• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURAT TUGAS. No. : 078j/Ketua/II/2022 Hal : Penugasan Mewakili STFT Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SURAT TUGAS. No. : 078j/Ketua/II/2022 Hal : Penugasan Mewakili STFT Jakarta"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

No. : 078j/Ketua/II/2022

Hal : Penugasan Mewakili STFT Jakarta

SURAT TUGAS

Berdasarkan surat dari Pusat Studi Biblika – STT Amanat Agung No. STTAA/UPPM- PSB/SU/2022/I/003 pada 24 Januari 2022, maka Pemimpin Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta melalui surat ini menugaskan Yonky Karman, Ph.D., untuk menjadi Pembicara dalam kegiatan Simposium Biblika 2022 STT Amanat Agung melalui aplikasi zoom, dengan rincian sbb:

Tanggal Waktu Topik

14 Februari 2022 16.55-17.45 WIB Doa Mediasi Berbasis Persekutuan: Tafsir Teologis Keluaran 32

21 Februari 2022 15.30-17.30 WIB Allah dan Umat-Nya Berkoinonia dalam Doa

Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 10 Februari 2022

Septemmy Eucharistia Lakawa, Th.D.

Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta

(2)

Jakarta, 24 Januari 2022

No : STTAA/UPPM-PSB/SU/2022/I/003

Hal : Undangan Pembicara Simposium Biblika

Kepada Yth.

Bpk. Pdt. Drs. Yonky Karman, Ph.D.

di tempat

Salam dalam kasih Kristus,

Melalui surat ini, Pusat Studi Biblika (PSB) STT Amanat Agung mengundang Bapak sebagai pembicara dalam acara Simposium Biblika 2022 secara online yang diselenggarakan pada:

Hari/Tanggal : Senin, 14 & 21 Februari 2022 Pukul : 15.30 s/d 17.30 WIB

Tema : “Allah dan Umat-Nya Berkoinonia dalam Doa”

Tempat : ZOOM Meeting (link akan menyusul)

Terimakasih atas kesediaan Bapak untuk melayani dalam acara Simposium ini, kiranya Tuhan terus memberkati pelayanan kita bersama.

Teriring salam doa, Kepala PSB STTAA

Surif, S.T., D.Th NIDN: 2309067101

(3)

1

Doa Mediasi berbasis Persekutuan: Tafsir Teologis Keluaran 32 Yonky Karman, PhD

Doa dan agama tak bisa dipisahkan. Berdasarkan 1 Timotius 2:1 bisa dibedakan tiga macam doa, “permohonan, doa syafaat, dan ucapan syukur”. Doa permohonan, doa syafaat, dan doa syukur. Apabila isi doa permohonan adalah permintaan kepada Tuhan, doa syafaat adalah permohonan kepada Tuhan atas nama orang lain, dan doa syukur adalah ungkapan terima kasih kepada Tuhan.

Yang sangat jarang disinggung ataupun dipraktikkan adalah doa mediasi dalam rangka menengahi Tuhan dan orang lain yang sama-sama beperkara. Pendoa dalam kasus ini berperan sebagai penengah (mediator). Signifikansi doa mediasi Musa dalam narasi patung “sapi” emas (Kel. 32) sering tak tampak dalam tafsir yang terfokus pada bangsa Israel berdosa dan dihukum Tuhan, sebab doa itu tak dibaca sebagai bagian integral narasi. Saya akan memperlihatkan bagaimana doa mediasi Musa merupakan buah persekutuannya dengan Tuhan (berbasis perjanjian) dan dengan umat Israel yang dipimpinnya (berbasis solidaritas). Kedua mediasi Musa tidak dibaca sebagai pengulangan. Ada progres mediasi sekaligus dinamika batin Musa.

I. Israel di Gunung Sinai

Bangsa Israel sedang berada di area Gunung Sinai. Untuk alasan yang tak kita tahu, gunung itu terpilih sebagai tempat penyataan diri TUHAN sekaligus tempat mengikat perjanjian dengan bangsa Israel. Secara metaforis, TUHAN turun ke gunung itu dan Musa menghadap dengan naik ke puncak gunung untuk menerima firmanyang akan diteruskannya kepada umat, lalu ia kembali lagi ke puncak gunung untuk menyampaikan respons umat kepada TUHAN, begitu berulang. Musa menjadi perantara komunikasi antara Tuhan dan Israel, sebab bagi umat sudah ditetapkan suatu batas kudus di sekeliling gunung itu yang tak boleh dilanggar. Puncak gunung itu diselimuti “embun yang kelam”, berarti TUHAN tak terlihat oleh Musa, hanya terdengar suara TUHAN yang berfirman.

Suatu kali, Musa kembali menghadap Tuhan dan bersamanya juga ikut Harun, Nadab, Abihu, serta 70 tetua Israel, meski hanya Musa yang benar-benar menghadap Tuhan sekaligus memperlihatkan. Kali ini Musa terlalu lama di puncak gunung dan itulah yang melatari narasi patung sapi emas. Namun, orang Israel di perkemahan gelisah menanti-nanti kembalinya Musa, apalagi perjalanan ke tanah terjanji masih jauh dan kehadiran sosok pemimpin perjalanan dibutuhkan. Akhirnya, mereka meminta Harun, kakak Musa, membuat suatu ilah (’elohim), dalam bentuk patung representasi TUHAN, sebagaimana Musa di mata mereka adalah representasi TUHAN. Harun merespons positif permintaan mereka, menyuruh mereka mengumpulkan anting-anting emas yang dipakai istri dan anak-anak untuk dilebur sebagai bahan patung sapi emas. Setelah jadi, patung itu dideklarasikan sebagai representasi TUHAN yang telah menuntun Israel keluar dari Mesir dan itu dirayakan besoknya.

Namun belum lama berselang, orang Israel sudah menerima Sepuluh Perintah Allah yang melarang pembuatan patung dalam bentuk apa pun sebagai representasi TUHAN (Kel. 20:4

“jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun ... di bumi”). Menyerupakan TUHAN dengan suatu bentuk yang bukan diri-Nya tidak hanya menghasilkan gambaran keliru tentang TUHAN tetapi juga membuat yang bukan TUHAN disembah sebagai Tuhan. Wajarlah reaksi keras TUHAN. Musa pun diperintahkan untuk menemui umat yang “telah rusak lakunya”.

Dalam murka-Nya, TUHAN siap memusnahkan mereka dan menjadikan Musa sebagai leluhur

“bangsa yang besar”.

(4)

II. Doa mediasi pertama: persekutuan berbasis perjanjian (ay. 11-14)

Alih-alih setuju rencana TUHAN untuk menjadikannya leluhur Israel yang baru, “Musa mencoba melunakkan hati TUHAN” dengan dua alasan.

11Lalu Musa mencoba melunakkan hati TUHAN, Allahnya ... “Mengapakah, TUHAN, murka- Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat? 12Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi? Berbaliklah dari murka-Mu yang bernyala-nyala itu dan menyesallah karena malapetaka yang hendak Kaudatangkan kepada umat-Mu.13Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba- Mu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diri-Mu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya.”14Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan- Nya atas umat-Nya.

Pertama, kalau bangsa Israel dihukum, apa kata orang Mesir? “O, rupanya TUHAN membebaskan Israel dari perbudakan hanya untuk dimusnahkan di luar Mesir” (ay. 12). Kedua, ada sumpah TUHAN kepada leluhur Israel (Abraham, Ishak, Yakub) bahwa Israel akan menjadi sebuah bangsa sebanyak bintang di langit dan memiliki “seluruh tanah” (*ay. 13 kol-ha’areṣ), sumpah itu tak hanya batal, tetapi sepertinya TUHAN juga tidak ada.

Kel. 32:14

“menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya”

(TB)

“TUHAN mengubah niat-Nya dan tidak jadi melaksanakan ancaman-Nya” (BIMK)

Mzm. 106:23

“Ia ... hendak memusnahkan mereka, kalau Musa, orang pilihan-Nya, tidak mengetengahi di hadapan-Nya, untuk menyurutkan amarah-Nya sehingga Ia tidak memusnahkan mereka”

Dalam kesimpulan ayat 14, “menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya” (BIMK “TUHAN mengubah niat-Nya dan tidak jadi melaksanakan ancaman-Nya”). Sesal TUHAN itu dirayakan dalam memori kolektif Israel, “Ia ...

hendak memusnahkan mereka, kalau Musa, orang pilihan-Nya, tidak mengetengahi di hadapan- Nya, untuk menyurutkan amarah-Nya sehingga Ia tidak memusnahkan mereka” (Mzm. 106:23).

Musa yakin TUHAN bisa menyesal dalam arti mengubah niat-Nya dan itulah dasar mediasinya.

Doa mediasi di Alkitab didasari keyakinan sang pendoa.

Arti harfiah menyesal adalah “merasa tidak senang atau tidak bahagia (susah, kecewa, dsb) karena (telah melakukan) sesuatu yang kurang baik (dosa, kesalahan, dsb)”. Apakah demikian juga Tuhan menyesal? Sesal Tuhan merupakan sebuah dinamika batin dan informasi tentang dinamika batin Tuhan ini jarang terinformasi kepada pembaca Alkitab, sehingga jika terberi, pentinglah artinya bagi tafsir. Sesal Tuhan merupakan sebuah dinamika batin perubahan niat-Nya, entah tadinya hendak menghadirkan suatu kebaikan atau keburukan, sebagai respons Tuhan kepada tindakan manusia. Sayangnya, informasi terkait dinamika batin Tuhan ini jarang terinformasi kepada pembaca Alkitab, sehingga jika terberi, pentinglah itu artinya bagi tafsir.

Alih-alih inkonsisten, sesal Tuhan melampaui murka-Nya, semata-mata demi kebaikan hidup Israel. Dalam monograf tentang Tuhan menyesal, Jörg Jeremias dengan baik menjelaskannya sebagai kemampuan Tuhan untuk mengendalikan diri (Jahwes Selbstbeherrschung). Tiga faktor penyebab Tuhan batal menghukum. Pertama, pertobatan manusia (Yun. 3:8-9). Kedua, belas kasih Tuhan sendiri (Hak. 2:18). Ketiga, mediasi hamba-Nya (Am. 7:1-6).

(5)

3

III. Doa mediasi kedua: persekutuan berbasis solidaritas (ay. 30-34)

Setelah sukses dengan mediasi pertama, kini Musa melakukan mediasi lanjutan untuk

“pengampunan” Tuhan (*ay. 30). Mediasi pertama lebih untuk kepentingan Israel (agar tak dimusnahkan), mediasi kedua langsung kepada Tuhan sendiri (agar mengampuni atau berdamai dengan Israel). Dalam mediasi kedua Musa mempertaruhkan mati hidupnya sendiri.

30Keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu, “Kamu ini telah berbuat dosa besar, tetapi sekarang aku akan naik menghadap TUHAN, mungkin aku akan dapat mengadakan pendamaian karena dosamu itu.” 31Lalu kembalilah Musa menghadap TUHAN ..., “Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka.

32Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.” 33Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa, “Siapa yang berdosa kepada-Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku.34Tetapi pergilah sekarang, tuntunlah bangsa itu ke tempat yang telah Kusebutkan kepadamu; akan berjalan malaikat-Ku di depanmu, tetapi pada hari pembalasan-Ku itu Aku akan membalaskan dosa mereka kepada mereka.”

Melalui doa mediasinya, tampak juga kapasitas spiritual Musa sebagai pemimpin. Musa tidak menjadikan kaum yang dipimpinnya sebagai panggung kebesarannya (melihat diri sebagai angka 1 dan semua yang lain hanya deretan angka 0). Ia tidak mencari kredit dari kepemimpinannya (spirit of entitlement), bahkan siap mengalihkan kredit yang dimilikinya.

Musa mendemonstrasikan kepemimpinan berbasis persekutuan dan solidaritas, sehidup semati dengan yang dipimpinnya. Tak mudah proses pengosongan diri seorang pemimpin dan persis di situ kebesaran seorang Musa.

(6)

Pada Senin, 14 Februari 2022, pk. 16.55-17.45 WIB, lewat Zoom, saya diminta Pusat Studi Biblika STT Amanat Agung untuk mempresentasikan hasil penelitian saya tentang doa mediasi Musa dalam Keluaran 32. Pada saat bersamaan, ada sebuah kelas paralel dengan narasumber peneliti lain.

Kepada saya dialokasikan waktu presentasi 30 menit dan 25 menit tanya jawab, tetapi saya selesai sedikit lebih cepat sehingga tanya jawab berlangsung lumayan efektif dan menantang (saya menjawab sekitar 8 pertanyaan). menit.

Jakarta, 14 Februari 2022

Yonky Karman, PhD

Referensi

Dokumen terkait

Teguhkanlah dan sadarkanlah mereka, Engkau telah memanggil keluarga kepada jalan pengudusan yang telah Engkau peruntukkan bagi mereka sehingga mereka dapat mengalami belas

Apa yang akan terjadi bila anda menggantikan sikring yang lebih besar, misalnya 1 ampere diganti dengan sikring 5 ampere pada rangkaian hubung

Selain itu, ada juga dalam kalangan remaja yang memilih sesuatu bidang kerjaya yang sangat berbeza dengan bidang kerjaya yang diceburi oleh ahli keluarga mereka

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa instrumen tes keterampilan proses sains dan angket sikap terhadap sains

Tetapi pikiran kita harus ditempatkan dalam melayani Tuhan dan bukan untuk menggantikan Tuhan seperti yang telah dicoba dilakukan oleh dunia penuh dosa yang berpusat

Nonkependidikan tidak sesuai bidang studi (mapel) dan rumpun bidang studi memiiki akta

Aku mohon kepada-Mu sesuatu dari anugerah-Mu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahuinya dan

dibuatkan aneka kostum tak cuma dari Jepang tapi juga dari negara lain. Malah, kata Ajie, pemesan dari Amerika Serikat justru mencapai 90% dari total order yang diterimanya setiap