• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DENGAN PEMANGKASAN PUCUK DAN PEMBERIAN PUPUK NPK SKRIPSI OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DENGAN PEMANGKASAN PUCUK DAN PEMBERIAN PUPUK NPK SKRIPSI OLEH :"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DENGAN PEMANGKASAN PUCUK DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

SKRIPSI OLEH :

RASIA HAGANTA MUHAM 150301178

AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(2)

PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DENGAN PEMANGKASAN PUCUK DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

SKRIPSI OLEH :

RASIA HAGANTA MUHAM 150301178

AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melakukan Penelitian Dalam Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(3)

Judul Penelitian : Pertumbuhan dan Hasil Mentimun (Cucumis sativus L.) dengan Pemangkasan Pucuk dan Pemberian Pupuk NPK Nama : Rasia Haganta Muham

NIM : 150301178

Program Studi : Agroteknologi

Minat : Agronomi

Disetujui Oleh:

Dosen Komisi Pembimbing

( Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS) (Ferry Ezra T. Sitepu, SP., M.Si.)

Ketua Anggota

Mengetahui,

(Dr. Ir. Sarifuddin, MP.) Ketua Program Studi Agroteknologi

(4)

ABSTRAK

RASIA HAGANTA MUHAM : Pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) dengan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK, dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan FERRY EZRA T. SITEPU.

Pemangkasan mentimun bertujuan untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga dapat merangsang pertumbuhan bagian-bagian tertentu pada tanaman. Pemupukan perlu dilakukan karena kandungan hara dalam tanah yang selalu berkurang akibat penyerapan oleh tanaman. Dan produksi mentimun dapat ditingkatkan dengan waktu pemangkasan dan pemberian pupuk yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) dengan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK, dilaksanakan di Jl. Pasar 1 Ringroad Medan, ±25 meter di atas permukaan laut, dari bulan Juli sampai September 2019, menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial, dengan dua Faktor yaitu : Pemangkasan (tanpa pemangkasan, pemangkasan 14 HST, pemangkasan 21 HST dan pemangkasan 28 HST) dan pemberian pupuk NPK (diberi 45 g, diberi 65 g dan diberi 85 g). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemangkasan pucuk dapat meningkatkan jumlah daun dan panjang buah. Pemberian pupuk NPK dapat meningkatkan jumlah daun tanaman mentimun.

Kata kunci : mentimun, pemangkasan, pupuk NPK

(5)

ABSTRACT

RASIA HAGANTA MUHAM: Growth and yield of cucumber (Cucumis sativus L.) by shoot pruning and NPK fertilizer application, supervised by CHAIRANI HANUM and FERRY EZRA T. SITEPU.

Cucumber pruning aims to reduce the vegetative growth of plants so that it can stimulate the growth of certain parts of the plant. Fertilization needs to be done because the nutrient content in the soil is always reduced due to absorption by plants. And cucumber production can be increased with the right time of pruning and fertilizer application. The aim of this research was to study the growth and yield of cucumber (Cucumis sativus L.) by shoot pruning and NPK fertilizer application, was carried out at Jl. Pasar 1 Ringroad Medan, ± 25 meters above sea level, starting from July to September 2019, use Randomized Factorial Block Design with two factors: Pruning (without pruning, pruning 14 DAP, pruning 21 DAP and pruning 28 DAP) and NPK fertilizer application (given 45 g, given 65 g and given 85 g). The results of this study indicate that shoot pruning can increase the number of leaves and fruit length. Application of NPK fertilizer can increase the number of leaves of cucumber plants.

Keywords: cucumber, pruning, NPK fertilizer

(6)

RIWAYAT HIDUP

Rasia Haganta Muham, lahir pada tanggal 25 Oktober 1997 di Medan, anak ke-1 dari 3 bersaudara, putri dari ayahanda U. Sembiring dan ibunda M. Singarimbun.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini adalah Pendidikan Dasar di SD Negeri 040488 lulus tahun 2009, Pendidikan Menengah Pertama di SMP N 1 Tiganderket lulus tahun 2012, Pendidikan Menengah Atas di SMA Santo Thomas 1 Medan lulus tahun 2015 dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2015 melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Penulis memilih program studi Agroteknologi, minat Agronomi.

Selama mengikuti perkuliahaan, penulis menjadi salah satu asisten di Laboratorium Dasar Agronomi periode 2017/2018 – 2018/2019, dan asisten di Laboratorium Dasar Hortikultura periode 2018/2019. Penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan yaitu anggota Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGROTEK), anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), anggota Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Mbuah Page Fakultas Pertanian dan pernah menjabat sebagai ketua Badan Pengurus Harian IMKA Mbuah Page periode 2019/2020 dan ketua Biro Pendidikan dan Pengkaderan IMKA Mbuah Page periode 2018/2019 dan anggota Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) USU.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III Unit Usaha Merbau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Utara pada 16 Juli 2018 - 22 Agustus 2018.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skirpsi ini yang berjudul “Pertumbuhan dan Hasil Mentimun (Cucumis sativus L.) dengan Pemangkasan Pucuk dan Pemberian Pupuk NPK”. yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dra. Ir. Chariani Hanum, MS dan Bapak Ferry Ezra T. Sitepu, SP. MSi.

selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu kepada penulis dalam memberikan bimbingan, masukan dan motivasi selama penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staff pengajar dan pegawai di Program Studi Agroteknologi serta semua teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2020

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP ... ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ..vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Pemangkasan... 4

Pupuk NPK ... 7

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... ..10

Bahan dan Alat ...10

Metode Penelitian ...10

Pelaksanaan Penelitian ...13

Persiapan Lahan ...13

Penaman ...13

Pemupukan ...13

Pemeliharaan Tanaman ...13

Penyiraman ...13

Penjarangan ...13

Pemasangan Ajir ...13

Penyiangan Gulma ...14

Pemangkasan ...14

Panen ...14

Peubah Amatan ...14

Panjang Tanaman ...14

Jumlah daun ...15

Jumlah bunga jantan ...15

Jumlah bunga betina ...15

(9)

Jumlah bunga gugur ...15

Bobot buah per tanaman sampel ...15

Bobot buah per plot ...15

Panjang buah ...16

Diameter buah ...16

Bobot kering akar ...16

Bobot kering tajuk ...16

Volume akar ...16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... ..17

Pembahasan ... ..31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... ...36

Saran ... ...36 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal 1. Panjang tanaman mentimun 2 – 5 MST perlakuan pemangkasan dan

dosisi pupuk NPK ... 17 2. Jumlah daun mentimun 2 – 5 MST pada perlakuan pemangkasan dan

dosisi pupuk NPK ... 18 3. Jumlah bunga jantan 6 – 7 MST dengan perlakuan pemangkasan dan

pemberian pupuk NPK ... 20 4. Jumlah bunga betina 6 – 7 MST dengan perlakuan pemangkasan dan

pemperian pupuk NPK ... 22 5. Jumlah bunga gugur 6 – 7 MST dengan perlakuan pemngkasan dan

pemberian pupuk NPK ... 23 6. Bobot buah per tanaman sampel dengan perlakuan pemangkasan dan

pemberian pupuk NPK ... 24 7. Bobot buah perplot dengan perlakuan dengan perlakuan pemangkasan

dan pemberian pupuk NPK ... 25 8. Panjang buah dengan perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK 26 9. Diameter buah dengan perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk

NPK ... 27 10. Bobot kering akar dengan perlakuan pemangkasan dan pemberian

pupuk NPK ... 28 11. Bobot kering tajuk dengan perlakuan pemangkasan dan pemberian

pupuk NPK ... 29 12. Volume akar dengan perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk

NPK ... 30

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Jadwal kegiatan pelaksanaan ... 40

2. Bagan tanaman dalam plot ... 41

3. Bagan plot penelitian ... 42

4. Deskripsi tanaman ... 43

5. Analisis media tanaman ... 44

6. Data panjang tanaman 2 MST ... 45

7. Sidik ragam panjang tanaman 2 MST ... 45

8. Data panjang tanaman 3 MST ... 46

9. Sidik ragam panjang tanaman 3 MST ... 46

10. Data panjang tanaman 4 MST ... 47

11. Sidik ragam panjang tanaman 4 MST ... 47

12. Data panjang tanaman 5 MST ... 48

13. Sidik ragam panjnag tanaman 5 MST ... 48

14. Data jumlah daun 2 MST ... 49

15. Sidik ragam jumlah daun 2 MST ... 49

16. Data jumlah daun 3 MST ... 50

17. Sidik ragam jumkah daun 3 MST ... 50

18. Data jumlah daun 4 MST ... 51

19. Sidik ragam jumlah daun 4 MST ... 51

20. Data jumlah daun 5 MST ... 52

21. Sidik ragam jumlah daun 5 MST ... 52

22. Data bunga jantan 6 MST ... 53

(12)

23. Sidik ragam bunga jantan 6 MST ... 53

24. Data bunga jantan 7 MST ... 54

25. Sidik ragam bunga jantan 7 MST ... 54

26. Data bunga betina 6 MST ... 55

27. Sidik ragam bunga betina 6 MST ... 55

28. Data bunga betina 7 MST ... 56

29. Sidik ragam bunga betina 7 MST ... 56

30. Data bunga gugur 6 MST ... 57

31. Sidik ragam bunga gugur 6 MST ... 57

32. Data bunga gugur 7 MST ... 58

33. Sidik ragam bunga gugur 7 MST ... 58

34. Data bobot buah pertanaman ... 59

35. Sidik ragam bobot buah pertanaman ... 59

36. Data bobot buah perplot ... 60

37. Sidik ragam bobot buah perplot ... 60

38. Data panjang buah... 61

39. Sidik ragam panjang buah ... 61

40. Data diameter buah ... 62

41. Sidik ragam diameter buah ... 62

42. Data bobot kering tajuk ... 63

43. Sidik ragam bobot kering tajuk... 63

44. Data bobot kering akar ... 64

45. Sidik ragam bobot kering akar ... 64

46. Data volume akar ... 65

(13)

47. Sidik ragam volume akar ... 65 48. Tabel Curah Hujan Juli – September 2019 ... 66 49. Foto Penelitian ... 67

(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Buah mentimun merupakan buah yang memiliki bermacam–macam manfaat dalam kehidupan sehari–hari, antara lain sebagai bahan makan, untuk obat – obatan, dan kosmetik. Sebagai pangan, buah mentimun mengandung zat–

zat gizi yang cukup lengkap, yakni mengandung kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B, vitamin C, niasin, karoten, asetilkolin, serat, dan saponin. Dengan demikian, buah mentimun sebagai bahan pangan sangat baik untuk menjaga kesehatan tubuh (Cahyono, 2006).

Produksi mentimun di Indonesia dari tahun ke tahun masih fluktuatif.

Data dari tahun 2004 hingga 2010 menunjukkan bahwa produksi mentimun di Indonesia mengalami peningkatan yaitu 477,716 ton pada tahun 2004 menjadi 552,891 ton pada tahun 2005 dan 598,890 ton pada tahun 2006. Namun produksi mentimun menurun pada tahun 2007, 2008 dan 2010 (BPS, 2012).

Rendahnya produktivitas tanaman mentimun di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah faktor iklim, teknik bercocok tanam seperti pemupukan dan pemangkasan. Produksi mentimun dapat ditingkatkan dengan cara pemupukan yang tepat. Pemupukan perlu dilakukan karena kandungan hara dalam tanah selalu berkurang akibat diserap oleh tanaman.

Selain itu produksi tanaman mentimun juga dapat ditingkatkan dengan cara pemangkasan karena mengurangi pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga dapat merangsang pertumbuhan bagian tertentu pada suatu tanaman dan dapat memicu pertumbuhan generatif.

(15)

Pupuk majemuk (NPK) merupakan salah satu pupuk anorganik yang dapat digunakan sangat efisiem dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara makro (N, P dan K) menggantikan pupuk tunggal. Pupuk majemuk ini hampir seluruhnya larut dalam air, sehingga unsur hara yang dikandungnya dapat segera diserap dan digunakan oleh tanaman dengan efektif (Kaya, 2013)

Pemangkasan adalah suatu usaha untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif suatu tanaman sehingga dapat merangsang pertumbuhan bagian-bagian tertentu pada suatu tanaman dan dapat mempercepat pertumbuhan generatif dari tanaman tersebut. Untuk melakukan pemangkasan harus memperhatikan kondisi lingkungan itu sendiri (Saptarini, Widayati dan Sari, 1991).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemangkasan dan pemberian pupuk NPK terhadap pertumbuhan serta hasil mentimun (Cucumis satius L.).

Tujuan Penelitian

Untuk dapat mempelajari pertumbuhan dan hasil mentimun dengan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK

Hipotesis Penelitian

Adanya pengaruh pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan serta hasil mentimun.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Pemangkasan

Pemangkasan merupakan tindakan pemotongan/pembuangan tunas-tunas yang tidak dikehendaki pertumbuhannya. Tunas yang terlalu banyak dapat menghambat atau mengganggu perkembangan tanaman bahkan batang pokok dan buah. Apabila pemangkasan tidak dilakukan, maka nutrisi yang dibawa oleh akar akan terus dimanfaatkan untuk perkembangan vegetatif saja. Pemangkasan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan buah yang besar dan berkualitas (Gustia, 2016).

Pemangkasan pada fase vegetatif dapat meningkatkan cabang primer, karena pada saat pertumbuhan vegetatif pembukaan daun-daun pada bagian tengah akan memberikan peluang sinar matahari untuk menyinari batang sehingga auksin yang terdapat pada tanaman akan terakumulasi pada ketiak- ketiak daun yang pada akhirnya akan merangsang pertumbuhan tunas - tunas baru (Zamriyetti dan Sawaluddin, 2006).

Menurut Sutapraja (2008), pemangkasan pucuk, terutama pucuk utama dapat menurunkan persaingan fotosintesis antara daun dan buah serta mengurangi serangan penyakit. Pemangkasan bertujuan sebagai: 1) Mengontrol pertumbuhan dan ukuran pohon sehingga pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian pembungaan dan pemanenan dapat dilakukan dengan mudah.

2) Mendorong pertumbuhan cabang yang kuat dan sehat, sehingga buah dapat lebih banyak. 3) Meningkatkan masuknya cahaya matahari pada tajuk, akibatnya fotosintesa dapat berlangsung optimum. 4) Mendorong distribusi buah seimbang pada tanaman, sehingga buah yang diproduksi seragam kualitas dan ukurannya.

(17)

5) Mendorong tanaman berbunga dan berbuah teratur, mengurangi terjadinya alternate bearing. 6) Mengurangi transpirasi, sehingga air irigasi dapat dikurangi.

7) Memaksimumkan persentase cabang berbunga. 8) Memperbaiki pewarnaan buah. 9) Mengurangi peluang serangan hama dan penyakit dan 10) Mengurangi kerusakan tanaman oleh angin. Dengan demikian pemangkasan pucuk dapat meningkatkan produksi mentimun pada lahan terbatas, sehingga petani dapat memproduksi mentimun dengan jumlah yang tinggi. Pemangkasan mentimun membuat pengurangan daun-daun yang tidak bermanfaat sehingga penyebaran nutrisi dan pertumbuhan buahpun menjadi lebih optimal.

Pemangkasan merupakan tindakan budidaya yang umum dilakukan untuk mengatasi adanya pertumbuhan vegetatif yang berlebihan pada tanaman.

Pemangkasan tanaman ada dua macam, yaitu pemangkasan untuk memilih batang produksi dan pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan produksi perlu dilakukan agar tanaman dapat berproduksi maksimal dengan melakukan pemilihan batang yang dipelihara, sedangkan pemangkasan pemeliharaan dilakukan dengan memangkas bagian tanaman yang tidak berguna (Yadi et al., 2012).

Menurut Dewani (2000) teknik budidaya untuk meningkatkan produksi mentimun dapat dilakukan dengan cara memanipulasi pertumbuhan, yaitu dengan perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk untuk membatasi pertumbuhan vegetatif tanaman, karena apabila pertumbuhan vegetatif tidak diatur sedangkan faktor lingkungan mendukung, maka tanaman akan terus melakukan pertumbuhan vegetatif, sehingga pertumbuhan generatif bisa terhambat atau tertunda.

Pemangkasan dapat dilakukan dengan memotong ujung atau pucuk tanaman yang dinamakan pemangkasan pucuk serta pemangkasan pada cabang

(18)

lateral. Dengan dilakukannya pemangkasan diharapkan pertumbuhan tunas dan cabang semakin banyak, sehingga potensi munculnya bunga semakin banyak pula (Aeni et al., 2018)

Pemangkasan dapat mengakibatkan peningkatan atau penurunan fotosintat dan hasil tanaman yang salah satunya dipengaruhi oleh saat pemangkasan atau waktu pemangkasan. Pemangkasan pada fase vegetatif menyebabkan pertumbuhan vegetatif akan berkurang, sehingga akan merangsang pertumbuhan generatif karena pemangkasan akan mengurangi produksi auksin. Selain itu cahaya matahari yang masuk ke tanaman lebih banyak, sehingga akan merangsang Pembentukan bunga (Dewani, 2000).

Pemangkasan pucuk akan mempengaruhi produksi dan aliran auksin ke tunas - tunas lateral. Jumlah auksin pada tanaman yang berlebih akan terjadi dominasi pucuk yang menghambat pertumbuhan tunas dibawahnya. Hal ini terjadi karena adanya pertumbuhan tunas lateral sehingga percabangan akan semakin banyak dan menaungi antar daun tanaman. Bagian pucuk tanaman merupakan jaringan meristem apikal yang merupakan sumber pembentukan auksin. Pada bagian ini aktifitas pembelahan dan pembesaran sel tinggi sekali sehingga dengan adanya pemangkasan dapat merangsang translokasi auksin pada sekitar bagian yang dipotong dan merangsang pembentukan cabang baru (Januwati et al., 1996).

Pupuk NPK

Pupuk NPK adalah pupuk majemuk yang merupakan pupuk campuran yang mengandung lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro). Kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat

(19)

mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal (Saribun, 2008).

Berdasarkan kandungan haranya, pupuk NPK memberi manfaat yang sangat lengkap bagi tanaman. Pemberian pupuk NPK sama artinya dengan memberikan pupuk Urea, SP36 dan KCl secara bersama-sama sehingga manfaat dan fungsi yang sangat banyak seperti meningkatkan produktivitas tanaman, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap seranagan hama, penyakit, dan kekeringan, meningkatkan ketahanan hasil panen selama kegiatan pengangkutan dan penyimpanan. Meski memiliki berbagai kelebihan, tentunya terdapat kelemahan dalam pemakaian pupuk ini yaitu pemberian pupuk ini dengan berbagai kandungan tambahannya akan membuat unsur hara alami tanah menjadi rusak atau kalah dengan bahan sintetis, kondisi ini membuat tanah semula baik tak dapat lagi produktif, keasaman tanah menjadi berkurang dan kemampuan penyerapan air oleh tanah berkurang (Mahendra, 2018).

Menurut Sudjianto dan Krestiani (2009) pemberian pupuk NPK mempunyai peranan dalam memacu dan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman apabila aplikasinya tepat dan tidak berlebih, karena dosis yang tepat akan memberikan hasil yang optimal pada tanaman. Menurut Sumarsoni et al,. (2006) kelebihan suatu unsur hara pada media tanam dapat mengganggu pertumbuhan melalui : kompetisi dengan unsur esensial lain dalam penyerapan, menonaktifkan enzim, mengantikan unsur – unsur esensial dari tempat berfungsinya atau mengubah struktur air

Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi penting didalam tanaman. Sekitar 40 - 50% kandungan protoplasma yang merupakan substansi

(20)

hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen digunakan tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein. Nitrogen juga dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan enzim. Karena itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada saat pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas atau perkembangan batang dan daun. Jika kekurangan (defisiensi) nitrogen tanaman tumbuh lambat dan kerdil. Daunnya berwarna hijau muda sedangkan daun-daun yang lebih tua menguning danakhirnya kering. Jika terjadi kelebihan nitrogen, tanaman tampak terlalu subur, ukuran daun menjadi lebih besar, batang menjadi lunak dan berair (sekulensi) sehingga mudah diserang penyakit (Novizan, 2005).

Bagi tanaman pupuk fosfor berfungsi : (a) untuk mempercepat pertumbuhan akan semai (b) memacu dan memperkuat pertumbuhan tanaman dewasa pada umumnya (c) meningkatkan produksi biji-bijian. Unsur P merupakan pembentuk sel inti, selain itu mempunyai peranan penting bagi pembelahan sel serta perkembangan jaringan meristematik. Dapat membentuk ikatan fosfat berdaya tinggi yang dipergunakan untuk mempercepat proses-proses fisiologis.

Kekurangan fosfor menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat dan kerdil, gejala daun menunjukkan warna hijau tua mengkilap yang tidak normal, pematangan buah terhambat dan biji berkembang tidak normal (Sutejo, 2002).

Pemberian pupuk NPK dapat meningkatkan serapan unsur hara N,P dan K serta meningkatkan hasil produksi tanaman mentimun. Pupuk majemuk berperan dalam mendukung pertumbuhan dan hasil produksi tanaman mentimun. Tanaman akan tumbuh subur apabila unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam

(21)

proporsi yang seimbang terutama unsur hara makro seperti N, P dan K (Kurniawati et al., 2015).

Pemupukan yang diberikan pada tanaman sebaiknya harus memperhatikan kaedah 4 T (tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara) untuk mendukung pertumbuhan dan produksi yang baik pada tanaman. Tepat jenis merupakan salah satu faktor yang penting dalam tata laksana pemupukan sesuai kebutuhan unsur hara pada tanaman. Dosis pupuk dalam pemupukan haruslah tepat, artinya dosis tidak terlalu sedikit atau banyak yang dapat menyebabkan pemborosan atau dapat merusak akar tanaman. Waktu pemberian pupuk juga haruslah tepat, misalnya pemberian pupuk yang terlalu awal sebelum bertanam misalnya untuk pupuk- pupuk yang bersifat mudah larut dan mudah tercuci seperti pupuk nitrogen tidak effisien. Cara pemupukan perlu juga diperhatikan sebab cara pemupukan yang salah dapat menimbulkan kerugian (Damanik et al., 2010).

(22)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Pasar 1 Ringroad, Medan dengan ketinggian ±25 meter diatas permukaan laut pada bulan Juli 2019 sampai dengan September 2019.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih mentimun varietas Hercules, Pupuk NPK, fungisida propineb (2g/l), insektisida spinosed (0,5 ml/l) .

Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengolah tanah, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, gembor untuk menyiram tanaman, pacak sebagai sampel, timbangan, alat tulis, ajir, tali rafia, patok sampel, papan judul penelitian, kalkulator.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan yaitu

Faktor I : Pemangkasan pucuk

P0= Tanpa pemangkasan pucuk

P1= Pemangkasan pucuk 14 hari setelah tanam (HST) P2= Pemangkasan pucuk 21 hari setelah tanam (HST) P3= Pemangkasan pucuk 28 hari setelah tanam (HST) Faktor II : Pemberian pupuk NPK, yaitu:

D1: 45 g/Plot D2: 65 g/ Plot D3: 85 g/ Plot

(23)

Dengan demikian diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yaitu :

P0D1 P0D2 P0D3

P1D1 P1D2 P1D3

P2D1 P2D2 P2D3

P3D1 P3D2 P3D3

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Ukuran plot : 210 cm x 50 cm

Jarak antar plot : 50 cm

Jarak antar blok : 50 cm

Jarak antar tanaman : 30 cm Jumlah tanaman per plot : 6 tanaman

Jumlah sampel/plot : 4 sampel

Jumlah sampel seluruhnya : 144 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 216 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) 2 faktorial berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yijk = + i+ j+ k+( )jk+ ijk i = 1,2,3, j= 1,2,3,4 k= 1,2,3 Dimana :

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan pemangkasan pucuk ke-j Dan pemberian pupuk NPK pada taraf ke-k

: nilai tengah : Pengaruh blok ke-i

(24)

j : Pengaruh perlakuan pemangkasan pada taraf ke-j

k : Pengaruh perlakuan pemberian pupuk NPK pada taraf ke-j

( )jk : Pengaruh interaksi antara perlakuan pemangkasan pada taraf ke-j dan dosis pupuk NPK pada taraf ke-k

ij : Pengaruh galat pada blok ke-i, perlakuan pemangkasan pada taraf ke-j dan pemberian pupuk NPK pada taraf ke-k

Data dianalisis dengan analisis sidik ragam, sidik ragam yang nyata dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5%.

(25)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Lahan penelitian dibersihkan dari gulma dan tanaman yang tumbuh di atasnya, kemudian lahan diolah sampai siap tanam dengan kedalaman 30 cm dan dibuat plot dengan ukuran 210 cm x 50 cm serta parit dengan lebar 50 cm dan kedalaman 30 cm.

Penanaman

Bahan tanam yang digunakan adalah mentimun Varietas Hercules dengan benih yang direndam terlebih dahulu dalam air, kemudian benih ditanam sebanyak 2 benih per lubang tanam. Jarak antar tanaman 30 cm.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada 2 minggu setelah tanam (MST) dengan cara larikan dan dosis yang diberikan sesuai dengan perlakuan.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari sesuai dengan kondisi kelembaban lahan. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari bila tidak ada hujan dengan menggunakan gembor.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan pada umur 1 MST dengan menyisakan 1 tanaman yang sehat per lubang tanam dan dipelihara sebagai tanaman sampel.

(26)

Pemasangan Ajir

Pemasangan ajir (turus bambu) mulai dilakukan 2 MST dengan cara memasang 1 bambu disamping kiri masing - masing tanaman. Ajir yang sudah dipasang diberi tali rafia agar tanaman dapat merambat pada ajir.

Penyiangan Gulma

Penyiangan gulma dilakukan pada areal pertanaman. Gulma yang berada di plot dan di parit dibersihkan dengan cara dicabut menggunakan tangan.

Penyiangan gulma dilakukan seminggu sekali Pemangkasan Pucuk

Pemangkasan pucuk dilakukan sesuai dengan perlakuan penelitian yaitu 14 HST, 21 HST dan 28 HST dengan cara memotong pertemuan antara cabang teratas dengan batang utama.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian jamur menggunakan fungisida dengan bahan aktif popineb 70%, sedangkan pengendalian hama menggunakan insektisida dengan bahan aktif metomil 25%. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan kondisi tanaman di lapangan.

Panen

Mentimun mulai dapat dipanen pada umur 37 HST. Panen dilakukan menggunting bagian pangkal buah mentimun dengan menggunakan gunting. Buah mentimun yang siap dipanen adalah buah yang sudah masak dengan warna hijau muda seragam dari pangkal sampai ujung buah. Pemanenan dilakukan 8 kali dengan interval 4 hari sekali.

(27)

Parameter Amatan Panjang Tanamn

Panjang tanaman diukur umur 2 MST mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh pucuk dengan menggunakan tali rafia dan diukur kembali dengan meteran. Pengamatan dilakukan seminggu sekali hingga tanaman berumur 35 HST.

Jumlah daun

Jumlah daun dihitung mulai umur 2 MST, daun yang dihitung adalah daun yang sudah terbuka sempurna. Pengamatan dilakukan seminggu sekali hingga tanaman berumur 35 hari.

Jumlah bunga jantan

Jumlah bunga jantan dihitung saat tanaman berumur 6 MST sampai tanaman berhenti berbunga dengan pengamatan sehari sekali.

Jumlah bunga betina

Jumlah bunga betina dihitung saat tanaman berumur 6 MST sampai tanaman berhenti berbunga dengan pengamatan sehari sekali.

Jumlah bunga gugur

Jumlah bunga gugur dihitung saat tanaman berumur 6 MST sampai tanaman berhenti berbunga dengan pengamatan sehari sekali.

Bobot buah per tanaman sampel

Bobot buah pertanaman dihitung dengan menimbang masing – masing buah pertanaman yang sudah di panen.

(28)

Bobot buah per plot

Bobot buah per plot dihitung dengan menimbang semua buah yang dihasilkan per plot yang sudah dipanen.

Panjang buah

Pengamatan panjang buah dilakukan dengan cara mengukur panjang buah dari pangkal buah sampai ujung buah. Kemudian panjang buah dari panen pertama hingga terakhir di rata- ratakan.

Diameter buah

Pengamatan diameter buah dilakukan dengan cara mengukur diameter buah dibagian pangkal, tengah dan ujung buah. Kemudian di rata – ratakan diameter buah dari panen pertama hingga terakhir di rata – ratakan.

Bobot kering akar

Pengukuran dilakukan dengan memisahkan akar dari tajuk tanaman.

kemudian dicuci dengan air hingga bersih dan dikeringanginkan. Lalu akar dimasukkan ke dalam amplop coklat dan diovenkan pada suhu 75ºC selama 48 jam atau sampai akar tidak mengalami penurunan berat lagi. Kemudian ditimbang bobot keringnya dengan timbangan analitik.

Bobot kering tajuk

Pengukuran dilakukan setelah panen. Tajuk tanaman dibersihkan dengan cara dicuci menggunakan air hingga bersih dan dikeringanginkan. Lalu tajuk dimasukkan ke dalam amplop coklat dan diovenkan pada suhu 75ºC selama 48 jam atau sampai tajuk tidak mengalami penurunan berat lagi. Kemudian ditimbang bobot keringnya dengan timbangan analitik.

(29)

Volume akar

Volume akar diukur setelah tanaman selesai dipanen dengan cara membersihkan akar dari media tanama menggunakan air mengalir. Volume akar merupakan selisih dari volume air yang naik setelah akar dimasukkan ke gelas ukur dengan volume air sebelumnya.

Volume akar (ml) : Volume2 (ml) – Volume1 (ml) Keterangan :

Volume1 (ml) : volume air sebelum akar dimasukkan kedalam air Volume2 (ml) : volume air setelah akar dimasukkan kedalam air

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Panjang Tanaman

Data pengamatan panjang tanaman umur 2 - 5 MST dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 6-13. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman 4 – 5 MST sedangkan pemberian pupuk NPK dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata pada umur 2 – 5 MST.

Rataan panjang tanaman dengan perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK umur 2 – 5 MST dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Panjang tanaman mentimun umur 2 - 5 MST pada perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom atau baris yang sama menunjukkan Pemangkasan Pucuk

Pemberian Pupuk NPK

Rataan

Umur (MST)

45 g (D1)

65 g (D2)

85 g (D3)

2

...cm...

Tanpa pemangkasan (P0) 5,51 5,76 5,91 5,73 Pemangkasan 14 HST (P1) 6,34 6,58 6,36 6,43 Pemangkasan 21 HST (P2) 5,60 6,68 6,13 6,14 Pemangkasan 28 HST (P3) 6,71 6,49 6,53 6,58

Rataan 6,04 6,38 6,23

3

Tanpa pemangkasan (P0) 29,48 31,09 37,27 32,61 Pemangkasan 14 HST (P1) 27,37 28,08 31,38 28,94 Pemangkasan 21 HST (P2) 34,14 40,92 37,34 37,47 Pemangkasan 28 HST (P3) 41,20 37,98 32,12 37,10

Rataan 33,05 34,52 34,53

4

Tanpa pemangkasan (P0) 100,66 108,43 126,30 111,79a Pemangkasan 14 HST (P1) 102,78 106,13 116,79 108,57b Pemangkasan 21 HST (P2) 79,57 83,27 79,76 80,86c Pemangkasan 28 HST (P3) 124,85 117,89 107,39 116,71a

Rataan 101,96 103,93 107,56

5

Tanpa pemangkasan (P0) 184,45 180,73 207,19 190,79a Pemangkasan 14 HST (P1) 181,97 177,15 207,23 188,78a Pemangkasan 21 HST (P2) 141,39 153,14 155,51 150,01b Pemangkasan 28 HST (P3) 156,44 150,70 141,28 149,472c

Rataan 166,06 165,43 177,80

(31)

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada umur 4 MST perlakuan tanpa pemangkasan (P0) menghasilkan panjang tanaman tertinggi berbeda nyata dengan perlakuan pemangkasan 14 HST (P1) dan pemangkasan 21 HST (P2) tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemangkasan 28 HST (P3). pada umur 5 MST perlakuan tanpa pemangkasan (P0) menghasilkan panjang tanaman tertinggi berbeda nyata dengan perlakuan pemangkasan 21 HST (P2) dan pemangkasan 28 HST (P3) tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemangkasan 14 HST (P1). Tabel 1 juga menunjukkan perlakuan pemberian pupuk NPK 65 g (D2) cenderung menghasilkan panjang tanaman tertinggi. Pada umur 3 – 5 MST perlakuan pemberian pupuk NPK 85 g (D3) cenderung menghasilkan panjang tanaman tertinggi.

Jumlah Daun

Data pengamatan jumlah daun umur 2 - 5 MST dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 14 - 21. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK serta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 5 MST.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada umur 5 MST perlakuan pemangkasan 21 HST (P2) menghasilkan Jumlah daun tertinggi berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemangkasan (P0), pemangkasan 14 HST (P1) dan perlakuan pemangkasan 28 HST (P3). Perlakuan pemberian pupuk NPK 85 g (D3) menghasilkan jumlah daun tertinggi pada pengamatan 5 MST berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pupuk NPK 45 g (D1) dan perlakuan pemberian pupuk NPK 65 g (D2) dan interaksi pemangkasan dan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata pada umur 5 MST.

(32)

Rataan jumlah daun dengan perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK umur 2 – 5 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.Jumlah daun mentimun umur 2 - 5 MST pada perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

Jumlah Bunga Jantan

Data pengamatan jumlah bunga jantan umur 6 - 7 MST dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 22 – 25. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah bunga jantan mentimun umur 6 - 7 MST. Perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah bunga jantan 6 - 7 MST. Interaksi antara perlakuan Pemangkasan dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bunga jantan 6 - 7 MST.

Umur

(MST) Pemangkasan Pucuk

Pemberian Pupuk NPK

Rataan 45 g

(D1)

65 g (D2)

85 g (D3) ...helai...

2

Tanpa pemangkasan (P0) 4,58 4,67 4,75 4,67

Pemangkasan 14 HST (P1) 4,83 4,92 5,08 4,94 Pemangkasan 21 HST (P2) 4,42 5,08 4,67 4,72 Pemangkasan 28 HST (P3) 5,00 5,25 4,92 5,06

Rataan 4,71 4,98 4,85

3

Tanpa pemangkasan (P0) 10,00 10,25 10,92 10,39 Pemangkasan 14 HST (P1) 9,67 10,17 10,33 10,06 Pemangkasan 21 HST (P2) 10,42 12,17 11,00 11,19 Pemangkasan 28 HST (P3) 11,33 11,25 10,25 10,94

Rataan 10,35 10,96 10,63

4

Tanpa pemangkasan (P0) 30,83 34,58 37,50 34,31 Pemangkasan 14 HST (P1) 29,00 30,00 35,25 31,42 Pemangkasan 21 HST (P2) 35,92 37,50 32,83 35,42 Pemangkasan 28 HST (P3) 41,33 34,08 34,67 36,69

Rataan 34,27 34,04 35,06

5

Tanpa pemangkasan (P0) 50,66f 62de 71,41ab 61,36c Pemangkasan 14 HST (P1) 58,08ef 65,25cd 72,16a 65,16ab Pemangkasan 21 HST (P2) 68,58abc 71,66ab 68bc 69,416a Pemangkasan 28 HST (P3) 65,83cd 56,1f 61,91de 61,30d

Rataan 60,79b 63,77ab 68,37a

(33)

Rataan jumlah bunga jantan dengan perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK umur 6 – 7 MST dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah bunga jantan 6-7 MST dengan perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK

Umur

(MST) Pemangkasan Pucuk

Pemberian Pupuk NPK

Rataan 45 g

(D1)

65 g (D2)

85 g (D3) ...bunga...

6

Tanpa Pemangkasan (P0) 18,67 19,58 14,58 17,61 Pemangkasan 14 HST (P1) 17,67 16,42 19,92 18,00 Pemangkasan 21 HST (P2) 14,92 16,50 15,83 15,75 Pemangkasan 28 HST (P3) 18,17 18,33 16,58 17,69

Rataan 17,35 17,71 16,73

7

Tanpa Pemangkasan (P0) 1,08 1,33 0,92 1,11 Pemangkasan 14 HST (P1) 1,25 1,50 2,08 1,61 Pemangkasan 21 HST (P2) 1,42 1,83 1,42 1,56 Pemangkasan 28 HST (P3) 1,08 1,42 1,33 1,28

Rataan 1,21 1,52 1,44

Tabel 3 menunjukkan bahwa data pengamatan 6 MST pada perlakuan pemangkasan 14 HST (P1) cenderung menghasilkan jumlah bunga jantan tertinggi yaitu 18,00 bunga yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemangkasan (P0), pemangkasan 21 HST (P2) dan pemangkasan 28 HST (P3).

Pada perlakuan pemberian pupuk NPK 65 g (D2) cenderung menghasilkan jumlah bunga tertinggi yaitu 17,71 bunga yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian pupuk NPK 45 g (D1) dan pemberian pupuk NPK 85 g (D3).

Berdasarkan (Tabel 3) dapat dilihat bahwa data pengamatan 7 MST pada perlakuan pemangkasan 14 HST (P1) cenderung menghasilkan jumlah bunga jantan tertinggi yaitu 1,61 bunga yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemangkasan (P0), pemangkasan 21 HST (P2) dan pemangkasan 28 HST (P3). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK 65 g (D2) cenderung menghasilkan

(34)

jumlah bunga tertinggi yaitu 1,52 bunga yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian pupuk NPK 45 g (D1) dan pemberian pupuk NPK 85 g (D3).

Jumlah Bunga Betina

Data pengamatan jumlah bunga betina umur 6 - 7 MST dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 26 – 29. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah bunga betina mentimun umur 6 - 7 MST. Perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah bunga betina 6 - 7 MST. Interaksi antara perlakuan Pemangkasan dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bunga betina 6 - 7 MST.

Rataan jumlah bunga betina dengan perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK umur 6 – 7 MST dapat dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan (Tabel 4) dapat dilihat bahwa data pengamatan 6 MST pada perlakuan pemangkasan 14 HST (P1) cenderung menghasilkan jumlah bunga betina tertinggi yaitu 7,75 bunga yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemangkasan (P0), pemangkasan 21 HST (P2) dan pemangkasan 28 HST (P3). Pada perlakuan prmberian pupuk NPK 45 g (D1) cenderung menghasilkan jumlah bunga betina tertinggi yaitu 6,92 bunga yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian pupuk NPK 65 g (D2) dan pemberian pupuk NPK 85 g (D3).

Berdasarkan (Tabel 4) dapat dilihat bahwa data pengamatan 7 MST pada perlakuan tanpa pemangkasan (P0) menghasilkan jumlah bunga betina tertinggi yaitu 2,00 bunga yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemangkasan 14

(35)

HST (P1), pemangkasan 21 HST (P2) dan pemangkasan 28 HST (P3). Pada perlakuan pemupukan NPK 45 g (D1) cenderung menghasilkan jumlah bunga betina tertinggi yaitu 2.02 bunga yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian pupuk NPK 65 g (D2) dan pemberian pupuk NPK 85 g (D3).

Tabel 4. Jumlah bunga betina 6-7 MST dengan perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK

Umur

(MST) Pemangkasan Pucuk

Pemberian Pupuk NPK

Rataan 45 g

(D1)

65 g (D2)

85 g (D3) ...bunga...

6

Tanpa Pemangkasan (P0) 6,42 8,00 5,50 6,64 Pemangkasan 14 HST (P1) 8,25 6,58 8,42 7,75 Pemangkasan 21 HST (P2) 6,50 5,00 4,00 5,17 Pemangkasan 28 HST (P3) 6,50 7,75 6,58 6,94

Rataan 6,92 6,83 6,13

7

Tanpa Pemangkasan (P0) 2,33 1,92 1,75 2,00 Pemangkasan 14 HST (P1) 2,17 1,67 1,25 1,69 Pemangkasan 21 HST (P2) 2,33 2,00 1,50 1,94 Pemangkasan 28 HST (P3) 1,25 1,17 1,42 1,28

Rataan 2,02 1,69 1,48

Berdasarkan (Tabel 4) dapat dilihat bahwa data pengamatan 7 MST pada perlakuan tanpa pemangkasan (P0) menghasilkan jumlah bunga betina tertinggi yaitu 2,00 bunga yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemangkasan 14 HST (P1), pemangkasan 21 HST (P2) dan pemangkasan 28 HST (P3). Pada perlakuan pemupukan NPK 45 g (D1) cenderung menghasilkan jumlah bunga betina tertinggi yaitu 2.02 bunga yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian pupuk NPK 65 g (D2) dan pemberian pupuk NPK 85 g (D3).

Jumlah Bunga Gugur

Data pengamatan jumlah bunga gugur umur 6 - 7 MST dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 26 – 29. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah bunga gugur

(36)

mentimun umur 6 - 7 MST. Perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah bunga gugur 6 - 7 MST. Interaksi antara perlakuan Pemangkasan dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bunga gugur 6 - 7 MST.

Rataan jumlah bunga gugur dengan perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK umur 6 – 7 MST dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah bunga gugur 6-7 MST dengan perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK

Umur

(MST) Pemangkasan Pucuk

Pemberian Pupuk NPK

Rataan 45 g

(D1)

65 g (D2)

85 g (D3) ...bunga...

6

Tanpa Pemangkasan (P0) 7,83 7,92 5,08 6,94 Pemangkasan 14 HST (P1) 7,67 6,58 8,17 7,47 Pemangkasan 21 HST (P2) 7,75 6,25 10,00 8,00 Pemangkasan 28 HST (P3) 8,75 7,50 7,42 7,89

Rataan 8,00 7,06 7,67

7

Tanpa Pemangkasan (P0) 8,92 7,83 7,08 7,94 Pemangkasan 14 HST (P1) 8,00 8,58 9,42 8,67 Pemangkasan 21 HST (P2) 8,17 7,58 6,58 7,44 Pemangkasan 28 HST (P3) 7,83 8,08 8,33 8,08

Rataan 8,23 8,02 7,85

Berdasarkan (Tabel 5) dapat dilihat bahwa data pengamatan 6 MST pada perlakuan pemangkasan 21 HST (P2) cenderung menghasilkan jumlah bunga gugur tertinggi yaitu 8,00 bunga yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemangkasan (P0), pemangkasan 14 HST (P1) dan pemangkasan 28 HST (P3). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK jumlah bunga gugur tertinggi cenderung dihasilkan dengan pemberian pupuk NPK 45 g (D1) yaitu 8,00 bunga yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian pupuk NPK 65 g (D2) dan pemberian pupuk NPK 85 g (D3).

(37)

Tabel 5 juga menunjukkan bahwa data pengamatan 7 MST pada perlakuan pemangkasan 14 HST (P1) cenderung menghasilkan jumlah bunga gugur tertinggi yaitu 8,67 bunga yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemangkasan (P0), pemangkasan 21 HST (P2) dan pemangkasan 28 HST (P3). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK jumlah bunga gugur tertinggi cemderung dihasilkan dengan pemberian pupuk NPK 45 g (D1) yaitu 8,23 bunga yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian pupuk NPK 65 g (D2) dan pemberian pupuk NPK 85 g (D3).

Bobot Buah Per Tanaman Sampel

Data pengamatan bobot buah pertanaman sampel dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 34 – 35. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot buah per tanaman sampel.

Perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot buah per tanaman sampel. Interaksi antara perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot buah per tanaman sampel.

Rataan bobot buah per tanaman sampel dengan perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot buah per tanaman sampel dengan perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK

Pemangkasan Pucuk Pemberian Pupuk NPK

Rataan 45 g (D1) 65 g (D2) 85 g (D3)

...g...

Tanpa Pemangkasan (P0) 2477,08 2456,17 2713,25 2548,83 Pemangkasan 14 HST (P1) 2445,25 2254,42 2754,25 2484,64 Pemangkasan 21 HST (P2) 2744,25 3007,42 2863,58 2871,75 Pemangkasan 28 HST (P3) 3257,58 2229,08 2364,25 2616,97

Rataan 2731,04 2486,77 2673,83

(38)

Berdasarkan (Tabel 6) dapat dilihat bahwa pada perlakuan pemangkasan 21 HST (P2) cenderung menghasilkan bobot buah per tanaman sampel tertinggi yaitu 2871,71 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemangkasan (P0), pemangkasan 14 HST (P1) dan pemangkasan 28 HST (P3). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK 45 g (D1) cenderung menghasilkan bobot buah per tanaman sampel tertinggi yaitu 2731,04 g bobot buah per tanaman sampel yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian pupuk NPK 65 g (D2) dan pemberian pupuk NPK 85 g (D3).

Bobot Buah Perplot

Data pengamatan bobot buah per plot dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 36 – 37. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot buah per plot. Perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot buah per plot.

Interaksi antara perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot buah per plot.

Rataan bobot buah per plot dengan perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7.Bobot buah perplot dengan perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK

Pemangkasan Pucuk

Pemberian Pupuk NPK

Rataan 45 gr

(D1)

65 gr (D2)

85 gr (D3) ...g...

Tanpa Pemangkasan (P0) 37934,00 37952,00 38619,00 38168,00 Pemangkasan 14 HST (P1) 33019,00 30893,00 41196,00 35036,00 Pemangkasan 21 HST (P2) 39542,00 41472,00 40048,00 40354,00 Pemangkasan 28 HST (P3) 44726,00 34311,00 31626,00 36887,00

Rataan 38805,00 36157,00 37872,00 37611,00

(39)

Berdasarkan (Tabel 7) dapat dilihat bahwa pada perlakuan pemangkasan 21 HST (P2) cenderung menghasilkan bobot buah per plot tertinggi yaitu 40048 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemangkasan (P0), pemangkasan 14 HST (P1) dan pemangkasan 28 HST (P3). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK 45 g (D1) cenderung menghasilkan bobot buah per plot tertinggi yaitu 38805,3 g bobot buah per plot yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian pupuk NPK 65 g (D2) dan pemberian pupuk NPK 85 g (D3).

Panjang Buah

Data pengamatan panjang buah dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 38 – 39. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap panjang buah. Perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap panjang buah. Interaksi antara perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap panjang buah.

Rataan panjang buah dengan perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8.Panjang buah dengan perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

Pemangkasan Pucuk Pemberian Pupuk NPK Rataan

45 g (D1) 65 g (D2) 85 g (D3) ...cm...

Tanpa Pemangkasan (P0) 24,42 23,51 23,56 23,83bc Pemangkasan 14 HST (P1) 22,99 23,57 23,05 23,20d Pemangkasan 21 HST (P2) 24,59 24,28 23,89 24,25a Pemangkasan 28 HST (P3) 24,43 23,36 24,14 23,98b

Rataan 24,11 23,68 23,66

(40)

Berdasarkan (Tabel 8) dapat dilihat bahwa pada perlakuan pemangkasan 21 HST (P2) menghasilkan panjang buah tertinggi yaitu 24.25 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemangkasan (P0), pemangkasan 14 HST (P1) dan pemangkasan 28 HST (P3). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK 45 g (D1) cenderung menghasilkan panjang buah tertinggi yaitu 24.11 cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian pupuk NPK 65 g (D2) dan pemberian pupuk NPK 85 g (D3).

Diameter Buah

Data pengamatan diameter buah dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 40 – 41. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap diameter buah. Perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap diameter buah.

Interaksi antara perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap diameter buah.

Rataan diameter buah dengan perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9.Diameter buah dengan perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK

Pemangkasan Pucuk Pemberian Pupuk NPK Rataan

45 g (D1) 65 g (D2) 85 g (D3) ...mm...

Tanpa Pemangkasan (P0) 42,27 42,96 42,59 42,61 Pemangkasan 14 HST (P1) 42,38 43,14 41,90 42,47 Pemangkasan 21 HST (P2) 42,34 43,16 43,20 42,90 Pemangkasan 28 HST (P3) 42,25 43,47 42,31 42,68

Rataan 42,31 43,18 42,50

Berdasarkan (Tabel 9) dapat dilihat bahwa pada perlakuan pemangkasan 21 HST (P2) cenderung menghasilkan diameter buah tertinggi yaitu 42.90 mm

(41)

yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemangkasan (P0), pemangkasan 14 HST (P1) dan pemangkasan 28 HST (P3). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK 65 g (D1) cenderung menghasislkan diameter buah tertinggi yaitu 43.18 mm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian pupuk NPK 45 g (D1) dan pemberian pupuk NPK 85 g (D3).

Bobot Kering Akar

Data pengamatan bobot kering akar dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 42 – 43. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar. Perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar.

Interaksi antara perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar.

Rataan bobot kering akar dengan perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10.Bobot kering akar dengan perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK

PemangkasanPucuk Pemberian Pupuk NPK Rataan

45 g (D1) 65 g (D2) 85 g (D3) ...g...

Tanpa Pemangkasan (P0) 1,04 1,00 0,90 0,98

Pemangkasan 14 HST (P1) 1,17 1,16 1,15 1,16

Pemangkasan 21 HST (P2) 0,91 1,05 0,90 0,95

Pemangkasan 28 HST (P3) 1,24 1,51 0,93 1,22

Rataan 1,09 1,18 0,97

Berdasarkan (Tabel 10) dapat dilihat bahwa pada perlakuan pemangkasan 28 HST (P3) cenderung menghasilkan bobot kering akar tertinggi yaitu 1,22 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemangkasan (P0), pemangkasan 14 HST (P1) dan pemangkasan 21 HST (P2). Pada perlakuan

(42)

pemberian pupuk NPK 65 g (D2) cenderung menghasislkan bobot kering akar tertinggi yaitu 1,18 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian pupuk NPK 45 g (D1) dan pemberian pupuk NPK 85 g (D3).

Bobot Kering Tajuk

Data pengamatan bobot kering tajuk dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 42 – 43. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk. Perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.

Interaksi antara perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.

Rataan bobot kering tajuk dengan perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11.Bobot kering tajuk dengan perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK

Pemangkasan Pucuk Pemberian Pupuk NPK

Rataan 45 g (D1) 65 g (D2) 85 g (D3)

...g...

Tanpa Pemangkasan (P0) 46,52 50,05 54,01 50,19 Pemangkasan 14 HST (P1) 51,90 46,07 54,54 50,83 Pemangkasan 21 HST (P2) 52,22 64,49 51,81 56,17 Pemangkasan 28 HST (P3) 70,45 55,46 47,87 57,93

Rataan 55,27 54,02 52,06

Berdasarkan (Tabel 11) dapat dilihat bahwa pada perlakuan pemangkasan 28 HST (P3) cenderung menghasilkan bobot kering tajuk tertinggi yaitu 57.93 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemangkasan (P0), pemangkasan 14 HST (P1) dan pemangkasan 21 HST (P2). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK 45 g (D1) cenderung menghasislkan bobot kering tajuk

(43)

tertinggi yaitu 55.27 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian pupuk NPK 65 g (D2) dan pemberian pupuk NPK 85 g (D3).

Volume Akar

Data pengamatan volume akar dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 42 – 43. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar. Perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar. Interaksi antara perlakuan pemangkasan dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar.

Rataan volume akar dengan perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12.Volume akar dengan perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK

Pemangkasan Pucuk Pemberian Pupuk NPK

Rataan 45 g (D1) 65 g (D2) 85 g (D3)

...ml...

Tanpa Pemangkasan (P0) 15,75 17,42 18,08 17,08 Pemangkasan 14 HST (P1) 15,08 19,33 19,50 17,97 Pemangkasan 21 HST (P2) 14,08 23,33 17,17 18,19 Pemangkasan 28 HST (P3) 17,58 15,92 17,75 17,08

Rataan 15,63 19,00 18,13

Berdasarkan (Tabel 12) dapat dilihat bahwa pada perlakuan pemangkasan 21 HST (P2) cenderung menghasilkan volume akar tertinggi yaitu 18.19 ml yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemangkasan (P0), pemangkasan 14 HST (P1) dan pemangkasan 28 HST (P3). Pada perlakuan pemupukan NPK 65 g (D2) cenderurng menghasislkan volume akar tertinggi yaitu 19.00 ml yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian pupuk NPK 45 g (D1) dan pemberian pupuk NPK 85 g (D3).

(44)

Pembahasan

Respon Pertumbuhan Mentimun (Cucumis sativus L.) Terhadap Pemangkasan Pucuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangkasan berpengaruh nyata pada pertumbuhan mentimun terhadap parameter panjang tanaman 4-5 MST, jumlah daun 5 MST dan panjang buah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangkasan berpengaruh nyata pada pertumbuhan tanaman mentimun terhadap parameter panjang tanaman 4-5 MST yang dapat dilihat pada tabel 1. Perlakuan tertinggi pada perlakuan tanpa pemangkasan (P0) dan terendah pada perlakuan pemangkasan 28 HST (P3). Hal ini diduga karena perlakuan P0, pucuk tanaman tidak pemangkasan sehingga pertumbuhan pucuk dapat terus terjadi. Berbeda dengan tanaman yang dilakukan pemangkasan pucuk, pertumbuhan pada pucuk tanaman terhambat. Hal ini sesusai dengan literatur Anggasari et al., (2017) yang menyatakan bahwa pemangkasan pucuk diharapkan dapat menekan pertumbuhan tunas apikal atau tunas pucuk dan memaksimalkan pertumbuhan tunas lateral, sehingga pertumbuhan cabang baru akan seimbang kemudian berdampak meningkatkan produktivitas tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangkasan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 5 MST, dimana tertinggi pada perlakuan pemangkasan 21 HST (P2) . Hal ini diduga karna pada umur 21 HST tanamn berada dalam fase vegetatif menuju generatif, sehingga ketika dilakukan pemangkasan dapat merangsang tumbuhnya cabang atau tunas baru yang mengakibatkan jumlah daun bertambah . Hal ini sesuai denga literatur Zamriyetti dan swaluddin (2006) yang menyatakan bahwa pemangkasan pada fase vegetatif dapat meningkatkan

(45)

cabang primer, karena pada saat pertumbuhan vegetatif pembungaan daun-daun pada bagian tengah akan memberikan peluang sinar matahari untuk menyinari batang sehingga auksin yang terdapat pada tanaman akan terakumulasi pada ketiak-ketiak daun yang pada akhirnya akan merangsang pertubuhan tunas tunas baru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangkasan berpengaruh nyata terhadap parameter panjang buah yang dapat dilihat pada Tabel 8. Hasil tertinggi pada perlakuan pemangkasan 21 HST (P2). Hal ini diduga terjadi karena puncak pertumbuhan vegetatif tanaman mentimun adalah pada 21 hari setelah tanam sehingga setelah tanaman dilakukan pemangkasan , fotosintat yang dihasilkan dari daun ditranslokasikan ke bagian buah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Budiadi dan Sugito (2018) yang menyatakan bahwa pemangkasan pucuk cenderung menghasilkan berat per buah lebih tinggi daripada tanpa pemangkasan sehingga fotosintat yang dihasilkan, didistribusikan untuk pembentukan buah yang lebih besar. Pendapat tersebut diperkuat oleh Gunadi et al.,(2011) yang menyatakan bahwa pada tanaman indeterminate tanaman melakukan pertumbuhan dan perkambangan selama siklus hidupnya.

Apabila keadaan ini tidak diatur maka tanaman akan terus melakukan pertumbuhan vegetatif sehingga menghambat pertumbuhan generatif, maka perlu dilakukan pengurangan terhadap organ vegetatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada parameter bobot buah per tanaman sampel, bobot buah per plot dan diameter buah tertinggi cenderung diperoleh pada perlakuan pemangkasan 21 HST (P2) hal ini diduga karena pada umur 21 HST termasuk fase peralihan antara vegetatif menuju ke generatif

(46)

sehingga pemangkasan pucuk pada fase tersebut menyebabkan translokasi asimilat dari daun menuju pembentukan buah. Hal ini sesuai dengan literatur Hudah et al,.(2019) yang menyatakan bahwa pemangkasan yang dilakukan setelah buah terbentuk menyebabkan pusat translokasi asimilat yang awalnya banyak menuju bagian pucuk tanaman untuk melanjutkan pertumbuhan vegetatif, dialihkan menuju buah yang mulai terbentuk.

Berdasarkan hasil penelitian, pada parameter jumlah bunga jantan, bunga betina dan bunga gugur dapat dilihat bahwa dengan adanya perlakuan pemangkasan tanaman cenderung menghasilkan jumlah bunga yang lebih tinggi, namun jumlah bunga yang tinggi belum tentu menghasilkan produksi tanaman yang juga tinggi. Hal ini diduga terjadi karena pada saat penelitian terjadi curah hujan yang tinggi, hal ini dapat dilihat pada lampiran 48, yang menyebabkan banyak bunga gugur, oleh sebab itu hasil asimilat tanaman juga digunakan untuk pembentukan bunga yang baru bukan hanya untuk pembentukan buah. Hal ini sesuai dengan literatur Dewani (2000) yang menyatakan bahwa tindakan pemangkasan diharapkan pertumbuhan tunas dan cabang makin banyak, sehingga pembungaan makin banyak pula. Hal ini sejalan dengan Ditta (2012) yang menyatakan bahwa bunga mentimun sangat peka sehingga hujan dapat mengakibatkan bunga gugur.

Respon Pertumbuhan Mentimun (Cucumis sativus L.) Terhadap Pemberian Berbagai Dosis Pupuk NPK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk NPK berpengaruh nyata pada pertumbuhan mentimun terhadap parameter jumlah daun 5 MST.

(47)

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan dosisi pupuk NPK 85 g (D3) menghasilkan jumlah daun terbanyak pada 2-5 MST berbeda nyata dengan perlakuan dosisi pupuk NPK 45 g (D1) dan perlakuan dosis pupuk NPK 65 g (D2). Hal ini disebabkan karena faktor pupuk merupakan faktor mutlak yang digunakan sebagai unsur hara untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, semakin banyak unsur hara yang tersedia maka pertumbuhan tanaman akan semakin baik. Hal ini sesuai dengan literatur Saribun Novaizan (2005) yang menyatakan bahwa kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal. nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada saat pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas atau perkembangan batang dan daun. Hal ini sejalan dengan Saptorini (2018) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa jika unsur hara tersedia cukup maka pertumbuhan tanaman semakin meningkat.

Peningkatan tersebut dapat ditandai dengan jumlah daun yang semakin banyak.

Hasil Penelitan menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot buah perplot dan bobot buah pertanaman. Namun perlakuan pemberian pupuk NPK 45g cenderung menghasilkan bobot tertinggi. Hal ini diduga terjadi karena setelah dilakukan analisis tanah maka diketahui bahwa kandung hara pada areal penelitian tersebut tinggi sehingga apabila ditambahkan pupuk yang berlebih dapat menghambat pertumbuhan hal ini sesuai dengan literatur Negara et al., (2015) yang menyatakan bahwa pupuk NPK dapat meningkatkan jumlah buah pada

(48)

mentimun namun jika penggunaan pupuk npk berlebih justru menurunkan jumlah buah mentimun.

Interaksi Pemangkasan Pucuk dan Pemberian Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Mentimun (Cucumis sativus L.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan pucuk dan pemberian berbagai dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 5 MST yang dapat dilihat pada tabel 2. Perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan P1D3 (P1= pemangkasan 14 HST : D3= diberi 85 g pupuk NPK) dan terendah pada perlakuan P0D1 (P0=Tanpa pemangkasan : D1= diberi 45 g Pupuk NPK).

Hal ini disebabkan karena pada perlakuan P1D3 (P1= pemangkasan 14 HST : D3= diberi 85 g pupuk NPK) tanaman dipangkas pada fase vegetatif yang mengakibatkan pertumbuhan cabang meningkat sehingga jumlah daun meningkat dan dengan pemberian 85 g pupuk NPK maka unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat terpehuni dengan baik sehingga pertumbuhan tanaman dapat berjalan baik sedangkan pada perlakuan P0D1 (P0=Tanpa pemangkasan : D1=

diberi 45 g Pupuk NPK) tanaman tidak dipangkas maka tanaman akan fokus pada pertumbuhan panjang tanaman dan dengan pemberian 45 g pupuk NPK maka hara yang tersedia untuk tanaman lebih sedikit dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan literatur Anggasari et al.,(2017) Pemangkasan pucuk diharapkan dapat menekan pertumbuhan tunas apikal atau tunas pucuk lateral, sehingga pembentukan cabang baru akan seimbang kemudian berdampak pada meningkatnya produktivitas tanaman dan menurut Hamdani dan Simarmata (2003) Pemberian pupuk NPK terhadap tanah dapat berpengaruh baik pada kandungan hara tanah dan dapat berpengaruh baik bagi tanaman karena unsur hara

(49)

makro yang terdapat dala unsur N, P dan K di perlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

(50)

KESIMPULAN Kesimpulan

1. Pemangkasan pucuk nyata menghasilkan panjang tanaman umur 4-5 MST, jumlah daun umur 5 MST dan panjang buah mentimun yang lebih baik.

2. Pemberian pupuk NPK 85 g nyata menghasilkan jumlah daun mentimun umur 5 MST yang terbaik.

3. Interksi pemangkasan pucuk dan pemberian pupuk NPK nyata menghasilkan jumlah daun mentimun umur 5 MST yang lebih baik. Pada perlakuan 14 HST dan pemberian pupuk NPK 85 g.

Saran

Berdasarkan penelitian untuk meningkatkan hasil mentimun dapat dilakukan dengan pemangkasan pucuk 21 HST dan pemupukan.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Pengaruh Konsentrasi CMC Terhadap Sifat

plantarum pada telur infertil melalui perhitungan jumlah bakteri yang dapat tumbuh dan hasil metabolismenya antara lain pengukuran pH, kadar air, dan kandungan asam laktat

Penelitian dilakukan pada PT. Solo Murni pada produk gift box ditinjau dari jumlah produksi dan jumlah produk cacat yang dihasilkan. Penilaian proses produksi akan

Pidana penjara merupakan jenis pidana yang mulai berkembang sejak dihapuskannya pidana mati atau pidana badan di berbagai negara. Dengan berbagai perubahan pemikiran

Keterangan saksi merupakan alat bukti seperti yang diatur dalam Pasal 184 KUHAP. Sepanjang keterangan itu mengenai suatu peristiwa pidana yang dia dengar sendiri,

Motivasi Intrinsik Belajar Tokoh dalam Novel “Nak, Maafkan Ibu tak Mampu Menyekolahkanmu” karya Wiwid Prasetyo.Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal

Proyek Rencana Rehabilitasi & Rekonstruksi Mendesak untuk Kota Banda Aceh (Studi Pembangunan mendesak, “Program Bantuan Rehabilitasi & Rekonstruksi Mendesak untuk

mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik & membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang