• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Gedung Kesenian Musik Dan Tari Tradisional Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Gedung Kesenian Musik Dan Tari Tradisional Jawa Barat."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Proyek desain interior yang akan dirancang adalah desain interior gedung kesenian musik dan tari tradisional Jawa Barat yang menggunakan konsep hybrid yang mengacu pada budaya tradisional Sunda. Alasan pemilihan gedung kesenian musik dan tari tradisional Jawa Barat sebagai proyek yang dirancang karena keberadaan wadah budaya Sunda di kota Bandung masih terbilang kurang memadai dari segi pelestarian, pendidikan, dan wisata budaya. Pada saat ini tidak dipungkiri bahwa gedung kesenian yang sudah ada di Bandung belum bisa memenuhi fungsi-fungsi yang telah disebutkan di atas. Dengan mengacu kepada fungsi dan minimnya fasilitas tersebut, maka akan dirancang gedung kesenian musik dan tari tradisional Jawa Barat yang mendukung terhadap pelestarian, pendidikan, dan wisata budaya.

Konsep dari gedung kesenian musik dan tari tradisional Jawa Barat adalah hybrid, dengan tujuan utama memadukan budaya kolonial yang mewakili modern dan gaya tradisional yang mewakili kebudayaan Sunda. Kedua hal ini merupakan ciri khas yang mengangkat kualitas kota Bandung sebagai visi dan misi dari kota Bandung itu sendiri sebagai kota budaya.

Konsep yang akan dipakai yaitu hybrid karena kota Bandung identik dengan budaya kolonial dan budaya tradisional, yang dimana kedua aspek tersebut merupakan asset penting sebagai pendapatan daerah di kota Bandung. Dengan adanya gedung kesenian ini, akan mendukung dan mengembangkan kualitas kota Bandung itu sendiri.

Desain yang dirancang juga akan memperhatikan dari segi kenyamanan user dan dari segi pemilihan material yang menggunakan bambu sebagai material utama yang dimana bambu merupakan material yang paling banyak digunakkan dalam kehidupan masyarakat Sunda pada umumnya.

(2)

iii

ABSTRACT

The project, which would be designed, is the interior design of The Javanese Traditional Music and Dance Building, which uses hybrid concept that refers to the culture of Javanese. The reason why this project was created is because the existence of Sundanese culture in Bandung city could be calculated inadequate in terms of conservation, education and cultural tourism. Today, there are no doubts that many music halls that already existed in Bandung cannot fulfill any functions that mentioned above. Therefore, with reference to the functions and the lack of the facilities, then the project will be designed and regenerates the Javanese traditional music and dance building that will support the culture conservation, education and cultural tourism purposes.

The concept is hybrid, with the main objective to combine the colonial culture, which represents the modern style with traditional style, which represents the Sundanese culture. Those two combined things are the very uniquely face of Bandung city and it will raise the city’s features as its vision and mission as a cultural city.

Afterward, the hybrid concept will be applied to the project because Bandung is very identical with colonial and traditional culture, which those aspects become the biggest income and earning for the city. In the presence of this building, it will support and raise the quality of Bandung as the cultural city.

The building design will concerns to the terms of comfort for users and the selection of the bamboo as the main material that most widely used for the Sundanese in general.

It would expected that the design and the facilities will raise the quality of the Sundanese culture and increases spirit of the youths and society.

(3)

DAFTAR ISI

COVER………. ………...i

LEMBAR PENGESAHAN……….. .. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN………. . iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN…… ... iv

ABSTRAK.. ... v

ABSTRACT. ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Gagasan Proyek... 2

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Perancangan ... 5

1.5 Manfaat Perancangan ... 6

1.6 Sistematika Penulisan... 6

BAB II STUDI LITERATUR ...7

2.1 Gedung Kesenian ...7

2.2 Musik dan Tari Tradisional ... 7

2.3 Alat Musik Tradisional Sunda...9

2.4 Pengertian dan Klasifikasi Alat Musik Sunda (Waditra) ...10

2.5 Nama dan Jenis-jenis Waditra...18

2.6 Seni Tari Tradisional Jawa Barat ...43

2.7 Sunda……… ...58

2.8 Standard Perancangan.. ...65

2.9 Bambu Sebagai Material Utama ...69

BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI... 76

3.1 Deskripsi Fungsi... 76

(4)

v

3.3 Tabel Kebutuhan Ruang ... 80

3.4 Deskripsi Site... 82

3.5 Zoning... 83

3.6 Blocking ... 84

3.7 Studi Banding ... 85

3.7.1 Study Image ... 87

3.8 Site and Building Analysis ... 90

3.8.1 Site Analysis ... 90

3.8.2 Building Analysis ... 94

BAB IV KONSEP DAN TEMA PERANCANGAN…. ... 96

4.1 Konsep Hybrid…... 96

4.2 Tema Harmonisasi Modern Tradisional.. ... 99

4.3 Konsep Lantai... 101

4.4 Konsep Dinding... 102

4.5 Konsep Ceiling.. ... 104

4.6 Klasifikasi Pengelompokan Alat Musik dan Tari Tradisional Sunda ... 105

4.7 Perancangan Layout.. ... 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…. ... 115

5.1 Simpulan…... 115

5.2 Saran.. ... 115

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Penggunaan Alat Musik Sebagai Salah Satu Elemen Desain Interior … 4

Gambar.2 Kacapi Indung... ….. 18

Gambar.3 Kacapi Gelung.. ... ….. 19

Gambar.4 Kacapi Parahu... ….. 19

Gambar.5 Kacapi Rincik.. ... ….. 21

Gambar.6 Kacapi Siter.. ... ….. 22

Gambar.7 Tarawangsa.. ... ….. 23

Gambar.8 Rebab.. ... ….. 24

Gambar.9 Suling... ….. 25

Gambar.10 Toleat.. ... ….. 26

Gambar.11 Tarompet... ….. 27

Gambar.12 Karinding.. ... ….. 28

Gambar.13 Celempung... ….. 29

Gambar.14 Angklung.. ... ….. 30

Gambar.15 Calung Rantay.. ... ….. 31

Gambar.16 Calung Gambang.. ... ….. 32

Gambar.17 Calung Jingjing... ….. 33

Gambar.18 Gambang... ….. 34

Gambar.19 Kendang... ….. 35

Gambar.20 Dog Dog.. ... ….. 36

Gambar.21 Rebana.. ... ….. 37

Gambar.22 Saron.. ... ….. 38

Gambar.23 Bonang... ….. 39

Gambar.24 Goong.. ... ….. 40

Gambar.25 Gamelan Degung.. ... ….. 41

Gambar.26 Gamelan Salendro Pelog.. ... ….. 42

Gambar.27 Tari Jaipongan.. ... ….. 45

Gambar.28 Tari Merak.. ... ….. 47

Gambar.29 Tari Kupu - Kupu.. ... ….. 48

Gambar.30 Tari Tayub.. ... ….. 52

Gambar.31 Pencak Silat.. ... ….. 55

Gambar.32 Tari Topeng Cirebon.. ... ….. 58

Gambar.33 Pengendalian Suara... ….. 68

(6)

vii

Gambar.35 Material dan Peralatan Treatment Bambu.. ... ….. 70

Gambar.36 Pembersihan Batang Bambu... ….. 71

Gambar.37 Pelubangan Bambu Memakai Tombak... ….. 71

Gambar.38 Mengikat Bambu di Baja Cekung.. ... ….. 72

Gambar.39 Penyambungan Selang Kontainer Pada Bambu.. ... ….. 72

Gambar.40 Pelubangan Buku Bambu Dengan Metal Punch... ….. 73

Gambar.41 Penyaringan Larutan ... ….. 74

Gambar.42 Pengeringan Bambu ... ….. 75

(7)
(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, dan adat istiadat. Indonesia terdiri dari 33 provinsi, dengan kata lain terdapat banyak sekali suku, budaya, dan adat istiadatnya. Ketiga hal tersebut merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya bila dilihat dari segi seni, sejarah, dan agama. Kekayaan tersebut bisa terwujud dalam berbagai macam bentuk, mulai dari kesenian, sejarah, agama dan lain – lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan gambaran dari suku atau masyarakatnya sendiri yang memiliki karakter khasnya masing - masing. Dan dalam laporan ini penulis lebih menitikberatkan ke arah kesenian, khususnya seni musik dan tari tradisional Sunda. Namun di tengah pesatnya perkembangan zaman yang sangat berpengaruh terhadap budaya dan nilai – nilai yang ada didalamnya, menimbulkan adanya perubahan gaya hidup dari masyarakat luas, khususnya kalangan anak-anak muda yang terpengaruh oleh budaya barat.

(9)

manusia pun terus berkembang, sehingga kekhawatiran akan timbulnya berbagai masalah serta isu dan tanda – tanda kepunahan kesenian dan kebudayaan pun semakin jelas, khususnya budaya sunda.

“ Generasi muda terutama dari kalangan pelajar harus dimotivasi, untuk

mencintai dan menggeluti kesenian tradisional. Apalagi sejumlah seni tradisional di

kabupaten Bandung terancam punah, akibat pelakunya sudah tua dan kurangnya

minat generasi muda untuk mendalami seni tradisional. Kalangan pendidikan mulai

siswa, pendidik, dan kepala sekolah harus ikut memikirkan dan melestarikan

kesenian tradisional, terutama di kabupaten Bandung " (Kasubdin Seni Budaya Disbudpar Kabupaten Bandung, Dra. Hj. Suliah Darmasyeti) .

Musik dan tari tradisional merupakan akar budaya kita sebagai masyarakat Sunda. Namun kenyataannya sekarang ini musik dan tari tradisional sunda sudah mulai terkikis keberadaannya, terlebih di daerah perkotaan. Untuk mengantisipasi dan melestarikan budaya Sunda itu sendiri, perlu dibuat sebuah wadah yang sifatnya melestarikan budaya Sunda tersebut untuk semua kalangan masyarakat, karena budaya tidak mengenal usia tua ataupun muda, tetapi budaya merupakan pondasi dari kehidupan manusia. Pada saat ini, belum ada satu wadah pelestarian yang menyediakan fasilitas-fasilitas untuk musik dan tari secara global.

1.2

Gagasan Proyek

(10)

3 Gedung Kesenian Musik dan Tari Tradisional Sunda yang dirancang adalah gedung yang mengkonsentrasikan kegiatannya hanya pada tari dan musik tradisional Sunda saja, yang nantinya akan mengkaji lebih jauh tentang musik dan tari Sunda. Mulai dari alat musik, jenis tarian, pertunjukan musk dan tari Sunda dan kebudayaan – kebudayaan Sunda lainnya yang berhubungan dengan musik dan tari tradisional Sunda seperti tari jaipong, tari merak, tari tayub, hingga permainan alat musik seperti kecapi, gamelan, dan lain-lain.

Bandung sendiri merupakan kota yang kaya akan budaya, baik secara tradisional dan modern. Tradisional disini merupakan budaya Sunda sendiri sedangkan modern – nya adalah Bandung tempoe doeloe. Bandung tempoe doloe yang dimaksud adalah pencitraan kota Bandung yang sudah sangat erat dengan bangunan – bangunan kolonial Belanda. Karena site yang dipilih adalah Museum Geologi Bandung, dan bangunannya merupakan salah satu pencitraan Bandung tempoe doeloe. Jadi pada perancangan proyek ini akan melestarikan konteks tradisional dan modern tersebut.

(11)

Gedung Kesenian dan Musik Tradisional Sunda ini pun tidak hanya melestarikan kebudayaan Sunda hanya lewat musik dan tarinya saja, tetapi melibatkan interior sebagai media pembelajaran budaya Sunda tersebut. Contohnya adalah, pemasangan alat – alat musik Sunda pada dinding yang bisa menjadi media

untuk pengenalan alat musik Sunda, begitu juga dengan tariannya, gambar – gambar tarian Sunda pun ikut dipajang di sekolah ini. Gedung Kesenian dan Musik Tradisional Sunda ini juga nantinya akan mengadakan pertunjukan rutin yang akan diselenggarakan pada concert hall, dan ini merupakan daya tarik sendiri bagi

pengunjung dan para wisatawan serta turis, bahkan masyarakat umum. Para wisatawan, turis, dan masyarakat umum bisa terjun langsung ke dalam kegiatan seni pada gedung ini. Peribahasa – peribahasa Sunda pun nantinya akan tuut dipajang untuk disosialisasikan kepada para pengunjung.

Penerapan filosofi – filosofi Sunda pun akan diterapkan di dalam gedung ini, mulai dari pembagian ruang, penamaan ruang, pemilihan material, dan lain – lain. Perancangan Gedung Kesenian Musik dan Tradisional Sunda ini juga nantinya bisa menjadi salah satu basis kebudayaan Sunda di Bandung.

Gambar 1. Penggunaan alat musik sebagai salah satu elemen desain interior pada dinding

(12)

5 Pada perancangan ini, nantinya akan terdapat fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Fasilitas utama mencakup concert hall, traditional lounge, cafe. Perpustakaan, dan museum. Fasilitas pendukung mencakup ruang latihan khusus latihan musik dan tari Sunda, studio photo tradisional, lobby, dan kantor management.

1.3

Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengembangkan minat masyarakat terhadap budaya dan kesenian tradisional melalui perancangan interior yang bergaya Sunda?

2. Bagaimana mengaplikasikan desain interior yang bersifat tradisional bergaya Sunda pada bangunan yang bergaya kolonial Belanda?

3. Bagaimana interior dapat berperan sebagai pelestarian budaya Sunda terhadap masyarakat luas pada umumnya?

1.4

Tujuan Perancangan

1. Mengembangkan minat masyarakat terhadap budaya dan kesenian tradisional melalui perancangan interior yang bergaya Sunda.

2. Menggabungkan kesenian tradisional dengan bangunan kolonial Belanda yang merupakan ciri khas kota Bandung.

(13)

1.5

Manfaat Perancangan

1. Bagi Kota Bandung, merupakan salah satu perwujudan dari visi kota Bandung sebagai kota budaya baik secara tradisional maupun modern.

2. Bagi praktisi budaya tradisional Sunda, merupakan salah satu wadah untuk pelestarian budaya yang lebih terarah.

3. Bagi user, merupakan salah satu bentuk dari wisata budaya dengan cara yang lebih “fun”.

1.6

Sistematika Penulisan

Dalam Bab I yaitu, Bab pendahuluan, menjelaskan latar belakang masalah, ide/gagasan konsep, identifikasi masalah perancangan, tujuan perancangan, dan sistematika penulisan.

Dalam Bab II yaitu Bab Tinjauan Pustaka, menjelaskan konsep dasar dari sundanese ethnic, literatur, standard fungsi dan studi ergonomik, dan analisa serta pembahasan konsep dasar.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Soepandi, Atik & Sukanda, Enip.(1995). Ragam Cipta Mengenal Seni Pertunjukkan Daerah Jawa Barat. Bandung: CV.Sampurna.

Kubarsah, Drs Ubun. (1994).Waditra Mengenal Alat-Alat Kesenian Daerah Jawa Barat. Bandung: CV.Sampurna,

Salura, Purnama.( 2007) Menelusuri Arsitektur Masyarakat Sunda. Bandung: Cipta Sastra Salura,

Kunto, Haryoto.( 2008). Wajah Bandung Tempo Doeloe. Bandung: Granesia Bandung. Panero, Julius & Zelnik, Martin. Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Jakarta : Erlangga

(15)

BAB IV

Konsep dan Tema Perancangan

4.1

Konsep

Hybrid

Setelah dipaparkan secara singkat diatas mengenai penggabungan dua unsur

antara tradisional dan modern, pada bagian ini akan dibahas lebih dalam lagi tentang

penggabungan anatara dua unsur tersebut yang nantinya akan menjadi konsep utama

dalam perancangan proyek ini. Unsur modern yang dominan pada site ini menjadi

latar belakang dari konsep ini. Bangunan yang ada pada sekitar site ini merupakan

bangunan – bangunan yang menjadi citra kota Bandung, bangunan yang paling kuat

citra Bandungnya adalah Gedung Sate, dan tidak jauh dari proyek perancangan

gedung kesenian yang akan dirancang.

Pengertian Hybrid sendiri adalah penggabungan dua unsur yang berlawanan

tetapi tetap mempertahankan karakter unsur - unsur tersebut. Konsep hybrid sendiri

baru mulai dikenal oleh masyarakat umum sejak diterapkannya pada konsep mobil

hybrid. Konsep mobil ini adalah konsep yang menggabungkan dua sistem bahan

bakar, yaitu listrik dan bahan bakar minyak. Konsep hybrid ini tidak hanya bisa

diterapkan pada mobil saja, namun bisa juga diterapkan dalam arsitektur, interior,

(16)

97 Konsep hybrid sendiri telah diterapkan di berbagai Negara – Negara maju di

berbagai belahan dunia ini. Namun perkembangan hybrid di Indonesia sendiri masih

belum diterapkan dalam berbagai hal.

Berikut ini adalah gambar – gambar yang merupakan perwujudan dari konsep

hybrid itu sendiri.

Gambar diatas merupakan contoh dari penerapan konsep hybrid, bila

diperhatikan karakter bangunan dan karakter liquidnya tetap berkesinambungan dan

seimbang.

Gambar 51. arsitektur hybrid (Sumber : http://blog.thoughtpick.com)

(17)

Gambar diatas ini merupakan penerapan konsep hybrid dalam interior,

penggunaan material – material yang karakternya berbeda dipadukan menjadi satu

kesatuan.

Sedangkan pada proyek perancangan gedung kesenian ini unsur yang

berlawanan disini adalah unsur dari modern dan tradisional. Bisa kita lihat pada

bagan di bawah ini bahwa bangunan kolonial Belanda secara exterior yang mewakili

sisi modern, dan budaya Sunda secara interior mewakili sisi tradisional. Dan

penggabunngan keduanya itu melahirkan konsep hybrid.

(18)

99 Gambar diatas ini merupakan gambar yang mewakili modern secara exterior,

dan tradisional secara interior. Bila kita lihat pada gambar di atas, penggabungan

antara modern dan tradisional memang sulit untuk dilakukan, tetapi dalam proyek ini

penggabungan modern dan tradisional sendiri nantinya bisa mewakili kota Bandung

sebagai kota budaya yang kental dengan budaya modern dan tradisionalnya. Dan

secara fungsi bangunan ini juga nantinya akan mendukung untuk menjadikan kota

Bandung sebagai kota budaya.

4.2

Tema Harmonisasi Modern Tradisional

Gambar 46. Modern vs tradisional (Sumber dokumentasi pribadi)

Gambar 53. Denah berbentuk simetris museum geologi Bandung

(19)

Secara fisik bangunan, interior bangunan ini memiliki ciri – ciri bangunan

kolonial yang sangat kental. Bisa kita lihat pada denahnya yang berbentuk simetris,

ini merupakan ciri utama dari bangunan kolonial.

Begitu juga dengan keadaan kolom dan bukaan pada bangunan ini yang

secara fisik juga masih mencitrakan bangunan kolonial. Maka dari itu perlu

diperhatikan lagi penggabungan antara modern dan tradisionalnya sendiri. Salah

satunya adalah dengan menggabungkan kolom yang ada dengan bambu yang

merupakan material utama dari budaya Sunda itu sendiri.

(20)

101

4.3

Konsep lantai

Gambar 55. Aplikasi bambu pada interior modern (Sumber :

http://hitdecors.com/decors/bamboo-interior-popular-choice/)

(21)

Konsep bentuk lantai pada perencanaan proyek sekolah ini menggunakan

pola – pola alam. Ada percampuran antara bentuk geometris dan organik.

Konsep pola pada perencanaan lantai ini menggunakan pola – pola geometrik

linear, dan mengadopsi dari bentuk – bentuk alami yang ada pada alam.

Konsep tekstur pada perencanaan lantai ini menggunakan tekstur yang sedikit

timbul dengan memanfaatkan pola – pola yang ada pada bagan.

Konsep warna disini menggunakan warna – warna yang alami, mulai dari

kuning, hijau, coklat.

Konsep cahaya yang digunakan adalah dengan menggunakan cahaya alami

sebagai sumber penerangan pada saat siang hari. Hal ini bisa juga membuat efek

lantai lebih terlihat hidup karena terkena sinar matahari. Dan pada malam hari akan

memanfaatkan hidden lamp, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai wayfinding.

Konsep material yang akan digunakan adalah material – material yang sesuai

dengan filosofi kehidupan Sunda itu sendiri. Material utama adalah bambu,

sedangkan material pendukung berupa stainless steel yang akan digunakan sebagai

detail.

4.4

Konsep dinding

Konsep bentuk dinding akan menggunakan bentuk – bentuk linear. Garis

horizontal dan vertical akan dimanfaatkan disini. Bentuk ini pun nantinya akan

mendukung terhadap peaplikasian alat musik Sunda sebagai elemen interior.

Konsep pola pada dinding ini akan memakai pola yang linear juga. Pola

(22)

103

Konsep tekstur akan menggunakan material yang sedikit kasar, sehingga

mencegah orang untuk bersender ke dinding. Selain untuk melindungi alat musik

sebagai display dinding, dan juga untuk mencegah user supaya tidak berkumpul dan

merusak sirkulasi ruang.

Konsep warna disini akan menggunakan warna yang tidak terlalu berbeda

dengan lantai sehingga warna yang dihasilkan akan seimbang.

Konsep cahaya yang akan digunakan pun masih sama, alami dan buatan.

Tetapi pencahayaan pada dinding akan menggunakan spot light sebagai pencahayaan

yang digunakan untuk alat musik yang diaplikasikan ke dinding.

(23)

Tabel 4. Konsep ceiling

Konsep material disini akan menggunakan bambu juga, dan tetap

menggunakan stainless steel sebagai detailnya.

4.5

Konsep

ceiling

konsep bentuk yang akan digunakan pada ceiling adalah bentuk – bentuk

yang linear tetapi diberi unsur organik seperti gambar disamping ini.

Konsep pola ceilingnya pun masih sama dengan pola dinding dan lantai.

Konsep tekstur akan menggunakan tekstur yang halus dan shiny sehingga

(24)

105

Konsep warna pun tetap akan lebih dominan ke warna coklat, tapi tetap ada

warna hijau dan kuning sebagai detailnya.

Konsep cahaya akan menggunakan cahaya alami, dengan bukaan – bukaan

yang besar dari atas. Serta memanfaatkan pemakaian material bambu untuk menbuat

efek seperti gambar disamping ini.

Konsep material akan didominasi oleh bambu yang berwarna kecoklatan.

4.6

Klasifikasi Pengelompokkan Alat Musik dan Tari Tradisional

Sunda

Klasifikasi Pengelompokkan Alat Musik Tradisional Sunda

Dimensi (cm) Kelompok Jenis Nama Alat Musik

P L T d

1 Petik Kacapi Indung

Kacapi Gelung Kacapi Parahu Kacapi Pantun 150 150 150 150 30 30 30 30 40 40 40 40 - - - -

2 Petik Kacapi Tembang

Kacapi Rincik Kacapi Siter Kacapi Kawih 150 100 120 120 30 30 30 30 40 40 40 40 - - - -

3 Gesek Tarawangsa

Rebab - - 25 35 90 80 - -

4 Tiup Suling

Toleat Suling Kumbang 70 40 40 - - - - - - 2 2 2

5 Tiup Bangsing

(25)

Karinding 10 2 - -

6 Pukul Celempung

Angklung 90 60 - 35 - - 35 -

7 Pukul Calung Rantay

Calung Gambang Calung Jinjing 120 21 70 40 - - - - 70 - 90 -

8 Pukul Gambang

Kendang 120 45 40 - 45 - - 5,5

9 Pukul Dogdog

Tarebang/Rebana Saron 30 - 45 - - 20 - - 23 7 35 -

10 Pukul Bonang

Goong 120 - 50 - 40 120 - 105 Main Display Gamelan Degung Gamelan Salendro Pelog

Klasifikasi Pengelompokkan Tari Tradisional Sunda

Kelompok Nama Tarian

Main Display Tari Merak

1 Tari Kupu-kupu

2 Tari Sulintang

3 Tari Ratu Graeni

4 Tari Tenun

5 Tari Tayub

6 Tari Pencak Silat

(26)

107 Tari Topeng Cirebon Pamindo

8 Tari Topeng Cirebon Patuh

Tari Topeng Cirebon Jingga Anom

9 Tari Topeng Cirebon Kelana

Tari Topeng Cirebon Samba

10 Tari Jaipong

4.7 Perancangan Layout

Lokasi site yang strategis, mendukung fungsi utama dari proyek perancangan

ini sendiri yang dimana fungsinya lebih ke arah pendidikan melalui budaya

tradisional. Bangunan pada lokasi ini keberadaannya sangat mendukung dari proyek

perancangan yang dirancang.

(27)

Bentuk layout yang simetris memudahkan untuk mengaplikasikan sense

Sunda itu sendiri. Setiap lantai pada proyek ini dirancang untuk merangkul

masyarakat luas baik lokal maupun mancanegara. Pada denah lantai 1, fungsi yang

disediakan lebih ke arah melayani publik, mulai dari concert hall, perpustakaan,

lounge, dan sanggar musik serta tari. Sebagian besar untuk proyek ini menggunakan

bambu sebagai material utama yang mengacu kepada konsep hybrid. Perpaduan

modern dan tradisional yang mempunyai karakter masing – masing yang kuat. Bisa

diperhatikan, pembagian ruangnya lebih ke arah simetris, ini mengacu juga kepada

budaya tradisional Sunda yang teratur. Dengan penggunaan bambu pada interior

akan lebih mendukung suasana Sunda yang memang sedari dulu sudah memakai

bambu sebagai material utama untuk melangsungkan kehidupannya. Bentuknya yang

berbeda – beda dan terkadang tidak simetris, tetapi bila bisa diolah dengan baik akan

menghasilkan interior yang sifatnya lebih dinamis walaupun bentuknya simetris

secara layout.

(28)

109 Pada lantai 2, ruangannya difungsikan sebagai museum alat musik dan tari

tradisional Sunda. Pada ruangan ini pembagian ruangan dibagi berdasarkan

bendanya, dibagi menjadi 2 yaitu museum alat musik tradisional dan museum tari

tradisional. Kedua – duanya mempunyai unsur yang erat kaitannya dan saling

membutuhkan satu sama lain. Bentuk layout yang simetris membuat ruangan ini

mempunyai sirkulasi yang linear.

(29)

Keadaan interior pada ruangan ini juga didukung dengan material utama

yaitu bambu. Hampir seluruh ruangan ini didominasi oleh bambu. Mood yang

dimunculkan disini adalah mood yang santai, menyenangkan dan bisa

diterima dengan baik oleh para usernya sendiri.

Pada potongan general pun tampak bahwa ritme yang ada pada

perancangan ini tetap dipertahankan. Dengan mengadopsi salah satu bentuk

rumah Sunda yang bernama julang ngampak. Dari bentuk rumah tersebut,

diambil salah satu ciri khasnya yang sangat mencolok, yaitu pada bagian

atapnya ada bambu atau kayu yang berbentuk huruf “X”. Dan dari ciri khas

tersebut maka munculah ide untuk mengaplikasikannya ke dalam interior.

Bentuk bambu yang kaku tidak membuat perancangan interior ini terasa

kaku. Bisa dilihat pada ruangan concert hall bahwa pengaplikasian bentuk

“X” tersebut bisa menghasilkan sesuatu yang dinamis.

(30)

111

Ruangan diatas merupaka ruangan dari concert hall , yang dimana

tempat ini merupakan tempat pertunjukan dari musik dan tari tradisional

Sunda. Dengan adanya suatu tempat yang mengutamakan budaya sebagai

fungsi utamanya maka diharapkan juga tempat ini bisa membangkitkan

gairah budaya yang semakin terkikis keberadaannya. Ruangan ini juga

dilengkapi dengan fasilitas kursi yang terbuat dari material bambu dan besi,

yang dimana dari kedua material ini merupakan karakter modern dan karakter

[image:30.595.170.489.111.344.2]

tradisional itu sendiri.

(31)

Penggunaan bambu juga mendukung untuk akustik ruang, resonansinya yang

baik bisa meredam suara, dan didukung juga dengan memakai acoustic board yang

diletakan dibelakang bambu. Selain itu dipakai juga material parquete yang berwarna

coklat yang mendukung untuk akustik ruang maupun kenyamanan pada saat

berjalan. yang Ligthing pada ruangan inin juga didominasi oleh lampu yang

berwarna kuning agar muncul kesan nyaman.

[image:31.595.168.476.93.309.2]

a

Gambar 61. Concert hall floor plan Sumber : pribadi

[image:31.595.178.467.526.729.2]
(32)

113 Bila kita lihat pada gambar diatas, bentuk dinamis itu dihasilkan oleh bentuk

– bentuk kaku dari bambu dan dengan mengadopsi bentuk dari atap rumah Sunda

yang telah dibahas sebelumnya, yaitu julang ngampak. Sebelum masuk ke ruangan

ini terdapat suatu ruangan lounge sebagai ruang antara dari concert hall terhadap

ruangan yang lainnya. Di lounge ini pun material bambu tetap menjadi pilihan

utama, di lounge ini terdapat saung yang mengadopsi juga dari bentuk julang

[image:32.595.160.455.66.274.2]

ngampak.

Gambar 62. Concert hall ceiling plan Sumber : pribadi

[image:32.595.150.455.552.763.2]
(33)

Pada bagian Museum, terdapat lorong – lorong yang merupakan akses

sekaligus untuk display alat musik dan tarian Sunda sendiri. Dan pada bagian display

pun dirancang agar bagian display menyatu dengan elemen interior yang terdapat

[image:33.595.133.501.182.379.2]

pada ruangan museum ini.

(34)

Perancangan Gedung Kesenian Musik dan Tari Tradisional Jawa

Barat

Dengan Konsep

Hybrid

Pengantar Karya Tugas Akhir

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Program Strata

Satu di Program Studi Desain Interior

Disusun Oleh :

Andica Brawijaya (0663116)

JURUSAN DESAIN INTERIOR

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(35)

LEMBAR PENGESAHAN

Perancangan “Gedung Kesenian Musik dan Tari Tradisional Jawa

Barat

Dengan Konsep

hybrid

Dengan ini saya menyatakan bahwa

Isi CD-Room Laporan Tugas Akhir sama dengan hasil revisi akhir.

Bandung, 18 Juni 2011

(Andica Brawijaya)

NRP : 0663116

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Ir. Heru Susanto, M.Sn) (Sriwinarsih Maria Kirana, S.Ssn)

NIK : 620024 NIK : 630059L

Mengetahui,

Ketua Jurusan S1 Desain Interior

(Krismanto Kusbiantoro, ST., M,Ars)

(36)

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LAPORAN TUGAS AKHIR

Dengan ini, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Andica Brawijaya

NRP : 0663116

Fakultas/Jurusan : S-1 Desain Interior Arsitektur

Menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah benar merupakan

merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar

adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala

konsekuensinya.

Demikianlah pernyataan ini saya buat.

Bandung, 18 Juni 2011

(37)

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI

LAPORAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Andica Brawijaya

NRP : 0663116

Fakultas/Jurusan : S-1 Desain Interior Arsitektur

Dengan ini, saya menyatakan bahwa

1. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan

kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti noneksklusif (Non

Eksklusif Royalti- Free Right) atas laporan tugas akhir saya yang berjudul

“Gedung Kesenian Musik dan Tari Tradisional Jawab Barat”

2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalih

mediakan/ mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data

(database), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk

softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. Saya bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi, tanpa

melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk

tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya tugas

akhir saya ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 18 Juni 2011

(38)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga

laporan Tugas Akhir “Gedung Kesenian Musik dan Tari Tradisional Jawa Barat”

ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan mata

kuliah Mayor Desain Interior Arsitektur VI atau Tugas Akhir (TA) pada semester

genap tahun ajaran 2010-2011 jurusan Desain Interior S1 Fakultas Seni Rupa dan

Desain, Universitas Kristen Maranatha.

Tugas Akhir ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya berkat dukungan

dari kedua orang tua, keluarga, teman-teman dan rekan-rekan yang telah membantu

dalam proses pelaksanaan sampai pengumpulan gambar kerja dan laporan sehingga

Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya.

2. Bapak Gai Suhardja, Phd, selaku Dekan FSRD Maranatha.

3. Bapak Krismanto Kusbiantoro, ST., M.Ars, selaku Ketua Jurusan Desain

Interior Arsitektur Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Kristen

Maranatha.

4. Bapak Ir. Heru Susanto, M.Sn, selaku dosen pembimbing 1 yang telah

banyak memberikan bantuan serta membina dan membimbing penulis

selama melaksanakan Tugas Akhir.

5. Ibu Sriwinarsih Maria Kirana, S.Ssn, selaku dosen pembimbing 2 Tugas

akhir yang telah banyak memberikan bantuan serta membimbing selama

penulis melaksanakan Tugas Akhir.

6. Keluarga yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan Tugas

Akhir.

7. Seluruh teman dan rekan yang telah mendukung dan membantu penulis

(39)

Penulis menyadari sepenuhnya laporan ini masih jauh dari sempurna,

mengingat terbatasnya pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki penulis. Penulis

berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi semua pihak khususnya bagi pihak

institusi akademik, penulis, maupun para pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun guna melengkapi laporan ini yang masih jauh dari sempurna.

Bandung, 18 Juni 2011

Gambar

Gambar 1. Penggunaan alat musik sebagai salah satu elemen desain interior pada dinding
Gambar 50. Mobil hybrid (Sumber : http://blog.thoughtpick.com)
Gambar 52. interior hybrid (Sumber : http://blog.thoughtpick.com)
Gambar diatas ini merupakan penerapan konsep hybrid dalam interior,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Sintesis dan Karakterisasi Material Berpori Berbasis Mineral Silikat sebagai Penyaring Molekul merupakan kegiatan dalam rangka mensisntesis nano partikel silika

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) sistem pengelolaan keuangan yang diterapkan di sekolah saat ini, (2) sistem informasi pengelolaan keuangan

[r]

Dari hasil uji coba yang dilakukan langsung pada Lampu otomatis ternyata hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan, dimana bila intensitas cahaya kurang

Sejak Okun menemukan hubungan negatif antara tingkat pengangguran dengan kesenjangan output, penurunan setiap 1 persen tingkat pengangguran untuk setiap kenaikan 3 persen

The expenditures of 51,603 visitors at 29 parks were collected, extrapolated to an additional 60 parks, and used as inputs to derive estimates of economic impact on the parks’

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI

pylori di kalangan etnik Orang Asli di Semenanjung Malaysia • .Juga tiada sebarang maklumat tentang faktor risiko yang boleh menyumbangkan kepada peningkatan kadar jangkitan