• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN PRINSIP REDUCE, REUSE, RECYCLE (TPS 3R) KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERENCANAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN PRINSIP REDUCE, REUSE, RECYCLE (TPS 3R) KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN PRINSIP REDUCE, REUSE, RECYCLE (TPS 3R) KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN

TUGAS AKHIR

NADYA LORENTA MANURUNG 150407011

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Dr. Amir Husin, S.T., M.T. Ir. Lies Setyowati,M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

PERENCANAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN PRINSIP REDUCE, REUSE, RECYCLE (TPS 3R) KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN

TUGAS AKHIR

NADYA LORENTA MANURUNG 150407011

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas akhir dengan judul:

PERENCANAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN PRINSIP REDUCE, REUSE, RECYCLE (TPS 3R)

KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN

Dibuat untuk melengkapi persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik

Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini telah diujikan pada

Sidang Tugas Akhir pada 15 Oktober 2019 dan dinyatakan telah memenuhi syarat/sah sebagai Tugas Akhir pada Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Medan, Oktober 2019

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Dr. Amir Husin, S.T.,M.T. Ir. Lies Setyowati, M.T.

NIP. 196902151995121001 NIP. 196603291992022001

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

Ir. Netti Herlina, M.T. Isra’ Suryati, S.T.,M.Si.

NIP. 196804251999032004 NIP. 197906222014042001

Mengetahui, Menyetujui,

Koordinator Tugas Akhir

Ketua Program Studi Teknik Lingkungan

Isra’ Suryati, ST, M. Si Ir. Netti Herlina, M.T.

NIP. 197906222014042001 NIP. 196804251999032004

(4)

i KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan petunjukNya sajalah saya dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah Dengan Prinsip Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.

Penyelesaian tugas akhir merupakan kewajiban bagi mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara (USU) untuk meraih gelar kesarjanaannya.

Tugas akhir ini dapat disusun dan diselesaikan oleh karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1.

Ibu Ir. Netti Herlina, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan dan sabgai dosen penguji I yang telah bersedia untuk memberikan kritik, saran dan berbagai masukan positif dalam penyusunan tugas akhir ini;

2.

Bapak Dr. Amir Husin, S.T., M.T. selaku Sekretaris Program Studi Teknik Lingkungan dan selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia untuk memberikan arahan, waktu dan pikiran dalam pengerjaan tugas akhir ini;

3.

Ibu Ir. Lies Setyowati, M.T. sebagai dosen pembimbing II atas segala dedikasi berupa waktu, tenaga, arahan dan pikiran yang diberikan dalam penyusunan tugas akhir ini;

4.

Ibu Isra’ Suryati, S.T. M.Si. sebagai Koordinator Tugas Akhir dan sebagai dosen penguji II atas segala bimbingan, bantuan dan saran-saran membangun yang telah diberikan;

5.

Ibu Gesti Sinaga dan Ibu Pono selaku staf tata usaha di Teknik Lingkungan USU yang telah membantu segala proses administratif dalam penyelesaian tugas akhir.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penulisan tugas akhir ini, baik dari segi materi maupun cara penyajiannya, mengingat masih kurangnya pengetahuan dan pengalaman saya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, Oktober 2019

Penulis

(5)

ii ABSTRAK

Permasalahan sampah merupakan salah satu permasalahan yang harus ditanggapi dengan serius di Indonesia khususnya Kota Medan. Timbulan sampah Kota Medan pada tahun 2019 sebanyak 0,222 Kg/o/h dan diperkirakan 490 ton/hari sampah yang berasal dari rumah tangga dibuang ke TPA setiap harinya. Menurut Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di TPA sudah tidak diperkenankan lagi. Sampah terlebih dahulu harus diproses sebelum dikembalikan ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

Untuk mengatasi jumlah timbulan sampah maka dilakukan pengolahan sampah yaitu Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle). Perancangan TPS 3R mengacu pada Permen PU No. 03 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Persampahan dan Dirjen Cipta Karya Tahun 2017 Tentang Petunjuk Teknik TPS 3R. Dimana TPS 3R tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan. Lokasi perancangan TPS 3R di Kecamatan Medan Helvetia dengan jumlah penduduk pada tahun 2017 sebanyak 152.806 jiwa dan luas lahan TPS 3R 3.229,61 m2. Luas lahan penerimaan 23,12 m2, pemilahan 21 m2, penyimpanan sampah kering 127 m2, pecacahan 2,4 m2, pengomposan 1.500 m2, residu 59,7 m2 dan sebagainya. Pengolahan sampah organik dilakukan pengomposan dan sampah anorganik dilakukan pemilahan, pengemasan dan dijual ke pelapak. Perancangan ini direncanakan untuk kurung waktu 10 tahun kedepan. Total rencana anggaran biaya untuk perancangan TPS 3R di kecamatan medan helvetia adalah sebesar Rp 4.166.212.789 dan potensi ekonomi sampah sebesar Rp 581.675.510/Bulan.

Kata Kunci: 3R (reduce, reuse, recycle), potensi ekonomi sampah, tempat pengolahan sampah, timbulan dan komposisi.

(6)

iii ABSTRACT

The problem of waste is one of the problems that must be taken seriously in Indonesia, especially the city of Medan. Medan City's waste generation in 2019 is 0.222 kg / o / h and it is estimated that 490 tons / day of garbage from households is disposed of to landfill daily. According to Law No. 18 of 2008 concerning Waste Management, the handling of waste by open disposal in landfills is no longer permitted. Waste must first be processed before being returned to the environment media safely for humans and the environment. To overcome the amount of waste generation, waste processing is carried out, namely the Garbage Processing Site with the principle of 3R (reduce, reuse, recycle).

Designing TPS 3R refers to Permen PU No. 03 of 2013 concerning the Implementation of Waste Facilities and Infrastructure and 2017 Director General of Human Settlements About Technical Guidelines for TPS 3R. Where TPS 3R is the place of collection, sorting, reuse, and area scale recycling activities. The location of the 3R TPS designation in Medan Helvetia District with a population of 2017 totaling 152,806 inhabitants and a 3R TPS land area 3.229,61 m2. . The land area of reception is 23.12 m2, 21 m2 sorting, 127 m2 dry waste storage, 2.4 m2 fraction, composting 1.500 m2, residue 59,7 m2 and so on. The processing of organic waste is done by composting and inorganic waste is carried out by chopping, packaging and sold to pelapak. This design is planned for the next 10 years. The total budget plan for the design of the 3R TPS in the helvetia sub-district is Rp 4.166.212.789 and the economic potential for waste is Rp 581.675.510/month.

Keywords : 3R (reduce, reuse, recycle), economic potential of waste, waste treatment facilities, generation and composition.

(7)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR PERSAMAAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix BAB I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-12 1.3. Tujuan Penelitian ... I-12 1.4. Ruang Lingkup ... I-12 1.5. Manfaat Penelitian... I-13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... II-1 2.1. Pengertian Sampah ... II-1 2.2. Sumber Sampah ... II-1 2.3. Timbulan Sampah ... II-2 2.4. Komposisi Sampah ... II-3 2.5. Teknik Operasional ... II-4 2.6. Hierarki Pengelolaan Sampah ... II-5 2.7. Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle ... II-6 2.8. Persyaratan Teknis penyedian TPS 3R ... II-6 2.8.1. Persyaratan Lokasi TPS 3R ... II-6 2.8.2. Fasilitas TPS 3R ... II-7 2.8.3. Pengolahan sampah anorganik pada TPS 3R ... II-7 2.8.4. Pengolahan sampah organik pada TPS 3R ... II-8 2.9. Peran Serta Masyarakat ... II-10 2.10. Analisis Keseimbangan Material ... II-11 2.11. Proyeksi Penduduk ... II-12 2.12. Rencana Anggaran Biaya ... II-13 BAB III METODE PENELITIAN ... III-1 3.1. Lokasi Perancangan... III-1 3.2. Lokasi Perancangan... III-4 3.3. Studi Litelatur ... III-6 3.4. Pengumpulan Data ... III-6 3.4.1 Data Primer ... III-6 3.4.2 Data Sekunder ... III-7

(8)

v 3.5. Perancangan TPS 3R Kecamatan Medan Helvertia ... III-8

3.5.1 Pemilihan Lokasi ... III-8 3.5.2 Perhitungan Analisis Kesetimbangan Material ... III-10 3.5.3 Penentuan Proses Pengolahan Sampah ... III-11 3.5.4 Perhitungan Kebutuhan Ruang ... III-13 3.5.5 Perhitungan Recana Anggaran Biaya ... III-13 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... IV-1 4.1. Proyeksi Penduduk Kecamatan Medan Helvetia ... IV-1 4.2. Perhitungan Neraca Massa Sampah Kecamatan Medan Helvetia ... IV-3 4.3. Pertisipasi Masyarakat terhadap perencanaan TPS 3R ... IV-6 4.4. Penentuan Lokasi TPS 3R Kecamatan Medan Helvetia ... IV-7 4.5. Penentuan Proses Pengolahan TPS 3R Kecamatan Medan Helvetia ... IV-11

4.5.1. Penerimaan Sampah ... IV-12 4.5.2. Pemilahan Sampah ... IV-13 4.5.3. Pendaur Ulangan Sampah organik ... IV-15 4.5.4. Pendaur Ulangan Sampah Anorganik... IV-16 4.5.5. Pengelolaan Limbah B3 ... IV-17 4.6. Alur Proses Pengolahan Sampah Rumah Tangga ... IV-17 4.7. Perhitungan Lahan TPS 3R Kecamatan Medan Helvetia... IV-21 4.7.1. Perhitungan Kebutuhan Ruang TPS 3R Kecamatan Medan Helvetia ... IV-21 4.8. Potensi Ekonomi Sampah... IV-28 4.9. Standard Operating Procedur TPS 3R ... IV-30 4.10. Struktur Organisasi TPS 3R ... IV-31 4.11. Keuntungan Finansial Oprasional TPS 3R ... IV-33 BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA ... V-1 5.1. Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)... V-1 5.2. Rencana Anggaran Biaya ... V-1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... V-1 5.1. Kesimpulan ... V-1 5.2. Saran ... V-1 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

vi DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Penelitian dan Perancangan Serupa yang Pernah Dilakukan ... I-4 Tabel 2.1. Besarnya timbulan sampah berdasarkan sumbernya ... II-2 Tabel 2.2. Jenis – Jenis Plastik ... II-8 Tabel 3.1. Komposisi Sampah Kecamatan Medan Helvetia ... III-3 Tabel 3.2. Karakteristik Fisika Sampah Kecamatan Medan Helvetia ... III-4 Tabel 3.3. Sebaran sampel kuisioner pada setiap keurahan ... III-7 Tabel 3.4. Data Sekunder yang Dibutuhkan dalam Perancangan ... III-7 Tabel 3.5. Bobot Variabel Pemilihan Lokasi TPS 3R ... III-8 Tabel 3.6. Indikator Pemilihan Lokasi TPS 3R... III-8 Tabel 4.1. Proyeksi Penduduk Kecamatan Medan Helvetia ... IV-1 Tabel 4.2. Hasil Korelasi Beberapa Metode Proyeksi ... IV-3 Tabel 4.3. Rincian Sampah Yang Diolah Pada TPS 3R Kecamatan Medan Helvetia ... IV-5 Tabel 4.4. Sarana Pengangkutan Sampah di Kecamatan Medan Helvetia ... IV-12 Tabel 4.5. Pembagian Sarana Pengangkutan Sampah di Kecamatan Medan Helvetia ... IV-12 Tabel 4.6. Total Luas Lahan TPS 3R yang Dibutuhkan di Kecamatan Medan Helvetia ... IV-26 Tabel 4.7. Recorvery Factor Sampah berdasarkan komposisi ... IV-28 Tabel 4.8. Potensi Ekonomi Sampah di Kecamatan Medan Helvetia ... IV-29 Tabel 4.9. Rencana anggaran biaya upah pegawai TPS 3R ... IV-33 Tabel 4.10 Biaya operasional bulanan TPS 3R ... IV-33 Tabel 4.11 Pemasukan TPS 3R setiap bulannya ... IV-34 Tabel 4.12 Keuntungan TPS 3R ... IV-34 Tabel 5.1. Contoh Analisis Harga Satuan Pekerjaan ... V-1 Tabel 5.2. Rencana Anggaran Biaya Pembangunan TPS 3R ... V-2 Tabel 5.4. Rencana Anggaran Biaya Peralatan Pendukung TPS 3R ... V-7 Tabel 5.5. Biaya Operasional TPS 3R ... V-8

(10)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Diagram teknik pengelolaan Persampahan ... II-5 Gambar 2.2. Teknik Pengomposan Aerator Bambu ... II-8 Gambar 2.1. Teknik Bata Berongga ... II-9 Gambar 2.1. Teknik pengomposan takakura ... II-9 Gambar 2.1. Teknik Pengomposan Komposter Drum ... II-10 Gambar 2.1. Struktur Analisis Harga Satuan Pekerjaan ... II-14 Gambar 3.1. Peta Lokasi Kecamatan Medan Helvetia ... III-2 Gambar 3.2. Flowchart Perancangan TPS 3R Kecamatan Medan Helvetia ... III-5 Gambar 4.1. Grafik perbandingan proyeksi penduduk ... IV-1 Gambar 4.2. Diagram Hasil Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat ... IV-6 Gambar 4.3. Peta Rencana Lokasi TPS 3R di Jalan Asrama Kecamatan Medan Helvetia ... IV-9 Gambar 4.4. Keadaan Rencana Lokasi TPS 3R Kecamatan Medan Helvetia ... IV-11 Gambar 4.5. Contoh Jenis – Jenis Sampah Plastik yang Dapat di Daur Ulang ... IV-13 Gambar 4.6. Contoh Jenis – Jenis Sampah Kertas dan Kardus yang Dapat di Daur Ulang ... IV-14 Gambar 4.7. Contoh Jenis – Jenis Sampah Kaca yang Dapat di Daur Ulang ... IV-14 Gambar 4.8. Contoh Jenis - Jenis Sampah Logam yang Dapat di Daur Ulang ... IV-14 Gambar 4.9. Metode Bata Berongga ... IV-15 Gambar 4.10 Alur proses pengolahan sampah di kecamatan medan helvetia... IV-19 Gambar 4.11 Flow of material balance sampah ... IV-20 Gambar 4.12 Struktur organisasi kelompok swadaya masyarakat TPS 3R ... IV-31

(11)

viii DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 2.1. Persamaan neraca massa secara umum ... II-11 Persamaan 2.2. Persamaan loading rate ... II-11 Persamaan 2.3. Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Aritmatik ... II-12 Persamaan 2.4. Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Aritmatik ... II-12 Persamaan 2.5. Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Geometrik ... II-12 Persamaan 2.6. Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Least Square ... II-12 Persamaan 2.7. Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Least Square ... II-12 Persamaan 2.8. Persamaan Perhitungan Proyeksi Penduduk Metode Least Square ... II-12 Persamaan 2.9. Persamaan Perhitungan Koefisien Kolerasi ... II-13 Persamaan 2.10. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya... II-13 Persamaan 3.1. Perhitungan sampel data primer ... III-6 Persamaan 3.2. Persamaan Perhitungan Nilai Variabel Lokasi TPS 3R ... III-9 Persamaan 3.3. Persamaan Perhitungan Nilai Total Lokasi TPS 3R ... III-10 Persamaan 3.4. Persamaan Neraca Massa Untuk Sebuah TPS 3R... III-10 Persamaan 3.5. Volume sampah yang akan diolah di TPS 3R ... III-10 Persamaan 3.6. Penentuan total kebutuhan ruang untuk proses pengolahan ... III-13

(12)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Proyeksi Penduduk Lampiran 2. Rekapitulasi Kuisioner Lampiran 3. Perhitungan Calon Lokasi Lampiran 4. Gambar Perancangan Lampiran 5. Foto Dokumentasi

(13)

I-1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengelolaan sampah yang tidak baik menjadi ancaman baru pada keberlanjutan agenda global PBB karena pertumbuhan penduduk yang semakin pesat (Aragaw et al., 2016). Pada tahun 2050, populasi dunia diperkirakan mencapai 9 miliar (The Economist, 2011). Peningkatan jumlah populasi yg amat cepat sering kali berdampak pada lingkungan dan salah satunya adalah timbulan sampah yang semakin meningkat. Selain itu pengelolaan limbah padat baru-baru ini menarik perhatian sebagai focus utama bagi aktivis lingkungan / pecinta lingkungan dan peneliti di perguruan tinggi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa di antara masalah yang dihadapi oleh generasi sekarang, yang utama adalah masalah pengelolaan sampah (Ayeleru et al., 2017).

Permasalahan sampah merupakan salah satu permasalahan yang harus ditanggapi dengan serius di Indonesia khususnya Kota Medan. Timbulan sampah Kota Medan pada tahun 2019 sebanyak 0,222 Kg/o/h dan diperkirakan 490 ton/hari sampah yang berasal dari rumah tangga dibuang ke TPA setiap harinya (Khair et al., 2019). Tentunya timbulan sampah akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk, karena itu perlu dilakukan studi mengenai pengelolaan sampah berupa, timbulan sampah, karakteristik, dan komposisi sampah di perkotaan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan sampah yang tepat bedasarkan timbulan, karakteristik dan komposisi sampah yang dihasilkan (Putri, 2018).

Permasalahan yang berkaitan dengan keberadaan sampah diantaranya adalah dimana sampah yang berserakan sehingga membuat masalah yaitu dari segi pandang estetika, sampah sebagai sumber segala penyakit karena merupakan sarang vektor penyakit, sampah mengakibatkan pencemaran lingkungan akibat dari terbentuknya air lindi dan gas pencemar, terjadinya banjir akibat terhambatnya saluran air.

Permasalahan tersebut terjadi karena ketidakseimbangan antara produksi sampah dengan kemampuan dalam pengelolaanya. Maka dari itu diperlukan sistem pengelolaan sampah yang baik dan tepat agar masalah sampah dapat terselesaikan (Damanhuri, 2016).

Menurut Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, penanganan sampah dengan membuang sampah secara langsung ke TPA sudah tidak diperkenankan lagi. Sampah terlebih dahulu harus diproses sebelum dikembalikan ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Undang-Undang tersebut mendorong penanganan sampah sejak dari sumber dengan mengembangkan pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah.

Salah satunya dengan membuat fasilitas pengolahan sampah yaitu tempat pengolahan sampah dengan prinsip reduce, reuse, recycle (TPS 3R).

(14)

I-2 Menurut PermenPU No. 03 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Persampahan, Tempat Pengolahan Sampah Dengan Prinsip reduce, reuse, recycle yang disingkat dengan (TPS 3R) adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan.. Konsep utama pengolahan sampah dengan prinsip reduce, reuse, recycle adalah untuk mengurangi kuantitas dan/atau memperbaiki karakteristik sampah, yang akan diolah secara lebih lanjut di TPA. TPS 3R diharapkan berperan dalam menjamin kebutuhan lahan yang semakin kritis untuk penyediaan TPA sampah di perkotaan. Dengan demikian peran dan fungsi TPS 3R sangat penting dalam upaya pengelolaan sampah terkini.

Kecamatan Medan Helvetia merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 11,55 km2. Kecamatan Medan Helvetia mempunyai tujuh Kelurahan di dalamnya antara lain yaitu: Kelurahan Cinta Damai, Kelurahan Dwi Kora, Kelurahan Helvetia, Kelurahan Helvetia Tengah, Kelurahan Helvetia Timur, Kelurahan Sei Sikambing C II dan Kelurahan Tanjung Gusta. Kecamatan Medan Helvetia dihuni oleh 151.580 jiwa terdiri dari 74.873 jiwa laki-laki serta 76.707 jiwa perempuan. Jenis – jenis kegiatan yang terdapat pada Kecamatan Medan Helvetia yaitu Sarana Pendidikan (sekolah dan universitas), Sarana Kesehatan (Pusat Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Kelurahan (poskeskel), Rumah sakit, Praktek Dokter dan Bidan), Industri (Industri besar/kecil dan kerajinan tangan), Pasar dan Pertokoan (BPS, 2017).

Menurut Putri (2018), timbulan sampah rata-rata Kecamatan Medan Helvetia yaitu 0,14 kg/org/hari, atau 1,82 L/org/hari. Komposisi sampah rumah tangga rata-rata di Kecamatan Medan Helvetia didominasi oleh sampah organik, sampah plastik, sampah kertas, LWTR, kaca, alumunium dan Sampah Lain - lain. Oleh karena itu diperlukan sebuah bentuk pengolahan sampah yang sesuai untuk Kecamatan Medan Helvetia berdasarkan komposisi dan karakteristik sampahnya.

Menurut Peraturan Daerah Kota Medan No. 06 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Persampahan, Pemerintah daerah seharusnya memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan dan pemanfaatan sampah . Tetapi berdasarkan penilaian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam penilaian adipura 2018, Kota Medan dinobatkan menjadi kota terkotor seindonesia. Diantaranya terkait pengelolaan tempat pemrosesan akhir atau TPA dan kebersihan fisik (Tribun Medan, 14 Januari 2019, halaman 1).

Menurut strategi sanitasi Kota Medan tahun 2017-2021 Kecamatan Medan Helvetia salah satu kecamatan yang berisiko tinggi dalam pengelolaan sampah. Kriteria pengelolaan sampah dikatakan buruk dalam satu kecamatan yaitu ada 2 (dua) aspek yaitu aspek teknis dan nonteknis. Aspek teknis meliputi sarana dan prasarana pengangkutan sampah kurang memadai, banyaknya masyarakat yang membakar sampahnya, daur ulang sampah masih sangat minim, dan sebagainya. Sedangkan aspek nonteknis meliputi masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pengelolaan persampahan yang berwawasan lingkungan, memisahkan sampah berdasarkan jenisnya dan masih

(15)

I-3 rendahnya kesadaran swasta untuk terlibat dalam pengelolaan persampahan dan regulasi dan peraturan daerah tentang pengelolaan sampah perlu di review dan serta revisi masterplan persampahan.

Berdasarkan masalah tersebut, penulis tertarik untuk merancang sebuah Tempat Pengolahan Sampah Dengan Prinsip Reduce , Reuse, Recycle (TPS 3R) Kecamatan Medan Helvetia.

(16)

I-4 Tabel 1.1 Penelitian dan Perancangan Serupa yang Pernah Dilakukan

No. Nama Peneliti Tahun Judul Peneltian Metode Hasil

1. Made Widiadnyana Wardiha

2013 Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis 3R Di Kawasan Perkantoran Dan Wisma

1. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan wawancara dan menurut SNI-19- 3964-1995.

2. Analisis kesetimbangan material (material balance), analisis volume material sampah tercampur, dan analisis perencanaan komponen TPS 3R, analisis finansial/keuangan, kajian struktur kelembagaan.

1. Jumlah timbulan sampah yang akan diolah di IPST adalah 4,64 m3 /hari atau 302,32 kg/hari. Komposisi sampah (persen berat) paling banyak adalah sisa makanan (26,4%), kertas (18,6%), residu (16,8%), sampah organik (15,4%), dan sisanya sampah lainnya.

2. Sedangkan dari komposisi volume terdiri dari kertas (38,5%), botol plastik (15,9%), residu (14,6%), sampah organik (10,9%), dan sisanya sampah lainnya.

3. Komponen TPS 3R terdiri dari beberapa fungsi yaitu pemilahan sampah, penyimpanan sampah kering, dan penyimpanan residu untuk selanjutnya dibuang ke TPA.

4. Analisis finansial, pemasukan yang dapat diperoleh setiap bulan dari proses di TPS 3R sebesar Rp.

2.900.000,00.

(17)

I-5

No. Nama Peneliti Tahun Judul Peneltian Metode Hasil

2. Ciprian Cimpan, dkk

2015 Techno-economic assessment of central sorting at material recovery facilities – the case of lightweight packaging waste.

1. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode perencanaan teknis dan ekonomi yang umum digunakan dan telah berkembang menjadi model estimasi biaya berbasis spreadsheet, yang mendukung perhitungan biaya terperinci untuk TPS 3R yang memilah sampah kemasan ringan.

2. Dasar struktur model dan model TPS 3R, Ukuran instalasi dan bangunan, Area penerimaan, penyimpanan, dan makan, Area pengolahan, Area penyimpanan keluaran, Model estimasi biaya, Pengeluaran operasional, Pendapatan dan biaya pembuangan, Transfer dan transportasi jarak jauh, Simulasi keseimbangan massa dan Kondisi operasional.

1. Penelitian telah memberikan beberapa wawasan penting ke dalam keseimbangan biaya dan manfaat TPS 3R yang beroperasi di Jerman. Analisis ini menguatkan fakta bahwa TPS 3R dalam menanganin sampah dari pabrik kemasan ringan telah beroperasi dengan biaya bersih keseluruhan, yang harus ditanggung oleh biaya gerbang atau biaya pemilahan yang dibayar. Dari sistem di Jerman atas nama produsen dan distributor pengemasan.

2. Pendapatan dari penjualan bahan pulih kembali berkurang secara signifikan atau sepenuhnya dibatalkan oleh biaya pembuangan residu penyortiran.

Selain itu, dengan tingkat harga pasar yang optimis, penjualan bahan tidak dapat sepenuhnya menutupi biaya pemrosesan.

3. Biaya pemrosesan tingkat kapasitas optimal telah mencapai sekitar 50.000 ton / tahun. Efisiensi proses yang optimal, diukur sebagai total pemulihan material, direalisasikan pada pabrik besar dengan otomatisasi tingkat tinggi ( 75.000 ton / tahun), tetapi dalam semua kasus sangat tergantung pada praktik operasional.

(18)

I-6

No. Nama Peneliti Tahun Judul Peneltian Metode Hasil

3. Phillip N Pressley, dkk

2015 Analysis of material recovery facilities for use in life-cycle assessment

1. Input utama untuk metode ini termasuk perkiraan biaya dan konsumsi energi untuk setiap peralatan TPS 3R dan efisiensi pemisahan untuk setiap komponen sampah yang terkait dengan setiap peralatan pemisahan, yang serupa dengan koefisien transfer yang digunakan dalam Rotter et al. (2004) dan Velis et al. (2010).

2. Kinerja TPS 3R terkait langsung dengan komposisi aliran sampah yang masuk, sehingga model proses TPS 3R harus mampu menilai kinerja yang terkait dengan pemrosesan setiap komponen sampah dan memperhitungkan perubahan pada komposisi aliran sampah yang masuk (misalnya, sampah dengan fraksi besi yang lebih tinggi membutuhkan magnet yang lebih besar).

1. Kesimpulan dari penelitian ini adalah mengkuantifikasi biaya dari TPS 3R dan pemakaian listrik yang digunakan pada TPST tergantung dari kompsisi sampah yang masuk kedalam TPS 3R tersebut.

2. Contohnya yaitu penggunaan listrik yang terkait dengan peralatan pemisahan kaca lebih besar daripada semua jenis peralatan pemisahan lainnya. Dengan demikian, keuntungan efisiensi energi yang terkait dengan teknologi pemisahan kaca akan menghasilkan pengurangan yang lebih besar dalam konsumsi listrik fasilitas dibandingkan peralatan lainnya.

3. pra-sortir didalam TPS 3R biasanya menerima aliran terpisah dari sistem dengan pemisahan tepi jalan, yang menghasilkan konsumsi bahan bakar pengumpulan lebih tinggi dan biaya dibandingkan dengan pengumpulan aliran tunggal.

4. Pertimbangan opsi pengumpulan limbah yang terkait dengan masing-masing jenis TPS 3R, opsi pembuangan untuk limbah residu, dan emisi yang dihindari yang terkait dengan material yang dipulihkan adalah pertimbangan penting dalam setiap analisis sistem terpadu pengelolaan limbah padat.

(19)

I-7

No. Nama Peneliti Tahun Judul Peneltian Metode Hasil

4. Melkisedek Tarigan

2016 Perencanaan TPS 3R Di Kelurahan Dayan Peken

1. Teknik pengambilan sampel dengan SNI-19-3964-1995.

2. Analisa timbulan sampah, analisa komposisi sampah, analisa densitas sampah, Material Balance Analysis, analisa proyeksi pertumbuhan penduduk.

3. Penentuan lokasi TPS 3R, sistem pengumpulan dan pengangkutan, wadah pengomposan sampah, perencanaan bangunan san sistem bank sampah, serta Rancangan Anggaran Biaya (RAB).

1. Rata-rata volume timbulan sampah yang ada di Kelurahan Dayan Peken adalah sebesar 0,0034 m3/orang/hari, besar timbulan sampah adalah sebesar 33,37 m3/hari dengan komposisi sampah di Kelurahan Dayan Peken ialah 68,2% sampah organik, 11,0%

sampah yang dapat didaurulang, 10,9% sampah tidak dapat didaurulang, dan 9,9% sampah Bahan Beracun Berbahaya (B3).

2. Pengolahan sampah di Kelurahan Dayan Peken saat ini ialah kumpul-angkut-buang tanpa ada pemilahan dengan sistem pengumpulan pada gerobak sorong yang dibuang di TPS atau lahan kosong tedekat, dan pembakaran sampah oleh warga.

3. Total luas lahan 453 m2 dan RAB sebesar Rp.

680.000.000,00.

(20)

I-8

No. Nama Peneliti Tahun Judul Peneltian Metode Hasil

5. Maria Laura Matellone, dkk

2017 Evaluation of performance indicators applied to a material recovery facility fed by mixed packaging waste

Metode pengambilan sampel adalah titik kritis karena jumlah besar sampah yang diolah oleh TPS 3R dan heterogenitas intrinsik sampah itu sendiri. Dengan melabeli sampah yang akan dikirimkan ke TPS 3R setiap hari.

1. Sebelum sampah masukan kedalam proses pengolahan, sampah terlebih dahulu dicampurkan untuk mempermudah pendistribusian yang sempurna pada conveyor belt (kontrol variabel eksternal), 2. Pengaturan variabel operasi yang memaksimalkan

kinerja indikator relatif terhadap operabilitas dan hasil, 3. Peningkatan tata letak MRF dengan memasukkan

detektor NIR hilir penyortiran LDPE dari materi 2D secara berurutan untuk mencegah wadah cairan pipih yang ada di LWWb (setelah densifikasi pada tekanan tinggi),

4. Peningkatan tata letak MRF dengan memasukkan detektor NIR hulu penyortiran aluminium untuk mencegat wadah (PET, HDPE dan PP) tidak diurutkan berdasarkan garis 3D dengan menghindari buang- buang mereka sebagai aliran plasmix, Minimalisasi pemberhentian yang tidak direncanakan untuk pemeliharaan operasi yang dioptimalkan.

(21)

I-9

No. Nama Peneliti Tahun Judul Peneltian Metode Hasil

6. Nur Lailis Aprilia

2018 Perencanaan Teknis Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Kecamatan Jekan Raya Kota Palangkaraya

1. Survei lapangan, pengumpulan data primer dan data sekunder.

2. Metode yang dilakukan wawancara, identifikasi dan

1. Pengelolaan sampah yang diaplikasikan di TPS 3R adalah pengelolaan sampah anorganik, sampah organic dan sampah plastik. Sampah anorganik akan dipilah , kemudian untuk sampah yang layak akan dilapakkan, sampah organic dijadikan kompos, sampah plastic dijadikan biji plastic dan residu akan diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan akhir kota palangkaraya.

2. Rancangan bangunan TPS 3R terdiri dari 3 pengelolaan sampah berdasarkan jenisnya yaitu : Pengelolaan sampah organic (ruang penanmpungan, ruang pencacahan, ruang pengomposan dan ruang pengayakan), pengelolaan sampah plastic (ruang penampungan, ruang penyortiran, ruang pencucian, ruang pengeringan, dan ruang penggilingan), Pengelolaan sampah anorganik (Ruang penampungan, ruang pemilahan). Adapun sarana pendukung lainnya yaitu gudang, kantor, garasi gerobak motor, garasi dump truck, pos jaga, kamar mandi. Total luas lahan yang dibutuhkan untuk perencanaan TPS 3R adalah 254, 14 m2.

(22)

I-10

No. Nama Peneliti Tahun Judul Peneltian Metode Hasil

7. Dian Kasih 2018 Studi Perancangan Dan Pemanfaatan TPS 3R Untuk Sampah TPS (Tempat Pengolahan Sampah Rumah Tangga

1. Teknik pengambilan sampel (SNI 19-3964-1994) , observasi langsung kelapangan, dan wawancara

2. Perencanaan TPS 3R dan RAB

1. Timbulan sampah pada tahun 2026 sebanyak 41.593,7 kg/hari atau 219,74 m3/hari dengan rata – rata timbulan sampah 0,265 kg/org/hari atau 1,4 L/org/hari

2. Komposisi sampah sisa makanan 65,38 %, plastik 12,78 %, kertas 9,73 %, kain/tekstil 3,67 %, logam 2,76 %, kaca/gelas 2,07 % kayu %, karet dan kulit 0,81

%, serta styrofoam 0,80 %.

3. Luas lahan TPS 3R seluas 1.488,24 m2, dengan ukuran 46,80 m x 31,80 m.

4. Perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk membangun TPS 3R di Kecamatan Medan Denai adalah Rp598.960.540 dan biaya operasional setiap bulannya diperkirakan sebesar Rp104.000.000 yang dapat terpenuhi dari perkiraan pemasukan perbulan sebesar Rp350.615.700.

(23)

I-11

No. Nama Peneliti Tahun Judul Peneltian Metode Hasil

8. Dina Ediana 2018 Analisis Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (3R) Pada Masyarakat di Kota Payakumbuh

1. Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling

1. Pengolahan sampah secara 3R belum terlaksana secara maksimal. Penyebabnya, hubungan sikap dengan pengolahan sampah 3R yang berhubungan signifikan.

Sikap masyarakat tidak melakukan pemilahan sampah berdasarkan jenis sampah, sehingga tidak mendukung pelaksanaan pengolahan sampah 3R. selain itu, pengetahuan dan status pekerjaan responden tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pengolahan sampah 3 R.

(24)

I-12 1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari tugas akhir berupa perancangan ini adalah:

1. Bagaimana kondisi pengelolaan sampah di Kecamatan Medan Helvetia?

2. Bagaimana desain tempat pengolahan sampah dengan prinsip reduce, reuse, recycle (TPS 3R) di Kecamatan Medan Helvetia.

1.3 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan ini adalah untuk merancang Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip reduce, reuse, recycle (TPS 3R) di Kecamatan Medan Helvetia.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang menjadi batasan dari perancangan ini ialah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.

2. Pengumpulan data primer dengan metode kualitatif, yaitu dengan kuisoner dan observasi lapangan.

3. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data penduduk tahun 2017, data timbulan dan komposisi sampah rumah tangga di Kecamatan Medan Helvetia diperoleh dari penelitian Cut Nindita Putri tentang Studi Karaktersitik Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Selayang di Kota Medan (Timbulan, Komposisi, Karakteristik dan Nilai Kalor) tahun 2018 berdasarkan SNI 19-3964-1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan.

4. Rancangan TPS 3R yang meliputi penentuan lokasi, perhitungan kesetimbangan material sampah masuk dan sampah keluar, penentuan peralatan pengolahan, perhitungan dimensi pengolahan, penentuan kebutuhan ruang.

5. Output perancangan ini mencakup perencanaan konsep alur pengelolaan TPS 3R, gambar desain , rencana anggaran biaya (RAB), dan jumlah residu yang dibuang ke TPA sampah.

6. Direncanakan sampah yang masuk ke TPS 3R sudah dipilah dari sumbernya.

7. Diasumsikan jumlah komposisi sampah untuk 10 tahun kedepan tetap sama.

8. Perencanaan TPS 3R di Kecamatan Medan Helvetia tanpa pengolahan lindi dan gas metan.

9. Sampah yang diolah pada perancangan ini yaitu sampah rumah tangga (permukiman).

(25)

I-13 1.5 Manfaat Perancangan

Perancangan ini diharapkan dapat mencapai manfaat berupa:

1. Penelitian ini dapat mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam bidang teknik lingkungan yang telah di dapatkan selama perkuliahan terkait pengelolaan sampah.

2. Menjadi acuan dalam Pengelolaan sampah rumah tangga tempat pengolahan sampah dengan prinsip reduce, reuse, recycle (TPS 3R) di Kecamatan Medan Helvetia.

3. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan pustaka untuk kepentingan perkembangan ilmu dan penelitian selanjutnya.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah

Berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.

Menurut Hartanto (2006), sampah adalah sisa bahan, limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.

2.2. Sumber Sampah

Menurut Tchobanoglous, dkk (1993), sampah yang ada pada suatu daerah atau tempat didominasi dari beberapa sumber berikut :

1. Pemukiman penduduk.

Sampah pada pemukiman dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun.

2. Tempat umum dan tempat perdagangan.

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah. Sarana layanan masyarakat yang dimaksud antara lain tempat hiburan khusus dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah lain.

3. Industri berat dan ringan.

Industri yang di maksud adalah industri makanan dan minuman, industry kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

(27)

II-2 4. Pertanian.

Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

2.3 Timbulan Sampah

Menurut SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional sampah perkotaan, Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita perhari, atau perluas bangunan, atau perpanjang jalan. Demikian juga timbulan (generation) sampah masing - masing sumber tersebut bervariasi satu dengan yang lain, seperti terlihat dalam standar pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Besarnya timbulan sampah berdasarkan sumbernya No Komponen Sumber Sampah Satuan Volume (Liter) Berat (Kg)

1 Rumah Permanen /orang/hari 2,25 – 2,50 0,350 – 0,400

2 Rumah semi permanen /orang/hari 2,00 – 2,25 0,300 – 0,350 3 Rumah non-permanen /orang/hari 1,75 – 2,00 0,250 – 0,300

4 Kantor /pegawai/hari 0,50 – 0,75 0,025 – 0,100

5 Toko/Ruko /petugas/hari 2,50 – 3,00 0,150 – 0,350

6 Sekolah /murid/hari 0,10 – 0,15 0,010 – 0,020

7 Jalan arteri sekunder /m/hari 0,10 – 0,15 0,020 – 0,100 8 Jalan kolektor sekunder /m/hari 0,10 – 0,15 0,010 – 0,050

9 Jalan local /m/hari 0,05 – 0,10 0,005 – 0,025

10 Pasar /m2/hari 0,20 – 0,60 0,100 – 0,300

Sumber : Damanhuri dan Padmi, 2010

Data mengenai timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah merupakan hal yang sangat menunjang dalam menyusun sistem pengelolaan persampahan di suatu wilayah. Data tersebut harus tersedia agar dapat disusun suatu alternatif sistem pengelolaan sampah yang baik. Jumlah timbulan sampah ini biasanya akan berhubungan dengan elemen-elemen pengelolaan sampah antara lain (Damanhuri dan Padmi, 2010):

a) Pemilihan peralatan, misalnya wadah, alat pengumpulan, dan pengangkutan b) Perencanaan rute pengangkutan

c) Fasilitas untuk daur ulang d) Luas dan jenis TPA.

Rata-rata timbulan sampah biasanya akan bervariasi dari hari ke hari, antara satu daerah dengan daerah lainnya, dan antara satu negara dengan negara lainnya. Variasi ini terutama disebabkan oleh perbedaan, antara lain (Damanhuri dan Padmi, 2010) :

(28)

II-3 a. Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya

b. Tingkat hidup: makin tinggi tingkat hidup masyarakat, makin besar timbulan sampahnya c. Musim: di negara Barat, timbulan sampah akan mencapai angka minimum pada musim panas d. Cara hidup dan mobilitas penduduk

e. Iklim: di negara Barat, debu hasil pembakaran alat pemanas akan bertambah pada musim dingin f. Cara penanganan makanannya.

2.4 Komposisi Sampah

Menurut SNI 19-3964-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah Kota Sedang dan Kota Kecil, komponen komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti, sisa-sisa makanan, kertas-karton, kayu, kain-tekstil, karet-kulit, plastik, logam besi-non besi, kaca dan lain-lain (misalnya tanah, pasir, batu dan keramik).

Menurut Damanhuri dan Padmi (2010), ada 3 jenis sampah berdasarkan kemampuannya mendegradasi yaitu :

1. Sampah yang membusuk (garbage) adalah sampah yang dengan mudah terdekomposisi karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan, pembuangan, maupun pengangkutannya. Pembusukan sampah ini dapat menghasilkan bau tidak enak, seperti ammoniak dan asam-asam volatil lainnya. Selain itu, dihasilkan pula gas-gas hasil dekomposisi, seperti gas metan dan sejenisnya, yang dapat membahaykan keselamatan bila tidak ditangani secara baik.

2. Sampah yang tidak membusuk atau refuse pada umumnya terdiri atas bahan-bahan kertas, logam, plastik, gelas, kaca, dan lain-lain. Sampah kering (refuse) sebaiknya didaur ulang, apabila tidak maka diperlukan proses lain untuk memusnahkannya, seperti pembakaran. Namun pembakaran refuse ini juga memerlukan penanganan lebih lanjut, dan berpotensi sebagai sumber pencemaran udara yang bermasalah, khususnya bila mengandung plastik PVC. Kelompok sampah ini dikenal pula sebagai sampah kering, atau sering pula disebut sebagai sampah anorganik.

3. Sampah berbahaya adalah semua sampah yang mengandung bahan beracun bagi manusia, flora, dan fauna. Sampah ini pada umumnya terdiri atas zat kimia organik maupun anorganik serta logam-logam berat, yang kebanyakan merupakan buangan industri. Sampah jenis ini sebaiknya dikelola oleh suatu badan yang berwenang dan dikeluarkan ke lingkungan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(29)

II-4 Komposisi sampah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor:

a) Cuaca: di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga akan cukup tinggi b) Frekuensi pengumpulan: semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin tinggi tumpukan

sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan berkurang karena membusuk, dan yang akan terus bertambah adalah kertas dan dan sampah kering lainnya yang sulit terdegradasi

c) Musim: jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang berlangsung

d) Tingkat sosial ekonomi: Daerah ekonomi tinggi pada umumnya menghasilkan sampah yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan sebagainya

e) Pendapatan per kapita: masyarakat dari tingkat ekonomi rendah akan menghasilkan total sampah yang lebih sedikit dan homogen dibanding tingkat ekonomi lebih tinggi.

f) Kemasan produk: kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan mempengaruhi. Negara maju cenderung tambah banyak yang menggunakan kertas sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang seperti Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas.

2.5 Teknik Operasional

Menurut Damanhuri dan Padmi (2010), Teknik operasional penanganan sampah perkotaan meliputi dasar-dasar perencanaan untuk kegiatan kegiatan :

1. Pewadahan sampah 2. Pengumpulan sampah 3. Pemindahan sampah 4. Pengangkutan sampah

5. Pengolahan dan pendaur-ulangan sampah 6. Pemrosesan akhir sampah.

Kegiatan pemilahan dan daur ulang semaksimal mungkin dilakukan sejak dari pewadahan sampah sampai dengan pemrosesan akhir sampah. Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri atas kegiatan pewadahan sampai dengan pemrosesan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya. Skema teknik operasional pengelolaan persampahan dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.

(30)

II-5 Gambar 2.1 Diagram Teknik Pengelolaan Persampahan

(Sumber : SNI 19-2454-2002)

2.6 Hierarki Pengelolaan Sampah

Menurut Damanhuri dan Padmi (2016), penanganan sampah secara umum dengan konsep pendekatan proses bersih terdiri dari :

a. Reduce (pembatasan), mengupayakan agar sampah yang dihasilkan seminimal mungkin

b. Reuse (guna-ulang), apabila sampah akhirnya terbentuk, maka mengupayakan memanfaatkan limbah tersebut secara langsung.

c. Recycle (daur-ulang), linbah atau sampah yang tersisa atau tidak dapat dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk dapat dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber energi.

d. Treatment (olah), sampah yang dihasilkan atau yang tidak dapat dimanfaatkan kemudian diolah, agar memudahkan penanganan berikutnya, atau agar dapat secara aman dilepas ke lingkungan.

e. Dispose (singkir), sampah yang tidak dapat diolah perlu dilepas ke lingkungan secara aman, yaitu melalui rekayasa yang baik dan aman seperti menyingkirkan pada sebuah lahan-urug (landfill) yang dirancang dan disiapkan secara baik.

f. Remediasi, media lingkungan (khusunya media air dan tanah) yang sudah tercemar akibat limbah yang tidak terkelola secara baik, perlu direhabilitasi atau diperbaiki melalui upaya rekayasa yang sesuai, seperti bioremediasi dan sebagainya.

Konsep proses bersih di atas kemudian lebih spesifik diterapkan dalam pengelolaan sampah, dengan penekanan pada reduce, reuse dan recycle, yang dikenal sebagai pendekatan/prinsip 3R. Upaya R1 (reduce), R2 (reuse) dan R3 (recycle) adalah upaya pengurangan sampah yang perlu ditangani.

(31)

II-6 Selanjutnya, usaha pengolahan atau pemusnahan sampah bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan bila sisa sampah dari hasil pengolahan tersebut dilepas ke lingkungan. Sebagian besar pengolahan dan/atau pemusnahan sampah bersifat transformasi materi yang dianggap berbahaya sehingga dihasilkan materi lain yang tidak mengganggu lingkungan.

2.7 Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R)

Menurut Permen PU No. 03 Tahun 2013 tentang peyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan dalam penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga, TPS 3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan.

Berdasarkan Petunjuk Teknis TPS 3R oleh Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Tahun 2017, Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) merupakan pola pendekatan pengelolaan persampahan pada skala komunal atau kawasan, dengan melibatkan peran aktif pemerintah dan masyarakat, melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat, termasuk untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan/atau yang tinggal di permukiman yang padat dan kumuh. Penanganan sampah dengan pendekatan infrastruktur TPS 3R lebih menekankan kepada cara pengurangan, pemanfaatan dan pengolahan sampah sejak dari sumbernya pada skala komunal (area permukiman, area komersial, area perkantoran, area pendidikan, area wisata, dan lain-lain).

Konsep utama pengolahan sampah pada TPS 3R adalah untuk mengurangi kuantitas dan/atau memperbaiki karakteristik sampah, yang akan diolah secara lebih lanjut di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah.

TPS 3R diharapkan berperan dalam menjamin kebutuhan lahan yang semakin kritis untuk penyediaan TPA sampah di perkotaan. Penyelenggaraan TPS 3R harus dilakukan secara sinergi dan berkesinambungan melalui:

1. Proses pelibatan masyarakat dan Pemerintah Daerah.

2. Proses pemberdayaan/penguatan masyarakat dan Pemerintah Daerah.

3. Proses pembinaan dan pendampingan Pemerintah Daerah untuk keberlanjutan TPS 3R.

2.8 Persyaratan Teknis Penyediaan TPS 3R

Berdasarkan Permen PU No. 03 Tahun 2013 tentang peyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan dalam penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga, persyaratan teknis penyediaan TPS 3R sebagaimana dimaksud harus memenuhi persyaratan teknis seperti : Lokasi, Fasilitas TPS 3R, Pendaur Ulangan Sampah dan Pembuatan Kompos.

2.8.1 Persyaratan Lokasi TPS 3R

Menurut Petunjuk Teknis TPS 3R oleh Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Tahun 2017, Persyaratan Lokasi TPS 3R sebagaimana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan teknis yaitu :

(32)

II-7 a. Luas TPS 3R bervariasi. Untuk kawasan perumahan baru (cakupan pelayanan 2000 rumah) diperlukan TPS 3R dengan luas 1000 m2. Sedangkan untuk cakupan pelayanan skala RW (200 rumah), diperlukan TPS 3R dengan luas 200-500 m2.

b. TPS 3R dengan luas 1000 m2 dapat menampung sampah dengan atau tanpa proses pemilahan sampah di sumber.

c. TPS 3R dengan luas <500 m2 hanya dapat menampung sampah dalam keadaan terpilah (50%) dan sampah campur 50%.

d. TPS 3R dengan luas <200 m2 sebaiknya hanya menampung sampah tercampur 20%, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80%.

2.8.2 Fasilitas TPS 3R

Menurut Permen PU No. 03 Tahun 2013 tentang peyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan dalam penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga, fasilitas TPS 3R meliputi wadah komunal, areal pemilahan, areal composting (kompos dan kompos cair), dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang lain seperti saluran drainase, air bersih, listrik, barier (pagar tanaman hidup) dan gudang penyimpan bahan daur ulang maupun produk kompos serta biodigester (opsional).

2.8.3 Pengolahan Sampah Anorganik pada TPS 3R

Berdasarkan Permen PU No. 03 Tahun 2013 tentang peyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan dalam penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga, pendaur ulangan sampah dapat dilakukan berdasarkan komposisinya antara lain:

a. Sampah yang didaur ulang minimal adalah kertas, plastik dan logam yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan untuk mendapatkan kualitas bahan daur ulang yang baik, pemilahan sebaiknya dilakukan sejak di sumber.

b. Pemasaran produk daur ulang dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak penampung atau langsung dengan industri pemakai.

c. Daur ulang sampah B3 Rumah tangga (terutama batu baterai dan lampu neon bekas) dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

d. Daur ulang kemasan plastik (air mineral, minuman dalam kemasan, mie instan, dan lain-lain) sebaiknya dimanfaatkan untuk barangbarang kerajinan atau bahan baku produk lainnya. Dibawah ini merupakan Jenis sampah plastik yang dapat didaur ulang secara spesifik ditunjukkan pada tabel 2.2.

(33)

II-8 Tabel 2.2 Jenis – Jenis Plastik

Jenis Polimer Kode Sifat Penggunaan

Polietilen tereftalat (PET)

Jernih, kuat, tahan pelarut, kedap gas dan air, melunak pada suhu 80OC

Botol minuman, minyak goreng, selai peanut butter, kecap dan sambal, tray biskuit

High density polyethylene (HDPE)

Keras hingga semi fleksibel, tahan terhadap bahan kimia dan kelembaban, permeable terhadap gasm permukaan berlilin (waxy), buram (opaque), mudah diwarnai, diproses dan dibentuk, melunak pada suhu 75OC

Botol susu cair dan jus, tutup plastik, kantong belanja, dan wadah es krim.

Polivinil klorida (PVC)

Kuat, keras, bisa jernih, bentuk dapat diubah dengan pelarut, melunak pada suhu 80OC

Botol jus, air mineral, minyak ayur, kecap, sambal, pembungkus makanan.

Low density polyethylene (LDPE)

Mudah diproses, kuat, fleksibel, kedap air, permukaan berlilin, tidak jernih tapi tembus cahaya, melunak pada suhu 70oC.

Pot yoghurt, kantong belanja (kresek), kantong roti dan makanan segar, botol yang dapat ditekan Polipropilen (PP) Keras tapi fleksibel, kuat, permukaan

berlilin, tidak jernih tapi tembus cahaya, tahan terhadap bahan tahan terhadap bahan kimia, panas dan minyak, kimia, panas dan minyak, melunak pada suhu 140OC

Pembungkus biskuit, kantong chips kentang, krat serealia, pita perekat kemasan dan sedotan

Polistiren (PS) Jernih seperti kaca, kaku, getas, buram, terpengaruh lemak dan pelarut, mudah dibentuk, melunak pada suhu 95OC

Wadah makanan beku, sendok, garpu

Other-lainnya (misalnya polikarbonat)

Keras, jernih, tahan panas Galon air mineral, botol susu bayi

Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2017

2.8.4 Pengolahan Sampah Organik pada TPS 3R

Menurut Petunjuk Teknis TPS 3R oleh Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Tahun 2017 terdapat beberapa teknologi pengomposan yang umum diterapkan antara lain:

1. Sistem Aerator Bambu

Teknik aerator bambu/aerator bambu dibuat dengan menimbun sampah organik di atas sebuah konstruksi segitiga bambu yang dipasangi bilah memanjang pada dua sisi segitiga itu, sehingga udara mengalir diantara rongga. Dengan demikian kebutuhan oksigen untuk komposting.

Gambar 2.2 Teknik Pengomposan Aerator Bambu Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2017

(34)

II-9 2. Teknik Bata Berongga

Teknik komposting ini dilakukan dengan menimbun sampah organik di dalam struktur boks bata berongga. Bata berongga berfungsi mengalirkan udara didalam timbunan sampah tersebut melalui pipa-pipa berpori. Konstruksi ini mengalirkan udara pada kompos melalui :

a) Lubang-lubang di dinding

b) Pipa-pipa vertikal dalam tumpukan.

Sementara lubang antar pipa pada bagian dasar adalah sebagai saluran dari air dalam tumpukan sampah di dalam boks.

Gambar 2.3 Teknik Pengomposan Bata Berongga Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2017

3. Teknik Takakura Susun

Metode komposting ini dilakukan dengan menimbun sampah organik kedalam keranjang berongga, (dapat terbuat dari plastik atau bambu). Ukuran keranjang takakura fleksibel. Bagian dasar keranjang berlubang sebagai cara untuk mengalirkan kelebihan air dari komposting.

Gambar 2.4 Teknik Pengomposan Takakura Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2017 4. Teknik Komposter Drum

Teknik komposter menggunakan drum adalah composting yang dilakukan secara tertutup untuk mendapatkan kompos dan pupuk cair yang berasal dari lindi kompos.

(35)

II-10 Berikut ini alur penggunaan komposter:

a) Rajang/cincang sampah organik hingga ukuran kecil 1 sampai 2 cm.

b) Kemudian semprotkan cairan bioaktifator tepat mengenai sampahnya sambil diaduk agar tercampur merata.

c) Masukkan rajangan sampah-sampah organik tersebut ke dalam tong/ drum komposter.

d) Pengisian sampah pada komposter ini bisa setiap saat dan berulangulang dalam sehari.

e) Tutup komposter dengan rapat. Pada proses pertama kali, pupuk cair (lindi) yang keluar melalui kran plastik baru dapat dihasilkan setelah kurang lebih 2 minggu, kemudian setelah itu bisa diambil setiap hari. Lindi atau pupuk cair yang dihasilkan dari komposter dapat langsung dipergunakan caranya dengan menambah air biasa dengan perbandingan 1:5. Lindi dapat dipakai untuk semua jenis tanaman dan akan sangat efektif untuk menggemburkan tanah karena akan mengundang cacing.

Gambar 2.5 Teknik Pengomposan Komposter Drum Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2017

2.9 Peran Serta Masyarakat

Masyarakat berperan serta dalam proses pengambilan keputusan,penyelenggaraan, dan pengawasan penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Peran serta masyarakat dapat berupa (Permen PU No. 03/PRT/M/2013) :

a. Pemberian laporan, usul, pertimbangan, dan/atau saran kepada Pemerintah dan/atau pemerintah daerah;

b. Pemberian saran dan pendapat dalam perumusan kebijakan dan strategi;

c. Pelaksanaan kegiatan penanganan sampah yang dilakukan secara mandiri dan/atau bermitra dengan pemerintah kabupaten/kota; dan/atau

d. Pemberian pendidikan dan pelatihan, kampanye, dan pendampingan oleh kelompok masyarakat kepada anggota masyarakat dalam penanganan sampah untuk mengubah perilaku anggota masyarakat.

(36)

II-11 Menurut Damanhuri (2016), Tanpa adanya partisipasi masyarakat penghasil sampah, semua program pengelolaan sampah yang direncanakan akan sia – sia . Salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam kebersihan adalah bagaimana membiasakan masyarakat kepada tingkah laku yang sesuai dengan program itu. Hal ini antara lain menyangkut : 1. Bagaimana merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib dan teratur.

2. Faktor – faktor sosial, struktur , dan budaya setempat.

3. Kebisaan dalam pengelolaan sampah selama ini

Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan, yaitu di antaranya:

1. Tingkat penyebaran penduduk yang tidak merata.

2. Tingkat kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan masih rendah.

3. Belum ada pola baku bagi pembinaan masyarakat yang dapat dijadikan pedoman pelaksanaan.

4. Masih banyak pengelola kebersihan yang belum mencantumkan penyuluhan dalam programnya.

5. Kehawatiran pengelola bahwa inisiatif masyarakat tidak akan sesuai dengan konsep pengelolaan yang ada.

2.10 Analisis Keseimbangan Material (material balance analysis)

Menurut Permen PU No. 03 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, Analisis kesimbangan material untuk mengetahui jumlah sampah yang masuk kelokasi pengolahan termasuk komposisi dan karakteristik sampah. Langkah ini bertujuan untuk membuat material balance guna mengetahui proses pengolahan yang akan dilakukan serta berapa produk yang di hasilkan dan residu yang dihasilkan. Langkah ini juga merupakan langkah awal untuk menentukan prakiraan luas lahan serta kebutuhan peralatan yang ada di TPS 3R.

Prinsip umum analisis kesetimbangan material adalah membuat sejumlah persamaan-persamaan yang saling tidak tergantung satu sama lain, dimana persamaan-persamaan tersebut jumlahnya sama dengan jumlah komposisi massa yang tidak diketahui. Persamaan neraca massa secara umum adalah (Wuryanti, 2016 dalam jurnal Iman, 2018):

Massa masuk = massa keluar + massa yang terakumulasi

Mmasuk = Mkeluar + Mresidu (2.1)

Untuk mengetahui jumlah sampah yang diolah setiap jam nya, dapat dilakukan perhitungan loading rate. Perhitungan loading rate dapat dilihat pada persamaan 2.2

Loading rate = Volume sampah (m3/hari) / Waktu Kerja (jam/hari) (2.2)

(37)

II-12 2.11 Proyeksi Penduduk

Terdapat beberapa cara perhitungan proyeksi penduduk secara matematis diantaranya yakni metode geometrik, metode aritmatik dan metode least square (Salmani, 2008):

a. Metode Aritmatik

Rumus yang digunakan dalam metode aritmatik adalah sebagai berikut:

Pn = Po + Ka (Tn – To) (2.3)

Ka = ( P2 – P1) / (T2 - T1) (2.4)

Keterangan:

Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n Po = Jumlah Penduduk pada tahun dasar Tn = Tahun ke-n

To = Tahun dasar

Ka = Konstanta Arithmatik

P1 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun pertama P2 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir T1 = Tahun pertama yang diketahui

T2 = Tahun terakhir yang dketahui b. Metode Geometrik

Rumus yang digunakan dalam mengitung proyeksi penduduk menggunakan metode geometrik ialah:

Pn = Po ( 1 + r )n (2.5)

Keterangan:

Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n Po = Jumlah Penduduk pada tahun dasar r = Laju pertumbuhan penduduk n = Jumlah interval waktu

c. Metode Least Square

Berikut Rumus yang digunakan dalam metode least square:

Y = a + b . X (2.6)

(∑ ∑ )- (∑ ∑ )

( ∑ ) -( ∑ ) (2.7) ( ∑ )- (∑ ∑ )

( ∑ ) -( ∑ ) (2.8) Keterangan:

Y = Nilai variabel berdasarkan garis regresi

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berbagai kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan teknik ini, wawancara menajadi teknik pengumpulan data dalam penelitian ini untuk mengetahui secara pasti

antara peserta dalam sistem pemerintahan, Pemegang saham pengendali+ &#34;ang mungkin merupakan individu+ kepemilikan keluarga+ aliansi blok+ atau perusahaan lain &#34;ang

dengan maksud melindungi dan mengayomi anak yang berhadapan dengan hukum melalui pembinaan untuk menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, dan berguna bagi diri

Artinya hal ini menjelaskan bahwa kedua variabel independen yaitu inflasi dan pertumbuhan penduduk tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama.Hal

Distribusi nilai tingkat resiko waktu antar kelompok variabel memiliki kecenderungan yang sama seperti pada tingkat resiko biaya, yaitu secant pile memiliki resiko

Hal ini sesuai pernyataan Reksohadiprodjo 1800 kg/ha, sedangkan untuk g tahan terhadap naungan dan pemupukan yang tinggi adalah interaksi N2T1P1 dengan kandungan protein kasar yaitu

Data timbulan, komposisi, dan karakteristik fisika sampah rumah tangga diperoleh dari penelitian yang dilakukan Ria Annisa Dalimunthe (2018) tentang Studi Karakteristik Sampah

topik penelitiannya dilihat dari lembar konsultasi yang dipegang oleh masing- masing mahasiswa, kemudian dari ketiga data tersebut yang penulis analisis mengenai