• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka 237,641,326. Maka dengan tingginya jumlah penduduk di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka 237,641,326. Maka dengan tingginya jumlah penduduk di"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring waktu semakin tinggi jumlah penduduk Indonesia ,tercatat Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai angka 237,641,326. Maka dengan tingginya jumlah penduduk di Indonesia , semakin berat tanggung jawab pemerintah dalam pemenuhan hak asasi atas kesehatan, untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat .Karena kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diupayakan oleh pemerintah seperti yang telah tertuang dalam alinea keempat pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu bagian dari tercapainya kesejahteraan. Lebih lanjut kebijakan kesehatan reproduksi di Indonesia mengacu pada kesepakatan Internasional yaitu International Conference on Population and Development (ICPD ) di Kairo 1994. Hal tersebut memberikan implikasi bagi Indonesia , bahwa pemerintah perlu menaruh perhatian dan menyusun kebijakan mengenai tercapainya kesehatan reproduksi.

Mengenai kesehatan reproduksi di Indonesia telah diatur dalam peraturan Pasal 71- 77 Undang -Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Kemudian mengenai pemenuhan akan kesehatan reproduksi remaja di Indonesia telah dijamin dan diatur dalam Pasal 136 Undang

(2)

Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Lebih lanjut, pemerintah juga menaruh perhatian dalam arah kebijakan berkenaan dengan kesehatan reproduksi yang telah tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu:

1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem

Target 1A: Menurunkan proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan menjadi setengahnya antara 1990-2015.

Target 1B: Meneydiakan seutuhnya Pekerjaan yang produktif dan layak, terutama untuk perempuan dan kaum muda.

2. Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua

Target 2A: Memastikan bahwa pada 2015 semua anak di manapun, laki- laki maupun perempuan,akan bisa menyelesaikan pendidikan dasar secara penuh.

3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

Target 2A: Memastikan bahwa pada 2015 semua anak di manapun, laki- laki maupun perempuan,akan bisa menyelesaikan pendidikan dasar secara penuh.

4. Menurunkan angka kematian anak

Target 4A: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara 1990 dan 2015.

5. Meningkatkan kesehatan ibu

Target 5A: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015.

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Target 5B: Mencapai dan menyediakan akses kesehatan reproduksi untuk semua pada 2015

6. Memerangi HIV dan AIDS, malaria serta penyakit lainnya

Target 6A: Menghentikan dan mulai membalikkan tren penyebaran HIV dan AIDS pada 2015.

Target 6B: Tersedianya akses universal untuk perawatn terhadap HIV/AIDS bagi yang memerlukan,pada 2010

Target 6C: Menghentikan dan mulai membalikkan kecenderungan persebaran malaria dan penyakit-penyakit utama lainnya pada 2015

7. Memastikan kelestarian lingkungan

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan program negara serta mengakhiri kerusakan sumberdaya alam.

Target 7B: Mengurangi laju hilangnya keragaman hayati, dan mencapai pengurangan yang signifikan pada 2010.

Target 7C: Menurunkan separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses yang berkelanjutan terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar pada 2015.

Target 7D: Pada 2020 telah mencapai perbaikan signifikan dalam kehidupan (setidaknya) 100 juta penghuni kawasan kumuh

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

Pada tujuan ke-5 MDGs dijelaskan bahwa pemerintah berupaya mencapai dan menyediakan akses kesehatan reproduksi untuk semua pada

(4)

2015. Hal ini berarti kesehatan reproduksi remaja juga merupakan salah satu bagian dari tujuan pembangunan pemerintah Indonesia yang tertuang dalam MDGs.

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN, 2012:1) menjelaskan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya. Jika dilihat berdasarkan pada sensus penduduk tahun 2010 jumlah remaja umur 10-24 tahun sangat besar yaitu sekitar 64 juta atau 27,6% dari jumlah Penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa. Melihat jumlahnya yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental dan spiritual.

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2012:1) mengemukakan bahwa fakta dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa remaja mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami remaja. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2012:11) masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu permasalahan seputar TRIAD KRR. TRIAD KRR adalah tiga risiko yang dihadapi oleh remaja, yaitu risiko-risiko yang berkaitan dengan Seksualitas; Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza); HIV dan AIDS. Selain itu, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2007 dalam Badan

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN,2012:1) mengemukakan bahwa permasalahan yang sering dihadapi remaja yaitu rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja dan median usia kawin pertama perempuan relatif masih rendah yaitu 19,8 tahun.

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2012:11) kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas dari penyakit atau bebas dari kecacatan, namun juga sehat secara mental serta sosial kultural. Agar dapat tercapainya kesehatan reproduksi maka harus tercapainya hak reproduksi bagi masyarakat termasuk remaja. Berdasarkan International Conference on Population and Development (ICPD) dijelaskan bahwa hak

reproduksi diartikan secara umum sebagai hak yang dimiliki oleh individu baik laki-laki maupun perempuan yang berkaitan dengan keadaan reproduksinya.

Sehubungan hal tersebut, Kota Surakarta sejak 2006 menjadi percontohan Kota Layak Anak, kemudian upaya kesehatan untuk remaja merupakan salah satu indikator tolok ukur keberhasilan implementasi Kota Layak Anak tersebut. (Solo Healthy Youth Seminar- http://myunanzone.blogspot.com). Hal tersebut yang menjadi salah satu alasan Pemkot Surakarta menaruh perhatian dan mengupayakan kesehatan reproduksi remaja di Kota Surakarta. Di Kota Surakarta diketahui jumlah penduduk usia remaja pada tahun 2010 sebanyak 84.794 jiwa dan pada tahun 2011 sebanyak

(6)

84.150 jiwa( http://Badan Pusat Statistik Kota Surakarta.go.id). Sehubungan dengan hal tersebut maka perhatian akan kesehatan reproduksi remaja di kota Surakarta menjadi penting. Karena menurut Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Surakarta jumlah penderita HIV usia produktif di Surakarta terus mengalami peningkatan dan mengingat penularan HIV mengancam kesehatan reproduksi remaja di Surakarta.

Selain itu kasus pernikahan usia dini juga terjadi di kota Surakarta, menurut Wakil Ketua Pengadilan Agama Surakarta dari data Pengadilan Agama Surakarta tahun 2011 ada 40 orang yang menikah di bawah umur (http://timlo.net). Lebih lanjut mengenai dampak negatif pernikahan usia dini menurut Abdul Djabbar Lukman (2004:36) pernikahan usia dini menjadi salah satu masalah kesehata reproduksi yang berkaitan dengan remaja.

Karena pernikahan usia dini berkaitan dengan kehamilan di bawah usia 20 tahun berdampak sering munculnya kanker rahim.

Sementara itu, jumlah penduduk usia remaja di Kecamatan Jebres, Surakarta juga cukup banyak, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

(7)

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Jebres Tahun 2011 KelurahanKelompok UmurJumlah Total Penduduk0-45-910-1415-1920-2425-2930-3940-4950-5960+ Kepatihan Kulon1971721751923403173834244133592.972 Kepatihan Wetan455295349339316285361334273743.081 Sudiroprajan2864103713733914998116436026395.025 Gandekan1.0587978241.2801.1909901.0499187117319.548 Sewu1.0385805488799276298058077485767.537 Pucangsawit2.7021.3331.3641.3841.5721.4907531.16983643713.640 Jagalan1.3931.5251.5391.5121.5361.4481.3531.02182229412.443 Purwadiningratan74667550761556051649f84714134485.449 Tegalharjo4446616586536496286295626945386116 Jebres2.0452.3802.5252.4782.4312.9975.8344.7543.6103.03232.086 Mojosongo10.2304.4764.0614.2304.2535.1035.5554.0823.4442.37247.806 Jumlah20.59413.30412.92113.93514.16514.90218.03115.18512.5609.500145.703

(8)

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk usia remaja 10-24 di Kecamatan Jebres berjumlah cukup banyak yaitu sebanyak 41.021 jiwa. Semakin banyak jumlah penduduk usia remaja di Kecamatan Jebres saat ini, tentunya semakin berat pula tanggung jawab pemerintah setempat dalam mengemban tugas untuk melaksanakan program PIK KRR dengan baik diwilayah Kecamatan Jebres. Sehingga pemerintah setempat dalam hal ini Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (UPT BAPERMAS PP, PA dan KB) Kecamatan Jebres, terdorong untuk mengelola pelaksanaan program PIK KRR dengan baik, mengingat banyaknya jumlah remaja yang berhak memperoleh manfaat dari adanya program PIK KRR di wilayahnya.

Dalam hal ini berkaitan dengan permasalahan remaja yang mengancam kesehatan reproduksi remaja, maka hal tersebut yang mendorong pemerintah untuk melahirkan kebijakan mengenai kesehatan reproduksi remaja.

Kebijakan kesehatan reproduksi remaja di Indonesia dilaksanakan berada dibawah kelola Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2007:17) sejak tahun 2000 pemerintah Indonesia telah mengangkat kesehatan reproduksi remaja menjadi program nasional. Program kesehatan reproduksi remaja merupakan pelayanan untuk membantu remaja memiliki status kesehatan reproduksi yang baik melalui pemberian informasi, pelayanan konseling dan pendidikan keterampilan hidup.

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Jadi berdasarkan peraturan dan permasalahan yang ada, menjadi awal mula lahirnya kebijakan mengenai kesehatan reproduksi remaja di Indonesia.

Kemudian pemerintah menuangkan kebijakan kesehatan reproduksi remaja dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang disahkan melalui Peraturan Presiden No.7/2005. Sehingga kebijakan kesehatan reproduksi remaja merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan nasional. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merupakan organisasi sektor publik yang ditunjuk untuk mengelola dan menjalankan kebijakan kesehatan reproduksi remaja di tingkat Nasional.

Sebagai bentuk perwujudan realisasi kebijakan kesehatan reproduksi remaja, kemudian pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melahirkan program yaitu Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja(PIK KRR).

Program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) merupakan program yang berkaitan dengan kebijakan kesehatan reproduksi remaja. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional merupakan intansi yang ditunjuk pemerintah untuk mengelola program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR) di tingkat nasional. Untuk di tingkat pemerintahan Kota Surakarta, pelaksanaan program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR) dikelola oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (BAPERMAS, PP, PA dan KB) Kota Surakarta. Kemudian, berkaitan dengan pengelolaan

(10)

program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR) di tingkat Kecamatan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (UPT BAPERMAS PP, PA dan KB). Berdasarkan Perwali 20-R Tahun 2009 UPT BAPERMAS PP, PA adalah Unit Pelaksana Teknis pada Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Kota Surakarta yang melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan atau teknis kegiatan penunjang.

Program PIK KRR dilahirkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk memberikan akses informasi, konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi ramaja. PIK KRR adalah suatu wadah yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja dalam memperoleh informasi dan pelayanan konseling tentang kesehatan reproduksi.. Dalam program PIK KRR terdapat tiga kategori tahap yaitu tahap Tumbuh, Tegak,Tegar. Ketiga tahapan tersebut didasarkan pada materi dan isi pesan yang diberikan, ciri kegiatan yang dilakukan, dan dukungan dan jaringan yang dimiliki dapat dilihat dilihat dalam tabel dibawah ini.

(11)

Tabel 1.2 Klasifikasi dan Ciri Tahapan Dalam Program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR) NOTAHAPANMATERI & ISI PESANKEGIATANDUKUNGAN &JARINGAN 1TUMBUH1.TRIAD KRR. 2.Pendalaman materi TRIAD KRR. 3.Pemahaman tentang hak-hak reproduksi.

1.Dilakukandi tempat PIK KRR berada. 2.Bentukaktifitas bersifat penyadaran (KIE). 3.Menggunakanmedia cetak. 4.Pencatatan

1.Ruang khusus. 2.Memiliki papannama (ukuranminimal 60x90). 3.Struktur pengurus. 4.Dua orangPendidik Sebaya yangdapat diakses. 5.Lokasi mudah diakses dan disukai remaja 2.TEGAK1.TRIAD KRR. 2.Pendalamanmateri TRIAD KRR 3.Pemahamantentang hak-hak reproduksi. 4.Kecakapanhidup(life skills). 5.Keterampilan advokasi

1.Didalamdan diluarPIKKRR. 2.Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE). 3.Melakukankonseling melalui: sms,tlp,surat,dll. 4.Menggunakanmedia cetak dan elektronik. 5.Pencatatan. 6.Advokasi &promosi. 7.Kegiatan-kegiatan yang 1.Ruangkhusus danruang pertemuan. 2.Memiliki papan nama. 3.Struktur pengurus. 4.Empat orangPendidik Sebaya. 5.Dua orangKonselor Sebaya. 6.Lokasi mudahdiaksesdan disukai remaja. 7.Jaringan dengan pelayanan medis dan non medis.

(12)

menarik minat remaja. 3.TEGAR1.TRIAD KRR. 2.PendalamanmateriTRIAD KRR. 3.Pemahaman tentang hak-hak reproduksi. 4.Kecakapan hidup (life skills). 5.Keterampilan advokasi.

1.Didalam dan diluar PIK- KRR. 2.Bentukaktifitas bersifat penyadaran (KIE). 3.Melakukankonseling. 4.Menggunakanmedia cetak dan elektronik. 5.Pencatatan. 6.Advokasi untuk meningkatkankualitas & keberlangsunganPIK- KRR. 7.Menarik minat remaja, 8.Pelayanan lain sesuai kebutuhan remaja 9.Pengelola akses pada jaringan internet. 10.Melibatkan jaringan termasuk pelayanan kesehatan dasar.

1.Ruangkhusus pertemuan. 2.Memiliki papan 3.Struktur penguru 4.Empatorang Sebaya. 5.Empatorang Sebaya. 6.Jaringandenga medis dan non med 7.Memiliki konseling. 8.Memiliki perpust 9.Ada sarana & pra jaringan internet. 10.Ada jaringan dengan:Kelompok remaja,Orang tua, KRR lain. 11.Ada organisasi pembina PIK-KRR

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari tabel diatas dapat dijelaskan, bahwa dalam program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR) tedapat tiga tingkatan tahapan kelompok yaitu tahapan Tumbuh, Tegak, Tegar. Pembagian tingkat tahapan berdasarkan perbedaan materi dan isi pesan, kegiatan, dan dukungan&jaringan yang dimiliki berbeda antara tahapan satu dengan yang lainnya, sebagai berikut:

1. Tumbuh merupakan tahap awal dalam tingkatan tahapan pengelolaan PIK KRR. Batasan tahap Tumbuh yaitu tahap awal bagi kelompok kelompok PIK

belum berkembang, hanya sebatas baru dibentuk dan melakukan kegiatan dasar. Kapasitas materi&isi pesan, kegiatan, dan dukungan &jaringan yang dimiliki dalam tahapan Tumbuh masih bersifat mendasar dan sederhana.

2. Tegak merupakan tingkatan tahapan yang berada setingkat diatas tahap Tumbuh. Batasan tahap Tegak yaitu tahap yang telah dibina dan dikembangkan, serta telah melewati klasifikasi tahapan Tumbuh. Kapasitas materi&isi pesan, kegiatan, dan dukungan & jaringan yang dimiliki tahap Tegak setingkat lebih kompleks dan lebih bervariasi dibandingkan tahapan Tumbuh.

3. Tegar merupakan tingkatan tahapan yang setingkat diatas tahap Tegak dan berada pada tingkatan paling tinggi di atas tahap Tegak dan Tumbuh. Batasan tahap Tegar merupakan tahap yang telah dibina dan dikembangkan, serta telah melewati klasifikasi tahapan Tumbuh dan Tegak. Kapasitas materi&isi pesan,

(14)

kegiatan, dan dukungan & jaringan yang dimiliki lebih kompleks dan lebih bervariasi dibandingkan tahapan Tumbuh dan Tegak.

Berkaitan dengan tahapan kelompok dalam program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR), di Kecamatan Jebres terdapat enam kelompok Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR) yang dibina dan dikelola oleh UPT BAPERMAS PP, PA dan KB Kecamatan Jebres,

Tabel 1.3

Data Jumlah Kelompok PIK KRR di Kecamatan Jebres Tahun 2012

Sumber: UPT BAPERMAS PP, PA dan KB Kecamatan Jebres, Surakarta

Dari data diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR) di Kecamatan Jebres telah berhasil terbentuk sebanyak 6 kelompok. Kemudian dapat diuraikan untuk kelompok PIK KRR dengan kategori tingkatan Tumbuh terdapat sebanyak 4 kelompok PIK KRR. Selain itu untuk kategori

Tingkatan Kelompok

Nama Kelompok PIK KRR Jumlah Kelompok

PIK KRR

Tumbuh

PIK KRR Indonesia PIK KRR Rukun Asih PIK KRR 3 G

PIK KRR Sinar Utama

4

Tegak PIK KRR Kharisma 1

Tegar PIK KRR Mahardika 1

Jumlah 6

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kelompok tingkatan Tegak terdapat sebanyak 1 kelompok PIK KRR. Untuk kategori kelompok tingkatan Tegar terdapat sebanyak 1 kelompok PIK KRR.

Program PIK KRR di Kecamatan Jebres dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Masyarakat. Pemberdayaan Masyarakat, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (UPT BAPERMAS PP, PA dan KB ) Kecamatan Jebres. Output dalam pengelolaan program PIK KRR di Kecamatan Jebres yaitu terbentuknya enam kelompok PIK KRR.. Selain itu salah satu hasil dari oleh Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Masyarakat. Pemberdayaan Masyarakat, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (UPT BAPPERMAS PP, PA dan KB) Kecamatan Jebres dalam manajemen pelaksanaan program PIK KRR yaitu keberhasilan PIK KRR Mahardika mewakili Kota Surakarta mengikuti perlombaan di tingkat provinsi Jawa Tengah dan memperoleh penghargaan Juara II.

Hingga saat ini oleh Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Masyarakat. Pemberdayaan Masyarakat, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana UPT BAPERMAS PP, PA dan KB Kecamatan Jebres, Surakarta telah mengelola program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) di Kecamatan Jebres melalui berbagai macam kegiatan seperti sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi remaja , penumbuhan dan pembentukan kelompok PIK KRR serta pembinaan kelompok-kelompok PIK KRR yang telah terbentuk.

Dalam mengelola pelaksanaan program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) , UPT BAPERMAS PP, PA dan

(16)

KB Kecamatan Jebres telah mengelola 6 kelompok PIK KRR.. Meskipun pengelolaan yang dilakukan UPT BAPERMAS PP, PA dan KB Kecamatan Jebres, telah dilakukan dengan baik, namun pada kenyataanya hanya 1 yang berkembang dan berprestasi tetapi 5 kelompok lainnya masih sulit berkembang. Lima kelompok yang kurang berkembang, disebabkan karena kelompok yang telah berhasil dibentuk, tetapi kurang diisi kegiatan-kegiatan sesuai dengan ketentuan masing-masing kategori tahapan dalam PIK KRR.

Dalam hal ini berkaitan dengan kurangnya pengendalian dalam mengelola kelompok-kelompok PIK KRR, sehingga kelompok-kelompok PIK KRR tidak dapat berkelanjutan dalam menjalankan berbagai kegiatan sesuai dengan tujuan program. Selain itu, terdapat permasalahan lain yaitu dengan adanya regenerasi atau pergantian pengurus kelompok yang tidak tersistem dengan baik menyebabkan kelompok-kelompok PIK KRR menjadi berhenti berkegiatan untuk sementara waktu. Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah satu pengurus kelompok PIK KRR, sebagai berikut:

dibentuk kegiatanya tidak jalan dengan baik. Tapi ada juga yang sudah aktif tapi hanya pas saat awal-awal setelah terbentuk saja, setelah itu tidak aktif lagi atau statis. Soalnya pergantian regenerasi pengurusnya semua remaja dan banyak yang sudah lulus sekolah lalu bekerja dan tidak lagi masuk kategori usia remaja lagi atau ada

Berkaitan dengan manajemen pelaksanaan program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) , Ulber Silalahi(2011:9) mengemukakan bahwa manajemen dibutuhkan dalam tiap bentuk kerjasama organisasional, sebab tanpa manajemen tiap anggota organisasi akan bekerja

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ke arah pencapaian tujuan mereka sendiri bebas dari yang lainnya, dan akibatnya tiap usaha yang dilakukan akan menjadi boros. Sehingga keberadaan manajemen tidak bisa dilepaskan dengan kegiatan manajemen.

Karena manajemen dibutuhkan dalam organisasi menurut Ulber Silalahi (2011:9) untuk :

1. Mencapai tujuan , baik persoanal maupun organisasional;

2. Memelihara keseimbangan antara tujuan-tujuan yang bertentangan;

3. Mencapai efisiensi dan efektifitas.

Berdasarkan teori tersebut menunjukan bahwa pentingnya manajemen dalam sebuah organisasi. Sehingga dalam hal ini kaitannya ditinjau dengan perspektif manajemen, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah pengendalian yang dilakukan kurang baik dan menyebabkan 5 dari 6 kelompok PIK KRR kurang berkegiatan secara aktif.

Berdasarkan uraian penjelasan dan alasan tersebut, maka penelitian ini difokuskan pada manajemen yang dijalankan oleh Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (UPT BAPPERMAS PP, PA dan KB) di Kecamatan Jebres, Surakarta.

Dalam hal ini digunakan teori manajemen dengan ditinjau melalui fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (leading), pengendalian (controlling). Kemudian dalam penelitian ini juga dapat dikaji hambatan yang menjadi kendala dalam manajemen pelaksanaan program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan

(18)

Reproduksi Remaja ( PIK KRR). Hambatan yang ditemukan dapat digunakan sebagai koreksi demi kemajuan mendatang, dan kelebihan dalam manajemen dapat dijadikan sebagai contoh dalam pengelolaan PIK KRR bagi organisasi

Program Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) di Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan , maka rumusan masalah dalam penelitian ini dibatasi mengenai:

KRR yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (UPT BAPERMAS PP, PA dan KB) di Kecamatan Jebres,

C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Operasional

Untuk mengetahui manajemen pelaksanaan program PIK KRR di UPT BAPERMAS PP, PA dan KB Kecamatan Jebres, Surakarta.

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Tujuan Fungsional Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh UPT BAPERMAS PP, PA dan KB Kecamatan Jebres, Surakarta sebagai bahan masukan dalam mengelola manajemen pelaksanaan program PIK KRR.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Praktis

a. Mendapatkan informasi mengenai manajemen dalam pelaksanaan program PIK KRR di UPT BAPERMAS PP, PA dan KB Kecamatan Jebres, Surakarta.

b. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, pembaca maupun pihak-pihak lain terkait dengan masalah pelayanan publik.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur kepustakaan yang dapat membantu bagi terlaksananya penelitian selanjutnya.

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Jebres Tahun 2011 KelurahanKelompok UmurJumlah Total  Penduduk0-45-910-1415-1920-2425-2930-3940-4950-5960+ Kepatihan Kulon1971721751923403173834244133592.972 Kepatihan Wetan4552953493393162853613
Tabel 1.2 Klasifikasi dan Ciri Tahapan Dalam Program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR)  NOTAHAPANMATERI & ISI PESANKEGIATANDUKUNGAN &JARINGAN 1TUMBUH1.TRIAD KRR

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari kegiatan ini antara lain Kegiatan persilangan tanaman terdiri dari beberapa tahapan antara lain penentuan tetua jantan dan betina, isolasi bunga jantan dan betina,

Tahap pertama peneliti merancangan alat untuk menyesuaikan berkas cahaya pada lengan sinar datang dengan lengan penerima berkas cahaya yang telah dibiaskan prisma,

Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka hasil penelitian ini selayaknya dapat digunakan oleh manajemen perbankan syariah agar memperhatikan penentuan nisbah dan tingkat suku bunga

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pergeseran makna dalam sebuah perayaan hina matsuri (雛祭り) dari sebuah upacara purifikasi menjadi sebuah acara

Visual Jaringan Pipa Distribusi Komplek PT Arun Area Balik Papan Hasil analisa jaringan perpipaan menggunakan program EPANET 2.0 ditunjukkan pada tabel 6 berikut ini :..

Kewajiban mencantuman keterangan tentang pangan rekayasa genetika tidak berarti manunjukkan bahwa produk yang memakai bahan rekayasa genetika tersebut tidak aman, akan

Kecepatan  dan posisi partikel yang bergerak dapat ditentukan melalui tiga cara, yaitu diturunkan dari fungsi posisi, kecepatan sesaat sebagai turunan fungsi posisi, dan

O: ekspresi wajah tampak tenang ketika obat masuk, tidak ada bengkak dan puss pada luka post operasi.. Nunung 08.05 WIB 1 Memberikan injeksi intravena ketorolac