perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user RINGKASAN DISERTASI
MODEL PROMOSI KESEHATAN DALAM PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan derajat Doktor Program Studi Penyuluhan Pembangunan/Pemberdyaan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan
Di Surakarta pada tanggal 28 Oktober 2016
Oleh:
HERU SUBARIS KASJONO (NIM: T620809003)
Komisi Pembimbing: Prof. Dr. dr. AA Subiyanto, MS. : Promotor Dr. Drajat Tri Kartono, MS. : Co Promotor I Dr. Ir. Eny Lestari, MS. : Co Promotor II
PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
Ketua : Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D
Wakil Rektor I UNS
Sekertaris : Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah., M.Pd
Direktur Pascasarjana
UNS
Anggota : Dr. Sapja Anantanyu., SP., M.Si
Kepala
Program Studi
UNS
Anggota : Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si Dekan Fak. Kedokteran
UNS
Anggota : Prof. Dr. dr. AA Subiyanto., MS
Promotor UNS
Anggota : Dr. Drajat Tri Kartono., MS Co-Promotor 1 UNS
Anggota : Dr. Ir. Eny Lestari., MS Co-Promotor 2 UNS
Anggota : Prof. Dr. Bhisma Murti, MPH., M.Sc., Ph.D
Penguji 1 UNS
Anggota : Prof. DR. KRT. Adi Heru Sutomo., M.Sc., DCN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Disertasi yang berjudul “ Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue”.
Penulisan ini dapat terlaksana dengan baik berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat;
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi., MS., Selaku Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah., M.Pd., Selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
3. Dr. Sapja Anantanyu., SP., M.Si., Selaku Kepala Program Studi Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
4. Prof. Dr. dr. Ahmad Arman Subiyanto., MS., Selaku Promotor, yang telah memberikan semangat dan bimbingan.
5. Dr. Drajat Tri Kartono., MS., Selaku Co Promotor 1 yang telah memberikan bimbingan, saran dan memotivasi penulis.
6. Dr. Ir. Eny Lestari., MS., Selaku Co Promotor 2 yang telah memberikan bimbingan dan saran.
7. Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kemenkes R.I., atas beasiswa yang telah diberikan.
8. Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta beserta staf atas pemberian semangat yang tiada henti-hentinya.
commit to user
sampaikan kepada orang tua terhormat (Bapak Kasidi dan Ibu Suwarni)
dan mertua (Bapak Alm. Suparto dan Ibu Wiyati) atas Do’a, segala
kasih sayang dan segala dukungannya. Demikian juga istri tercinta (Endang Paryanti), dan anak tersayang Nur Muhammad Herunda Putra, yang telah mendorong dan memberikan motivasi.
Semoga semua amal dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis akan diberikan imbalan yang terbaik dari Alloh SWT dan semoga disertasi ini bermanfaat. Amin.
Surakarta, Oktober 2016
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ABSTRAK
Heru Subaris Kasjono, 2016. Model Promosi Kesehatan Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue. Disertasi Pembimbing I: Prof. Dr. dr. A.A. Subiyanto, MS., II: Dr. Drajat Tri Kartono, MS., III: Dr. Ir. Eny Lestari, MS. Program Studi Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
DBD, program PSN DBD, modal sosial, persepsi terhadap PSN DBD, persepsi terhadap penyakit DBD, dan partisipasi PSN DBD di rumah tangga. Kepadatan jentik nyamuk berdasarkan Container Index (CI) dipengaruhi oleh faktor penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD, modal sosial, persepsi terhadap PSN DBD, persepsi terhadap penyakit DBD, partisipasi PSN DBD di rumah tangga dan partisipasi PSN DBD di rumah lingkungan. Kesimpulan: Model pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue yang baik dirancang dengan meningkatkan partisipasi PSN DBD dikeluarga dan lingkungannya melalui perbaikan pelaksanaan penyuluhan dan program PSN DBD (Jumantik dan Tim Gertak) dengan memperhatikan modal sosial keluarga (warga).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ABSTRACT
Heru Subaris Kasjono, 2016. Health Promotion Model of Eradicating Mosquito Breeding Places of Dengue Hemorrhagic Fever. Dissertasion. First Promotore: Prof. Dr. dr. A.A. Subiyanto, MS., Second Promotore: Dr. Drajat Tri Kartono, MS., Third Promotore: Dr. Ir. Eny Lestari, MS. Devalopment Education/Community Empowerment Study Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.
commit to user
mosquito breeding place counseling and the eradicating mosquito breedinng place program. The eradicating mosquito breedinng place participation at households is influenced by an eradicating mosquito breedinng place counseling factor, the eradicating mosquito breeding place program, the social capital, the perception on the eradicating mosquito breeding place, and perception on the dengue fever. The participation of eradicating mosquito breeding place in the neighborhood is affected by a counseling factor of eradicating mosquito breedinng place, the eradicating mosquito breedinng place program, the social capital , the perception on eradicating mosquito breeding place, the perception on dengue fever, and the eradicating mosquito breeding place participation at households. The density of mosquito larvae, based on Container Index (CI), is affected by the eradicating mosquito breeding place counseling factors, the eradicating mosquito breeding place programs, the social capital, the eradicating mosquito breeding place perception, perception against disease of dengue fever, the eradicating mosquito breeding place participation in households and the eradicating mosquito breedinng place participation in the neighborhoods. Conclusion: a good model of mosquito eradication dengue fever is designed by increasing the participation of eradicating mosquito breeding place in the households and its environment through improvements counseling program eradicating mosquito breedinng place and dengue fever (Jumantik dan Team Gertak) by being attention to social capital family (residents).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Partisipasi ..16
4. Penyuluhan sebagai sarana perubahan perilaku sehat masyarakat ...17
5. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD dan Kepadatan Jentik (CI) ...18
B. Kerangka Berpikir...19
C. Hipotesis ...21
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian...23
B. Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ...23
C. Populasi dan Sampel Penelitian ...24
D. Instrumen Pengumpulan Data...25
E. Analisis Data ...26
commit to user
nyamuk DBD di Kabupaten Bantul ...34
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ...37
B. Implikasi ...39
C. Saran ...42
PUBLIKASI...46
DAFTAR PUSTAKA...48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang sampai saat
ini belum dapat ditanggulangi, serta merupakan kasus DBD tertinggi di
dunia. Penyakit DBD bahkan endemis hampir di seluruh provinsi,
kurun waktu 5 tahun terakhir jumlah kasus dan daerah terjangkit terus
meningkat dan menyebar luas sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(Sumantri, 2012). Berdasarkan ramalan Inter-governmental Panel on
Climate Change(IPCC) tahun 1996 melalui simulasi menyebutkan, jika
keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat tidak berubah maka,
insiden DBD di Indonesia diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat
dari sekarang pada tahun 2070 (Sintorini, 2006).
Hasil survei Dinkes Kabupaten Bantul (2011a), menyatakan
partisipasi masyarakat dalam melaksanakan PSN dari tahun 1999
sampai 2011 belum memuaskan karena nilai ABJ belum mencapai
target yang ditetapkan Kabupaten Bantul sebesar 80%. Hasil ini masih
jauh dari harapan nasional sebesar 95%, dan berdasarkan profil
kesehatan kabupaten Bantul tahun 2015 ABJ rata-rata 84% yang
berpotensi terhadap penularan DBD karena masih terdapat
commit to user
penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Kabupaten Bantul.
Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa studi sebelumnya
menunjukkan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan PSN belum
mencapai target. Hal ini disebabkan sulitnya membuat orang peduli dan
mau menjaga kebersihan lingkungan untuk melaksanakan PSN
(Hutabarat et al., 2007), pengetahuan masyarakat tentang penyebab
penyakit DBD masih rendah (Krianto. 2008b; Miklon, 2007), persepsi
masyarakat yang keliru tentang DBD serta peran dan tanggungjawab
siapa pencegahan dan pemberantasan DBD (Sudarno, 2008). Adanya
budaya masyarakat yang kurang mendukung PSN 3M (Sudiadnyana,
2008; Sukowati, 2010), strategi pendekatan yang dipilih pemerintah
kurang tepat, peran petugas masih rendah (Alvira, 2010; Krianto,
2008c), dan kemitraan dalam sosialisasi PSN 3 M Plus belum terjalin
dengan baik (Armstrong et al., 2006), serta masyarakat merasa lebih
percaya dengan bahan kimia dibandingkan melakukan PSN secara
mandiri (Cahyo, 2006; Haryono, 1999). Selain itu ada tempat - tempat
yang berpotensi sebagai perindukan nyamuk tidak diperiksa atau belum
dijangkau oleh warga, seperti lahan dan rumah kosong, tempat
pemakaman serta ruang publik (Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul,
2011b).
Penelitian modal sosial diberbagai negara menunjukkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
Miller et al. (2006), dan Brata (2004), menunjukkan bahwa modal
sosial menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi masalah kesehatan,
kemiskinan, pendidikan dan ketersediaan modal di tingkat rumah
tangga di Indonesia. Meskipun lebih dari satu dekade penelitian tentang
modal sosial dan kesehatan, hubungan teoritis dan empiris antara modal
sosial dan kesehatan masih belum diselesaikan dan makna dari berbagai
bentuk modal sosial individu dan kolektif serta implikasinya terhadap
kesehatan dan promosi kesehatan perlu eksplorasi lebih lanjut
(Eriksson, 2011).
Berdasarkan program yang sudah dilaksanakan dengan
pendekatan promosi kesehatan PSN DBD dan hasil-hasil penelitian
yang telah dilakukan belum cukup untuk menanggulangi DBD, serta
belum mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pemberantasan sarang nyamuk. Padahal partisipasi masyarakat adalah
hal yang utama dalam pengendalian DBD dan masyarakat sendirilah
yang akan bisa memelihara keberlanjutannya (WHO, 2006). Agar
masyarakat dapat berpartisipasi meningkatkan pelaksanaan PSN dan
berkelanjutan, perlu dicari model promosi kesehatan yang sesuai
dengan karakteristik masyarakat, modal sosial masyarakat, dan
commit to user B. Rumusan Masalah
Berdasarkan berbagai fakta yang telah dipaparkan maka terdapat
permasalahan berkaitan promosi kesehatan dalam pemberantasan
sarang nyamuk DBD, yaitu:
1. Apakah penyuluhan PSN DBD dan program PSN DBD
berpengaruh terhadap modal sosial ?
2. Apakah penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD dan modal
sosial berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap persepsi
PSN DBD ?
3. Apakah penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD, modal sosial
berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap persepsi
penyakit DBD ?
4. Apakah penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD, modal sosial,
persepsi PSN DBD, persepsi penyakit DBD berpengaruh langsung
dan tidak langsung terhadap partisipasi PSN DBD di rumah
tangga?
5. Apakah penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD, modal sosial,
persepsi PSN DBD, persepsi penyakit DBD, partisipasi PSN DBD
di rumah tangga berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap
partisipasi PSN DBD di lingkungan ?
6. Apakah penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD, modal sosial,
persepsi PSN DBD, persepsi penyakit DBD, partisipasi PSN DBD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
dan tidak langsung terhadap kepadatan jentik berdasarkan
Container Index (CI) ?
7. Bagaimana model promosi kesehatan dalam pemberantasan sarang
nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) berdasarkan
faktor-faktor yang diteliti di Kabupaten Bantul ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka disusunlah
tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh penyuluhan PSN DBD dan program PSN
DBD terhadap modal sosial.
2. Menganalisis pengaruh penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD
dan modal sosial secara langsung dan tidak langsung terhadap
persepsi PSN DBD.
3. Menganalisis pengaruh penyuluhan PSN DBD, program PSN
DBD, modal sosial secara langsung dan tidak langsung terhadap
persepsi penyakit DBD.
4. Menganalisis pengaruh penyuluhan PSN DBD, program PSN
DBD, modal sosial, persepsi PSN DBD, persepsi penyakit DBD
secara langsung dan tidak langsung terhadap partisipasi PSN DBD
di rumah tangga.
5. Menganalisis pengaruh penyuluhan PSN DBD, program PSN
commit to user
partisipasi PSN DBD di rumah tangga secara langsung dan tidak
langsung terhadap partisipasi PSN DBD di lingkungan.
6. Menganalisis pengaruh penyuluhan PSN DBD, program PSN
DBD, modal sosial, persepsi PSN DBD, persepsi penyakit DBD,
partisipasi PSN DBD di rumah tangga, partisipasi di lingkungan
secara langsung dan tidak langsung terhadap kepadatan jentik
berdasarkan Container Index (CI).
7. Merancang model promosi kesehatan dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di Kabupaten
Bantul.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
Manfaat praktis yang diharapkan adalah sebagai sumbangan
pemikiran bagi pihak-pihak yang terkait dalam pertimbangan
pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan pencegahan dan
penanggulangan DBD, khususnya pemberantasan sarang nyamuk
agar suatu wilayah bebas DBD secara berkelanjutan.
2. Manfaat akademik
Manfaat akademik yang diharapkan adalah sebagai bahan
kajian dan pengembangan pendekatan promosi kesehatan,
khususnya mengenai model promosi kesehatan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
DBD) untuk mendukung keberlanjutan sistem pencegahan dan
penanggulangan DBD.
E. Kebaruan Penelitian
Untuk menunjukkan kebaruan penelitian, penelitian ini
dibandingkan dengan penelitian penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Selain penelitian itu, peneliti menggunakan teori Health
Belief Model (Nadioo dan Wills, 1996) sebagai teori utama dalam
penelitian. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya dan teori HBM
dibagi atas empat hal, yaitu berdasarkan tujuan, metode penelitian yang
digunakan, variabel penelitian dan hasil penelitian.
1. Tujuan penelitian
Penelitian yang telah dilakukan pada umumnya tentang kampanye
dan keberhasilan program pencegahan dan pengendalian DBD di
masyarakat dengan outcome kasus DBD. Penelitian ini berbeda,
karena penelitian bertujuan menghasilkan model promosi kesehatan
dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD (PSN DBD)
berdasarkan HBM, dan penyuluhan, program yang sudah
dilaksanakan serta modal sosial dengan outcome kepadatan jentik
nyamuk berdasarkanContainer Index(CI).
2. Metode penelitian
Penelitian terdahulu pada umumnya menggunakan kualitatif dan
commit to user
Model (HBM). Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross
Sectional dan paradigma kuantitatif sebagai tumpuan analisis,
dilengkapi dengan informasi berdasarkan data kualitatif untuk
mendukung dan mempertajam analisis kuantitatif. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalahpath analysis yang didukung
dengan informasi kualitatif, sedangkan penelitian terdahulu pada
umumnya menggunakan regresi ganda dan regresi logistik.
3. Variabel penelitian
Penelitian terdahulu pada umumnya menggunakan sebagian atau
seluruhnya dari teori HBM terkait perilaku pencegahan, penularan
DBD dan kasus/kejadian DBD. Penelitian ini berbeda, karena
mengintegrasikan modal sosial dalam teori HBM, terkait dengan
partisipasi PSN DBD di rumah tangga dan lingkungan, dan serta
kepadatan jentik nyamuk yang dilihatContainer Indeks(CI).
4. Hasil penelitian
Hasil penelitian berbeda dari penelitian sebelumnya, disebabkan
penelitian ini menghasilkan suatu rumusan model promosi
kesehatan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat baik di
rumah warga dan di lingkungannya dalam PSN DBD untuk
menurunkan kepadatan jentik nyamuk Ae.aegypti melalui
peningkatkan penyuluhan PSN DBD dan program DBD
berdasarkan modal sosial individu (keluarga), sehingga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran diri oleh, untuk,
dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai
dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan (Depkes, 2006a).
Hakekatnya promosi kesehatan adalah penopang utama bagi
setiap program kesehatan. Dengan kata lain, promosi kesehatan
walaupun berdiri sendiri sebagai salah satu program kesehatan, tidak
boleh berjalan sendiri. Promosi kesehatan harus selalu bergandeng
tangan dengan setiap program kesehatan dalam rangka mencegah
timbulnya masalah baru (kasus baru) dan mengatasi masalah (kasus)
yang terlanjur ada, serta memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Petugas-petugas kesehatan lain merupakan ujung
tombak bagi promosi kesehatan karena merekalah yang selalu
berhubungan langsung dengan individu-individu (pasien atau klien) dan
keluarga serta dipercaya dapat membantu mereka (Hartono, 2010).
Model promosi kesehatan sampai saat ini, dari beberapa pendapat
commit to user
1) Caplan and Holland (1990), bentuk ini menjelaskan bahwa ada
empat paradigma dari promosi kesehatan. Paradigma itu antara lain
adalah cara pandang tradisional (berhubungan dengan medis dan
pendekatan perubahan sikap yang dijelaskan lebih awal), cara
pandang humanisme (berhubungan dengan pendekatan
pendidikan), cara pandang humanisme radikal (berhubungan
dengan pendekatan penguatan), cara pandang bentuk radikal
(mempertahankan bentuk tidak berkualitas merupakan penyebab
dari banyak masalah kesehatan).
2) Beattie (1991), Tipologi Beattie mengemukakan empat strategi
untuk promosi kesehatan, antara lain dengan ajakan kesehatan, aksi
legislatif, konseling pribadi, dan pembangunan komunitas.
3) French and Adams (1986), menawarkan hierarki model tiga. Fase
pertama adalah model perubahan perilaku yang termasuk medis,
perubahan sikap dan pendekatan pendidikan. Fase kedua adalah
model penguatan diri sendiri yang bertujuan untuk meningkatkan
otonomi individu. Fase ketiga adalah model tindakan kolektif.
4) Model promosi kesehatan Ewles dan Simnett (1994),
mempertimbangkan lima pendekatan:
a) Medis: difokuskan pada penyakit dan penjelasan biomedis dari
kesehatan; konsep sempit dari sakit.
b) Perilaku: mendorong individu untuk menerima perilaku hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
c) Pendidikan: pembekalan pengetahuan dan informasi dan
membantu pengembangan keterampilan bagi perorangan untuk
membuat keputusan.
d) Pemberdayaan: menolong individu untuk mengidentifikasi
tentang pengakuan dan kebutuhan.
e) Perubahan sosial: memusatkan pada lingkungan sosial ekonomi
sebagai penentu kesehatan, meliputi lobby, perencanaan
kebijakan, dan negosiasi.
5) Tannihil dalam Nadioo dan Willis (1996), model promosi
kesehatan ini banyak diterima oleh para pegawai kesehatan.
Tannihill berbicara tentang tiga bidang aktifitas yang meliputi,
pendidikan kesehatan, perlindungan kesehatan, dan pencegahan.
6) Health BeliefModel
Dikembangkan oleh Becker pada tahun 1984 (Naidoo dan
Willis, 1996). Menjelaskan adanya pengetahuan seseorang terhadap
ancaman kesehatan dan pemahaman terhadap perilaku yang
disarankan untuk mencegah atau mengatasi masalah kesehatan
didasarkan pada penilaian feasibilitas dan keuntungan
dibandingkan dengan biaya. Dalam“Health Belief Model”persepsi
individu sangat berpengaruh dalam menentukan seseorang untuk
melakukan upaya tindakan preventif atau pencegahan penyakit. Hal
ini menjadikan HBM sebagai model yang menjelaskan
commit to user
karena itu, HBM memiliki fungsi sebagai model pencegahan atau
preventif (Stanley & Maddux: 1986).
Teori perubahan perilaku The Belief Model menekankan pada
persepsi yang kuat dan dugaan yang kuat dari adanya dampak penyakit
terhadap pengobatan. Hampir serupa dengan persepsi manfaat dan
persepsi kerugian dari perilaku kesehatan yang efektif. Pada model ini
terdapat 4 komponen persepsi yang penting yaitu:
1. Perceived Threat
2. Perceived Susceptibility dan Perceived Severity
3. Perceived Benefits dan Perceived Barriers
4. Cues to Action:
Adanya keempat komponen persepsi yang mempengaruhi
perilaku masyarakat terhadap kesehatan. Teori perubahan perilaku self
efecacy menekankan adanya contoh dalam diri seseorang sehingga
perilaku seseorang dicontoh oleh masyarakat sekitar hingga menjadikan
sebuah budaya masyarakat. Teori perubahan perilaku ini biasa
digunakan dalam perubahan perilaku masyarakat khususnya kesehatan
dengan memanfaatkan tokoh masyarakat sekitar yang dianggap
mempunyai peran penting dan mempunyai suritauladan khususnya
dibidang kesehatan. Pendekatan perubahan perilaku pada masyarakat
didasarkan pada tokoh masyarakat sekitar yang dianggap mempunyai
pengaruh lebih atau tokoh masyarakat yang mempunyai suritauladan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
2. Modal sosial
Kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai
tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi disebut
modal sosial. Menurut Bourdieu dalam Winter (2000), modal sosial
merupakan wujud nyata (sumber daya) dari suatu institusi kelompok.
Modal sosial merupakan jaringan kerja yang bersifat dinamis dan bukan
alamiah. Modal sosial merupakan investasi strategis baik secara
individu maupun kelompok. Bourdieu menggambarkan bahwa modal
sosial merupakan kumpulan sumber daya yang dimiliki setiap
keanggotaan dalam suatu kelompok yang digunakan secara
bersama-sama. Jika dibandingkan dengan Bourdeiu, Coleman menggunakan
terminologi berbeda dalam menggambarkan modal sosial. Coleman
menggambarkan modal sosial bukan dari sesuatu yang terlihat hasil
tetapi lebih kepada sesuatu yang dilakukan atau dengan kata lain fungsi
dari modal sosial itu sendiri. Menurut Edward (2004), menyebut modal
sosial sebagai sumberdaya karena ia dapat memberi kontribusi terhadap
kesejahteraan individu dan masyarakat seperti halnya dengan
sumberdaya lain (alam, ekonomi dan sumberdaya manusia) dan
mengaplikasikan konsep modal sosial lebih menekankan pada bentuk
norma dan sanksi terutama dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
Mengacu pada Uphoff (2000), modal sosial dirinci menjadi dua
kategori yaitu bentuk struktural dan kognitif. Masing-masing kategori
commit to user
aturan mendukung empat fungsi dasar dan kegiatan yang diperlukan
untuk tindakan kolektif, yaitu pembuatan keputusan, mobilisasi dan
pengelolaan sumber daya, komunikasi, koordinasi dan resolusi konflik.
Hubungan-hubungan tersebut membangun pertukaran (exchange) dan
kerjasama (cooperation) yang melibatkan barang material maupun non
material. Hubungan-hubungan tersebut membentuk jejaring (network).
Peranan, aturan dan jejaring memfasilitasi tindakan kolektif yang saling
menguntungkan (mutually beneficial collective action, MBCA).
Tabel 2.1. Kategori modal sosial
Struktural Kognitif
Sumber dan
Manifestasi
• Peran dan aturan
• Network dan hubungan interpersonal lainnya
• Tata cara dan keteladanan
• Norma
• Nilai
• Sikap
• Kepercayaan
Domain • Organisasi sosial • Kebudayaan
masyarakat
Faktor dinamis • Ketertakitan horizontal
• Keterkaitan vertikal
• Rasa percaya
• Solidaritas
• Kerjasama
• Kedermawanan
Elemen umum Harapan yang mengarah pada perilaku bekerjasama yang menghasilkan manfaat bersama
Sumber: Uphoff (2000)
Krishna dan Shrader (2000), menggambarkan modal sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
kepercayaan, solidaritas, dan timbal balik. Modal sosial struktural, di
sisi lain, mengacu pada komposisi, lingkup, dan kegiatan lembaga
tingkat lokal dan jaringan. Singkatnya, modal sosial struktural mengacu
pada apa yang dilakukan orang, sedangkan modal sosial kognitif
mengacu pada apa yang orang rasakan berkaitan dengan hubungan
sosial (Harphamet al., 2002).
Gambar 2.1 menggambarkan pembagian antara modal sosial
struktural dan kognitif untuk pendekatan individual dan kolektif dalam
modal sosial. Seorang individu dapat terlibat dalam jaringan ditandai
dengan bounding, bridging dan atau linking. Orang-orang seperti
memiliki akses keberbagai bentuk modal sosial struktural. Keterlibatan
dalam jaringan yang berbeda menghasilkan penciptaan norma timbal
balik serta kepercayaan antara orang-orang. Modal sosial bounding
jaringan secara informal akan memperkuat ikatan antara orang-orang
yang mempunyai etnis, keluarga yang sama (thick trust) pada orang
yang dikenal secara pribadi (kepercayaan pribadi). Keterlibatan dalam
menjembatani (bridging) dan menghubungkan (linking) secara formal
antara jaringan orang dengan berbagai latar belakang dapat
mengakibatkan, kepercayaan antara orang-orang yang tidak secara
pribadi mengenal satu sama lain (thin trust). Pada tingkat kolektif,
modal sosial struktural sering didefinisikan dan diukur sebagai tingkat
agregat keterlibatan, yaitu sebagai proporsi orang yang terlibat dalam
commit to user
Gambar 2.1. Perbedaan bentuk struktural dan kognitif dalam modal sosial kolektif dan individual (Eriksson, 2010).
kolektif kognitif sering diartikan dan diukur sebagai tingkat agregat
kepercayaan, seperti proporsi individu percaya di daerah tertentu.
Agregat Bounding,
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi
Upaya peningkatan partisipasi masyarakat tidak selalu berjalan
lancar. Dalam penerapannya seringkali ditemui kendala (hambatan)
yang dapat menghalangi terjadinya suatu perubahan. Solomon dalam
Dubois (1992), menjelaskan bahwa faktor-faktor kontekstual seperti
struktur ekonomi dan politik, nilai dan kepercayaan, serta definisi
peran, secara langsung atau tidak langsung mendukung atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
stereo type, diskriminasi dan stigmatisasi, sedangkan hambatan
langsung adalah keterampilan yang belum berkembang.
Keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat dalam proses pembangunan tersebut, oleh Korten dan
Averack (1992), diformulasikan sebagai faktor dalam diri individu atau
karakteristik individu (person inner determinan) dan faktor diluar diri
individu atau faktor lingkungan (environmental faktor).
4. Penyuluhan sebagai sarana perubahan perilaku sehat
masyarakat
Penyuluhan adalah program pendidikan luar sekolah yang
bertujuan untuk memberdayakan sasaran dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara mandiri. Karena penyuluhan adalah
program pendidikan maka dalam pelaksanaannya harus memperhatikan
unsur-unsur tujuan pendidikan seperti berikut (Slamet, 2003):
a. Orang yang menjadi sasaran penyuluhan.
b. Perubahan perilaku apa yang diinginkan.
c. Masalah (subject matter) yang diinginkan dengan perubahan
perilaku tersebut.
d. Situasi lingkungan.
Penyuluhan kesehatan masyarakat adalah suatu proses perubahan,
pertumbuhan dan perkembangan diri manusia menuju kepada
keselarasan dan keseimbangan jasmani, rohani dan sosial dari manusia
commit to user
jawab untuk mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri serta
masyarakat lingkungannya (Notoatmodjo, 2010).
Tujuan penyuluhan kesehatan masyarakat adalah (Depkes, 2009):
a. Kesehatan dianggap sebagai hal penting dan diberi nilai tinggi oleh
masyarakat.
b. Masyarakat melakukan tindakan yang perlu untuk mencapai
kesehatan diri dan lingkungannya.
c. Masyarakat berusaha membantu dan mengembangkan serta
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal.
5. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD dan kepadatan
jentik (CI)
Sebagaimana diketahui cara pencegahan dan pemberantasan DBD
yang dapat dilakukan saat ini adalah memberantas vektor yaitu nyamuk
penular Aedes aegypti dan pemberantasan terhadap jentik-jentiknya.
Cara yang paling tepat adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN DBD) yang harus didukung oleh peran serta
masyarakat. Apabila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat
maka populasi nyamuk Aedes aegypti akan dapat ditekan
serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Upaya
penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus dilakukan secara
berkesinambungan dan terus-menerus, karena keberadaan jentik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
Hadinegoro et al. (2005), menyatakan bahwa strategi dalam
pencegahan DBD, meliputi:
a. Fogging
b. Penyuluhankepadamasyarakat
c. Pemantuanjentik berkala
d. Penggerakanmasyarakat dalam PSN DBD
Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat partisipasi
masyarakat dalam PSN DBD adalah melihat ada atau tidaknya jentik
disetiap tempat genangan air. Ukuran-ukuran yang digunakan untuk
mengetahui kepadatan jentikAedes aegypti: (WHO, 2006 & Depkes RI,
2006a).
a. Angka Bebas Jentik (ABJ):
Jumlah rumah tidak ditemukan jentik Jumlah rumah yang diperiksa
b. House index(HI)
Jumlah rumah yang ditemukan jentik Jumlah rumah yang diperiksa
c. Container index(CI)
Jumlah Container dengan jentik Jumlah Container yang diperiksa
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian adalah dasar pemikiran dari
penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah x 100%
x 100%
commit to user
kepustakaan. Oleh karena itu, kerangka berpikir memuat teori, dalil atau
konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian
dalam kerangka berpikir menjelaskan hubungan dan keterkaitan antara
variabel penelitian (Riduwan, 2012).
Penelitian ini menggunakan teori Health Belief Model (Nadioo
dan Wills, 1996), yang terkait dengan partisipasi dalam pelaksanaan
PSN 3 M Plus di rumah tangga maupun lingkungan masyarakat.
Pelaksanaan PSN dengan 3 M plus pada penelitian mengacu pada
program pemerintah yang selama ini sudah dilaksanakan. Pada
penelitian ini memasukkan faktor modal sosial, karena berdasarkan
kajian pustaka dan jurnal yang ada selama ini, modal sosial merupakan
hal penting bagi pembangunan segala bidang, termasuk kesehatan.
Namun pada penelitian kesehatan masyarakat masih sangat jarang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
Gambar 2.2. Hubungan antar variabel penelitian
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan, dapat
dirumuskan hipotesis kerja penelitian sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh positif yang signifikan faktor penyuluhan PSN
DBD dan program PSN DBD terhadap modal sosial keluarga di
Kabupaten Bantul.
2. Terdapat pengaruh positif yang signifikan faktor penyuluhan PSN
commit to user
tidak langsung terhadap persepsi PSN DBD di rumah tangga di
Kabupaten Bantul.
3. Terdapat pengaruh positif yang signifikan faktor pengaruh
penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD, modal sosial secara
langsung dan tidak langsung terhadap persepsi penyakit DBD di
rumah tangga di Kabupaten Bantul.
4. Terdapat pengaruh positif yang signifikan faktor penyuluhan PSN
DBD, program PSN DBD, modal sosial, persepsi PSN DBD,
persepsi penyakit DBD secara langsung dan tidak langsung
terhadap partisipasi PSN DBD di rumah tangga di Kabupaten
Bantul.
5. Terdapat pengaruh positif yang signifikan faktor penyuluhan PSN
DBD, program PSN DBD, modal sosial, persepsi PSN DBD,
persepsi penyakit DBD, partisipasi PSN DBD di rumah tangga
secara langsung dan tidak langsung terhadap partisipasi PSN DBD
di rumah lingkungan di Kabupaten Bantul.
6. Terdapat pengaruh positif yang signifikan faktor penyuluhan PSN
DBD, program PSN DBD, modal sosial, persepsi PSN DBD,
persepsi penyakit DBD, partisipasi PSN DBD di rumah tangga,
partisipasi di lingkungan secara langsung dan tidak langsung
terhadap kepadatan jentik berdasarkan Container Index (CI) di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik
(Muhajir, 2007). Pengamatan utama penelitian adalah menilai
partisipasi dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD serta
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan
Cross Sectional dan paradigma kuantitatif (Singarimbun dan Effendi,
2008; Notoadmodjo, 2007), sebagai tumpuan analisis, dilengkapi
dengan informasi berdasarkan data kualitatif sesuai pendapat Brannen
(2002), untuk mendukung dan mempertajam analisis kuantitatif.
B. Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Metode Penetuan Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive),
dalam penentuan Provinsi D.I.Y dan Kabupaten Bantul. Pada penelitian
ini penentuan desa terpilih menggunakan rumus sampel untuk estimasi
proporsi tunggal karena besar populasi sasaran (N) diketahui
(terbatas=finite) yaitu sebanyak 75 desa, rumus ukuran sampel untuk
menaksir proporsi sebuah populasi sebagai berikut (Lemeshow et al.,
commit to user
Nilai perkiraan proporsi (P)=0,96 yang diperoleh dari 72 desa
endemis dan sporadis DBD dari total 75 desa, nilai Z21-α/2 = 1,96 pada
derajat kepercayaan (CI) 95% dan presisi mutlak (d) sebesar 10%, maka
hasil perhitungan besar sampel pada tahap desa adalah 7 desa, yang
ditetapkan secara acak untuk 7 desa yang endemis dan 3 desa yang
potensial diambil semua. Selanjutnya dari desa yang terpilih semua
dusun dan Rukun Tetangga (RT) yang tidak termasuk untuk uji
kuesioner diambil sebagai lokasi penelitian pada masing-masing Desa.
2. Waktu Penelitian
Pengumpulan data primer dilakasanakan selama enam bulan yaitu
dari bulan Januari sampai Juni 2015.
C. Populasi dan Sampel Penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga masyarakat
yang tinggal di Kabupaten Bantul pada tahun 2014, baik yang berada di
daerah endemis, sporadis dan potensial DBD sebanyak 254.149 KK.
Adapun besar sampel dihitung menggunakan pendapat Harris (1985)
dalam Murti (2013), rumus ukuran untuk analisis multivariat;n >10 m,
bila melibatkan ≥ 6 prediktor (variabel independen), maka pada
penelitian ini dibutuhkan minimal 60 rumah tangga. penelitian N.Z21-αP(1-P)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
menggunakan sampel atau responden ibu rumah tangga sebanyak 600
responden yang diperoleh dari hasil perkalian 10 desa dengan 60
responden kepala rumah tangga yang ditetapkan secara quota atau
quota sampling. Jadi besar sampel keseluruhan 600 responden.
Pemilihan ibu rumah tangga pada setiap RT di masing-masing desa
dilakukan secara random sederhana dengan sistem undian.
D. Instrumen Pengumpulan Data
1. Sumber data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer
dan data sekunder.
2. Teknik pengumpulan dan instrumen data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengacu pada
tujuan penelitian dan identifikasi variabel penelitian yang diteliti.
Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Observasi
b. Kuesioner
c. Panduan wawancara
d. Focus Group Discussion(FGD)
Uji coba instrument, analisis validitas dan reliabilitas untuk
mengetahui kelayakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Uji
coba kuesioner pada penelitian ini dilakukan pada salah satu dusun
commit to user
pada uji coba ini sebanyak 225 orang. Pengumpul data (enumerator),
fasilitator dan FGD mendapat pelatihan dari peneliti selama 1 hari
untuk menyamakan persepsi dan teknik pelaksanaan pengumpulan
data dilapangan. Adapun enumerator yang menggunakan instrumen
kuesioner dan observasi sebanyak 20 orang yang berasal dari
mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan
Yogyakarta, semester lima (5), sedangkan untuk FGD dipandu oleh
satu orang Sanitarian Puskesmas setempat dan satu orang pencatat
atau perekam pelaksanaan FGD.
3. Validitas instrumen
Data penelitian ini uji validitas instrumen yang dilakukan adalah
jenis uji validitas konstruk untuk menilai seberapa jauh instrumen
dapat mengukur sifat bangunan pengertian. pengujian validitas
dilakukan dengan analisis faktor (Exploratory Factor Analysis)
(Azwar, 2007).
4. Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan melihat koefisien
Alpha Cronbach.
E. Analisis Data
Tahapan Analisis data terbagi dalam: 1) Tahap deskripsi data, 2)
Tahap pengujian hipotesis, dan 3) Pengujian model dengan analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Analisis Jalur
Analisis jalur bertujuan untuk mengukur hubungan langsung
maupun hubungan tidak langsung antar variabel dalam model (Ghozali,
2012).
Adapun hasil uji kecocokan model (goodness of fit) dari model
atau path diagram yang sesuai dengan kerangka konseptual dapat di
lihat pada Tabel 4.1. sebagai berikut:
Tabel 4.1. Nilaigoodness of fitdari model atau path diagram yang sesuai dengan kerangka konseptual
Keterangan Nilai
Nobservasi = 600
Adjusted R Square = 0,601
Model Fit X2 = 7.159
P = 0,067
GFI = 0.997
AGFI = 0.964
RMSEA = 0,048
NFI = 0.999
CFI = 0.999
Berdasarkan nilai uji kecocokan model (goodness of fit) dari
model atau path diagram pada Tabel 4.1 diatas dapat dikatakan bahwa
model sudah fit. Hasil model sesuai gambar 4.1 digunakan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
Tabel 4.2. Hasil analisis pengaruh penyuluhan PSN DBD (X2) dan program PSN DBD (X3) terhadap modal sosial (X1) Variabel
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa hipotesis
pertama terbukti dan besarnya koefisien determinasi (R2), sebesar 0.49,
yang berarti modal sosial dipengaruhi secara langsung dan positif oleh
penyuluhan dan program PSN DBD sebesar 0.49 atau 49%.
Penyuluhan berpengaruh langsung paling besar.
Tabel 4.3. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi PSN DBD.
Modal Sosial (X1) 0.448 0,001
commit to user
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa hipotesis kedua
terbukti dan besarnya koefisien determinasi (R2), sebesar 0.69, yang
berarti persepsi PSN DBD dipengaruhi oleh penyuluhan, program dan
modal sosial sebesar 0.69 atau 69%. Modal sosial berpengaruh paling
besar terhadap persepsi PSN DBD.
Tabel 4.4. Hasil analisis faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi penyakit DBD
Modal Sosial (X1) 0.140 0,025
Penyuluhan PSN DBD
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa hipotesis
ketiga terbukti dan besarnya koefisien determinasi (R2), sebesar 0.46,
yang berarti persepsi penyakit DBD dipengaruhi oleh penyuluhan,
program dan modal sosial sebesar 0.46 atau 46%. Penyuluhan
berpengaruh paling besar terhadap persepsi penyakit DBD. Namun
program PSN DBD tidak berpengaruh langsung dengan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
Tabel 4.5. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi PSN DBD di rumah tangga
Variabel
Modal Sosial (X1) 0.142 0,001
Penyuluhan PSN DBD (X2)
0.263 0,001
Program PSN DBD (X3) 0.123 0,001
Persepsi PSN DBD (X4) 0.557 0,001
Persepsi penyakit
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa hipotesis
keempat terbukti dan besarnya koefisien determinasi (R2) sebesar 0.79,
yang berarti partisipasi PSN DBD dipengaruhi oleh penyuluhan,
program dan modal sosial sebesar 0.79 atau 79%. Persepsi PSN DBD
berpengaruh paling besar terhadap PSN DBD di rumah tangga.
Tabel 4.6. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi PSN DBD di lingkungan
Modal Sosial (X1) 0.093 0,001
Penyuluhan PSN DBD (X2)
0.152 0,001
Program PSN DBD (X3) 0.039 0,001
Persepsi PSN DBD (X4) 0.183 0.049
commit to user
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa hipotesis keempat
terbukti dan besarnya koefisien determinasi (R2), sebesar 0.99, yang
berarti partisipasi PSN DBD dipengaruhi oleh penyuluhan, program,
modal sosial, persepsi PSN DBD, persepsi penyakit DBD, dan
partisipasi PSN DBD di rumah tangga sebesar 0.99 atau 99%. Persepsi
penyakit DBD berpengaruh paling besar terhadap partisipasi PSN DBD
di lingkungan.
Tabel 4.7. Hasil Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepadatan Jentik Nyamuk (CI)
Modal Sosial (X1) 0.169 0,001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa hipotesis keempat
terbukti dan besarnya koefisien determinasi (R2), sebesar 0.60, yang
berarti kepadatan jentik nyamuk (CI) dipengaruhi oleh penyuluhan,
program, modal sosial, persepsi PSN DBD, persepsi penyakit DBD,
partisipasi PSN DBD di rumah tangga, dan partisipasi PSN DBD di
lingkungan sebesar 0.60 atau 60%. Partisipasi di lingkungan
berpengaruh paling besar terhadap kepadatan jentik nyamuk.
Adapun ringkasan pengaruh langsung dan tidak langsung variabel
independen pada penelitian terhadap kepadatan jentik nyamuk (CI)
seperti pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Ringkasan pengaruh langsung dan tidak langsung pada kepadatan jentik nyamukAe.Aegypti(CI).
Variabel
Dependen
Variabel Independen Pengaruh (%) Total
Langsung
commit to user
Berdasarkan analisis jalur terhadap pengaruh langsung dan tidak
langsung variabel yang berpengaruh terhadap kepadatan jentik nyamuk
dengan menghitung CI, menunjukkan bahwa partisipasi PSN DBD di
lingkungan, program PSN DBD dan penyuluhan PSN DBD
mempengaruhi secara langsung lebih besar (37,4%, 25,1% dan 24,4%)
terhadap CI, seperti terlihat pada tabel 4.37. Bila dilihat dari pengaruh
totalnya, maka penyuluhan PSN DBD, partisipasi PSN DBD di rumah
tangga dan partisipasi PSN DBD di lingkungan memberikan pengaruh
relatif besar terhadap CI, yaitu sebesar 71,59%, 40,61% dan 37,4%.
B. Model promosi kesehatan dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD di Kabupaten Bantul.
Setelah didapatkan konsep model dari uji analisis jalur (Gambar
4.1), selanjutnya konsep model tersebut dikompilasi dengan hasil
wawancara dan FGD, berdasarkan teori sistem berpikir dan sistem
tindakan dari Checkland (1999), maka dapat diajukan model akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
Keterangan : = Umpan balik
Gambar 4.2. Desain model promosi kesehatan dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD berkelanjutan.
Gambar 4.2. merupakan skema dari model yang mendorong
keberlanjutan kegiatan promosi kesehatan yang dilaksanakan di
masyarakat, terutama dalam PSN DBD. Sehingga diharapkan kasus
DBD disuatu wilayah tidak terjadi lagi. Tahapan yang diharapkan terus
berlangsung, yaitu mulai dari tahapaninput, proses,output,outcomedan
commit to user
Secara sederhana model promosi kesehatan dalam PSN DBD
dapat dijelaskan sebagai berikut: kepadatan jentik nyamuk (Container
Index)dapat rendah, bila dilakukan PSN DBD baik di keluarga maupun
dilingkungan secara rutin atau berkesinambungan oleh seluruh warga.
PSN DBD dilakukan secara berkesinambungan bila persepsi warga
terhadap PSN DBD baik atau positif, persepsi warga positif bila
dilakukan penyuluhan dan program PSN DBD dengan baik, serta
menggunakan modal sosial warga sebagai acuan utama (Gambar 4.3).
Penyuluhan dilakukan pada saat kumpulan PKK Desa/Dusun/RT, Dasa
Wisma atau majelis taklim/kelompok pengajian, jadi tidak usah
menggunakan wahana atau forum atau kelompok baru dalam
memberikan penyuluhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik
beberapa kesimpulan penelitian antara lain:
1. Modal sosial keluarga dipengaruhi secara positif dan signifikan
oleh penyuluhan PSN DBD dan program PSN DBD. Penyuluhan
berpengaruh relatif besar terhadap modal sosial.
2. Persepsi PSN DBD dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh
faktor penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD dan modal
sosial keluarga. Modal sosial berpengaruh paling besar terhadap
persepsi PSN DBD.
3. Persepsi penyakit DBD dipengaruhi secara postif dan signifikan
oleh faktor penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD dan modal
sosial keluarga. Penyuluhan PSN DBD berpengaruh paling besar
terhadap persepsi penyakit DBD.
4. Partisipasi PSN DBD di rumah tangga dipengaruhi secara positif
dan signifikan oleh faktor penyuluhan PSN DBD, program PSN
DBD, modal sosial, persepsi terhadap PSN DBD, dan persepsi
terhadap penyakit DBD. Persepsi terhadap PSN DBD dan
penyuluhan berpengaruh relatif besar terhadap PSN DBD di rumah
commit to user
5. Partisipasi PSN DBD di lingkungan dipengaruhi secara positif dan
signifikan oleh faktor penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD,
modal sosial, persepsi terhadap PSN DBD, persepsi terhadap
penyakit DBD, dan partisipasi PSN DBD di rumah tangga. Persepsi
terhadap penyakit DBD berpengaruh paling besar terhadap
partisipasi di lingkungan.
6. Kepadatan jentik nyamuk berdasarkan Container Index (CI)
dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh faktor penyuluhan
PSN DBD, program PSN DBD, modal sosial, persepsi terhadap
PSN DBD, persepsi terhadap penyakit DBD, partisipasi PSN DBD
di rumah tangga dan partisipasi PSN DBD di rumah lingkungan.
Partisipasi di lingkungan berpengaruh paling besar terhadap
kepadatan jentik nyamuk.
7. Model pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue
yang baik dirancang dengan meningkatkan partisipasi PSN DBD
dikeluarga dan lingkungannya melalui perbaikan pelaksanaan
penyuluhan dan program PSN DBD (Jumantik dan Tim Gertak)
dengan memperhatikan modal sosial keluarga. Penyuluhan PSN
DBD dapat diperbaiki melalui peningkatan kemampuan penyuluh,
penggunaan media dan metode, serta memperhatikan modal sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
B. Implikasi
Berdasarkan dari hasil penelitian memberikan implikasi
teoritis, metodologis dan praktis sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Hasil analisis jalur memberikan implikasi teoritis dari aspek
perbaikan penyuluhan dan program PSN DBD yang sudah ada dengan
mempertimbangkan modal sosial. Beberapa konsep pemberdayaan
masyarakat yang telah ada tidak menekankan pada aspek modal sosial
yang jelas dalam mendasari pemberantasan penyakit DBD. Konsep
yang selama ini dikembangkan cenderung melakukan modifikasi
perubahan perilaku di masyarakat tanpa memperhatikan modal sosial
yang dimiliki oleh masyarakat sehingga menyebabkan berbagai
intervensi program yang telah diberikan pada masyarakat tidak
sustainable. Keadaan ini yang menyebabkan program berhenti saat
program selesai dan masyarakat tidak mampu melanjutkan program
yang sudah ada.
Selain hal tersebut, hasil penelitian ini menguatkan model The
Health Beliefe Modelyang dikembangkan oleh Becker pada tahun 1984
(Naidoo dan Willis, 1996). Model tersebut menekankan pada persepsi
individu yang kuat dan dugaan yang kuat dari adanya dampak penyakit.
Hampir serupa dengan persepsi manfaat dan persepsi kerugian dari
perilaku kesehatan. Pada model ini terdapat 4 komponen persepsi yang
commit to user
penyakit,bisa mengenai sesorang); 2) Perceived Susceptibility
(kepercayaan seseorang dengan menganggap menderita penyakit adalah
hasil melakukan perilaku tertentu. Perceived susceptibility juga
diartikan sebagai perceived vulnerabilityyang berarti kerentanan yang
dirasakan yang merujuk pada kemungkinan seseorang dapat terkena
suatu penyakit ) dan Perceived Severity (berprinsip pada persepsi
keparahan yang akan diterima individu); 3)Perceived Benefits(persepsi
keuntungan yang memiliki hubungan positif dengan perilaku sehat)dan
Perceived Barriers (persepsi hambatan aatau persepsi menurunnya
kenyamanan saat meninggalkan perilaku tidak sehat); 4)Cues to Action
(dukungan atau dorongan dari lingkungan terhadap individu yang
melakukan perilaku sehat).
Disertasi ini menjelaskan perilaku sehat PSN DBD (partisipasi
atau keikutsertaan individu/ keluarga dalam rumah tangga dan di
lingkunganpemukimannya) dipengaruhi oleh persepsi terhadap PSN
DBD dan persepsi penyakit DBD, serta oleh penyuluhan yang
dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan program PSN DBD yang
sudah dilaksanakan, dengan mengintegrasikan modal sosial dalam
HBM. Selain itu juga melihat outcome atau hasil dari perilaku sehat
PSN DBD yakni berupa kepadatan jentik nyamuk Aedes dengan
mengukur Container Index (CI). Sedangkan teori health belief model
belum memasukkan modal sosial dan outcome dari perilaku sehat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
2. Implikasi Metodologis
Penelitian ini menggunakan Uji Path Analysis, sehingga dapat
diketahui pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kepadatan
jentik nyamuk. Namun diperkirakan masih ada variabel yang dapat
mendukung PSN DBD yang perlu dikaji lebih lanjut baik secara
kuantitatif maupun kualitatif, seperti variabel lingkungan infrastruktur,
sosio demografi, manajemen pencegahan DBD dan iklim global.
3. Implikasi Praktis
Praktik implementasi promosi kesehatan melalui penyuluhan dan
program PSN DBD yang dilaksanakan dengan baik serta
mengikutsertakan peran tokoh masyarakat akan meningkatkan modal
sosial masyarakat (terutama aspek kepercayaan, kepatuhan terhadap
norma dan relasi mutual), hal tersebut bisa membuat orang mau atau
berkewajiban untuk berpartisipasi (aksi bersama) dalam kegiatan PSN
DBD di rumah tangga dan lingkungannya, bila partisipasi PSN DBD di
rumah tangga dan di lingkungan pemukiman dilaksanakan secara rutin
dan serentak, maka kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypty akan
menurun, bahkan bisa tidak ada sama sekali jentik.
Penyuluhan sebaiknya dilaksanakan pada organisasi lokal yang
paling banyak dan mudah diakses oleh warga, yakni kelompok PKK
Desa/RW/Dusu/RT, kelompok Dasa Wisma, dan majlis taklim atau
kelompok pengajian. Penyuluhan dan program PSN DBD yang
commit to user
sosial yang tinggi dapat mendukung perilaku meningkatkan kesehatan
dan difusi informasi kesehatan dapat lebih efektif, maka itu sebelum
melaksanakan penyuluhan dan program seharusnya perlu pemetaan atau
survei tentang modal sosial warga atau sasaran penyuluhan dan
program.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Pemerintah Pusat
Berdasarkan hasil penelitian dapat peneliti berikan masukan bagi
pemerintah pusat khususnya Kementrian Kesehatan, pada
KEPMENKES 1457 Tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Minimal
yang menguatkan pentingnya upaya pengendalian DBD di Indonesia
memasukkan unsur modal sosial dalam upaya penyuluhan dan program
PSN DBD. Hal ini penting diperhatikan karena potensi yang ada dalam
masyarakat menentukan keberhasilan berbagai program kerja dari
pemerintah pusat.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Model promosi kesehatan hasil penelitian dalam PSN DBD ini
dapat dijadikan sebagai salah satu model dalam pencegahan DBD untuk
melengkapi upaya promosi kesehatan yang sudah dilaksanakan selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
a. Menetapkan regulasi yang jelas terkait program PSN DBD
dengan mengintegrasikan modal sosial.
b. Memberikan kewenangan penuh kepada masyarakat untuk
mengambil keputusan yang terkait pencegahan DBD dengan PSN,
sehingga masyarakat dapat berpartisipasi pada tingkat
pendelegasian, sedangkan Dinas Kesehatan atau Puskesmas sebagai
fasilitator.
3. Bagi Dinas Kesehatan
a. Perlunya program yang berbasis penguatan modal sosial dalam
rangka keberhasilan program-program pencegahan penyakit DBD
yang telah dilakukan oleh dinas kesehatan sebagai stakeholder,
terutama aspek kepercayaan dan peran tokoh masyarakat, dengan
cara memperbaiki kemampuan petugas promkes dan DBD, serta
Tim Gertak, juga meningkatkan peran serta tokoh masyarakat
dalam setiap proses pencegahan penyakit DBD.
b. Peningkatan kompetensi petugas promkes dan petugas DBD
dengan pelatihan penyuluhan berbasis modal sosial dan penyuluhan
secara komprehensif, meliputi; penguasaan materi disesuaikan
dengan budaya peserta, kemampuan empati, kemampuan
menghidupkan suasana, memotivasi peserta, mengendalikan
commit to user
c. Penyegaran kepada Jumantik dan Tim Gertak, dengan penekanan
materi pada tugas pokok dan fungsi serta teknik feedback yang
efektif pada semua proses yang dilaksanakan.
d. Mendorong terbentuknya satu rumah satu Jumantik atau Jumantik
berbasis keluarga dan perlu adanya bentuk perhatian atau
penghargaan bagi Jumantik dan wilayah yang berhasil meniadakan
jentik nyamuk.
4. Bagi Petugas Promkes dan DBD
a. Memperbaiki pelaksanaan penyuluhan yang telah dilakukan selama
ini, terutama penguasaan materi disesuaikan dengan budaya
peserta, kemampuan empati, kemampuan menghidupkan suasana,
memotivasi peserta, mengendalikan diskusi dan waktu memperikan
penyuluhan.
b. Sebelum pelaksanaan penyuluhan harus melakukan pemetaan
modal sosial sasaran, dengan cara wawacara atau survei
pendahuluan.
c. Menggunakan media dan metode yang variatif, seperti
menggunakan proyektor (LCD), memutarkan video pendek tentang
pencegahan dan penanggulangan DBD, serta melaksanakan praktik
langsung supaya masyarakat lebih mudah memahami dan
melaksanakan PSN DBD.
d. Melakukan feedback mulai dari input, proses danoutput /outcome
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
5. Bagi Jumantik dan Tim Gertak
Jumantik dan tim gertak harus melaksanakan tugas pokok yang
sudah diberikan, seperti melaksanakan penyuluhan, memberikan
motivasi, mengajak responden atau anggota keluarga untuk
bersama-sama memeriksa jentik, dan memberikan informasi tentang
berkembangbiaknya nyamukAedes kepada warga.
6. Bagi Warga atau Masyarakat
a. Setiap keluarga harus melaksanakan PSN DBD 3 M Plus dan
melakukan pengelolaan sampah rumah tangga masing-masing
dengan sistem pemilahan yang ada di sekitar rumah atau
lingkungan sehingga tidak menjadi sarang perindukan nyamuk
Aedes.
b. Melakukan PSN DBD secara periodik (minimal 1 minggu sekali)
dirumah masing masing dan bersama sama dilingkungan RT atau
RW/Dusun pada radius 100m secara serentak.
c. Saling mengingatkan dan membantu terkait pelaksanaan PSN DBD
di rumah tangga serta di lingkungannya.
d. Harus ada satu keluarga satu Jumantik, supaya PSN DBD
berkesinambungan dan efektif.
7. Bagi Peneliti selanjutnya
Perlunya dilakukan penelitian lanjutan yang membandingkan
commit to user
memasukkan model sosial masyarakat, terutama untuk keberlanjutan
bebas penyakit DBD di suatu daerah berdasarkan model yang telah
dirumuskan pada penelitian ini, dan meneliti faktor lain yang
berpengaruh terhadap kepadatan jentik nyamuk, selain variabel yang
sudah diteliti pada penelitian ini, misalnya variabel perubahan iklim,
pengelolaan air bersih, kualitas sanitasi lingkungan, tanggung jawab
masyarakat, manajemen pencegahan dan infrastruktur.
Publikasi :
1. Kasjono, HS., A.A. Subiyanto, Drajat Tri Kartono, Eny Lestari. 2016. Social Capital Based Health Promotion of Mosquito Breeding Places Elimination of Dengue Hemorrhagic Fever in Bantul District Proceeding International Conference on Health & Well-Being2016. ISSN:2503-5193.
2. Kasjono, HS., A.A. Subiyanto, Drajat Tri Kartono, Eny Lestari. 2016. Health Promotion Model of Mosquito Breeding Places Elimination of Dengue Hemorrhagic Fever in Bantul District International Journal of Scientific Reseach And Education (IJSAE), Volume 4, Issue 02.Pages-5008-5015, March-2016, ISSN(e):2321-7545.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
4. Kasjono,HS., 2016. Pengembangan Modal Sosial Dalam Promosi Kesehatan. Penerbit: Nuha Medika, Yogyakarta (Buku).
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Alvira, N. 2010. Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypty Berdasarkan Status Endemisitas di Kabupaten Bantul. (Tesis) Magister Epidemiologi Lapangan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Armstrong R, Doyle J., Lamb C., Waters E. 2006. Multi-sectoral Health Promotion and Public Health: The Role of Evidence. Journal of Public Health, vol. 28, no.2. 2006, pp.168-172.
Azwar, S. 2007. Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Beattie, A. 1991. Knowledge and Control in Health Promotion: A Test Case for Social Policy and Social Theory, in Gabe J, Calnan M and Bury M. The Sociology of the Health Service. London: Routledge.
Brannen, J. 2002. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Brata, A. G. 2004. Social Capital and Credit in A Javanese Village. Research Institute University of Atmajaya Yogyakarta.
Cahyo, K. 2006. Kajian Faktor-faktor Perilaku dalam Keluarga yang Mempengaruhi Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Meteseh Kota Semarang. Media Litbang Kesehatan XVI, (4), 32-41.
Caplan, R & Holland, R. 1990. Rethinking Health Education Theory. Health Education Journal.Vol. 49, Hal 10-12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006a. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah. Jakarta: Katalog dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI.
... 2007. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Jakarta: Ditjen PPM dan PLP.
... 2009. Perkembangan dan Tantangan Masa Depan Promosi Kesehatan di Indonesia.Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. 2011a. Profil Kesehatan Bantul dalam Angka 2011. Bantul: Subdin Pemberantasan Penyakit Penyehatan Lingkungan.
...2011b. Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan. Bantul: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
Dubois & Miley, K. K. 1992. Social Work an Empowering Profession. Boston: Allyn and Bacon.
Edwards. 2004. Measuring Social Capital: An Australian Framework and Indicators.Australia: Australian Bureau of Statistics.
Eriksson, M. 2010. Social Capital, Health, and Community Action –
Implication for Health Promotion. Sweden:Umea University.
...2011. Social Capital and Health Implications for Health Promotion. PhD Review. Department of Public Health and Clinical Medicine, Epidemiology and Global Health. Umea University, Umea, Sweden.
Ewles, L & Simnett, I. 1994. Promoting Health a Practical Guide. Second Edition. Terjemahan Ova Emilia: Promosi Kesehatan Petunjuk Praktis.Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.