• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1Pengertian Belajar Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1Pengertian Belajar Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

5

Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahahan tingkah laku secara keseluruhan. Pendapat yang hampir sama diutarakan oleh Woolfolk (Baharudin & Esa,2007:14) Learning occurs when experience cause a relatively permanent change in an individual’s knowledge or behavior.

Perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar tersebut antara lain: (Slameto 2003: 3-4)

1. Perubahan terjadi secara sadar

Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi suatu perubahan dalam dirinya.

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

(2)

6

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.

Menurut Martinis Yamin (2003) menyatakan bahwa belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat. Sejalan dengan R. Gagne (Slameto:2003:13) mengatakan bahwa belajar adalah proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku sebagai penguasaan pengetahuan yang diperoleh dari instruksi.

Skiner (Dimyati dan Mudjiono,2009:9) belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila tidak belajar maka respon menurun.

Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses mendapatkan pengetahuan dan kebiasaan sehingga terjadi perubahan tingkah laku serta respon yang baik untuk mendapatkan kecakapan, ketrampilan sikap dan motivasi mulai dari masa kecil sampai akhir hayat.

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati (2009:65), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sumber belajar.

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi pembimbing. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi pembimbing, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 1999). Sejalan dengan

(3)

7

Benjamin S. Bloom (Nofita Iryani:2010:9) ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: a) Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. b) Ranah afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai.Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuanya itu menerima,menjawab atau reaksi,menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

c) Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan dan mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Menurut Wiersma dan Jurs (http://ulfiarahmi.wordpress.com/evaluasi-hasil-belajar/) membedakan antara evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto (ulfiarahmi.wordpress.com) yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkatan perkembangan mental yang mengukur suatu proses tentang pengambilan keputusan untuk mengukur atau menilai kemampuan diri sendiri dengan pengukuran pada tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, serta psikomotorik.

2.1.3 Pengertian IPA

Kata IPA merupakan singkatan kata dari “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata Bahasa Inggris yaitu “ Natural Science” atau biasa digunakan kata Sains

(4)

8

Menurut Srini (1996/1997:2) mengatakan bahwa IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah ilmu yang mempelajari tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang ada di dalamnya. Sejalan dengan Peggy (2006) mengatakan bahwa sains proses sepanjang hidup. Dalam pelajaran sains perlu didorong untuk mendapatkan lebih banyak pengalaman sains di alam. Menjelaskan apa yang mereka lihat, mengulang pengalaman sains itu, dan mencoba menelaah mengapa peristiwa sains itu bisa terjadi.

IPA adalah salah satu proses ketrampilan. IPA sebagai proses ketrampilan yang ada dalam pembelajaran. Selain mengunakan konsep-konsep, pembelajaran juga mengunakan ketrampilan yang dikembangkan melalui fakta, konsep, dan prinsip. Aspek-aspek ketrampilan proses IPA adalah: a) Pengamatan. b) Pengklasifikasian. c) Pengukuran. d) Pengidentifikasian dan pengendalian variable. e) Perumusan hipotesa. f) Perancangan Eksperimen. g) Penyimpulan hasil. h) Pemaparan hasil. Menurut Srini(1996/1997:48-49).

Jadi IPA adalah suatu proses ketrampilan untuk mengetahui/mempelajari tentang kehidupan sehari-hari yang dialami dalam keseharian, agar dapat menjelaskan, mengulang pengalaman dan menelaah peristiwa sehari-hari.

2.1.4 Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999:157) berpendapat bahwa metode eksperimen diartikan sebagai cara mengajar yang melibataktifkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan suatu proses dan hasil percobaan

(5)

9

Menurut Roestiyah (2001:80), metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati proses serta dan dievaluasi oleh guru. Penggunaan teknik ini bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan – persoalan yang dihadapi dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan teori sesuatu yang sedang dipelajari.

Dalam Mulyani Sumantri (2001:136) metode eksperimen adalah merupakan cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu.

Tujuan metode eksperimen dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau

persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri.

2. Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh.

3. Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan.

4. Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan. Metode Eksperimen adalah metode yang diberikan kepada peserta didik baik perorangan maupun kelompok untuk mencoba, membuktikan, dan mengalami, dan membuktikan suatu proses.

2.1.5 Implementasi metode eksperimen dalam Pembelajaran IPA

Kata-kata, baik yang lisan maupun yang tertulis akan membantu pemahaman anak-anak bila kata-kata tersebut menyangkut kepada benda-benda kongkrit. Dalam pembelajaran IPA perlu adanya benda-benda yang dapat diotak-atik oleh anak-anak. Benda yang dimaksud bukan alat laboratorium yang mahal

(6)

10

seperti mikroskop, atau tabung reaksi melainkan benda sederhana yang dapat diambil dari lingkungan anak tersebut.

Langkah langkah metode eksperimen pada IPA yaitu sebagai berikut : (1) Mempersiapkan pemakaian metode eksperimen, yang mencakup kegiatan-kegiatan seperti : a. kesesuaian metode eksperimen terhadap tujuan yang hendak dicapai, b. menetapkan kebutuhan peralatan, bahan, dan sarana lain yang dibutuhkan dalam eksperimen, c. menguji sendiri sebelum diujikan kepada siswa, d. menyediakan peralatan dan bahan, e. serta Lembar Kerja Peserta Didik. (2) Melaksanakan pemakaian metode eksperimen, dengan kegiatan: a. mendiskusikan bersama siswa mengenai prosedur, peralatan, dan bahan untuk eksperimen, b. membantu, membimbing, dan mengawasi yang dilakukan siswa, c. para siswa membuat kesimpulan dan laporan tentang eksperimennya. (3)Tindak lanjut pemakaian metode eksperimen, dengan kegiatan: a. mendiskusikan hambatan dan hasil eksperimen, b. membersihkan dan menyiapkan peralatan, bahan, sarana lainya, c. evaluasi akhir oleh guru.(Dimyati dan Modjiono,1991/1992:78-79)

Pembelajaran dengan metode eksperimen dalam IPA pada dasarnya membantu guru mengkaitkan materi mata pelajaran dengan kehidupannya atau pengalaman belajar siswa. Pembelajaran IPA adalah suatu proses dimana pengetahuan yang berupa proses dan hasil belajar yang diciptakan sendiri oleh peserta didik melalui transformasi pengalaman siswa sendiri dengan melatih peserta didik untuk melakuakan, mengamati dan menyimpulkan suatu percobaan yang dialaminya..

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan Metode eksperimen efektif diterapkan dalam pembelajaran IPA kelas V tentang sifat-sifat cahaya.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang relevan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Saiful (2010) dengan judul Penggunaan Metode Eksperimen Berbasis Verifikasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPA Konsep Gaya SDN Gejugjati I Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan. Dalam penelitian ini bersubjek dalam pada siswa kelas IV SDN Gejugjati I kecamatan lekok Pasuruan dengan jumlah siswa 37. Dalam penelitian ini siswa mengalami peningkatan hasil kerja ilmiah

(7)

11

dari siklus I dengan nilai rata-rata 67% ke siklus ke-II dengan nilai rata-rata 71%, sehingga dapat diketahui adanya peningkatan kerja ilmiah sebesar 4%. Begitupun juga dengan hasil belajar kognitif siswa yang meningkat dari siklus I dengan nilai rata-rata 68 ke siklus II dengan nilai rata-rata 78. Prosentase ketuntasan klasikal pada siklus I yaitu 62 % dan pada siklus ke-2 meningkat menjadi 89%. Dari hasil penilitian tersebut disarankan agar memilih metode eksperimen berbasis verifikasi dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa maupun kerja ilmiah pada mata pelajaran IPA di SD

Pada penelitian yang dilakukan oleh Samsul (2009) dengan judul Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau Siswa Kelas V SDN Dandanggendis Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan.Penelitian ini bersubjek pada 37 siswa kelas V yang berada di SDN Danganggendis. Dari hasil analisis data penelitian ini menunjukkan pada pelmbelajaran IPA bahwa pada siklus I memiliki katagori cukup baik (79,41), b) pada siklus II mencapai 83,82 dengan kriteria (baik), c) dan mengalami peningkatan pada siklus III memiliki katagori sangat baik (95,58).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rohmad (2011) dengan judul Usaha Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Eksperimen yang Dibantu Media Animasi Komputer Pada Materi Cahaya Di SMP Negeri 1 Tulungagung. Peneliti bersubjek pada siswa kelas VIII-A yang berada di SMP Negeri 1 Tulungaggung. Dari hasil analisis data penelitian dalam pelajaran Fisika menunjukkan bahwa pada siklus I sebesar 77,4% (katagori baik), sedangkan pada siklus II sebesar 82,9% (katagori sangat baik)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Suprianti (2008) dengan judul Penggunaan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya kela V SDN Tekung 02 Lumajang. Penelitian ini bersubjek pada siswa kelas V SDN Tekung 02 Lumajang. Dari hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa pada adanya peningkatan dari nilai pre-tes yang rata-rata hanya mencapai 59,5 meningkat pada siklus I menjadi 74,75 dan pada siklus II mencapai 81,50. Dari prestasi belajar yang dicapai siswa pada siklus I yang memenuhi ketuntasan individu terdapat 9

(8)

12

siswa ( 45% ) yang tuntas dan memenuhi ketuntasan individu, 11 siswa (55%) belum memenuhi kriterian ketuntasan individu. Pada siklus II ada 4 siswa (20%) yang belum mencapai ketuntasan individu dan yang telah mencapai ketuntasan individu 16 siswa (80%) menurut ketuntasan kelas sudah dinyatakan tuntas. 2.3 Kerangka Pikir

Alur Kerangka pemikiran yang ditunjukkan untuk menjalankan penelitian agar tidak menimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka pemikiran dituliskan dalam sebuah gambar skema agar peneliti mempunyai gambaran yang jelas dalam penelitian. Adapun skema itu adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka pikir pembelajaran dengan metode eksperimen SD Negeri Sumogawe 04, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012

Awalnya hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Sumogawe 04, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang masih rendah. Diharapkan penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran, siswa dapat mengalami peningkatan hasil belajar.

Kondisi awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Dari rangkaian kegiatan dengan metode eksperimen, diharap hasil belajar siswa meningkat hasil belajar IPA pada materi cahaya pada kelas V SDN Sumogawe 04 semester II tahun pelajaran 2011/2012.

Penerapan Pembelajaran dengan metode eksperimen diarahkan untuk meningkatkan hasil belajar dalam proses belajar Siklus II Siklus I Hasil Belajar masih rendah. Guru belum menggunakan

(9)

13 2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Sumogawe 04 Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2011/2012 dapat meningkat dengan menggunakan metode eksperimen pada pelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya.”

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka pikir pembelajaran dengan metode eksperimen SD Negeri  Sumogawe 04, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran  2011/2012

Referensi

Dokumen terkait

STANDAR KELULUSAN STANDAR KELULUSAN STANDAR PENDIDIK STANDAR PENDIDIK DAN TENDIK DAN TENDIK APLIKASI AKREDITASI APLIKASI AKREDITASI MENU MENU

Bukti di lapangan bahwa mineral zirkon terdapat sebagai mineral primer dalam batuan metamorfik genes, mika sekis atau pada amfibolit, seperti terlihat dari hasil analisis

Umur dari sampel batuan gamping ini dapat ditentukan dengan mengkonversi hasil pengukuran aktivitas spesifik yang diperoleh dari masing-masing sampel batuan gamping ke

Sedangkan torso menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:1207), adalah patung batang tubuh manusia tanpa lengan dan kaki yang didalamnya terdapat organ

Hubungan penerapan metode demonstrasi dan media benda asli dengan hasil belajar sangat erat dalam artian, dengan penerapan metode demonstrasi dan media benda asli dalam

Hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk: (1) Peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang

Seorang manajer proyek tidak harus merupakan pembicara motivasi yang hebat, tetapi harus memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan orang, membagi visi yang sama, dan membuat

KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2013 DAN TAHUN 2033 (Implementasi Materi Pembelajaran Geografi pada Kelas XI Standar Kompetensi Memahami Sumberdaya