• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR UKURAN DAN UKURAN LAYAK TANGKAP IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN TELUK BONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR UKURAN DAN UKURAN LAYAK TANGKAP IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN TELUK BONE"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR UKURAN DAN UKURAN LAYAK TANGKAP

IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN TELUK BONE

SIZE STRUCTURE AND DECENT SIZE CAPTURE

OF SKIPJACK TUNA (Katsuwonus pelamis) IN BONE BAY WATERS

Ridha Alamsyah, Musbir, dan Faisal Amir

Ilmu Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin

Alamat Koresponden :

Ridha Alamsyah, S.Pi

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin

Makassar, 90245 HP. 085255500382

(2)

ABSTRAK

Perbedaan ukuran hasil tangkapan ikan cakalang setiap musim terdiri dari ikan yang layak tangkap dan tidak layak tangkap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur ukuran pada masing-masing musim, ukuran pertama kali matang gonad dan ukuran layak tangkap ikan cakalang di perairan Teluk Bone. Menggunakan metode dengan mengukur panjang ikan yang tertangkap dalam operasi penangkapan ikan menggunakan Pole

and Line. Pengukuran juga dilakukan pada pangkalan pendaratan ikan serta mengumpulkan data sekunder dari

Dinas Kelautan dan Perikanan. Beberapa sampel ikan dibedah untuk mengetahuitingkat kematangan gonad sebagai dasar penentuan ukuran layak tangkap. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa pada setiap musim rata-rata struktur ukuran berbeda-beda, untuk musim peralihan I 46,74±0,38 cm FL, pada musim timur 47,72±0,33 cm FL, musim peralihan II 52,74±0,58 cm FL dan musim 39,74±0,62 cm FL. Ukuran layak tangkap ikan cakalang adalah 59 cm FL untuk Jantan dan 54 cm FL untuk betina.

Kata kunci : ikan cakalang, strutur ukuran, ukuran layak tangkap

ABSTRACT

Differences in the size of skipjack tuna catches each season consists of a decent fish caught and not worth catching. This study aims to determine the size structure of each season, the first time the size of the gonads mature and decent size skipjack tuna fishing in bone bay waters. Using the method of measuring the length of the fish being caught in fishing operations using the Pole and Line. Measurements were also performed on fish landing bases and collecting secondary data from the Department of Marine and Fisheries. Some fish samples dissected to determine the level of maturity of the gonads as the basis for determining the size of a decent catch. The results indicating that on average each season structure of different sizes, for transitional season I 46.74 ± 0.38 cm FL, in the eastern FL 47.72 ± 0.33 cm, transition season II 52.74 ± 0.58 cm FL and winter 39.74 ± 0.62 cm FL. Decent size skipjack tuna catch was 59 cm FL for males and 54 cm FL for females.

Keywords: skipjack tuna, structure size, decent sized catch, bone bay waters

(3)

PENDAHULUAN

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan salah satu ikan ekonomis penting yang ada di perairan Indonesia. Merupakan ikan banyak digemari karena tekstur dagingnya yang baik dengan cita rasa yang tinggi. Sebagai bagian dari sumberdaya ikan tuna, ikan cakalang menjadi salah satu sumber protein hewani yang bermanfaat bagi masyarakat. Menurut Gigentika (2012) ikan cakalang merupakan salah satu sumberdaya perikanan pelagis yang banyak dijadikan objek dalam usaha perikanan tangkap, baik di Indonesia maupun di negara-negara lainnya.

Dewasa ini, usaha perikanan ikan cakalang sudah mengarah pada usaha komersial untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, yaitu dengan memperbesar cakupan daerah penangkapan dan pemanfaatan dengan berbagai jenis alat tangkap. Kegiatan penangkapan mencakup keseluruhan wilayah Teluk Bone mulai dari ujung selatan (Kabupaten Sinjai, Bulukumba dan Bone), bagian tengah (Kabupaten Luwu Kota Palopo, dan Kabupaten Buton), serta bagian utara (Kabupaten Luwu Timur, Luwu Utara, dan Kolaka Utara). Penangkapan ikan menggunakan huhate (pole and line), pancing tangan (hand line), pancing tonda (Trolling line), pukat cincin (purse seine) dan Payang. Ikan Cakalang dieksploitasi sepanjang tahun dan sepanjang masa ruaya mencari makanan (feeding migration).

Eksploitasi yang tinggi saat ini cenderung mengabaikan kaidah-kaidah kelestarian sumberdaya ikan. Kegiatan penangkapan dilakukan secara bebas mulai dari ukuran yang kecil sampai ke ukuran besar. Nelayan memiliki kecenderungan menangkap ikan kapan dan dimana saja, sehingga dikhawatirkan akan mengganggu kelestarian populasinya apabila tidak dikendalikan. Meskipun diketahui bersama bahwa sumberdaya hayati laut bersifat “renewable resources”, namun apabila sudah melampaui daya dukung, maka keseimbangan lingkungan hayati perairan dan kemampuan daya pulih akan terganggu. Ciri-ciri tersebut mulai nampak seperti semakin kecilnya ukuran ikan yang tertangkap dari tahun ketahun. Mallawa (2012) menambahkan bahwa ikan cakalang yang tertangkap diperairan Teluk Bone 38,36 persen merupakan ikan tidak layak tangkap.

Laporan Statistik perikanan Sulawesi Selatan tahun 2011 memperlihatkan adanya penurunan hasil tangkapan ikan cakalang untuk lima tahun terakhir pada enam kabupaten/kota di Teluk Bone. Tahun 2007 total hasil tangkapan 12.965 ton dan tahun 2011 menurun hanya sekitar 3.738 ton (DKP 2012). Terjadi penurunan sebanyak 9.227 ton dan merupakan salah-satu indikasi adanya tekanan penangkapan dan penurunan stok ikan. Untuk kegiatan ekspor sesuai dengan laporan realisasi dan sasaran pembangunan perikanan

(4)

Sulawesi Selatan untuk tiga komoditas tuna yakni Tuna, Cakalang, dan Tongkol terjadi peningkatan selama lima tahun terakhir. Tahun 2007 jumlah ekspor sebanyak 1.724 ton naik menjadi 2.290 ton pada tahun 2011.

Kegiatan perikanan cakalang saat ini diharapkan tidak hanya menekankan pada hasil tangkapan yang sebanyak-banyaknya akan tetapi lebih diharapkan agar kegiatan tersebut dapat berjalan terus menerus dan berkelanjutan. Segala daya upaya ke arah menjaga kelestarian sumberdaya perlu dilakukan sedini mungkin agar indikasi kerusakan tidak berlanjut. Salah satu aspek dalam pengelolaan ikan cakalang yang baik adalah dengan memperhatikan aspek biologi populasi sebagai informasi kondisi yang terjadi saat ini. Informasi tersebut sangat diperlukan untuk melengkapi bimbingan dalam mengelola sumberdaya perikanan secara rasional.

Penelitian biologi ikan cakalang telah dilakukan diantaranya oleh Schaefer (2001) yang menganalisis aktivitas pemijahan ikan cakalang di Samudera Pasifik bagian timur. Andrade et al. (2002) melihat variasi hubungan panjang-berat ikan cakalang yang tertangkap di baratdaya Samudera Atlantik. Al-Zibdah et al. (2007) yang mengkaji tentang status perikanan dan aspek biologi ikan cakalang di Teluk Aqabah Laut Merah. Grande et al. (2010) mengamati aktivitas pemijahan dan fekunditas ikan cakalang di Samudera Hindia bagian barat. Koya et al. (2012) yang meneliti aspek biologi dan struktur stok ikan cakalang di Samudera Hindia. Beberapa penelitian juga telah dilakukan di Indonesia yakni Manik (2007) yang meneliti tentang biologi ikan cakalang di Pulau Seram dan Nusa Laut. Kemudian Jamal (2011) tentang hubungan antara kondisi biologi dengan faktor lingkungan terhadap ikan cakalang di perairan Teluk Bone.

Adanya perbedaan hasil tangkapan pada setiap musim menyebabkan perlunya pengetahuan tentang struktur ukuran dan ukuran layak tangkap ikan cakalang di perairan teluk bone. Informasi ini akan dijadikan sebagai dasar dalam penentuan musim yang paling baik untuk kegiatan penangkapan ikan. Pembuatan aturan untuk alternatif dalam pengelolaan sumberdaya ikan cakalang.

(5)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 – Juni 2013 di perairan Teluk Bone dengan fishing base yaitu Desa Murante Kecamatan Suli Kabupaten Luwu. Sampel ikan cakalang yang digynakan hanya dari hasil tangkapan menggunakan Pole and Line.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer bersumber dari pengukuran dan pengamatan langsung di lapangan yaitu mengikuti kegiatan operasi penangkapan ikan, serta pengukuran di tempat pelelangan. Untuk mengetahui jenis kelamin beberapa sampel ikan dibedah untuk pengamatan gonad. Data sekunder bersumber dari kegiatan wawancara dengan nelayan, data-data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Luwu dan Propinsi Sulawesi Selatan.

Analisa Data

Struktur ukuran ikan yang tertangkap di sajikan secara deskriptif, yaitu dengan membandingkan sebaran individu dalam histogram berdasarkan musim. Ukuran pertama kali matang gonad ikan cakalang dianalisis untuk menentukan ukuran layak tangkap. Menggunakan metode Sperman-Karber seperti yang dikemukakan oleh Udupa (1986) sebagaiberikut :

m = xk + 0,5X – {X ΣPi}

Dimana, m adalah logaritma panjang ikan pada saat pertama kali matang gonad, xk adalah

logaritma nilai tengah pada saat semua ikan matang gonad 100%, X adalah selisih logaritma nilai tengah, dan Pi adalah proporsi ikan matang gonad pada kelas ke-i. Sedangkan Pi = ri / ni

dimana ri adalah jumlah ikan matang gonad pada kelas ke-i, ni adalah jumlah ikan pada kelas

ke-i. Ukuran ikan layak tangkap adalah ukuran ikan yang lebih besar dari ukuran panjang ikan saat pertama kali matang gonad (length at first maturity = Lm).

HASIL PENELITIAN

Struktur ukuran ikan cakalang yang tertangkap di Teluk Bone berbeda pada masing-masing musim. Pada musim peralihan I, musim timur, musim peralihan II, dan musim barat. Ukuran ikan yang tertangkap pada musim peralihan I memiliki panjang yang berkisar antara 29,0 cm – 64,5 cm FL. Panjang ikan yang paling banyak tertangkap adalah dikisaran 44,8 cm – 48,7 cm FL. Panjang rata-rata ikan (X±SE) adalah sebesar 46,74±0,38 cm FL. Seperti pada musim peralihan I, struktur ukuran pada musim timur berkisar antara 29,0 cm – 64,5 cm FL dan panjang ikan yang paling banyak tertangkap pada kisaran 44,8 cm – 48,7 cm FL dan

(6)

panjang rata-rata sebesar 47,72±0,33 cm FL. Musim peralihan II memperlihatkan kisaran panjang ikan antara 29,0 cm – 68,5 cm FL. Panjang ikan yang paling banyak tertangkap dikisaran 60,0 cm – 64,5 cm FL dengan Panjang rata-rata ikan 52,74±0,58 cm FL. Musim timur dengan jumlah hasil tangkapan yang paling sedikit memperlihatkan kisaran panjang antara 29,0 cm – 52,6 cm FL. Panjang ikan yang paling banyak tertangkap hanya pada kisaran 33,0 cm – 36,8 cm FL dan panjang rata-rata ikan sebesar 39,74±0,62 cm FL (Gambar 1 dan 2). Panjang rata-rata ikan hasil tangkapan menurut musim, di mana ikan pada musim peralihan II memiliki panjang rata-rata tertinggi sedang ikan pada musim barat memiliki panjang rata-rata terendah (Tabel 1).

PEMBAHASAN

Struktur ukuran ukuran berdasarkan musim memperlihatkan hasil yang berbeda mulai ukuran terendah yaitu 29,0 cm FL sampai pada ukuran tertinggi 68,5 cm FL. Hasil uji Tukey HSD memperlihatkan bahwa komposisi ukuran ikan cakalang yang tertangkap pada musim peralihan I dan musim timur sama. Tetapi berbeda nyata jika dibandingkan dengan ukuran ikan yang tertangkap pada musim peralihan II dan musim barat. Pada musim barat struktur ukuran ikan berukuran lebih kecil dibandingkan tiga musim lainnya disebabkan karena aktivitas penangkapan oleh Pole and Line hanya dilakukan didaerah pantai dengan jumlah armada yang terbatas. Sedangkan pada musim peralihan II struktur ukuran ikan bervariasi mulai dari ukuran kecil 31 cm FL sampai ukuran 68,5 cm FL. Variasi struktur ukuran ini karena tingginya aktivitas penangkapan ikan cakalang di teluk bone dimana pada musim peralihan II ini merupakan musim terbaik untuk menangkap ikan.

Menurut Jamal (2011) dan Mallawa (2012) musim terbaik untuk menangkap ikan cakalang di perairan Teluk Bone adalah pada musim peralihan II, sedangkan musim yang tidak baik adalah musim barat. Musim peralihan I dan musim timur cukup baik untuk kegiatan penangkapan. Kekenusa (2006) menambahkan bahwa musim yang baik untuk menangkap ikan cakalang di sekitar perairan Bitung adalah pada musim Peralihan I dan II, sedangkan yang tidak baik adalah pada musim barat.

Hasil perhitungan ukuran pertama kali matang gonad maka didapatkan hasil antara jantan dan betina berbeda. Pada ikan jantan ukuran awal matang gonad adalah 58,79 cm FL dengan batas bawah 55,32 cm FL dan batas atas 62,47 cm FL. Berbeda dengan ikan betina ukuran awal matang gonad adalah 54,13 cm FL dengan batas bawah 53,04 cm FL dan batas atas 55,23 cm FL. ukuran pertama kali matang gonad maka dapat diketahui bahwa ukuran ikan cakalng layak tangkap adalah ukuran lebih panjang dari 59 cm FL untuk ikan jantan dan

(7)

diatas 54 cm FL. Mallawa dkk (2012) menyatakan bahwa ukuran layak tangkap ikan cakalang di perairan Teluk Bone adalah 60 cm FL. Sedangkan menurut Jamal (2011) ukuran layak tangkap adalah 46,5 cm FL.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa panjang rata-rata ikan yang tertangkap pada musim peralihan I adalah 46,74±0,38 cm FL, pada musim timur 47,72±0,33 cm FL, musim peralihan II 52,74±0,58 cm FL dan musim 39,74±0,62 cm FL. Ukuran layak tangkap ikan cakalang adalah 59 cm FL untuk Jantan dan 54 cm FL untuk betina. Hasil tangkapan ikan cakalang selama ini didominasi pada ukuran tidak layak tangkap.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Zibdah, M., & Odat, N. (2007). Fishery Status, Growth,ReproductionBiology and Feeding Habit of Two Scombrid Fish from the Gulf of Aqaba,Red Sea. Lebanese Science Journal, 8:2

Andrade, H. A., and Campos, R. O. (2002) Allometry coefficient variations of the Length-weight Relationship of skipjack Tuna (Katsuwonus pelamis) caught in the Southwest South Atlantic. Fisheries Research 55:307-312.

Dinas Kelautan dan Perikanan. (2012). Laporan Statistik Perikanan. DKP. Propinsi Sulawesi Selatan

Gigentika, S. (2012). Optimasi Pengembangan Perikanan Cakalang di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat (Tesis). Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Grande, M., H. Murua, I. Zudaire, and M. Korta. (2010). Spawning activity and batch fecundity of skipjack, Katsuwonus pelamis, in the Western Indian Ocean. IOTC-2010- WPTT-47.

Jamal, M., Sondita, F.A., Haluan, J., & Wiryawan, B. (2011). Pemanfaatan Data Biologi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dalam Rangka Pengelolaan Perikanan Beranggung Jawab di Perairan Teluk Bone. Jurnal Natur Indonesia, 14:107-113. Kekenusa, J.S. (2006). Analisis Penentuan Musim Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus

pelamis) di Perairan Sekitar Bitung Sulawesi Utara. Jurnal Protein,13:03-109.

Koya, K.P.S., Joshi, K.K., Abdussamad, E.M., Rohit, P., Sivadas, M., Kuriakose, S., Ghosh, H., Koya, M., Dhodika, H.K., Prakasan, D., Koya, V.A.K., and Sebastine, M. (2012). Fishery, Biology, and Stock Structure of Skipjack Tuna, Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758) Exploited From Indian Waters. Indian Journal Fisheries, 59:39-47. Mallawa, A. (2012). Aspek perikanan dan Prediksi Tangkapan Per Unit Upaya ikan cakalang

(Katsuwonus pelamis) di perairan Luwu Teluk Bone, Sulwesi Selatan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.

Manik, N. (2007). Beberapa Aspek Biologi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Sekitar Pulau Seram Selatan dan Pulau Nusa Laut. Jurnal Oseanologi dan Limnologi Indonesia, 33 : 17 - 25

Schaefer, K. M., (2001) Assesssment of Skipjack Tuna (Katsuwonus pelamis) Spawning Activity in the Eastern Pasif Ocean. Fish Bulletin, 99:345-350.

(8)

Gambar 1. Grafik struktur ukuran menurut musim penangkapan

Gambar 2. Rata-rata ukuran panjang ikan cakalang menurut musim penangkapan

0 20 40 60 80 100 120 31 35 39 43 47 51 55 59 63 67 Fr e ku e n si (e ko r)

Tengah Kelas Panjang (cm)

Musim Peralihan I Musim Timur Musim Peralihan II Musim Barat

46.75 46.75 48.75 40.8 36 38 40 42 44 46 48 50

Musim Peralihan I Musim Timur Musim Peralihan II Musim Barat

P a n ja n g (c m ) Musim Penangkapan

(9)

Tabel 1. Hasil Uji Anova Tukey HSD Panjang

Tukey HSD

Musim N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 Musim Barat 79 39.738 Musim Peralihan I 257 46.735 Musim Timur 255 47.726 Musim Peralihan II 230 52.737 Sig. 1.000 .544 1.000

Gambar

Gambar 2. Rata-rata ukuran panjang ikan cakalang menurut musim penangkapan
Tabel 1.  Hasil Uji Anova Tukey HSD

Referensi

Dokumen terkait

Kegunaan dari penelitian ini nantinya akan menunjukkan apakah pengaruh profesionalisme, pengetahuan mendeteksi kekeliruan, pengalaman bekerja akuntan publik, dan

Skenario kasus dilema etika pelaporan keuangan yang diajukan kepada partisipan penelitian hanya ditujukan untuk mengetahui justifikasi dari partisipan atas

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa dari proses pengolahan terjadi penyisihan warna RB 5 pada kondisi optimum menggunakan membran SB/Ag/TiO

Rata-rata diameter eritrosit pada ikan gabus jantan (8,16 µm) lebih besar dibandingkan ikan betina (7,69 µm), akan tetapi keduanya memiliki bentuk sel yang hampir

Walaupun ikan nila merupakan jenis ikan yang memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan perairan, namun kualitas air dalam wadah budidaya harus tetap

Pemantauan terhadap kondisi pencemaran minyak bumi pada tanah salah satunya dapat dilakukan dengan deteksi terhadap keseluruhan komponen hidrokarbon, biasa disebut

Dengan alasan-alasan tersebut diatas maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan kepemimpinan transformasional dengan

Effect on lung metastasis of PC-9 and MDA-MB231 cells was assessed by knockdown of ADAM28 expression using short hairpin RNAs ADAM28-shRNA and small interfering RNAs ADAM28-siRNA,