• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN, DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEKERJAAN DASAR TEKNIK OTOMOTIF KELAS X TKR A DI SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN, DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEKERJAAN DASAR TEKNIK OTOMOTIF KELAS X TKR A DI SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2016/2017."

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN, DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEKERJAAN DASAR TEKNIK OTOMOTIF (PDTO) SISWA KELAS

X TKR A DI SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Komang Elien Swandewi

13504241057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UINIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

v

MOTTO

“Jika sebuah sumur airnya jernih dan tenang maka dasarnya akan kelihatan, demikian pula kehidupan, hanya dengan pikiran yang jernih jalan keluar setiap permasalahan akan

dapat terlihat” (Swami Wiwekananda)

“Pusatkan pikiran pada kesucian, bekerjalah tanpa menghiraukan pahala, tegaklah pada kesuksesan dan kegagalan, sebab keseimbangan jiwa adalah Yoga”

(Bhagawad Gita IX. 43)

(5)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, saya persembahkan buah karya ini untuk :

1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa, semoga skripsi ini menjadi salah satu bagian dari wujud ibadahku kepadaMu

2. Almamater UNY sebagai wujud dedikasi

3. Bapak dan Ibuku tercinta sebagai wujud baktiku. Takkan pernah kulupakkan perjuangan yang telah kalian berikan padaku.

(6)

vii

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN, DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN PEKERJAAN DASAR TEKNIK OTOMOTIF KELAS X TKR A DI SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh :

Komang Elien Swandewi NIM 13504241057

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar dan tingkat keaktifan siswa setelah diterapkannya model pembelajaran make a match pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif (PDTO) kelas X TKR A di SMK Nasional Berbah.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas, dengan model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Subjek penelitian adalah siswa kelas X TKR A di SMK Nasional Berbah tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah sebanyak 34 siswa. Variabel yang diamati dan diukur adalah keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Teknik penggumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi dan tes objektif. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif dan teknik statistik tendensi central.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkat pada setiap siklus, bahwa : (1) Model pembelajaran make a match terbukti dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas X TKR A di SMK Nasional Berbah. Presentase tiap butir pengamatan keaktifan meningkat dari siklus I pada kegiatan visual presentase sebesar 90,00%, pada siklus II sebesar 90,63%. Aspek kegiatan lisan pada siklus I sebesar 70,00%, pada siklus II menjadi 92,50%. Aktivitas kegiatan mendengarkan, pada siklus I sebesar 72,00%, pada siklus II menjadi 87,50%. Aspek kegiatan menulis pada siklus I sebesar 80,00%, pada siklus II sebesar 90,63%. Aspek kegiatan mental pada siklus I sebesar 81,33%, pada siklus II menjadi 92,50%. Data tersebut menunjukkan seluruh indikator pengamatan keaktifan siswa telah

mencapai ≥75%. (2) Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TKR A pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif. Hasil belajar siswa meningkat sebesar 17,92% dari siklus I ke siklus II.

(7)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Make a Match untuk Meningkatkan Keaktifan, dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif (PDTO) Siswa kelas X TKR A di SMK Nasional Berbah Tahun Ajaran 2016/2017. Penyusunan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif.

Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Zainal Arifin, M.T, sebagai dosen pembimbing dan Ketua Jurusan

Pendidikan Teknik Otomotif yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan hingga terselesaikannya Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Bapak Dr. Widarto. M.Pd, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Bapak-bapak Dosen Pendidikan Teknik Otomotif yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama di bangku perkuliahan sebagai bekal di masa sekarang dan yang akan datang.

4. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Nasional Berbah yang telah memberikan izin penelitian.

(8)
(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan dapat diartikan sebagai upaya mencerdaskan bangsa, menanamkan nilai-nilai moral dan agama, membina kepribadian, mengajarkan pengetahuan, melatih kecakapan, ketrampilan, memberikan bimbingan, arahan, tuntunan, teladan, dan disiplin. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sepanjang hayat, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan terbelakang, sehingga pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan manusia yang tidak hanya berkualitas dan mampu bersaing, tetapi juga memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Pendidikan berfungsi untuk membantu siswa dalam pengembangan diri, yang meliputi pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang posiitif, baik untuk dirinya maupun lingkungannya.

(10)

2

media pembelajaran, metode atau strategi pembelajaran dan lain-lainnya. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2012)

Indonesia menempatkan pendidikan kejuruan sebagai bagian dari sistem pendidikan Nasional untuk menyiapkan lulusan bekerja atau melanjutkan kejenjang lebih tinggi atau bekerja mandiri berwirausaha. Sasaran dan tujuan pendidikan kejuruan di Indonesia diatur dalam PP 19 Tahun 2005 pasal 26 ayat 3 sebagai pendidikan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan bidang kejuruannya. Pendidikan kejuruan yang diselenggarakan dalam bidang formal pada tingkat sekolah menengah adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Dalam rangka mendukung perkembangan SDM, pemerintah pusat dan daerah telah melakukan upaya – upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK.

(11)

3

Pada saat menempuh pendidikan di SMK proses pembelajaran siswa dibimbing oleh guru yang berperan sebagai fasilitator untuk membantu mencapai tujuan belajar. Berbagai cara yang dapat digunakan oleh guru untuk menunjang proses pembelajaran salah satunya adalah menggunakan media bantu, media tersebut dapat berupa model, buku teks, buku elektronik, gambar, audio, film animasi, media berbasis computer dan sebagainya. Penggunaan media bantu akan efektif apabila disesuaikan dengan metode yang sesuai karakter siswa, jenis mata pelajaran yang disampaikan, kondisi lingkungan dan sarana yang menunjang.

(12)

4

Keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran merupakan tugas dari seorang pendidik atau guru, sebab guru merupakan perancang strategi pembelajaran di dalam kelas agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu peran guru adalah sebagai demonstrator yakni guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Pendidikan yang demokratis harus mampu menciptakan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Tujuannya adalah untuk menggali kemampuan siswa agar berperan secara aktif, meningkatkan kemampuan intelektual, sikap dan minatnya.

(13)

5

Berdasarkan pengamatan di SMK Nasional Berbah, pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otormotif (PDTO), guru masih menggunakan model ceramah walaupun sudah didukung dengan sarana prasarana di ruang kelas seperti LCD. Kelemahan metode ceramah, salah satunya adalah guru sulit mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa sudah paham akan keseluruhan materi yang telah disampaikan oleh guru. Ketidak aktifan siswa pada saat pelajaran berlangsung, seperti tidak memperhatikan pelajaran pun, menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa kelas X TKR A. Terbukti dari hasil nilai ulangan harian pada mata pelajaran PDTO kelas X TKR A, dari 33 siswa, sebanyak 23 siswa belum mampu mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75.00.

(14)

6

sehingga proses belajar di ruang kelas terasa sangat menyenangkan. Model pembelajaran yang tepat untuk karakteristik siswa seperti di kelas X TKR A yaitu model pembelajaran make a match dimana siswa didorong untuk bergerak aktif dimana pada model pembelajaran make a match ini terdapat unsur permainan, sehingga siswa tidak merasa bosan. Model make a match juga dapat menjadikan siswa berani untuk mengemukakan pendapat di depan siswa lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti perlu menerapkan metode pembelajaran yang baru dan tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, dan agar siswa bisa lebih memperhatikan dan paham terhadap mata pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif. Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang diharapkan memaksimalkan kegiatan belajar siswa sehingga mampu meningkatkan pemahaman pada siswa. Peneliti memfokuskan penelitiannya dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Make a Match untuk Meningkatkan Keaktifan, dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otormotif (PDTO) Siswa Kelas X TKR A SMK Nasional Berbah Tahun Ajaran 2016/2017”.

B. Identifikasi Masalah

(15)

7

1. Selama ini saat pembelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otormotif (PDTO) keaktifan peseta didik masih kurang, terbukti siswa masih susah untuk diminta bertanya atau menjawab pertanyaan, siswa lebih cenderung menjadi pendengar saja. Siswa masih kurang termotivasi untuk belajar mandiri, masih harus menunggu perintah guru dahulu.

2. Guru mata pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otormotif (PDTO) dalam menyampaikan materi masih terpusat pada guru, masih menggunakan metode klasik sehingga terkesan monoton.

3. Guru mata pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otormotif (PDTO) belum

menggunakan model atau metode pembelajaran secara maksimal untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

4. Rendahnya hasil belajar siswa ditunjukkan dengan sebesar 69.70% siswa

kelas X TKR A belum memenuhi nilai KKM pada mata pelajaran PDTO. 5. Perlu adanya suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan

dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otormotif (PDTO), salah satunya adalah model pembelajaran Make a Match.

C. Batasan Penelitian

(16)

8

semester 2 tahun ajaran 2016/2017. Pada kelas X TKR A siswa lebih pasif dan cenderung diam baik pada saat guru memberikan siswa kesempatan untuk bertanya atau pada saat guru mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu, model pembelajaran make a match dipilih karena model pembelajaran make a match diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat peningkatan keaktifan siswa dengan diterapkannya model

pembelajaran make a match pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otormotif (PDTO)?

2. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan diterapkannya

model pembelajaran make a match pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otormotif (PDTO)?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang sudah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan:

(17)

9

2. Meningkatkan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran make a match pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otormotif (PDTO).

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, maka dapat diambil manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi Peneliti

a. Untuk menambah pengetahuan tentang dunia pendidikan sebelum terjun di lapangan pendidikan.

b. Bagi calon guru dapat bermanfaat untuk menambah pengalaman saat mengajar dan mengatasi permasalah yang ada pada siswa.

2. Bagi siswa

Diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar yang tinggi. Dapat memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami materi serta berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3. Bagi Guru

(18)

10 4. Bagi Sekolah

(19)

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. DESKRIPSI TEORI

1. Keaktifan Siswa

a. Pengertian Keaktifan

(20)

12

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah kegiatan berbuat dan berfikir yang meliputi fisik maupun mental sebagai suatu rangkaian yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. b. Klasifikasi Keaktifan

Menurut Paul. D. Diedrich (Oemar Hamalik, 2011: 172-173) keaktifan belajar dapat di klasifikasikan menjadi 8 kelompok:

1) Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2) Kegiatan-kegiatan lisan, seperti: mengemukakan suatu fakta yang ada atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, seperti: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4) Kegiatan-kegiatan menulis, seperti: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan materi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5) Kegiatan-kegiatan menggambar, seperti: menggambar, membuat suatu grafik, chart, diagram, peta, dan pola.

6) Kegiatan-kegiatan metrik, seperti: melakukan percobaan-percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari, dan berkebun.

7) Kegiatan-kegiatan mental, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

8) Kegiatan-kegiatan emosional, seperti: menaruh minat, membedakan, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, dan gugup.

Menurut Sardiman (2011: 101) jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah:

1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.

(21)

13

4) Writting activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain.

7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.

8) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, tenang.

Sementara itu, menurut Nana Sudjana (2009: 61) menyatakan keaktifan siswa dapat dilihat dari berbagai hal:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam pemecahan masalah.

3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis. 8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam

menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

(22)

14

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar memiliki pengertian memeroleh pengetahuan atau menguasi pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Belajar adalah proses transformasi ilmu guna memperoleh kompetensi, keterampilan dan sikap untuk membawa perubahan yang lebih baik. Menurut Hergenhahn dan Olson dalam Heri Rahyubi (2012: 3), belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau protensi perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman dan tidak dicirikan oleh kondisi diri yang sifatnya sementara seperti yang disebabkan oleh sakit, kelelahan, atau obat-obatan. Jelas bahwa belajar merupakan proses internalisasi nilai, pengetahuan, dan pengalaman yang kemudian menyatu dengan diri seseorang. Dari proses internalisasi nilai, pengetahuan, dan pengalaman ini seseorang lantas mampu menjalani kehidupan secara lebih baik dan berkualitas.

(23)

15

seseorang ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperolehnya saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Untuk itu, belajar bisa menghasilkan perubahan yang sederhana, namun juga bisa menghasilkan perubahan yang kompleks. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Oemar Hamalik: 2011)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang secara sadar menerima pengetahuan, dan mengubah pemahamannya melalui interaksi dengan orang lain, maupun dengan lingkungannya. Dengan belajar seseorang akan bertambah jumlah pengetahuannya, memiliki kemampuan untuk mengingat, adanya kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki, dapat menyimpulkan makna, mampu menafsirkan dan mengaitkan pengetahuan tersebut dengan realitas.

b. Pengertian Hasil Belajar

(24)

16

sebagai dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Sedangkan menurut Hamalik hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008: 15). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pencapaian tujuan pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.

c. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Muhibbin Syah (2011: 145) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran mater-materi pelajaran.

Slameto (2010: 54) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

1) Faktor-faktor Internal Meliputi:

a) jasmaniah (kesehatan tubuh, cacat tubuh),

b) psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan),

(25)

17 2) Faktor-faktor Eksternal

Meliputi:

a) keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan),

b) sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran si atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah),

c) masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

Nana Sudjana (1995: 111) mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu:

1) Faktor internal

Faktor internal adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu itu sendiri, motivasi dan perhatian dari dalam dirinya, usaha, kebiasaan serta keceradasan yang dimiliki dalam dirinya.

a) Aspek Fisiologis

Aspek fisiologis meliputi kondisi fisik yang normal (panca indera, anggota tubuh) dengan keadaan yang baik seperti ini akan memudahkan siswa dalam menerima informasi yang diberikan.

b) Aspek Psikologis

Aspek Psikologis meliputi hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang (kecerdasan, sikap, motivasi, minat).

2) Faktor eksternal

(26)

18

pembelajaran, kurikulum, teman-teman sekelas, kedisiplinan dan peraturan sekolah, administrasi atau manajemen, dan lain-lain.

Sedangkan Dimyati dan Mudjono (2009: 238) mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu:

1) Faktor internal

a) Sikap terhadap belajar

Sikap merupakan kemampuan memberi penilaian terhadap sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian.

b) Motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental dalam diri siswa yang mendorong terjadinya proses belajar.

d) Konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Agar konsentrasi belajar siswa tinggi, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi pembelajaran yang menarik dan memperhitungkan waktu belajar dan waktu istirahat.

e) Mengolah bahan belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. f) Menyimpan perolehan hasil belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan yang didapat.

g) Menggali hasil belajar yang tersimpan

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima.

h) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar

Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu proses belajar. Pada tahap ini, siswa akan membuktikan keberhasilan belajaranya dengan cara dapat menyelesaikan tugastugas belajar atau mentransfer hasil belajar.

(27)

19

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Rasa percaya diri siswa dapat timbul karena adanya pengakuan dari lingkungan. Semakin sering dapat berhasil menyelesaikan tugas-tugas, maka semakin sering mendapat pengakuan dari umum, dan semakin meningkat rasa percaya diri siswa.

j) Intelegensi dan keberhasilan belajar

Menurut Wechler, intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.

k) Kebiasaan belajar

Kebiasaan belajar siswa dalam kehidupan sehari-hari masih terdapat kebiasaan buruk, hal tersebut dapat diperbaiki dengan cara pembinaan disiplin pada diri siswa sehingga dapat memberikan kekuatan untuk keberhasilan belajar dan dapat mengurangi kebiasaan buruk.

l) Cita-cita siswa

Cita-cita merupakan motivasi instrinsik yang ada dalam diri masing-masing siswa.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal tesebut adalah:

a) Guru sebagai pembina siswa belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik siswa, selain itu guru juga berperan sebagai orang tua di sekolah.

b) Prasarana dan sarana pembelajaran

Lengkapnya prasarana tidak menjamin terselenggaranya proses belajar yang baik, akan tetapi harus ada pengelolaan prasarana untuk menunjang keberhasilan proses belajar.

c) Kebijakan penilaian

Kebijakan penilaian sekolah merupakan kebijakan guru sebagai pengelola proses belajar.

d) Lingkungan sosial siswa di sekolah

Lingkungan sosial siswa merupakan tempat dimana siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan.

(28)

20

Kurikulum yang berlaku di sekolah merupakan kurikulum yang disahkan oleh pemerintah atau suatu yayasan pendidikan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi faktor internal (yang ada pada diri siswa tersebut) dan faktor eksternal (lingkungan siswa). Faktor internal muncul dari dalam siswa seperti motivasi, minat, konsentrasi, rasa percaya diri, cita-cita dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal timbul dengan adanya pengaruh dari lingkungan siswa, seperti di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

d. Jenis-jenis hasil belajar

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang setelah ia mempelajari sesuatu. Kemampuan itu mencakup ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor (Evaline, 2011 : 8).

1) Hasil belajar pada ranah kognitif

Ranah kognitif menurut Jamil (2013: 38) adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi, atau evaluasi. Beberapa kemampuan kognitif yang didapatkan setelah mengalami proses belajar adalah :

a) Pengetahuan, tentang suatu materi yang telah dipelajari b) Pemahaman, memahami makna materi

c) Aplikasi atau penerapan penggunaan materi atau aturan teoretis yang

(29)

21

d) Analisa, sebuah proses analisis teoretis dengan menggunakan kemampuan akal

e) Sintesa, kemampuan memadukan konsep sehingga menemukan konsep baru

f) Evaluasi, kemampuan melakukan evaluatif atas penguasaan materi pengetahuan

2) Hasil belajar pada ranah afektif

Ranah afektif menurut Evaline (2011: 11) meliputi tujuan belajar yang berkenaan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri. Ranah ini dibagi dengan lima jenjang tujuan, yaitu sebagai berikut :

a) Penerimaan (receiving) meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, ingin menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut.

b) Pemberian respons (responding) meliputi sikap ingin merespon terhadap sistem, misalnya bersikap jujur dalam setiap tindakannya.

(30)

22

d) Pengorganisasian (organization) meliputi memilah dan menghimpun sistem nilai yang akan digunakan, misalnya berperilaku jujur ternyata berhubungan dengan nilai lain seperti kedisplinan dan kemandirian e) Karakterisasi (characterization) meliputi perilaku secara terus menerus

sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya misalnya karakter dan gaya hidup seseorang, sehingga ia dikenal sebagai pribadi yang jujur.

3) Hasil belajar pada ranah psikomotor

Psikomotor merupakan perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Hasil belajar yang didapatkan pada ranah psikomotor apabila telah mengalami proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :

a) Meniru : kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespons b) Menerapkan : kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan

pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain.

c) Memantapkan : kemampuan memberikan respons yang terkoreksi atau respons dengan kesalahan–kesalahan terbatas.

d) Merangkat : koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturan yang tepat.

e) Naturalisasi : gerakan yang dilakukan secara rutin dengan menggunakan

(31)

23

mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran tertentu telah sesuai. Sedangkan hasil belajar bagi siswa sendiri dapat menjadikan dirinya untuk lebih termotivasi dalam belajar.

e. Penilaian Hasil Belajar

Untuk dapat mengukur kemampuan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor dapat dilakukan penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar menurut Evaline (2011: 144) adalah segala macam prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai unjuk kerja (performance) siswa atau seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan–tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan .

Fungsi penilaian ini adalah untuk memperbaiki proses belajar .mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Menurut M. Ngalim (2013: 22) Fungsi penilaian pencapaian hasil belajar siswa tidak hanya sebuah proses untuk mengklarifikasi keberhasilan dan kegagalan dalam belajar, tetapi juga untuk meningkatkan efisiensi dan keefetifan pengajaran.

Mengukur kemampuan belajar siswa dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar siswa. Tes adalah suatu instrumen atau prosedur sistematik untuk mengukur sampel dari perilaku dengan memberikan serangkaian pertanyaan dalam bentuk seragam. Menurut Syaiful (2013: 106) berdasakan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut :

(32)

24

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut.

2) Tes Subsumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.

3) Tes Sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokokpokok bahasan yang telah diajarkan selama satu atau dua semester pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil belajar ini untuk menyusun peringkat masing–masing siswa sebagai ukuran mutu sekolah.

(33)

25

siswa. Tes bila ditinjau dari bentuk pelaksanaanya dapat dibagi menjadi 3 jenis menurut M. Ngalim (2013: 110) yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis dan tes lisan merupakan tes yang memerlukan ingatan, dan pemahaman. Kedua tes ini digunakan untuk mengukur ranah kognitif. Sedangkan tes perbuatan (performance test) pertanyaannya biasanya disampaikan dalam bentuk tugas–tugas dan penilaiannya dilakukan terhadap proses pelaksanaan tugas dan terhadap hasil yang dicapainya. Tes perbuatan dipergunakan untuk menilai aspek kemampuan yang bersifat psikomotor.

Setiap siswa dalam suatu kelas akan medapatkan hasil belajar yang berbedabeda. Syaiful (2013: 107) membagi keberhasilan proses mengajar pada beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu

dapat dikuasai oleh siswa.

2) Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran

yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

3) Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75%

saja dikuasai oleh siswa.

4) Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

(34)

26

Kendaraan Ringan di SMK Nasional Berbah, hasil belajar siswa dapat dilihat apabila siswa mampu mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75.0, khususnya pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif. Bagi siswa yang mendapatkan nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal akan mendapatkan remedial dengan memberikan tugas tambahan atau diberikan tes pengulangan.

3. Mata Pelajaran PDTO

Sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah). Terdapat banyak sekali program keahlian di SMK salah satunya adalah Teknik Otomotif.

Mata pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif (PDTO) merupakan salah satu dari aplikasi teknologi dibidang otomotif dan juga mata pelajaran produktif yang harus dikuasai oleh seluruh peserta didik SMK Jurusan Teknik Otomotif. PDTO adalah mata pelajaran dasar yang mempelajari tentang nama, fungsi, dan cara kerja dari power tools hand tools dan alat ukur. Program produktif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

4. Jenis Model Pembelajaran

(35)

unsur-27

unsur antara lain; tujuan dan asumsi, tahapan kegiatan, setting pembelajaran, kegiatan guru dan siswa, perangkat pembelajaran dan dampak hasil belajar (Marsudi, 2016). Model pembelajaran merupakan langkah awal yang harus direncanakan di dalam proses belajar mengajar secara keseluruhan. Adapun jenis-jenis model menurut Jamal Ma’mur (2011), adalah:

1) CTL (Contextual Teaching and Learning), adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami makna yang ada pada bahan ajar, menghubungkan pelajaran dalam konteks kehidupan sehari-harinya dengan konteks kehidupan pribadi, sosial dan cultural.

2) Model pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses, merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta dan membangun konsep serta teori-teori, dengan ketrampilan proses dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa itu sendiri.

3) Model pembelajaran PAKEM, adalah pembelajaran yang aktif, kreatif, dan

menyenangkan.

Sedangkan menurut Agus Suprijono (2009), model pembelajaran ada tiga jenis, yaitu:

1) Model pembelajaran langsung, merupakan pembelajaran dimana guru

(36)

28

2) Model pembelajaran kooperatif, merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahlkan oleh guru.

3) Model pembelajaran kontekstual, merupakan konsep yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Jenis-jenis model pembelajaran menurut Trianto (2010), adalah:

1) Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik.

2) Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning), adalah pembelajaran yang memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja sama menyelesaikan tugas.

3) Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction).

(37)

29

4) Model Pembelajaran Diskusi kelas, adalah suatu pembelajaran di mana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan berpendapat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan jenis-jenis model pembelajaran, yaitu: 1) Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperatiive Learning)

2) Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction).

3) Model Pembelajaran dengan Pendekatan Keterampilan Proses.

4) Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction). 5) Model Pembelajaran Diskusi Kelas. Model Pembelajaran PAKEM. 6) Model Pembelajaran Konstektual (Contextual Teaching and Learning).

5. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

(38)

30

Santi Utami (2015: 425) menerangkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dapat diterapkan di semua kelas dan menumbuhkan motivasi, kemandirian dan bakat siswa melalui kerjasama kelompok dalam mencapai tujuan bersama (belajar).

Dari beberapa penjelasan mengenai cooperative learning di atas berarti model pembelajaran ini bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pengajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif yaitu :

Tabel 1. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif

Fase-fase Tingkah laku guru

FASE1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

FASE 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

FASE 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien mereka mengerjakan tugas mereka

FASE 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

FASE 6

Memberikan penghargaan

(39)

31

Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Sedangkan menurut Isjoni (2009) pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temanya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengemukakan gagasanya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Berdasarkan uraian di atas, cooperative learning (pembelajaran kooperatif) dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang memerlukan kerja sama antar siswa, interaksi antar siswa dalam mengerjakan tugas dari guru untuk mencapai tujuan yang sama.

b. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif

(40)

32

Sedangkan menurut Slavin (Miftahul Huda, 2011:114-153) membagi metode-metode cooperative learning dalam tiga kategori yaitu,

1) Metode-metode Student Teams Learning ini merupakan metode-metode pembelajaran kooperatif yang diteliti dan dikembangkan di John Hopkins University. Metode-metode ini meliputi STAD (Students Teams Achievement Devisions), TGT (Team Game Tournament) dan Jigsaw II.

2) Metode-metode Supported Cooperative Learning meliputi CL (Learning

Together), Jigsaw, Jigsaw III, CLS (Cooperative Learning Structures), GI (Group Investigation), CI (Complex Instruction), TAI (Team Accelerated Instruction), CICR (Cooperative Integrated Reading And Composition) dan SDM (Structured Dyadic Methods).

3) Metode-metode informal meliputi SGD (Spontaneous Group Discussion),

NHT (Numbered Heads Together), TP (Team Product), CR (Cooperative Review), TPS (Think Pair And Share) dan DG (Discussion Group) – GP (Group Project).

(41)

33

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

a. Pengertian Make A Match

Model pembelajaran Make A Match merupakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dimaksudkan adalah pembelajaran yang disusun melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Konsep belajar berkelompok, tingkat keberhasilannya tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.

Model pembelajaran Make a Match merupakan model pembelajaran kelompok yang memiliki dua orang anggota. Masing-masing anggota kelompok tidak diketahui sebelumnya tetapi dicari berdasarkan kesamaan pasangan, misalnya soal dan jawaban. Guru membuat dua kotak undian, kotak pertama berisi soal dan kotak kedua berisi jawaban. Peserta didik yang mendapat soal mencari peserta didik yang mendapat jawaban yang cocok, demikian pula sebaliknya. Metode ini dapat digunakan untuk membangkitkan aktivitas peserta didik belajar dan cocok digunakan dalam bentuk permainan.

Karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah adanya permainan “mencari pasangan”. Permainan “mencari pasangan”

(42)

34

match cocok digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa karena pada model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa lain, suasana belajar di kelas dapat diciptakan sebagai suasana permainan, ada kompetisi antar siswa untuk memecahkan masalah yang terkait dengan topik pelajaran serta adanya penghargaan, sehingga siswa dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan.

Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Model ini cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan model ini.

Miftahul Huda (2011: 253-254) mengatakan bahwa kelebihan dan kelemahan model Cooperative Learning tipe Make a Match adalah :

1) Kelebihan model pembelajaran tipe Make a Match antara lain.

a) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun

fisik

b) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.

c) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

(43)

35

2) Kelemahan model pembelajaran tipe Make a Match antara lain:

a) Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang

terbuang.

b) Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu

berpasangan dengan lawan jenisnya.

c) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.

d) Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu.

e) Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.

b. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran make a match

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran make a match adalah sebagai berikut :

a) Guru menyiapkan dua kotak kartu, satu kotak kartu soal dan satu kotak

kartu jawaban.

b) Setiap peserta didik mendapatkan satu buah kartu.

c) Tiap peserta didik memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. d) Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

(44)

36

e) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu yang ditetapkan akan diberi poin.

f) Setelah satu babak, kotak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.

g) Guru bersama-sama dengan peserta didik membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. (Endang Mulyatiningsih, 2011:233).

Metode make a match atau yang dikenal dengan “mencari pasangan” dikembangkan oleh Lorna Curran. Metode ini merupakan metode yang menarik untuk digunakan dalam mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Metode baru juga dapat dilakukan dengan metode ini dengan catatan bahwa siswa diberikan tugas mempelajari materi atau topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika kegiatan belajar mengajar dilaksanakan siswa sudah memiliki bekal pengetahuan akan materi yang akan dipelajari.

Adapun langkah-langkah penerapan metode make a match menurut Miftahul Huda (2011: 252) sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan materi atau memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi di rumah.

(45)

37

3) Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B.

4) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang diberikan kepada siswa.

5) Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangan di

kelompok B. Jika siswa sudah menemukan pasangannya masingmasing, guru meminta siswa untuk melaporkan kepada guru. Guru akan mencatat nama-nama siswa pada kertas yang sudah dipesiapkan.

6) Jika waktu sudah habis, mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah

habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul tersendiri.

7) Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan

siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.

8) Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi.

(46)

38

Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran make a match dapat digunakan untuk semua mata pelajaran, misalnya dalam mata pelajaran PDTO. Model make a match dapat digunakan untuk menumbuhkan keaktifan siswa serta kelancaran dan kekompakan dalam semangat kerja kelompok. Dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Guru membagi kelas menjadi dua kelompok, kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban ; (2) Guru memberikan aba-aba sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak bertemu untuk mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok; (3) Berikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi; (4) Guru mengarahkan siswa yang sudah menemukan pasangan kartu untuk duduk berpasangan; (5) Siswa mempresentasikan hasil mencocokkan kartu yang kemudian dikonfirmasi oleh guru.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian mengenai pengimplementasian model pembelajaran make a match telah dilakukan dengan hasil yang bervariatif, yakni penelitian yang dilakukan oleh :

(47)

39

Ajaran 2014/2015”. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat peningkatan

aktivitas belajar siswa pada siklus II. Pada siklus I aktivitas siswa menunjukkan sebesar 62.50% kemudian pada siklusnya yang kedua menjadi 78.13%. peningkatan juga terjadi pada prestasi belajar siswa. Pada siklus I prestasi belajar siswa menunjukkan sebesar 62.50% kemudian pada siklus II prestasi belajar siswa meningkat menjadi 83.37%.

2. Dwitya Indah Valentina (2016) dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar

dan Keaktifan Peserta Didik pada Mata Pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif (PDTO) Melalui Model Pembelajaran Brainstoming Kelas X di SMK Negeri 3 Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mata pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif merupakan mata pelajaran bidang otomotif yang harus dikuasai seluruh peserta didik jurusan otomotif yang mempelajari tentang nama, fungsi dan cara kerja dari power tools, hand tools dan alat ukur. 3. Fatimah Nur Zahroh (2013) yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Siswa

(48)

40

menunjukkan hasil 52% dengan rata-rata 8,79. Persentase peningkatan pada siklus I adalah 72% dan siklus II adalah 80%.

Kesamaan model–model penelitian di atas akan menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan perencanaan yang tepat dalam penelitian make a match yang akan dilaksanakan.\

C. Kerangka Berfikir

Dalam proses pembelajaran, tidak semua siswa mengalami perubahan atau dapat mencapai hasil belajar yang diinginkan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang belum mampu mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dalam suatu bidang mata pelajaran. Kendala ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, selain faktor internal dan eksternal pada diri siswa, faktor lainnya yang berpengaruh adalah faktor pendekatan belajar yang meliputi strategi dan model pembelajaran yang digunakan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran diperlukan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran yang baik tergantung bagaimana pengimplementasiannya di dalam ruang kelas. Untuk memilih model pembelajaran yang tepat, guru hendaknya mempertimbangkan dengan melihat tujuan pembelajaran pada mata pelajaran yang akan diajarkan, karakteristik mata pelajaran, kemampuan siswa/mahasiswa, dan kemampuan guru tersebut.

(49)

41

bermusyawarah mufakat untuk menentukan pendapat yang tepat sesuai dengan topik permasalahan yang diberikan.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model belajar make a match. Metode make a match mampu mengajak siswa untuk berperan aktif, berfikir logis, dan sistematis selama kegiatan belajar mengajar. Dengan metode tersebut akan membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir dan melibatkan siswa dalam pemecahan dan pengelolaan kelas. Dengan demikian model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa sehingga aktivitas belajar PDTO siswa dapat meningkat.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :

1. Model pembelajaran make a match dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas X

TKR A pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif.

2. Model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas

(50)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dan termasuk dalam ruang lingkup penelitian terapan (Applied Research) yang menggabungkan antara pengetahuan, penelitian dan tindakan. Menurut O’Brien (Endang Mulyatiningsih, 2011: 59) penelitian tindakan dilakukan

ketika sekelompok orang (siswa) itu diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Saat tindakan sedang berlangsung, peneliti selalu mengamati perubahan perilaku yang terjadi pada siswa dan faktor yang menyebabkan tindakan tersebut dapat sukses ataupun gagal. Apabila peneliti merasa tindakan tersebut masih kurang berhasil, maka dapat dilakukan tindakan kembali sampai seterusnya. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengembangkan metode pembelajaran yang paling efekttif dan efisien pada situasi yang alamiah (bukan eksperimen). Action research beranggapan bahwa pengetahuan dapat dibangun dari pengalaman, terutama pengalaman yang didapatkan melalui tindakan (action).

B. Desain Penelitian

(51)

43

meliputi 4 tahapan yang digunakan sebagai acuan dalam proses pembelajaran diantaranya : Perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection).Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian milik Kemmis & Mctaggart (1988) dalam Dadang (2013: 46) sebagai berikut :

Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmis & Mc Taggart

Penelitian ini dilaksanakan mengikuti siklus sebagaimana pada rancangan tindakan model Kemmis & Mc Taggart. Masing-masing tindakan akan dijabarkan sebagai berikut:

(52)

44

Prapenelitian merupakan refleksi awal, yaitu sebelum penelitian siklus I dilaksanakan. PenelitI melakukan observasi dalam proses pembelajaran agar didapatkan data awal atau informasi mengenai kondisi pembelajaran di dalam kelas tersebut. Melalui data atau informasi tersebut peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada dan sumber penyebabnya melalui rencana pembelajaran yang tertuang pada tiap siklus. Hasil dari pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah perencanaan. Perencanaan yang dimaksud adalah perencanaan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Peneliti dan guru yang bertindak sebagai kolaborator melakukan perencanaan perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa melalui model pembelajaran make a match. Pada tahap ini, peneliti juga memberikan posttest. Pemberian posttest dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum digunakannya model pembelajaran make a match.

2. Penelitian

penelitian terdri dari tahap perencanaan (planning), tahap tindakan/ pelaksanaan (action), tahap pengamatan (observasion), dan Tahap refleksi a. Tahap Perencanaan (Planning)

(53)

45

guru sehari–hari, termasuk penyiapan media, dan alat–alat pemantauan perkembangan pengajaran seperti lembar observasi, tes, catatan harian dan lain–lain. Pada tahap perencanaan, yang dapat dilakukan peneliti adalah : 1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar

mengajar

2) Menentukan pokok bahasan

3) Mengembangkan skenario pembelajaran melalui RPP.

RPP disusun oleh peneliti dengan pertimbangan dari guru yang bersangkutan. RPP yang dibuat menekankan pada proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa, untuk bertanya, memberikan pendapat bahkan menjawab dan menanggapi sebuah pertanyaan. Hal ini sesuai dengan prinsip model pembelajaran make a match yang akan diterapkan.

4) Menyiapkan sumber belajar 5) Mengembangkan format evaluasi.

Format evaluasi digunakan sebagai alat pengukur pencapaian kompetensi belajar siswa setelah digunakannya model pembelajaran make a match. Format evaluasi yang dimaksudkan adalah tes kognitif. Pada penelitian ini, yang dipergunakan adalah soal kognitif pilihan ganda.

6) Mengembangkan lembar observasi pembelajaran

(54)

46

Tahap ini adalah realisasi dari teori dan teknik mengajar serta tindakan (treatment) yang sudah direncanakan sebelumnya dengan menggunakan model pembelajaran make a match. Pada akhir tindakan dapat memberikan tes sesudah pembelajaran berlangsung. Secara rinci, tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Pendahuluan

Pada tahap awal guru akan memberikan motivasi kepada siswa, dan menyampaikan tujuan dari pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengkondisikan siswa sebelum pelajaran dimulai.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti terdiri dari kegiatan mengamati, kegiatan menanya, kegiatan mengeksplorasi, kegiatan mengasosiasi/mengolah informasi serta kegiatan mengkomunikasikan

3) Kegiatan Penutup

(55)

47

c. Tahap Observasi/pemantauan (Observation)

Tahap pengamatan dilakukan peneliti pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran make a matchthrowing. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Indikator yang diamati adalah indikator visual, indikator menulis, indikator mendengarkan, indikator lisan dan indikator mental siswa selama proses pembelajaran

d. Tahap Refleksi (Reflection),

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Refleksi mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam suatu situasi dan memahami persoalan serta keadaan tempat timbulnya persoalan itu. Refleksi dibantu oleh diskusi diantara peneliti dan kolaborator. Melalui diskusi, refleksi memberikan dasar perbaikan rencana pada siklus berikutnya.

Berdasarkan keterangan diatas, yang dapat dilakukan pada refleksi adalah :

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap tindakan

(56)

48

3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus selanjutnya.

Hasil pengamatan pada tahap refleksi ini akan menentukan apakah diperlukan tindakan pada siklus selanjutnya. Bila penilaian hasil belajar siswa dan pengamatan keaktifan siswa masih rendah, maka diperlukan perbaikan pada siklus selanjutnya.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X TKR A SMK Nasional Berbah, yang beralamat di Tanjungtirto, Kalitirto, Berbah, Sleman. Waktu yang digunakan peneliti melaksanakan penelitian pada semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017 di kelas X TKR A dimulai bulan April sampai dengan Mei 2017.

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkanoleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2011:2). Untuk menghindari adanya kesalahan dalam pengertian tentang variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka akan dibatasi pengertian dari variabel-variabel tersebut :

(57)

49

2. Keaktifan peserta didik, merupakan peserta didik yang terlibat secara terus menerus baik secara fisik, psikis, intelektual maupun emosional yang membentuk proses mengkomparasikan materi pelajaran yang diterima.

3. Model pembelajaran make a match yang digunakan dalam penelitian ini

mengikuti langkah-langkah berikut:

Langkah-langkah dalam persiapan model make a match yaitu:

1) Pada kartu terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang diajarkan

dalam kelas.

2) Pada kartu terpisah tulislah jawaban bagi setiap pertanyaan-pertanyaan

tersebut.

Adapun langkah-langkah model make a match yaitu:

1) Guru membagi kelas menjadi dua kelompok, kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban.

2) Guru memberikan aba-aba sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak bertemu untuk mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok.

3) Berikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi.

(58)

50

5) Siswa mempresentasikan hasil mencocokkan kartu yang kemudian dikonfirmasi oleh guru.

E. Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 129), sumber data yang baik adalah sumber data yang diambil dengan tepat dan akurat. Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X Jurusan TKR yang mengikuti proses belajar dan pendidik yang mengajar mata pelajaran PDTO. Jumlah peserta didik TKR pada mata pelajaran PDTO yaitu 34 siswa. Sumber data prestasi belajar dan pelaksanaan model pembelajaran Make a Match adalah siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Make a Match untuk Meningkatkan Keaktifan, dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif Siswa Kelas X TKR A SMK Nasional Berbah Tahun Ajaran 2016/2017” menggunakan metode–metode di bawah ini sebagai alat

pengumpul data:

1. Teknik observasi

(59)

51

Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran make a match. Aspek aktivitas siswa yang diamati meliputi: (1) visual, (2) lisan, (3) mendengarkan, (4) menulis, (5) mental.

2. Tes

Tes merupakan pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran (Wina Sanjaya, 2009:99). Fungsi tes sebagai alat pengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu, dan juga merupakan sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran.

Pada penelitian ini digunakan tes formatif, tujuannya untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang diajarkan selama satu atau beberapa kali tatap muka. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran dengan model pembelajaran make a match.(posttest). Bentuk tes yang dipilih adalah tes objektif pilihan ganda. Dipilihnya soal tes objektif pilihan ganda adalah karena tes pilihan ganda memiliki kelebihan sebagai berikut dalam Sukiman (2011: 89):

a. Jumlah materi yang dapat diujikan relatif banyak dibandingkan materi yang

(60)

52

b. Dapat mengukur berbagai jenjang kognitif mulai dari ingatan sampai dengan evaluasi

c. Pengkoreksian dan penskorannya mudah, cepat, lebih objektif dan dapat mencakup ruang lingkup bahan dan materi yang luas dalam satu tes untuk suatu kelas atau jenjang

d. Sangat tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak sedangkan hasilnya harus segera diketahui

e. Reliabilitas soal pilihan ganda relatif lebih tinggi dibandingkan dengan soal uraian.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran (Eko Putro Widoyoko, 2012:51). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik sehingga lebih mudah untuk diolah. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa:

1. Lembar Observasi

(61)

53

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Observasi Keaktifan Siswa

Indikator Sub Indikator Nomor

Visual Membaca 1 poin a, b,

Mendengarkan Mendengarkan Presentasi 3 poin a, b, c, d, e

2. Lembar Tes Hasil Belajar

Jenis tes pilihan ganda yang digunakan adalah tes pilihan ganda biasa (multiple choice). Tes pilihan ganda ini terdiri dari atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau tes pilihan ganda ini terdiri atas pertanyaan atau pernyataan (stem) dan diikuti sejumlah alternatif jawaban (options), tugas testee memilih alternatif yang paling tepat.

(62)

54

lingkungan kerja otomotif dalam UU K3 serta tindakan pencegahan pada potensi bahaya yang akan terjadi.

Tes pilihan ganda tersebut dibuat dengan memperhatikan ranah kognitif Bloom yang terdiri dari enam jenjang atau tingkatan yaitu, tingkat kemampuan ingatan atau pengetahuan (C1), tingkat kemampuan pemahaman (C2), tingkat kemampuan aplikasi/penerapan (C3), tingkat kemampuan analisis (C4), tingkat kemampuan sintesis (C5), dan tingkat kemampuan evaluasi (C6).

Tabel 3. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siswa

No Indikator Ranah kognitif Jumlah

Soal C1 C2 C3 C4 C5 C6

1 Mempelajari K3 sesuai Undang-Undang yang

(63)

55

jawaban yang benar kemudian dikalikan bobot skor setiap soal. Cara ini dapat diformulasikan sebagai berikut : (Sukiman, 2011: 243)

S = ΣR x Wt ... (2) Keterangan :

S : Score (skor yang sedang dicari) ΣR : Right (jumlah jawaban betul) Wt : Weight (bobot skor setiap soal)

H. Validasi Instrumen

1. Lember Observasi

Validasi instrumen keaktifan siswa dalam penelitian ini menggunakan uji validitas konstruk yang dapat dilakukan dengan expert judgement dari dosen ahli. Instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli, para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun tersebut (Sugiyono, 2010:352).

2. Lembar Tes Hasil Belajar

Suharsimi Arikunto (2013:211) berpendapat bahwa Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Dan begitu juga sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Gambar

Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmis & Mc Taggart
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Observasi Keaktifan Siswa
Tabel 3. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siswa
Tabel 7. Nilai Ketuntasan pada Mata Pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan pnulisan hukum

Puji dan syukur penulis panjatkan panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmatnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum /

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “ Karakteristik

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan rangkaian penelitian dan penulisan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Peningkatan Hasil

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmatnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum / skripsi