• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan 1. Hasil Kajian Empirik Kebutuhan Peserta Didik SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan 1. Hasil Kajian Empirik Kebutuhan Peserta Didik SMA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan 1. Hasil Kajian Empirik Kebutuhan Peserta Didik SMA

Kajian empirik dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyebar instrumen angket kepada peserta didik SMA di Surakarta dan melakukan wawancara pada guru BK di dua sekolah yaitu SMA 2 Batik Surakarta dan SMA N 6 Surakarta.

Penyebaran instrumen angket yang ditujukan kepada peserta didik SMA di Surakarta ini dilaksanakan pada bulan Januari 2020. Aspek yang dipilih dalam angket ini berdasarkan pada tugas-tugas perkembangan peserta didik SMA yang mengacu pada Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling SMA yang di dalamnya mencakup tiga bidang layanan BK yaitu pribadi-sosial, karier, dan belajar. Hasil dari 207 responden ini menunjukkan permasalahan peserta didik terkait dengan Bidang pribadi-sosial sejumlah 141 responden (68,4%), bidang belajar sejumlah 117 responden (61%), bidang karier sejumlah 126 responden (57,5%). Peneliti juga menyebar angket yang berkaitan dengan kebutuhan konseling online berbasis aplikasi LINE sejumlah 162 responden dengan persentase 78,3%.

Sedangkan melalui hasil wawancara terhadap beberapa guru BK, ditemukan fakta bahwa tingginya tingkat kebutuhan siswa terkait dengan layanan BK yang tidak sepadan dengan jumlah guru BK, serta anggapan para peserta didik yang masih menganggap bahwa guru BK adalah polisi sekolah. Berdasarkan hambatan yang dialami oleh para guru BK tersebut, perlu adanya media yang dapat digunakan peserta didik untuk mendapatkan layanan BK dengan mengikuti perkembangan teknologi agar dapat dimanfaatkan dimana saja dengan mudah, cepat, dan praktis. Salah satunya adalah dengan melakukan konseling berbasis aplikasi LINE.

commit to user

(2)

2. Hasil Kajian Teoritik Panduan Konseling Berbasis Aplikasi LINE untuk Peserta Didik SMA Di Surakarta

Kajian teoritik dilakukan dengan menggunakan studi literatur. Kajian teoritik disesuaikan dengan penggunaan literatur yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Studi literatur ini diperoleh melalui buku, jurnal, artikel, dan media massa yang berasal dari sumber referensi yang dapat dipertanggung jawabkan karya ilmiahnya. Kajian teoritik ini dimanfaatkan sebagai landasan teori penelitian dan pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakarta yang memenuhi kriteria konsistensi yang merupakan kebutuhan untuk intervensi dan didesain untuk memenuhi keterkaitan konsep dan hubungan variabel secara relevan. Hasil dari kajian teoritik ini dibagi menjadi dua yaitu : (1) Hasil kajian teoritik mengenai konseling online; (2) Hasil kajian teoritik mengenai aplikasi Line dan (3) Hasil kajian teoritik mengenai kebutuhan peserta didik SMA.

Tiga hasil kajian teoritik dapat diperinci sebagai berikut : a. Hasil Kajian Teoritik mengenai Konseling Online

No. Judul literatur Karya

1. Applying Technology to Online Counseling:

Suggestions for the Beginning ETherapist’, Journal of Instructional Psychology,

Elleven, R, & Allen. (2004).

2. Face to face supervision of online councelors.

Supervisor perspectives

Haberstroh, S., & Duffey, T.

(2011).

3. Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan E-Konseling. Jurnal Konseling dan Pendidikan

Ifdil, & Ardi, Z. (2013)

4. Penyelenggaraan Layanan Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan E- Konseling.

Ifdil. (2011).

5. Pelayanan e-Konseling (Pengolahan Hasil Pengadministrasian Alat Ungkap Masalah (AUM) dengan Menggunakan Program Aplikasi).

Ifdil. (2009).

6. Therapist-delivered Internet psychotherapy for depression in primary care: A randomised controlled trial.

Kessler, D., et. All

(3)

7. The practical aspects of online counseling:

Ethics, training, technology, and competency.

Counseling Psychologist

Mallen, M. J., Vogel, D. L.,

& Rochlen, A. B. (2005).

8. Online Counseling, Reviewing the Literature From a Counseling Psychology Framework.

The Counseling Psychologist

Mallen, Michael J. David L, dkk. (2011).

9. Therapy Online (a practical guide). Nagel, D.M, & Anthony, K.

(2010).

10. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling Prayitno. (2004).

Tabel 4. 1. Kajian Teori mengenai Konseling Online

b. Hasil Kajian Teoritik Mengenai Aplikasi LINE

No. Judul literatur Karya

1. Pengaruh Perceived Usefulness dan Perceived Ease Of Use Therhadap Behavioral Intention Dengan Pendekatan Technologi Acceptance Model (TAM) pada Pengguna Instant Messaging LINE di Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis

Aditya, W, &

Wardhana, A. (2016).

2. A Chatbot System for Mental Healthcare Based on SAT Counseling Method.

Kamita,T., Ito, T., Matsumoto, A., Munakata, T., & Inoue, T. (2019)

3. Fitur-fitur dalam LINE OFFICIAL ACCOUNT Linebiz.com. (2020)

4. Studi Observasi terhadap Penggunaan Aplikasi LINE oleh Generasi Millenial.

Jurnal Sosial Humaniora Terapan

Naldo, & Satria, H.W.

(2018).

5. Hootsuite (We are Social): Indonesian Digital Report 2019

Riyanto, A.D. (2019).

6. Penggunaan Media Sosial oleh Digital Native. Jurnal Ilmu Komunikasi

Supratman, L.P.

(2018).

Tabel 4. 2. Hasil Kajian Teoritik Mengenai Aplikasi LINE

(4)

c. Hasil Kajian Teoritik Mengenai Kebutuhan Peserta Didik SMA

No. Judul literatur Karya

1. Perkembangan Peserta Didik. Surakarta:

UNS Press

Chasiyah, Chadidjah, &

Legowo, Edy (2009).

2. Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas (SMA).

Kemendikbud. (2016).

3. Makna Psikologi Perkembangan Peserta Didik

Suparmin. (2010) 4. Developmental Guidance and Counseling :

A Practical Approach Fifth edition.

Minneapolis : Educational Media Corporation

Myrick, Robert D.

(2011).

Tabel 4. 3. Hasil Kajian Teoritik Mengenai Kebutuhan Peserta Didik SMA

2. Hasil Pengembangan Konseling Berbasis Aplikasi LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakarta yang Memenuhi Kriteria Relevansi dan Konsistensi

Hasil dari kajian empirik dan kajian teoritik yang dilakukan dalam penelitian dan pengembangan ini merupakan dasar dari pembuatan produk yang memenuhi kriteria relevance yang merupakan kebutuhan untuk intervensi dan didesain untuk memenuhi keterkaitan konsep dan hubungan variabel secara relevan. Secara terperinci terdapat dua produk yang akan dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan ini, yang pertama adalah fitur konten dalam sebuah akun aplikasi LINE yang bernama “KODALINE” yang ditujukan bagi para peserta didik SMA di Surakarta, produk kedua merupakan buku panduan penggunaan “KODALINE”

yang akan dibagi menjadi dua bagian yaitu penjelasan penggunaan yang ditujukan bagi konselor dan yang ditujukan bagi para peserta didik SMA di Surakarta.

a. Akun LINE “KODALINE”

KODALINE merupakan nama dari akun yang terdapat dalam aplikasi LINE yang dibuat oleh peneliti. KODALINE sendiri merupakan akronim dari Konseling Online dalam LINE. Produk ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan layanan BK bagi para peserta didik SMA yang berada di Surakarta. Produk ini

(5)

dibuat untuk meningkatkan layanan BK dari para peserta didik khususnya pada bidang pribadi-sosial, belajar, dan karier. KODALINE memiliki konten-konten yang sangat bermanfaat bagi para peserta didik, dalam akun ini terdapat tiga konten yaitu konten KODALINE atau konseling secara online, TOD (Topic of The Day), dan NT (Night Thoughts).

1) Logo Kodaline/ Menambahkan Teman Akun Kodaline

Gambar 4. 1. Menambahkan KODALINE sebagai teman

Gambar 4.1 diatas merupakan langkah awal konseli bergabung atau berteman dengan KODALINE. Konseli harus menambahkan “Kodaline”

untuk dapat mendapatkan layanan BK dari produk ini. Setelah menambahkan KODALINE sebagai teman akan ada greeting message yang otomatis dikirim oleh akun Kodaline di ruang obrolan

(6)

2) Menu pada Kodaline

Gambar 4. 2. Opsi pilihan Menu pada ruang obrolan

Menu yang terletak pada bagian bawah ruang obrolan ini terdapat tiga opsi pilihan yaitu Konten, Jadwal, dan Konselor. Setiap pengguna yang ingin mengetahui informasi terkait dengan akun ini dapat memilih tiap-tiap pilihan yang terdapat pada menu, maka akan terdapat pesan masuk yang menjelaskan tiap-tiap pilihan menu tersebut. Menu konten menjelaskan terkait dengan konten apa saja yang dapat dimanfaatkan dalam Kodaline ini, kemudian menu Jadwal menjelaskan tentang Jadwal dari setiap konten terdapat jam dan juga hari yang dapa menginformasikan kepada calon konseli. Terakhir adalah Menu Konselor, pada menu ini akan ditampilkan display nama dan juga pendidikan serta dimana para konselor ini bekerja.

3) Konten dari KODALINE

Gambar 4. 3. Konten-konten dalam KODALINE

(7)

Tampilan menu pada penjelasan sebelumnya (Gambar 4.3), ketika memilih menu “Konten” akan muncul tiga kotak yang masing-masing terdapat konten yang terdapat dalam akun ini diantaranya yaitu Kodaline, Night Thoughts, dan Topic of The Day. Cara mengetahui penggunaan dari masing-masing konten ini adalah dengan memilih tiap kotak tersebut maka akan ada pesan otomatis yang menjelaskan tiap konten yang anda inginkan.

Konten pertama adalah KODALINE, konten ini merupakan inti dari akun ini sendiri. KODALINE merupakan layanan konseling individual yang dapat dilakukan dengan cara online. Pemberian layanan konseling individual ini sekaligus menjadi keterbatasan dari produk ini karena proses konseling yang dapat dilakukan hanya dibatasi konseling secara individual saja. Konten selanjutnya adalah Night Thoughts (NT), NT merupakan suatu wadah dimana para peserta didik dapat mengirimkan cerita atau keresahannya dalam bentuk karya sastra atau tulisan seperti cerpen atau puisi. Konten terakhir adalah Topic of The Day (TOD), konten ini berisi tentang tema pembahasan yang akan ditentukan oleh admin yang telah disesuaikan dengan topik yang sedang hangat. Melalui TOD pengguna dan admin serta para guru BK dapat berdiskusi terkait dengan tema tersebut.

b. Buku Panduan “KODALINE”

Buku Panduan penggunaan “KODALINE” dalam Penelitian Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakarta ini dibagi menjadi dua buku yaitu bagi Guru BK dan peserta didik.

Buku panduan bagi Guru BK berisi : (1) Sampul; (2) Kata Pengantar; (3) Daftar Isi; (4) Daftar Gambar; (5) Pendahuluan; (6) Langkah-langkah Penggunaan Sebagai Guru BK; (7) Penutup. Sedangkan buku panduan bagi peserta didik berisi: (1) Sampul; (2) Kata Pengantar; (3) Daftar Isi; (4) Daftar Gambar; (5) Pendahuluan; (6) Langkah-langkah Penggunaan Sebagai Peserta Didik; (7) Penutup.

(8)

1) Sampul

Sampul merupakan identitas dari suatu buku, maka dari itu peneliti menyesuaikan desain sampul dengan tema dari Buku Panduan Penggunaan

“KODALINE” ini. Berikut merupakan desain sampul dari Buku Panduan Penggunaan “KODALINE” yang dibuat terbagi menjadi dua buku yang ditujukan bagi Guru BK dan peserta didik.

Gambar 4. 4. Sampul Buku Panduan Bagi Guru BK dan Peserta Didik SMA di Surakarta

Buku panduan ini akan dicetak pada Art Paper berukuran A4 (15cm x 21 cm). Isi dari sampul Buku Panduan Penggunaan KODALINE ini adalah judul buku, gambar ilustrasi sesuai isi, nama penyusun, program studi, fakultas, dan universitas dari peneliti. Warna-warna cerah pada tulisan

“Buku Panduan” ini mewakili jiwa muda dari para peserta didik. Objek- objek kecil yang menjadi latar belakang pada buku panduan ini melambangkan simbol teknologi dan juga menyiratkan bidang-bidang pada layanan bimbingan dan koseling (pribadi-sosial, belajar, dan karier).

Pada buku panduan ini juga terdapat logo “KODALINE” yang terletak pada bagian muka sampul dan juga pada bagian belakang sampul. Warna biru sebagai warna dominan buku panduan bagi guru BK melambangkan kewibawaan seorang konselor, sedangkan warna kuning yang dominan pada buku panduan bagi peserta didik melambangkan keceriaan dan rasa keingin tahuan.

(9)

2) Kata Pengantar

Kata pengantar adalah bagian yang teramat penting dalam suatu buku.

Fungsi dari kata pengantar adalah sebagai deskripsi pembuka dalam buku panduan. Kata pengantar juga menjelaskan secara sekilas mengenai latar belakang dan cara berpikir secara sistematis dari peneliti dalam proses pembuatan produk yang berkualitas.

3) Daftar Isi

Penyusunan buku panduan tidak akan terlepas dari daftar isi. Daftar isi berguna sebagai pencarian materi yang dibutuhkan secara singkat yang akan memudahkan pembaca mencari suatu bab atau halaman tertentu.

Susunan daftar isi pada buku panduan bagi guru BK terdiri dari Halaman Sampul, Halaman Judul, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Gambar, Bab I Pendahuluan, Bab II Langkah-langkah Penggunaan Bagi Guru BK terdiri dari dua sub bab yang pertama yaitu penjelasan masuk melalui website dan yang kedua masuk melalui aplikasi LINE OA, dan Bab III Penutup.

Sedangkan daftar isi buku panduan bagi peserta didik yaitu Halaman Sampul, Halaman Judul, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Gambar, Bab I Pendahuluan, Bab II Langkah-langkah Penggunaan Bagi Peserta Didik yang berisi dua sub bab yang pertama menjelaskan mengenai website KODALINE dan yang kedua mengenai penggunaan KODALINE dalam aplikasi Line, dan Bab III Penutup

4) Bab I Pendahuluan

Pada kedua buku panduan baik bagi guru BK dan juga bagi peserta didik memiliki dua poin yang akan dijelaskan pada Bab I ini. Dua poin tersebut yaitu latar belakang dan tujuan penulisan. Latar belakang berisi mengenai mengapa peneliti ingin mengembangkan produk KODALINE ini. Tujuan penulisan secara konkret adalah hal yang akan dituju setelah produk selesai, yaitu bagi guru BK dan para peserta didik sebagai pedoman

(10)

penggunaan KODALINE sebagai media dalam pemberian layanan konseling secara online.

5) Bab II Langkah-langkah Penggunaan a) Bagi Guru BK

Bab II Langkah-Langkah Penggunaan Bagi Guru BK dibagi menjadi dua yaitu, Website KODALINE dan Masuk Aplikasi LINE OFFICIAL ACCOUNT (OA). Website KODALINE menjelaskan terkait apa itu KODALINE serta terdapat penjelasan secara umum fitur konten yang dapat dimanfaatkan. Sedangkan Masuk Aplikasi LINE OA merupakan penjelasan secara rinci bagi Guru BK untuk dapat melakukan konseling mulai dari proses log-in hingga log-out dari akun KODALINE

b) Bagi Peserta Didik

Bab II Langkah-Langkah Penggunaan Bagi Peserta Didik hampir sama dengan guru BK. Buku panduan bagi peserta didik juga dibagi menjadi dua yaitu: Website KODALINE dan Kodaline dalam Aplikasi LINE. Penjelasan terkait dengan website menjelaskan mengenai gambaran umum fitur konten yang terdapat dalam KODALINE.

Melalui website ini peserta didik juga dapat menambahkan akun KODALINE melalui kode QR yang terdapat pada beranda (homepage) website tersebut. Sedangkan penjelasan terkait kodaline dalam aplikasi LINE berisi tentang langkah-langkah secara rinci pemanfaatan fitur konten dalam akun KODALINE, mulai dari menambahkan teman, kemudian bagaimana cara memulai fitur konten dalam akun KODALINE, hingga cara bagaimana pelaksanaan konseling secara online.

(11)

6) Bab III Penutup

Bab penutup adalah bab terakhir dalam buku panduam ini. Pada bab penutup berisi mengenai kesimpulan, kesan, dan permohonan saran dari pembaca dan pengguna KODALINE.

B. Pembahasan Hasil Pengembangan

Penelitian dan pengembangan ini merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan produk. Desain penelitian dan pengembangan pada penelitian ini menggunakan metode educational design research dari Plomp & Nieveen (2013) yang memiliki tiga tahapan metode penelitian dan pengembangan yaitu; (1) Preliminary research atau studi pendahuluan; (2) development or prototyping phase; dan (3) Assessment phase / Implementation. Penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dibatasi hanya sampai pada tahapan kedua yaitu development or prototyping phase, dengan produk yang memenuhi kriteria relevansi yang merupakan kebutuhan untuk intervensi dan didesain untuk memenuhi keterkaitan konsep dan hubungan variabel secara relevan.

Penentuan variabel yang akan digunakan dalam penyusunan penelitian ini berdasarkan pada kajian empirik dan kajian teoritik. Seperti yang sudah dijelaskan kajian empirik dalam penelitian ini didapat melalui studi literatur dan studi lapangan.

Studi literatur yang dilakukan adalah dengan berdasarkan assessment dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh mahasiswa BK 2012 pada tahun 2016 terkait dengan kebutuhan dan kepentingan layanan BK dalam bidang pribadi-sosial, belajar, dan karier di SMA Di Surakarta dengan hasil pribadi-sosial 68,4%, bidang belajar 64,3%, dan bidang karier sejumlah 64,4%.

Sedangkan studi lapangan yang dilakukan oleh peneliti mengenai kebutuhan peserta didik terhadap bidang layanan BK melalui google form menghasilkan tiga bidang layanan yaitu bidang pribadi-sosial (68,4%), bidang belajar (61%), bidang karier (57,5%). Melalui hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa persentase kebutuhan peserta didik akan bidang layanan BK lebih dari 50%. Selain menyebar angket melalui

(12)

google form peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa guru BK SMA di Surakarta. Hasil dari wawancara dengan beberapa guru BK SMA di Surakarta menyatakan bahwa masih terdapat beberapa hambatan yang dialami dalam penyampaian layanan BK terhadap para peserta didik.

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa selain menggunakan kajian empirik, dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan kajian teoritik. Rahardjo (2011) memaparkan bahwa teori akan memberikan peneliti inspirasi untuk dapat memahami suatu persoalan. Teori merupakan sebuah pengalaman yang didapat peneliti dalam kegiatan ilmiah akan menambah daya analisa peneliti dalam memahami suatu masalah secara mendalam. Berikut hasil kajian teoritik yang sudah dilakukan peneliti.

Hasil dari kajian teoritik yang telah dilakukan terkait dengan penelitian mengenai Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakartaini menunjukkan bahwa bidang layanan BK menurut ASCA (2005), mengungkapkan bahwa “many models or guides group standards under the domains of academic, career, and personal-social”. Menurut pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa banyak model atau panduan standard yang ditemukan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling (BK) komprehensif diantaranya yaitu akademik, karier, dan pribadi-sosial.

Berdasarkan tiga bidang layanan yang telah disebutkan diatas, tidak dapat dipungkiri pada generasi 4.0 seperti sekarang ini pemberian layanan BK harus dapat berdampingan dengan perkembangan teknologi. Prayitno (Ardi, Yendir, & Ifdil, 2013), mengungkapkan bahwa perkembangan konseling tidak lepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Metode dalam pemberian layanan konseling yang awalnya hanya sebatas pertemuan tatap muka (face to face) antara konselor dan klien, hingga pada masa sekarang ini konseling dapat diselenggarakan dengan berbagai media yang memungkinkan hubungan konseling jarak jauh. Awabil & Akosan (2018) berpendapat bahwa, di dunia yang semakin maju ini kebutuhan layanan konseling akan semakin memiliki masalah yang beragam bagi para siswa. Bentuk lain dari konseling telah muncul di negara maju seperti Amerika dan Kanada. Bentuk lain dari konseling ini

(13)

dirasa lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan konseling dengan menggunakan teknologi, konseling ini dikenal dengan konseling online . Menurut Attridge (2004), beberapa siswa lebih menyukai bentuk komunikasi berjarak jauh karena memungkinkan mereka untuk bebas mengekspresikan diri sehingga lebih nyaman menunjukkan perasaan mereka melalui media ini. Beberapa siswa melihat konseling online sebagai suatu terobosan yang menarik.

Haberstroh (2011), menjelaskan bahwa konseling online adalah klien dan konselor berkomunikasi dengan menggunakan streaming video dan audio yang bertujuan untuk membantu menyelesaikan permasalahan klien. Shaw (2006), menjelaskan penggunaan konseling online ini dipilih karena memiliki banyak keuntungan diantaranya: (1) mampu menangani konseli yang berada di tempat terisolasi, (2) membantu konseli yang memiliki kekurangan fisik, atau sakit keras, (3) membantu konseli yang tidak bersedia menjalani konseling secara langsung (face to face), (4) merasa lebih nyaman mengekspresikan diri dalam bentuk tulisan.

Di Indonesia, Ifdil (2009) memperkenalkannya konseling online dengan istilah Pelayanan E-Konseling. Konseling online adalah proses konseling yang dilakukan dengan alat bantu jaringan sebagai penghubung antara konselor dengan kliennya. Hal senada juga diungkapkan oleh Siradjuddin (2017), yang berpendapat bahwa konseling online atau e-counseling merupakan kegiatan membantu (terapi) yang dilakukan oleh seorang konselor terhadap masalah yang dihadapi oleh seorang klien dengan memanfaatkan teknologi informasi berupa komputer dan internet.

Menurut Ifdil (2011), dalam pelaksanaan atau pemberian layanan konseling online terdapat beberapa jenis media yang dapat dimanfaatkan. Diantaranya yaitu terdapat konseling online melalui website/ situs, Email counseling (konseling surat elektronik), video conferencing (konferensi video), telephone counseling (konseling melalui telepon), dan online chat counseling (konseling melalui obrolan online). Dalam penelitian ini, peneliti memanfaatkan online chat counseling sebagai media perantara dalam pelaksanaan konseling online. Online chat counseling dapat digunakan dengan memanfaatkan beberapa platform media sosial, diantaranya yaitu Whatsapp, Line,

(14)

Instagram, Kakaotalk, Twitter, Telegram dsb. Berdasarkan jenis-jenis platform media sosial yang ada dan di sesuaikan dengan pemanfaatannya dalam pemberian layanan konseling, aplikasi LINE merupakan yang paling cocok penggunaannya dalam pelaksanaan konseling online ini.

Naldo & Satria (2018) mengungkapkan bahwa LINE merupakan sebuah aplikasi pengiriman pesan instan yang dapat diunduh secara gratis yang dapat digunakan pada berbagai platform seperti telepon cerdas, tablet, dan komputer. Kesuksesan LINE sebagai aplikasi pengiriman pesan instan ini nampak dari penggunanya yang telah mencapai 101 juta jiwa dari 230 negara di dunia. LINE telah menduduki posisi pertama dalam kategori aplikasi gratis di 42 negara.

Menurut Aditya & Wardhana (2016), pengguna aplikasi LINE di Indonesia saat ini telah mencapai 30 juta pengguna, setelah Jepang menduduki posisi puncak dengan 52 juta pengguna dan Thailand sebanyak 27 juta pengguna. Penggunaan aplikasi LINE ini dirasa sangat cocok dalam kegiatan konseling online karena di dalam fiturnya terdapat fitur broadcast, chat 1:1, timeline, halaman akun, halaman promosi, halaman reset, dan statistik yang dapat membantu pelaksananaan dan pengembangan konseling online ini agar dapat berjalan secara maksimal. Berdasarkan hal tersebutlah penggunaan aplikasi LINE dipilih dalam penyusunan penelitian ini.

Di Surakarta konseling berbasis aplikasi LINE memang masih terbilang awam terutama konseling online yang memang dikhususkan bagi peserta didik SMA di Surakarta yang tujuannya adalah guna meningkatkan layanan bidang bimbingan dan konseling yang diantaranya terdapat bidang pribadi-sosial, belajar, dan karier.

Berdasarkan hasil penelitian yang disebarkan melalui angket dengan menggunakan googleform yang dilakukan oleh peneliti terkait dengan kebutuhan konseling berbasis aplikasi LINE di Surakarta, ditemukan hasil sejumlah 159 responden (79.25%) yang merupakan peserta didik SMA di Surakarta menyatakan setuju dengan adanya produk konseling berbasis aplikasi LINE ini.

Di Jepang tepatnya University of Tsukuba, Kamita dkk (2019) melakukan penelitian terkait dengan penggunaan sistem chatbot untuk perawatan kesehatan

(15)

mental berdasarkan metode konseling dengan menggunakan aplikasi LINE. Hasil penelitian tersebut yaitu penggunaan chatbot dalam aplikasi LINE dapat meningkatkan motivasi, dapat mengurangi stresdanefektif dalam penanganan kesehatan mental secara mandiri.

Melalui kajian empirik dankajian teoritik menurut beberapa ahli maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi LINE dalam konseling online dirasa mampu menjadi alternatif solusi dan inovasi baru yang dirasa efektif bagi peserta didik untuk mendapatkan layanan BK yang mencakup bidang pribadi-sosial, belajar, dan karier.

Menurut Plomp & Nieveen (2013) untuk mengoptimalkan desain dan pengembangan, perlu adanya kriteria umum dalam intervensi berkualitas tinggi yang terdiri dari empat aspek diantaranya yaitu, relevansi, konsistensi, kepraktisan, dan efektivitas.

Pemenuhan aspek relevansi dapat dilakukan melalui kajian empirik dan kajian teoritik yang dilakukan oleh peneliti. Suatu produk dapat dibangun berdasarkan pada kajian empirik dan kajian teoritik yang relevan dengan berbagai referensi maupin hasil-hasil penelitian yang mutakhir serta memiliki keterkaitan antar variabel yang akan dikembangkan.

Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE untuk Peserta Didik SMA di Surakartaini hanya akan sampai pada pembuatan produk yang memenuhi kriteria relevansi saja. Selanjutnya untuk kriteria konsistensi, kepraktisan, dan efektivias akan dilakukan pada penelitian selanjutnya. Keputusan ini dilakukan berdasarkan ungkapan Rusdi (2018), yang menyatakan bahwa pada tingkatan sarjana dan magister penelitian dan pengembangan mahasiswa umumnya mengembangkan produk hanya mencakup pada bahan ajar, multimedia, pembelajaran, strategi dan model pembelajaran, serta instrumen penilaian. Keputusan lainnya yaitu penelitian dan pengembangan ini tidak dapat dipungkiri membutuhkan prosedur ataupun tahapan yang relative panjang dan berkesinambungan mulai dari studi eksplorasi, penyusunan kajian teori, kerangka berpikir, pemilihan desain research and development, penyusunan produk, evaluasi formatif, dan evaluasi sumatif.

(16)

Produk yang akan dihasilkan pada penelitian ini berupa akun dalam aplikasi LINE yang bernama KODALINE. Akun KODALINE merupakan suatu akun yang di dalamnya terdapat beberapa konten yang bermanfaat sebagai pemberian layanan BK diantarnya Konseling Online dalam Aplikasi LINE (KODALINE), Night Thoughts, dan Topic of The Day. Produk ini dikhususkan bagi para peserta didik SMA di Surakarta. Pemberian layanan BK ini dilakukan oleh beberapa guru BK yang mengajar di beberapa SMA di Surakarta yang telah memenuhi kriteria. Beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh konselor dalam KODALINE ini yaitu merupakan Guru BK yang merupakan lulusan Bimbingan dan Konseling, sudah bekerja menjadi guru BK minimal selama 2 tahun, dan mahir dalam penggunaan teknologi komunikasi khususnya aplikasi LINE. Selanjutnya, apabila guru BK sudah memenuhi kriteria yang disebutkan, maka akan diberikan pakta integritas bahwa telah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Produk lain yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah buku panduan penggunaan KODALINE yang berisikan langkah-langkah dalam penggunaan akun KODALINE.

Buku Panduan yang dihasilkan ini di tujukan bagi guru BK dan Peserta didik. Bagi guru BK menjelaskan mulai dari pengenalan website KODALINE hingga melakukan konseling secara online. Bagi para peserta didik SMA di Surakarta buku panduan ini menunjukkan cara pemanfaatan akun KODALINE mulai dari membuka website KODALINE hingga menjelaskan fitur konten yang terdapat dalam akun ini serta bagaimana cara melakukannya.

Produk yang dihasilkan pada penjelasan di atas sudah didasarkan pada kajian empirik dan kajian teoritik. Melalui beberapa kajian yang dilakukan, produk konseling online berbasis aplikasi LINE yang diperuntukkan bagi peserta didik SMA di Surakarta ini dapat dipastikan menjadi produk baru dan belum pernah dikembangkan sebelumnya khususnya di Kota Surakarta. Sebelumnya, menurut penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMA N 6 Surakarta selama masa magang kependidikan 3, mendapakan hasil bahwa terdapat guru BK yang sudah pernah melakukan konseling online dengan menggunakan aplikasi Whatsapp, namun fitur dalam aplikasi tersebut dirasa kurang

(17)

lengkap dalam pemberian layanan BK secara online. Selain itu, terdapat juga media konseling online yang melalui aplikasi bernama Kalm. Namun, menurut Dailysocial.id (2018) untuk menikmati layanan Kalm, pengguna harus mengeluarkan biaya perminggunya berkisar Rp 350.000 yang terbilang cukup mahal di kalangan siswa SMA. Selain itu melalui website get-kalm.com (2018), klasifikasi untuk menjadi seorang konselor salah satunya yaitu memiliki ijazah minimal S2 konseling, psikolog, psikiatri atau memiliki gelar psikolog, sedangkan pada KODALINE klasifikasi untuk menjadi konselor adalah minimal memiliki ijazah S1 BK dan telah bekerja menjadi guru BK minimal 2 tahun.

Pemilihan konseling online dipilih karena diasumsikan dapat menjadi alternatif dalam peningkatan layanan BK pada bidang pribadi-sosial, belajar, dan karier yang telah didasarkan pada kajian teoritik sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pemilihan media yang digunakan yaitu aplikasi LINE yang telah disesuaikan dengan kriteria yang disebutkan Sanjaya (2008) dalam bentuk chek list sebagai berikut:

“Kriteria khusus dalam memilih sebuah media pembelajaran yang tepat dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu akronim dari; access, cost, technology, interactivity, organization, dan novelty.

Access, yaitu media yang dibuat memiliki manfaat tersedia, mudah, dan dapat digunakan peserta didik. Pengembangan Aplikasi Konseling Berbasis LINE ini terbilang mudah digunakan karena dapat digunakan secara efisien dan dapat dilakukan dimana saja. Richardson (2015), menyatakan bahwa aplikasi LINE saat ini merupakan aplikasi obrolan atau instant messaging yang paling populer di Jepang dengan 80 juta pengguna aktif yang berarti 60% dari seluruh populasi di Jepang menggunakan aplikasi ini. Selain itu, LINE juga menjadi instant messaging yang dominan digunakan di negara Thailand dan Indonesia. Aplikasi LINE dirasa menjadi media sosial yang mudah digunakan dan dapat menarik minat peserta didik untuk melakukan konseling online .

Cost, yaitu media yang akan digunakan pembiayaannya dapat dijangkau oleh guru dan peserta didik. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan suatu akun dalam aplikasi LINE,maka biaya yang digunakan dalam pembuatan produk

(18)

inihanya bersumber dari biaya internet saja. Sedangkan untuk buku panduan yang ditujukan bagi guru BK dan peserta didik memakan biaya paling mahal sekitar 50 ribu rupiah.Biaya tersebut diasumsikan untuk mencetak buku panduan yang diperuntukkan bagi guru BK dan juga peserta didik.

Technology, merupakan media yang digunakan dalam penelitian. Produk yang dihasilkan ini sangat mengedepankan konsep teknologi karena produk yang dihasilkan adalah sebuah akun dalam aplikasi LINE. Kalina & Jan (Steinberg, 2020) mengungkapkan bahwa LINE adalah platform yang menjadi objek teknologi yang didasakan pada seperangkat persyaratan perangkat keras dan perangkat lunak teknis.

Hal tersebut menyatakan bahwa penggunaan LINEsangat berhubungan erat dengan penggunaan teknologi perangkat keras dan perangkat lunak teknis.

Interactivity, produk yang dihasilkan dalam penelitian ini melakukan komunikasi dua arah yaitu ketika kegiatan konseling secara online antara guru BK dengan peserta didik. Linebiz.com (2019), menjelaskan mengenai fitur-fitur yang dapat digunakan untuk terjadinya interaksi antara admin atau Guru BK dan para peserta didik, diantaranya yaitu fitur pesan siaran (broadcast), chat 1:1, beranda (Timeline), halaman riset, dsb. Fitur-fitur tersebut dapat dimanfaatkan bagi para Guru BK untuk memberikan layanan terutama konseling online sekaligus melakukan riset terhadap peserta didik dan juga dapat bermanfaat bagi para peserta didik khususnya peserta didik SMA di Surakarta untuk membantu dalam penyelesaian permasalahan terkait dengan empat bidang layanan BK.

Organization, dalam pembuatan produk ini peneliti telah mendapatkan dukungan dari guru BK yang telah menjadi narasumber. Konseling online berbasis aplikasi LINE telah didasarkan pada kajian empirik yang dilakukan pada 3 SMAdi Surakarta dengan dukungan penuh dari guru BK. Novelty, merupakan media yang memiliki nilai kebaruan. Melalui kajian empirik yang didapat, konseling online yang di khususkan bagi peserta didik SMA di Surakarta masih sangat awam. Akun KODALINE memiliki beberapa konten yang memang dapat membantu siswa dalam pemenuhan bidang layanan BK yang bentunya lebih menarik dan tidak monoton sepeti

(19)

pemberian layanan secara klasikal yang dilakukan dalam kelas. Pemenuhan kriteria ACTION dalam pengembangan konseling online berbasis aplikasi LINE yang sudah dijabarkan diatas diharapkan dapat memenuhi kriteria konsistensi dengan dilakukan evaluasi formatif lebih lanjut lagi.

Gambar

Tabel 4. 1. Kajian Teori mengenai Konseling Online
Tabel 4. 3. Hasil Kajian Teoritik Mengenai Kebutuhan Peserta Didik SMA
Gambar 4. 1. Menambahkan KODALINE sebagai teman
Gambar 4. 2. Opsi pilihan Menu pada ruang obrolan
+2

Referensi

Dokumen terkait

ASPEK KEBAHASAAN TEKS CERPEN SUDUT PANDANG CERITA KATA BENDA KHUSUS MAJAS DIALOG URAIAN DESKRIPTIF YANG RINCI PERTAYAAN RETORIS... Khuswatun

Pekerjaan berbahaya, diartikan sebagai pekerjan yang dapat menimbulkan bahaya atau berpotensi terjadi bahaya bila pekerjaan dilakukan. Oleh karena itu pekerjaan berbahaya

selanjutnya, hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat mengubah paradigma di masyarakat tentang daun putri malu sebagai tanaman semak belukar menjadi tanaman obat

Berdasarkan karakterisasi sifat biokimiawi, sebanyak 18 strain hasil isolasi dari kultur darah penderita demam tifoid merupakan anggota S. typhi yang berasal dari Watubero

Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran kontrol diri dalam mencegah perilaku seksual pranikah pada Siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Lhokseumawe, dapat

Perencanaan Pemerintahan 60 menit Bukti Distribusi 8 x Bukti Distribusi 30 menit Masukan Stakeholder 9 x Masukan Stakeholder 300 menit Koreksi Draft Rancangan Awal

Melihat pendapat di atas sesuai dengan yang diharapkan penulis untuk mengetahui dan menjelaskan/menggambarkan mengenai partisipasi buruh tani perempuan dalam proses

Namum sejauh ini, dalam penegakan hukum di dalam masyarakat adat Aceh, masih terdapat kendala-kedala yang dihadapi, sehingga proses pembangunan hukum adat di Indonesia, khususnya di