call to Action. Antimicrobial Resistance and Infection Control. p:1-11

3. American Lung Association.

2010. Trends in Pneumonia and Influenza Morbidity and Mortality.

American Lung Association

Research and Program Services

Epidemiology and Statistics

Unit. p:1-39.

4. Janssens, J.-P., & Krause, K.-H. 2004. Pneumonia in the very old :

THE LANCET Infectious

Diseases Vol. 4. p:24-112.

5. Chung, D. R., Song, J.-H., Kim, S. H., & Thamlikitkul, V. 2011, February 26. High Prevalence of Multidrug-Resistant

Nonfermenters in Hospital-acquired Pneumonia in Asia. American Journal of Respiratory

and Critical Care Medicine. p:1409-1417.

6. Infectious Diseases Society of

America/American Thoracic

Society. 2007. Infectious Diseases Society of America/American Thoracic Society Consensus Guidelines on the Management of Community-Acquired Pneumonia in Adults. Clinical Infectious Diseases, p:27-72.

7. Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia. 2003. PNEUMONIA KOMUNITI Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. hal 1-25.

8. Rizal. 2010. Microbial Pattern and Antimicrobial Resistance of Isolates Collected from Various Specimen in DR. Oen Solo Baru Hospital, Sukoharjo. The Indonesian Journal of Medical Science. p:392-399.

9. Widyaningsih, R., & Buntaran,

L. 2012. Pola Kuman Penyebab

Ventilator Associated Pneumonia

(VAP) dan Sensitivitas

Terhadap Antibiotik di RSAB

Harapan Kita. Sari Pediatri.

p:1-7.

(29)

14 effect of linezolid against

multiresistant Streptococcus pneumoniae. New Microbiol. p:70-363.

11. W, M. H., Karuniawati, A.,

Kiranasari, A., Ikaningsih, &

Kadarsih, R. 2007. Emerging

Resistance Pathogen: Situasi

Terkini di Asia, Eropa,Amerika

Serikat, Timur Tengah dan

Indonesia. Majalah Kedokteran

Indonesia (57). p:75-79.

12. Daka, D., Loha, E., & Giday, A. 2011. Streptococcus pneumonia and antimicrobial resistance, Hawassa Referral Hospital, South Ethiopia : Journal of Medical

Laboratory and Diagnosis

Volume 2 (3). p:27-30.

13. Kumala, S., Pasanema, D. A., &

Mardiastuti. 2010. Pola

Resistensi Antibiotik terhadap Isolat Bakteri Sputum Penderita Tersangka Infeksi Saluran Nafas

Bawah. Jurnal Farmasi

Indonesia. hal 24-32.

14. N, Jones R.; H, Ballow C.; J,

Biedenbach D. 2001.

Multi-laboratory assessment of the linezolid spectrum of activity using the Kirby-Bauer disk diffusion method: Report of the Zyvox Antimicrobial Potency Study (ZAPS) in the United States.

Diagnostic Microbiology

Infectious Diseases. p:59-66.

(30)

61

DAFTAR PUSTAKA

A, Malm; I, Korona-Głowniak. 2008. Bacteriostatic or bactericidal effect of linezolid against multiresistant Streptococcus pneumoniae. New Microbiol. p:70-363.

American Lung Association. 2010. Trends in Pneumonia and Influenza Morbidity and Mortality. American Lung Association Research and Program Services Epidemiology and Statistics Unit. p:1-39.

American Thoracic Society. 2005. Guidelines for the Management of Adults with Hospital-Acquired, Ventilator-Associated, and Healthcare-Associated Pneumonia. American Journal Respiratory Critical Care Medicine Volume 171. p:388-416.

Bisht, R., Katiyar, A., Singh, R., & Mittal, P. 2009. Antibiotic Resistance-A Global Issue of Concern. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. p:34-39.

Carlet, Jean ; Jarlier, Vincent ; Harbarth, Stephan ; Voss, Andreas ; Goossens, Herman ; Pittet, Didier. 2012. Ready for a world without antibiotics? The Pensières Antibiotic Resistance Call to Action. Antimicrobial Resistance and Infection Control. p:1-11.

Chung, D. R., Song, J.-H., Kim, S. H., & Thamlikitkul, V. 2011, February 26. High Prevalence of Multidrug-Resistant Nonfermenters in Hospital-acquired Pneumonia in Asia. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine. p:1409-1417.

Daka, D., Loha, E., & Giday, A. 2011. Streptococcus pneumonia and antimicrobial resistance, Hawassa Referral Hospital, South Ethiopia : Journal of Medical Laboratory and Diagnosis Volume 2 (3). p:27-30.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2009. Farmakologi dan Terapi 5th ed. Jakarta. hal 664-731

Goldman, L., & Ausiello, D. 2007. Overview of Pneumonia. In L. Goldman, & D. Ausiello, Cecil Medicine 23rd ed. Philadelphia: Elsevier Inc.

(31)

62 Infectious Diseases Society of America/American Thoracic Society. 2007.

Infectious Diseases Society of America/American Thoracic Society Consensus Guidelines on the Management of Community-Acquired Pneumonia in Adults. Clinical Infectious Diseases, p:27-72.

Janssens, J.-P., & Krause, K.-H. 2004. Pneumonia in the very old : THE LANCET Infectious Diseases Vol. 4. p:24-112.

Kumala, S., Pasanema, D. A., & Mardiastuti. 2010. Pola Resistensi Antibiotik terhadap Isolat Bakteri Sputum Penderita Tersangka Infeksi Saluran Nafas Bawah. Jurnal Farmasi Indonesia. hal 24-32.

Kumar, P., & Clark, M. L. 2009. Kumar & Clark's Clinical Medicine 7th Edition. Spain: Elsevier.

Kumar, R., Abbas, A., Fausto, & Aster. 2010. Robbins and Cotran pathologic basis of disease 8th Edition. Philadelphia: Elsevier Inc.

Longo, D. L., Fauci, A. S., Kasper, D. L., Hauser, S. L., Jameson, J. L., & Loscalzo, J. 2012. Harrison's Principles of Internal Medicine 18 Edition, Vol. 1. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Moreira, M. R., Guimarães, M. P., Rodrigues, A., & Filho, P. P. 2013. Antimicrobial use, incidence, etiology and resistance patterns in bacteria causing ventilator-associated pneumonia in a clinical-surgical intensive care unit. Sociedade Brasileira de Medicina Tropical. p:39-44.

N, Jones R.; H, Ballow C.; J, Biedenbach D. 2001. Multi-laboratory assessment of the linezolid spectrum of activity using the Kirby-Bauer disk diffusion method: Report of the Zyvox Antimicrobial Potency Study (ZAPS) in the United States. Diagnostic Microbiology Infectious Diseases. p:59-66.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. PNEUMONIA KOMUNITI Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. hal 1-25.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. PNEUMONIA NOSOKOMIAL Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. hal 1-17.

(32)

63 Rizal. 2010. Microbial Pattern and Antimicrobial Resistance of Isolates Collected

from Various Specimen in DR. Oen Solo Baru Hospital, Sukoharjo. The Indonesian Journal of Medical Science. p:392-399.

Ryan, K. J., Ray, C. G., Ahmad, N., Drew, W. L., & Plorde, J. 2010. Sherris Medical Microbiology 5th Edition . United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Takahashi, K., Suzuki, M., & Minh, L. N. 2013. The incidence and etiology of hospitalized community-acquired pneumonia among Vietnamese adults : a prospective surveillance in Central Vietnam. BMC Infectious Diseases. p:1-11.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Kasus Pneumonia di Ruangan ICU dan Non ICU Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012
Tabel 2. Distribusi Pasien Pneumonia di Ruangan ICU dan Non ICU
Tabel 3. Distribusi Bakteri Penyebab Pneumonia di Ruangan ICU dan Non ICU
Tabel 4.  Distribusi Pola Resistensi 3 Kuman Terbanyak pada  Penderita Pneumonia di Ruangan ICU

Referensi

Dokumen terkait

PEMIRSA / DENGAN MEMBENTUK LINGKARAN / MEREKA MENGELILINGI BERBAGAI MACAM UBO RAMPE UNTUK MENGADAKAN SEDEKAH LALABAN // SETELAH SELESAI UPACARA /. TANPA ADA YANG

Laporan ini disusun untuk Tugas Akhir saya, dengan judul “Pengamanan Jaringan Komputer Pascasarjana UPN “Veteran” Jatim menggunakan metode “IDS (Intrusion Detection

Beberapa jenis obat yang digunakan pada pasien setelah bedah saesar adalah.. jens analgetik

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis pati dalam larutan edible coating terhadap mutu dan daya simpan gelamai.. Penelitian ini

ketergantungan antar ruang dilihat dari konsep ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, harga, pasar) dan perubahannya terhadap migrasi penduduk, tranportasi, lembaga

Considering the differences related to late blight development in plots under the different production systems, it was expected that the optimization effort would indicate

Jumlah Harga (Rp) Berita Acara

Sedangkan variable kenaikan harga rokok dan pesan bergambar bahaya merokok tidak berpengaruh terhadap konsumsi rokok di Kecamatan Baitussalam kabupaten Aceh Besar, hal ini