• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara-negara. Agenda berskala internasional yang diadakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara-negara. Agenda berskala internasional yang diadakan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pengaruh globalisasi di berbagai negara semakin meluas dalam berbagai aspek dan dimensi. Globalisasi membuka peluang dan menjadi tantangan bagi perekonomian negara-negara. Agenda berskala internasional yang diadakan berperan penting dalam membentuk persepsi terhadap suatu negara.

Sejak 2005, Forum Ekonomi Dunia atau The World Economic Forum mengkaji daya saing negara-negara melalui Indikator Indeks Kompetitif Global atau The Global Competitiveness Index (GCI). Indeks ini mencerminkan kondisi ekonomi makro dan ekonomi mikro sebagai fondasi yang menentukan daya saing suatu negara. Terdapat 110 indikator daya saing dalam dua belas pilar pada GCI.

Kedua belas pilar tersebut yaitu Institutions, Infrastructure, Macroeconomic environment, Health and primary education, Higher education and training, Goods market efficiency, Labor market efficiency, Financial market development, Technological readiness, Market size, Business sophistication, Innovation.

The Global Competitiveness Index 2013-2014 melaporkan kondisi ekonomi di 148 negara. Swiss berada di peringkat pertama dengan skor 5.67. Pada Tabel 1.1 menunjukkan The Global Competitiveness Index Indonesia 2013-2014 naik menjadi peringkat 38 dengan skor 4.5 dari peringkat 50 dengan skor 4.4 di tahun 2012-2013, sebelumnya peringkat 46 tahun 2011-2012.

(2)

Tabel 1.1. The Global Competitiveness Index 2011-2013 Indonesia INDONESIA 2011-2012 2012-2013 2013-2014

Rank *

Score Rank

* *

Score Rank

***

Symbol Score Symbol

OVERALL 46 4.4 50 4.4 38 ! 4.5 !

A. Basic Requirements (40%) 53 4.7 58 4.7 45 ! 4.9 !

Institutions 71 3.8 72 3.9 67 ! 4 !

Infrastructure 76 3.8 78 3.7 61 ! 4.2 !

Macroeconomic

Environment 23 5.7 25 5.7 26 " 5.8 !

Health & Primary

Education 64 5.7 70 5.7 72 " 5.7 #

B. Efficiency Enhancers

(50%) 56 4.2 58 4.2 52 ! 4.3 !

Higher Education &

Training 69 4.2 73 4.2 64 ! 4.3 !

Goods Market Efficiency 67 4.2 63 4.3 50 ! 4.4 !

Labor Market Efficiency 94 4.1 120 3.9 103 ! 4 !

Financial Market

Development 69 4.1 70 4.1 60 ! 4.2 !

Technological Readiness 94 3.3 85 3.6 75 ! 3.7 !

Market Size 15 5.2 16 5.3 15 ! 5.3 #

C. Innovation &

Sophistication Factors (10%)

41 3.9 40 4.0 33 ! 4.1 !

Business Sophistication 45 4.2 42 4.3 37 ! 4.4 !

Innovation 36 3.6 39 3.6 33 ! 3.8 !

Symbol: comparison Indonesia rank (or score) in 2012-2013, GCI 2013-2014

* GCI 2011-2012 Rank out of 142 ! Improve

* * GCI 2012-2013 Rank out of 144 " Decline

*** GCI 2013-2014 Rank out of 148 # Steady

Sumber: The Global Competitiveness Report, World Economic Forum, 2011, 2012, 2013

The Global Competitiveness Index Indonesia menunjukkan tren positif.

Namun bila dibandingkan dengan negara tetangga Singapura dan Malaysia, peringkat Indonesia masih berada di bawah kedua negara tersebut. Sebagai

(3)

perbandingan peringkat dan skor The Global Competitiveness Indekx (GCI) 2013 di Asia Selatan dan Asia Tenggara ditunjukkan di Tabel 1.2.

Tabel 1.2. The Global Competitiveness Index untuk Singapore, Malaysia, Indonesia Tahun 2013

GCI 2013-2014 SINGAPORE MALAYSIA INDONESIA Rank out of 148 Rank Score (1-7) Rank Score (1-7) Rank Score (1-7)

OVERALL 2 5.6 24 5.0 38 4.5

A. Basic Requirements (40%) 1 6.3 27 5.4 45 4.9

Institutions 3 6.0 29 4.8 67 4.0

Infrastructure 2 6.4 29 5.2 61 4.2

Macroeconomic Environment 18 6.0 38 5.4 26 5.8

Health & Primary Education 2 6.7 33 6.1 72 5.7

B. Efficiency Enhancers (50%) 2 5.6 25 4.9 52 4.3

Higher Education & Training 2 5.9 46 4.7 64 4.3

Goods Market Efficiency 1 5.6 10 5.2 50 4.4

Labor Market Efficiency 1 5.8 25 4.8 103 4.0

Financial Market Development 2 5.8 6 5.4 60 4.2

Technological Readiness 7 6.0 51 4.2 75 3.7

Market Size 34 4.7 26 4.9 15 5.3

C. Innovation & Sophistication

Factors (10%) 13 5.1 23 4.7 33 4.1

Business Sophistication 17 5.1 20 5.0 37 4.4

Innovation 9 5.2 25 4.4 33 3.8

Sumber: The Global Competitiveness Report, World Economic Forum, 2013 Dalam The Global Competitiveness Report perkembangan ekonomi negara melewati tiga tahap. Gambar 1.1 menunjukkan tahapan tersebut. Tahap satu yaitu factor driven, tahap dua adalah efficiency driven dan tahap tiga ialah innovation- driven. Bila kondisi ekonomi berada di antara tahapan tersebut maka termasuk ke dalam kelompok transisi.

(4)

Gambar 1.1 Stage of Development

Sumber: The Global Competitiveness Report, World Economic Forum, 2013 Sejak tahun 2011, Indonesia berada di tahap efficiency driven, dengan kata lain saat ini masih belum menjadi negara Inovasi. Pemerintah Indonesia berupaya lebih intensif untuk menumbuhkan inovasi secara berkelanjutan menuju ekonomi berbasis inovasi di tahun 2025.

Berdasarkan hasil kajian terbaru dari Cornell University, sekolah bisnis INSEAD dari Prancis, dan Organisasi Properti Intelektual Dunia (World Intellectual Property Organization), tidak ada satu pun negara Asia yang tercatat sebagai lima negara paling inovatif sedunia. Dalam laporan komprehensif The Global Innovation Index (GII) 2013, disebutkan Asia Tenggara tertinggal di belakang Eropa dan Amerika Utara.

Peringkat teratas The Global Innovation Index (GII) 2013 yaitu Swiss dengan skor 66.59. Peringkat kedua Swedia, dan Inggris berada di peringkat ketiga. The Global Innovation Index (GII) Indonesia tahun 2011 hingga 2013 ditunjukkan pada Tabel 1.3. Dari 142 negara di tahun 2013, Indonesia berada di peringkat 85 dari 142 negara dengan skor 32.0, terdapat kenaikan dari peringkat 100 di tahun 2012 dengan skor 28.1.

Factor

Driven (1) Transition

(1-2) Efficiency

Driven (2) Transition

(2-3) Innovation

Driven (3)

(5)

Tabel 1.3. The Global Innovation Index 2011- 2013 Indonesia

INDONESIA 2011 2012 2013

Rank * Score Rank * * Score Rank *** Symbol Score Symbol Global Innovation

Index 99 27.8 100 28.1 85 ! 32.0 !

1. Institutions 90 53.4 139 25.4 138 ! 37.2 !

2. Human capital &

research 96 29.6 92 29.9 99 " 24.3 "

3. Infrastructure 81 24.5 80 30.5 82 " 29.1 "

4. Market

sophistication 97 32.2 98 33.0 99 " 41.2 !

5. Business

sophistication 94 28.2 94 34.2 112 " 25.0 "

6. Knowledge

absorption 94 18.3 104 20.4 81 ! 24.3 !

7. Creative outputs 89 25.7 73 30.6 57 ! 40.8 !

Score 1-100 Symbol: comparison Indonesia rank (or score) in GII 2012 & GII 2013

* GII 2011 Rank out of 125 ! improve

* * GII 2012 Rank out of 141 " decline

*** GII 2013 Rank out of 142 # steady

Sumber: The Global Innovation Index Report, 2011, 2012, 2013

Perbandingan peringkat The Global Innovation Index Report Indonesia dengan Singapura dan Malaysia tidak berbeda dengan The Global Competitiveness Index. Pada Tabel 1.4 menunjukkan perbandingan peringkat dan skor GII 2013, negara Indonesia dengan Malaysia dan Singapura. Di Asia Selatan, indeks Indonesia masih berada di bawah kedua negara tersebut.

(6)

Tabel 1.4. The Global Innovation Index untuk Singapore, Malaysia, Indonesia Tahun 2013

2013 SINGAPORE MALAYSIA INDONESIA

Rank Score Rank Score Rank Score

Global Innovation

Index 8 59.4 32 46.9 85 32.0

1. Institutions 7 92.2 49 69.0 138 37.2

2. Human capital &

research 3 63.2 40 39.7 99 24.3

3. Infrastructure 6 59.2 33 43.1 82 29.1

4. Market sophistication 5 77.6 23 61.0 99 41.2

5. Business sophistication 1 69.2 27 45.9 112 25.0

6. Knowledge absorption 11 48.5 24 38.7 81 24.3

7. Creative outputs 40 44.6 38 45.6 57 40.8

Sumber: The Global Innovation Index, 2013

Era globalisasi, perkembangan teknologi dan pergeseran tuntutan konsumen membuat persaingan bisnis semakin kompetitif dan dinamis.

Perusahaan berupaya mengantisipasi persaingan bisnis dan meningkatkan kinerja perusahaan agar dapat bersaing di taraf dunia atau world class. Bisnis yang memiliki daya saing yang tinggi dan kinerja perusahaan yang unggul menjadi keinginan para investor.

Strategi manajemen penting untuk terus dipertajam demi memenangkan persaingan dan tercapainya tujuan akhir perusahaan. Salah satu strategi dalam bersaing dengan kompetitor yaitu strategi inovasi atau pengembangan produk baru, strategi yang diluncurkan yang mampu menambah pendapatan, memberikan tingkat keuntungan serta mempercepat pertumbuhan perusahaan.

(7)

Penelitian strategi inovasi dan return pasar oleh Sood dan Tellis (2009:442) menyatakan bahwa diantara tiga rangkaian aktifitas inovasi (Initiation, Development, Commercialization) return tertinggi yaitu pada tahapan Development. Return bagi emiten peluncur produk baru lebih besar daripada kompetitor di semua tahapan tersebut.

Koku (2009:21) mengkaji reaksi pasar modal dan kandungan informasi pengumuman peluncuran produk baru pada industri komputer di Amerika Serikat.

Hasil riset menunjukkan reaksi positif yaitu peluncuran produk baru dengan informasi yang rinci.

Srinivasan et al. (2007:24) mengkaji inovasi produk baru dan investasi marketing baik dari segi konsep maupun secara empiris terhadap return saham.

Hasil riset menunjukkan peluncuran inovasi produk kendaraan baru memiliki pengaruh positif pada return saham. Pelopor inovasi mendapat return saham yang lebih dengan adanya informasi penting pada saat mengiklanlan produk barunya.

Pengaruh dari peluncuran produk baru pada nilai perusahaan telah dianalisis pada 231 perusahaan di Amerika Serikat (Chaney et al. 1991:573).

Metodologi penelitian yang digunakan untuk mengkaji return saham yaitu event study, yang mana tanggal peluncuran produk baru sebagai event date.

Penelitian lain di Amerika Serikat, telah dikaji pengaruh strategi kompetitif dalam hal peluncuran produk baru terhadap nilai perusahaan. Analisis empiris menggunakan metode event study, dengan data 384 peluncuran produk baru dari 101 perusahaan dari berbagai sektor industri. Interaksi persaingan perusahaan merujuk pada Sundaram et al. (1996) yaitu Competitive Strategy

(8)

Measure (CSM). Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh positif pada return saham bagi perusahaan yang berada di kelompok Strategic Substitutes, namun tidak signifikan untuk perusahaan yang berada di kelompok Strategic Complements (Chen et al. 2002:67).

Penelitian di Indonesia yang dipublikasikan dengan desain metode penelitian event study antara lain mengkaji pengumuman stock split, buy back, dividen, merger dan akuisisi, serta employee stock ownership plan. Penelitian yang dipublikasikan mengenai pengaruh peluncuran produk baru terhadap return saham belum penulis temukan. Penulis mengambil judul “Pengaruh Peluncuran Produk Baru Terhadap Return Saham: Pendekatan Strategi Kompetitif Studi Pada Emiten di Bursa Efek Indonesia” yang mendekati sistematika riset oleh Chen et al. (2002), dengan Competitive Strategy Measure CSM sebagai ukuran interaksi persaingan perusahaan, dan karakteristik strategi yaitu Strategic Substitutes, dan Strategic Complements.

1.2. Identifikasi, Perumusan, dan Batasan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Media massa memberitakan peluncuran produk baru. Hal ini menarik perhatian konsumen, kompetitor maupun para investor. Bagi konsumen adanya produk baru menambah pilihan, namun konsumen tentu akan mempertimbangkan nilai yang dibutuhkan sebelum memutuskan memilih produk baru tersebut. Bagi kompetitor, informasi tersebut penting karena dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan produk yang bernilai lebih bagi konsumen. Bagi investor, informasi tersebut penting dalam rangka berinvestasi di pasar modal.

(9)

Selain diharapkan memberikan tingkat keuntungan, strategi produk baru yang diluncurkan juga merupakan strategi kompetitif bisnis. Pendekatan strategi kompetitif atau competitive strategy menjadi kajian dalam penelitian ini, yang akan mengungkapkan daya saing suatu bisnis dibandingkan dengan kompetitor dalam sektor industrinya.

1.2.2. Perumusan Masalah

Dari berbagai tulisan penelitian yang telah dinyatakan dalam latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah peluncuran produk baru mengandung informasi bagi investor?

2. Apakah peluncuran produk baru, ceteris paribus, berpengaruh signifikan terhadap return saham emiten peluncur produk baru?

3. Apakah terdapat perbedaan signifikan return saham, ceteris paribus, emiten peluncur produk baru, dalam pendekatan strategi kompetitif (kelompok Strategic Subsitutes dan Strategic Complements)?

4. Apakah terdapat perbedaan signifikan return saham, emiten peluncur produk baru dengan kompetitor (emiten di sub sektor industri yang sama) dalam pendekatan strategi kompetitif (kelompok Strategic Subsitutes dan Strategic Complements)?

1.2.3. Batasan Masalah

Dari perumusan masalah di atas, maka dapat dibuat suatu batasan masalah sebagai berikut:

1. Pada saat peluncuran produk baru, perusahaan tersebut tidak melakukan corporate action atau aksi korporasi berupa pengumuman informasi

(10)

penting lain seperti pembagian dividen, stock split lima hari sebelum dan sesudah tanggal peluncuran produk baru, agar tidak menimbulkan bias informasi.

2. Batasan waktu pengujian tingkat pengembalian tidak normal (abnormal return) dua hari sebelum peluncuran produk baru dan dua hari setelah peluncuran produk baru.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Penelitian dilakukan dengan maksud memperoleh bukti empiris tentang pengaruh dan signifikansi peristiwa peluncuran produk baru terhadap return saham pada emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 sampai dengan 2012, serta mengkaji return saham dengan pendekatan strategi kompetitif.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mengkaji kandungan informasi dan reaksi pasar modal dengan adanya peluncuran produk baru.

2. Menganalisis signifikansi pengaruh peluncuran produk baru terhadap return saham emiten peluncur produk baru, dalam pendekatan strategi kompetitif (kelompok Strategic Subsitutes dan Strategic Complements).

3. Menganalisis signifikansi pengaruh peluncuran produk baru terhadap return saham bagi emiten dan kompetitor (emiten di sub sektor

(11)

industri yang sama) dalam pendekatan strategi kompetitif (kelompok Strategic Subsitutes dan Strategic Complements).

1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1.4.1. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan sebagai kontribusi bagi pengembangan pengetahuan manajemen keuangan di Indonesia.

1.4.2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian pada aspek teoritis (keilmuan) secara spesifik yaitu :

1. Bagi peneliti, sebagai pengetahuan (in-depth knowledge) dalam memahami kandungan informasi dan reaksi pasar modal dari peristiwa peluncuran produk baru dengan pendekatan strategi kompetitif yaitu Strategic Substitutes dan Strategic Complements.

2. Bagi akademisi, sebagai referensi penelitian dengan metode event study yaitu event peluncuran produk baru dan indikator Competitive Strategy Measure pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

Kegunaan penelitian pada aspek praktis (guna laksana) ini secara spesifik yaitu:

1. Bagi investor, sebagai bahan pengkajian mengenai studi reaksi pasar di Bursa Efek Indonesia terhadap informasi peluncuran produk baru yang dipublikasikan.

(12)

2. Bagi pihak emiten, sebagai bahan pengkajian dalam mengembangkan dan merencanakan strategi bisnis secara khusus dalam hal inovasi maupun pengembangan produk baru.

3. Bagi praktisi di bidang bisnis dan keuangan, sebagai referensi penelitian dengan indikator abnormal return dan Competitive Strategy Measure.

     

Gambar

Tabel 1.1. The  Global Competitiveness Index 2011-2013 Indonesia   INDONESIA  2011-2012  2012-2013  2013-2014     Rank * Score  Rank * * Score  Rank ***
Tabel 1.2. The Global Competitiveness Index untuk Singapore, Malaysia,  Indonesia Tahun 2013
Gambar 1.1 Stage of Development
Tabel 1.3. The Global Innovation Index 2011- 2013 Indonesia
+2

Referensi

Dokumen terkait

Makadari itu penulis akan menganalisis kasus Perang Rusia-Georgia pada tahun 2008 melalui level analisis (LoA) media dan opini publik terkait dengan kebijakan Rusia melakukan

Dengan demikian prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam Piagam Madinah yang merupakan cita Ideal Islam, harus menjadi orientasi baru bagi upaya membangun kehidupan (civil

Dalam pengembangan sikap dan keterampilan salah satunya Peserta Pendidik perlu berperan aktif dalam pembelajran dan Pendidik perlu memberikan setimulus atau

Penyelengaraan Ibadah Haji (PIH) meliputi unsur kebijakan, pelaksanaan dan pengawasan. Kebijakan dan pelaksanaan dalam penyelenggaraan ibadah haji

Oleh karena itu penelitian selanjutnya disarankan untuk melibatkan sempel lainnya seperti , auditor dan dosen jurnal ini juga hanya fokus membahas PSAK No.55(revisi 2006)

Untuk mengetahui pengaruh model Contextual Teaching and Learning (CTL) yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi sifat-sifat

Orangutan dengan kepadatan populasi yang tinggi dapat ditemui di daerah yang memiliki berbagai jenis habitat yang menyediakan pakan dalam jumlah besar sepanjang tahun, seperti

Hak-hak tersangka untuk memperoleh perlindungan hukum pada tingkat penyidikan dalam perkara pidana ditinjau dari KUHAP adalah Hak untuk segera diperiksa perkaranya;