• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARIAN ULA-ULA LEMBEN PADA MASYARAKAT MELAYU ACEH TAMIANG: KAJIAN FUNGSI DAN MAKNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TARIAN ULA-ULA LEMBEN PADA MASYARAKAT MELAYU ACEH TAMIANG: KAJIAN FUNGSI DAN MAKNA"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

TARIAN ULA-ULA LEMBEN PADA MASYARAKAT MELAYU

ACEH TAMIANG: KAJIAN FUNGSI DAN MAKNA

SKRIPSI

DIKERJAKAN OLEH : DINA AULIA

140702006

PROGRAM STUDI SASTRA MELAYU FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)

TARIAN ULA-ULA LEMBEN PADA MASYARAKAT MELAYU ACEH TAMIANG : KAJIAN FUNGSI DAN MAKNA

OLEH DINA AULIA ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Tarian Ula-Ula Lemben Pada Masyarakat Melayu Aceh Tamiang: Kajian Fungsi Dan Makna” adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah fungsi dan makna tarian Ula-Ula Lemben.Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui setiap fungsi dan makna tarian Ula-Ula lemben pada masyarakat. Teori yang digunakan adalah teori fungsi tari menurut Narawati dan Soedarsono, juga teori semiotic Peirch. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, metode deskriptif dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Fungsi tarian Ula- ula Lemben pada masyarakat Melayu Aceh Tamiang bersifat primer diantaranya, sebagai ungkapan pribadi dan sebagai presentasi estetik. Juga bersifat skunder, yaitu lebih mengarah pada aspek komersial atau sebagai lapangan mata pencarian.

Hasil penelitian Tari Ula-ula Lemben lahir dalam masyarakat Tamiang bersamaan dengan lahirnya Kerajaan Tamiang. Dari segi fungsinya selain digunakan untuk memeriahkan beberapa upacara adat, tarian ini juga digunakan sebagai tari hiburan rakyat. Secara umum makna gerakan tari Ula-ula Lemben adalah kisah tetang proses pernikahan, penobatan, dan hubungan raja dengan ibu angkatnya yang telah lama berpisah. Kesimpulannya bahwa Tari Ula-ula Lemben pada masyarakat Tamiang adalah salah satu tari tradisional yang masih mengandung nilai-nilai keasliannya. Tari ini merupakan tari adat diwariskan secara turun temurun.

Kata kunci: Tari Ula-ula Lemben, Fungsi, dan Makna.

(4)

لأا ٌايرات -

ّيچا ٕيلايي تكاراشاي اداڤ ٍيبًين لأا يسڠٕف ٌايجاك : ڠاييات

اُكاي ٌاد ا اُيد ّنٔا اينٔء

قرتسبا

لأا ٌايرات" لٔدٕجرب ٍيا يسڤيركس -

ّيچا ٕيلايي تكاراشاي اداڤ ٍيبًين لأا

ٌايتيهُڤ ىناد ٍٓهسي رڤ يدجُي ڠي ٌٕڤادا "اُكاي ٌاد يسڠٕف ٌايجاك : ڠاييات لأا ٌايرات اُكاي ٌاد يسڠٕف ّكاًُياڬاب ّنادا ٍيا -

لأا

ٍيبًين ٌإجٕت .

لأا ٌايرات اُكاي ٌاد يسڠٕف ڤايتس يْٕاتڠي قٕتَٔا ّنادا ٍيا ٌايتيهُڤ -

لأا

تٔرُٕي يرات يسڠٕف يرٕيت ّنادا ٍكَٕڬيد ڠي يرٕيت .تكاراشاي اداڤ ٍيبًين ٌايتيهُڤ يدٕتيي .ّچريايڤ كيتٕيًيس يرٕيت اڬٕج ,َٕٕصرادٕص ٌاد يتأاراَ

ڤركسيد يدٕتيي ّنادا ٍكَٕڬيد ڠي ٌايتيهُڤ ٌرك ّيهيڤد فتڤركسيد يدٕتيي ,فيت

ڠي مساْ .ِايًنا ڠاي كجبٔا يسدَٕك داڤ يتيهُي قٕتَٔا ٌإجٕترب ٍكٕكلاد ڠي ّنادا ٍيا ٌايتيهُڤ يراد ّينٔرڤد لأا ٌايرات يسڠٕف

- اداڤ ٍيبًين لأا

ٍڤاكڠٔا ياڬابس ,ڽاراتَايد ريًيرڤ تافيسرب ڠاييات ّيچا ٕيلايي تكاراشاي يدابيرڤ ٕتيءاي ,ريدَٕكيس تافيسرب اڬٕج .كيتيتيا يساتُيسيرڤ ياڬابس ٌاد

.ٌايراچُڤ ٌاڠاڤلا ياڬابس ٔاتا لايسرييٕك كيڤسا اداڤ ِاراڠيي ّيبين مساْ

لأا يرات ٌايتيهُڤ -

ٌاڠد ٌءاياسرب ڠاييات تكاراشاي ىناد ريْلا ٍيبًين لأا

ٕڬيد ٍيءلايس ڽيسڠٕف يڬيس يراد .ڠاييات ٌءاجاريك ڽريْلا كٕتَٔا ٌاكاَ

ياڬابس ٍكإَڬيد اڬٕج يُيا ٌايرات ,تادا اراچاڤٔا اڤاربب ٍكْايرًي يرات

لأا يرات ٍكاريڬ اُكاي وٕئا اراچس .تايكار ٌارٕبيْ

- ّنادا ٍيبًين لأا

ِلايت ڠي ڽتاكڠا ٕبيا ٌاڠد اجار ٌاڠٕبْٕ ٌاد ٍتابُٕيڤ سيسٔرڤ ڠاتُت ِاسيك ت إْاب ڽَلإڤًيسيك .ِاسيڤرب ايلا لأا يرا

- ٍيبًين لأا تكاراشاي اداڤ

ڠاييات

(5)

يلايَ ڠٔدَاڠيي ّيساي ڠي لإَيسيدارت يرات ٕتاس ّناس ّنادا -

.ڽايهسايك يلايَ

.ٌٔرًٕيت ٌٔرٕت اراچس ٍكسيرإيد تادا يرات ٍكاڤٔريي يُيا يرات لأا يرات : يچَٕك اتاك

-

.اُكاي ٌاد يسڠٕف ,ٍيبًين لأا

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahuwata‟ala atas limpahan rahmat serta hidayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu dihadiahkan kepada nabi Muhammad Shallallahu „alaihiwasallam yang menjadi tauladan hidup penulis sampai saat ini dan sampai akhir zaman.

Skripsi ini berjudul “Tarian Ula-ula Lemben” Pada masyarakat Melayu Aceh Tamiang kajian: Fungsi dan makna”. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pembaca. Skripsi ini dibuat untuk melengkapi syarat yang harus dipenuhi olehsetiap mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dalam bidang ilmu bahasa daerah Melayu Program Studi Sastra Melayu.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan dan pengkajian ilmu bahas akhususnya bahasa Melayu. Skripsi ini dapat selesai tidak terlepas dari bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Agustus 2018 Penulis,

Dina Aulia 140702006

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu wata‟ala, yang telah memberi karunia kesehatan, kesempatan, kekuatan dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tarian Ula-ula Lembing Pada masyarakat Melayu Aceh Tamiang kajian: Fungsi dan makna”.

Penulisjuga mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang sudah banyak membantu penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Rozanna Mulyani, M.A., selaku Dosen Pembingbing dan Ketua Jurusan Program Studi Sastra Melayu Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Mardiah Mawar Kembaren, M.A. Ph.D., selaku Dosen Penasihat Akademik dan Sekretaris Jurusan Program Studi Sastra Melayu Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program Studi Sastra Melayu Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.

5. Terkhusus yang paling teristimewa kepada kedua orang tua penulis Suhaimi dan Yusmaidar yang telah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan air mata. Dan buat almarhum ayah yang selalu mendo‟akan penulis.

6. Kepada abang dan kakak Ahmad Darobi, Fitri dan Fadli yang telah memberikan dorongan dan masukan atas kendala yang dialami penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua rekan-rekan seperjuangan stambuk 2014, afni, Vira, Nui korea, Kiot alias kiki, desot, ayu, Gayol, Bella, Nanda Barbie, kak aisyah, rodiah, sari kana, srik patner, kiki say, asmidar jong, putri, sahat, zaka, ali, amsari, abang nda, fahri, fauzi, appu, abdul. Yang terkhusus buat Afni dan Nui yang telah berjuang memberi bantuannya kepada penulis.

(8)

8. Kepada rekan-rekan tata usaha Kak Tri dan bang Yogo yang telah memotivasi penulis agar tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Penulis telah berusaha dengan maksimal dalam mengerjakan skripsi inssi.

Namun, penulis hanyalah manusia biasa yang takluput dari kekurangan dan kekhilafan, begitu pula dengan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun.

Penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan pengetahuan pembaca dan menjadi cikal bakal karya tulis lainnya.

Medan, Agustus 2018 Penulis,

Dina Aulia 140702006

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

قرتسبا ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 ManfaatPenelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Gambaran Umum Tari Ula-ula Lemben ... 5

2.2 Kepustakaan Yang Relevan ... 8

2.3 Teori Yang Digunakan ... 10

2.3.1 Teori Fungsi ... 10

2.3.2 Teori Makna ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

3.1 Metode Dasar ... 15

3.2 Lokasi Penelitian ... 15

3.3 Sumber Data Penelitian ... 16

3.4 Instrumen Penelitian... 16

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 16

3.6 Metode Analisis Data ... 17

BAB IV PEMBAHASAN ... 18

4.1 Sejarah Singkat Tari Ula-Ula Lemben ... 18

(10)

4.2 Fungsi Gerakan Tari Ula-ula Lemben... 26

4.3 Makna Gerakan Tari Ula-ula Lemben ... 28

4.4 Sikap Masyarakat Melayu Terhadap Tarian Ula-ula Lemben ... 47

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1 Simpulan ... 49

5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki keanekaragaman berbagai etnik. Perkembangan Indonesia memiliki sebuah kisah pasang surut dalam perjalanannya. Indonesia mengalami masa-masa revolusi fisik, guncangan ekonomi. Namun bangsa Indonesia juga telah memperoleh berbagai prestasi budaya diberbagai bidang yang diakui secara internasional. Berbagai aspek kebudayaan saling melengkapi perkembangannya.

Seni adalah salah satu unsur kebudaayan, yang dalam konteks pengkajiannya diperlukan ilmu-ilmu seni. Seni tubuh, berkembang, dan berfungsi dalam kebudayaan manusia di seluruh dunia ini. Seni dalam konteks kebudayaan eksis karena setiap manusia membutuhkan pemuasan akan keindahan di dalam kehidupannya. Begitu pula dalam konteks agama Islam, dijelaskan bahwa Allah menyukai keindahan. Jadi kalau sang pencipta saja menyukai keindahan, pastilah makhluk yang diciptakannya, termasuk manusia, menyukai keindahan pula ( Takari & Fadlin, 2014:11).

Begitu pula jika keindahan itu diekspresikan melaluli media ruang dan waktu, terutama oleh gerak dan tenaga maka disebut dengan seni tari.Tarian dianggap suatu bentuk seni yang pertama diusahakan oleh manusia karna tidak memerlukan peralatan apapun, kecuali tubuh badan manusia. Bentuk dan keragaman gerakan tarian ditentukan oleh arti atau maknanya. Misalnya menggunakan tarian sebagai alat untuk berkomunikasi dengan roh nenek moyang

(12)

yang dipercayai oleh masyarakat pada zaman dahulu tentang fenomena yang akan terjadi.Tarian menjadi bahagian penting dan berfungsi dalam masyarakat pada zaman dahulu. Ia membentuk dasar menggambarkan fenomena yang akan terjadi, yang tidak dapat diduga atau dimengerti ( Nasruddin, 1994:1).

Budaya Melayu merupakan salah satu kekayaan dari keragaman budaya di Aceh Tamiang. Secara geografis memang Kabupaten Aceh Tamiang adalah Aceh, tetapi jika dilihat dari sudut budaya, ternyata Tamiang bukanlah Aceh, karena kebudayaan Tamiang sangat berbeda dengan Aceh. Sedangkan persamaan seni budaya Aceh dengan budaya Tamiang adalah sama-sama menjunjung tinggi nilai agama Islam. Tetapi seni budaya Tamiang sangat mirip dengan budaya Melayu Deli dan Langkat, sehingga budaya Aceh Tamiang ke budaya Melayu.

Masyarakat budaya Melayu Aceh tamiang juga mempunyai karakteristik sendiri, ciri khas itu misalnya pada keragaman tari Melayu khas Aceh Tamiang.

Salah satu unsur Melayu dari Aceh Tamiang yang diangkat dalam proposal ini adalah “Tari Ula-Ula Lemben.” Setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri dalam seni tari, demikian juga dengan ekspresi simboliknya. Hal yang membedakan satu daerah dengan daerah lainnya terlihat dari gerak tari yang ditampilkan oleh penarinya. dan setiap gerak bertujuan untuk menyampaikan makna tertentu kepada penonton yang menikmatinya.

Sebagai suatu seni tari yang memadu gaya-irama dan makna. Ula-ula Lemben itu tumbuh mekar didalam masyarakat Tamiang. Tari ini termasuk dalam kelompok tari Cerita Rakyat (mitos-legenda), yang menceritakan tentang hubungan seorang pemuda (raja Tamiang) dengan ibu angkatnya yang sudah lama berpisah. Kemudian bertemu lagi setelah pemuda itu bermimpi bahwa ia

(13)

mempunyai seorang ibu angkat, lalu ia menyuruh orang tua asuhnya untuk mencari sehingga bila ia menikah, ibu angkatnya juga ikut menghadiri upacara tersebut. Akhirnya ibu angkat sampai dirumah pemuda dan pemuda itu pun melangsungkan pernikahan dengan sang putri idamannya. Seiring dengan upacara itu, penobatan sebagai raja pun dilagsungkan. Dan upacara pernikahan dan penobatan raja itu lahirlah Ula-ula Lemben.

Tarian ini pun menjadi tarian yang sering ditampilkan di berbagai acara, khususnya di Kabupaten Aceh Tamiang. Dari kisah Rakyat tentang Tari Ula-Ula Lemben seperti di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian secara Fungsi dan Makna, berdasarkan latar belakang di atas, dan Tari Ula-ula Lemben ini juga belum ada yang menulisnya, maka penulis tertarik untuk mengkajinya, dengan mengambil judul “Tarian Ula-ula Lemben pada masyarakat Melayu Aceh Tamiang: Kajian Fungsi dan Makna”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. BagaimanakahFungsi Tarian Ula-Ula Lemben?

2. Bagaimanakah Makna gerakan Tarian Ula-Ula Lemben?

3. Bagaimanakah sikap masyarakat Melayu Aceh Tamiang terhadap Tarian Ula-ula Lemben?

(14)

1.3 Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui setiap fungsi Tarian Ula-Ula lemben pada masyarakat 2. Untuk mengetahui makna dari setiap gerakan Tarian Ula-Ula lemben pada

masyarakat

3. Untuk mengetahui sikap masyarakat Melayu Aceh Tamiang terhadap Tarian Ula-ula Lemben

1.4 Manfaat Penelitian

Suatu peelitian dilakukan untuk menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, pengenalan, dan pemahaman dari sebuah informasi atau fakta yang terjadi.

1. Sebagai salah satu upaya penggalian kembali tentang arti dan makna gerakan Tarian Ula-Ula Lemben.

2. Sebagai media informasi bagi masyarakat luas tentang arti Fungsi dan Makna gerakan Tarian Ula-ula Lemben.

3. Sebagai bahan reverensi yang dapat digunakan untuk suatu pembelajaran atau penelitian, khususnya dalam seni Tari dimasa mendatang.

(15)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Tentang Tarian Ula-ula Lemben

Ula-ula Lemben merupakan salah satu dari beragam seni tari yang ada pada masyarakat Melayu Aceh Taming. Tarian ini memiliki fungsi utama sebagai media hiburan, ungkapan kasih sayang, dan sebagai mata pencaharian di kalangan masyarakat Melayu khususnya masyarakat Melayu Aceh Tamiang. Ula-ula Lemben yang tercipta dari cerita masyarakat setempat tentang kisah seorang anak yang mencari ibu angkatnya yang sudah lama berpisah kemudian bertemu lagi setelah pemuda itu bermimpi bahwa dia mempunyai seorang ibu angkat.

Gerak tari merupakan simbol dari berbagai ekspresi. Baik itu ekspresi senang, ekspresi sedih, atau ekspresi hormat. Hadi (2005:25) mengatakan bahwa seni tari dipandang sebagai simbol atau lambang untuk mengatakan sesuatu tentang sesuatu, yaitu makna dan pesan untuk diresapkan. Simbol ekspresi tersebut dapat tersampaikan oleh orang lain.

Suryadiningrat mengatakan bahwa tari adalah gerakan-gerakan dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik, serta mempunyai maksud tertentu (dalam Nurwani 2007:12).

Dari pendapat di atas, gerak simbolis pada tari tradisi, baik untuk pelaksanaan adat maupun sebagai media hiburan atau sebuah pertunjukkan, menyampaikan makna untuk dipahami, dan pesan untuk ditindaklanjuti.

(16)

Identitas budaya dapat dilihat salah satunya dari cara pandang. Cara pandang menjelaskan bahwa identitas adalah sebagai kesatuan yang dimiliki bersama dalam kesamaan sejarah, dan leluhur. Pendapat tersebut berkaitan dengan penelitian ini bahwa tari Ula-ula Lemben dapat menjadi salah satu identitas masyarakat Melayu khususnya masyarakat Melayu Aceh Tamiang (Hadi, 2005:393).

Agar identitas budaya suatu etnis khususnya etnis Melayu melalui tari tradisi tetap eksis dan tidak tergerus perkembangan zaman. Maka diperlukan pengelolahan yang bijak dan nyata. Pengelolahan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara : (1) harus lebih banyak mengadakan atau melakukan penelitian tentang kesenian, khususnya seni tari dan identitasnya, (2) melakukan penggalian terus menerus dari arah yang berbeda. Sehubungan dengan hal tersebut,

Sal Murgiyanto (1998:15-16) mengemukakan bahwa menghasilkan mahasiswa sebagai peneliti tari dan professional di bidang koreografi sangat diperlukan. Melalui penelitian mereka diharapkan akan dimunculkan koreografi tarian baru yang menggunakan unsur-unsur lama dalam tari tradisi sebagai pijakan. Dengan demikian, keberadaan dan terpeliharanya tari tradisi tidak hanya menjaga karakter dan nilai-nilai luhur yang tersimpan di dalamnya, tetapi mengenalkan dan mengembangkannya.

Aktifitas manusia sepanjang sejarah mencakup sebagai macam kegiatan, diantaranya adalah seni yang didalamnya termasuk seni tari. Batasan seni tari yang pernah dikemukakan oleh para pakar, pada hakikatnya mengatakan bahwa teori adalah ekspresi prasaan manusia yang diungkapkan lewat gerak ritmis yang indah telah mengalami stilisasi maupun distorsi (Hadi, 2005: 29). Ekspresi

(17)

perasaan manusia ini disadari sebagai tindakan atau aktivitas manusia untuk mengungkapkan maksud dan makna tertentu.

Seni tari dapat dipahami dari bentuk dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (bentuk atau penataan koregrafi) atau teknik penarinya (analisis cara melakukan atau keterampilan). Selain itu seni tari seni tari dapat dilihat dari fungsi dan makna atau kajian semiotik tari memiliki fungsi dan makna bagi masyarakat pendukugnya.

Hadi (2005: 13) mengatakan bahwa penjelasan yang bagai manapun mengenai seni tari baik yang berasal dari budaya, primiti, tari tradisional yang berkembang diistana, teori teori yang hidup di kalangan masyarakat pedesaan dengan ciri kerakyataan, maupun tari yang berkembang di masyarakat perkotaan, dan tari modern atau kreasi baru, kehadirannya sesungguhnya tidak akan lepas dari masyarakat pendukungnya begitu juga tari Ula-ula Lemben yang sampai saat ini masih ada dan tetap lestari di tengah-tengah masyarakat khususnya masyarakat Melayu Aceh Tamiang.

Berkaitan dengan fungsi tari, Read (1970 : 6) mengatakan bahwa fungsi sosial seni tari bersifat sebagai hiburan atau tontonan, sedangkan Kraus membedakan fungsi tari ke dalam beberapa kelompok, hampir sebagian besar bersifat kesenangan belaka.

Komunikasi yang disampaikan sebuah tarian adalah pengalaman yang berharga, yang bermula dari imajinasi kreatif. Sebuah tarian baru bermakna atau diresapkan, apabila dalam tarian itu terkandung kekuatan pesan Komunikatif (Hadi, 2005: 20).

(18)

Tari sebagai hasil kebudayaan yang sarat makna dan nilai, dapat disebut sebagai sistem simbol. Sistem simbol adalah sesuatu yang diciptakan manusia secara konvensional digunakan bersama, teratur dan benar-benar dipelajari, sehingga memberi pengertian hakikat manusia, yaitu suatu kerangka yang penuh dengan arti untuk mengorientasikan dirinya kepada yang lain, kepada lingkungannya dan ketergantungannya dalam interaksi sosial (Hadi, 2005: 22).

Hal inilah yang menjadi dasar penulis dalam tarian Ula-ula Lemben lewat sistem simbol yang berupa gerak tari.

Fungsi seni tari ada yang bergerser meskipun bentuknya tidak berubah, atau ada yang fungsinya bergeser serta bentuknya berubah atau fungsi dan bentuknya saling tumpang tindih.

Gerakan-gerakan tarian Ula-ula Lemben memiliki ciri khas tertentu dari bentuk tarian etnik lain yang dapat dilihat dan nikmati oleh pelaku atau penari dan penontonnya gerakannya tercipta dengan makna secara simbolis serta memiliki fungsi dimasyarakat pendukungnya.

yang pernah dikemukakan oleh para pakar, pada hakikatnya mengatakan bahwa tari adalah ekspresi prasaan manusia

(19)

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Penelitian ini tidak terlepas dari buku-buku dan skripsi pendukung yang relevan dengan penelitian ini. Sesuai dengan judul penelitian Tarian Ula-Ula Lemben pada Masyarakat Aceh Tamiang Kajian: Fungsi dan Makna, maka dari hasil penelusuran yang telah dilakukan ditemukan beberapa bukuatau Skripsi yang membahas tentang tarian.

Takari dan Fadlin (2014) dalam sebuah buku dengan judul Ronggeng dan Serampang dua Belas dalam kajian ilmu-ilmu Seni, mengatakan bahwa aspek seni

pertunjukan ronggeng dan serampang dua belas dalam kebudayaan Melayu mencakup kesejarahan, struktural, dan fungsional. Dari kesejarahan, ronggeng Melayu memiliki hubungan budaya dengan seni sejenis di Nusantara. Tradisi ronggeng adalah akar budaya dari serampang dua belas. Secara struktural ronggeng Melayu dalam pertunjukannya memiliki pola-pola yang telah ditentukan, yaitu pada pembukaannya menggunakan tanda “Basmallah lagu”.

Serampang dua belas yang berakar dari tradisi ronggeng, disajikan melalui komunikasi gerak gerik tari yang bentuknya non verbal. Secara fungsional, ronggeng dan serampang dua belas digunakan diberbagai kegiatan budaya, seperti memeriahkan pesta perkawinan, festival, lomba, pekan budaya, pesta budaya, memeriahkan kegiatan hiburan, dan lain-lainnya.

Nasuruddin (1994) dalam sebuah buku dengan judul:Tarian Melayu.Mengatakan bahwa tarian Melayu dibagi menjadi 4 bagian yaitu drama tari, tarian istana, tarian rakyat, dan tarian Melayu modren

(20)

Panji (2010) dalam sebuah skripsi dengan judul Etika Pergaulan Pemuda- pemudi Melayu Dalam Tarian Serampang XII: Suatu Tinjauan Sosiologi. Dalam

penelitiannya beliau menyebutkan bahwa tarian mencerminkan jati diri Bangsa yang melambangkan budi pekerti pemiliknya. Adapun dalam gerakan-gerakan yang digambarkan oleh Tarian Serampang XII ini menggambarkan pergaulan muda-mudi Melayu yang penuh dengan kesopan santunan.

Adapun penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah disebutkan di atas. Dalam hal ini, peneliti mengkaji Tarian Ula-ula Lemben pada Masyarakat Aceh Tamiang kajian: Fungsi dan Makna, yang membuat judul ini

berbeda dengan peneliti-peneliti sebelumnya.

2.2 Teori yang Digunakan

Berdasarkan judul penelitian ini, maka ada dua teori yang digunakan untuk mengkaji Ula-ula Lemben, yaitu teori Fungsi dan Makna. Berikut ini akan dijelaskan tentang teori-teori tersebut.

2.2.1 Teori Fungsi

Fungsi adalah sumbangan satu bagian aktivitas di dalam sistem sosial masyarakatnya, tujuan fungsi adalah untuk mencapai tingkat harmoni atau ketetapan. Untuk mengamati suatu genre seni tertentu tidak bisa dilepaskan dari keberadaan bidang fungsionalisme, menyatakan bahwa fungsi bukan hanya sekedar hubungan praktis tetapi juga bersifat kesatuan, dalam arti mempunyai fungsi hubungan dengan lingkungan alam yang berkaitan dengan kompleksitasnya. Radeliffe-Brown (dalam Takari & Fadlin, 2014: 17).

(21)

Fungi menurut Curt Sachs (dalam Takari & Fadlin,2014:18) seorang ahli musik dan tari dari belanda mengemukakan dalam bukunya yang berjudul world history of the dance bahwa fungsi tari secara mendaasar ada dua, yaitu:

1. Tari berfungsi untuk tujuan magis, dan

2. Tari berfungsi sebagai media hiburan atau tontonan.

Pakar lainnya Kurath (dalam Takari & Fadlin, 2014: 18). yang mengemukakan adanya 14 fungsi tari dalam masyarakat, yaitu:

1. Sebagai media insiasi (upacara pendewasaan).

2. Sebagai media percintaan.

3. Sebagai media persahabatan atau kontak sosial.

4. Sarana untuk perkawinan atau pernikahan.

5. Sebagai pekerjaan atau matapencarian.

6. Sebagai media untuk sarana keseburan atas pertanian.

7. Sebagai sarana untuk perbintangan.

8. Sebagai sarana untuk perburuan.

9. Sebagai imitasi satwa.

10. Sebagai imitasi peperangan.

11. Sebagai sarana pengobatan.

12. Sebagai ritual kematian.

13. Sebagai media untuk pemanggilan roh.

14. Sebagai komedi (lawak).

(22)

Sementara itu, pakar tari Indonesia yaitu Narawati dan Soedarsono (dalam Takari

& Fadlin, 2014:18) membedakan fungsi tari menjadi dua, yaitu:

1. Fungsi tari yang bersifat primer, yang dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Fungsi tari sebagai sarana ritual.

b. Fungsi tari sebagai ungkapan pribadi.

c. Fungsi tari sebagai presentasi estetik.

2. Kategori fungsi tari yang bersifat skunder, yaitu lebih mengarah pada aspek komersial atau sebagai lapangan mata pencarian.

Peneliti berusaha memaparkan dengan jelas fungsi tarian Ula-ula Lemben menggunakan ke tiga teori fungsi tersebut di atas untuk menganalisis fungsi tarian Ula-Ula Lemben sesuai denganpermasalahan penelitian ini.

2.2.2 Teori Makna

Peneliti menggunakan teori semiotik dalam menganalisis makna gerakan tarian Ula-Ula Lemben. Pada umumnya tarian yang bentuknya bukan verbal tetapi gerak, dikemas melalui tanda-tanda yang mengandung banyak makna. Makna yang terkandung didalamnya mencerminkan kenyataan yang terdapat di dalam masyarakat pendukungnya.

Semiotik atau semiologi adalah kajian terhadap tanda-tanda (sign) yang digunakan dalam prilaku manusia. penjelasan yang sama dikemukakan oleh salah seorang pendiri semiotik, yaitu pakar linguistik dari Swiss, Ferdinand de Saussure, menurutnya, semiotik menggunakan tanda-tanda itu.”kehidupan kata- kata ini telah digunakan oleh filosof Ingris abad ke-17, yaitu Jhon Locke, gagasan

(23)

fenomena yang berbeda dalam berbagai lapangan kajian, baru muncul kepermukaan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ketika munculnya karya-karya Saussure, dan karya-karya seorang filosof Amerika Serikat, Charles Sanders Peirch. Dalam karya awal Peirch di lapangan semiotik ini, dia menumpukan perhatian kepada pragmatisme dan logika. Ia mengonsepkan tanda sebagai “suatu yang mendukung seseorang untuk sesuatu yang lain.” Salah satu sumbangannya untuk semiotik adalah pengkatagorinya mengenai tanda-tanda ke dalam tiga tipe, yaitu: (a) ikon, yang disejajarkan dengan referennya (misalnya jalan raya adalah tanda untuk jatuhnya bebatuan); (b) indeks, yang disamakan dengan referennya (asap adalah tanda adanya api) dan (c) simbol, yang berkaitan dengan referennya dengan cara penemuan (seperti dengan kata-kata atau signal trafik) (dalam Takari dan Fadlin, 2014: 20).

Menurut pendapat Morris (dalam Takari & Fadlin, 2014:22) dalam proses perlambangan, lambang mempunyai nilai tertentu seperti ketergantungan (dependence), keterpisahan (detachment), dan keunggulan. Nilai ini menunjukan

bahwa sistem lambang bersifat mempengaruhi dan dipengaruhi. Ada lambang yang dipengaruhi oleh lambang lain agar lambang tersebut dapat berfungsi.

Lambang yang mempengaruhi dikaitkan sebagai lambang yang dominan atau unggul. Lambang yang dipengaruhi mempunyai nilai ketergantungan, karena terpaksa bergantung kepada lambang lain. Selain itu, ada pula lambang yang bisa berdiri sendiri untuk menghasilkan makna. Berdasarkan nilai dan fungsinya dalam komunikasi, makna lambang merupakan gambaran perasaan dan perilaku.

Misalnya lambang dapat bermaksud kumpulan orang, atau peristiwa luar biasa, atau pertanda kurang baik.

(24)

Menurut Eco (dalam Takari & Fadlin, 2014:22) memberikan empat cara manusia menggunakan lambang

1. Melalui cara pengakuan yaitu menggunakan konteks untuk menyatakan sesuatu maksud.

2. Menunjukan peralatan sebenarnya.

3. Melalui replika yaitu menggabungkan lambang bahasa dengan lambang yang lain.

4. Melalui ciptaan yang baru seperti lukisan.

Cara pertama dan ketiga dapat memadu pikiran penerima untuk menghubungkan lambang dengan objek yang dirujuk, berdasarkan mutu persamaan yang terdapat cara perlambangan. Umumnya lambang mempunyai makna. Makna itu merupakan lambang suatu objek yang dilambangkan. Maka yang ada pada suatu lambang tidak mutlak. Untuk memancarkan makna, sesuatu unit lambang tidak bisa berdiri sendiri, unit lambang itu harus berada dalam sistem yang merupakan gabungan sebagai lambang karena biasanya pesan hanya dapat digambarkan melalui kombinasi beberapa lambang yang lebih kompleks.

Berdasarkan kerangka teori diatas, dapat dikatakan bahwa untuk memahami hakikat makna dari tari Ula-ula Lemben, perlu dilakukan Interpretasi semiotik. Interpretasi ini selanjutnya akan mempertimbangkan dan menerapkan dua sisi pandang. Sisi pertama adalah cara pandang masyarakat Melayu Aceh Tamiang sebagai pendukungnya dalam budaya mereka. Sisi kedua adalah perlunya penafsiran berdasarkan kaidah-kaidah saintifik terhadap tarian ini.

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar

Metode yang digunakam dalam penelitian ini adalah metode kualiatif yang bersifat deskriptif. Metode kualitatif deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek peneliti (seseorang, lembaga masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagai mana adanya (Nawawi, 1987: 63).

Metode deskriptif ini menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sosial dijadikan objek kajian utama peneliti. Pada metode ini pengamatan terhadap objek dilakukan pada satu waktu, peneliti pergi ke lokasi penelitian, memilih data yang dijadikan objek penelitian, memahami dan mempelajari peristiwa yang terjadi, menguraikannya serta memperoleh suatu kesimpulan.

3.2 Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti memilih kecamatan Seruway, Desa Paya Udang, Kabupaten Aceh Tamiang sebagai tempat lokasi penelitian. Kecamatan tersebut adalah salah satu dari 8 kecamatan yang ada di wilayahTamiang.

(26)

3.3 Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh secara lisan, diambil langsung ke lapangan, yang diperoleh dari keterangan informan, yang bekerja sebagai penari Tarian Ula-ula Lemben.

3.4 Instrumen Penelitian

Alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa alat perekam, alat tulis, buku catatan, dan kamera handphone.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode dan teknik pengumpulan data berikut:

1. Metode observasi, yaitu penulis langsung ke lapangan melakukan pengamatan terhadap objek penelitian.

2. Metode wawancara (interview), yaitu melakukan wawancara terhadap informan yang dianggap dapat memberikan informasi atau data-data tentang objek yang diteliti. Dengan menggunakan teknik:

a. Teknik rekam, yaitu merekam informasi atau data-data yang diberikan informan menggunakan alat perekam.

b. Teknik catat, yaitu mencatat semua keterangan mengenai data-data yang diperoleh dari informan.

3. Metode kepustakaan, yaitu mecari bahan-bahan referensi yang berkaitan dengan pokok penelitian sebagai data skunder penulis untuk melengkapi data primer dari lapangan.

(27)

3.6 Metode Analisis data

Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian. Penganalisisan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menulis data yang diperoleh dari lapangan.

2. Data yang diperoleh akan diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

3. Setelah diterjemahkan kemudian diklasifikasikan sesuai objek pengkajian.

4. Setelah diklasifikasikan, data-data dianalisis sesuai dengan kajian yang telah diterapkan.

5. Menginterprestasikan hasil analisis dalam bentuk tulisan yang sistematis sehingga semua data dipaparkan dengan baik.

(28)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Singkat Tari Ula-Ula Lemben

Kata Ula-ula Lemben dipungut dari bahasa Tamiang yang artinya Ula-ula Bersenda-senda/gurau dan Lemben artinya kecil/biasa. Jadi Ula-ula Lemben adalah bersenda-senda kecil.

Tari Ula-ula Lemben merupakan salah satu tari yang terdapat dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Daerah Istimewa Aceh. Khususnya dalam masyarakat Tamiang. Di Daerah ini merupakan daerah asal usul dan terciptanya tari Ula-ula Lemben.

Tari Ula-ula Lemben tidak diketahui oleh masyarakat umum, karena belum pernah dideskripsikan di penerbitan umum. Kecuali tahun 1989 dalam rangka Pekan Kebudayaan Aceh (PKA). Selanjutnya hingga sekarang hanya orang tertentu saja yang mengetahui sejarah tari Ula-ula Lemben. Oleh karena itu suatu kesulitan bagi penulis untuk mencari informasi Ula-ula Lemben. Namun demikian penulis berhasil mengoeksi data dari seorang tokoh seniman yang mengetahui sejarah tari Ula-ula Lemben secara turun menurun. Beliau adalah Bapak Musa Yusuf bertempat tinggal di Desa Paya Udang, Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang.

Menurut bapak Yusuf, bahwa tari Ula-ula Lemben dimulai dari kisah seorang panglima katam berasal dari Pase. Panglima tersebut menikahi seorang

(29)

gadis yang bernama “Saidah”. Beberapa tahun ia menikah dengan Saidah, namun belum juga menghasilkan seorang anak.

Pada suatu hari, ketika mereka hampir putus asa, istri panglima katam pun hamil. Sedang pada waktu itu di pase terjadi peperangan. Panglima menduga ia pasti akan dapat panggilan untuk menghadapi musuh. Oleh karena itu, panglima katam lari kesebuah bukit, yaitu Bukit Tempurung untuk bersembunyi bersama istri. Ketika istrinya berada dalam keadaan hamil tua, persembunyiannya pun diketahui oleh raja dan ia pun mendapat panggilan untuk pulang ke Pase. Demi tugas dan tanggung jawabnya, panglima Katam memenuhi panggilan itu, maka dengan sangat terpaksa ia meninggalkan istrinya di bukit tempurung seorang diri, hingga istrinya melahirkan seorang putra.

Setelah melahirkan, Saidah juga ikut menyusul suaminya pulang ke Pase.

Putranya yang baru saja dilahirkan ditinggalkan seorang diri di bukit tempurung.

Akan tetapi, di bukit tempurung itu juga tinggal sepasang suami-istri, bernama Syech Kobat dan istrinya bernama “Ma’ijah”. Syech kobat dan istrinya mempunyai seekor gajah sakti. Setiap hari gajah itu pergi ke hutan mencari makanannya dan malam pulang ke rumah tuannya.

Pada suatu hari ketika gajah sakti itu sedang mencari makanan. Secara tidak sengaja ia menemukan seorang bayi manusia berjenis kelamin laki-laki di hutan, lalu gajah sakti itu membawanya dan dimasukan kedalam rebung buluh (bambu) yang berada ditepian sungai. Sejak itu gajah sakti tersebut selain harus mencari makanan dirinya, ia juga harus mencari makanan berupa pisang dan padi untuk bayi yang ia temukan. Keadaan ini terlangsung hingga makanan yang

(30)

dibawanya itu sudah menumpuk banyak sekali, dan Ma’ijah istri tuannya pada saat itu mulai curiga melihat gajahnya setiap hari membawa makanan ke hutan.

Pada suatu hari Ma’ijah mengintip dan mengikuti gajahnya ingin mengetahui untuk siapa gajahnya setiap hari membawa makanan berupa pisang dan padi.

Ma;ijah pun mengetahuinya ketika ia mendekat ke rumpun bambu tempat dimana gajah itu menyimpan bayii itu dan pada saat itu Ma’ijah mendengar suara seorang anak manusia bertanya kepadanya “dimaana mak ku?”, Ma’ijah pun menajwabnya “akulah ganti mak mu”. Tanya jawab antara bayi itu dengan Ma’ijah berlangsung beberapa saat, si bayi itu juga telah setuju bahwa Ma’ijah sebagai ganti ibunya yang telah pergi bersama ayahnya ke Pase, tiba-tiba rumpun bambu itu pun tumbang ke sungai, selanjutnya hanyut dibawa air ke laut.

Setelah beberapa hari menghilang, pada suatu malam seorang “pawang laut” Abu salim” namanya, ia bermimpi bahwa akan menemukan seorang putra yang akan berdaulat dinegrinya (calon raja). Abu salim sangat senang dan gembira dengan mimpinya itu, sekian lama ia menikah namun Allah belum menganugrahi seorang keturunan kepadanya. Abu salim menceritakan peri hal mimpi itu kepada istrinya yang bernama Ma’idah dan istrinya pun ikut gembira.

Selanjutnya Abu Salim membuat pengumuman yang ditunjukan kepada “para pelaut” isi pengumuman tersebut “bahwa barang siapa yang menemukan seorang bayi putra dalam pukatnya supaya menyerahkan kepada ku dan aku akan menggantikan jerih payahnya dengan harga yang tinggi”

Mendengar pengumuman itu, para pelaut berusaha mencari seorang bayi laki-laki itu dan pada suatu hari diantara mereka ada yang berhasil

(31)

menemukannya. Ketika ditemukan bayi tersebut masih berada dalam rebung bambu. Pipinya telah membentuk tompelan hitam, akibat terkena miang bambu.

Sesuai pengumaman yang dikeluarkan, pelaut menyerahkan bayi itu kepada Abu salim, dan diteteruskan oleh istrinya (Ma’idah) seterusnya dibaawa pulang. Sesampai di rumah bayi itu ditepungtawari dan diasuhnya hingga dewasa.

Tompelan pipinya (dalam bahasa aceh disebut itam miang) terus membesar seiring dengan pertumbuhannya mencapai dewasa.

Dalam usia dewasa ia di panggil tuan muda, dan dijodohkan dengan putri Selindung Bulan, yaitu anak dari putri bungsu. Ketika tuan muda hendak menikah, satu malam sebelumnya ia bermimpi ia mempunyai Mak Sebut, yaitu Ma’ijah. Tuan muda terbangun dari tidurnya, lalu itu ia menceritaka peri hal mimpinya kepada mak asuhnya, tuan muda meminta kepada orang tua asuhnya agar mencari mak angkatnya hingga bertemu. Bila tidak bertemu, tuan muda tidak bersedia menikah. Tidak ada pilihan lain bagi Abu salim dan istrinya, sengan segera mereka mempersiapkan pembekalan untuk berangkat mencari mak sebut dari tuan muda.

Setelah Abu salim dan Ma’idah mengunjungi beberapa desa, akhirnya mereka menemukan mak sebut di sebuah desa yang bernama desa “Benua raja”.

Lalu Ma’ijah dibawa ke rumah Abu salim dengan menaiki sebuah perahu. Di dalam perjalanan menuju rumah Abu salim, mereka berpantun hingga tiba sesampainya di rumah, mereka disambut oleh Tuan muda. Bersamaan dengan itu Ma’ijah menyerahkan semua bekal yang ia bawa kepada Tuan muda berupa dalung yang berisi bate cepah, uang tiga tael dan tepak.

(32)

Sesuai janjinya, maka pada hari itu juga Tuan muda melangsungkan pernikahan dengan Putri Selindung Bulan melalui serangkaian upacara adat Tamiang. Seiring dengan upacara pernikahan itu, Tuan muda dinobatkan menjadi raja dengan gelar Raja Muda Sedia. Untuk memeriahkan upacara penobatan itu diperintahkan sepuluh orang dayang memainkkan tari Ula-ula Lemben untuk pertama sekali. Tari tersebut diajarkan oleh Ma’idah beberapa saat sebelumnya.

Setelah upacara pernikahan dan upaca penobatan Tuan Muda menjadi raja, mak sebutnya pun kembali ke kampung halamannya yaitu di Benua raja.

Masyarakat Melayu Tamiang biasanya bersyair sebelum menarikan tarian Ula-ula Lemben, syair tersebut di ciptakan oleh Bapak Musa Yusuf. Lirik syair tersebut seperti dibawah ini:

Assalamuala’kum ….. kami ucapke

Kepada hadirin …... yang kami …. Milie ke Nelah kisah …… dan satu …… cerita Sejarah ra… je… mude sedie….

Panglima Retan …. Name ayah nye….

Saidah name….. Mak ….. Kandungnye….

Ma’ijah name ….. Mak… Sebut…Nye…

Ma’idah name ….. Mak… Sebut.. Nye…

(33)

Saidah mengandong…….. cukuplah tuhe…

Tinggallah seorang…. dudok termenong…

Lahelah Raje…. Didalam Rimbe….

Name Desa…. Nye …. Bukit Tempurong….

Raje ditinggai …. Di dalam Rimbe….

Name desanye ….. Benua …. ra… je….

Di jumpe she kobat ….. Same… ma’ijah Raje diasoh…. Gajah …. Se eko Gajah…

Gajah membawe….. pisang dan tebu Ntok makanan ….. raje dahu…. Lu

Menurot sejarah ….. yang men… tong U….. toh Raje dimasok ke Ga…. Jah… ke dalam buloh…

Ayotlah buloh … terus ke laud…

Abu salem namanye… pangli... me…. La … ud

(34)

Tesangotlah Buloh …. Ke dalam pu… kat……

Raje mude sedi… e…. jadi …. Selamat

Udahlah besa…. Raje peh mimpi….

Iye bejumpe… emak… angkatnye…

Putri lindung bulan …. Nak jadi …. Permaisuri ….nye Syarat dipinte ra…. Je…. Jumpe…. Mak angkatnye….

Raje menyuroh…. Dayang mencari…..

Dayang peh lalu…. Care …. Beron-ron….

Maidah maijah… jumpe …. Dikali….

Naeklah sampan…. Sambe … be panton…

Hitam pipi raje… kenelah miang….

Iye di tauk…. Raje …. Tamiang…..

Lalu di nobatke…. Jadi pemimpin…

Di iringi ta…ri…. Ula-ula…. Lemben ….

(35)

Singkat cerita…. Musuh peh datang…..

Kaba dib awa…. Seo… rang … da… yang Musoh memaket …. Kapal kayu me…. Dang Naek daun ke la… di raje… peh..ilang

Raebnye Raje…. Musoh peh puas….

Raebnye Raje…. Di buket bedu… lang Ulaklah llagi… buloh…. Seru… was

Sangkot dan tum..boh….. di pa…ye…udang…

Sampek di sini…. Cerita singkat…..

Raje dinobatke …. Jadi pemim….pen…

Supaye tau…. Kaom … kera…… bat…

Asal mule…. Nye… ula… ula… lemben…

Assalamualaikum…. Kami akhiri…..

Kepade tuan…. Yang bijak….bestari….

Semoga kite…. Kan bejum…pe… la… gi…

(36)

Dalam lindong…. An…illa…hirabbi….

4.2 Fungsi Tari Ula-Ula Lemben

Fungsi adalah sumbangan satu bagian aktivitas di dalam sistem sosial masyarakatnya, tujuan fungsi adalah untuk mencapai tingkat harmoni atau ketetapan. Untuk mengamati suatu genre seni tertentu tidak bisa dilepaskan dari keberadaan bidang fungsionalisme, menyatakan bahwa fungsi bukan hanya sekedar hubungan praktis tetapi juga bersifat kesatuan, dalam arti mempunyai fungsi hubungan dengan lingkungan alam yang berkaitan dengan kompleksitasnya. Radeliffe-Brown (dalam Takari & Fadlin, 2014: 17).

Narawati dan Soedarsono (dalam Takari & Fadlin, 2014:18) membedakan fungsi tari menjadi dua, yaitu:

1. Fungsi tari yang bersifat primer, yang dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Fungsi tari sebagai sarana ritual.

b. Fungsi tari sebagai ungkapan pribadi.

c. Fungsi tari sebagai presentasi estetik.

2. Kategori fungsi tari yang bersifat skunder, yaitu lebih mengarah pada aspek komersial atau sebagai lapangan mata pencarian.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka fungsi tari Ula-ula Lemben adalah sebagai berikut :

(37)

1. Fungsi tari Ula-ula Lemben yang bersifat primer diantaranya : a. Fungsi tari sebagai ungkapan pribadi.

Tarian Ula-ula Lemben berfungsi sebagai ungkapan pribadi. Hal ini dapat dilihat dari kisah yang melatarbelakangi penciptaan tarian ini, yaitu mengisahkan hubungan Ma’idah sebagai mak sebut dari Raja Muda Sedia. Keduanya saling merindukan, meskipun selama hidupnya hanya sekali bertemu pada saat Raja Muda Sedia masih bayi dan sempat diasuh oleh seekor gajah sakti milik Ma’idah.

Setelah itu mereka berpisah, karean bayi kecil itu hanyut dibawa air sungai ke laut. Ungkapan pribadi ini terlihat pada gerakan Jud Kedidi, makna dari Jud Kedidi yakni mengungkapkan “Ma’ijah sudah menang dan berbahagia, karena telah berjumpa dengan anaknya yang sudah lama berpisah, hilang akibat hanyut dibawa air sungai kelaut.

2. Kategori fungsi tari yang bersifat skunder, yaitu lebih mengarah pada aspek komersial atau sebagai lapangan mata pencarian.

Kategori fungsi tari yang bersifat sekunder menurut Narawati dan Soedarsono sama halnya dengan fungsi tari sebagai pekerjaan atau mata pencaharian menurut Kurath, yaitu tarian Ula-ula Lemben dapat menjadi media untuk mencari rezeki masyarakat Melayu Aceh Tamiang. Disadari atau tidak, walaupun bukan fungsi utama tarian Ula-ula Lemben, setiap penari atau penyedia hiburan mengharapkan imbalan, biasanya berupa uang.

Dalam perkembangan bangsa, fungsi tari yang menunjang martabat bangsa kita atau yang diperlukan dalam meningkatkan kecerdasan bangsa. Dalam pembinaan teknis keahlian tari, fungsi seni yang bisa dibagi berdasarkan

(38)

kepentingan seni pertunjukkan dan keperluan substantif dalam pendidikan umum, pergaulan sosial, penerangan masyarakat dan lain sebagainya.

Tari yang mendukung keperluan sosial ditekankan pada kegunaan sosialnya. Demikian pula untuk keperluan pergaulan rekreatif, kepentingan tari hendaknya tidak diterapkan sebagai seni pertunjukkan ataupun sebaliknya.

Sasaran artistic cenderung menuntut penguasaan teknik yang tinggi.

4.3 Makna Gerakan Tarian Ula-Ula Lemben

Kata-kata adalah simbol. Demikian pula halnya dengan gerak tari. Tari seperti puisi atau syair yang penuh dengan tanda-tanda simbolik. Oleh karena itu, tanda-tanda dalam gerak tari perlu dilakukan pembacaan untuk mengetahui maknanya. Penari dan penikmat tari perlu memperdalam pengetahuan tentang semiotics of dance. Semiotika tari sangat membantu kita dalam memahami makna gerak tari. Pemaknaan tari secara lebih serius akan memberikan kebermaknaan yang lebih mendalam terhadap tari agar lebih memberikan manfaat bagi manusia.

keindahan gerak tari yang tercipta menjadi petanda hidup manusia.

Ragam gerakan Tarian Ula-ula Lemben memiliki fungsi dan makna dalam setiap gerakannya. Dalam penyajian Ula-ula Lemben gerak itu tersendiri dimana gerak yang satu dengan gerak lainnya berbeda-beda. Ada pun jumlah keseluruhan gerak dalam tari Ula-ula Lemben adalah 10 gerak ditambah dengan satu gerak masuk sebagai berikut:

1. Gerak masuk

(39)

Tari Ula-ula Lemben pada saat memasuki panggung dibagi menjadi dua arah yaitu satu baris lurus dari arah kanan, dan satu baris dari arah kiri. Gerak ini dilakukan seperti melenggang, yaitu hitungan 1 kaki kanan melangkah ke depan, tangan kanan dan kiri mengayun di samping kanan dan kiri mengayuh ke sanping kiri dan seterusnya.

2. Gerak Salam

Gerak ini membentuk dua banjar menghadap ke depan, hitungan 1 kedua kaki jinjit, kedua tangan mengepak lurus samping kiri dan kanan, hitungan ke 2 kedua kaki agak merendah diikuti dengan badan., kedua tangan agak dibuka.

Hitungan ke 3, kaki dan badan agak mendak dari pada hitungan ke 2, yang diikuti dengan kedua tangan turun agak ke bawah. Hitungan ke 4, kedua kaki dan badan lebih mendak dari pada hitungan ke 3, kedua tangan seperti hitungan ke 3, hitungan ke 5, kedua kaki jongkok dengan lutut kaki kiri di lantai, dan telapak kaki kanan menginjak di lantai dengan kedua tangan mengepak di depan dada, hitungan 6,7 dan 8, kedua kaki sama dengan hitungan ke 5, kedua tangan di depan dada seperti memberi salam dan kepala agak menunduk

Adapun makna dalam gerak salam adalah bahwa penari menyambut kedatangan Ma’idah dan rombongan dengan memberi salam penghormatan.

Gerakan ini melambangkan isyarat penghormatan kepada para hadirin, bila tari ini dimainkan di acara pernikahan, salam penghormatan ditunjukan kepada rombongan mempelai laki-laki atau perempuan. Seperti gambar dibawah ini:

(40)

Gambar gerak salam 1.

Gambar gerak salam2.

(41)

3. Gerak Silat Pembuka

Hitungan 1, kaki kanan melangkah ke depan, dengan posisi mendak, tangan kanan berada disamping pinggang, tangan kiri di samping pinggang tetapi agak kedepan.

Hitungan 2, kaki kiri melangkah ke depan dengan posisi mendak, tangan kanan di samping pinggang ke depan agak ke atas dan tangan kiri berada disamping pinggang. Hitungan 3 sama dengan hitungan ke 1 dan ke 4, kedua kaki dan badan dibalik ke belakang dengan posisi kaki kiri ke depan agak mendak, tangan kanan disamping pinggang ke depan dengan lengan bawah ke atas (setiap gerak ini didahului dengan tepuk tangan).

Gerak ini mengandung makna masih merupakan bagian dari penyambutan kedatangan Ma’idah (mak sebut raje). Dimana Raja Muda Sedia memperlihatkan sikap senang dan bahagia dengan kedatangan mak sebutnya, hingga ia pun telah menyatakan untuk segera menikahi putri Selindung Bulan.

Seperti gambar dibawah ini:

(42)

Gambar silat pembuka 1.

Gambar Gerak silat pembuka 2.

(43)

4. Gerak Ula-ula Lemben kosong

Gerak ini sama dengan gerak masuk, yaitu hitungan 1, kaki kanan melangkah ke depan, tangan kanan dan kiri mengayun di samping kanan.

Hitungan 2, kaki kiri melangkah ke depan, tangan kanan dan kiri mengayun ke samping kiri seterusnya.

Gerak tersebut diidentifikasi kosong, mengandung makna,tuan Raja Muda Sedia sebagai anak sebut Ma’idah. Ia memperlihatkan pipinya yang itam sebelah (miang hitam) kepada Ma’idah untuk meyakin kan Ma;ijah bahwa tuan muda adalah benar anak yang pernah ia sebutkan sebagai

anaknya, meskipun tidak sempat ia bawa pulang ke rumahnya karena jatuh ke sungai dan hanyut ke laut. Seperti gambar dibawah ini:

Gambar Ula-ula Lemben kosong.

(44)

5. Gerak Jud kedidi

Hitungan 1, kaki kanan kedepan agak dijinjit, kudua tangan bersatu di samping pinggang kiri. Hitungan 2, kedua kaki sama hitungan 1, kedua tangan agak dibuka ke depan (seperti diputar), dengan badan agak dimiringkan di samping kiri. Hitungan 3, kedua kaki sama hitungan 2, kedua tangan agak ke atas disamping muka. Hitungan 4, kedua kaki sama hitungan 2,kedua tangan agak keatas, kepala ke samping kiri diikuti dengan badan. Hitungan 5, kedua kaki sama hitungan 2, kedua tangan sama seperti hitungan 4, tetapi yang diputar ke arah kanan. Hitungan 6, kedua kaki sama hitungan hitungan 2, kedua tangan didepan dada seperti diputar. Hitungan 7, kedua kaki sama hitungan 2,tangan kanan agak kebawah, tangan kiri sejajar pinggang depan posisi tangan ke bawah, hitungan 8, kedua kaki lebih mendak dari hitungan ke 2, tangan kiri ke bawah dan tangan kanan di depan (pada saat melakukan gerak ini kedua kaki dan bada dienjotkan).

Adapun makna gerak ini adalah Ma’ijah sudah menang dan berbahagia, karena telah berjumpa dengan anaknya yang sudah lama berpisah, hilang akibat hanyut dibawa air sungai kelaut.

Seperti gambar dibawah ini:

(45)

Gambar jud kedidi 1.

Gambar jud kedidi 2.

(46)

6. Gerak Ula-ula Lemben keluar masuk

Pada gerak ini membentuk lingkaran, hitungan ke 1, kaki kiri melangkah ke depan ke arah luar diikuti kaki kanan (dua kali melangah), kedua tangan berada di depan dada serong kiri (saat melangkah kedua tangan ikut diputar seperti memberi). Hitungan ke 3, 4 kaki kanan melangkah ke depan arah dalam diikuti kaki kiri (dua kali melangkah), kedua tangan berada di depan dada serong kanan, kedua tangan berada di depan dada serong kiri (saat melangkah kedua tangan ikut diputar seperti memberi).

Gerak Ula-ula Lemben keluar masuk mengandung makna restu Ma’idah terhadap Raja Muda Sedia untuk melangsungkan pernikahan dengan putri Selindung Bulan. Ma’idah mempersilahkan tuan uda untuk melaksanakan rencana pernikahannya, Seperti gambar dibawah ini

Gambar gerak Ula-ula Lemben keluar.

(47)

7. Cepah dalam Batee

Hitungan kaki kanan menyilang ke depan kaki kiri, tangan kiri di pinggang, tangan kanan di depan dada arah kiri posisi telapak tangan ke atas.

Hitungan 2, kaki kanan bergeser sedikit ke kanan dan agak dijinjit, tangan kiri sama hitungan 1, tangan kanan agak di tarik. Hitungan 3, kaki dangan tangan kiri sama hitungan 2, tangan kanan di bawa ke samping kanan agak ke atas dengan posisi jari turun ke bawah. Hitungan 4, kedua kaki mendak, tangan kiri sama hitungan 1, tangan kanan turun kebawah lurus.

Gerakan cepah salam bate tari Ula-ula Lemben mengandung makna bahwa Ma’idah membawa sepertangkat dalung yang berisikan tepak (tempat sirih yang telah dihias) dan bate (tempat penampungan ludahan raja yang mirip dengan puan) untuk tuan muda. Tepak dan bate bermaksud untuk memberi petunjuk atas pernikahan Raja Muda Sedia dan dinobatkan menjadi raja, cepah tersebut digunakan sebagai tempat capah (ludahan) oleh raja. Contoh gerakan dibawah ini:

Gambar Cepah dalam Batee.

(48)

8. Gerak kayuh perahu

Masih dalam posisi lingkaran menghadap ke depan, kaki kanan bergeser ke depan sedikit, tangan kiri menadah ke atas diikuti dengan tangan kanan.

Hitungan ke 2, kaki kanan dibawa ke belakang. Dan kedua tangan di bawah samping kanan (seperti mengayuh). Hitungan 3, badan berbalik ke belakang, kaki kanan agak ke depan, kedua tangan di atas serong kiri, ujung jari ke atas.

Hitungan 4, kaki kiri ke belakang, kedua tangan dibawa ke bawah samping kiri (seperti mengayuh).

Gerak kayuh perahudalam tari Ula-ula Lemben mengandung makna bahwa perjalanan Ma’idah ketika dijeput oleh Abu Salim dan istrinya dari Benua raja untuk dibawa ke rumahnya melalui sungai Tamiang dengan menggunakan sampan dalam perjalanan tersebut Ma’idah saling beralas pantun dengan Ma’ijah.

Seperti gambar dibawah ini:

Gambar gerak kayoh perahu.

(49)

9. Gerak pungku-pungku pangke

Pada gerak ini kedua penari saling berpegangan. Hitungan 1, kaki kanan melangkah ke depan, kedua tangan melenggang ke samping kanan, hitungan ke 2, kaki kiri melangkah ke tempat yang diikuti kedua tangan melenggang disamping kiri, hitungan ke 3, kedua penari bertemu saling berhadapan dengan posisi kaki menyilang ke depan kaki kiri, tangan kiri memegang lengan atas tangan kanan, tangan kiri lurus kebawah. Hitungan 4 kaki kiri menyilang ke depan kaki kanan, tangan kiri sama hitungan ke 3, tangan kanan lurus kedepan dan memegang lengan kawan.

Gerak ini bermakna bahwa ketika dalam perjalanan ke rumah Abu salim, Ma’ijah menanyakan jalan pintas yang dapat dilalui dengan cepat menuju Gudang baden atau seberang sana, sehingga dapat dengan segera bertemu anaknya Muda Sedia. Seperti gambar dibawah ini:

Gambar Puku-puku pangke.

(50)

10. Gerak Rencah Terbang

Hitungan 1, kaki kanan agak ke depan, kedua tangan bersatu agak ke atas di depan kepala samping kiri. Hitungan 2, kaki kanan di buka agak lebar ke samping kanan, tangan kiri di depan dada dengan posisi tegak, tangan kanan lurus kebawah seperti menebang ke arah luar kanan. Hitungan 3 badan dan kedua kaki di putar mengarah aadab belakang, sehingga kaki kiri berada di depan dan kaki kanan di belakang, kedua tangan seperti hitungan 1. Hitungan 4, kaki kanan melangkah ke depan dengan posisi mendak, tangan kiri sama dengan hitungan ke 2, tangan lurus ke bawah, seperti menebang ke arah dalam kiri (gerak ini dilakukan secara tegas dan keras).

Gerak rencah terbang dalam tari Ula-ula Lemben mengandung makna bahwa raja memerintahkan kepada dayang-dayangnya untuk merencah-rencah dan menebang pohon untuk dijadikan penghalang musuh agak tidak dapat memasuki wilayah kerajaanya.

(51)

Gambar Gerak rencah terbang 2.

11. Silat Penutup

Hitungan kaki kanan menyilang ke depan kaki kiri, kedua tangan bersatu di depan dada samping kiri, arah badan ke depan. Hitungan 2, kedua kaki sama dengan hitungan 1 tetapi agak mendak, kedua tangan dibuka ke arah samping kiri kanan dengan posisi ketiak ditutup. Hitungan 3 badan diputar ke arah sampping dengan posisi kaki kanan ke depan agak mendak, kedua tangan lurus samping kiri kanan agak kebawah. Hitungan 4, duduk dengan posisi lutut kaki kiri sebagai penyanggah dan kaki kanan diletakkan di atas kaki kiri, kedua tangan lurus ke bawah dengan posisi jari menyentuh lantai.

Gerak silat penutup dalam tari Ula-ula Lemben bermakna bahwa seluruh rangkaian tari akan selesai dan bermakna pula sebagai ucapan terimakasi kepada

(52)

khalayak yang ikut menghadiri acara pernikahan dan penobatan tuan muda menjadi Raja Muda Sedia, sebagai raja Tamiang.

Seperti gambar di bawah:

Gambar salam penutup 1.

Gambar salam penutup 2.

(53)

Adapun yang menjadi syair dalam penyajian tari Ula-ula Lemben adalah sebagai berikut

Assalamu’alaikum kami ucapke Kepada hadirein yang kami mulieke

Kami angket sepuloh jari

Menyuson sembah puja dan puji

Alhamdulillah illahirabbi

Selawat salam kepada nabi

Makna yang terkandung dalam bait pertama lirik lagu pengiring tarian Ula-ula Lemben ini sebagai berikut: Bermakna pengucap salam dan penghormatan pada seluruh hadirin.

Ula-ula Lemben tetedong awan-awan

Tang mane ku pacokke

Tang puteh panonye

Makna yang terkandung dalam bait kedua lirik lagu pengiring tarian Ula- ula Lemben ini sebagai berikut: Bermakna menunjukan pada raja bahwa pipinya hitam sebelah secara tidak langsung.

(54)

Capah dalam bate

Tepak dalam dulang

Belanja tige tael

Tujoh cari tuning

Makna yang terkandung dalam bait ketiga lirik lagu pengiring tarian Ula- ula Lemben ini sebagai berikut: Bermakna seperangkat isi dalung bahan-bahan untuk menepung tawari raja dan berupa uang sebagai isyarat kerelaan dan dukungan lahir batin pernikahannya.

Kayoh Ma’idah kayoh

Kayoh ramai-ramai

Singgah Ma’idh singgah Tepi belum sampai

Kayoh Ma’ijah kayoh Kayoh laju-laju

Singgah Ma’idah singgah Di sini kite bertemu

Rantau teluk ku arongi

Paloh muare ku sebrangi

Pante betin sakat ombak

(55)

Panuju hati belum beriak

Adapun makna pada lirik lagu ini adalah: bermakna di dalam perahu berpantun dengan masyarakat tempat singgahnya ketikah menjemput ibu angkat muda sedia.

Bila karam badai mengamok

Putus temerang patah kemudi

Tujuh haram nak ku jengok

Lerai dendan rindu hati

Adapun makna pada lirik lagu ini adalah: Bermakna rindu yang mendalam hingga selalu terbawa mimpi.

Puku-puku pangke

Lang betanye- tanye jalan

Jalan ke mane, jalam ke mane

Anda tanyake

Jalan kami, jalan kami

Ke budang badan

(56)

Makna lirik ini adalah bermakna perasaan gelisahnya yang selalu teringat anaknya.

Layu benge layu

Reriang tembang di jalan

Nak lalu usah lalu

Dayang numpang ditengah jalan

Makna lirik lagu ini adalah berpikir pergi atau tidak yang akhirnya pergi juga.

Lob bubu lob tempairai

Kelua jangan becerai-cerai

Padu kate kasih batura

Sepajang mase jangan becerai

Lirik ini bermakna kawan dan dayang-dayang jangan sampai berpisah- pisah sepanjang masa.

Bintang alam memapah papaya

Turun mase selip purname

Puje tuju harapan sudah

Penawar hati kedatang tuan

Lirik ini bermakna menunggu kekasih, apabila datang kekasih berseri wajahnya.

(57)

Ini ari meriare kembang

Kembang di kire si tige puloh

Jaman dulu makan pinyandang

Sireh ditanam sebelum tumboh

Bermakna zaman dahulu sebelum ada sirih makan pinyandang atau sirih hutan, yang artinya kejayaan dan kebahagian segera dirasakan.

4.4 Sikap Masyrakat Melayu terhadap Tari Serampang XII

Kesenian adalah bagian dari kebudayaan, termasuk di dalamnya seni tari yaitu tari Ula-ula Lemben. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini yaitu masyarakat Melayu yang memiliki tari Ula-ula Lemben sebagai salah satu hasil kebudayaan yang sampai saat ini menjadi kebanggaan karena Ula-ula Lembentelah terkenal di masyarakat dan secara tidak langsung juga mengenal identitas masyarakat Melayu itu sendiri.

Masyarakat Melayu yang juga sebagai makhluk sosial dan berbudaya melalakukan sebagai kegiatan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Dalam konteks ini fungsi tari Ula-ula Lemben sangat mendukung keberadaan kegiatan masyarakat Melayu tersebut. Ula-ula Lemben ada dan berkembang dalam kebudayaan melayu karena kebutuhan masyarakat Melayu akan kesenian. Selain itu Ula-ula Lemben juga merupakan bagian aktivitas yang bisa menyumbang

(58)

kepada keseluruhan aktivitas, yang pada akhirnya akan berfungsi bagi kelangsungan kehidupan budaya masyarakat Melayu.

Banyak cara yang dilakukan masyarakat Melayu dalam menyikapi tari Ula-ula Lemben ini. diantaranya adalah digunakan dalam pertunjukan yang mengandalkan pada basis seni.

Seterusnya Tari Ula-ula Lemben biasa digunakan oleh masyarakat melayu untuk memeriahkan berbagai kegiatan sosial, seperti untuk menghibur acara-acara yang berciri budaya Melayu, seperti: memeriahkan acara perkawinan, menyambut tetamu, memeriahkan acara hiburan untuk organisasi-organisasi sosial.

Begitulah cara masyarakat Melayu menyikapi tarian Ula-ula Lemben ini, ttidak ada hal negatif di sini. Keberadaan Tarian Ula-ula ini benar-benar menguntungkan di tengah-tengah masyarakat Melayu. Selain dapat pula dijadikan sebagai pijakan atau contoh bagi kuala muda bagaimana baiknya dalam bergaul antar lawan jenis. Ula-ula Lemben dapat menjadi tonggak awal untuk melawan masuknya budaya asing antara lain pergaulan bebas yang mana lambat laun akan merusak moral dan jati diri bangsa.

(59)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Tarian Ula-ula Lembenadalah gerakan badan (tangan) dan sebagainya, yang berirama, yang mengekspresikan kegembiraan yang biasanya digunakan dalam upacara adat perkawinan di Aceh Tamiang. Asal tarian ini adalah dari pesisir pantai Tamiang. Berdasarkan pembahasan pada yang telah dijabarkan pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Fungsi tarian Ula-ula Lembing pada masyarakat Melayu Aceh Tamiang yaitu berdasarkan teori Narawati dan Soedarsono fungsi tarian Ula-ula Lembing bersifat primer diantaranya, sebagai ungkapan pribadi dan sebagai presentasi estetik.Juga bersifat skunder, yaitu lebih mengarah pada aspek komersial atau sebagai lapangan mata pencarian.

2. Tarian Ula-ula Lemben merupakan salah satu tari tradisional adat masyarakat Tamiang. Tari ini mempunyai kaitan yang erat sekali dengan sejarah lahirnya Raja Tamiang yang pertama.

3. Ada 11 gerak dalam tari Ula-ula Lemben. Setiap gerak memiliki makna/maksudnya masing-masing, seperti gerak salam bermakna penghormatan/salam, gerak silat pembuka bermakna salam penghormatan adat Melayu. Kemudian gerak Ula-ula Lemben kosong bermakna Ma’idah iingin menunjuk pipi Raja Muda Sedia sebagai ungkapa rindu. Gerak jud kedidi bermakna kegembiraan Ma’idah telah berjumpa dengan anaknya.

Gerak Ula-ula Lemben keluar masok melambangkan restu Ma’idah kepada tuan muda untuk melangsungkan pernikahan. Gerak cepah dalam

(60)

batee bermakna petungjuk orang tua kepada anakanya. Gerak kayuh perahu bermakna Maidah juga bekerja keras untuk berjumpa dengan anaknya. Gerak puku-puku pangka bermakna Ma’idah ingin menempuh jalan pintas supaya cepat bertemu anaknya. Gerakan rencah tebang bermakna kewaspadaan Raja Muda Sedia memimpin negriny, dan gerak silat penutup yang bermakna salam perpisahan dalam masyarakat Melayu Tamiang.

5.2 Saran

Penelitian ini berusaha menyajikan tentang fungsitaria dan makna gerakan tarian Ula-ula Lemben. Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam melakukan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang berhubungan dan membangun penelitian ini. Dari hasil analisis fungsi tarian dan makna gerakan tarian Ula-ula Lemben semoga dapat dijadikan sedikit tambahan ilmu pengetahuan tentang analisis fungsi tarian dan makna makna gerak tarian bagi penulis dan bagi pembaca. Penulis berharap di masa yang akan datang dapat dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam mengenai penerapan fungsi tarian dan makna gerak tarian yang belum pernah diangkat.

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Sumandiyo.2005.Sosiologi Tari. Yogyakarta: Pustaka.

Nasrudin, Ghose. 1994. Tarian Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan PustakaKementrian Pendidikan Malaysia.

Nawawi, Handari. 1987. Metode Penelitian Bidang Sosial. Universitas Gajah Mada: PersYogyakarta.

Pratama, Panji. 2014. ”Etika Pergaulan Pemuda-Pemudi Melayu Dalam Tarian Serampang XII: Suatu Tinjauan Sosiologi Tari”.Fakultas Ilmu

Budaya. Universitas Sumatra Utara.

Read.1970.Art and Society, terjemahan Dwi Waahyudiarto. Universitas Gajah Mada. Yogyakatra.

Takari, M., Fadlin. 2014. Ronggeng dan Serampang Dua Belas. Medan: USU Press.

(62)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Musa Yusuf Umur : 43 Tahun

Pekerjaan : Seniman / Pelatih Tari Alamat : Desa Paya Udang

2. Nama : Juriah Umur : 58 Tahun

Pekerjaan : Guru Pelatih / Tari Alamat : Desa Paya Udang

(63)

Gambar

Gambar  gerak salam 1.
Gambar silat pembuka 1.
Gambar Ula-ula Lemben kosong.
Gambar jud kedidi 1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsentrasi gula reduksi yang dihasilkan dari proses hidrolisis sebesar 16,6-17,9 g/L dan konsentrasi asam laktat tertinggi 0.568 g/L didapatkan dengan penambahan

Throughout the semen collections, seven control and five bolused rams failed to give a valid sample on any collection day and were excluded from all statistical analysis for the

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah berapa besar prevalensi kejadian hipertensi pada obesitas.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi

Title: * Correct the base type and facet pattern for TypeNameListType in the WFS 1.1.0 Schema Source: * City of Vienna. Work

Pihak lain yang bukan Direktur Utama/ Pimpinan Perusahan/Pengurus Koperasi yang namanya tidak tercantum dalam akta pendirian/anggaran dasar, sepanjang pihak lain tersebut adalah

Sehubungan dengan surat Penawaran saudara untuk Paket Pekerjaan Jasa Konstruksi Pembangunan Gedung Siaga SAR Tahap II Kantor SAR Mataram berdasarkan Hasil Evaluasi POKJA ULP Kantor

 Meningkatkan semangat kebersamaan dalam menyelenggarakan Program Studi Akuntansi yang berkualitas.  Menjadi media komunikasi yang efektif dan efisien bagi anggota dalam

Berdasarkan berbagai paparan dalam implementasi kebijakan yang dikemukan oleh para ahli, terlihat bahwa masing- masing ahli memiliki teori tersendiri dalam melihat proses