ABSTRAK
Proyek desain interior yang akan dirancang adalah desain interior gedung kesenian musik dan tari tradisional Jawa Barat yang menggunakan konsep hybrid yang mengacu pada budaya tradisional Sunda. Alasan pemilihan gedung kesenian musik dan tari tradisional Jawa Barat sebagai proyek yang dirancang karena keberadaan wadah budaya Sunda di kota Bandung masih terbilang kurang memadai dari segi pelestarian, pendidikan, dan wisata budaya. Pada saat ini tidak dipungkiri bahwa gedung kesenian yang sudah ada di Bandung belum bisa memenuhi fungsi-fungsi yang telah disebutkan di atas. Dengan mengacu kepada fungsi dan minimnya fasilitas tersebut, maka akan dirancang gedung kesenian musik dan tari tradisional Jawa Barat yang mendukung terhadap pelestarian, pendidikan, dan wisata budaya.
Konsep dari gedung kesenian musik dan tari tradisional Jawa Barat adalah hybrid, dengan tujuan utama memadukan budaya kolonial yang mewakili modern dan gaya tradisional yang mewakili kebudayaan Sunda. Kedua hal ini merupakan ciri khas yang mengangkat kualitas kota Bandung sebagai visi dan misi dari kota Bandung itu sendiri sebagai kota budaya.
Konsep yang akan dipakai yaitu hybrid karena kota Bandung identik dengan budaya kolonial dan budaya tradisional, yang dimana kedua aspek tersebut merupakan asset penting sebagai pendapatan daerah di kota Bandung. Dengan adanya gedung kesenian ini, akan mendukung dan mengembangkan kualitas kota Bandung itu sendiri.
Desain yang dirancang juga akan memperhatikan dari segi kenyamanan user dan dari segi pemilihan material yang menggunakan bambu sebagai material utama yang dimana bambu merupakan material yang paling banyak digunakkan dalam kehidupan masyarakat Sunda pada umumnya.
iii
ABSTRACT
The project, which would be designed, is the interior design of The Javanese Traditional Music and Dance Building, which uses hybrid concept that refers to the culture of Javanese. The reason why this project was created is because the existence of Sundanese culture in Bandung city could be calculated inadequate in terms of conservation, education and cultural tourism. Today, there are no doubts that many music halls that already existed in Bandung cannot fulfill any functions that mentioned above. Therefore, with reference to the functions and the lack of the facilities, then the project will be designed and regenerates the Javanese traditional music and dance building that will support the culture conservation, education and cultural tourism purposes.
The concept is hybrid, with the main objective to combine the colonial culture, which represents the modern style with traditional style, which represents the Sundanese culture. Those two combined things are the very uniquely face of Bandung city and it will raise the city’s features as its vision and mission as a cultural city.
Afterward, the hybrid concept will be applied to the project because Bandung is very identical with colonial and traditional culture, which those aspects become the biggest income and earning for the city. In the presence of this building, it will support and raise the quality of Bandung as the cultural city.
The building design will concerns to the terms of comfort for users and the selection of the bamboo as the main material that most widely used for the Sundanese in general.
It would expected that the design and the facilities will raise the quality of the Sundanese culture and increases spirit of the youths and society.
DAFTAR ISI
COVER………. ………...i
LEMBAR PENGESAHAN……….. .. ii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN………. . iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN…… ... iv
ABSTRAK.. ... v
ABSTRACT. ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Gagasan Proyek... 2
1.3 Rumusan Masalah ... 5
1.4 Tujuan Perancangan ... 5
1.5 Manfaat Perancangan ... 6
1.6 Sistematika Penulisan... 6
BAB II STUDI LITERATUR ...7
2.1 Gedung Kesenian ...7
2.2 Musik dan Tari Tradisional ... 7
2.3 Alat Musik Tradisional Sunda...9
2.4 Pengertian dan Klasifikasi Alat Musik Sunda (Waditra) ...10
2.5 Nama dan Jenis-jenis Waditra...18
2.6 Seni Tari Tradisional Jawa Barat ...43
2.7 Sunda……… ...58
2.8 Standard Perancangan.. ...65
2.9 Bambu Sebagai Material Utama ...69
BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI... 76
3.1 Deskripsi Fungsi... 76
v
3.3 Tabel Kebutuhan Ruang ... 80
3.4 Deskripsi Site... 82
3.5 Zoning... 83
3.6 Blocking ... 84
3.7 Studi Banding ... 85
3.7.1 Study Image ... 87
3.8 Site and Building Analysis ... 90
3.8.1 Site Analysis ... 90
3.8.2 Building Analysis ... 94
BAB IV KONSEP DAN TEMA PERANCANGAN…. ... 96
4.1 Konsep Hybrid…... 96
4.2 Tema Harmonisasi Modern Tradisional.. ... 99
4.3 Konsep Lantai... 101
4.4 Konsep Dinding... 102
4.5 Konsep Ceiling.. ... 104
4.6 Klasifikasi Pengelompokan Alat Musik dan Tari Tradisional Sunda ... 105
4.7 Perancangan Layout.. ... 107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…. ... 115
5.1 Simpulan…... 115
5.2 Saran.. ... 115
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Penggunaan Alat Musik Sebagai Salah Satu Elemen Desain Interior … 4
Gambar.2 Kacapi Indung... ….. 18
Gambar.3 Kacapi Gelung.. ... ….. 19
Gambar.4 Kacapi Parahu... ….. 19
Gambar.5 Kacapi Rincik.. ... ….. 21
Gambar.6 Kacapi Siter.. ... ….. 22
Gambar.7 Tarawangsa.. ... ….. 23
Gambar.8 Rebab.. ... ….. 24
Gambar.9 Suling... ….. 25
Gambar.10 Toleat.. ... ….. 26
Gambar.11 Tarompet... ….. 27
Gambar.12 Karinding.. ... ….. 28
Gambar.13 Celempung... ….. 29
Gambar.14 Angklung.. ... ….. 30
Gambar.15 Calung Rantay.. ... ….. 31
Gambar.16 Calung Gambang.. ... ….. 32
Gambar.17 Calung Jingjing... ….. 33
Gambar.18 Gambang... ….. 34
Gambar.19 Kendang... ….. 35
Gambar.20 Dog Dog.. ... ….. 36
Gambar.21 Rebana.. ... ….. 37
Gambar.22 Saron.. ... ….. 38
Gambar.23 Bonang... ….. 39
Gambar.24 Goong.. ... ….. 40
Gambar.25 Gamelan Degung.. ... ….. 41
Gambar.26 Gamelan Salendro Pelog.. ... ….. 42
Gambar.27 Tari Jaipongan.. ... ….. 45
Gambar.28 Tari Merak.. ... ….. 47
Gambar.29 Tari Kupu - Kupu.. ... ….. 48
Gambar.30 Tari Tayub.. ... ….. 52
Gambar.31 Pencak Silat.. ... ….. 55
Gambar.32 Tari Topeng Cirebon.. ... ….. 58
Gambar.33 Pengendalian Suara... ….. 68
vii
Gambar.35 Material dan Peralatan Treatment Bambu.. ... ….. 70
Gambar.36 Pembersihan Batang Bambu... ….. 71
Gambar.37 Pelubangan Bambu Memakai Tombak... ….. 71
Gambar.38 Mengikat Bambu di Baja Cekung.. ... ….. 72
Gambar.39 Penyambungan Selang Kontainer Pada Bambu.. ... ….. 72
Gambar.40 Pelubangan Buku Bambu Dengan Metal Punch... ….. 73
Gambar.41 Penyaringan Larutan ... ….. 74
Gambar.42 Pengeringan Bambu ... ….. 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, dan adat istiadat. Indonesia terdiri dari 33 provinsi, dengan kata lain terdapat banyak sekali suku, budaya, dan adat istiadatnya. Ketiga hal tersebut merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya bila dilihat dari segi seni, sejarah, dan agama. Kekayaan tersebut bisa terwujud dalam berbagai macam bentuk, mulai dari kesenian, sejarah, agama dan lain – lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan gambaran dari suku atau masyarakatnya sendiri yang memiliki karakter khasnya masing - masing. Dan dalam laporan ini penulis lebih menitikberatkan ke arah kesenian, khususnya seni musik dan tari tradisional Sunda. Namun di tengah pesatnya perkembangan zaman yang sangat berpengaruh terhadap budaya dan nilai – nilai yang ada didalamnya, menimbulkan adanya perubahan gaya hidup dari masyarakat luas, khususnya kalangan anak-anak muda yang terpengaruh oleh budaya barat.
manusia pun terus berkembang, sehingga kekhawatiran akan timbulnya berbagai masalah serta isu dan tanda – tanda kepunahan kesenian dan kebudayaan pun semakin jelas, khususnya budaya sunda.
“ Generasi muda terutama dari kalangan pelajar harus dimotivasi, untuk
mencintai dan menggeluti kesenian tradisional. Apalagi sejumlah seni tradisional di
kabupaten Bandung terancam punah, akibat pelakunya sudah tua dan kurangnya
minat generasi muda untuk mendalami seni tradisional. Kalangan pendidikan mulai
siswa, pendidik, dan kepala sekolah harus ikut memikirkan dan melestarikan
kesenian tradisional, terutama di kabupaten Bandung " (Kasubdin Seni Budaya Disbudpar Kabupaten Bandung, Dra. Hj. Suliah Darmasyeti) .
Musik dan tari tradisional merupakan akar budaya kita sebagai masyarakat Sunda. Namun kenyataannya sekarang ini musik dan tari tradisional sunda sudah mulai terkikis keberadaannya, terlebih di daerah perkotaan. Untuk mengantisipasi dan melestarikan budaya Sunda itu sendiri, perlu dibuat sebuah wadah yang sifatnya melestarikan budaya Sunda tersebut untuk semua kalangan masyarakat, karena budaya tidak mengenal usia tua ataupun muda, tetapi budaya merupakan pondasi dari kehidupan manusia. Pada saat ini, belum ada satu wadah pelestarian yang menyediakan fasilitas-fasilitas untuk musik dan tari secara global.
1.2
Gagasan Proyek
3 Gedung Kesenian Musik dan Tari Tradisional Sunda yang dirancang adalah gedung yang mengkonsentrasikan kegiatannya hanya pada tari dan musik tradisional Sunda saja, yang nantinya akan mengkaji lebih jauh tentang musik dan tari Sunda. Mulai dari alat musik, jenis tarian, pertunjukan musk dan tari Sunda dan kebudayaan – kebudayaan Sunda lainnya yang berhubungan dengan musik dan tari tradisional Sunda seperti tari jaipong, tari merak, tari tayub, hingga permainan alat musik seperti kecapi, gamelan, dan lain-lain.
Bandung sendiri merupakan kota yang kaya akan budaya, baik secara tradisional dan modern. Tradisional disini merupakan budaya Sunda sendiri sedangkan modern – nya adalah Bandung tempoe doeloe. Bandung tempoe doloe yang dimaksud adalah pencitraan kota Bandung yang sudah sangat erat dengan bangunan – bangunan kolonial Belanda. Karena site yang dipilih adalah Museum Geologi Bandung, dan bangunannya merupakan salah satu pencitraan Bandung tempoe doeloe. Jadi pada perancangan proyek ini akan melestarikan konteks tradisional dan modern tersebut.
Gedung Kesenian dan Musik Tradisional Sunda ini pun tidak hanya melestarikan kebudayaan Sunda hanya lewat musik dan tarinya saja, tetapi melibatkan interior sebagai media pembelajaran budaya Sunda tersebut. Contohnya adalah, pemasangan alat – alat musik Sunda pada dinding yang bisa menjadi media
untuk pengenalan alat musik Sunda, begitu juga dengan tariannya, gambar – gambar tarian Sunda pun ikut dipajang di sekolah ini. Gedung Kesenian dan Musik Tradisional Sunda ini juga nantinya akan mengadakan pertunjukan rutin yang akan diselenggarakan pada concert hall, dan ini merupakan daya tarik sendiri bagi
pengunjung dan para wisatawan serta turis, bahkan masyarakat umum. Para wisatawan, turis, dan masyarakat umum bisa terjun langsung ke dalam kegiatan seni pada gedung ini. Peribahasa – peribahasa Sunda pun nantinya akan tuut dipajang untuk disosialisasikan kepada para pengunjung.
Penerapan filosofi – filosofi Sunda pun akan diterapkan di dalam gedung ini, mulai dari pembagian ruang, penamaan ruang, pemilihan material, dan lain – lain. Perancangan Gedung Kesenian Musik dan Tradisional Sunda ini juga nantinya bisa menjadi salah satu basis kebudayaan Sunda di Bandung.
Gambar 1. Penggunaan alat musik sebagai salah satu elemen desain interior pada dinding
5 Pada perancangan ini, nantinya akan terdapat fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Fasilitas utama mencakup concert hall, traditional lounge, cafe. Perpustakaan, dan museum. Fasilitas pendukung mencakup ruang latihan khusus latihan musik dan tari Sunda, studio photo tradisional, lobby, dan kantor management.
1.3
Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengembangkan minat masyarakat terhadap budaya dan kesenian tradisional melalui perancangan interior yang bergaya Sunda?
2. Bagaimana mengaplikasikan desain interior yang bersifat tradisional bergaya Sunda pada bangunan yang bergaya kolonial Belanda?
3. Bagaimana interior dapat berperan sebagai pelestarian budaya Sunda terhadap masyarakat luas pada umumnya?
1.4
Tujuan Perancangan
1. Mengembangkan minat masyarakat terhadap budaya dan kesenian tradisional melalui perancangan interior yang bergaya Sunda.
2. Menggabungkan kesenian tradisional dengan bangunan kolonial Belanda yang merupakan ciri khas kota Bandung.
1.5
Manfaat Perancangan
1. Bagi Kota Bandung, merupakan salah satu perwujudan dari visi kota Bandung sebagai kota budaya baik secara tradisional maupun modern.
2. Bagi praktisi budaya tradisional Sunda, merupakan salah satu wadah untuk pelestarian budaya yang lebih terarah.
3. Bagi user, merupakan salah satu bentuk dari wisata budaya dengan cara yang lebih “fun”.
1.6
Sistematika Penulisan
Dalam Bab I yaitu, Bab pendahuluan, menjelaskan latar belakang masalah, ide/gagasan konsep, identifikasi masalah perancangan, tujuan perancangan, dan sistematika penulisan.
Dalam Bab II yaitu Bab Tinjauan Pustaka, menjelaskan konsep dasar dari sundanese ethnic, literatur, standard fungsi dan studi ergonomik, dan analisa serta pembahasan konsep dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Soepandi, Atik & Sukanda, Enip.(1995). Ragam Cipta Mengenal Seni Pertunjukkan Daerah Jawa Barat. Bandung: CV.Sampurna.
Kubarsah, Drs Ubun. (1994).Waditra Mengenal Alat-Alat Kesenian Daerah Jawa Barat. Bandung: CV.Sampurna,
Salura, Purnama.( 2007) Menelusuri Arsitektur Masyarakat Sunda. Bandung: Cipta Sastra Salura,
Kunto, Haryoto.( 2008). Wajah Bandung Tempo Doeloe. Bandung: Granesia Bandung. Panero, Julius & Zelnik, Martin. Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Jakarta : Erlangga
BAB IV
Konsep dan Tema Perancangan
4.1
Konsep
Hybrid
Setelah dipaparkan secara singkat diatas mengenai penggabungan dua unsur
antara tradisional dan modern, pada bagian ini akan dibahas lebih dalam lagi tentang
penggabungan anatara dua unsur tersebut yang nantinya akan menjadi konsep utama
dalam perancangan proyek ini. Unsur modern yang dominan pada site ini menjadi
latar belakang dari konsep ini. Bangunan yang ada pada sekitar site ini merupakan
bangunan – bangunan yang menjadi citra kota Bandung, bangunan yang paling kuat
citra Bandungnya adalah Gedung Sate, dan tidak jauh dari proyek perancangan
gedung kesenian yang akan dirancang.
Pengertian Hybrid sendiri adalah penggabungan dua unsur yang berlawanan
tetapi tetap mempertahankan karakter unsur - unsur tersebut. Konsep hybrid sendiri
baru mulai dikenal oleh masyarakat umum sejak diterapkannya pada konsep mobil
hybrid. Konsep mobil ini adalah konsep yang menggabungkan dua sistem bahan
bakar, yaitu listrik dan bahan bakar minyak. Konsep hybrid ini tidak hanya bisa
diterapkan pada mobil saja, namun bisa juga diterapkan dalam arsitektur, interior,
97 Konsep hybrid sendiri telah diterapkan di berbagai Negara – Negara maju di
berbagai belahan dunia ini. Namun perkembangan hybrid di Indonesia sendiri masih
belum diterapkan dalam berbagai hal.
Berikut ini adalah gambar – gambar yang merupakan perwujudan dari konsep
hybrid itu sendiri.
Gambar diatas merupakan contoh dari penerapan konsep hybrid, bila
diperhatikan karakter bangunan dan karakter liquidnya tetap berkesinambungan dan
seimbang.
Gambar 51. arsitektur hybrid (Sumber : http://blog.thoughtpick.com)
Gambar diatas ini merupakan penerapan konsep hybrid dalam interior,
penggunaan material – material yang karakternya berbeda dipadukan menjadi satu
kesatuan.
Sedangkan pada proyek perancangan gedung kesenian ini unsur yang
berlawanan disini adalah unsur dari modern dan tradisional. Bisa kita lihat pada
bagan di bawah ini bahwa bangunan kolonial Belanda secara exterior yang mewakili
sisi modern, dan budaya Sunda secara interior mewakili sisi tradisional. Dan
penggabunngan keduanya itu melahirkan konsep hybrid.
99 Gambar diatas ini merupakan gambar yang mewakili modern secara exterior,
dan tradisional secara interior. Bila kita lihat pada gambar di atas, penggabungan
antara modern dan tradisional memang sulit untuk dilakukan, tetapi dalam proyek ini
penggabungan modern dan tradisional sendiri nantinya bisa mewakili kota Bandung
sebagai kota budaya yang kental dengan budaya modern dan tradisionalnya. Dan
secara fungsi bangunan ini juga nantinya akan mendukung untuk menjadikan kota
Bandung sebagai kota budaya.
4.2
Tema Harmonisasi Modern Tradisional
Gambar 46. Modern vs tradisional (Sumber dokumentasi pribadi)
Gambar 53. Denah berbentuk simetris museum geologi Bandung
Secara fisik bangunan, interior bangunan ini memiliki ciri – ciri bangunan
kolonial yang sangat kental. Bisa kita lihat pada denahnya yang berbentuk simetris,
ini merupakan ciri utama dari bangunan kolonial.
Begitu juga dengan keadaan kolom dan bukaan pada bangunan ini yang
secara fisik juga masih mencitrakan bangunan kolonial. Maka dari itu perlu
diperhatikan lagi penggabungan antara modern dan tradisionalnya sendiri. Salah
satunya adalah dengan menggabungkan kolom yang ada dengan bambu yang
merupakan material utama dari budaya Sunda itu sendiri.
101
4.3
Konsep lantai
Gambar 55. Aplikasi bambu pada interior modern (Sumber :
http://hitdecors.com/decors/bamboo-interior-popular-choice/)
Konsep bentuk lantai pada perencanaan proyek sekolah ini menggunakan
pola – pola alam. Ada percampuran antara bentuk geometris dan organik.
Konsep pola pada perencanaan lantai ini menggunakan pola – pola geometrik
linear, dan mengadopsi dari bentuk – bentuk alami yang ada pada alam.
Konsep tekstur pada perencanaan lantai ini menggunakan tekstur yang sedikit
timbul dengan memanfaatkan pola – pola yang ada pada bagan.
Konsep warna disini menggunakan warna – warna yang alami, mulai dari
kuning, hijau, coklat.
Konsep cahaya yang digunakan adalah dengan menggunakan cahaya alami
sebagai sumber penerangan pada saat siang hari. Hal ini bisa juga membuat efek
lantai lebih terlihat hidup karena terkena sinar matahari. Dan pada malam hari akan
memanfaatkan hidden lamp, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai wayfinding.
Konsep material yang akan digunakan adalah material – material yang sesuai
dengan filosofi kehidupan Sunda itu sendiri. Material utama adalah bambu,
sedangkan material pendukung berupa stainless steel yang akan digunakan sebagai
detail.
4.4
Konsep dinding
Konsep bentuk dinding akan menggunakan bentuk – bentuk linear. Garis
horizontal dan vertical akan dimanfaatkan disini. Bentuk ini pun nantinya akan
mendukung terhadap peaplikasian alat musik Sunda sebagai elemen interior.
Konsep pola pada dinding ini akan memakai pola yang linear juga. Pola
103
Konsep tekstur akan menggunakan material yang sedikit kasar, sehingga
mencegah orang untuk bersender ke dinding. Selain untuk melindungi alat musik
sebagai display dinding, dan juga untuk mencegah user supaya tidak berkumpul dan
merusak sirkulasi ruang.
Konsep warna disini akan menggunakan warna yang tidak terlalu berbeda
dengan lantai sehingga warna yang dihasilkan akan seimbang.
Konsep cahaya yang akan digunakan pun masih sama, alami dan buatan.
Tetapi pencahayaan pada dinding akan menggunakan spot light sebagai pencahayaan
yang digunakan untuk alat musik yang diaplikasikan ke dinding.
Tabel 4. Konsep ceiling
Konsep material disini akan menggunakan bambu juga, dan tetap
menggunakan stainless steel sebagai detailnya.
4.5
Konsep
ceiling
konsep bentuk yang akan digunakan pada ceiling adalah bentuk – bentuk
yang linear tetapi diberi unsur organik seperti gambar disamping ini.
Konsep pola ceilingnya pun masih sama dengan pola dinding dan lantai.
Konsep tekstur akan menggunakan tekstur yang halus dan shiny sehingga
105
Konsep warna pun tetap akan lebih dominan ke warna coklat, tapi tetap ada
warna hijau dan kuning sebagai detailnya.
Konsep cahaya akan menggunakan cahaya alami, dengan bukaan – bukaan
yang besar dari atas. Serta memanfaatkan pemakaian material bambu untuk menbuat
efek seperti gambar disamping ini.
Konsep material akan didominasi oleh bambu yang berwarna kecoklatan.
4.6
Klasifikasi Pengelompokkan Alat Musik dan Tari Tradisional
Sunda
Klasifikasi Pengelompokkan Alat Musik Tradisional Sunda
Dimensi (cm) Kelompok Jenis Nama Alat Musik
P L T d
1 Petik Kacapi Indung
Kacapi Gelung Kacapi Parahu Kacapi Pantun 150 150 150 150 30 30 30 30 40 40 40 40 - - - -
2 Petik Kacapi Tembang
Kacapi Rincik Kacapi Siter Kacapi Kawih 150 100 120 120 30 30 30 30 40 40 40 40 - - - -
3 Gesek Tarawangsa
Rebab - - 25 35 90 80 - -
4 Tiup Suling
Toleat Suling Kumbang 70 40 40 - - - - - - 2 2 2
5 Tiup Bangsing
Karinding 10 2 - -
6 Pukul Celempung
Angklung 90 60 - 35 - - 35 -
7 Pukul Calung Rantay
Calung Gambang Calung Jinjing 120 21 70 40 - - - - 70 - 90 -
8 Pukul Gambang
Kendang 120 45 40 - 45 - - 5,5
9 Pukul Dogdog
Tarebang/Rebana Saron 30 - 45 - - 20 - - 23 7 35 -
10 Pukul Bonang
Goong 120 - 50 - 40 120 - 105 Main Display Gamelan Degung Gamelan Salendro Pelog
Klasifikasi Pengelompokkan Tari Tradisional Sunda
Kelompok Nama Tarian
Main Display Tari Merak
1 Tari Kupu-kupu
2 Tari Sulintang
3 Tari Ratu Graeni
4 Tari Tenun
5 Tari Tayub
6 Tari Pencak Silat
107 Tari Topeng Cirebon Pamindo
8 Tari Topeng Cirebon Patuh
Tari Topeng Cirebon Jingga Anom
9 Tari Topeng Cirebon Kelana
Tari Topeng Cirebon Samba
10 Tari Jaipong
4.7 Perancangan Layout
Lokasi site yang strategis, mendukung fungsi utama dari proyek perancangan
ini sendiri yang dimana fungsinya lebih ke arah pendidikan melalui budaya
tradisional. Bangunan pada lokasi ini keberadaannya sangat mendukung dari proyek
perancangan yang dirancang.
Bentuk layout yang simetris memudahkan untuk mengaplikasikan sense
Sunda itu sendiri. Setiap lantai pada proyek ini dirancang untuk merangkul
masyarakat luas baik lokal maupun mancanegara. Pada denah lantai 1, fungsi yang
disediakan lebih ke arah melayani publik, mulai dari concert hall, perpustakaan,
lounge, dan sanggar musik serta tari. Sebagian besar untuk proyek ini menggunakan
bambu sebagai material utama yang mengacu kepada konsep hybrid. Perpaduan
modern dan tradisional yang mempunyai karakter masing – masing yang kuat. Bisa
diperhatikan, pembagian ruangnya lebih ke arah simetris, ini mengacu juga kepada
budaya tradisional Sunda yang teratur. Dengan penggunaan bambu pada interior
akan lebih mendukung suasana Sunda yang memang sedari dulu sudah memakai
bambu sebagai material utama untuk melangsungkan kehidupannya. Bentuknya yang
berbeda – beda dan terkadang tidak simetris, tetapi bila bisa diolah dengan baik akan
menghasilkan interior yang sifatnya lebih dinamis walaupun bentuknya simetris
secara layout.
109 Pada lantai 2, ruangannya difungsikan sebagai museum alat musik dan tari
tradisional Sunda. Pada ruangan ini pembagian ruangan dibagi berdasarkan
bendanya, dibagi menjadi 2 yaitu museum alat musik tradisional dan museum tari
tradisional. Kedua – duanya mempunyai unsur yang erat kaitannya dan saling
membutuhkan satu sama lain. Bentuk layout yang simetris membuat ruangan ini
mempunyai sirkulasi yang linear.
Keadaan interior pada ruangan ini juga didukung dengan material utama
yaitu bambu. Hampir seluruh ruangan ini didominasi oleh bambu. Mood yang
dimunculkan disini adalah mood yang santai, menyenangkan dan bisa
diterima dengan baik oleh para usernya sendiri.
Pada potongan general pun tampak bahwa ritme yang ada pada
perancangan ini tetap dipertahankan. Dengan mengadopsi salah satu bentuk
rumah Sunda yang bernama julang ngampak. Dari bentuk rumah tersebut,
diambil salah satu ciri khasnya yang sangat mencolok, yaitu pada bagian
atapnya ada bambu atau kayu yang berbentuk huruf “X”. Dan dari ciri khas
tersebut maka munculah ide untuk mengaplikasikannya ke dalam interior.
Bentuk bambu yang kaku tidak membuat perancangan interior ini terasa
kaku. Bisa dilihat pada ruangan concert hall bahwa pengaplikasian bentuk
“X” tersebut bisa menghasilkan sesuatu yang dinamis.
111
Ruangan diatas merupaka ruangan dari concert hall , yang dimana
tempat ini merupakan tempat pertunjukan dari musik dan tari tradisional
Sunda. Dengan adanya suatu tempat yang mengutamakan budaya sebagai
fungsi utamanya maka diharapkan juga tempat ini bisa membangkitkan
gairah budaya yang semakin terkikis keberadaannya. Ruangan ini juga
dilengkapi dengan fasilitas kursi yang terbuat dari material bambu dan besi,
yang dimana dari kedua material ini merupakan karakter modern dan karakter
[image:30.595.170.489.111.344.2]tradisional itu sendiri.
Penggunaan bambu juga mendukung untuk akustik ruang, resonansinya yang
baik bisa meredam suara, dan didukung juga dengan memakai acoustic board yang
diletakan dibelakang bambu. Selain itu dipakai juga material parquete yang berwarna
coklat yang mendukung untuk akustik ruang maupun kenyamanan pada saat
berjalan. yang Ligthing pada ruangan inin juga didominasi oleh lampu yang
berwarna kuning agar muncul kesan nyaman.
[image:31.595.168.476.93.309.2]a
Gambar 61. Concert hall floor plan Sumber : pribadi
[image:31.595.178.467.526.729.2]113 Bila kita lihat pada gambar diatas, bentuk dinamis itu dihasilkan oleh bentuk
– bentuk kaku dari bambu dan dengan mengadopsi bentuk dari atap rumah Sunda
yang telah dibahas sebelumnya, yaitu julang ngampak. Sebelum masuk ke ruangan
ini terdapat suatu ruangan lounge sebagai ruang antara dari concert hall terhadap
ruangan yang lainnya. Di lounge ini pun material bambu tetap menjadi pilihan
utama, di lounge ini terdapat saung yang mengadopsi juga dari bentuk julang
[image:32.595.160.455.66.274.2]ngampak.
Gambar 62. Concert hall ceiling plan Sumber : pribadi
[image:32.595.150.455.552.763.2]Pada bagian Museum, terdapat lorong – lorong yang merupakan akses
sekaligus untuk display alat musik dan tarian Sunda sendiri. Dan pada bagian display
pun dirancang agar bagian display menyatu dengan elemen interior yang terdapat
[image:33.595.133.501.182.379.2]pada ruangan museum ini.
Perancangan Gedung Kesenian Musik dan Tari Tradisional Jawa
Barat
Dengan Konsep
Hybrid
Pengantar Karya Tugas Akhir
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Program Strata
Satu di Program Studi Desain Interior
Disusun Oleh :
Andica Brawijaya (0663116)
JURUSAN DESAIN INTERIOR
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN
Perancangan “Gedung Kesenian Musik dan Tari Tradisional Jawa
Barat
”
Dengan Konsep
hybrid
Dengan ini saya menyatakan bahwa
Isi CD-Room Laporan Tugas Akhir sama dengan hasil revisi akhir.
Bandung, 18 Juni 2011
(Andica Brawijaya)
NRP : 0663116
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
(Ir. Heru Susanto, M.Sn) (Sriwinarsih Maria Kirana, S.Ssn)
NIK : 620024 NIK : 630059L
Mengetahui,
Ketua Jurusan S1 Desain Interior
(Krismanto Kusbiantoro, ST., M,Ars)
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LAPORAN TUGAS AKHIR
Dengan ini, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Andica Brawijaya
NRP : 0663116
Fakultas/Jurusan : S-1 Desain Interior Arsitektur
Menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah benar merupakan
merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.
Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar
adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala
konsekuensinya.
Demikianlah pernyataan ini saya buat.
Bandung, 18 Juni 2011
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI
LAPORAN TUGAS AKHIR
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Andica Brawijaya
NRP : 0663116
Fakultas/Jurusan : S-1 Desain Interior Arsitektur
Dengan ini, saya menyatakan bahwa
1. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti noneksklusif (Non
Eksklusif Royalti- Free Right) atas laporan tugas akhir saya yang berjudul
“Gedung Kesenian Musik dan Tari Tradisional Jawab Barat”
2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalih
mediakan/ mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk
softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
3. Saya bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi, tanpa
melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk
tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya tugas
akhir saya ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bandung, 18 Juni 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga
laporan Tugas Akhir “Gedung Kesenian Musik dan Tari Tradisional Jawa Barat”
ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan mata
kuliah Mayor Desain Interior Arsitektur VI atau Tugas Akhir (TA) pada semester
genap tahun ajaran 2010-2011 jurusan Desain Interior S1 Fakultas Seni Rupa dan
Desain, Universitas Kristen Maranatha.
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya berkat dukungan
dari kedua orang tua, keluarga, teman-teman dan rekan-rekan yang telah membantu
dalam proses pelaksanaan sampai pengumpulan gambar kerja dan laporan sehingga
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya.
2. Bapak Gai Suhardja, Phd, selaku Dekan FSRD Maranatha.
3. Bapak Krismanto Kusbiantoro, ST., M.Ars, selaku Ketua Jurusan Desain
Interior Arsitektur Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Kristen
Maranatha.
4. Bapak Ir. Heru Susanto, M.Sn, selaku dosen pembimbing 1 yang telah
banyak memberikan bantuan serta membina dan membimbing penulis
selama melaksanakan Tugas Akhir.
5. Ibu Sriwinarsih Maria Kirana, S.Ssn, selaku dosen pembimbing 2 Tugas
akhir yang telah banyak memberikan bantuan serta membimbing selama
penulis melaksanakan Tugas Akhir.
6. Keluarga yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan Tugas
Akhir.
7. Seluruh teman dan rekan yang telah mendukung dan membantu penulis
Penulis menyadari sepenuhnya laporan ini masih jauh dari sempurna,
mengingat terbatasnya pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki penulis. Penulis
berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi semua pihak khususnya bagi pihak
institusi akademik, penulis, maupun para pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna melengkapi laporan ini yang masih jauh dari sempurna.
Bandung, 18 Juni 2011