Abstrak Azrul Hidayat
Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan usahanya. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan untuk membeli aktiva tetap, membeli surat berharga (efek) untuk menjaga likuiditas perusahaan. Pada umumnya perusahaan cenderung menggunakan modal sendiri sebagai modal permanen, sedangkan modal asing hanya digunakan sebagai pelengkap apabila dana yang dibutuhkan kurang mencukupi. Struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, maka manajer keuangan dalam menentukan sumber modal yang digunakan harus mempertimbangkan biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan. Obyek penelitian adalah Perusahaan Farmasi yang go publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Variabel dalam penelitian ini adalah Tangibility of Assets (X1), Profitability (X2), Firm size (X3) dan Struktur Modal (Y). Populasi penelitian
adalah Perusahaan Farmasi yang go publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tahun 2008 dengan jumlah sampel sebanyak 6 perusahaan. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sample. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian menggunakan teknik regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil pengujian dapat diambil kesimpulan pada hipotesis pertama bahwa Tangibility of Assets, Profitability dan Firms Size berpengaruh terhadap struktur modal, tidak teruji kebenarannya. Sedangkan hipotesis kedua bahwa Tangibility of Assets mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap Struktur Modal pada perusahaan Farmasi yang go publik di Bursa Efek Indonesia, juga tidak teruji kebenarannya.
Keywords : Tangibility of Assets, Profitability, Firm Size, Struktur Modal
1.1. Latar Belakang
Dalam menghadapi situasi dan kondisi perekonomian seperti
sekarang ini setiap perusahaan harus mampu melakukan pengelolaan
terhadap setiap kegiatan-kegiatan usahanya, baik dibidang pemasaran,
produksi, SDM dan keuangan, agar perusahaan dapat tetap bertahan atau
bahkan dapat meningkatkan kegiatan usahanya dalam pengelolaan di bidang
keuangan. Salah satu unsur yang perlu mendapat perhatian adalah sejauh
mana perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan
untuk beroperasi atau mengembangkan usahanya untuk memenuhi dana
tersebut. Menurut Riyanto (2001 : 17) “ Sebenarnya masalah modal dalam
perusahaan merupakan persoalan yang tak akan berakhir, mengingat bahwa
masalah modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai rupa aspek “.
Sehingga dapat kita ketahui bahwa setiap badan usaha maupun perusahaan
perlu memberi perhatian serta analisis terhadap masalah modal.
Pada umumnya perusahaan cenderung untuk menggunakan modal
sendiri sebagai modal permanen, sedangkan modal asing yaitu modal yang
berasal dari kreditur dan merupakan hutang bagi perusahaan, hanya
digunakan sebagai pelengkap saja apabila dana yang dibutuhkan kurang
mencukupi. Oleh karena itu, diperlukan adanya kebijaksanaan dalam
menentukan apakah kebutuhan dana perusahaan akan dibelanjai oleh modal
sendiri atau dengan modal asing. Dalam hal ini perusahaan harus
mengetahui terlebih dahulu biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh dana
tersebut. Dengan demikian, dalam pertimbangan kebijakan struktur modal
tersebut ada satu permasalahan yang sering timbul yakni seberapa besar
modal sendiri dan seberapa besar modal pinjaman yang harus digunakan
oleh perusahaan. Masalah yang dihadapi Perusahaan Farmasi yang go publik
adalah tingginya struktur modal yang ditandai dengan besarnya hutang
jangka panjang dibanding modal sendiri (Artanti, UPN, 2007 : 2).
Menurut Santi (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal adalah Tangibility, Growth Opportunity, Profitability, dan Size of The
Firm. Yang digunakan pada penelitian kali ini hanyalah terdiri dari tiga
faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal. Adapun faktor tersebut
adalah Tangibility (jaminan), Profitability (keuntungan) dan Firm Size
(ukuran perusahaan). Menurut Asymmetric Information Theory (Chen,
Lensink and Sterken, 1998 : 14), struktur aktiva suatu perusahaan
mempunyai dampak langsung pada struktur modal karena Tangibility of
Assets suatu perusahaan merupakan jaminan ketika perusahaan meminjam
uang ke kreditur untuk meningkatkan hutangnya.
Perusahaan yang tingkat profitabilitasnya tinggi dan struktur
kepemilikannya besar, manajemen akan cenderung memilih menggunakan
sumber intern untuk membiayai operasional perusahaan dengan laba
tersebut akan menimbulkan pengaruh terhadap struktur modal yang akan
digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kegiatannya. Pengaruh struktur
modal perusahaan merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang
dengan modal sendiri, maka seorang manajer keuangan dalam menentukan
sumber modal yang akan digunakan untuk perusahaan harus
mempertimbangkan biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan.
Masalah struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap
perusahaan karena naik turunnya struktur modal ditandai dengan besarnya
hutang jangka panjang dibandingkan modal sendiri (Artanti, UPN, 2007 : 2).
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana
mencerminkan pula perimbangan antara hutang jangka panjang dengan
modal sendiri (Riyanto, 2001: 22). Maka seorang manajer keuangan dalam
menentukan sumber modal yang akan digunakan oleh perusahaan harus
mempertimbangkan biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan
Penelitian ini mengambil sampel Perusahaan Farmasi yang Go
Publik Di Bursa Efek Indonesia, karena terdapat suatu permasalahan
terhadap tingginya tingkat hutang yang dimiliki oleh Perusahaan-Perusahaan
Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia. Hal ini mencerminkan
bahwa ketergantungan para Perusahaan Farmasi di Indonesia terhadap pihak
luar sangatlah besar. Jika keadaan ini terus bertahan dan tidak segera
dibenahi maka akan membahayakan bagi kelangsungan hidup perusahaan
tersebut. Dengan adanya tingginya tingkat hutang yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut semakin tinggi, sehingga akan membuat menurunnya
nilai perusahaan dimata para investor.
Tabel 1.1 : Data Struktur Modal Sampel Perusahaan Farmasi Tahun
2004-2008 (dinyatakan dalam jutaan rupiah)
Nama Perusahaan Tahun Hutang Modal Struktur
Modal (%)
2004 921,169 2,284,131 40,32
2005 1,073,563 1,821,584 58,9
2006 1,303,341 1,080,171 120,66
2007 1,378,205 1,121,189 122,92
1. PT. Kalbe Farma, Tbk
2008 1,535,778 1,358,990 113
2004 65,753 43,550 150,98
2005 65,507 32,300 202,81
2006 63,679 40,409 157,58
2007 67,555 42,685 158,26
2. PT. Merck, Tbk.
2008 76,396 38,420 198,84
2004 157,701 70,826 222,65
2005 158,110 112,076 141,07
2006 152,774 145,025 105,34
2007 156,725 98,700 158,79
3. PT.Darya – Varia laboratia, Tbk.
2008 180,244 129,812 138,85
2004 154,237 240,875 64,02
2005 145,067 230,323 62,98
2006 123,767 379,342 32,62
2007 110,131 686,297 16,04
4. PT.Indofarma, Tbk.
2008 120,828 634,578 19,04
2004 656,415 320,160 205,02
2005 808,044 404,377 199,82
2006 883,126 363,627 242,86
2007 909,204 459,696 195,82
5. PT.Tempo Scan Pacific, Tbk.
2008 911,902 536,505 169,97
6. PT.Kimia Farma, Tbk. 2004 511,791 358,855 142,61
2005 499,740 333,382 149,90
2006 513,321 390,571 131,42
2007 493,292 478,712 103,04
2008 495,052 497,905 99,42
Berdasarkan data tersebut di atas dapat diketahui bahwa adanya
ketidakstabilan struktur modal pada Perusahaan Farmasi yang Go Publik di
Bursa Efek Indonesia. Pada Perusahaan Farmasi dengan penjualan terbesar
yaitu PT. Kalbe Farma, Tbk. ternyata mempunyai struktur modal sebesar
40,32 % pada tahun 2004. Struktur modal terbesar justru terjadi pada PT.
Tempo Scan Pacific, Tbk. sebagai Perusahaan Farmasi dengan penjualan
terbesar kedua yaitu sebesar 242,86 % pada tahun 2006. PT. Kimia Farma,
Tbk. yang merupakan Perusahaan Farmasi dengan penjualan terbesar ketiga,
tetapi struktur modalnya hanya sebesar 142,61 % pada tahun 2004. Pada
Perusahaan Farmasi dengan penjualan terkecil keenam yaitu PT. Merck ,
Tbk. struktur modalnya pernah mencapai 202,81 % pada tahun 2005.
Struktur modal terkecil justru terjadi pada PT. Kalbe Farma, Tbk. sebagai
Perusahaan Farmasi dengan penjualan terbesar yaitu sebesar 58,9 % pada
tahun 2005.
Menurut Asymmetric Information Theory (Chen, Lensink and
Sterken, 1998 : 14), struktur aktiva suatu perusahaan mempunyai dampak
langsung pada struktur modal karena Tangibility of Assets suatu perusahaan
merupakan jaminan ketika perusahaan meminjam uang ke kreditur untuk
meningkatkan hutangnya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa besar kecilnya struktur modal
dipengaruhi oleh hutang dan modal sendiri. Besarnya struktur modal yang
telah diuraikan pada permasalahan diatas adalah dikarenakan perusahaan
struktur modal suatu perusahaan disebabkan perusahaan cenderung lebih
memilih menggunakan modal sendiri untuk pemenuhan kebutuhan dana
ketimbang menggunakan hutang.
Perusahaan yang mempunyai aset yang besar dan dapat dijadikan
sebagai jaminan (Collateral) mempunyai kemungkinan keberhasilan yang
cukup besar dalam mendapatkan pinjaman dengan syarat yang
menguntungkan daripada perusahaan lain yang mempunyai Tangible of
Assets atau Collateral Value of Assets yang lebih kecil, oleh sebab itu
perusahaan akan memanfaatkan keuntungan tersebut dengan menerbitkan
hutang lebih banyak daripada modal. Perusahaan yang menghasilkan
keuntungan lebih (Profitable) akan mempunyai struktur modal yang rendah
daripada perusahaan yang kurang menghasilkan keuntungan (Less
Profitable), karena perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih mampu
mendanai investasinya dengan laba ditahan (Retained Earning). Dan
perusahaan yang memiliki ukuran (Firm Size) yang besar lebih banyak
menggunakan hutang daripada perusahaan kecil, karena perusahaan yang
lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan
perusahaan kecil karena perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki
tingkat Leverage yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil,
dimana tingkat kebangkrutannya lebih rendah dibandingkan dengan
Berdasarkan ketidakkonsistenan data dan fenomena di atas, maka
dilakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Struktur Modal Pada Perusahaan Farmasi Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
1. Apakah Tangibility of Assets, Profitability dan Firm Size mempunyai
pengaruh secara simultan terhadap Struktur Modal pada Perusahaan
Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia ?
2. Manakah dari ketiga variabel yaitu Tangibility of Assets, Profitability
dan Firm Size yang paling dominan berpengaruh terhadap Struktur
Modal pada Perusahaan Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek
Indonesia ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan cara yang diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam
menentukan bentuk dan besarnya modal yang akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dana perusahaan. Secara spesifik penelitian ini
1. Untuk menguji secara empiris apakah Tangibility of Assets, Profitability
dan Firm Size mempunyai pengaruh secara simultan terhadap struktur
modal pada Perusahaan Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek
Indonesia.
2. Untuk menguji manakah dari ketiga variabel yaitu Tangibility of Assets,
Profitability dan Firm Size yang paling dominan berpengaruh terhadap
struktur modal pada Perusahaan Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek
Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Bagi Perusahaan
Digunakan sebagai informasi atau masukan dalam pengambilan
keputusan tentang struktur modal yang optimal dan dapat meningkatkan
rentabilitas modal sendiri.
b. Bagi Universitas
Sebagai tambahan koleksi perpustakaan, bahan referensi dan bahan
masukan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan masalah
c. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dari bangku perkuliahan ke
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dan mempunyai
hubungan dengan struktur modal adalah :
a. Rajan dan Zingales (1994) yang berjudul ”What Do We Know About
Capital Structure? Some Evidance From International Data”. Penelitian
ini bertujuan untuk membuktikan pemilihan struktur modal di negara
lain berdasarkan pada faktor-faktor yang sama dengan yang
mempengaruhi struktur modal pada perusahaan-perusahaan di Amerika
Serikat. Negara-negara yang diteliti adalah negara-negara G-7 (Amerika
Serikat, Jepang, Jerman, Prancis, Italia, Inggris dan Kanada).
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Tangibility of Assets, The Market
to Book Ratio, Firm Size dan Profitability. Di Amerika Serikat, Tangibility of Assets dan Firm Size mempunyai hubungan positif
terhadap struktur modal, sedangkan The Market to Book Ratio dan
Profitability mempunyai hubungan negatif terhadap struktur modal.
Untuk negara-negara lain, Tangibility of Assets berkorelasi
positif untuk semua negara, The Market to Book Ratio berkorelasi
negatif untuk semua negara kecuali Italia, Firm Size berkorelasi positif
untuk semua negara, kecuali di Jerman yang berkorelasi negatif, dan
Profitability berkorelasi negatif di semua negara kecuali di Jerman.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara keseluruhan struktur
modal di antara negara-negara G-7 hampir sama, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal di Amerika Serikat juga berpengaruh
terhadap struktur modal di negara-negara G-7 yang lain.
b. Santi (2002) yang berjudul ”Determination of Indonesia Firms Capital
Structure: Panel Data Analisis”
Permasalahan:
1. Apakah Tangibility, Growth Opportunity, Size of The Firm, dan
Profitability berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
2. Apakah terdapat pengaruh yang berbeda pada saat periode krisis
ekonomi dan periode sebelum terjadi krisis ekonomi.
3. Apakah klasifikasi industri mempunyai dampak yang signifikan
terhadap Leverage perusahaan.
Perusahaan-perusahaan yang diteliti terdiri dari 87 perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana diklasifikasikan menjadi
industri pertanian, industri kimia, industri lain-lain, industri barang
konsumen, industri transportasi, industri retail.
2. Tangibility dan Size Firm’s berhubungan positif terhadap semua tipe Ratio Book and Market Value, Growth Opportunity berhubungan
negatif terhadap semuanya kecuali untuk Short Term Debt Ratio in
terhadap semua tipe Ratio Book and Market Value of Long Term
Debt Ratio.
3. Koefisien dummy yang mewakilkan keadaan saat krisis ekonomi
berhubungan positif terhadap semua tipe Ratio Book and Market
Value kecuali untuk Book and Market Value of Long Term Debt Ratio berhubungan negatif.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa perusahaan di
Indonesia menggunakan lebih banyak pinjaman untuk struktur modalnya
pada saat krisis ekonomi berupa pinjaman jangka pendek.
c. Kusuma (2005) yang meneliti tentang pengaruh Tangibility of Assets
dan Profitability terhadap struktur modal pada PT. Boma Bisma Indra
di Surabaya.
Permasalahan :
1. Apakah Tangibility of Assets dan Profitability mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap struktur modal PT. Boma Bisma Indra di
Surabaya.
2. Dari kedua faktor di atas yaitu Tangibility of Assets dan Profitbility
manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap struktur modal
PT. Boma Bisma Indra di Surabaya.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa Tangibility of
Assets dan Profitability mempengaruhi secara signifikan struktur modal
PT. Boma Bisma Indra baik secara simultan atau sendiri-sendiri tidak
1. Penyebab utama Profitability tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap struktur modal pada PT. Boma Bisma adalah meskipun
perusahaan merugi, total hutang perusahaan tetap menurun, dan hal
ini terjadi bukan disebabkan karena pelunasan hutang usaha dan
hutang bank, tetapi karena penurunan Transitoris Passiva, dan
ketika perusahan dapat meningkatkan labanya, hutang perusahaan
juga semakin meningkat, hal ini disebabkan karena perusahaan
memerlukan dana yang lebih besar lagi untuk program lay-off
karyawan.
2. Penyebab utama Tangibility of Assets tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap struktur modal PT. Boma Bisma Indra adalah
meskipun aktiva perusahaan terus menurun, perusahaan masih dapat
meningkatkan hutangnya. Hal ini disebabkan karena hutang-hutang
yang digunakan untuk modal kerja, jaminan bukan aktiva tetap,
melainkan adalah tagihan-tagihan proyek yang modal kerjanya
berasal dari hutang-hutang tersebut. Kemudian ketika perusahaan
membutuhkan dana untuk biaya operasional dan biaya lay-off
karyawan, perusahaan tetap mendapatkan hutang tersebut dari
pemerintah, meskipun neraca perusahaan tidak layak untuk
mendapatkan hutang tersebut berasal dari pemerintah dalam hal ini
PT. BPIS dan PT. Krakatau Steel.
Penelitian yang peneliti lakukan ini tergolong dalam penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Kusuma (2005), dimana terdapat suatu
perbedaan yang terletak pada subjek penelitian dan penambahan variabel
Firm Size. Subyek penelitian dahulu dilakukan pada PT. Boma Bisma
Indra sedangkan subyek penelitian sekarang dilakukan pada Perusahaan
Farmasi yang go public di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hasil penelitian ini
sependapat dengan penelitian sebelumnya diatas.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Modal
2.2.1.1.Pengertian Modal
Dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan serta juga makin banyaknya perusahaan yang menjadi
besar, maka faktor produksi modal mempunyai arti yang lebih menonjol
lagi. Sebenarnya masalah modal dalam perusahaan merupakan persoalan
yang tak akan berakhir, mengingat bahwa masalah modal itu mengandung
begitu banyak dan berbagai rupa aspek (Riyanto, 2001 : 17).
Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu
memerlukan modal. Tersedia modal yang memadai bagi perusahaan akan
mendorong kelancaran usahanya. Hal ini berarti bahwa kebutuhan modal
bagi setiap perusahaan adalah sangat penting, karena modal merupakan
tersedianya faktor produksi modal, maka perusahaan tidak akan berjalan
dengan lancar (Artanti, UPN, 2007 : 16).
Modal adalah faktor utama yang menunjang untuk memajukan dan
mengembangkan perusahaan serta meningkatkan hasil produksi.
Kebutuhan dana atau mengembangkan perusahaan dapat dipenuhi dengan
menambahkan modal sendiri atau dengan modal asing dan dapat juga
kombinasi antara kedua sumber tersebut. Dari sumber manapun modal
tersebut diperoleh harus diperhitungkan pula biaya yang akan timbul untuk
mendapatkan modal tersebut (Fais, UPN, 2007 : 13).
Menurut Riyanto (2001 : 17), menyatakan bahwa dalam hubungan
ini dapat dikemukakan pengertian modal yang klasik, dimana artian modal
ialah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih
lanjut.
Secara sederhana, modal adalah kelebihan nilai harta yang dimiliki
perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Menurut beberapa pakar
ekonomi pengertian modal adalah sebagai berikut:
a. Munawir (2002 : 19) mengemukakan, bahwa modal adalah hak atau
bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam
pos modal, surplus dan laba ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.
b. Menurut Atmaja (2003 : 115), Modal adalah dana yang digunakan
terdiri dari item-item yang ada di sisi kanan suatu neraca, yaitu :
hutang, saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan.
c. Riyanto (2001 : 19) menyimpulkan dari beberapa pendapat para ahli
tentang modal, yaitu modal yang tercatat di sebelah debet dari neraca
disebut modal konkrit (modal aktif) dan yang tercatat di sebelah kredit
disebut modal abstrak (modal pasif). Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa modal aktif tertera di sebelah debet dari neraca, yang
menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh
perusahaan ditanamkan, sedangkan yang lainnya adalah modal pasif
yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang menggambarkan
sumber-sumber dari mana dana diperoleh.
Berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa modal
adalah keseluruhan harta atau dana yang ada dalam perusahaan yang
digunakan untuk menjalankan operasional perusahaan.
2.2.1.2.Pemenuhan Kebutuhan Modal
Menurut Riyanto (2001 : 187), pemenuhan kebutuhan dana pada
dasarnya dapat dibedakan antara cara pemenuhan kebutuhan dana secara
sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing aktiva yang akan
dibiayai, dan cara pemenuhan kebutuhan dana secara keseluruhan dengan
memandang semua kebutuhan sebagai satu kesatuan atau satu kelompok.
Sistem pembelanjaan total adalah sistem pemenuhan kebutuhan
dana yang mendasarkan pada perputaran dana yang ditanamkan dalam
hal yang demikian akan nampak bahwa ada sebagian dana yang sifatnya
permanen, tertanam dalam aktiva dan ada sebagian dana lainnya yang
bersifat variabel, yang berubah-ubah jumlahnya dari waktu ke waktu
(Riyanto, 2001 : 188).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa modal permanen
adalah sejumlah dana yang minimal harus tersedia selama perusahaan
melaksanakan operasinya dalam satu periode, dan modal variabel adalah
sejumlah dana yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan.
2.2.1.3.Biaya Penggunaan Modal
Pemenuhan kebutuhan dana diperlukan dalam struktur modal yang
optimum dengan biaya penggunaan modal yang minimal, sehingga
didapatkan keuntungan yang lebih banyak.
Menurut Riyanto (2001 : 245), bahwa konsep ”Cost of Capital”
(Biaya penggunaan modal atau biaya modal) merupakan konsep yang
sangat penting dalam pembelanjaan perusahaan. Konsep ini dimaksudkan
untuk dapat menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung
oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber.
Jika perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dengan
mengeluarkan saham preferen, jumlah hasil penjualan saham preferen
lebih kecil daripada harga nominalnya, besarnya biaya penggunaan modal
dari saham preferen atau biaya saham preferen (Cost of Preferred Stock)
adalah lebih besar daripada tingkat deviden yang telah ditetapkan
Jika perusahaan menggunakan dana yang berasal dari laba ditahan
(Retained Earning) yang disebut Cost of Retained Earning haruslah
disadari bahwa itupun ada biayanya, yaitu sebesar ”Rate of Return”
(tingkat pendapatan investasi) yang diharapkan diterima oleh investor
kalau mereka menginvestasikan sendiri atau ”Rate of Return” yang
diharapkan diterima dari saham (Expected Rate of Return on The Stock)
(Riyanto, 2001 : 245-246).
Dengan demikian konsep Cost of Capital tersebut dimaksudkan
untuk dapat menentukan besarnya biaya riil dari penggunaan modal dari
masing-masing sumber dana, untuk kemudian menentukan biaya modal
rata-rata (Average Cost of Capital) dari keseluruhan dana yang digunakan
di dalam perusahaan yang ini merupakan tingkat biaya penggunaan modal
perusahaan (The Firm’s Cost of Capital) (Riyanto, 2001 : 246).
2.2.1.4.Sumber - Sumber Penawaran Modal
Menurut Riyanto (2001 : 209), berdasarkan asalnya sumber
penawaran modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Sumber Intern
Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana
yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Sumber
intern atau sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri didalam
perusahaan adalah keuntungan yang ditahan dan akumulasi
1. Laba Ditahan
Menurut Atmaja (2003 : 118), bahwa suatu perusahaan
dapat memperoleh modal sendiri melalui 2 cara, yaitu menahan
sebagian laba dan menerbitkan saham biasa baru. Biaya laba
ditahan adalah sama dengan kas atau tingkat keuntungan yang
disyaratkan investor pada saham biasa perusahaan yang
bersangkutan.
2. Depresiasi
Sumber intern selain berasal dari laba atau cadangan juga
berasal dari akumulasi penyusutan. Sebelum akumulasi depresiasi
digunakan untuk mengganti aktiva tetap yang akan diganti, dapat
digunakan untuk membelanjai perusahaan meskipun waktunya
terbatas sampai saat penggantian tersebut. Selama waktu itu
akumulasi depresiasi merupakan sumber penawaran modal di
dalam perusahaan itu sendiri. Makin besar jumlah akumulasi
depresiasi berarti makin besar sumber intern dari dana yang
dihasilkan di dalam perusahaan yang bersangkutan (Riyanto, 2001
: 211).
b. Sumber Ekstern
Dana yang berasal dari sumber ekstern adalah dana yang berasal
dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian didalam
Menurut Riyanto (2001: 227), ditinjau dari jenisnya, maka sumber
penawaran modal perusahaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Modal Asing
Modal asing adalah modal yang berasal dari luar
perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan,
dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan
hutang. Modal asing atau hutang dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu :
a. Modal asing atau hutang jangka pendek (Short-term debt).
Modal asing atau hutang jangka pendek adalah modal asing
yang jangka waktunya paling lama satu tahun.
b. Modal asing atau hutang jangka menengah (Intermediate-term
debt).
Modal asing atau hutang jangka menengah adalah hutang
yang jangka waktu atau umurnya lebih dari satu tahun dan
kurang dari 10 tahun.
c. Modal asing atau hutang jangka panjang (Long-term debt).
Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang
yang jangka waktunya adalah panjang, umurnya lebih dari 10
tahun.
2. Modal Sendiri
Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal
yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri selain berasal dari luar
perusahaan dapat juga berasal dari dalam perusahaan, yaitu modal
yang dihasilkan atau dibentuk sendiri di dalam perusahaan (dalam
bentuk keuntungan dari pemilik perusahaan). Modal sendiri di
dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT),
terdiri dari :
a. Modal saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta
dalam suatu P.T. Adapun jenis-jenis dari saham adalah saham
biasa, saham preferen, dan saham kumulatif preferen.
b. Cadangan
Cadangan disini dimaksudkan sebagai cadangan yang
dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan
selama beberapa waktu lampau atau dari tahun yang berjalan.
c. Laba yang ditahan
Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat
sebagian dibayarkan sebagai deviden dan sebagai ditahan oleh
2.2.2. Struktur Modal
2.2.2.1.Pengertian Struktur Modal
Weston dan Copeland (1992 : 3-4) memberikan definisi struktur
modal, yaitu pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka
panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Nilai buku dari
modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau
surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Bila perusahaan memiliki
saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan kepada modal
pemegang saham.
Menurut Riyanto (2001 : 22) struktur modal adalah pembelanjaan
permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka
panjang dengan modal sendiri.
Menurut Kieso and Weygandt (2002 : 227) hutang jangka panjang
terdiri dari tiga jenis, yaitu:
1. Kewajiban yang berasal dari situasi pembiayaan khusus, seperti
penerbitan obligasi, kewajiban Lease jangka panjang dan wesel bayar
jangka panjang.
2. Kewajiban yang berasal dari operasi normal perusahaan, seperti
kewajiban pensiun dan kewajiban pajak penghasilan yang
ditangguhkan.
3. Kewajiban yang tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu
harus dibayar, atau harus dibayar, atau tanggal pembayaran, seperti
jaminan jasa atau produk dan kontinjensi lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komponen yang masuk
dalam struktur modal adalah hutang jangka panjang, modal saham biasa,
modal saham preferen, surplus modal dan akumulasi laba ditahan.
Teori yang melandasi struktur modal adalah Balancing Theories,
yaitu sebagai teori-teori keseimbangan, karena tujuannya adalah untuk
menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri (Husnan, 1996 :
300). Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 275) esensi Balancing
Theories adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul
sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih lebih besar,
hutang akan ditambah. Tetapi apabila pengorbanan karena menggunakan
hutang sudah lebih besar, maka hutang tidak boleh lagi ditambah.
Disamping Balancing Theories, Myers and Majluf (1984) dan Myers
(1984) merumuskan teori struktur modal yang disebut Pecking Order
Theory. Disebut sebagai Pecking Order Theory karena teori ini
menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana
yang paling disukai. Teori ini mendasarkan diri atas informasi asimetrik
(asymmetric information), suatu istilah yang menunjukkan bahwa
manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak (tentang prospek,
resiko, dan nilai perusahaan) daripada pemodal publik. Manajemen
mempunyai informasi yang lebih banyak dari pemodal karena merekalah
rencana perusahaan dan sebagainya (Husnan dan Pudjiastuti, 2004 :
275-276).
Menurut Riyanto (2001 : 22) struktur modal ini dibedakan dengan
struktur finansiil (struktur keuangan). Struktur modal hanya merupakan
sebagian dari struktur keuangan perusahaan. Pengertian ini sesuai dengan
pendapat Weston and Copeland (1992 : 3), yaitu: ”Struktur keuangan
adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Struktur
keuangan dapat dilihat dari sisi kanan neraca, ini terdiri dari hutang jangka
pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham”.
Jadi struktur modal suatu perusahaan hanya merupakan sebagian
dari struktur keuangannya (Weston and Copeland, 1992 : 4).
2.2.2.2.Struktur Modal Yang Optimal
Semakin berkembangnya perusahaan akan semakin besar dana
yang dibutuhkan perusahaan tersebut. Riyanto (2001 : 293)
mengemukakan, apabila kebutuhan dana sudah demikian meningkatnya
karena pertumbuhan perusahaan dan dana dari sumber dana intern sudah
digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana
yang berasal dari luar perusahaan, baik dari hutang (Debt Financing)
maupun dengan mengeluarkan saham baru (External Equity Financing)
dalam memenuhi kebutuhan akan dananya.
Menurut Brigham dan Houston (2006 : 31), struktur modal yang
optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara resiko dan
Kalau dalam pemenuhan kebutuhan dana dari sumber eksternal
tersebut lebih diutamakan pada hutang saja maka ketergantungan
perusahaan pada pihak luar akan semakin besar dan resiko finansialnya
juga semakin besar. Sebaliknya kalau hanya mendasarkan pada saham
saja, biayanya akan sangat mahal (Riyanto, 2001 : 293). Oleh karena itu,
perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara kedua sumber
dana tersebut.
2.2.2.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Menurut Riyanto (2001 : 297) struktur modal suatu perusahaan
dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang utama adalah:
a. Tingkat bunga
Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa
yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham baru
atau obligasi. Sebagaimana telah diuraikan bahwa penarikan obligasi
hanya dibenarkan apabila tingkat bunganya lebih rendah daripada
Earning Power dari tambahan modal tersebut.
b. Stabilitas dari Earning
Suatu perusahaan yang mempunyai Earning Power yang stabil
akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari
penggunaan modal asing. Stabilitas dan besarnya Earning yang
diperoleh suatu perusahaan akan menentukan apakah perusahaan
tersebut dibenarkan untuk menarik modal dengan beban tetap atau
c. Susunan dari aktiva
Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari
modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan
pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu
modal sendiri, sedang modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap.
d. Kadar resiko dari aktiva
Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan
adalah tidak sama. Makin panjang waktu penggunaan suatu aktiva di
dalam perusahaan, makin besar derajat resikonya.
e. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan
Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan juga mempunyai
pengaruh terhadap jenis modal yang akan ditarik. Apabila jumlah
modal yang dibutuhkan sekiranya dapat dipenuhi hanya dari satu
sumber saja, maka tidaklah perlu mencari sumber lain. Sebaliknya
apabila jumlah modal yang dibutuhkan adalah sangat besar, sehingga
tidak dapat dipenuhi dari satu sumber saja, maka perlulah dicari
sumber yang lain.
f. Keadaan pasar modal
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan
karena adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila
gelombang meninggi para investor lebih tertarik untuk menanamkan
g. Sifat manajemen
Seorang manajer yang bersifat optimis yang memandang masa
depannya dengan cerah, yang mempunyai keberanian untuk
menanggung resiko yang besar, akan lebih berani untuk membiayai
pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari hutang
meskipun metode pembelanjaan dengan hutang ini memberikan beban
finansiil yang tetap. Sebaliknya seorang manajer yang bersifat
pesimis, yang serba takut untuk menanggung resiko, akan lebih suka
membelanjai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari
sumber intern atau dengan modal saham yang tidak mempunyai beban
finansiil yang tetap.
h. Besarnya suatu perusahaan
Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat
luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh
yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya kontrol
dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.
Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana sahamnya hanya tersebar di
lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak
Brigham & Houston (2006 : 42), menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Stabilitas penjualan.
b. Struktur aktiva.
c. Leverage operasi.
d. Tingkat pertumbuhan.
e. Profitabilitas.
f. Pajak.
g. Pengendalian.
h. Sikap manajemen.
i. Sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat.
j. Kondisi pasar.
k. Kondisi internal perusahaan.
l. Fleksibilitas keuangan.
Menurut Sartono (2001 : 248), ada beberapa faktor penting yang
harus dipertimbangkan dalam menentukan struktur modal, antara lain
adalah sebagai berikut :
a. Tingkat penjualan
b. Struktur asset
c. Tingkat pertumbuhan perusahaan
d. Profitabilitas
e. Variabel laba dan perlindungan pajak
g. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro
Sedangkan menurut Rajan dan Zingales (1994 : 22) struktur modal
dipengaruhi oleh Tangibility of Assets, The Market to Book Ratio, Firm
Size, dan Profitability.
Beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal yang tersebut
di atas, dipilih tiga faktor yaitu Tangibility of Assets, Firm size dan
Profitability.
2.3 Kerangka Pikir
2.3.1 Pengaruh Tangibility of Assets terhadap Struktur Modal
Tangibility of Assets atau bisa juga disebut sebagai Collateral Value of Assets (nilai jaminan dari aktiva) adalah bagian Tangible Assets
dari keseluruhan aktiva yang merupakan sumber jaminan yang paling
diterima oleh bank ketika perusahaan akan meminjam uang dan
meningkatkan hutangnya.
Asymmetric Information Theory atau ketidaksamaan informasi
menurut Brighman dan Houston (2006 : 38) adalah suatu situasi dimana
manajer memiliki informasi yang berbeda (lebih baik) tentang prospek
perusahaan daripada investor.
Menurut Asymmetric Information Theory (Chen, Lensink and
Sterken, 1998 : 14), struktur aktiva suatu perusahaan mempunyai dampak
langsung pada struktur modal karena Tangibility of Assets suatu
kreditur untuk meningkatkan hutangnya, ketika kreditur tidak mempunyai
informasi yang lengkap dan jelas mengenai perilaku perusahaan, maka
perusahaan dengan sedikit Tangibility of Assets akan sulit untuk
mendapatkan dana dari hutang, selain itu proporsi yang lebih tinggi dari
Tangibility of Assets berarti ketersediaan jaminan tinggi, sehingga akan
mengurangi biaya hutang.
Zonenschain (1997 : 8) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan
yang mempunyai aset yang besar dan dapat dijadikan sebagai jaminan
(Collateral) mempunyai kemungkinan keberhasilan yang cukup besar
dalam mendapatkan pinjaman dengan syarat yang menguntungkan
daripada perusahaan lain yang mempunyai Tangibility of Assets atau
Collateral Value of Assets yang lebih kecil, oleh sebab itu perusahaan akan
memanfaatkan keuntungan tersebut dengan menerbitkan hutang lebih
banyak daripada modal.
Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh
pinjaman dibandingkan perusahaan kecil (Chen, Lensink and Sterken,
1998 : 15).
Dari beberapa pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Tangibility of Assets mempunyai hubungan terhadap struktur modal
2.3.2 Pengaruh Profitability terhadap Struktur Modal
Profitability adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba. Sedangkan menurut Riyanto (2001 : 331) rasio-rasio profitabilitas
yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah
kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.
The Pecking Order Theory (Kahle dan Shastri, 2002 : 7)
menyarankan agar perusahaan mendanai investasinya pertama dari
Retained Earning, kedua dari hutang dan ketiga dari ekuitas. Menurut teori
ini, perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih (Profitable) akan
mempunyai struktur modal yang rendah daripada perusahaan yang kurang
menghasilkan keuntungan (Less Profitable), karena perusahaan yang
menghasilkan keuntungan lebih mampu mendanai investasinya dengan
Retained Earning.
Menurut Chen, Lensink dan Sterken, (1998 : 16) The Pecking
Order Theory menyatakan adanya hubungan negatif antara struktur modal
dan Profitability, jika suatu perusahaan untuk menandai proyek-proyeknya
dengan Retained Earning daripada dengan hutang.
Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Profitability
mempunyai hubungan terhadap struktur modal.
2.3.3 Pengaruh Firm Size terhadap Struktur Modal
Ukuran perusahaan (Firm Size) menggambarkan besar kecilnya
memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil (Chen, Lensink dan
Sterken, 1998 : 15).
Menurut Zonenschain (1997 : 9) menyatakan bahwa perusahaan
yang lebih besar cenderung memiliki tingkat Leverage yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil, dimana tingkat
kebangkrutanya lebih rendah daripada perusahaan kecil, semakin besar
suatu perusahaan, ada kecenderungan untuk menggunakan jumlah
pinjaman yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Perusahaan yang memiliki ukuran (Firm Size) yang besar lebih
banyak menggunakan hutang sehingga memperbesar struktur modal,
sedangkan perusahaan yang memiliki ukuran (Firm Size) yang kecil, lebih
sedikit menggunakan hutang sehingga memperkecil struktur modal
perusahaan.
Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Firm Size
mempunyai hubungan terhadap struktur modal.
2.3.4 Pengaruh Tangibility of Assets, Profitability dan Firm Size terhadap Struktur Modal
Tangibility of asset, profitability dan firm size merupakan tiga
faktor yang diambil dalam penelitian ini sebagai variabel independent
yang berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal. Menurut
Modigliani dan Miller (1958), Static trade-off (STO) menyatakan target
tingkat hutang (leverage) yang optimal mempertimbangkan biaya dan
investasi. Tangible asset sesuai dengan Static Trade-Off yang dimiliki
perusahaan dapat digunakan sebagai jaminan atas hutang, sehingga
perusahaan dengan tangible asset yang besar akan mempunyai tingkat
hutang yang lebih tinggi. Menurut Asymmetric Information Theory (Chen,
Lensink and Sterken, 1998 : 14), struktur aktiva suatu perusahaan
mempunyai dampak langsung pada struktur modal karena Tangibility of
Assets suatu perusahaan merupakan jaminan ketika perusahaan meminjam
uang ke kreditur untuk meningkatkan hutangnya, ketika kreditur tidak
mempunyai informasi yang lengkap dan jelas mengenai perilaku
perusahaan, maka perusahaan dengan sedikit Tangibility of Assets akan
sulit untuk mendapatkan dana dari hutang, selain itu proporsi yang lebih
tinggi dari Tangibility of Assets berarti ketersediaan jaminan tinggi,
sehingga akan mengurangi biaya hutang.
The Pecking Order Theory (Kahle dan Shastri, 2002 : 7)
menyarankan agar perusahaan mendanai investasinya pertama dari
Retained Earning, kedua dari hutang dan ketiga dari ekuitas. Menurut teori
ini, perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih (Profitable) akan
mempunyai struktur modal yang rendah daripada perusahaan yang kurang
menghasilkan keuntungan (Less Profitable), karena perusahaan yang
menghasilkan keuntungan lebih mampu mendanai investasinya dengan
struktur modal dan Profitability, jika suatu perusahaan untuk menandai
proyek-proyeknya dengan Retained Earning daripada dengan hutang.
Ukuran perusahaan juga menjadi faktor dalam menentukan struktur
modal. Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh
pinjaman dibandingkan perusahaan kecil (Chen, Lensink and Sterken,
1998 : 15). Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki tingkat
Leverage yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil,
semakin besar suatu perusahaan, ada kecenderungan untuk menggunakan
jumlah pinjaman yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lebih
kecil.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu seperti yang telah
dikemukakan diatas, maka dapat diambil premis – premis yang kemudian
dari premis – premis tersebut akan disimpulkan sehingga dapat dijadikan
dasar dalam mengemukakan hipotesis. Premis – premis tersebut adalah :
Premis 1 : Asymmetric Information Theory mengemukakan bahwa
struktur aktiva dari suatu perusahaan mempunyai dampak
langsung pada struktur modalnya, karena ketika kreditur
tidak mempunyai informasi yang akurat mengenai
perusahaan maka Tangibility of Assets perusahaan adalah
sumber jaminan yang paling bisa diterima oleh bank.
Perusahaan yang mempunyai Tangibility of Assets lebih
sedikit akan sulit untuk meningkatkan hutangnya. Jadi
positif terhadap struktur modal (Chen, Lensink and Sterken,
1998 : 14).
Premis 2 : The Pecking Order Theory menyarankan agar perusahaan
mendanai investasinya pertama dari Retained Earning, kedua
dari hutang dan ketiga dari ekuitas. Menurut teori ini,
perusahan yang menghasilkan keuntungan lebih (Profitable)
akan mempunyai struktur modal yang rendah daripada
perusahaan yang kurang menghasilkan keuntungan (Less
Profitable), karena perusahaan yang menghasilkan
keuntungan lebih mampu mendanai investasinya dengan
Retained Earning. Menurut teori ini, Profitability
mempunyai pengaruh terhadap struktur modal (Kahle dan
Shastri, 2002 : 7).
Premis 3 : Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh
pinjaman dibandingkan perusahaan kecil (Chen, Lensink and
Sterken, 1998 : 15). Perusahaan yang lebih besar cenderung
memiliki tingkat Leverage yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan kecil, semakin besar suatu perusahaan,
ada kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman
yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lebih
kecil. Menurut teori ini, Firm Size berpengaruh secara positif
Dari premis di atas dapat di buat bagan kerangka berpikir:
Profitability
(X2)
Firm Size
(X3)
Tangibilty of Assets
(X1)
Struktur Modal (Y)
[image:37.595.137.493.144.413.2]Uji Statistik Regresi Linear Berganda
Gambar 2.1. : Kerangka Pikir
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan uraian pada landasan teori tersebut di
atas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut :
H1 : Diduga terdapat pengaruh Tangibility of Assets, Profitability, dan
Firms Size terhadap struktur modal pada Perusahaan Farmasi yang
Go Public di Bursa Efek Indonesia.
H2 : Diduga Tangibility of Assets mempunyai pengaruh yang paling
dominan terhadap struktur modal pada Perusahaan Farmasi yang Go
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah definisi yang diberikan suatu variabel
atau konstrak dengan cara memberikan arti-arti menspesifikasi kegiatan
ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
konstrak atau variabel tersebut.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Struktur Modal sebagai variabel terikat (Y), sedangkan Tangibility of Assets
(X1), Profitability (X2) dan Firm Size (X3) sebagai variabel bebas.
Definisi operasional masing-masing variabel tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
a. Variabel Bebas (X)
1. Tangibility of Assets (X1)
Tangibility of Assets atau biasa disebut sebagai Collateral Value of Assets (nilai jaminan dari aktiva) adalah merupakan bagian jaminan dari keseluruhan aktiva, dimana merupakan sumber
jaminan yang paling diterima oleh bank ketika perusahaan akan
meminjam uang.
Tangibility of Assets diukur dengan menggunakan rasio aktiva tetap terhadap total aktiva. Skala pengukurannya adalah
skala rasio dan dinyatakan dalam persentase.
Tangibility of Assets =
s TotalAsset
Assets Fixed
X 100%
(Santi, 2003 : 247)
2. Profitability (X2)
Profitability adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.
Profitability diukur dengan menggunakan rasio Return on Investment.Return on Investment (ROI) merupakan rasio laba rugi setelah pajak terhadap total aktiva. Skala pengukurannya adalah
skala rasio dan dinyatakan dalam persentase.
Profitability =
Assets Total
EAT
X 100%
(Riyanto, 2001 : 336)
3. Firm Size (X3)
Ukuran perusahaan (Firm Size) dalam penelitian ini diukur dengan logaritma penjualan perusahaan.
Firm Size = { log (Sales) }
(Santi, 2003 : 248)
b. Variabel Terikat (Y)
Struktur Modal (Y)
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana
mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal
Struktur modal diukur dengan menggunakan Long Term Debt to Equity Ratio yang merupakan rasio total hutang jangka panjang terhadap total modal sendiri. Skala pengukurannya adalah skala rasio dan
dinyatakan dalam persentase. Long Term Debt to Equity Ratio
menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk keseluruhan hutang jangka panjang.
Long Term Debt to Equity Ratio =
Equity Total
Debt Term Long Total
X 100%
(Moeljadi, 2006 : 52)
3.2.Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Pada penelitian ini semua anggota dari populasi diteliti. Populasi
disini adalah keseluruhan perusahaan yang menjadi objek penelitian
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian.
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2004 sampai
dengan tahun 2008 sejumlah 8 perusahaan.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri
dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah
sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono,
penelitian ini adalah Purposive Sample. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu.
Adapun kriteria pemilihan sampel perusahaan yang dipakai
adalah :
1. Perusahaan Farmasi yang Go Publik dan masih terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sampai tahun 2008.
2. Yang telah menerbitkan Ringkasan Laporan Keuangan dari tahun
2004 sampai dengan tahun 2008.
3. Perusahaan Farmasi yang mempunyai profitabilitas selama 5 tahun
berturut-turut dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.
Sedangkan data yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah
data dari 6 perusahaan selama 5 tahun yang telah memenuhi kriteria
pemilihan sampel diatas, yaitu :
1. PT. Kalbe Farma, Tbk.
2. PT. Merck, Tbk.
3. PT. Darya – Varia Laboratia, Tbk.
4. PT. Indofarma, Tbk.
5. PT. Tempo Scan Pacific, Tbk.
6. PT. Kimia Farma, Tbk.
Teknik analisis ini digunakan untuk mencari pemecahan masalah
penelitian secara serempak atau simultan dan secara individu atau parsial.
Penggunaan teknik analisis ini dilakukan dengan alasan karena penelitian
variabel bebas dengan variabel terikat, karena secara teoritis keduanya
mempunyai hubungan fungsional.
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder yang diperoleh dan dikelola sedemikian rupa untuk keperluan
penelitian. Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara
langsung dari objek penelitian tetapi dari pihak lain. Data sekunder yang
digunakan meliputi laporan keuangan (neraca dan laba rugi) periode tahun
kini dengan laporan keuangan tahun yang akan datang pada Perusahaan
Farmasi yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan diperoleh dari Bursa Efek Indonesia,
karena di Bursa Efek Indonesia terdapat data-data mengenai laporan
keuangan perusahaan-perusahaan yang telah go publik.
3.3.3. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan teknik dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data
dengan mempelajari dan menggunakan laporan keuangan pihak emiten
yang menjadi sampel dalam penelitian ini yang diambil dari perpustakaan
3.4. Teknik Pengujian Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atau tidak (Sumarsono, 2004 : 40). Untuk
mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan
dengan berbagai metode diantaranya adalah dengan menggunakan metode
Kolmogorov-Smirnov. Dalam metode ini, distribusi data disebut normal jika nilai signifikansi lebih besar dari 5% dan distribusi data disebut tidak normal
jika nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (Sumarsono, 2004 : 40).
3.5. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, harus dipenuhi diantaranya
tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier, yaitu :
a. Tidak boleh ada autokorelasi
b. Tidak boleh ada multikolinearitas
c. Tidak boleh ada heteroskedastisitas
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan Uji t menjadi bias.
1. Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi linier berganda ada korelasi anatar kesalahan penggangu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Santoso, 2001 ;
218). Pedoman model regresi untuk mendeteksi autokorelasi menurut
besaran DW (Durbin-Watson):
a. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
b. Angka D-W -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
c. Angka D-W dibawah +2 berarti ada autokorelasi negatif
2. Multikolinearitas
Salah satu asumsi model regresi linier klasik adalah tidak adanya
multikolinearitas antara sesama variabel bebas yang ada dalam model,
atau dapat dikatakan tidak adanya hubungan linier sempurna antara
variabel bebas yang ada dalam model. Untuk mengetahui nilai
”Pembengkakan Varians” atau Varians Inflation Factor (VIF) dapat dihitung dengan rumus :
VIF =
Tolerance
1
(Santoso, 2000 : 206)
Nilai toleransi (Tolerance) yang diperoleh dengan meregresikan antar variabel bebas apabila nilai VIF < 10 maka persamaan regresi
linier berganda tersebut tidak terkena miltikolinear (Gujarati, 1995 :
3. Heteroskedastisitas
Maksud dari penyimpangan heteroskedastisitas adalah variabel
independen adalah tidak konstan (berbeda) untuk setiap nilai tertentu
variabel independen pada regresi linier, nilai residual tidak boleh ada
hubungan dengan variabel independen.
Rumus Rank Spearman :
(Gujarati, 1995 : 372)
Keterangan :
di = Perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas
ke-1
N = Banyaknya data
Hipotesis untuk uji heteroskedastisitas :
Ho = tidak ada hubungan antara nilai residual dengan variabel bebas
Hi = ada hubungan antara nilai residual dengan variabel bebas
Apabila nilai signifikan hitung (sig) > tingkat signifikan α = 0,05,
maka Ho diterima berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
Apabila nilai signifikan hitung (sig) < tingkat signifikan α = 0,05,
3.6.Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis
3.6.1.Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini dipakai dalam penelitian ini karena dapat menerangkan
ketergantungan suatu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel
independen. Analisis ini juga dapat menduga besar dan arah dari pengaruh
tersebut serta mengukur derajat keeratan hubungan antara satu variabel
dependen dengan satu atau lebih variabel independen.
Adapun bentuk umum dari Regresi Linier Berganda secara
sistematis adalah sebagai berikut :
Y = α + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + e
(Anonim, 2003 : L-21)
Keterangan :
Y = Struktur Modal
X1 = Tangibility of Assets
X2 = Profitability
X3 = Firm Size
α = Konstanta
1-3 = Koefisien Regresi
3.6.2.Uji Hipotesis
Untuk menguji kesesuaian atau kecocokan model terhadap variabel terikat
maka digunakan uji F dan uji t.
a. Uji F
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama‐sama
(Kuncoro, 2004 : 82).
Langkah‐langkah untuk melakukan uji F adalah sebagai berikut :
1. Ho : βj = β2 = β3 = 0 (X1, X2, X3, tidak terdapat pengaruh terhadap Y).
Ha : Bj ≠ 0 (X1, X2, X3, terdapat pengaruh terhadap Y).
2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat
bebas (n‐k), dimana n = jumlah pengamatan, dan k = jumlah variabel.
3. Dengan rumus F hitung :
R2 / (k‐1)
Fhit =
(1 – R2) / (n – k) (Anonim, 2003 : L‐22)
Keterangan :
Fhit = F hasil perhitungan.
R2 = Koefisien Regresi.
k = Jumlah variabel.
n = Jumlah sampel.
b. Uji t
Pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat
(Kuncoro, 2004 : 81).
Prosedur yang di gunakan untuk melakukan uji t adalah sebagai berikut :
1. Ho : βj = 0 (X1, X2, X3, tidak terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap Y).
Ha : βj ≠ 0 (X1, X2, X3, terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap Y).
2. Dalam Penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat
bebas (n‐k), dimana n = jumlah pengamatan, dan k = jumlah variabel.
3. Dengan Rumus nilai t hitung :
bj
thit =
se(bj) (Anonim, 2003 : L‐21)
Keterangan :
thit = t hasil perhitungan.
bj = koefisien regresi.
se = Simpangan Baku untuk masing‐masing koefisien regresi
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Perusahaan Farmasi yang Go Publik dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun gambaran umum mengenai
keenam perusahaan yang menjadi sampel tersebut, secara ringkas dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. PT. Kalbe Farma
PT. Kalbe Farma Tbk. didirikan di Negara Republik Indonesia,
dalam rangka Penanaman Modal Dalam negeri No. 6 Tahun 1968 yang
telah diubah dengan undang- undang No. 12 Tahun 1970 berdasarkan
akta notaries Raden Imam Soesetyo Prawirokoesoemo No. 3 pada tanggal
10 September 1966. Akta Pedirian ini telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A.5/72/23
tanggal 12 September 1967 dan diumumkan dalam Tambahan No. 234,
Berita Negara Republik Indonesia No. 102 pada tanggal 22 Desember
1967. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali
mengalami perubahan, terakhir dengan akta notaris DR. Irawan Soerodjo,
S.H. Msi., No. 74, tanggal 29 November 2005, mengenai peningkatan
modal ditempatkan dan disetor Perusahaan sebesar 2.034.414.422 saham
dengan nilai nominal Rp. 50 per saham sehubungan dengan transaksi
penggbungan usaha Perusahaan yang dijelaskan pada catatan 3.
Perubahan terssebut telah diterima dan dicatat oleh Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (dahulu Menkeh) dalam Surat
Keputusan No. C-32928 Ht.01.04.TH.2005 tanggal 12 Desember 2005
dan telah diumumkan dalam Pengumuman Perusahaan pada tanggal 16
Desember (tanggal efektif merger).
b. PT. Merck Tbk
PT Merck Tbk berkedudukan di Indonesia dan berlokasi di Jl. T.B.
Simatupang No. 8, Pasar Rebo, Jakarta Timur, dididrikan dalam rangka
penanaman modal asing berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1967
jo, Undang-undang No. 11 tahun 1970, dengan akta notaries Eliza
Pondaag, S.H. tanggal 14 Oktober 1970, dan di umumkan dalam
Tambahan No. 202 pada Berita negara No. 34 tanggal 27 April 1971.
Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan,
terakhir dengan akta notaries Aulia Taufani, S.H. pengganti Sutjipto,
S.H. tanggal 4 Juni 2002 No. 1 mengenai perubahan nama Perseroan dari
Pt. Merck Indonesia Tbk. menjadi PT. Merck Tbk. Akte ini elah disetujui
oleh Menteri kehakiman dan Hak Asasi Manusia dengan No. C-11973
HT.01.04.TH.2002 tanggal 2 Juli 2002.
c. PT. Darya-Varia Laboratoria (DVLA)
PT. Darya-Varia Laboratoria (DVLA) Tbk. didirikan dalam rangka
Undang-undang penanaman Modal Dalam negeri No. 6 tahun 1976
berdasarkan akta notaris No. 5 tanggal 5 Februari 1976 dari Notaris
Surat Keputusan No. Y.A.5/288/11 Tanggal 28 mei 196 dan diumumkan
dalam tambahan No. 712 pada Berita Negara No. 92 tanggal 18
November 1977. Anggaran Dasar perusahaan telah beberapa kali di ubah,
antara lain mengenai perubahan nama perusahaan menjadi Pt.
Darya-Varia Laoratoria (DVLA) Tbk. dan perubahan anggaran dasar perusahaan
dalam rangka Undang – undang No. 1 tahun 1995 tentang perseroan
terbatas dilakukan dengan akta notaries Benny Kristianto, S.H. Perubahan
anggaran dasar tersebut telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dalam
Surat Keputusan No. C2-6441.HT.01.04.TH.97 tanggal 9 juli 1997 dan
diumumkan dalam tambahan No. 4747 pada Berita negara no. 81 tanggal
10 Oktober 1997. Perubahan terakhir sehubungan dengan penigkatan
modal dasar dari Rp. 100.000.000 (Rupiah Penuh) menjadi
Rp.280.000.000 (Rupiah Penuh) dilakukan dengan akta notaris No. 68
tanggal 15 Juni 1998 dari Notaris Benny Kristianto, S.H. Perubahan ini
telah disetujui oleh menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan no.
C26421.HT.01.04.Th.98 tanggal 15 Juni 1998 dan diumumkan dalam
Tambahan Berita Negara No. 6400 pada Berita Negara No. 92 tanggal 16
November 1998.
Perusahaan ini bergerak dalam bidang manufaktur, perdagangan,
dan distribusi produk-produk farmasi , dan perawatan kesehatan.
d. PT. Indofarma (Persero)
Perusahaan Perseroan (persero) PT. Indonesia Farma Tbk,
disingkat dengan PT. Indofarma (Persero) Tbk selanjutnya didirikan
berdasarkan akta No. 1 tanggal 2 Januari 1996 dan diubah dengan akta
No. 134 tanggal 26 Januari 1996 keduanya dari Notaris Sutjipto, SH.
Akta pendirian ini telah disahkan dengan surat keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia No. C2-2122.HT.01.01.TH.96 tanggal 13
Februari 1996 dan diumumkan dalam berita Negara No. 43 tanggal 28
Mei 1996, Tambahan No. 4886. Anggaran Dasar Perusahaan telah
mengalammi beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 13
tanggal 20 Februari 2001 dari Notaris Imas Fatimah, SH mengenai
peningkatan modal dasar. Akta perubahan ini telah mendapat persetujuan
dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Surat Keputusan No. C-1382. HT.01.04.Th 2001 tanggal 23 Februari
2001.
Pada awalnya, Perusahaan merupakan sebuah pabrik obat yang
didirikan pada tahun 1918 dengan nama Pabrik Obat Manggarai. Pada
tahun 1979, nama pabrik obat ini diubah menjadi Pusat Produksi Farmasi
Departemen Kesehatan. Kemudian, berdasarkan peraturan Pemerintah
Indonesia (PP) No. 20 tahun 1981 Pemerintah menetapkan Pusat
Produksi Farmasi Departemen Kesehatan menjadi Perusahaan Umum
Selanjutnya pada tahun 1996, status badan hukum Perum
Indofarma diubah menjadi Perusahaan Perseroan (persero) berdasarkan
PP No. 34 tahun 1995.
e. PT. Tempo Scan Pacific (TSPC)
PT. Tempo Scan Pacific Tbk. didirikan di Republik Indonesia pada
tanggal 20 Mei 1970, dengan nama PT. Scanchemie dalam rangka
Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968, yang telah diubah
dengan undang-undang No. 12 Tahun 1970, berdasarkan akta notaris
Ridwan Suselo, SH., No. 37. Akta pendirian ini disahkan oleh menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A.5/27/4
tanggal 13 Februari 1971, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No. 25, Tambahan No. 148 tanggal 26 Maret 1971. Anggaran
Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir
dengan Akta Notaris Wisnuwardanhi Sadjarwo, S.h, pengganti dari
notaries mudofir hadi, S.H, No. 35 tanggal 21 maret 1998 antara lain,
mengenai peningkatan dalam modal dasar dan modal ditempatkan
perusahaan sehubungan dengan Penawaran Umum Tebatas I sebagaimana
dijelaskan pada paragraph bawah. Perubahan ini telah diterima dan
dicatat oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan no. C2-HT.01.14.A.1859 tanggal 23 maret 1998; dan juga
telah dicatat dalam Daftar Perusahaan pada Departemen Perindustrian
dan Perdagangan Republik Indonesia di bahwa Agenda no.
Serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 38,
Tambahan No. 59 tanggal 12 Mei 1998.
Ruang lingkup kegiatan perusahaan bergerak dalam bidang usaha
farmasi dan memulai kegiatan komersilnya sejak tahun 1970. Kantor
pusat perusahaan di Gedung Bina mulia II, Lt , Jl. H.R. Rasuna Said Kav.
II, Jakarta 12950, sedangkan lokasi pabriknya terletak di Jakarta dan
Cikarang, Jawa Barat.
f. PT. Kimia Farma (Persero)
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. selanjutnya disebut
“Perusahaan” didirikan berdasarkan akta No. 18 tanggal 16 Agustus
1971 dan diubah dengan akta perubahan No. 18 tanggal 11 Oktober
1971 keduanya dari Soelaeman Arjasasmita, notaris di Jakarta. Akta
perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. J.A.5/184/21
tanggal 14 Oktober 1971, dan didaftarkan pada buku registrasi di
kantor Pengadilan Negeri Jakarta dibawah No. 2888 dan No. 2889
tanggal 20 Oktober 1971 serta telah diumumkan dalam berita Negara
Republik Indonesia No. 90 tanggal 9 November 1971, Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia No. 508. Anggaran Dasar
Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan
akta No. 45 tanggal 24 Oktober 2001 dari Imas Fatimah , S.H, Notaris
Akta perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri
kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan No. C-12746HT.01.04.TH.2001 Tanggal 8 November
2001.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Untuk keperluan analisis penelitian ini, data-data yang diperlukan
adalah Tangibility of Assets, Profitabilitas, Firm Size dan Long Term Debt
to Equity Ratio.
4.2.1. Tangibility of Assets (X1)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada variabel Tangibility of
Assets pada 6 Perusahaan Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2004 hingga tahun 2008 diperoleh data sebagai
[image:55.595.114.507.553.757.2]berikut :
Tabel 4.1
Data Tabel Variabel Tangibility of Assets pada Perusahaan Farmasi
No Perusahaan
Tahun Fixed Assets Total Assets
Tangibility of Assets (%) 2004 531,939,134,122 3,062,276,501,470 17.37 2005 859,117,129,272 4,633,398,659,211 18.54
2006 1,024,371,537,180 4,624,619,204,478 22.15