• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Panjang Alat Tangkap Purse Seine Dengan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera (Pps) Lampulo, Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Panjang Alat Tangkap Purse Seine Dengan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera (Pps) Lampulo, Aceh"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

396

Hubungan Panjang Alat Tangkap Purse Seine Dengan Hasil

Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera (Pps) Lampulo,

Aceh

The Correlation of The Purse Seine Long and Catches Volume in

Lampulo Ocean Fishing Port, Aceh

Khairul Anwar1*, Chaliluddin1, Alvi Rahmah2

1

Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Kelautan Dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh. 2Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Kelautan Dan Perikanan, Universitas

Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh. *email korepondensi: khairulanwarbrt@gmail.com

ABSTRACT

PPS Lampulo is the only ocean fishing port in the province of Aceh, with the number of purse seine vessels that landed catch of 259 unit purse seine vessels. This research took place at lampulo fishing port during is 1st of February, 2017 - 28th of February, 2017. The purpose of this study is to investigate the correlation between long fishing gear with the catch. The samples of this study were 18 with the size of fishing equipment 800 meters, 1000 meters and 1200 meters. The result of this study showed that the value of “r” is 0,62, which mean that the correlation between long fishing gear and catch is quite closely. Thus, it can be concluded that by extending the fishing gear will increase the catch. The most caught fish from the three sizes of fishing gear were skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) as much as 106.919 kilogram, followed by tuna fish (Euthynnus affinis) of 49.740 kilogram, scads (Decapterus sp) 20.460 kilogram and the least caught fish is rainbow runner (Elagatis bipinulata) of 4.177 kilogram.

Keywords: The long of fishing gear, purse seine, catch ABSTRAK

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo merupakan satu-satunya pelabuhan samudera yang ada di Provinsi Aceh, dengan jumlah kapal purse seine yang mendaratkan hasil tangkapan sebanyak 259 unit kapal purse seine. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan mulai dari tanggal 1 Februari sampai dengan tanggal 28 Februari 2017 bertempat di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo dengan tujuan untuk mengetahui hubungan panjang alat tangkap dengan hasil tangkapan. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 18 kapal dengan ukuran alat tangkap 800 meter, 1000 meter, dan 1200 meter. Hasil analisis hubungan panjang jaring dengan hasil tangkapan diperoleh nilai “r” sebesar 0,62 yang berarti hubungan antara panjang jaring dengan hasil tangkapan cukup erat, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa dengan adanya penambahan panjang alat tangkap maka hasil tangkapan juga akan semakin banyak. Jenis ikan yang paling banyak tertangkap dari ketiga ukuran alat tangkap adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) sebanyak 10.6919 kg , kemudian disusul ikan tongkol (Euthynnus affinis) sebanyak 49.740 kg, layang (Decapterus sp) sebanyak 20.460 kg dan jenis ikan yang

(2)

397

paling sedikit tertangkap adalah ikan sunglir (Elagastis bipinulatus) sebanyak 4.177 kg.

Kata Kunci: Panjang alat tangkap, Purse seine, hasil tangkapan PENDAHULUAN

Provinsi Aceh terletak pada koordinat 01º 58’ 37,2” - 06º 04’ 33,6” LU dan 94o 57’ 57,6” - 98º 17’ 13,2” BT, yang terdiri dari 119 Pulau. Bagian Utara berbatasan dengan Selat Benggala, Bagian Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatra Utara, bagian Timur berbatasan dengan Selat Malaka dan bagianBarat berbatasan dengan Samudra Hindia. Panjang wilayah pesisir mancapai 1.660 km dengan luas wilayah perairan laut seluas 295.370 km² yang terdiri dari perairan kepulauan seluas 56.563 km² dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 238.807 km² (BPS Aceh, 2015).

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo merupakan pelabuhan yang baru berkembang dari Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) yang berlokasi di Desa Lampulo Kota Banda Aceh. Kapal purse seine yang beroperasi di Lampulo menurut Chaliluddin (2010), memiliki ukuran yang beragam mulai dari ukuran kapal 8 - 50 Gross Tonnage (GT) dan alat tangkap purse seine yang digunakan juga beragam mulai dari panjang 850 - 1200 meter.

Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan nelayan purse seine di Lampulo masih tergolong tradisional karena dalam penentuan daerah penangkapan ikan masih menggunakan tanda-tanda alam dan berdasarkan pengalaman. Selama kegiatan operasi penangkapan khususnya kapal one day fishing, hasil tangkapan yang diperoleh tidak pernah dihitung dan tidak diketahui secara pasti jumlah rata-rata hasil tangkapan setiap penambahan panjang alat tangkap.

Oleh karena itu perlu dilakukan kajian untuk mengetahui jumlah rata-rata hasil tangkapan dalam setiap trip penangkapan berdasarkan ukuran alat tangkap sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan alat tangkap purse seine.

BAHAN DAN METODE Waktu Dan Tempat Penelitian

(3)

398

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat perekam suara (recorder) dari handphone, buku catatan, dan kapal, seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Alat dan Bahan

No Nama Alat dan Bahan Kegunaan

1 Recorder handphone Untuk merekam ketika wawancara

2 Buku Catatan Untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting

saat pengamatan di lapangan

3 Kapal Armada penangkapan ikan

Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode survei. Metode survei menurut Atharis (2008), bersifat faktual, mencakup unit penelitian yang cukup luas, dan mengandung beberapa aspek (sosial, ekonomi, politik, teknis, dan hukum). Metode penelitian survei bertujuan untuk mendapatkan data-data faktual secara langsung. Data yang diperoleh pada saat survei kemudian dievaluasi dan dibandingkan dengan data-data yang telah diperoleh pada penelitian sebelumnya, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan yang akan dijadikan sebagai referensi untuk pengambilan keputusan dimasa yang akan datang

Obyek pada penelitian ini adalah kapal-kapal yang melakukan operasi penangkapan satu hari. Sampel diambil dengan metode sensus. Metode sensus adalah teknik pengambilan obyek yang semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel yang telah ditentukan kemudian dikelompokkan berdasarkan ukuran panjang alat tangkap yaitu 800 meter sebanyak 6 kapal, 1000 meter sebanyak 6 kapal, dan 1200 meter sebanyak 6 kapal dengan jumlah keseluruah kapal dari ketiga ukuran alat tangkap adalah 18 kapal. Hasil tangkapan akan diambil berdasarkan trip penangkapan, yaitu 6 trip per kapal, dan pawang beserta juru mesin dari tiap kapal tersebut akan dijadikan sebagai responden pada saat wawancara untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak.

Data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang didapat dari pengamatan secara langsung dilapangan dan hasil wawancara, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur atau studi pustaka (Usman dan Akbar, 2012). Data primer dan skunder yang dikumpulkan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis data penelitian

No Jenis Data Sumber

1

Data Primer a. Ukuran alat tangkap;

b. Jumlah ABK;

c. Jumlah Hasil tangkapan per kapal

Pengamatan dan UPTD Lampulo Nelayan dan pengamatan Pengamatan dan wawancara

2 Data Sekunder

a. Jumlah kapal purse seine; Syahbandar PPS Lampulo

(4)

399

Analisis Data

Analisis Komposisi Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan dianalisis menggunakan statistika deskriptif untuk mengetahui komposisi dan dominansi jenis hasil tangkapan, yaitu dengan cara membandingkan hasil tangkapan dari setiap kapal. Data yang telah diperoleh terlebih dahulu ditabulasi untuk mempermudah dalam melakukan perhitungan.

Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan panjang alat tangkap terhadap hasil tangkapan. Usman dan Akbar (2012) menyatakan bahwa korelasi adalah metode yang digunakan untuk mengetahui besar hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan antara dua variabel disebut dengan koefisien korelasi yang dilambangkan dengan “r”, nilai koefisien r berada diantara -1 sampai +1, dengan kriteria hubungan seperti yang tertera pada Tabel 3.

Rumus yang dipergunakan untuk menghitung koefisien korelasi sederhana adalah sebagai berikut.

r = Keterangan

n : Jumlah pasangan antara data x dan data y ∑x : Total jumlah dari variabel x

∑y : Total jumlah dari variabel y

∑x2 : Kuadrat dari total jumlah variabel x ∑y2 : Kuadrat dari total jumlah variabel y

∑xy : Hasil perkalian dari total jumlah variabel x dan variabel y

Tabel 3 Interpretasi nilai koefisien r

r Kriteria hubungan (Interpretasi)

0 Tidak berkorelasi 0.01 - 0.20 Sangat rendah 0.21 – 0.40 Rendah 0.41 – 0.60 Agak erat 0.61 – 0.80 Cukup 0.81 – 0.99 Erat 1 Sangat erat

Sumber: Usman dan Akbar, 2012

Data yang telah diperoleh akan dihitung menggunakan software microsoft excel, kemudian hasil perhitungan tersebut akan dibandingkan dengan hasil perhitungan manual untuk memastikan kebenarannya. Penggunaan microsoft excel dalam perhitungan data dimaksudkan supaya mempermudah peneliti dalam mencari hasil perhitungan data yang telah terkumpul. Aplikasi microsoft excel juga mudah untuk dioperasikan karena microsoft excel merupakan aplikasi yang umum digunakan untuk melakukan perhitungan, proyeksi analisa, dan menampilkan hasil perhitungan data baik dalam bentuk tabel maupun grafik.

(5)

400

HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh dari 18 kapal terdiri atas ikan cakalang, tongkol, layang dan sunglir, dari keempat jenis ikan terebut yang paling banyak tertangkap adalah ikan cakalang sebanyak 123.257 kg dan yang paling sedikit adalah ikan sunglir sebanyak 4.272 kg seperti terlihat pada Gambar 6 dibawah ini.

Gambar 2 Diagram komposisi hasil tangkapan Komposisi hasil Tangkapan Berdasarkan Trip Penangkapan

Komposisi hasil tangkapan berdasarkan trip penangkapan didominasi oleh ikan cakalang, kemudian diikuti oleh ikan tongkol ikan layang dan ikan sunglir seperti terlihat ada Gambar 3 dibawah ini.

(6)

401

Hasil tangkapan ikan cakalang berdasarkan trip penangkapan yang paling banyak terdapat pada trip 3 dengan jumlah 27.775 kg. Hal ini dikarena pada trip 3 banyak terdapat gerombolan ikan, semetara pada trip 2 jumlah hasil tangkapan sedikit karena tidak banyak gerombolan ikan dipermukaan, jumlah hasil tangkapan ikan cakalang pada trip 2 sebanyak 13.989 kg. Jumlah hasil tangkapan ikan tongkol paling banyak terdapat pada trip 4 sebanyak 15.269 kg, namun jumlah ikan cakalang tetap lebih banyak jika dibandingkan dengan ikan tongkol, dan jumlah tangkapan ikan tongkol paling sedikit terdapat pad trip 6 dengan jumlah 2.740 kg.

Jumlah hasil tangkapan ikan layang dan ikan sunglir selalu lebih sedikit dari hasil tangkapan ikang cakalang dan ikan tongkol. Hal ini dikarena ikan layang dan ikan sunglir bukan target utama. Jumah ikan layang yang paling banyak terdapat pada trip 1 dengan jumlah 6.157 kg dan paling sedikit terdapat pada trip 2 dengan jumlah 952 kg, sementara jumlah hasil tangkapan ikan sunglir paling banyak terdapat pada trip 1 dengan jumlah 2.045 dan pada trip 6 tidak ada ikan sunglir yang tertangkap.

Komposisi Hasil Tangkapan Berdasarkan Ukuran Alat Tangkap

Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian terdiri dari 4 spesies yaitu ikan cakalang, ikan tongkol, ikan layang dan ikan sunglir yang terdapat pada setiap kapal dengan ukuran panjang alat tangkap 800 meter, 1.000 meter, dan 1.200 meter seperti terlihat pada Gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4 Diagram komposisi hasil tangkapan per ukuran alat tangkap

Berdasarkan data pada Gambar 8 diatas dapat dilihat bahwa jenis ikan yang paling banyak tertangkap dari ketiga ukuran alat tangkap adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), spesies yang paling dominan tertangkap dikarenakan ikan cakalang merupakan target utama penangkapan dan pada saat penelitian merupakan musim puncak ikan cakalang, kemudian disusul ikan tongkol (Euthynnus affinis), layang (Decapterus russelli), dan sunglir (Elagastis bipinulatus) yang merupakan jenis ikan dengan jumlah paling sedikit.

Total hasil tangkapan yang diperoleh kapal dengan panjang alat tangkap 800 meter sebanyak 9.364 kg, kapal dengan panjang alat tangkap 1.000 meter sebanyak 13.150 kg dan kapal dengan panjang alat tangkap 1.200 meter memiliki hasil tangkapan sebanyak 181.296 kg. Hasil tangkapan yang paling banyak dari ketiga

(7)

402

ukuran alat tangkap adalah kapal yang menggunakan alat tangkap dengan panjang jaring 1.200 meter yaitu 181.296 kg. sperti terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4 Hasil tangkapan berdasarkan ukuran ukuran alat tangkap

No Jenis Ikan Hasil Tangakapan per ukuran alat tangkap (kg)

800 meter 1.000 meter 1.200 meter

1 Cakalang 6.621 9.717 10.6919

2 Tongkol 2.308 3.005 49.740

3 Layang 408 360 20.460

4 Sunglir 27 68 4.177

Jumlah 9.364 13.150 181.296 181.129

Hubungan Panjang Jaring dengan Hasil Tangkapan

Analisis hubungan panjang jaring dengan hasil tangkapan diperoleh melalui analisis korelasi dan perhitungan manual yang menghasilkan nilai r sebesar 0,62. Hal ini berarti hubungan antara panjang jaring dengan hasil tangkapan memiliki hubungan cukup erat, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa dengan adanya penambahan panjang alat tangkap maka hasil tangkapan juga akan semakin banyak, begitu juga sebaliknya jika panjang jaring yang digunakan semakin kecil maka hasil yang akan diperoleh semakin sedikit.

Tabel 5 Hubungan panjang jaring dengan hasil tangkapan

Panjang Jaring (x) Hasil Tangkapan (y)

Panjang Jaring (x) 1

Hasil Tangkapan (y) 0.62 1

Pembahasan

Komposisi hasil tangkapan selama penelitian terdiri dari 4 spesies yaitu ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Euthynnus affinis), layang (Decapterus russelli) dan ikan sunglir (Elagastis bipinulatus). Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh hanya 4 spesies dikarenakan nelayan tidak menangkap jenis spesies yang lain walaupun pada saat operasi penangkapan ada jenis ikan yang lain terlihat dipermukaan perairan. Hal ini dikarenakan jumlah gerombolan ikan tersebut tidak banyak, sehingga nelayan lebih memilih untuk mencari gerombolan ikan yang lebih banyak.

Jenis ikan yang paling banyak tertangkap selama penelitian adalah ikan cakalang dengan jumlah 123.257 kg dan ikan yang paling sedikit adalah ikan sunglir dengan jumlah 4.272 kg. Hal ini dikarenakan ikan cakalang merupakan ikan target utama dan pada saat penelitian bertepatan pada musim puncak ikan cakalang. Musim penangkapan ikan cakalang menurut John (2006) terdapat pada bulan Januari - bulan April dan pada bulan Juni - bulan September, jadi dalam satu tahun ada dua kali musim penangkapan ikan cakalang. Jumlah hasil tangkapan yang paling sedikit adalah ikan sunglir karena ikan sunglir bukan merupakan ikan target utama penangkapan dan hanya sebagai tangkapan sampingan. Ikan sunglir akan ditangkap apabila ikan cakalang dan ikan tongkol tidak ditemukan.

(8)

403

Hasil tangkapan ikan per trip memiliki jumlah yang berfluktuatif yang artinya jumlah hasil tangkapan setiap trip selalu berubah-ubah tergantung dari faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi operasi penangkapan. Faktor internal yang dimaksud disini adalah kekuatan mesin, kondisi alat tangkap, jumlah ABK. Kekuatan mesin sangat mempengaruhi kecepatan kapal saat melingkari gerombolan ikan dan pada saat penarikan tali kolor melalui kasptan. Hal ini sesuai menurut Suryana et al. (2013) yang menyatakan bahwa besarnya kekuatan mesin yang digunakan akan mempengaruhi kecepatan pada saat melakukan setting.

Kondisi alat tangkap yang siap untuk dioperasikan (alat tangkap tidak ada yang robek) akan sangat menentukan jumlah hasil tangkapan, karena jika terdapat bagian alat tangkap yang robek maka kemungkinan ikan meloloskan diri dari celah tersebut sangat besar. Jumlah ABK juga menentukan kecepatan dalam penarikan jaring baik pada bagian badan jaring maupun pada bagian pelampung. Semakin banyak nelayan maka jaring akan semakin cepat ditarik karena adanya penambahan kekuatan. Hal ini akan mempercepat perpindahan lokasi sehingga waktu yang digunakan untuk mencari gerombolan ikan lebih banyak.

Faktor eksternal seperti kecepatan arus, kecepatan angin, dan ketinggian ombak akan berpengaruh terhadap operasi kegiatan operasi penangkapan. Jika kecepatan arus, kecepatan angin dan ketinggian ombak tinggi maka akan mempersulit nelayan dalam penarikan jaring. Hal ini akan mempengaruhi jumlah setiing dalam sekali trip penangkapan sehingga akan mempengaruhi banyaknya jumlah hasil tangkapan. Jumlah setting yang dilakukan dalam satu trip penangkapan paling banyak 5 kali setting dan paling sedikit 1 kali setting atau bahkan tidak dilakukan penurunan alat tangkap. Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor oseanografi dan adanya gerombolan ikan yang terlihat pada permukaan perairan. Penurunan alat tangkap tidak akan dilakukan apabila gerombolan ikan yang ada hanya sedikit dan diperkirakan tidak menguntungkan.

Jumlah hasil tangkapan dalam satu trip penangkapan sangat dipengaruhi oleh gerombolan ikan, Jika gerombolan ikan banyak maka hasil tangkapan juga akan semakin banyak. Gerombolan ikan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesuburan perairan tersebut. Jika perairan subur (terdapat banyak fitoplankton) maka ikan-ikan akan banyak terdapat dikawasan tersebut sehingga akan meningkatkan hasil tangkapan. Hal ini sesuai menurut Widyatmoko et. al. (2014) yang menyatakan bahwa tersedianya fitoplankton pada suatu perairan sangat mempengaruhi jumlah hasil tangkapan.

Komposisi hasil tangkapan berdasarkan ukuran panjang alat tangkap terdiri dari 4 spesies yaitu ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Euthynnus affinis), layang (Decapterus russelli) dan ikan sunglir (Elagastis bipinulatus). Jumlah hasil tangkapan berdasarkan panjang alat tangkap yang digunakan memiliki perbedaan. Perbedaan yang sangat jauh terdapat pada alat tangkap dengan ukuran panjang 1.200 meter sementara perbedaan hasil tangkapan antara alat tangkap dengan ukuran 800 meter dan 1.000 meter tidak terlalu jauh. Hal ini dikarenakan panjang jaring yang digunakan berbeda sehingga mempengaruhi luas lingkaran alat tangkap pada saat setting.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien r sebesar 0,62 yang berarti hubungan antara panjang jaring dengan hasil tangkapan cukup erat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan panjang alat tangkap maka hasil tangkapan juga akan semakin banyak. Penambahan ukuran panjang jaring akan

(9)

404

mempengaruhi luasan lingkaran alat tangkap pada saat setting sehingga kemungkinan alat tangkap melingkari semua gerombolan ikan semakin besar dan peluang ikan untuk meloloskan diri semakin kecil.

Hal ini sesuai dengan pendapat Chaliluddin (2002) dan Rizwan et al (2011) yang menyatakan bahwa semakin panjang alat tangkap maka diameter lingkaran pada saat melakukan setting akan semakin besar. Gerombolan ikan dapat dikelilingi secara sempurna dengan adanya penambahan panjang jaring tanpa mengganggu gerombolan ikan tersebut atau ikan tidak merasa terusik, karena jarak antar jaring dan gerombolan ikan tidak berdekatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryana et. al (2013) yang menyatakan bahwa semakin panjang ukuran jaring pada alat tangkap pukat cincin yang digunakan, maka hasil tangkapan yang diperoleh akan semakin banyak.

KESIMPULAN

Pertama, jenis hasil tangkapan yang tertangkap pada saat penelitian terdiri atas 4 spesies yaitu ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) sebanyak 123.257 kg, tongkol (Euthynnus affinis) sebanyak 55.053 kg, layang (Decapterus russelli) 21.228 kg dan ikan sunglir (Elagastis bipinulatus) sunglir dengan jumlah 4.272 kg. Jenis ikan yang paling banyak tertangkap selama penelitian adalah jenis ikan cakalang, dan yang paling sedikit adalah ikan sunglir;

Kedua, hubungan antara panjang jaring dengan hasil tangkapan memiliki nilai r sebesar 0,62 dengan nilai interpretasinya cukup erat yang artinya setiap penambahan panjang jaring akan meningkatkan jumlah hasil tangkapan.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS Aceh] Badan Pusat Statistik Aceh. 2015. buku statistik perencanaan pembangunan daerah Provinsi Aceh. Banda Aceh.

Atharis, Y. 2008. Tingkat kepuasan nelayan terhadap pelayanan penyediaan kebutuhan melaut di peabuhan perikanan samudra (PPS) Bungus Sumatera Barat. Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Chaliluddin. 2002. Analisis pengembangan pukat cincin cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam. Tesis, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

John. S. Kekenusa. 2006. Analisis penentuan musim penangkapan ikan cakalang (Katsuonus pelamis) di perairan sekitar Bitung Sulawesi Utara. Jurnal Protein,13(1): 103-109

Rizwan, I. Setiawan, R.M.Aprilla. 2011. Effect of production factors on purse seine fihs capture in the lampulo coastal fisheries Port, Banda Aceh. Jurnal Natural, 11(1): 24-29.

Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

Suryana, S.A., I.P. Raharjo, Sukandar. 2013. Pengaruh panjang jaring, ukuran kapal, pk mesin dan jumlah abk terhadap produksi ikan pada alat tangkap Purse Seine di Perairan Prigi Kabupaten Trenggelek – Jawa Timur. PSPK Student Journal. 1(1) : 36-43.

Usman, H. dan P.S. Akbar. 2012. Pengantar statistik edisi kedua. PT BumiAksara, Jakarta.

(10)

405

Widyatmoko, A.C., A.Rosyid, Sardiyatmo. 2014. Analisis sebaran daerah penangkapan ikan dengan citra satelit AQUA MODIS pada alat tangkap Mini Purse Seine di Perairan Demak Jawa Tengah. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 3(4) : 94-101

Gambar

Gambar 1 Peta wilayah penelitian
Tabel 1 Alat dan Bahan
Gambar 2 Diagram komposisi hasil tangkapan    Komposisi hasil Tangkapan Berdasarkan Trip Penangkapan
Gambar 4 Diagram komposisi hasil tangkapan per ukuran alat tangkap
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mengkaji tentang mekanisme kontrol sosial pada obyek wisata Silokek terhadap perilaku menyimpang remaja oleh masyarakat Nagari Silokek Kecamatan

Komposisi Hasil Tangkapan Purse Seine Produksi perikanan laut menurut jenis ikan dengan menggunakan alat tangkap purse seine selama periode 2007-2012 mengalami

Menurut Harrel (2004;144) yang dikutip dalam modul praktikum simulasi Universitas Brawijaya mengartikan model merupakan representasi dari suatu sistem nyatta, dimana dalam

Jika terbiasa menggunkan penulisan dengan bahasa alay, pemakai dapat lupa akan bahasa Indonesia sesuai EYD dan ini sangat tidak baik dan tidak sopan, Misalnya seorang yang

Untuk mencari kombinasi level-level variabel proses yang dapat menghasilkan respon yang optimum (target, minimum, dan maksimum) maka digunakan metode permukaan respon

Data hujan yang digunakan untuk menghitung curah hujan dengan berbagai periode ulang (curah hujan rencana) adalah hujan harian maksimum tahunan. Sehingga curah hujan

Skripsi dengan judul ”Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

pembelajaran IPA Kelas VI di Sekolah Dasar Katolik Kecamatan Langke Rembong pada umumnya sudah memadai untuk terlaksananya kegiatan pembelajaran, tetapi dari