PENDAMPINGAN KELUARGA KKN PPM UNUD PERIODE XIII TAHUN 2016
DESA : PERANCAK
KECAMATAN : JEMBRANA
KABUPATEN : JEMBRANA
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS UDAYANA
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktu yang
telah ditentukan.
Adapun penulisan laporan ini merupakan syarat guna memenuhi laporan
KKN PPM periode X. Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi
penyempurnaan karya ilmiah ini untuk selanjutnya dapat menjadi lebih baik dan
bermanfaat.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
Perancak, 26 Agustus 2016
DAFTAR ISI
Halaman judul ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGANError! Bookmark not defined. 1.1 Profil Keluarga Dampingan ... 1
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan ... Error! Bookmark not defined. 1.2.1 Pendapatan Keluarga ... 2
1.2.2 Pengeluaran Keluarga ... 2
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH... 4
2.1 Permasalahan Keluarga ... 4
2.2 Masalah Prioritas ... 5
BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH ... 6
3.1 Program ... 6
3.2 Jadwal Kegiatan ... 8
BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA ... 11
4.1 Pelaksanaan ... 11
4.1.1 Waktu ... 11
4.1.2 Lokasi ... 11
4.1.3 Kegiatan Pelaksanaan ... 11
4.2 Hasil Pendampingan Keluarga ... 12
4.3 Kendala Pendampingan Keluarga ... 13
BAB V PENUTUP ... 14
5.1 Simpulan ... 14
BAB I
GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1Profil Keluarga Dampingan
No. Nama Status Umur
(Th) Pendidikan Pekerjaan
Status Hubungan Dalam Keluarga
1. Ni Ketut Senti
Cerai
Mati 76
Tidak /
Belum
Sekolah
- Kepala Keluarga
Ibu Ni Ketut Senti merupakan wanita kelahiran Desa Perancak pada tanggal 29
Desember 1940. Ibu Ni Ketut Senti merupakan istri dari almarhum I Nyoman Mudra
yang telah wafat 2 tahun yang lalu. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai 9 anak,
yaitu 6 anak perempuan dan 3 anak laki – laki. Saat ini beliau tinggal bersama dengan
anak wanita beliau yang tidak menikah yaitu Ni Wayan Meli yang bekerja membuat
porosan dan tiga anak laki – laki yang sudah berkeluarga yaitu Nengah Suparka
bekerja sebagai kelian adat Banjar Lemodang, Nyoman Parta Yadnya, dan Made
Parmita Yasa yang masing – masing berprofesi sebagai buruh bangunan. Beliau
tinggal di perbatasan Banjar Lemodang dan Banjar Perancak.
Ibu Ni Ketut Senti tidak bisa bekerja dikarenakan kondisinya yang tidak
memungkinkan untuk berjalan. Dua tahun yang lalu Ibu Ketut Senti mengalami
kecelakaan karena ditabrak oleh pengendara sepeda motor sehingga tulang tibianya
mengalami fraktur. Pengobatan yang dilakukan adalah pengobatan secara medis dan
juga dibawa ke tukang pijat. Setelah mengalami pengobatan Ibu Ketut Senti bisa
karena beliau mengalami osteoporosis karena faktor usia. Sejak saat itu Ibu Ketut
Senti masih trauma untuk berjalan. Dari hasil pengukuran tekanan darah didapatkan
hasil 110 untuk sistole dan 70 untuk diastole sehingga Ibu Ketut Senti masuk ke
kategori tekanan darah rendah sehingga beliau sering mengeluh merasa pusing
sehingga menjadi faktor penghambat untuk kembali bisa berjalan. Sehingga untuk
memenuhi kebutuhannya sehari – hari, Ibu Ketut Senti hanya mengandalkan
pemberian dari anak – anaknya.
Ibu Ketut Senti tinggal di rumahnya yang sangat sederhana. Rumah yang beliau
tempati sekarang merupakan bantuan dari pemerintah Kabupaten Jembrana. Kondisi
rumah bisa dikatakan cukup layak yaitu terdiri dari 2 kamar, lantai dari semen,
dinding dari batako, dan beratap genteng. Untuk listrik, menggunakan listrik dari
rumah anak beliau dengan daya 450 watt dan sumber air berasal dari sumur manual.
Untuk kamar mandi kondisi sangat tidak layak karena tidak ada atapnya dan
menggunakan kloset jongkok sehingga Ibu Ketut Senti sangat kesulitan untuk
melakukan aktivitas buang air besar.
1.2Ekonomi Keluarga Dampingan 1.2.1 Pendapatan Keluarga
Ibu Ketut Senti tidak memiliki pekerjaan dikarenakan kondisinya yang sudah
tua dan tidak memungkinkan untuk berjalan sehingga beliau hanya
mengandalkan ketiga anaknya untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.
Terkadang beliau hanya membantu anaknya dan memantunya untuk membuat
alat dan sarana upakara seperti porosan, canang, dan banten bila kondisi
beliau memungkinkan. Pendapatan anak beliau yaitu Nengah Suparka sebesar
Rp 600.000, Wayan Meli Rp 30.000, dan kedua anak beliau Nyoman Parta
Yadnya, dan Made Parmita Yasa pendapatannya tidak menentu sebagai buruh
bangunan.
Pengeluaran Ibu Ketut Senti hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari –
hari seperti makan. Untuk keperluan makan sehari-hari, ibu Ketut Senti
memerlukan biaya kurang lebih Rp 10.000 untuk lauk karena Ibu Ketut Senti
sudah menerima bantuan RASKIN yang diberikan setiap bulannya dan beliau
hanya membayar Rp 25.000 untuk 25 kg beras. Untuk keperluan kesehatan
ibu Ketut Senti biasanya menerima uang dari anak – anak beliau, selain itu
beliau juga sudah memiliki Kartu Indonesia Sehat dan JKBM. Dalam sebulan
Ibu Ketut Senti mengeluarkan biaya kurang lebih Rp 300.000 yang berasal
dari anak – anak beliau.
BAB II
IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH 2.1 Permasalahan Keluarga
2.1.1 Keuangan
Permasalahan keuangan yang dialami oleh Ibu Ketut Senti dikarenakan beliau
tidak mampu bekerja karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan. Untuk
memenuhi keperluannya sehari – hari Ibu Ketut Senti hanya mengandalkan uang
yang diberikan oleh anak beliau yang bekerja sebagai seorang buruh bangunan.
Tentunya ini akan sulit jika keluarga dari anak beliau juga membutuhkan untuk
keperluan hidup mereka seperti keperluan makan, sekolah, kesehatan dan iuran di
masyarakat.
2.1.2 Kesehatan
Permasalahan kesehatan yang dialami oleh Ibu Ketut Senti adalah beliau belum
mampu berjalan karena trauma yang beliau alami. Selain itu, tekanan darah beliau
yang rendah menyebabkan beliau sering merasa pusing dan cepat lelah sehingga
sulit untuk melakukan aktivitas sehari – hari. Untuk dapat beraktivitas beliau
memerlukan bantuan dari seseorang. Selain itu menu makanan sehari – hari
berupa nasi, sayur, terkadang berisi lauk seperti ikan dan daging sehingga gizi
yang dibutuhkan tubuh tidak terpenuhi.
2.1.3 Sosial Budaya
Masalah sosial nampaknya sangat erat dengan kehidupan bermasyarakat.
Terutama sebagai orang Bali yang diwajibkan untuk mengikuti adat istiadat dan
terlibat secara intensif dalam berbagai kegiatan religious dan komunal. Untuk
kegiatan yang diadakan pada banjar, Ibu Ketut Senti tidak bisa aktif berpartisipasi
2.2 Masalah Prioritas
Dari hasil kunjungan yang dilaksanakan, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah prioritas yang dialami oleh Ibu Ketut Senti. Masalah pertama adalah
mengenai kesehatan Ibu Ketut Senti yang membuat beliau terbatas dalam
melakukan aktivitas sehari – hari. Ibu Ketut Senti tidak bisa bekerja sehingga hal
ini berdampak pada perekonomian beliau. Beliau kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari. Selain itu, interaksi sosial juga akan berkurang karena
beliau tidak bisa aktif untuk bersosialisasi dan mengikuti kegiatan yang diadakan
BAB III
USULAN PENSOLUSIAN MASALAH 3.1 Program
Berdasarkan beberapa masalah di atas, pendamping mengambil semua masalah yang
harus dicarikan pemecahannya sehingga dapat membantu dan meningkatkan tingkat
kehidupan keluarga yang di dampingi. Adapun program yang dibuat adalah :
3.1.1 Melatih Kemampuan Berjalan
Ibu Ketut Senti mengalami keterbatasan dalam hal fisik dikarenakan trauma
akibat kecelakaan yang beliau alami 2 tahun lalu. Kecelakaan tersebut mengakibatkan
fraktur pada tulang tibia beliau sehingga beliau kesulitan untuk berjalan, ditambah
dengan usia yang sudah tua sehingga proses pemulihan memerlukan waktu yang
lama. Kegiatan ini dimulai dengan pengecekan tekanan darah untuk menentukan
dosis latihan yang akan diberikan. Setelah itu adalah memeriksa apakah ada keluhan
lain yang menghambat proses pemulihan seperti nyeri ataupun keterbatasan gerak
sendi. Untuk latihan pertama dalah berupa gerak pasif dan aktif pada tungkai atas dan
bawah serta kaki. Setelah ini Ibu Ketut Senti juga diajarkan untuk kembali mengenal
sensasi halus dan kasar pada telapak kaki untuk persiapan kembali berjalan. Setelah
itu Ibu Ketut Senti diberikan alat bantu untuk membantu dalam proses belajar
berjalan. Dalam program ini pendamping juga ditemani cucu beliau yaitu Wayan
Suryanata untuk membantu memberi motivasi dan ikut melatih berjalan.
3.1.2 Membantu Pembuatan dan Pemasaran Porosan
Program ini dilakukan untuk membantu perekonomian Ibu Ketut Senti yang
terbatas dalam melakukan kegiatan sehari –hari. Pekerjaan ini bisa dilakukan kapan
saja dan dalam posisi duduk. Perlengkapan untuk membuat porosan harus disiapkan
Senti yang sudah terbiasa membuat porosan bisa langsung membuatnya. Untuk satu
kresek porosan biasanya dijual seharga Rp 3.500 pada pengepul. Ditargetkan dalam
sehari Ibu Ketut Senti bisa mengerjakan 2 kresek porosan untuk dijual. Selain itu
pemasaran porosan Ibu Ketut Senti juga dilakukan untuk warga yang menjual sarana
upakara seperti canang dan banten yang memerlukan porosan sehingga porosan tidak
hanya dijual ke pengepul.
3.1.3 Pemberian Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan Sembako
Ibu Ketut Senti dan keluarga sebenarnya memiliki pekarangan yang cukup
luas. Posisi rumah yang dekat dengan pantai membuat tanah sekitar pekarangan
cukup kering sehingga tidak banyak tanaman yang bisa tumbuh subur. Hanya ada
beberapa tanaman seperti kamboja dan beberapa tanaman bunga. Oleh karena itu
pendamping berinisiatif untuk memberikan tanaman obat keluarga yaitu kayu putih.
Kayu putih memiliki manfaat untuk kesehatan dan mampu tumbuh di dataran rendah
serta tahan panas. Kayu putih biasanya dimanfaatkan untuk ramuan yang berfungsi
untuk menghangatkan tubuh saat musim dingin, untuk menghilangkan insomnia,
mengobati demam dan flu, serta mengurangi nyeri akibat rematik dan asam urat.
3.1.4 Pemberian Pelajaran Tambahan untuk Anggota Keluarga Yang Sedang Bersekolah
Ibu Ketut Senti memiliki 5 orang cucu yang masih duduk di bangku sekolah
dasar. Untuk meningkatkan minat belajar cucu Ibu Ketut Senti, pendamping
memberikan pelajaran tambahan seusai pelajar di sekolah. Pelajar yang diberikan
meliputi matematika dan bahasa inggris karena dirasa pelajar itulah yang kurang
dipahami. Pelajaran tambahan diberikan 2 kali seminggu dan juga isidental ketika
anak – anak ingin membahas pelajarn ataupun PR yang diberikan. Pelajaran diberikan
selama 1 jam dan memberikan mereka latihan untuk memantapkan pelajaran yang
3.2 Jadwal Kegiatan
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah seperti berikut :
Tabel 3.2 Agenda Kegiatan Kunjungan Mahasiswa ke KK Dampingan
No Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Waktu Durasi 1 Rabu, 27 Juli 2016 Rapat Koordinasi membahas KK
dampingan
21.00 –
22.00 1 jam
2 Sabtu, 30 Juli 2016
Survey ke rumah KK Dampingan
sekaligus berkenalan dengan Ibu Ketut
Senti
15.00-18.00 3 jam
3 Minggu, 31 Juli 2016
Berkunjung dan berdiskusi tentang
kehidupan Ibu Ketut Senti
13.00-16.00 3 jam
4 Selasa, 2 Agustus 2016
Memeriksa tekanan darah Ibu Ketut
Senti dan mengecek kondisi kesehatan
yang lainnya dan memberikan edukasi
16.00 –
19.00 3 jam
5 Rabu, 3 Agustus 2016
Mengetahui dan mencari tahu
informasi lebih detail mengenai
keluarga Ibu Ketut Senti
14.00-18.00 4 jam
6
Kamis, 4 Agustus
2016
Memberikan pelajaran tambahan
kepada cucu Ibu Ketut Senti yang
masih bersekolah
18.00-20.00 2 jam
7
Jumat, 5 Agustus
2016
Membantu mencari bahan – bahan
untuk keperluan pembuatan porosan
dan memeriksa kaki Ibu Ketut Senti
yang nyeri
09.00 –
14.00 5 jam
8 Sabtu, 6 Agustus 2016
Memberikan terapi infrared, massage
dan latihan pada kedua tungkai untuk
09.00 –
persiapan belajar berjalan
9 Minggu, 7 Agustus 2016
Membantu pembuatan porosan dan
berbincang – bincang dengan keluarga
Ibu Ketut Senti
13.00 –
17.00 4 jam
10 Senin, 8 Agustus 2016
Memberikan latihan pasif dan aktif
ROM pada tungkai serta melatih
kembali sensasi pada telapak kaki
13.00 –
17.00 4 jam
10 Selasa, 9 Maret 2016
Berkunjung ke kediaman Ibu Ketut
Senti untuk bersilaturahmi
mengakrabkan kembali dengan
anggota keluarga dan memantau
kesehatan Ibu Ketut Senti
15.00 –
19.00 4 jam
12 Jumat, 12 Agustus 2016
Memberikan pelajaran tambahan untuk
cucu Ibu Ketut Senti dan membantu
membuat porosan
14.00 –
18.00 4 jam
13 Sabtu, 13 Agustus 2016
Menemani Ibu Ketut Senti untuk
berlatih berjalan dan berbincang –
bincang dengan keluarga
13.00 –
18.00 5 jam
14 Minggu, 14 Agustus 2016
Memberikan tanamam obat keluarga
untuk ditanam di pekarangan rumah
dan memberikan penjelasan mengenai
manfaat tanaman obat keluarga dan
melakukan pengumpulan data keluarga
kurang mampu di Banjar Lemodang
12.00 –
18.00 6 jam
15 Senin, 15 Agustus 2016
Berbincang – bincang dengan keluarga
dan memberikan pelajaran tambahan
ke cucu Ibu Ketut Senti
16.00 –
16 Selasa, 16 Agustus 2016
Membantu Ibu Senti dan keluarga
untuk membuat porosan
13.00 –
17.00 4 jam
17 Kamis, 18 Agustus 2016
Membantu Ibu Ketut Senti untuk
berlatih berjalan
13.00 –
18.00 5 jam
18 Jumat, 19 Agustus 2016
Berkunjung untuk menginfokan
mengenai pelatihan pembuatan abon
ikan kepada menantu Ibu Ketut Senti
sekaligus membicarakan pemasaran
porosan ke warga sekitar
14.00 –
17.00 3 jam
19 Sabtu, 20 Agustus 2016
Membantu Ibu Ketut Senti untuk
berlatih berjalan sekaligus berbincang -
bincang
13.00 –
18.00 5 jam
20 Senin, 22 Agustus 2016
Memberikan pelajaran tambahan ke
cucu Ibu Ketut Senti dan membantu
pembuatan porosan
13.00 –
18.00 5 jam
21 Selasa, 23 Agustus 2016
Membantu Ibu Ketut Senti untuk
berlatih berjalan
13.00 –
18.00 5 jam
21 Rabu, 24 Agustus 2016
Memberikan pelajaran tambahan ke
cucu Ibu Ketut Senti dan membantu
Ibu Ketut Senti untuk latihan berjalan
13.00 –
18.00 5 jam
22 Jumat, 26 Agustus 2016
Memeriksa kondisi kesehatan Ibu
Ketut Senti dan memeberikan bantuan
berupa sembako
13.00 –
18.00 5 jam
BAB IV
PELAKSANAAN, HASIL, DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA 4.1 Melatih Kemampuan Berjalan
Saat kunjungan pertama kali ke rumah Ibu Ketut Senti dan melihat kondisi
beliau. Beliau hanya bisa tidur dan duduk tanpa melakukan kegiatan apapun. Kondisi
kaki pasca mengalami trauma fraktur cukup memprihatinkan karena tulang tibia tidak
menyatu dengan sempurna, hal ini bisa diakibatkan karena penangan yang salah.
Berdasarkan cerita yang diutarakan, saat fraktur beliau berobat ke tukang pijat bukan
ke rumah sakit untuk menerima penanganan dari tenaga medis yang sudah
professional. Oleh karena itu pemulihan yang didapatkan pun tidak optimal. Beliau
bisa memfleksikan dan mengekstensikan kaki namun tidak berani untuk berdiri dan
berjalan. Oleh karena itu, pendamping memberikan terapi infrared, massage, dan
latihan aktif dan pasif ROM. Selain itu untuk melatih sensoris Ibu Ketut Senti dilatih
untuk menyentuh permukaan yang halus dan kasar pada bagian telapak kaki. Kendala
yang dialami selama melatih kemampuan berjalan adalah adanya rasa trauma pada
diri Ibu Ketut Senti untuk kembali berjalan. Beliau takut aka nada fraktur lagi pada
kakinya, sehingga untuk melatih berjalan harus ditemani oleh cucu beliau yang
bernama Wayan Suryanata agar beliau merasa aman. Sehingga beliau hanya mau
melakukan latihan ketika ditemani oleh cucunya saja. Hal ini membuat program
latihan yang dilakukan tidak teratur. Selain itu terbatasnya alat bantu untuk berjalan
membuat proses pemulihan menjadi lama. Latihan hanya dibantu memegang secara
manual. Kemajuan yang bisa dilihat yaitu Ibu Ketut Senti sudah mampu untuk
menggerak – gerakan kakinya dan sudah mulai berani untuk berdiri dan berjalan
sedikit – sedikit dengan dipapah.
Program ini dilakukan mulai dari awal untuk mempersisapkan bahan – bahan
membuat porosan antara lain, daun mangga, daun sirih yang sudah dikeringkan, daun
kelapa yang berwarna hijau dan perlengkapan lainnya. Persiapan ini dibantu oleh
anak beliau yang bernama Wayan Weli, karena Ibu Wayan sudah biasa membuat
porosan. Saat hari – hari pertama pembuatan, Ibu Ketut Senti terlihat agak kesusahan
karena sudah lama beliau tidak membuat porosan. Waktu pembuatan porosan pun
terbilang cukup lama. Dari awal target sehari mendapat dua kresek namun
kenyataannya sehari hanya mampu dibuat satu kresek mengingat kondisi beliau yang
kadang – kadang merasa lelah dan pusing. Porosan dibuat dan dikumpulkan
kemudian pemasarannya dibantu oleh anak – anak beliau. Satu kresek dijual dengan
harga Rp 3.500. Setidaknya dengan kegiatan ini, Ibu Ketut Senti mampu
mengahasilkan uang tanpa harus mengandalkan uang dari anak – anak beliau.
3.1.3 Pemberian Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan Sembako
Pemberian tanaman obat keluarga diserahkan kepada anak beliau yaitu Made Parmita
Yasa pada pukul 10.00 Wita di rumah Ibu Ketut Senti. Tanaman obat yang diberikan
adalah tanaman kayu putih. Tanaman di tanam di pekarangan rumah bagian depan
kemudian disiram dengan air. Setelah pemberian tanaman lalu diberikan penjelasan
mengenai tanaman kayu putih dan khasiatnya untuk meredakan berbagai penyakit,
salah satunya adalah untuk memberikan rasa hangat pada tubuh. Kendala yang
dirasakan adalah kurangnya pengetahuan untuk mengolah tanaman obat agar mampu
digunakan sebagai salah satu pengobatan herbal
3.1.4 Pemberian Pelajaran Tambahan untuk Anggota Keluarga Yang Sedang Bersekolah
Pelajaran tambahan diberikan 2 kali seminggu dan juga isidental ketika anak –
anak ingin membahas pelajaran ataupun PR yang diberikan. Pelajaran diberikan
selama 1 jam dan memberikan mereka latihan untuk memantapkan pelajaran yang
terbantu untuk memecahkan soal – soal yang diberikan dari sekolah. Namun tidak
semua cucu beliau mau untuk mengikuti pelajaran tambahan karena da beberapa yang
merasa lebih baik bermain dibandingkan untuk belajar. Selain itu tingkat pengetahuan
yang masih rendah sehingga pendamping harus menjelaskan secara mendetail dari
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan
1. KKN PPM Universitas Udayana merupakan salah satu bentuk perwujudan
pengabdian kepada masyarakat melalui pembelajaran pemberdayaan masyarakat
secara langsung dan terpadu. Salah satu program dalam KKN PPM ini adalah
program KK Dampingan yang bertujuan untuk membantu pemberdayaan keluarga
yang didampingi
2. Keluarga Dampingan tersebut adal Ibu Ketut Senti yang berusia 76 tahun. Masalah
yang beliau alami adalah kesehatan dan ekonomi. Beliau tidak memiliki pekerjaan
karena tidak mampu berjalan setelah mengalami kecelakaan.
3. Terdapat beberapa kendala seperti susahnya mencocokkan waktu dengan keluarga
dampingan dan ada program yang belum selesai dilakukan
5.2 Rekomendasi 1. Bagi Pemerintah
Rekomendasi kepada Pemerintah daerah agar senantiasa memperbaharui data
tentang keluarga miskin dan membuat lebih banyak program pemberdayaan
masyaraka menengah ke bawah yang bertempat tinggal di daerah pedesaan.
2. Bagi Universitas Udayana
Program pendampingan keluarga ini selayaknya terus dilanjutkan di KKN
PPM periode berikutnya hanya saja mekanisme pendampingan keluarga harus
diperjelas. Begitupula dengan pemenuhan jam pendampingan keluarga yang
sebaiknya dikurangi sehingga tidak berbenturan dengan pelaksanaan program pokok
dan program bantu.
Masyarakat diharapkan lebih peka terhadap lingkungan sekitar terutama untuk
membantu keluarga pra-sejahtera menangani masalah mereka dan ikut membantu
program pemerintah untuk mengurangi jumlah masyarakat yang berada di bawah
DAFTAR PUSTAKA
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 2016. Buku Pedoman
Lampiran
Gambar 1. Kunjungan pertama kali ke
[image:24.612.114.531.459.674.2]rumah Ibu Ketut Senti
Gambar 3. Memberikan pelajaran
tambahan kepada cucu Ibu Ketut Senti