• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KECEMASAN DAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA Gambaran Kecemasan dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN KECEMASAN DAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA Gambaran Kecemasan dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisa."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

HARI RATNA AROEM NIM : J 210 131 004

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)

1

GAMBARAN KECEMASAN DAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA

1

Hari Ratna Aroem, 2Arina Maliya, 3Rina Ambarwati ABSTRAK

Hemodialisa merupakan hal yang sangat penting bagi pasien gagal ginjal kronik karena hemodialisa merupakan salah satu tindakan yang dapat mencegah kematian. Namun hemodialisa tidak dapat menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal karena tidak mampu mengimbangi hilangnya aktifitas metabolik penyakit ginjal atau endokrin yang dilakukan oleh ginjal. Ketergantungan pasien gagal ginjal kronik terhadap hemodialisa seumur hidupnya, akan berdampak luas dan menimbulkan masalah baik secara fisik dan psikososial seperti timbulnya kecemasan dan perubahan kualitas hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kecemasan dan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Metode penelitian ini menggunakan Deskriptif Kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini menggunakan Total Sampling dengan jumlah 30 responden. Teknik analisa data dengan Statistic Deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sebagian besar memiliki kecemasan ringan yaitu 50,0 % dan sisanya memiliki kecemasan sedang yaitu 36,7 % dan kecemasan berat 13,3 %. Untuk kualitas hidup sebagian besar memiliki kualitas hidup baik yaitu 56,7% dan sisanya memiliki kualitas buruk yaitu 43,3 %. Kesimpulan dari penelitian yaitu gambaran kecemasan dan kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisa mengalami kecemasan ringan dan berada pada kualitas hidup baik.

(4)

2

DESCRIPTION OF ANXIETAS AND QUALITY OF LIFE PATIENT UNDERGOING HEMODIALYSIS

1

Hari Ratna Aroem, 2Arina Maliya, 3Rina Ambarwati ABSTRACT

Hemodialysis is very important for patients with chronic renal failure because hemodialysis is one of the actions that can prevent death. However hemodialysis can not cure or restore kidney disease because it is not able to offset the loss of kidney disease or metabolic activity of endocrine performed by the kidneys. Dependence chronic renal failure patients on hemodialysis for the rest of his life , will have broad impact and cause problems both physical and psychosocial such as the onset of anxiety and changes in quality of life. The aim of this study is to describe the anxiety and quality of life in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis . This research method using quantitative descriptive with cross sectional approach . The sample in this study using the Total Sampling by the number of 30 respondents . Data analysis techniques with Descriptive Statistics . Results of this study showed that patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis most have mild anxiety that is 50.0 % and the rest have moderate anxiety that is 36.7 % and 13.3 % severe anxiety . For the quality of life mostly have a good quality of life that is 56.7 % and the remainder had poor quality which is 43.3 % .The conclusion of the study is an overview of anxiety and quality of life in patients undergoing hemodialysis experiencing mild anxiety and are in better quality of life .

(5)

3 PENDAHULUAN

Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab kematian pada manusia adalah penyakit kronis. Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang atau bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam bulan (Sarafino, 2006). Salah satu penyakit kronis yang banyak di derita adalah gagal ginjal. Bagi pasien gagal ginjal, hemodialisa merupakan hal yang sangat penting karena hemodialisa merupakan salah satu tindakan yang dapat mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak dapat menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal karena tidak mampu mengimbangi hilangnya aktifitas metabolik penyakit ginjal atau endokrin yang dilaksanakan oleh ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapi terhadap kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, pada pasien yang menderita penyakit gagal ginjal harus menjalani hemodialisa sepanjang hidupnya (Smeltzer dan Bare, 2009).

Penelitian untuk mengetahui tingkat kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis akhir - akhir ini semakin banyak dilakukan . Ibrahim (2009) melakukan penelitian tentang kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Bandung. Hasil penelitian menunjukkan dari 91 pasien hemodialisa, 52 pasien (57,2%) mempersepsikan kualitas hidupnya

pada tingkat rendah dan 39 pasien lainnya (42,9%) pada tingkat tinggi.

Menurut Luana, Panggabean, Lengkong dan Christine (2012) sebagian besar penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa diketahui (47,5%) mengalami kecemasan ringan sedangkan (3,75%) tidak mengalami kecemasan dan sisanya mengalami kecemasan sedang hingga sangat berat. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2011) mengenai Tingkat kecemasan pasien dengan tindakan hemodialisa di BLUD RSU DR. M.M Dunda kabupaten gorontalo didapatkan hasil bahwa dari 15 responden didapatkan hasil kecemasan tingkat ringan 6 responden (40%), sedang 4 responden (26,7%), berat 3 responden (20%), dan panik 2 responden (13,3%).

(6)

2 kecemasan sedang ada 2 pasien. Pasien mengatakan dirinya mengalami kecemasan saat menjalani hemodialisa dengan mengalami tanda – tanda merasa tegang, jantung berdebar – debar, serta khawatir terhadap efek samping setelah tindakan hemodialisa seperti mual dan kepala terasa pusing. sedangkan untuk kualitas hidup 4 orang dalam kualitas baik dan 2 orang dalam kualitas buruk. Pasien mengatakan setelah mereka menjalani hemodialisa pasien sering merasakan sakit dan tidak bisa melakukan aktivitasnya seperti biasa, mereka mengatakan mudah merasa lelah, pasien juga mengatakan sering mengalami masalah tidur, pasien juga sering merasakan putus asa, cemas dan merasa ketakutan tentang proses hemodialisa yang sedang di jalani.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Gambaran kecemasan

dan kualitas hidup pada pasien yang

menjalani Hemodialisa”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat Deskriptif dengan pendekatan Kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta pada bulan Februari 2015. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 47 pasien yang menjalani hemodialisa secara rutin dalam rentang waktu 1 tahun antara 1 Agustus 2013 – 31 agustus 2014. Sampel dalam penelitian ini menggunakan Kuota Sampling selama satu bulan dengan cara Accidental dan didapatkan 30 responden yang mengikuti penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi

yaitu : pasien hemodialisa yang berada di ruang hemodialisa, lama menjalani hemodialisa kurang dari 2 tahun, berusia antara 20 – 65 tahun dan bersedia menjadi responden.

Pengumpulan data

menggunakan Kuesioner melalui pendekatan Cross Sectional. Setelah data terkumpul dilakukan pengelolaan data mulai dari Editing, Coding, Scoring, Entri dan Tabulating. Analisa data menggunakan SPSS 17 for window yang terdiri dari analisa univariat.. HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Responden

1. Deskripsi karakteristik

responden berdasarkan jenis

kelamin. Jenis

kelamin Frekuensi

Prosenta se (%) Laki – laki 19 63,3 % Perempuan 11 36,7 %

Total 30 100,0

Tabel di atas menunjukkan 19 orang (63,3%) berjenis kelamin laki-laki dan 11 orang (36,7 %) berjenis kelamin perempuan. Hal ini berarti sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Surakarta berjenis kelamin laki-laki dengan prosentase (63,3 %).

2. Deskripsi karakteristik

responden berdasarkan umur.

Usia Frekuensi Prosenta se (%)

20-30 3 10,0 %

31-40 8 26,7 %

41-50 12 40.0 %

51-65 7 23,3 %

Total 30 100,0

(7)

3 orang (40,0 %) berumur 41-50 dan 7 orang (23,3 %) berumur 51-65 dari 30 responden. Hal ini berarti sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisa berumur 41-50 tahun dengan prosentase (40,0 %).

3. Deskripsi karakteristik

responden berdasarkan

pendidikan.

Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)

SD 3 10,0 %

SMP 4 13,3 %

SMA 16 53,3 %

PT 7 23,3 %

Total 30 100,0

Tabel di atas menunjukan 3 orang (10,0 %) berpendidikan SD, 4 orang (13,3 %) berpendidikan SMP, 16 orang (53,3 %) berpendidikan SMA sedangkan 7 orang (23,3 %) berpendidikan PT. Hal ini berarti sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisa berpendidikan SMA dengan prosentase (53,3 %).

4. Deskripsi karakteristik

responden berdasarkan

pekerjaan.

Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%)

Bekerja 21 70 %

Tidak

bekerja 9 30 %

[image:7.595.320.515.102.711.2]

Total 30 100,0

Tabel di atas menunjukkan 21 orang (70 %) pasien yang menjalani hemodialisa masih bekerja dan 9 orang (30 %) tidak bekerja. Hal ini berarti sebagian besar pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa masih bekerja sebanyak 21 orang dengan prosentase (70 %).

5. Deskripsi karakteristik

responden berdasarkan lama

menjalani Hemodialisa Lama

Hemodialisa

Frekuensi Prosentase (%) <1 bulan 4 13,3 % 1-6 bulan 11 36,7 % 7-12 bulan 8 26,7 % >12 bulan 7 23,3 %

Total 30 100,0

Tabel di atas menunjukkan 4 orang (13,3 %) menjalani Hemodialisa selama <1 bulan, 11 orang (36,7 %) menjalani Hemodialisa selama 1-6 bulan, 8 orang (26,7 %) menjalani Hemodialisa selama 7-12 bulan dan 7 orang (23,3 %) menjalani Hemodialisa selama >12 bulan. Hal ini berarti sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisa telah menjalani Hemodialisa selama 1-6 bulan dengan prosentase (36,7 %).

6. Deskripsi karakteristik

responden berdasarkan tingkat kecemasan.

kecemasan Frekuensi Prosentase (%)

Ringan 15 50,0 %

Sedang 11 36,7 %

Berat 4 13,3 %

Total 30 100,0

(8)

4 B. Distribusi Frekuensi

Kecemasan dan Kualitas Hidup Pasien Yang Menjalani Hemodialisa

1. Distribusi Frekuensi Kecemasan

dan Kualitas Hidup

Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin.

Variabel karakteristi k

kecemasan KH

Ri ng an seda ng Be rat Ba ik bur uk

Laki-laki 13 6 0 11 8

perempuan 2 5 4 7 5

Tabel di atas menunjukkan jumlah pasien yang mengalami kecemasan ringan dan sedang berdasarkan jenis kelamin jumlah tertinggi terjadi pada laki – laki. Kecemasan ringan 13 orang, kecemasan sedang 5 orang, kecemasan berat jumlah tertinggi pada perempuan sebanyak 4 orang. Sedangkan untuk kualitas hidup baik dan buruk jumlah tertinggi pada laki

– laki sebanyak 11 orang dan 8 orang.

2. Distribusi Frekuensi Kecemasan dan Kualitas Hidup Berdasarkan Karakteristik Umur

Variabel karakteri stik

kecemasan KH

Ri ng an sed an g Be rat Ba ik bur uk

20-30 2 1 0 2 1

31-40 3 3 2 6 2

41-50 5 6 1 6 6

51-65 5 1 1 3 4

Tabel di atas menunjukkan jumlah pasien yang mengalami kecemasan ringan dengan jumlah tertinggi cenderung terjadi pada umur 41 – 50 tahun 5 orang dan 51 – 65 tahun sebanyak 5 orang, kecemasan sedang jumlah tertinggi pada umur 41 – 50 tahun sebanyak 6 orang, kecemasan berat jumlah tertinggi pada umur 31 – 40 tahun

sebanyak 2 orang. Sedangkan untuk kualitas hidup baik jumlah tertinggi cenderung terjadi pada umur 31 – 40 orang sebanyak 6 orang dan 41 – 50 tahun sebanyak 6 orang, kualitas hidup buruk jumlah tertinggi pada umur 41 –50 tahun sebanyak 6 orang.

3. Distribusi Frekuensi Kecemasan dan Kualitas Hidup Berdasarkan Karakteristik Pendidikan

Variabel karakteri stik

kecemasan KH

Ri ng an sed an g Be rat B ai k bur uk

SD 1 1 1 1 2

SMP 2 2 0 3 1

SMA 6 7 3 9 7

PT 5 0 0 3 2

Tabel di atas menunjukkan jumlah pasien yang mengalami kecemasan berdasarkan tingkat pendidikan untuk kecemasan ringan, sedang dan berat jumlah tertinggi pada tingkat pendidikan SMA. Kecemasan ringan 6 orang dan sedang sebanyak 7 orang, kecemasan berat sebanyak 3 orang. Sedangkan untuk kualitas hidup baik dan buruk tertinggi pada tingkat pendidikan SMA. Kualitas hidup baik sebanyak 9 orang, kualitas hidup buruk sebanyak 7 orang

4. Distribusi Frekuensi Kecemasan

dan Kualitas Hidup

Berdasarkan Karakteristik

Pekerjaan Variabe

l karakte ristik

kecemasan KH

Ri ng an sed an g Be rat Bai k bur uk

Bekerja 12 7 2 13 8

Tidak bekrja

3 4 2 4 5

[image:8.595.107.302.84.756.2]
(9)

5 dengan kecemasan ringan sebanyak 12 orang, kecemasan sedang 7 orang, kecemasan berat terjadi pada responden yang bekerja 2 orang dan tidak bekerja 2 orang. Sedangkan untuk kualitas hidup baik nilai tertinggi yaitu pada responden yang masih bekerja sebanyak 13 orang dan buruk 8 orang.

5. Distribusi Frekuensi Kecemasan

dan Kualitas Hidup

Berdasarkan Karakteristik

Lama Hemodialisa Variabel

karakteris tik

kecemasan KH

Ri ng an

se da ng

Be rat

Ba ik

bu ru k

<1 bulan 2 2 0 3 1

1-6 bulan 4 3 4 3 8

7-12 bulan

4 4 0 6 2

>12 bulan 5 2 0 5 2

Tabel di atas menunjukkan jumlah pasien yang mengalami kecemasan berdasarkan lama menjalani hemodialisa untuk kecemasan ringan jumlah tertinggi dengan rentang waktu >12 bulan sebanyak 5 orang, untuk kecemasan sedang dengan rentang waktu 7 – 12 bulan sebanyak 4 orang, kecemasan berat dengan rentang waktu 1 – 6 bulan seabnyak 4 orang, Sedangkan untuk kualitas hidup baik jumlah terbanyak pada rentang waktu 7 – 12 bulan yaitu 6 orang dan kualitas buruk sebanyak 8 orang rentang waktu lama hemodialisa 1 – 6 bulan . PEMBAHASAN

A. Karakteristik responden 1. Jenis kelamin

Berdasarakan jenis kelamin responden laki – laki lebih banyak dari responden perempuan yaitu sebanyak 11 orang dan laki – laki sebanyak 19 orang. Hasil penelitian

ini selaras dengan hasil penelitian Siallagan (2011) menunjukkan bahwa proporsi jenis kelamin laki-laki 53,7% lebih tinggi dibandingkan perempuan 46,3%. Besarnya proporsi jenis kelamin laki

– laki pada pada pasien gagal ginjal kronik dapat dikarenakan pola hidup pasien laki-laki yang cenderung kurang baik, sehingga ketika terkena gagal ginjal menjadi cenderung lebih serius dan harus menjalani hemodialisa.

2. Umur

Berdasarakan umur responden dengan umur 41-50 lebih banyak yaitu 12 orang. Hal tersebut sesuai dengan teori Smeltzer & Bare (2009) bahwa fungsi renal akan berubah bersamaan dengan bertambahnya usia. Sesudah usia 40

– 70 tahun akan terjadi penurun laju filtrasi glomerulus secara progresif, perubahan ini bisa mencapai 50 % dari fungsi ginjal secara normal. Seiring dengan pertambahan usia seseorang menjadi rentan terhadap penyakit sistemik seperti aterosklerosis, hipertensi, gagal jantung, diabetes, dan malignansi meningkat. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Anees (2011), dari 125 responden terdapat 75 orang (60%) yang berusia diatas 45 tahun.

3. Pekerjaan

[image:9.595.112.295.235.603.2]
(10)

6 ginjal bisa terjadi karena faktor pekerjaan yang tanpa disadari menuntun ke arah gaya hidup tidak sehat. Stres, kelelahan, konsumsi minuman suplemen, makanan mengandung pengawet serta kurangnya minum air putih bisa menjadi faktor pemicu (Notoatmodjo, 2010).

4. Pendidikan

Berdasarkan pendidikan responden lebih banyak SMA yaitu 16 orang dan terendah SD yaitu 3 orang. Hasil penelitian lamusa, Kundre, Babakal (2015) bahwa dari 189 responden 92 orang (48,7 %) berpendidikan SMA. Menurut Yuliaw (2009) dalam penelitiannya mengatakan bahwa, pada penderita yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas juga memungkinkan pasien itu dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah yang di hadapi, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, berpengalaman, dan mempunyai perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi kejadian, mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan.

5. Lama menjalani hemodialisa. Berdasarkan lama menjalani hemodialisa responden paling lama menjalani hemodialisa adalah 1-6 bulan. Menurut penelitian Ananta, Mardiyanto (2014) Rentang waktu lama menjalani hemodialisis pada pasien penyakit ginjal kronik sangat berpengaruh terhadap keadaan dan kondisi pasien baik fisik maupun psikisnya, perasaan takut adalah ungkapan emosi dari pasien yang paling sering diungkapkan. Ketakutan dan keputusasaan juga kerap datang karena harus tergantung dengan alat hemodialisis. Semakin

lama pasien menjalani hemodialisa maka pasien akan semakin patuh dalam menjalani terapi karena pasien telah mencapai tahap menerima dan pasien juga telah mendapatkan informasi tambahan tentang penyakitnya dan pentingnya terapi hemodialisa.

B. Gambaran kecemasan pada pasien yang menjalani hemodialisa.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa dari 30 responden sebagian besar pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa berada pada kecemasan ringan 15 orang. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Luana, Panggabean, Lengkong dan Christine (2012) dari 54 responden 42 orang (77,8 %) mengalami gangguan kecemasan dalam berbagai derajat. Sebanyak 29,6 % mengalami kecemasan ringan dan 27,8 % mengalami kecemasan berat. Dengan adanya kompleksitas masalah yang timbul selama hemodialisa akan berdampak terjadinya kecemasan pada pasien.

(11)

7 perempuan sebanyak 9 orang (30 %) dari total pasien hemodialisa kecemasan berat banyak di alami oleh responden perempuan. Menurut Sundari (2005) dalam Nabhani (2013) tingkatan kecemasan berat banyak terjadi pada responden berjenis kelamin perempuan. Gangguan ini merupakan suatu gangguan kecemasan yang spontan dan berkelanjutan.

Berdasarkan umur didapatkan kecemasan ringan cenderung terjadi pada umur 41 – 50 dan 51 – 65 tahun berjumlah 10 orang dan kecemasan berat terjadi pada umur 31 – 40 tahun sebanyak 2 orang. Penelitian ini selaras dengan penelitian Romani, Hendarsih, Asmarani (2012) sebagian besar mengalami kecemasan ringan pada umur 41 – 50 tahun sebanyak 17 orang (30,4 %) dari 20 responden. Pada usia dewasa seseorang sudah memiliki kematangan baik fisik maupun mental dan pengalaman yang lebih dalam memecahkan masalah sehingga mampu menekan kecemasan yang dirasakan. Hasil tersebut hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Jangkup, Elim, Kandou (2015) bahwa pasien yang banyak mengalami kecemasan berusia 40 – 60 tahun dengan jumlah responden 15 orang, kecemasan ringan sebanyak 3 orang, kecemasan sedang 9 orang, kecemasan berat 3 orang. Hal ini dapat terjadi karena penderita cenderung sudah tidak bekerja dan perasaan tidak berguna bagi keluarga menjadi salah satu sumber kecemasan. Selain itu pada umur tersebut sebagian besar

penderita yang mempunyai anak-anak usia sekolah yang membutuhkan kebutuhan finansial yang lebih cukup besar.

Berdasarkan pekerjaan didapatkan kecemasan ringan nilai tinggi pada responden yang masih bekerja yaitu 12 orang. Sedangkan kecemasan berat terjadi pada semua responden yang masih bekerja 2 orang dan tidak bekerja sebanyak 2 orang. Menurut penelitian Jangkup, Elim, Kandou (2015) pekerjaan dapat mempengaruhi kecemasan. Hal ini bisa disebabkan karena responden yang tidak bekerja merasa menjadi beban tanggungan keluarga karena biaya pencucian darah (hemodialisis) yang akan dilakukan. Pasien dapat terus melakukan pekerjaan dan aktifitasnya apabila pasien rutin dalam memenuhi jadwal terapi hemodialisa yang terjadwal, walaupun yang dilakukan tidak semaksimal sebelum pasien divonis harus menjalani terapi hemodialisa. Seseorang yang memiliki pekerjaan juga memiliki beban pekerjaan yang dapat memicu timbulnya cemas (Wurara, Keanin, Wowiling, 2013).

Berdasarkan Pendidikan didapatkan sebagian besar

mengalami kecemasan

(12)

8 Romani, Hendarsih, Asmarani (2012) Pasien dengan pendidikan tinggi sebagian besar mengalami kecemasan ringan dan sedang dan hanya satu orang (11,1%) yang mengalami kecemasan berat. Hal ini dikarenakan kemampuan individu untuk berpikir secara logis dan realistis sehingga mempengaruhi kemampuan individu merespon secara positif untuk mengatasi kecemasannya terkait perkembangan penyakitnya. Sedangkan kecemasan berat juga di alami responden yang berpendidikan SMA sebanyak 3 orang. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya informasi tentang pelayanan kesehatan yang didapatkan atau pendidikan pasien mungkin cukup tinggi tetapi sikap dan tindakan responden terhadap kesehatan kurang atau dalam arti lain responden kurang memanfaatkan pendidikannya untuk mencari informasi tentang kesehatan. Serta walaupun seseorang memiliki pendidikan tinggi tetapi pengalaman atau pengetahuan seseorang tersebut dalam menjaga kesehatannya masih kurang.

Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Nadia (2007) tentang kecemasan pada penderita Gagal Ginjal Kronik bahwa berdasarkan lamanya menjalani hemodialisis, didapatkan nilai rerata kecemasan lebih tinggi pada awal bulan (<6 bulan) yaitu 87,11 %. Diasumsikan karena pada tahap awal mengalami PGK yang menjalani hemodialisis akan mengalami kecemasan tinggi. Menurut Wijaya (2005) Seorang individu yang di diagnosis

menderita penyakit kronis, akan berada pada kondisi kritis, yang ditandai dengan ketidak seimbangan fisik dan psikososialnya. Pasien merasa kacau, cemas, takut dan perasaan emosional lainnya, karena coping yang biasa digunakan saat menghadapi masalah tidak efektif. Pertama kali pasien dengan penyakit ginjal kronik harus menjalani dialysis jangka panjang, pasien akan merasa khawatir atas kondisi sakit serta pengobatan jangka panjangnya. Pasien yang telah lama menjalani hemodialisis cenderung memiliki tingkat kecemasan lebih ringan dibandingkan dengan pasien yang baru menjalani hemodialisis, hal ini disebabkan karena dengan lamanya seseorang menjalani Hemodialisa, maka sesorang akan lebih adaptif dengan alat/unit hemodialisa.

C. Gambaran kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

(13)

9 Berdasarkan karakteristik responden, hasil penelitian menunjukkan pasien yang memiliki kualitas hidup baik lebih banyak dialami oleh pasien yang berjenis kelamin laki – laki 11 orang. Menurut teori yang dikemukakan oleh Satvik (2008) bahwa secara nyata perempuan menunjukkan kualitas hidup lebih rendah dari laki

– laki. Perempuan memiliki kualitas hidup yang lebih rendah disebabkan karena secara studi menunujukkan bahwa perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh depresi karena berbagai alasan yang terjadi dalam kehidapannya seperti menaglami sakit dan masalah gender yang mengarah pada kekurangan kesempatan dalam semua aspek kehidupannya. Namun, kualitas hidup buruk bisa juga dialami oleh pasien laki–laki sebanyak 8 orang. Menurut teori jumlah pasien laki-laki lebih banyak dari perempuan kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, seperti pembesaran prostat pada laki-laki dapat menyebabkan terjadinya obstruksi dan infeksi yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal; pembentukan batu renal lebih banyak diderita oleh laki-laki karena saluran kemih pada laki-laki lebih panjang sehingga pengendapan zat pembentukan batu renal lebih banyak daripada perempuan; laki-laki juga lebih banyak mempunyai kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan misalnya merokok, minum kopi, alcohol dan minuman suplemen yang dapat memicu terjadinya penyakit sistemik yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal dan

berdampak terhadap kualitas hidupnya (Black & Hawks, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian, kualitas hidup juga di pengaruhi oleh rentang umur. Berdasarkan umur kualitas hidup baik cenderung banyak di alami oleh rentang umur 31 – 40 tahun ada 6 orang dan 41 – 50 tahun sebanyak 6 orang. Hasil penelitian Ananta, Mardiyanto (2014) kualitas baik didominasi oleh pasien dengan rentang umur produktif sebanyak 12 orang. Hal tersebut selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Nofitri (2009) menemukan adanya hubungan usia dalam aspek

– aspek kehidupan individu dalam meningkatkan kualitas hidup. Saat memasuki usia tua kualitas hidup seseorang menjadi lebih baik karena individu tersebut telah melewati masa – masa dalam perubahan hidupnya dan individu yang berusia lebih tua lebih memliki kemampuan untuk mengarahkan dan mengevaluasi dirinya kearah yang lebih baik. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Putri, Sembiring, Bebasari (2014) bahwa kelompok usia 45 – 65 tahun sebanyak 82,60 % memeiliki kualitas hidup dalam kategori baik.

(14)

10 hidup baik dari penelitian tersebut terdapat hubungan yang beramakna antara tingkat pendidikan dengan kualitas hidup. Menurut Putri, Sembiring, Bebasari (2014) Pasien yang memiliki status pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang luas sehingga memungkinkan pasien tersebut dapat mengontrol dirinya terhadap masalah yang sedang dihadapinya, mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatani sehingga pasien tersebut dapat mengurangi kecemasan yang dirasakannya sehingga individu tersebut dapat mengambil keputusan yang tepat. Pada penelitian ini kualitas hidup buruk juga didapatkan pada pendidikan SMA hal ini dapat terjadi karena kurangnya informasi tentang pelayanan kesehatan yang didapatkan atau pendidikan pasien mungkin cukup tinggi tetapi sikap dan tindakan responden terhadap kesehatan kurang.

Berdasarkan pekerjaan kualitas hidup baik jumlah terbanyak pada responden yang masih bekerja sebanyak 13 orang umur dan kualitas buruk juga dialami oleh responden yang masih bekerja sebanyak 8 orang. Hasil penelitian yang dilakukan Septiwi (2011) bahwa responden yang bekerja ternyata sebagian besar (85,7%) memiliki kualitas hidup yang baik. Hal ini disebabkan karena dengan bekerja maka kemampuan responden dalam menjalankan peran dirinya akan meningkat dan akan berdampak pula pada peningkatan harga diri dan kualitas hidupnya, karena dengan bekerja responden tetap memiliki penghasilan, memiliki dukungan

yang lebih banyak dari lingkungan kerjanya, dan akan meminimalkan konflik peran yang terjadi akibat perubahan kondisi fisik pada pasien hemodialisis. Menurut Putri, Sembiring, Bebasari (2014) bahwa perbedaan kualitas hidup berdasarkan pekerjaan terjadi karena adanya perbedaan beban kerja, lingkungan dan seberapa puas responden menikmati aktivitasnya.

(15)

11 SIMPULAN

Hasil penelitian gambaran kecemasan dan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Surakarta dapat disimpulakn sebagai berikut :

1. Berdasarkan karakteristik pasien, sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Surakarta memiliki rentang umur 41-50 tahun sebanyak 12 orang (40,0 %), berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang (63,3 %), berpendidikan SMA sebanyak 16 orang (53,3 %), sebagian besar responden bekerja sebanyak 21 orang (70 %) dan sebagian besar telah lama menjalani Hemodialisa 1 – 6 bulan sebanyak 11 orang ( 36,7 %).

2. Sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Surakarta memiliki kecemasan ringan sebanyak 15 orang (50,0 %), kecemasan sedang sebanyak 11 orang (36,7 %), kecemasan berat sebanyak 4 orang (13,3 %) dan tidak ada yang mengalami panik (0 %).

3. Sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Surakarta memiliki kualitas hidup baik sebanyak 17 orang (56,7 %) dan kualitas hidup buruk sebanyak 13 orang (43,3 %).

SARAN

1. Bagi Rumah sakit

Sebagai bahan masukan dan informasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap pasien agar lebih baik terutama pasien yang menjalani Terapi Hemodialisa, serta lebih memperhatikan tingkat kecemasan dan kualitas hidup yang dialami pasien saat menjalani Terapi Hemodialisa. Serta dapat melakukan upaya pencegahan terhadap kecemasan dan terjadinya penurunan kualitas hidup pada pasien di Ruang Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Surakarta. 2. Bagi Peneliti berikutnya

Diharapkan dari hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi serta acuan untuk mengembangkan dengan menambah variabel lain yang berhubungan dengan kecemasan dan kualitas hidup pada pasien gagal ginjla kronik yang menjalani hemodialisa, serta dapat mengetahui secara jelas masalah apa saja yang timbul akibat proses hemodialisa selain masalah kecemasan dan kualitas hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Ananta, K.S. Mardiyanto, Y (2014) Studi Deskriptif Gaya Hidup Dan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang

Menjalani Terapi

(16)

12 Anees, Muhammad. Dkk, ( 2011).

Dialysis-Related Factors Affecting Quality of Life in Patients on Hemodialysis. http://www.indianjnephrol.or g/article.asp?issn=0971-4065. Di akses tanggal 4 Mei 2015.

Ayyubi, Gilbran. Syukri, Maimun. Nurkhalis (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Penderita Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin. http://www.digilib.fk.unsyiah. ac.id%2Findex.php%3. Black, J.M. Hawks, J.H. (2005).

Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positive Outcome. 7th Edition. Philadephia: W.B. Saunders Company

Butar butar, Aguswina. Siregar, Cholina Trisa, (2012) Karakteristik Pasien Dan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang

Menjalani Terapi

Hemodialisa.

http://jurnal.usu.ac.id/index.p hp/jkk/article/.../1058/160. Di akses 3 Maret 2015

Ibrahim, Kusman. (2009). Kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

http://www.mkbonline.Org/in dex.php?.Diakses tgl 30 maret 2014.

Jangkup, Jhoni, YK. Elim, C. Kandou, Lisbeth, FJ. (2015) Tingkat Kecemasan Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani

Hemodialisis Di Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. http://www. Ejournal.unsrat.ac.id./index. php/eclinic/article/view/7823 . Di Akses tanggal 4 juni 2015

Lamusa. Wartilisna, Kundre. Rina, Babakal. Abram, (2015) Hubungan Tindakan Hemodialisa dengan Tingkat Kecemasan Klien Gagal Ginjal Di Ruangan Dahlia Rsup Prof Dr.R. Kandou Manado.

http://ejournal.unsrat.ac.id/in dex.php/jkp/article/view/6737 . Di akses tanggal 5 April 2015

Na, Luana. Panggabean, Sahala. (2012) Kecemasan pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RS Universitas Kristen Indonesia.

http://ejournal.undip.ac.id/in dex.php/mmi/article/view/45 71. Di Akses 29 Maret 2014. Nabhani, (2013). Gambaran

Frekuensi Hemodialisa Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Hemodialisa Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta.

http://stikespku.com/digilib/fil es/disk1/1/stikes%20pku-- nabhaniske-9-1-kecemasa-y.pdf. Di akses tanggal 3 Maret 2015.

(17)

13 http://www.gunadarma.ac.idli braryarticlesgraduatepsychol ogy2007Artikel_10503119.pd f. Di akses tanggal 3 Februari 2015

Nofiti, (2009). Gambaran kualitas hidup dewasa di jakarta, depok : universitas indonesia. lib.ui.ac.id/file?file...%20Ga mbaran%20kualitas%20. Di akses tanggal 3 juni 2015. Notoatmodjo, Soekijo. (2005).

Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Putri, Rizqina. Sembiring. Bebasari, Eka (2014). Gambaran Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi CAPD Di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Dengan Menggunakan Kuesioner KDQOL-SFTM.

http://jom.unri.ac.id/index.ph p/JOMFDOK/search/titles?se archPage=2.

Ratnawati. (2011). Tingkat Kecemasan Pasien Dengan Tindakan Hemodialisis http://ejurnal.ung.ac.id/index. php/JHS/articel/download/21 3/156. Diakses tgl 30 maret 2014.

Romani, Ni Ketut. Hendarsih, Sri. Asmarani, F.L. (2012) Hubungan Mekanisme Koping Individu Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Di Unit Hemodialisa Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

http://journal.respati.ac.id/ind ex.php/medika/article/viewFil

e/60/56. Di akses tanggal 5 mei 2015.

Sapri, Akhmad. (2008). Asuhan Gagal Ginjal Kronik Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kepatuhan dalam

Mengurangi Asupan Cairan pada Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. http://www/docstoc.com/docs/ 6849068/Asuhan-Gagal-Ginjal-Kronik. Di akses tanggal 22 Oktober 2010 Sathvik, B.S.,Parthasarathi,

G., Narahari, M.G, Gurudev, K.C. (2008). An Assessment Of The Quality Of Life In Hemodialysis Patients .http://www.indianjnephrol.or g/article.asp?issn=0971-4065. Di akses tanggal 4 Mei 2015.

Septiwi, Cahyu. (2010) Hubungan Antara Adekuasi Hemodialisa dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisa Di Unit Hemodialisis Rs Prof. Dr.

Margono Soekarjo

Purwokerto.

http://lib.ui.ac.id/file?file=dig ital/137263T%20cahyui%20S eptiwi.pdf. Di akses tanggal 3 Februari 2015

Siallagan, H. Rasmaliah. Jemadi, (2011) Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Dirawat Inap Di Rs Martha Friska Medan. http://jurnal.usu.ac.id/index.p hp/gkre/article/viewFile/380/ 277. Di akses 3 Februari 2015.

(18)

14 edisi 8, volume 2, jakarta : EGC

Suryarinilsih, Yosi. (2010) Hubungan Penambahan Berat Badan Antara Dua Waktu Dialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisa Di Ruamh Sakit Dr. M. Djamil Padang.

http://lib.ui.ac.id/file?file=dig

ital/137263-T%20Yosi%20Suryarinilsih.p df. Di Akses tanggal 4 mei 2015

Wijaya, A (2005). Kualitas hidup pasien penyakit gagal ginjla kronik yang menjalani hemodialisis dan mengalami depresi.

http://www.digilib.ui.ac.id/op ac/themes/libri2/detail.jsp?id =108527. Di akses tanggal 17 februari 2015.

Wurara. Kanine . Wowiling. (2013) Mekanisme Koping Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di Rumah Sakit Prof. Dr.R.D

Kandou Manado.

http://ejournal.unsrat.ac.id/ind ex.php/jkp/article/view/2254. Di Akses Tanggal 6 Maret 2014.

Yuliaw. (2009). Hubungan Karakteristik Individu dengan Kualitas Hidup Dimensi Fisik pasien Gagal Ginjal Kronik di RS Dr. Kariadi Semarang. http://digilib.unimus.ac.id/fil es/disk1/106/jtpunimus-gdl-annyyuliaw-5289-2-Pdf. Di Akses tanggal 6 Juli 2014.

1. Mahasiswa S1 Keperawatan 2. Dosen Prodi Keperewatan

FIK Universitas

Muhammadiyah Surakarta. 3. Dosen Prodi Keperewatan

FIK Universitas

Gambar

Tabel di atas menunjukkan 4
Tabel di atas menunjukkan
Tabel di atas menunjukkan

Referensi

Dokumen terkait

Semakin tinggi tingkat bunga semakin kecil usaha untuk konservasi; (2) Walaupun dibawah pasar monopolis pengambilan barang sumberdaya alam lebih lamban dibandingkan

Abstrak : Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui pengaruh penggunaan alat media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar pasing bawah bola voli pada Siswa Kelas IV

[r]

Selaras pendapat (Sanjaya, 2008) bahwa motivasi akan tumbuh manakala peserta didik merasa dihargai dan memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat

“Batik berasal dari bahasa Jawa kuno “ mbatik ”, artinya membatik. Batik merupakan hasil karya kerajinan tangan masyarakat Indonesia yang dituangkan dalam selembar kain

Izin beristeri lebih dari seorang (istilah yang umum digunakan adalah izin poligami), dalam penjelasan pasal 49 alinea kedua sebagaimana di atas dinyatakan

‘I know what you were doing,’ said Anji, thin-lipped, knowing that only one person could have introduced that concept to the Crooked World, and pretty sure she knew with whom he

Dan dalam hukum pidana islam sanksi yang diterapkan terhadap pencurian ialah hukuman potong tangan, akan tetapi pencurian listrik dianggap tidak memenuhi unsur-unsur