• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI. Metodologi pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI. Metodologi pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

46 BAB III METODOLOGI

3.1. Metodologi Pengumpulan Data

Metodologi pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian dalam perancangan UI/UX aplikasi diet ketogenik bagi penderita diabetes adalah dengan melakukan pengumpulan data secara kuantitatif dan kualitatif (hybrid). Untuk mendapatkan data kuantitatif dan kualitatif, teknik yang digunakan adalah melalui wawancara (in depth interview), focus group discussion (FGD), studi eksisting dan penyebaran kuesioner. Wawancara dilakukan degan tujuan untuk mendapatkan data-data yang kredibel dari ahlinya yang dapat menunjang proses perancangan aplikasi. Dokumentasi hasil wawancara yang telah dilakukan berupa rekaman video (gambar dan suara) beserta hasil screenshot gambar rekaman. Dokumentasi hasil FGD akan berupa rekaman suara atau video, foto proses FGD, dan catatan hasil group discussion. Studi eksisting bertujuan untuk mengobservasi aplikasi dan penyebaran kuesioner bertujuan untuk mengumpulkan data penelitian terhadap orang dalam jumlah yang banyak.

3.1.1. Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan tiga orang narasumber, yaitu dengan Budi

Susilo sebagai perwakilan dari komunitas Ketofastosis Indonesia (KFI), dokter

spesialis penyakit dalam, dr. Irma Suryani, serta Marcela sebagai senior UI

designer di Tokopedia, untuk mendapatkan data-data kredibel mengenai

(2)

47 penerapan ketofastosis khususnya bagi penderita diabetes serta hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perancangan UI/UX aplikasi.

3.1.1.1. Wawancara dengan perwakilan KFI

Wawancara dilakukan dengan Budi Susilo selaku FIC (Fasting in Charge) dari komunitas Ketofastosis Indonesia untuk mendapatkan data mengenai ketofastosis, komunitas KFI, dan media informasi apa yang digunakan oleh komunitas KFI untuk menyampaikan informasi. Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Februari 2021 secara online dan direkam melalui aplikasi Zoom.

Beliau menjelaskan bahwa ketofastosis sendiri merupakan penggabungan dari Fasting on Ketosis.

Gambar 3.1. Wawancara dengan Budi Susilo

Pada penerapannya, ada intermittent fasting, yaitu puasa pada waktu waktu tertentu (jendela puasa) dan ada waktu untuk makan (jendela makan).

Namun makanan yang dikonsumsi tidak boleh membatalkan kondisi ketosis

yang sudah terbentuk saat berpuasa. Secara tujuan, ketofastosis dan ketogenik

merupakan dua hal yang serupa. Karena baik ketofastosis maupun ketogenik

(3)

48 sama-sama bertujuan untuk mencapai kondisi ketosis, yaitu kondisi dimana metabolisme tubuh menggunakan keton (lemak dalam tubuh). Perbedaannya terletak pada waktu puasa dalam ketofastosis untuk mencapai metabolisme keton dan menjaga kondisi ketosis tersebut pada waktu makan dengan mengonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat.

Menurut Budi, ketofastosis bukanlah suatu diet, melainkan pola hidup sehat yang dapat diterapkan terus-menerus. Sehingga ketofastosis sangat baik untuk diterapkan hingga bertahun-tahun. Berdasarkan pemaparan Budi, kendala masyarakat dalam penerapannya adalah pada mindset masing-masing indivisu. Karena seharusnya gaya hidup ketofastosis tidak membahayakan kesehatan tubuh, namun kurangnya edukasi dan pemahaman masyarakat dalam penerapannya sehingga seringkali ada konsekuensi yang dihadapi.

Misalnya, ada individu yang berpikir bahwa keadaan ketosis perlu mencapai gula darah tertentu, atau seringkali ada individu yang mengabaikan sinyal lapar sehingga melewatkan jam makan. Budi menjelaskan bahwa gejala transisi yang dialami disebabkan oleh kurangnya fleksibiltas sel untuk berpindah dari metabolisme menggunakan glukosa kepada keton. Sehingga untuk mencegah hal tersebut, dalam beberapa kasus disarankan untuk menggunakan VCO Oil sebagai amunisi selama masa transisi.

Komunitas KFI sendiri dibangun sebagai wadah bagi masyarakat untuk dapat berkonsultasi dan didampingi selama menjalankan ketofastosis.

Komunitas KFI dibentuk sejak tahun 2016 oleh Nur Agus Prasetyo, yang

sudah menjalankan ketofastosis selama enam sampai tujuh tahun sebelum

(4)

49 komunitas tersebut dibentuk, untuk mengobati anak beliau yang menderita Celebral Palsy. Ketika masyarakat mulai melihat keadaan anak beliau yang kian membaik, mulailah ada orang-orang yang ingin diberikan edukasi dan dibimbing untuk menerapkan ketofastosis. Pada awal komunitas KFI terbentuk, yang tergabung dalam komunitas tersebut adalah penderita sakit berat seperti diabetes, leukimia, stroke, gagal ginjal, jantung, dan sebagainya.

Hingga saat ini komunitas KFI semakin berkembang dan memiliki grup Telegram dan Whatsapp yang dikategorikan menurut kondisi medis setiap individu. Misalnya, grup untuk kondisi medis diabetes, grup untuk kondisi kanker, dan sebagainya. Pada masing-masing grup terdapat FIC atau mentor ahli yang memberikan pelayanan konsultasi sesuai dengan kondisi tiap-tiap individu. Bahkan saat ini terdapat grup yang dibentuk khusus untuk mengedukasi tenaga kesehatan dari sisi fisiologi dan penerapan ketofastosis.

Menurut Budi kesulitannya adalah tidak semua masyarakat suka

membaca dan mudah memahami catatan-catatan dalam protokol ketofastosis

yang disediakan sehingga cenderung bertanya kepada FIC. Bahkan dalam

perihal menentukan makanan yang boleh dimakan dan tidak, masyarakat

sering menanyakan kepada FIC. Hali ini menyebabkan FIC perlu mengulang

kembali hal yang sama kepada setiap individu yang bertanya. Media informasi

yang digunakan adalah Website (untuk mengunduh protokol), Facebook,

Telegram, Whatsapp, dan Zoom (untuk seminar). Facebook berfungsi sebagai

media untuk menyampaikan informasi secara teknis dan tempat untuk berbagi

pengalaman inspiratif maupun resep-resep ketogenik. Sedangkan Telegram

(5)

50 dan Whatsapp berfungsi sebagai grup komunitas lebih spesifik disesuaikan dengan kategori dan domisili setiap individu. Tentunya ini menyebabkan banyaknya grup Whatsapp dan Telegram yang perlu dikoordinasikan oleh setiap FIC.

Budi juga menjelaskan, tidak semua individu yang tergabung dalam Facebook bisa mencari FIC dan komunitas yang tepat. Bahkan terkadang ada yang oknum yang tidak bertanggung jawab, asal memasukkan satu individu ke dalam grup tertentu. Sehingga akhirnya individu tersebut kebingungan untuk mencari teman dan FIC yang dapat menolongnya. Menurut beliau, keberadaan aplikasi akan sangat menolong untuk menjawab beberapa kebutuhan masyarakat yang menjalankan ketofastosis. Beberapa kebutuhan yang dijabarkan oleh pak Budi adalah sebagai berikut:

1. Sebagai media edukasi bagi masyarakat, karena media untuk menyampaikan protokol saat ini berupa tulisan secara monoton dalam format pdf atau word. Sehingga tidak semua masyarakat dapat memahami protokol yang ada.

2. Kebutuhan untuk mengetahui komunitas yang tinggal di dekatnya. Karena setiap kota di Indonesia memiliki grup komunitas KFI masing-masing.

Sehingga setiap individu perlu mengetahui komunitas yang sesuai dengannya.

3. Kebutuhan untuk menjual dan membeli bahan makanan ketofastosis.

Karena saat ini jual beli masyarakat hanya terbatas melalui Facebook atau

(6)

51 grup Whatsapp, sehingga orang-orang yang diluar grup tersebut tidak dapat mengakses informasi yang ada.

4. Kebutuhan untuk memantau proses perkembangan saat menjalani ketofastosis, baik secara hasil lab, seperti; angka gula darah, tekanan darah, fungsi ginjal, dan sebagainya. Maupun protokol-protokol yang telah dilewati dengan baik. Misalnya, waktu tidur yang sudah optimal, olahraga yang rutin, waktu puasa, dan sebagainya.

3.1.1.2. Wawancara dengan dokter spesialis

Wawancara dilakukan dengan dr. Irma Suryani, selaku dokter spesialis dalam untuk mendapatkan data mengenai penerapan ketofastosis bagi penderita diabetes dari sudut pandang dunia medis. Wawancara dilakukan pada tanggal 22 Februari 2021 secara online dan direkam melalui aplikasi Zoom. Beliau juga menjelaskan bahwa secara medis ketofastosis aman untuk diterapkan bagi penderita diabetes dengan memerhatikan beberapa hal, sebagai berikut:

1. Memahami protokol ketofastosis

Diabetesi perlu memahami dengan baik protokol ketofastosis, apabila ada yang kurang dipahami sebaiknya diskusikan dengan ahli terlebih dahulu.

Tujuannya untuk menghindari konsekuesi akibat kesalahan persepsi mengenai ketofastosis. Karena menurut dokter Irma, ketofastosis sendiri merupakan pola hidup yang aman diterapkan jika individu memahami dengan baik protokol yang ada.

2. Memiliki pendamping

(7)

52 Irma menyarankan adanya pendamping atau mentor ahli bagi penderita diabetes yang ingin menerapkan ketofastosis. Karena apabila memiliki latar belakang medis seperti diabetes, maka akan ada fase adaptasi atau healing crisis. Sehingga diabetesi memerlukan pendamping untuk dapat mengatasi fase tersebut dengan baik. Selain itu beliau juga berpendapat, masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan untuk bertanya daripada membaca protokol. Sehingga memerlukan pendamping agar protokol ketofastosis dapat tersampaikan lebih baik.

3. Memantau gula secara rutin

Penderita diabetes juga perlu memantau gula darah secara rutin agar pendamping juga dapat menyesuaikan dosis obat yang perlu dikonsumsi dengan keadaan masing-masing individu. Sehingga dapat menghindari risiko penyakit seperti hipoglikemia.

4. Tidak menggabungkan dengan puasa sunnah

Bagi yang muslim, Irma mengarahkan untuk tidak menggabungkan dengan puasa sunnah pada awal-awal penerapan ketofastosis. Untuk menghindari risiko dehidrasi akibat stress yang berlebih pada masa adaptasi.

5. Mengenali kebutuhan tubuh

Masing-masing individu perlu mengenali kondisi tubuhnya. Misalnya saat

tubuh sudah kenyang, tidak perlu memasukkan makanan lagi. Contoh lainnya,

tubuh memerlukan istirahat yang cukup pada malam hari, sehingga perlu

(8)

53 mengatur waktu istirahat yang baik pada malam dan beraktivitas pada siang hari.

Menurut pemaparan Irma, risiko ketoasidosis bukanlah salah satu risiko akibat penerapan ketofastosis. Karena ketoasidosis merupakan kondisi dimana keton yang dihasilkan sangat tinggi, namun gula darah dalam tubuh juga sangat tinggi. Hal ini berbeda dengan ketofastosis yang memiliki kondisi gula yang darah rendah. Kecuali jika terdapat kerusakan pada pankreas, tidak bisa memproduksi insulin, atau terjadi infeksi dalam tubuh maka aka nada kemungkinan dapat menimbulkan risiko ketoasidosis. Untuk itu penderita diabetes perlu berkonsultasi dengan ahli atau dokter mengenai kondisi medis yang dialami sebelum memulai ketofastosis.

Gambar 3.2. Wawancara dengan dr. Irma Suryani

Sedangkan untuk risiko hipoglikemia disebabkan akibat penggunaan obat

insulin atau obat anti hiperglikemia secara bersamaan. Sehingga perlu ada

pendampingan agar dosis obat yang dikonsumsi dapat disesuaikan dengan

kondisi pasien sebelum akhirnya melepas penggunaan obat. Terutama bagi

(9)

54 penderita diabetes tipe 1 yang kondisinya tetap memerlukan insulin pada saat menerapkan ketofastosis. Hanya saja perbedaan individu yang menerapkan ketofastosis dengan yang tidak akan terletak pada dosis insulin yang digunakan. Sejauh ini, dokter Irma mengakui bahwa belum pernah mendengar ada kasus timbulnya risiko penyakit lain selama penerapan ketofastosis yang benar.

Irma juga menjelaskan bahwa sebenarnya ketofastosis tidak berbahaya.

Hanya saja terdapat perbedaan persepsi, bahwa energi dalam tubuh hanya bisa mengandalkan gula atau karbohidrat, padahal lemak (keton) juga dapat diakses menjadi sumber energi. Hal ini menyebabkan keberadaan ahli atau dokter yang berpendapat penderita diabetes perlu mengonsumsi karbohidrat yang cukup agar menghindari kekurangan energi atau hipoglikemia. Namun menurut dokter Irma, jika diibaratkan dengan menyetir mobil; metabolisme keton menyetir pada bagian kiri, sedangkan metabolisme gula menyetir pada bagian kanan. Irma juga mengatakan bahwa sebenarnya pada protokol diabetes secara nasional maupun internasional, yang paling utama adalah lifestyle modification. Artinya penderita diabetes perlu diarahkan untuk mengganti pola hidup yang lama dengan pola hidup yang baru untuk mengatasi risiko diabetes. Namun entah mengapa, saat ini penderita lebih mengandalkan penggunaan obat daripada pola hidup yang sehat.

3.1.1.3. Wawancara dengan senior UI designer

Wawancara dilakukan dengan Marcela, selaku senior UI designer yang

bekerja di Tokopedia, untuk mendapatkan data mengenai proses serta hal-hal

(10)

55 yang perlu diperhatikan dalam perancangan desain UI/UX aplikasi.

Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Maret 2021 secara online dan direkam melalui aplikasi Zoom. Marcela menjelaskan tahapan proses perancangan UI/UX yang selalu dimulai dari UX researcher atau UX designer, dimana pada tahap ini requirement features akan diberikan oleh tim manajemen atau product design. Sebelum masuk ke desain, tim UX akan terlebih dahulu melakukan riset terhadap pengguna untuk mendapatkan supporting data yang dibutuhkan untuk perancangannya. Setelah itu, tim UX akan membuat wireframe dan user flow untuk memberikan gambaran struktur desain informasinya pada saat mempresentasikan kepada stakeholder. Ketika stakeholder sudah menyetujui perancangannya, maka akan diteruskan kepada tim UI designer. UI designer berperan untuk merancang tampilan high fidelity aplikasi secara keseluruhan, setelah itu perancangan akan kembali dipresentasikan kepada stakeholder untuk mendapatkan feedback dan persetujuan untuk dilanjutkan ke tahap development.

Menurut Marcela, semua perancangan fitur pada aplikasi akan selalu

menitikberatkan pada user dan permasalahan yang user alami. Sehingga hasil

perancangannya akan selalu menjawab kebutuhan dan permasalahan yang

dihadapi oleh user. Dalam melakukan pengumpulan data-data kebutuhan user

selama pandemi, UX researcher atau designer akan mengatur phone call atau

Zoom call dengan pengguna. User yang dipilih untuk interview akan selalu

berdasarkan dengan aktivitas penggunanya yang berkaitan dengan tujuan

pengembangan aplikasi yang ingin dicapai. Misalnya saat ingin

(11)

56 mengembangkan fitur pada bagian entertainment, maka user yang dicari adalah user yang spesifik pernah mengakses fitur tertentu pada entertainment.

Dalam merancang tampilan user interface, hal yang penting untuk diperhatikan adalah konsistensi. Misalnya saat merancang ukuran button, perlu ada konsistensi pada setiap halaman agar tidak berbeda satu sama lain.

Untuk ukuran dan konsistensinya bisa disesuaikan dengan hasil riset atau standar perusahaan. Namun menurut Marcela, dalam perancangan aplikasi, font size untuk bodytext maksimal berukuran 12pt. Font size dengan ukuran 10pt hanya akan dipakai pada poin-poin tertentu, jika informasi yang ditampilkan berupa informasi sekunder. Kalau untuk warna, dapat disesuaikan dengan brand identity yang ingin ditampilkan pada aplikasi. Sedangkan untuk pengaturan jarak antar text atau button, menggunakan kelipatan delapan, dua, dan empat. Untuk perancangan layout disesuaikan dengan kebutuhan fitur yang ingin dicapai.

Dalam melakukan perancangan desain dengan usia target pengguna yang cukup luas, maka desain yang dibuat perlu bersifat user friendly. Misalnya saat merancang button checkout, button tersebut akan dibuat menjadi sticky button, dimana akan memudahkan pengguna untuk menemukan button sekalipun halaman detail produk sangat panjang. Contoh lainnya, pada halaman Tokopedia dibuat dua button sebelum checkout, yaitu button untuk langsung membeli dan button untuk mengecek cart terlebih dahulu.

Perancangan kedua button tersebut dibuat berdasarkan hasil analisis

kebutuhan pengguna terhadap aplikasi. Sedangkan dalam perancangan desain

(12)

57 tampilan secara keseluruhan dapat disesuaikan dengan brand identity, sehingga desain yang dirancang dapat menjangkau seluruh masyarakat umum secara luas.

Gambar 3.3. Wawancara dengan Marcela

Marcela memaparkan mengenai cara mengukur keberhasilan dari suatu desain, yaitu dengan melihat angka atau matriks ketertarikan dan kemudahan user dalam menggunakan fitur tersebut, atau dengan menyebarkan survey untuk mengetahui tingkat kepuasan user dalam menggunakan aplikasi.

Berdasarkan hasil matriks atau survey tersebut, maka tim desainer akan melakukan evaluasi dan proses revisi desain hingga mencapai hasil yang diinginkan hasil yang solutif. Marcela juga menambahkan, dalam merancang UI/UX desain yang baik, perlu memperhatikan kebutuhan pengguna. Jadi segala keputusan yang dibuat oleh desainer perlu selalu mempertimbangkan behavior dan karakteristik pengguna yang dituju.

3.1.2. Kuesioner

Kuesioner disebarkan dalam bentuk Google Forms secara online, untuk

mendapatkan data mengenai pengetahuan dan kecenderungan masyarakat untuk

mengakses informasi mengenai ketogenik. Kuesioner disebarkan kepada

(13)

58 masyarakat yang tinggal di Jabodetabek dengan usia 20-45 tahun. Jumlah sample kuesioner ditentukan menggunakan perhitungan berdasarkan rumus Slovin dengan margin of error sebesar 10%. Angka populasi penduduk diambil dari perhitungan grafik data Badan Pusat Statistika pada tahun 2020 dan ditemukan hasil perhitungan sample sebesar 100 responden. Penulis mendapatkan 118 responden dari kuesioner yang disebarkan dan ditemukan bahwa sebesar 50% dari 118 responden pernah mendengar mengenai ketogenik.

Sebanyak 18 responden mengaku pernah menjalani ketogenik dengan dua orang responden yang sedang menjalani ketogenik. Dari 59 responden yang pernah mendengar mengenai ketogenik, sebanyak 72,9% responden memahami bahwa ketogenik dilakukan dengan mengurangi konsumsi karbohidrat. Sebanyak 22% responden memahami bahwa ketogenik dilakukan dengan memperbanyak konsumsi protein. Sedangkan 5,1% responden memahami bahwa ketogenik mengurangi konsumsi lemak.

Gambar 3.4. Pemahaman Responden Mengenai Ketogenik

Ketika diajukan pertanyaan untuk mencari tahu apakah responden

mengetahui mengenai ketogenik pernah menjalani ketogenik atau tidak. Sebanyak

67,8% dari responden yang mengetahui tentang ketogenik, mengaku belum

(14)

59 pernah menjalankan ketogenik. Sebesar 27,1% responden mengaku pernah menjalankan ketogenik dan 5,1% responden sedang menjalankan.

85% responden yang tidak pernah menjalankan ketogenik paling banyak melihat ketogenik sebagai diet untuk menurunkan berat badan. Lalu diikuti dengan 30% responden melihat ketogenik membatasi asupan nutrisi dan 17,5%

menilai ketogenik hanya untuk penyakit tertentu. Ketika ditanya apakah responden tertarik untuk merekomendasikan ketogenik pada diri sendiri atau orang lain, sebanyak 14 responden dari 40 responden menjawab tertarik dengan berbagai alasan positif dan 26 responden menjawab tidak tertarik karena sebanyak 15 orang berasumsi ketogenik berbahaya dan 11 orang mengakui belum terlalu mengerti mengenai ketogenik. Ketika ditelusuri, responden paling banyak, yaitu 28 responden, mengetahui informasi mengenai ketogenik dari teman.

Gambar 3.5. Cara Responden Mengetahui Informasi Ketogenik

(15)

60 Sedangkan sebanyak sembilan responden dari 16 responden yang pernah melakukan ketogenik menjawab paling banyak mengakses informasi mengenai ketogenik melalui blog. Semua responden tersebut juga mengakui bahwa tidak ada pemantauan ahli selama penerapan ketogenik. Sebanyak sembilan responden mengaku hanya memperkirakan tanpa mengetahui dengan pasti asupan nutrisi yang perlu dikonsumsi. Sebanyak enam responden mencari menu keto di internet, dan satu responden menggunakan aplikasi.

Gambar 3.6. Data Responden Mengukur Asupan Nutrisi

Sebanyak 36 responden dari 59 responden yang menjawab tidak pernah

mengetahui tentang ketogenik paling banyak mendapatkan informasi seputar

kesehatan dari temannya. Sebesar 72,9% hambatan responden untuk berkonsultasi

dengan ahli adalah biaya konsultasi yang mahal, diikuti dengan tingkat urgensi

masalah sebesar 61% responden, serta sebesar 44,1% responden dibatasi oleh

jarak dan waktu.

(16)

61

Gambar 3.7. Hambatan Responden Untuk Berkonsultasi dengan Ahli

Sebanyak 51,5% dari 99 responden yang tidak tahu mengenai ketogenik atau tidak pernah melakukan ketogenik, mengakui memiliki masalah kesehatan akibat gaya hidup yang kurang sehat dan 51,5% responden juga pernah menggunakan aplikasi kesehatan. Sebanyak 69,7% ketertarikan responden dalam menggunakan aplikasi tertentu terletak pada fitur aplikasi, diikuti dengan 62,6%

ketertarikan responden terhadap konten aplikasi, dan 40,4% pada tampilan aplikasi.

Gambar 3.8. Ketertarikan Responden Untuk Menggunakan Aplikasi

3.1.1.1. Kesimpulan hasil kuesioner

Kesimpulan yang dapat diambil adalah ternyata masih banyak responden yang

mencari informasi seputar kesehatan dan ketogenik dari temannya, padahal

(17)

62 informasi dari teman diragukan kredibilitasnya. Sehingga tidak semua responden dapat memahami dengan baik dan benar mengenai ketogenik.

Responden yang menjalankan ketogenik juga tidak memiliki pemantauan dari dokter atau ahli, bahkan sebagian besar responden hanya memperkirakan asupan nutrisi yang perlu dikonsumsi. Tiga hambatan terbesar bagi responden untuk berkonsultasi dengan ahli adalah biaya konsultasi yang cukup mahal, tingkat urgensi masalah, serta jarak dan waktu.

3.1.3. Focus Group Discussion

Focus Group Discussion atau FGD dilakukan dengan enam orang penderita diabetes dan prediabetes dengan batas usia 20-45 tahun. FGD dilakukan secara online melalui Google Meet dan direkam. Tujuannya untuk mengetahui persepsi masing-masing individu mengenai ketogenik dan kebutuhan individu terhadap aplikasi kesehatan. Sekaligus untuk melakukan emphatise terhadap kebutuhan penderita diabetes dan prediabetes. Penulis menggunakan alat bantu berupa powerpoint untuk membuat sesi FGD menjadi lebih fokus dan interaktif.

Gambar 3.9. Dokumentasi FGD

(18)

63 Awalnya setiap partisipan diminta untuk menceritakan mengenai gaya hidup yang sedang dijalani. Sebanyak tiga partisipan mengaku tidak mengubah pola makan dengan cara yang lebih sehat, dua partisipan sedang mengurangi konsumsi nasi, dan satu partisipan sedang menerapkan diet vegetarian. Tiga dari enam partisipan yang rutin melakukan olahraga dengan jalan pagi atau jogging, namun dua partisipan menjelaskan bahwa ia sedang membatasi olahraga karena kondisi medisnya, dan tiga partisipan yang lainnya mengaku tidak pernah berolahraga secara rutin. Sedangkan dalam hal pengobatan yang sedang dijalankan, empat individu secara rutin sedang menggunakan insulin dan obat anti hiperglikemia. Semua individu setuju bahwa tantangan terbesar dalam menjalankan pola hidup sehat adalah konsistensi. Dua dari enam individu juga menjelaskan bahwa terkadang sulit untuk menerapkan pola hidup sehat saat berada dalam lingkungan yang tidak mendukung.

Ketika masuk pada penggunaan aplikasi, hanya satu dari enam individu

yang tidak pernah menggunakan aplikasi kesehatan. Hal itu juga disebabkan

karena beliau memiliki jam tangan yang dapat berfungsi untuk menghitung

jumlah langkah yang secara rutin dilakukan. Artinya setiap individu tetap

memiliki kebutuhan akan teknologi untuk memantau kesehatannya. Kendala yang

dihadapi oleh setiap individu paling banyak terletak pada user experience saat

menggunakan aplikasi tersebut. Empat dari enam partisipan yang pernah

menggunakan layanan dokter online, mengalami kesulitan saat harus

memasukkan secara manual kondisi medis yang dihadapi. Misalnya saat diminta

untuk memasukkan tinggi badan, pasien yang tidak memiliki alat ukur yang

(19)

64 memadai akhirnya kesulitan untuk memasukkan tinggi badan yang akurat. Hasil jawaban yang diberikan oleh dokter online kurang sesuai karena data yang dimasukkan kurang akurat. Aplikasi dokter online yang digunakan juga tidak menyediakan fitur data history atau data record pasien, sehingga pasien perlu menginformasikan kembali data yang sebelumnya sudah pernah informasikan.

Dua dari enam partisipan juga menambahkan bahwa terkadang tampilan aplikasi yang bagus tidak mempunyai user experience yang baik. Sehingga membingungkan penggunanya karena terlalu banyak fitur yang harus dipelajari.

Saat diberikan beberapa alternatif desain aplikasi kesehatan, lima dari enam partisipan memilih desain yang sederhana; tidak terlalu banyak warna dan grafis.

Kelima individu tersebut setuju bahwa perancangan aplikasi perlu lebih ditekankan pada UX aplikasi yang sifatnya user-friendly sehingga mudah dipahami dan digunakanSecara tampilan, kelima individu juga setuju bahwa warna biru terlihat lebih cocok untuk aplikasi kesehatan dan melambangkan warna diabetes. Sedangkan satu individu memilih penggunaan warna yang cerah dengan banyak gambar grafis.

Gambar 3.10. Referensi yang Diajukan kepada Partisipan

(20)

65 Masuk ke dalam sesi pertanyaan mengenai ketogenik, semua individu menjawab pernah mendengar mengenai ketogenik. Dua dari enam individu mengetahui informasi mengenai ketogenik dari dokter yang melayani mereka, dan empat individu lainnya mendengar istilah ketogenik dari teman-temannya. Satu dari dua individu yang mengetahui infromasi ketogenik dari dokter, pernah menjalankan ketogenik atas saran dokter spesialis. Sedangkan individu yang lainnya menjelaskan bahwa terdapat pro dan kontra antara dua dokter yang melayaninya mengenai ketogenik, sehingga beliau memilih untuk tidak menjalankan ketogenik. Namun semua partisipan salah mengartikan mengenai ketogenik, berdasarkan pemaparan dari masing-masing individu karakteristik dari ketogenik adalah mengonsumsi makanan tinggi protein dan mengurangi konsumsi karbohidrat. Lima dari enam partisipan menilai bahwa ketogenik memiliki efek samping yang berbahaya dan cukup sulit untuk diterapkan.

Pada akhir sesi ketogenik, penulis memberikan beberapa gambar makanan

dan meminta partisipan untuk menebak makanan apa yang boleh dikonsumsi saat

ketogenik. Partisipan memberikan jawaban yang bervariasi karena terpaku pada

konsumsi protein saat ketogenik. Hal ini juga sempat memicu diskusi yang cukup

panjang antar partisipan. Karena menurut setiap individu, terdapat banyak

pantangan yang perlu dihindari saat ketogenik. Sehingga partisipan kesulitan

untuk menentukan makanan yang tepat saat ketogenik. Bahkan semua partisipan

menilai ketogenik tidak boleh diperbolehkan mengonsumsi sayuran sama sekali

dan hanya dapat mengonsumsi daging.

(21)

66

Gambar 3.11. Pilihan Makanan yang Diajukan

Dari hasil FGD tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat kebutuhan partisipan terhadap aplikasi kesehatan, terutama dalam mendapatkan pelayanan dari dokter secara online serta untuk memantau aktivitas olahraga yang dilakukan.

Partisipan juga membutuhkan aplikasi yang dapat memberikan user experience yang baik, secara pelayanan profesionalitas maupun fitur aplikasi yang mudah dioperasikan. Partisipan ternyata belum memahami sepenuhnya mengenai ketogenik dan ternyata tenaga kesehatan yang melayani mereka juga tidak memberikan infromasi yang cukup jelas mengenai ketogenik. Sehingga menimbulkan persepsi yang salah mengenai ketogenik dan penerapannya.

3.1.4. Studi Eksisting

Studi eksisting dilakukan pada satu aplikasi ketogenik, yaitu Keto Manager, satu

aplikasi intermittent fasting, yaitu Clear, serta satu aplikasi bagi diabetes yaitu

Teman Diabetes. Ketiga aplikasi ini ditentukan berdasarkan kesamaan yang

dimiliki dengan konten perancangan yang sedang dilakukan, yaitu seputar

ketofastosis dan diabetes.

(22)

67

Gambar 3.12. Landing Page Keto Manager, Clear, dan Teman Diabetes

Tujuannya adalah untuk menganalisis desain UI/UX pada aplikasi tersebut, fitur apa saja yang dimiliki aplikasi tersebut, serta kekurangan dan kelebihan masing-masing aplikasi Sehingga dapat memberikan inspirasi dan gambaran bagi perancangan yang sedang dilakukan. Beberapa hal yang akan dibandingkan adalah konten aplikasi, fitur, user flow, navigation, layout, color, icon, button, dan typeface.

Tabel 3.1. Tabel Studi Eksisting

Keto Manager Clear Teman Diabetes

Content

Keto Manager merupakan aplikasi bagi pengguna yang ingin menurunkan berat badan dengan ketogenik. Aplikasi ini dapat membantu memantau proses diet yang dilakukan, mengecek nutrisi makanan, dan menyediakan resep ketogenik.

Clear merupakan aplikasi untuk pengguna yang ingin menjalankan

intermittent fasting.

Aplikasi ini dapat membantu

mengingatkan waktu puasa, menyediakan edukasi mengenai intermittent fasting, dan resep-resep makanan sehat.

Teman Diabetes adalah aplikasi bagi para diabetes yang ingin memantau

perkembangan kondisi medisnya secara rutin.

Aplikasi ini juga

menyediakan edukasi

mengenai diabetes,

komunitas, dan

konsultan kesehatan.

(23)

68 Features

Pada aplikasi ini terdapat fitur diary dan statistika untuk memantau diet yang dilakukan, fitur scan barcode untuk bisa mengetahui makanan yang boleh dimakan saat ketogenik, serta fitur recipes yang hanya dapat diakses oleh akun premium.

Clear memiliki fitur daily notification untuk mengingatkan jadwal puasa yang sedang berlangsung, fitur knowledge yang memberikan edukasi mengenai

intermittent fasting, serta fitur

achievement untuk memantau

perkembangan puasa pengguna.

Pada Teman Diabetes, terdapat fitur beranda untuk menemukan artikel seputar diabetes, fitur konsultasi dengan ahli mengenai diabetes, fitur rekaman yang dapat diintegrasikan dengan alat cek gula darah untuk

mengetahui

perkembangan medis pengguna, dan fitur belanja untuk membeli alat dan obat-obatan bagi diabetes.

User Flow

Awalnya pengguna diminta untuk

memasukkan data diri seperti jenis kelamin, tinggi badan, serta berat saat ini dan yang ingin dicapai. Lalu pengguna akan diberikan hitungan kalori yang perlu dicapai, karbohidrat yang harus

dikonsumsi, dan berapa lama perkiraan waktu keberhasilan diet. Selanjutnya pengguna dapat

mengisi secara manual data makanan yang dikonsumsi dan aktivitas yang dilakukan untuk memantau

perkembangan diet.

Sama seperti Keto Manager, pengguna diminta untuk memasukkan data diri, dan waktu terakhir

mengonsumsi

makanan. Clear akan memberikan

gambaran waktu puasa yang perlu diambil dan berapa lama perlu

dijalankan. Lalu aplikasi akan mulai menghitung waktu puasa yang

berlangsung dan mengingatkan apabila pengguna sudah bisa

mengonsumsi makanan kembali.

Aplikasi ini meminta pengguna untuk membuat akun baru jika belum pernah mendaftar sebelumnya.

Lalu pengguna dapat dengan bebas memilih dan menggunakan fitur yang diinginkan. Pada fitur rekaman,

pengguna juga perlu memasukkan secara manual data medis yang dimiliki. Namun beberapa data dapat diintegrasikan dengan alat pengecekan, seperti saat memasukkan angka gula darah puasa.

Navigation Keto Manager menggunakan

Navigation Rail, yaitu semua fitur utama

Pada aplikasi ini juga menggunakan Navigation Rail, namun pada fitur

Teman Diabetes juga menggunakan

Navigation Rail, namun

pada landing page,

(24)

69 diletakkan pada bagian

bawah tampilan aplikasi. Sehingga pengguna dapat langsung mengakses fitur-fitur utama pada aplikasi.

knowledge, terdapat navigasi menu fitur tambahan yang dapat membawa pengguna pada halaman yang lain.

pengguna dapat mengakses fitur-fitur seperti edukasi, artikel, dan forum.

Layout

Grid System yang digunakan sudah cukup rapi, namun terlihat ada yang kurang konsisten.

Karena ada elemen bentuk yang keluar dari grid atau

memiliki grid sendiri.

Pada aplikasi ini penggunaan grid sudah sangat rapi dan menggunakan white space sehingga memudahkan pengguna untuk mengenali button dan konten pada aplikasi.

Terlihat ada

penggunaan grid yang cukup konsisten, tapi karena banyak fitur yang ditampilkan, penggunaan white space menjadi sangat minim.

Color

Warna yang

digunakan dominan jingga dan

menggunakan warna- warna pastel lain sebagai warna sekunder. Sehingga kurang terlihat dengan background tampilan yang berwarna putih.

Pada beberapa fitur terlihat penggunaan warna abu-abu yang salah penerapannya, sehingga memberi kesan bahwa fitur tersebut tidak bisa digunakan.

Clear menggunakan warna teal atau hijau tosca sebagai warna primer serta warna merah sebagai warna sekunder.

Penempatan warna- warna juga cukup tepat sehingga memudahkan pengguna untuk mengetahui fitur yang aktif dan tidak aktif pada tampilan.

Pada aplikasi ini, warna primer yang digunakan adalah warna merah, untuk mengindikasikan warna darah dan warna biru sebagai warna sekunder. Namun penggunaan warna sekunder kurang

terlihat dan ada turunan warna biru yang

digunakan cenderung mengarah abu-abu, sehingga fitur terlihat tidak aktif.

Icon

Icon yang digunakan sudah cukup

menggambarkan dengan jelas kegunaan dari fitur tersebut.

Ukuran icon juga cukup besar namun masih ada yang

Icon-icon yang digunakan memiliki ukuran cukup proposional dan digambarkan dengan sederhana, sehingga memudahkan

pengguna mengenali

Icon-icon yang ada sudah menggambarkan dengan jelas fungsi dari fitur sehingga

memudahkan pengguna

untuk mengenali fitur

tersebut. Aplikasi ini

juga memiliki desain

(25)

70 kurang proposional

dengan ukuran button. fungsinya. Aplikasi ini juga memberikan tambahan desain grafis sehingga tampilan tidak terlihat terlalu monoton.

grafis sehingga terlihat lebih berwarna. Namun ukuran icon cukup kecil pada tampilan aplikasi.

Button

Style button pada aplikasi ini memiliki ujung yang cenderung bulat dan sudah cukup konsisten dengan tampilan keseluruhan aplikasi. Namun warna yang digunakan kurang konsisten sehingga terlihat tidak rapi.

Sama seperti pada Keto Manager, button pada aplikasi ini juga memiliki ujung bulat dan sudah cukup konsisten secara warna dan ukuran.

Teman Diabetes juga memiliki style button yang sama dengan yang lainnya. Namun ada beberapa ukuran button yang cukup kecil sehingga kurang konsisten dan user- friendly.

Typeface

Keto Manager menggunakan Sans Serif dan memiliki konsistensi yang cukup baik. Seperti penggunaan font bold untuk judul dan regular untuk isi.

Ukuran font juga cukup sesuai dengan tampilan, dan

memiliki tingkat legibilitas yang baik.

Pada aplikasi ini juga menggunakan Sans Serif dan memiliki legibilitas dan tingkat

keterbacaan yang cukup baik. Ukuran dan penggunaannya juga sudah cukup konsisten. Sehingga pengguna dapat mengenali heading dan text.

Typeface yang

digunakan adalah Sans Serif dan memiliki legibilitas yang baik.

namun karena ada beberapa ukuran font yang cukup kecil, sehingga mengurangi tingkat keterbacaan typeface tersebut.

Penggunaannya juga kurang konsisten antara ukuran heading dengan text.

3.2. Metodologi Perancangan

Deacon (2020) menjabarkan beberapa tahapan dalam merancang desain UI/UX

yang baik, yaitu sebagai berikut:

(26)

71

3.2.1. Understanding User Needs

Desainer perlu mengenali dan memahami kebutuhan target pengguna yang dituju.

Selain melakukan observasi target pengguna untuk dapat memahami kebutuhan pengguna, penulis juga melakukan wawancara dan menyebarkan kuesioner. Dari data-data yang telah ditemukan, penulis melanjutkan kepada tahapan brainstorming untuk menemukan akar permasalahan dan solusi masalah yang dihadapi oleh target pengguna.

Gambar 3.13. Proses Ideasi

Brainstorming dilakukan melalui tahap ideasi dan mindmapping dari hasil

riset yang telah penulis lakukan sebelumnya. Pada proses ideasi, penulis

mengumpulkan kalimat-kalimat atau pernyataan yang penting dari data-data yang

yeng telah dikumpulkan. Lalu, dari kalimat-kalimat yang telah dikumpulkan,

maka penulis mengelompokkan kepada beberapa kategori yaitu, behavior, goals,

frustrations, workarounds, dan needs. Tujuannya untuk menganlisis kebutuhan

dan tantangan yang dihadapi oleh pengguna. Pada mindmap, penulis menemukan

(27)

72 beberapa kata kunci seperti pendampingan, healthy atau sehat, nyaman atau relaxing, serta natural atau alami.

Gambar 3.14. Mindmapping

Berdasarkan kata kunci tersebut, big idea yang ditemukan adalah pemantauan yang tepat untuk gaya hidup sehat, artinya ketofastosis merupakan gaya hidup alami atau natural yang dapat dilakukan oleh semua kalangan, namun dibutuhkan pendampingan atau pemantauan yang tepat saat menjalaninya, hingga akhirnya individu dapat mencapai kondisi kesehatan yang dituju. Desain aplikasi yang dirancang merupakan aplikasi yang dapat memberikan pendampingan bagi pengguna yang ingin menjalankan ketofastosis.

3.2.2. Carrying Out Research

Hasil riset yang telah didapat melalui proses wawancara, FGD, maupun kuesioner

dan telah dianalisis lebih lanjut memalui proses brainstorming dikembangkan ke

(28)

73 dalam tahapan perancangan persona dan user journey, dengan menjabarkan secara detail, objektif pengguna, tujuan yang ingin dicapai, tantangan yang dihadapi, dan detail informasi lain yang dibutuhkan.

Gambar 3.15. Moodboard

Sebelum merancang persona dan user journey, penulis membuat moodboard yang sesuai dengan konsep perancangan aplikasi. Moodboard ditentukan dari keywords yang telah ditemukan dalam proses sebelumnya yaitu pendampingan, healthy atau sehat, nyaman atau relaxing, serta natural atau alami.

Gambar 3.16. Color Palette

(29)

74 Selanjutnya penulis membuat color palette yang berhubungan dengan konsep aplikasi. Berdasarkan teori psikologi warna menurut Kolenda (2016), pemilihan warna hijau untuk mengambarkan gaya hidup yang natural atau alami dan warna biru untuk menggambarkan kesehatan dan reliability, sehingga menunjukkan gambaran gaya hidup ketofastosis yang tidak berbahaya. Sedangkan pemilihan warna jingga yang merupakan komplementer warna dari biru untuk memberikan cautions bagi pengguna yang salah penerapan dalam menjalankankan ketofastosis. Warna abu-abu dan putih sebagai warna netral yang memberi kesan kontras dari elemen-elemen warna yang lain.

Gambar 3.17. Poppins Typeface

Lalu penulis juga menggunakan typeface sans serif Poppins yang memberikan

tingkat keterbacaan yang tinggi pada aplikasi dengan desain typeface yang lebih

bulat dan tidak kaku sehingga memberi kesan rasa nyaman bagi pengguna

aplikasi. Penulis hanya menggunakan satu jenis typeface, agar desain aplikasi

bersifat konsisten dan tetap sesuai dengan konsep aplikasi yang dirancang

(30)

75

Gambar 3.18. Persona

Berlanjut pada tahap perancangan persona, penulis merancang sebuah

persona yang memiliki beberapa karakteristik seperti penderita diabetes tipe 2,

dengan kebutuhan untuk melihat perkembangan selama ketofastosis serta

memantau jadwal ketofastosis dan menu makanannya. Penulis juga membuat user

journey berdasarkan hasil persona tersebut untuk mendapatkan gambaran

kesulitan dan cara pengguna mengatasi kesulitannya sebelum menggunakan

aplikasi ketofastosis.

(31)

76

Gambar 3.19. User Journey

3.2.3. Sketching

Berangkat dari hasil analisis persona dan user journey yang telah ditemukan,

maka desainer dapat berlanjut ke tahap membuat sitemap dan wireframe. Pada

tahap ini desainer dapat menentukan user flow melalui perancangan sitemap dan

wireframing. Perancangan sitemap untuk menentukan fitur-fitur yang ada

ditentukan dari hasil analisis data yang telah ditemukan. Pada tahap ini penulis

merancang empat fitur utama, yaitu fitur home, dimana pengguna dapat melihat

dan memantau lima pilar ketofastosis dengan tepat. Fitur statistika, dimana

pengguna dapat memantau perkembangan kesehatannya selama menjalani

ketofastosis.

(32)

77

Gambar 3.20. Sitemap

Fitur makanan ketofastosis, yang memberikan informasi mengenai makanan yang aman untuk dikonsumsi selama ketofastosis, dan fitur pustaka yang menyediakan informasi seputar ketofastosis dan komunitasnya. Fitur tambahan lainnya, penguna dapat menerima pengingat jadwal ketofastosis berupa notifikasi aplikasi dan fitur pengaturan dan pertanyaan seputar aplikasi dan ketofastosis. Setelah membuat sitemap, penulis merancang user flow aplikasi berdasarkan sitemap dan user journey yan telah dibuat.

Gambar 3.21. User Flow

(33)

78 Pada tahap sketching, penulis juga membuat sketsa tampilan awal aplikasi serta icon fitur untuk memberikan gambaran desain sebelum masuk ke tahap digitalisasi. Penulis juga membuat rancangan sketsa logo dan nama yang akan menjadi identitas aplikasi ketofastosis.

Gambar 3.22. Sketsa Logo dan Aplikasi Awal

3.2.4. Design

Setelah melewati tahap pembuatan sitemap dan wireframe, desainer mulai merancang tampilan secara digital dengan detail, biarpun belum memasukkan konten-konten aplikasi secara keseluruhan. Lalu, hasil dari rancangan tersebut dikembangkan menjadi prototype. Sebelum masuk ke tahap low fidelity halaman tampilan, penulis membuat digitalisasi desain logo aplikasi.

1. Logo Design

Pada tahap ini penulis telah menentukan nama yang memberikan identitas

yang sesuai dengan konsep aplikasi, yaitu Kenal yang merupakan

penggabungan dari kata “Ketofastosis” dan “Jurnal”. Pada prosesnya, logo

(34)

79 dirancang menggunakan aturan golden ratio. Tujuannya agar proses pembuatan logo yang dibuat tetap simetris dan proposional.

Gambar 3.23. Refrensi Buah Alpukat (https://unsplash.com/s/photos/avocado, 2021)

Logo Kenal sendiri diambil dari buah Alpukat, yaitu buah yang dapat dikonsumsi dengan bebas pada saat ketofastosis. Buah alpukat sendiri juga menjadi salah satu makanan yang identik dengan ketogenik, karena mengandung lemak sehat yang dibutuhkan pada saat proses ketosis.

Gambar 3.24. Golden Ratio Logo dan Logo Kenal

(35)

80 Desain logo menggunakan warna dominan hijau dengan unsur warna biru agar memberikan kesan alami dan melambangkan kesehatan. Logo juga dibuat dengan garis-garis melengkung untuk menggambarkan gaya hidup ketofastosis yang natural dan dinamis.

2. Iconography

Proses pembuatan asset icon juga dirancang berdasarkan grid system dan keyline yang dipublikasikan pada website Google Material Design. Penulis merancang agar icon tetap berada di dalam keyline grid, sehingga icon tetap terlihat proposional dan simetris. Pada asset icon utama, yaitu fitur pada menu bar, penulis menggunakan outline garis untuk menggambarkan garis hidup yang dinamis.

Gambar 3.25. Penerapan Grid System Pada Icon

Penggunaan outline juga mempertimbangkan ukuran icon pada menu bar

juga lebih besar daripada asset icon yang lain, sehingga tetap bisa menjadi

focal point sekalipun hanya berupa outline. Berikut ini adalah beberapa

daftar icons yang menjadi button utama pada tampilan aplikasi:

(36)

81

Tabel 3.2. Daftar Icons Utama

Icons Utama Keterangan

Merupakan menu utama dari aplikasi, digambarkan dengan icon seperti lingkaran jam yang selalu berputar dengan checklist di tengah. Menunjukkan bahwa pada halaman ini penguna dapat mengecek agenda atau checklist yang harus selalu dipenuhi setiap harinya.

Merupakan icon menu statistik, digambarkan dengan bar chart untuk menunjukkan bahwa pada halaman ini pengguna dapat mengecek perkembangan kondisinya selama

ketofastosis.

Merupakan icon menu makanan keto, digambarkan dengan icon Alpukat pada logo untuk menunjukkan bahwa pada halaman ini pengguna dapat mengecek makanan yang aman dikonsumsi saat ketofastosis serta menampilkan icon brand Kenal.

Merupakan icon literasi ketofastosis, digambarkan dengan icon buku untuk menunjukkan bahwa pada halaman ini pengguna dapat menemukan literasi seputar ketofastosis melalui kumpulan artikel dan informasi.

Merupakan icon pengaturan aplikasi, pada bagian ini pengguna dapat mengatur tampilan aplikasi.

Merupakan icon notifikasi, pada bagian ini pengguna dapat

melihat notifikasi agenda keigiatan atau checklist yang harus

dipenuhi setiap harinya.

(37)

82 Merupakan icon FAQs, dibuat dengan gambar tanda tanya untuk memberikan gambaran bahwa pengguna dapat menemukan hal-hal yang sering ditanyakan seputar KF dan aplikasi pada bagian tersebut.

Sedangkan untuk icon button sekunder dibuat dengan fill dan outline yang lebih tebal, dirancang mengikuti icon-icon pada umumnya agar dengan mudah dikenali fungsinya oleh pengguna dengan range usia yang lebih luas.

Gambar 3.26. Asset Icon Sekunder

3. Buttons

Pada proses perancangan button, style yang digunakan adalah style button

rounded untuk menunjukkan tampilan aplikasi yang lebih bersahabat dan

positif (Malewicz & Malewicz, 2020). Ada beberapa kategori button yang

digunakan pada tampilan aplikasi Kenal. Tujuannya untuk membedakan

fungsi serta memberikan emphasis pada button tertentu. Berikut ini adalah

(38)

83 daftar button yang digunakan berdasarkan kategorinya menurut Google Material Design:

Tabel 3.3. Kategori Buttons

Button Kategori dan Keterangan

Contained button, digambarkan

dengan style rounded dan fill warna untuk memberikan emphasis pada button yang perlu ditekan oleh pengguna atau menunjukkan button yang sedang aktif.

Outlined button, digambarkan

dengan style rounded dan outline untuk menunjukkan pada pengguna bahwa button tersebut merupakan action yang berbeda dari contained button atau menunjukkan button yang belum aktif ditekan.

Text button, ditampilkan dengan

text dan atau icon karena button tersebut bersifat low emphasis dibandingkan dengan button lain.

Inactive button, digambarkan

dengan style rounded dan fill warna abu-abu untuk menunjukkan button tidak dapat ditekan sebelum

penguna menyelesaikan action pada halaman.

Text Fields, dimana pengguna

dapat mengetik text pada tampilan

aplikasi. Digambarkan dengan line

tipis seperti pada format pengisian

formulir.

(39)

84 4. Visual Assets

Visual Asset yang digunakan berupa foto-foto gambar yang diambil dari website Unsplash. Penulis tidak mengambil gambar sendiri, karena tampilan foto pada perancangan aplikasi Kenal hanya berupa dummy, yang dapat diubah dan diganti sesuai kebutuhan content dan developer nantinya.

Gambar 3.27. Kompilasi Asset Foto

5. Low Fidelity and High Fidelity Design

Pada proses perancangan tampilan aplikasi, penulis mulai membuat

rancangan low fidelity dengan berfokus pada beberapa halaman fitur utama

yang dapat memberikan gambaran desain utama dan menjadi standar

untuk desain tampilan halaman yang lain. Penulis memanfaatkan white

space agar desain tetap minimalis dan tidak terlihat penuh dan

membingungkan pengguna sekalipun ada banyak konten yang

(40)

85 ditampilkan. Format ukuran yang digunakan menggunakan ukuran layar 375 x 812 px dengan menggunakan grid system; offset 15 px, 6 kolom, dan gutter 9 px. Tujunnya agar layout tampilan setiap halaman tetap konsisten dan proposional. Berlanjut pada tahap desain high fidelity, penulis awalnya berfokus pada beberapa desain tampilan halaman utama yang representatif untuk menjadi gambaran bagi peserta uji coba pada tahap Alpha Test, yaitu desain tampilan menu utama, halaman rekam jejak, menu makanan ketogenik, serta fitur-fitur tambahan lain seperti input gula darah, cek menu makanan, resep, dan statistik perkembangan selama ketofastosis.

Gambar 3.28. Grid, Low Fidelity dan High Fidelity Sign Up

Sebelum masuk ke halaman menu utama, pengguna akan dibawa

untuk mengisi data diri dan fase ketofastosis yang sedang dijalankan. Pada

(41)

86 tampilan daftar akun, penulis menggunakan warna dominan putih dan biru, serta warna jingga sebagai warna button aktif. Penulis juga menentukan jarak antara Judul, sub judul, konten, dengan button agar proposional dan sistematis jika aplikasi dikembangkan oleh developer.

Pada tampilan ini, penulis menggunakan ukuran 44 pt untuk judul konten, 14 pt untuk ukuran text, dan 48 px untuk ukuran button. Sedangkan untuk jarak antar text dan button, penulis menggunakan space dengan ukuran 32 px untuk memisahkan judul dengan konten, dan 40 px untuk memisahkan konten dengan button.

Gambar 3.29. Sistem Ukuran Jarak dan Typeface

Pada tampilan halaman menu utama, penulis menampilkan beberapa fitur seperti mengatur jadwal puasa dan makan, mengatur jadwal olahraga, overview konsumsi air dan kualitas tidur pada malam hari. Pada tampilan ini, penulis membuat tampilan jadwal puasa menjadi highlight halaman, sehingga terlihat lebih besar dibanding dengan fitur-fitur lainnya.

Tujuannya agar pengguna dapat dengan mudah mengatur jadwal puasa

(42)

87 dan fasting pada apikasi ini, yang menjadi salah satu fitur utama pada aplikasi Kenal. Pada tampilan menu utama, pengguna dapat memilih kegiatan atau aktivitas yang ingin dilakukan dan mengatur jadwal aktivitas dan jadwal istirahat.

Gambar 3.30. Perancangan Halaman Menu Utama

Pada tampilan menu utama, penulis menggunakan size 32 pt untuk

ukuran judul dan 14 pt untuk ukuran body text dan sub judul, dan 12 pt

untuk ukuran text sekunder atau konten di dalam sub judul. Penulis juga

menggunakan style Poppins Bold untuk menunjukkan highlight text yang

dapat berubah sesuai personalisasi dan karakteristik pengguna. Jarak antar

text dan button juga disesuaikan dengan halaman sebelumnya. Saat

memisahkan konten yang berbeda, diberikan jarak yang lebih besar yaitu

48 px. Pada halaman menu utama dan halaman lainnya, terdapat

navigation bar pada bagian atas dan bawah aplikasi. Navigation bar akan

(43)

88 selalu ada pada setiap page dan berupa fixed content, agar pengguna bisa dengan mudah menemukan fitur-fitur utaman dan bantuan pada aplikasi dan mengikuti scrolling tampilan.

Gambar 3.31. Top dan Bottom Navigation Bar

Pada bottom navigation bar, terdapat empat button fitur utama aplikasi. Button pertama adalah button menu utama atau landing page, icon yang dibuat sengaja menunjukkan bahwa menu utama adalah tempat di mana pengguna dapat mengatur dan memastikan bahwa lima pilar telah diselesaikan dengan baik setiap harinya (perlu selalu update secara rutin).

Button kedua adalah fitur statistik, di mana pengguna dapat memantau perkembangan selama ketofastosis, button ketiga adalah halaman yang memuat daftar menu makanan keto beserta resep-resep, serta button keempat berisi tentang artikel dan literasi menganai ketofastosis.

Sedangkan pada top navigation bar, terdapat fitur-fitur support, seperti

fitur pengaturan, FAQs, serta notifikasi. FAQs diletakkan pada navigation

bar dengan tujuan agar pengguna dapat dengan mudah menemukan

(44)

89 jawaban atas pertanyaan yang sering ditanyakan seputar aplikasi dan ketofastosis.

Gambar 3.32. Full Page Menu Utama

(45)

90 Pada tampilan halaman statistik, penulis membuat tampilan data dengan desain grid persegi berukuran 168 x 168 px, agar tampilan data terlihat konsisten dan proposional. Pada tampilan ini, penulis juga memilih latar gelap untuk memisahkan background dengan tampilan data. Pada halaman statistik juga terdapat fitur kalender, di mana pengguna dapat melihat kembali histori tampilan data pada tanggal sebelumnya. Pada bagian bawah tampilan data, terdapat statistik perkembangan pengguna yang dapat diatur sesuai waktu perkembangan yang ingin diamati.

Gambar 3.33. Perancangan Halaman Rekam Jejak

(46)

91 Pada tampilan statistik, diberikan beberapa warna yang berbeda untuk memberi informasi kondisi kesehatan pengguna. Misalnya warna jingga yang artinya status data pengguna tidak baik tidak sesuai dengan angka normal, warna biru yang menunjukkan bahwa kondisi kesehatan masih pada tahap angka aman, dan warna hijau yang menunjukkan bahwa statistik pengguna sangat bagus dan normal. Highlight button dan support button juga dibedakan melalui warna dan style, button sekunder hanya diberikan outline, dan beberapa support button seperti next and previous tidak diberi rounding box seperti button utama. Sedangkan highlight button diberikan fill warna agar button terlihat lebih bold dan pop up dibanding dengan button lain.

Gambar 3.34. Perancangan Halaman Foodpedia

(47)

92 Halaman selanjutnya adalah halaman menu makanan selama ketofastosis. Pada halaman ini, pengguna dapat mengecek resep-resep makanan keto serta makanan yang diperbolehkan selama menjalankan ketofastosis. Tampilan dibuat dengan bentuk grid agar pengguna tidak bingung dan dengan mudah dapat menemukan menu makanan yang dicari.

Gambar 3.35. Tiga Tampilan Halaman Foodpedia

Pada halaman ini juga diberikan fitur pencarian, sehingga memudahkan

pengguna untuk mencari dengan detail menu makanan yang diinginkan

melalui fitur pencarian. Halaman menu makanan keto terbagi menjadi tiga

(48)

93 fitur utama, yaitu resep keto, makanan keto dan non-keto. Masing-masing tampilan dibuat dengan style grid yang berbeda satu sama lain untuk menunjukkan konten yang berbeda pada setiap halaman. Pada tampilan makanan keto, pengguna dapat mengecek makanan yang sesuai dengan fase yang sedang dijalankan. Sedangkan pada halaman non-keto, pengguna dapat mengecek menu makanan yang tidak boleh dikonsumsi selama ketofastosis. Penulis juga menambahkan fitur bookmark, dimana pengguna dapat menyimpan resep makanan favorit miliknya.

Gambar 3.36. Wireframe Seluruh Tampilan

Pada proses desain, penulis hanya berfokus untuk merancang

halaman yang terdapat fitur-fitur utama aplikasi. Tujuannya untuk

mengetahui terlebih dahulu respon dan feedback dari pengguna saat uji

coba aplikasi dan menjadikan hasil feedback tersebut menjadi standar

revisi dan perancangan desain halaman lain. Setelah melewati tahap high

fidelity desain, penulis melanjutkan ke tahap wireframing dan protoyping.

(49)

94 Pada tahap ini penulis berfokus untuk menampilkan fitur-fitur utama pada aplikasi dan flow penggunaan aplikasi. Penulis menggunakan aplikasi Figma untuk merancang desain tampilan dan prototyping.

3.2.5. Implementation

Pada tahap ini, desainer mengimplementasikan rancangan prototype desain yang telah dibuat melalui user test. User test pertama dilakukan pada Prototype Day.

Tujuannya untuk mendapatkan feedback dari pengguna mengenai perancangan UI/UX yang telah dibuat. Flow aplikasi yang ditampilkan pada user test dimulai dari Landing Page, dengan tampilan logo Kenal, lalu masuk ke halaman awal, di mana pengguna perlu memiliki akun untuk dapat masuk ke aplikasi.

Gambar 3.37. Flow Sign Up

Jika pengguna belum memiliki akun, maka pengguna perlu mengisi formulir data

dirinya secara lengkap, beserta kondisi kesehatan yang sedang dialami, dan fase

ketofastosis saat ini. Setelah selesai mengisi data diri, maka pengguna akan

dibawa ke tampilan menu utama aplikasi. Pada tampilan menu utama, pengguna

dapat mencoba fitur untuk menambahkan konsumsi air minum harian serta

(50)

95 melihat perubahan tampilan apabila jadwal puasa telah berakhir dan berganti menjadi jadwal makan.

Gambar 3.38. Flow Menu Utama, Foodpedia, dan Rekam Jejak

Pada tampilan Rekam Jejak, pengguna dapat mencoba fitur untuk

memasukkan data gula darah serta melihat statistik data pada tanggal sebelumnya.

(51)

96 Pada tampilan ini pengguna dapat melihat adanya perubahan tampilan data dari waktu sebelumnya dengan waktu saat ini. Pada halaman Foodpedia, pengguna dapat melihat tiga tampilan fitur utama Foodpedia, yaitu resep keto, makanan keto, dan non-keto. Pada tampilan non-keto, pengguna juga dapat melihat detail makanan yang tidak diperbolehkan dikonsumsi sewaktu ketofastosis.

3.2.6. Evaluation

Setelah menerima feedback dari pengguna, desainer dapat kembali menganalisis

hasil feedback yang diterima untuk mengembangkan dan menyempurnakan

perancangan yang dibuat sebelum kembali diimplementasikan kepada target

pengguna.

Referensi

Dokumen terkait

Kalau dia melayani anggota lebih baik maka anggota juga akan melayani umat atau orang yang harus dilayani dengan lebih baik pula.. Dalam konteks kongregasi itu berarti

Sehingga kemudian, muncul premis bahwa dengan menggunakan media digital interaktif akan sangat membantu pemain pemula dalam mendalami olahraga baseball karena

Dari wawancara yang penulis lakukan, dapat disimpulkan persepsi wisatawan mancanegara yang menjadi narasumber terhadap Tanjung Kelayang adalah destinasi wisata

Strength dari aplikasi ini adalah dapat berkomunikasi secara langsung dengan dokter-dokter terpercaya, weekness yang dimiliki aplikasi ini adalah kurang memanfaatkan

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah penulis dapatkan, maka bisa disimpulkan bahwa Restoran Beautika Khas Manado belum memiliki entitas restoran sehingga persepsi

Kemudian ketika mendesain sebuah board game untuk keluarga dapat dilihat contohnya dari jenis board game dengan genre family games , kemudian perlu

Penulis memperoleh data yang mengatakan bahwa mayoritas responden lebih mengutamakan alur cerita dari sebuah komik, diikuti dengan hasil terbanyak kedua

Penulis melakukan wawancara dengan Bapak Suryanto, selaku pegawai kelurahan Desa Wiladeg, Gunungkidul untuk mendapatkan informasi mengenai kegiatan yang terdapat