• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model promosi kesehatan dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue Ringkasan Disertasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model promosi kesehatan dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue Ringkasan Disertasi"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user RINGKASAN DISERTASI

MODEL PROMOSI KESEHATAN DALAM PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan derajat Doktor Program Studi Penyuluhan Pembangunan/Pemberdyaan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan

Di Surakarta pada tanggal 28 Oktober 2016

Oleh:

HERU SUBARIS KASJONO (NIM: T620809003)

Komisi Pembimbing: Prof. Dr. dr. AA Subiyanto, MS. : Promotor Dr. Drajat Tri Kartono, MS. : Co Promotor I Dr. Ir. Eny Lestari, MS. : Co Promotor II

PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

Ketua : Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D

Wakil Rektor I UNS

Sekertaris : Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah., M.Pd

Direktur Pascasarjana

UNS

Anggota : Dr. Sapja Anantanyu., SP., M.Si

Kepala

Program Studi

UNS

Anggota : Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si Dekan Fak. Kedokteran

UNS

Anggota : Prof. Dr. dr. AA Subiyanto., MS

Promotor UNS

Anggota : Dr. Drajat Tri Kartono., MS Co-Promotor 1 UNS

Anggota : Dr. Ir. Eny Lestari., MS Co-Promotor 2 UNS

Anggota : Prof. Dr. Bhisma Murti, MPH., M.Sc., Ph.D

Penguji 1 UNS

Anggota : Prof. DR. KRT. Adi Heru Sutomo., M.Sc., DCN

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Disertasi yang berjudul “ Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue”.

Penulisan ini dapat terlaksana dengan baik berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat;

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi., MS., Selaku Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah., M.Pd., Selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

3. Dr. Sapja Anantanyu., SP., M.Si., Selaku Kepala Program Studi Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

4. Prof. Dr. dr. Ahmad Arman Subiyanto., MS., Selaku Promotor, yang telah memberikan semangat dan bimbingan.

5. Dr. Drajat Tri Kartono., MS., Selaku Co Promotor 1 yang telah memberikan bimbingan, saran dan memotivasi penulis.

6. Dr. Ir. Eny Lestari., MS., Selaku Co Promotor 2 yang telah memberikan bimbingan dan saran.

7. Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kemenkes R.I., atas beasiswa yang telah diberikan.

8. Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta beserta staf atas pemberian semangat yang tiada henti-hentinya.

(4)

commit to user

sampaikan kepada orang tua terhormat (Bapak Kasidi dan Ibu Suwarni)

dan mertua (Bapak Alm. Suparto dan Ibu Wiyati) atas Do’a, segala

kasih sayang dan segala dukungannya. Demikian juga istri tercinta (Endang Paryanti), dan anak tersayang Nur Muhammad Herunda Putra, yang telah mendorong dan memberikan motivasi.

Semoga semua amal dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis akan diberikan imbalan yang terbaik dari Alloh SWT dan semoga disertasi ini bermanfaat. Amin.

Surakarta, Oktober 2016

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ABSTRAK

Heru Subaris Kasjono, 2016. Model Promosi Kesehatan Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue. Disertasi Pembimbing I: Prof. Dr. dr. A.A. Subiyanto, MS., II: Dr. Drajat Tri Kartono, MS., III: Dr. Ir. Eny Lestari, MS. Program Studi Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(6)

commit to user

DBD, program PSN DBD, modal sosial, persepsi terhadap PSN DBD, persepsi terhadap penyakit DBD, dan partisipasi PSN DBD di rumah tangga. Kepadatan jentik nyamuk berdasarkan Container Index (CI) dipengaruhi oleh faktor penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD, modal sosial, persepsi terhadap PSN DBD, persepsi terhadap penyakit DBD, partisipasi PSN DBD di rumah tangga dan partisipasi PSN DBD di rumah lingkungan. Kesimpulan: Model pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue yang baik dirancang dengan meningkatkan partisipasi PSN DBD dikeluarga dan lingkungannya melalui perbaikan pelaksanaan penyuluhan dan program PSN DBD (Jumantik dan Tim Gertak) dengan memperhatikan modal sosial keluarga (warga).

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ABSTRACT

Heru Subaris Kasjono, 2016. Health Promotion Model of Eradicating Mosquito Breeding Places of Dengue Hemorrhagic Fever. Dissertasion. First Promotore: Prof. Dr. dr. A.A. Subiyanto, MS., Second Promotore: Dr. Drajat Tri Kartono, MS., Third Promotore: Dr. Ir. Eny Lestari, MS. Devalopment Education/Community Empowerment Study Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.

(8)

commit to user

mosquito breeding place counseling and the eradicating mosquito breedinng place program. The eradicating mosquito breedinng place participation at households is influenced by an eradicating mosquito breedinng place counseling factor, the eradicating mosquito breeding place program, the social capital, the perception on the eradicating mosquito breeding place, and perception on the dengue fever. The participation of eradicating mosquito breeding place in the neighborhood is affected by a counseling factor of eradicating mosquito breedinng place, the eradicating mosquito breedinng place program, the social capital , the perception on eradicating mosquito breeding place, the perception on dengue fever, and the eradicating mosquito breeding place participation at households. The density of mosquito larvae, based on Container Index (CI), is affected by the eradicating mosquito breeding place counseling factors, the eradicating mosquito breeding place programs, the social capital, the eradicating mosquito breeding place perception, perception against disease of dengue fever, the eradicating mosquito breeding place participation in households and the eradicating mosquito breedinng place participation in the neighborhoods. Conclusion: a good model of mosquito eradication dengue fever is designed by increasing the participation of eradicating mosquito breeding place in the households and its environment through improvements counseling program eradicating mosquito breedinng place and dengue fever (Jumantik dan Team Gertak) by being attention to social capital family (residents).

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Partisipasi ..16

4. Penyuluhan sebagai sarana perubahan perilaku sehat masyarakat ...17

5. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD dan Kepadatan Jentik (CI) ...18

B. Kerangka Berpikir...19

C. Hipotesis ...21

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian...23

B. Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ...23

C. Populasi dan Sampel Penelitian ...24

D. Instrumen Pengumpulan Data...25

E. Analisis Data ...26

(10)

commit to user

nyamuk DBD di Kabupaten Bantul ...34

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ...37

B. Implikasi ...39

C. Saran ...42

PUBLIKASI...46

DAFTAR PUSTAKA...48

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan

salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang sampai saat

ini belum dapat ditanggulangi, serta merupakan kasus DBD tertinggi di

dunia. Penyakit DBD bahkan endemis hampir di seluruh provinsi,

kurun waktu 5 tahun terakhir jumlah kasus dan daerah terjangkit terus

meningkat dan menyebar luas sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa

(Sumantri, 2012). Berdasarkan ramalan Inter-governmental Panel on

Climate Change(IPCC) tahun 1996 melalui simulasi menyebutkan, jika

keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat tidak berubah maka,

insiden DBD di Indonesia diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat

dari sekarang pada tahun 2070 (Sintorini, 2006).

Hasil survei Dinkes Kabupaten Bantul (2011a), menyatakan

partisipasi masyarakat dalam melaksanakan PSN dari tahun 1999

sampai 2011 belum memuaskan karena nilai ABJ belum mencapai

target yang ditetapkan Kabupaten Bantul sebesar 80%. Hasil ini masih

jauh dari harapan nasional sebesar 95%, dan berdasarkan profil

kesehatan kabupaten Bantul tahun 2015 ABJ rata-rata 84% yang

berpotensi terhadap penularan DBD karena masih terdapat

(12)

commit to user

penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Kabupaten Bantul.

Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa studi sebelumnya

menunjukkan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan PSN belum

mencapai target. Hal ini disebabkan sulitnya membuat orang peduli dan

mau menjaga kebersihan lingkungan untuk melaksanakan PSN

(Hutabarat et al., 2007), pengetahuan masyarakat tentang penyebab

penyakit DBD masih rendah (Krianto. 2008b; Miklon, 2007), persepsi

masyarakat yang keliru tentang DBD serta peran dan tanggungjawab

siapa pencegahan dan pemberantasan DBD (Sudarno, 2008). Adanya

budaya masyarakat yang kurang mendukung PSN 3M (Sudiadnyana,

2008; Sukowati, 2010), strategi pendekatan yang dipilih pemerintah

kurang tepat, peran petugas masih rendah (Alvira, 2010; Krianto,

2008c), dan kemitraan dalam sosialisasi PSN 3 M Plus belum terjalin

dengan baik (Armstrong et al., 2006), serta masyarakat merasa lebih

percaya dengan bahan kimia dibandingkan melakukan PSN secara

mandiri (Cahyo, 2006; Haryono, 1999). Selain itu ada tempat - tempat

yang berpotensi sebagai perindukan nyamuk tidak diperiksa atau belum

dijangkau oleh warga, seperti lahan dan rumah kosong, tempat

pemakaman serta ruang publik (Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul,

2011b).

Penelitian modal sosial diberbagai negara menunjukkan bahwa

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

Miller et al. (2006), dan Brata (2004), menunjukkan bahwa modal

sosial menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi masalah kesehatan,

kemiskinan, pendidikan dan ketersediaan modal di tingkat rumah

tangga di Indonesia. Meskipun lebih dari satu dekade penelitian tentang

modal sosial dan kesehatan, hubungan teoritis dan empiris antara modal

sosial dan kesehatan masih belum diselesaikan dan makna dari berbagai

bentuk modal sosial individu dan kolektif serta implikasinya terhadap

kesehatan dan promosi kesehatan perlu eksplorasi lebih lanjut

(Eriksson, 2011).

Berdasarkan program yang sudah dilaksanakan dengan

pendekatan promosi kesehatan PSN DBD dan hasil-hasil penelitian

yang telah dilakukan belum cukup untuk menanggulangi DBD, serta

belum mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pemberantasan sarang nyamuk. Padahal partisipasi masyarakat adalah

hal yang utama dalam pengendalian DBD dan masyarakat sendirilah

yang akan bisa memelihara keberlanjutannya (WHO, 2006). Agar

masyarakat dapat berpartisipasi meningkatkan pelaksanaan PSN dan

berkelanjutan, perlu dicari model promosi kesehatan yang sesuai

dengan karakteristik masyarakat, modal sosial masyarakat, dan

(14)

commit to user B. Rumusan Masalah

Berdasarkan berbagai fakta yang telah dipaparkan maka terdapat

permasalahan berkaitan promosi kesehatan dalam pemberantasan

sarang nyamuk DBD, yaitu:

1. Apakah penyuluhan PSN DBD dan program PSN DBD

berpengaruh terhadap modal sosial ?

2. Apakah penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD dan modal

sosial berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap persepsi

PSN DBD ?

3. Apakah penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD, modal sosial

berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap persepsi

penyakit DBD ?

4. Apakah penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD, modal sosial,

persepsi PSN DBD, persepsi penyakit DBD berpengaruh langsung

dan tidak langsung terhadap partisipasi PSN DBD di rumah

tangga?

5. Apakah penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD, modal sosial,

persepsi PSN DBD, persepsi penyakit DBD, partisipasi PSN DBD

di rumah tangga berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap

partisipasi PSN DBD di lingkungan ?

6. Apakah penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD, modal sosial,

persepsi PSN DBD, persepsi penyakit DBD, partisipasi PSN DBD

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

dan tidak langsung terhadap kepadatan jentik berdasarkan

Container Index (CI) ?

7. Bagaimana model promosi kesehatan dalam pemberantasan sarang

nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) berdasarkan

faktor-faktor yang diteliti di Kabupaten Bantul ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka disusunlah

tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh penyuluhan PSN DBD dan program PSN

DBD terhadap modal sosial.

2. Menganalisis pengaruh penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD

dan modal sosial secara langsung dan tidak langsung terhadap

persepsi PSN DBD.

3. Menganalisis pengaruh penyuluhan PSN DBD, program PSN

DBD, modal sosial secara langsung dan tidak langsung terhadap

persepsi penyakit DBD.

4. Menganalisis pengaruh penyuluhan PSN DBD, program PSN

DBD, modal sosial, persepsi PSN DBD, persepsi penyakit DBD

secara langsung dan tidak langsung terhadap partisipasi PSN DBD

di rumah tangga.

5. Menganalisis pengaruh penyuluhan PSN DBD, program PSN

(16)

commit to user

partisipasi PSN DBD di rumah tangga secara langsung dan tidak

langsung terhadap partisipasi PSN DBD di lingkungan.

6. Menganalisis pengaruh penyuluhan PSN DBD, program PSN

DBD, modal sosial, persepsi PSN DBD, persepsi penyakit DBD,

partisipasi PSN DBD di rumah tangga, partisipasi di lingkungan

secara langsung dan tidak langsung terhadap kepadatan jentik

berdasarkan Container Index (CI).

7. Merancang model promosi kesehatan dalam Pemberantasan Sarang

Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di Kabupaten

Bantul.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Manfaat praktis yang diharapkan adalah sebagai sumbangan

pemikiran bagi pihak-pihak yang terkait dalam pertimbangan

pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan pencegahan dan

penanggulangan DBD, khususnya pemberantasan sarang nyamuk

agar suatu wilayah bebas DBD secara berkelanjutan.

2. Manfaat akademik

Manfaat akademik yang diharapkan adalah sebagai bahan

kajian dan pengembangan pendekatan promosi kesehatan,

khususnya mengenai model promosi kesehatan dalam

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

DBD) untuk mendukung keberlanjutan sistem pencegahan dan

penanggulangan DBD.

E. Kebaruan Penelitian

Untuk menunjukkan kebaruan penelitian, penelitian ini

dibandingkan dengan penelitian penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya. Selain penelitian itu, peneliti menggunakan teori Health

Belief Model (Nadioo dan Wills, 1996) sebagai teori utama dalam

penelitian. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya dan teori HBM

dibagi atas empat hal, yaitu berdasarkan tujuan, metode penelitian yang

digunakan, variabel penelitian dan hasil penelitian.

1. Tujuan penelitian

Penelitian yang telah dilakukan pada umumnya tentang kampanye

dan keberhasilan program pencegahan dan pengendalian DBD di

masyarakat dengan outcome kasus DBD. Penelitian ini berbeda,

karena penelitian bertujuan menghasilkan model promosi kesehatan

dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD (PSN DBD)

berdasarkan HBM, dan penyuluhan, program yang sudah

dilaksanakan serta modal sosial dengan outcome kepadatan jentik

nyamuk berdasarkanContainer Index(CI).

2. Metode penelitian

Penelitian terdahulu pada umumnya menggunakan kualitatif dan

(18)

commit to user

Model (HBM). Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross

Sectional dan paradigma kuantitatif sebagai tumpuan analisis,

dilengkapi dengan informasi berdasarkan data kualitatif untuk

mendukung dan mempertajam analisis kuantitatif. Analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalahpath analysis yang didukung

dengan informasi kualitatif, sedangkan penelitian terdahulu pada

umumnya menggunakan regresi ganda dan regresi logistik.

3. Variabel penelitian

Penelitian terdahulu pada umumnya menggunakan sebagian atau

seluruhnya dari teori HBM terkait perilaku pencegahan, penularan

DBD dan kasus/kejadian DBD. Penelitian ini berbeda, karena

mengintegrasikan modal sosial dalam teori HBM, terkait dengan

partisipasi PSN DBD di rumah tangga dan lingkungan, dan serta

kepadatan jentik nyamuk yang dilihatContainer Indeks(CI).

4. Hasil penelitian

Hasil penelitian berbeda dari penelitian sebelumnya, disebabkan

penelitian ini menghasilkan suatu rumusan model promosi

kesehatan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat baik di

rumah warga dan di lingkungannya dalam PSN DBD untuk

menurunkan kepadatan jentik nyamuk Ae.aegypti melalui

peningkatkan penyuluhan PSN DBD dan program DBD

berdasarkan modal sosial individu (keluarga), sehingga dapat

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Promosi kesehatan

Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran diri oleh, untuk,

dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri

serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai

dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan

publik yang berwawasan kesehatan (Depkes, 2006a).

Hakekatnya promosi kesehatan adalah penopang utama bagi

setiap program kesehatan. Dengan kata lain, promosi kesehatan

walaupun berdiri sendiri sebagai salah satu program kesehatan, tidak

boleh berjalan sendiri. Promosi kesehatan harus selalu bergandeng

tangan dengan setiap program kesehatan dalam rangka mencegah

timbulnya masalah baru (kasus baru) dan mengatasi masalah (kasus)

yang terlanjur ada, serta memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Petugas-petugas kesehatan lain merupakan ujung

tombak bagi promosi kesehatan karena merekalah yang selalu

berhubungan langsung dengan individu-individu (pasien atau klien) dan

keluarga serta dipercaya dapat membantu mereka (Hartono, 2010).

Model promosi kesehatan sampai saat ini, dari beberapa pendapat

(20)

commit to user

1) Caplan and Holland (1990), bentuk ini menjelaskan bahwa ada

empat paradigma dari promosi kesehatan. Paradigma itu antara lain

adalah cara pandang tradisional (berhubungan dengan medis dan

pendekatan perubahan sikap yang dijelaskan lebih awal), cara

pandang humanisme (berhubungan dengan pendekatan

pendidikan), cara pandang humanisme radikal (berhubungan

dengan pendekatan penguatan), cara pandang bentuk radikal

(mempertahankan bentuk tidak berkualitas merupakan penyebab

dari banyak masalah kesehatan).

2) Beattie (1991), Tipologi Beattie mengemukakan empat strategi

untuk promosi kesehatan, antara lain dengan ajakan kesehatan, aksi

legislatif, konseling pribadi, dan pembangunan komunitas.

3) French and Adams (1986), menawarkan hierarki model tiga. Fase

pertama adalah model perubahan perilaku yang termasuk medis,

perubahan sikap dan pendekatan pendidikan. Fase kedua adalah

model penguatan diri sendiri yang bertujuan untuk meningkatkan

otonomi individu. Fase ketiga adalah model tindakan kolektif.

4) Model promosi kesehatan Ewles dan Simnett (1994),

mempertimbangkan lima pendekatan:

a) Medis: difokuskan pada penyakit dan penjelasan biomedis dari

kesehatan; konsep sempit dari sakit.

b) Perilaku: mendorong individu untuk menerima perilaku hidup

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

c) Pendidikan: pembekalan pengetahuan dan informasi dan

membantu pengembangan keterampilan bagi perorangan untuk

membuat keputusan.

d) Pemberdayaan: menolong individu untuk mengidentifikasi

tentang pengakuan dan kebutuhan.

e) Perubahan sosial: memusatkan pada lingkungan sosial ekonomi

sebagai penentu kesehatan, meliputi lobby, perencanaan

kebijakan, dan negosiasi.

5) Tannihil dalam Nadioo dan Willis (1996), model promosi

kesehatan ini banyak diterima oleh para pegawai kesehatan.

Tannihill berbicara tentang tiga bidang aktifitas yang meliputi,

pendidikan kesehatan, perlindungan kesehatan, dan pencegahan.

6) Health BeliefModel

Dikembangkan oleh Becker pada tahun 1984 (Naidoo dan

Willis, 1996). Menjelaskan adanya pengetahuan seseorang terhadap

ancaman kesehatan dan pemahaman terhadap perilaku yang

disarankan untuk mencegah atau mengatasi masalah kesehatan

didasarkan pada penilaian feasibilitas dan keuntungan

dibandingkan dengan biaya. Dalam“Health Belief Model”persepsi

individu sangat berpengaruh dalam menentukan seseorang untuk

melakukan upaya tindakan preventif atau pencegahan penyakit. Hal

ini menjadikan HBM sebagai model yang menjelaskan

(22)

commit to user

karena itu, HBM memiliki fungsi sebagai model pencegahan atau

preventif (Stanley & Maddux: 1986).

Teori perubahan perilaku The Belief Model menekankan pada

persepsi yang kuat dan dugaan yang kuat dari adanya dampak penyakit

terhadap pengobatan. Hampir serupa dengan persepsi manfaat dan

persepsi kerugian dari perilaku kesehatan yang efektif. Pada model ini

terdapat 4 komponen persepsi yang penting yaitu:

1. Perceived Threat

2. Perceived Susceptibility dan Perceived Severity

3. Perceived Benefits dan Perceived Barriers

4. Cues to Action:

Adanya keempat komponen persepsi yang mempengaruhi

perilaku masyarakat terhadap kesehatan. Teori perubahan perilaku self

efecacy menekankan adanya contoh dalam diri seseorang sehingga

perilaku seseorang dicontoh oleh masyarakat sekitar hingga menjadikan

sebuah budaya masyarakat. Teori perubahan perilaku ini biasa

digunakan dalam perubahan perilaku masyarakat khususnya kesehatan

dengan memanfaatkan tokoh masyarakat sekitar yang dianggap

mempunyai peran penting dan mempunyai suritauladan khususnya

dibidang kesehatan. Pendekatan perubahan perilaku pada masyarakat

didasarkan pada tokoh masyarakat sekitar yang dianggap mempunyai

pengaruh lebih atau tokoh masyarakat yang mempunyai suritauladan

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

2. Modal sosial

Kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai

tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi disebut

modal sosial. Menurut Bourdieu dalam Winter (2000), modal sosial

merupakan wujud nyata (sumber daya) dari suatu institusi kelompok.

Modal sosial merupakan jaringan kerja yang bersifat dinamis dan bukan

alamiah. Modal sosial merupakan investasi strategis baik secara

individu maupun kelompok. Bourdieu menggambarkan bahwa modal

sosial merupakan kumpulan sumber daya yang dimiliki setiap

keanggotaan dalam suatu kelompok yang digunakan secara

bersama-sama. Jika dibandingkan dengan Bourdeiu, Coleman menggunakan

terminologi berbeda dalam menggambarkan modal sosial. Coleman

menggambarkan modal sosial bukan dari sesuatu yang terlihat hasil

tetapi lebih kepada sesuatu yang dilakukan atau dengan kata lain fungsi

dari modal sosial itu sendiri. Menurut Edward (2004), menyebut modal

sosial sebagai sumberdaya karena ia dapat memberi kontribusi terhadap

kesejahteraan individu dan masyarakat seperti halnya dengan

sumberdaya lain (alam, ekonomi dan sumberdaya manusia) dan

mengaplikasikan konsep modal sosial lebih menekankan pada bentuk

norma dan sanksi terutama dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

Mengacu pada Uphoff (2000), modal sosial dirinci menjadi dua

kategori yaitu bentuk struktural dan kognitif. Masing-masing kategori

(24)

commit to user

aturan mendukung empat fungsi dasar dan kegiatan yang diperlukan

untuk tindakan kolektif, yaitu pembuatan keputusan, mobilisasi dan

pengelolaan sumber daya, komunikasi, koordinasi dan resolusi konflik.

Hubungan-hubungan tersebut membangun pertukaran (exchange) dan

kerjasama (cooperation) yang melibatkan barang material maupun non

material. Hubungan-hubungan tersebut membentuk jejaring (network).

Peranan, aturan dan jejaring memfasilitasi tindakan kolektif yang saling

menguntungkan (mutually beneficial collective action, MBCA).

Tabel 2.1. Kategori modal sosial

Struktural Kognitif

Sumber dan

Manifestasi

• Peran dan aturan

• Network dan hubungan interpersonal lainnya

• Tata cara dan keteladanan

• Norma

• Nilai

• Sikap

• Kepercayaan

Domain • Organisasi sosial • Kebudayaan

masyarakat

Faktor dinamis • Ketertakitan horizontal

• Keterkaitan vertikal

• Rasa percaya

• Solidaritas

• Kerjasama

• Kedermawanan

Elemen umum Harapan yang mengarah pada perilaku bekerjasama yang menghasilkan manfaat bersama

Sumber: Uphoff (2000)

Krishna dan Shrader (2000), menggambarkan modal sosial

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

kepercayaan, solidaritas, dan timbal balik. Modal sosial struktural, di

sisi lain, mengacu pada komposisi, lingkup, dan kegiatan lembaga

tingkat lokal dan jaringan. Singkatnya, modal sosial struktural mengacu

pada apa yang dilakukan orang, sedangkan modal sosial kognitif

mengacu pada apa yang orang rasakan berkaitan dengan hubungan

sosial (Harphamet al., 2002).

Gambar 2.1 menggambarkan pembagian antara modal sosial

struktural dan kognitif untuk pendekatan individual dan kolektif dalam

modal sosial. Seorang individu dapat terlibat dalam jaringan ditandai

dengan bounding, bridging dan atau linking. Orang-orang seperti

memiliki akses keberbagai bentuk modal sosial struktural. Keterlibatan

dalam jaringan yang berbeda menghasilkan penciptaan norma timbal

balik serta kepercayaan antara orang-orang. Modal sosial bounding

jaringan secara informal akan memperkuat ikatan antara orang-orang

yang mempunyai etnis, keluarga yang sama (thick trust) pada orang

yang dikenal secara pribadi (kepercayaan pribadi). Keterlibatan dalam

menjembatani (bridging) dan menghubungkan (linking) secara formal

antara jaringan orang dengan berbagai latar belakang dapat

mengakibatkan, kepercayaan antara orang-orang yang tidak secara

pribadi mengenal satu sama lain (thin trust). Pada tingkat kolektif,

modal sosial struktural sering didefinisikan dan diukur sebagai tingkat

agregat keterlibatan, yaitu sebagai proporsi orang yang terlibat dalam

(26)

commit to user

Gambar 2.1. Perbedaan bentuk struktural dan kognitif dalam modal sosial kolektif dan individual (Eriksson, 2010).

kolektif kognitif sering diartikan dan diukur sebagai tingkat agregat

kepercayaan, seperti proporsi individu percaya di daerah tertentu.

Agregat Bounding,

3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi

Upaya peningkatan partisipasi masyarakat tidak selalu berjalan

lancar. Dalam penerapannya seringkali ditemui kendala (hambatan)

yang dapat menghalangi terjadinya suatu perubahan. Solomon dalam

Dubois (1992), menjelaskan bahwa faktor-faktor kontekstual seperti

struktur ekonomi dan politik, nilai dan kepercayaan, serta definisi

peran, secara langsung atau tidak langsung mendukung atau

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

stereo type, diskriminasi dan stigmatisasi, sedangkan hambatan

langsung adalah keterampilan yang belum berkembang.

Keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat dalam proses pembangunan tersebut, oleh Korten dan

Averack (1992), diformulasikan sebagai faktor dalam diri individu atau

karakteristik individu (person inner determinan) dan faktor diluar diri

individu atau faktor lingkungan (environmental faktor).

4. Penyuluhan sebagai sarana perubahan perilaku sehat

masyarakat

Penyuluhan adalah program pendidikan luar sekolah yang

bertujuan untuk memberdayakan sasaran dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat secara mandiri. Karena penyuluhan adalah

program pendidikan maka dalam pelaksanaannya harus memperhatikan

unsur-unsur tujuan pendidikan seperti berikut (Slamet, 2003):

a. Orang yang menjadi sasaran penyuluhan.

b. Perubahan perilaku apa yang diinginkan.

c. Masalah (subject matter) yang diinginkan dengan perubahan

perilaku tersebut.

d. Situasi lingkungan.

Penyuluhan kesehatan masyarakat adalah suatu proses perubahan,

pertumbuhan dan perkembangan diri manusia menuju kepada

keselarasan dan keseimbangan jasmani, rohani dan sosial dari manusia

(28)

commit to user

jawab untuk mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri serta

masyarakat lingkungannya (Notoatmodjo, 2010).

Tujuan penyuluhan kesehatan masyarakat adalah (Depkes, 2009):

a. Kesehatan dianggap sebagai hal penting dan diberi nilai tinggi oleh

masyarakat.

b. Masyarakat melakukan tindakan yang perlu untuk mencapai

kesehatan diri dan lingkungannya.

c. Masyarakat berusaha membantu dan mengembangkan serta

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk mencapai

tingkat kesehatan yang optimal.

5. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD dan kepadatan

jentik (CI)

Sebagaimana diketahui cara pencegahan dan pemberantasan DBD

yang dapat dilakukan saat ini adalah memberantas vektor yaitu nyamuk

penular Aedes aegypti dan pemberantasan terhadap jentik-jentiknya.

Cara yang paling tepat adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam

Berdarah Dengue (PSN DBD) yang harus didukung oleh peran serta

masyarakat. Apabila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat

maka populasi nyamuk Aedes aegypti akan dapat ditekan

serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Upaya

penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus dilakukan secara

berkesinambungan dan terus-menerus, karena keberadaan jentik

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

Hadinegoro et al. (2005), menyatakan bahwa strategi dalam

pencegahan DBD, meliputi:

a. Fogging

b. Penyuluhankepadamasyarakat

c. Pemantuanjentik berkala

d. Penggerakanmasyarakat dalam PSN DBD

Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat partisipasi

masyarakat dalam PSN DBD adalah melihat ada atau tidaknya jentik

disetiap tempat genangan air. Ukuran-ukuran yang digunakan untuk

mengetahui kepadatan jentikAedes aegypti: (WHO, 2006 & Depkes RI,

2006a).

a. Angka Bebas Jentik (ABJ):

Jumlah rumah tidak ditemukan jentik Jumlah rumah yang diperiksa

b. House index(HI)

Jumlah rumah yang ditemukan jentik Jumlah rumah yang diperiksa

c. Container index(CI)

Jumlah Container dengan jentik Jumlah Container yang diperiksa

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir penelitian adalah dasar pemikiran dari

penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah x 100%

x 100%

(30)

commit to user

kepustakaan. Oleh karena itu, kerangka berpikir memuat teori, dalil atau

konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian

dalam kerangka berpikir menjelaskan hubungan dan keterkaitan antara

variabel penelitian (Riduwan, 2012).

Penelitian ini menggunakan teori Health Belief Model (Nadioo

dan Wills, 1996), yang terkait dengan partisipasi dalam pelaksanaan

PSN 3 M Plus di rumah tangga maupun lingkungan masyarakat.

Pelaksanaan PSN dengan 3 M plus pada penelitian mengacu pada

program pemerintah yang selama ini sudah dilaksanakan. Pada

penelitian ini memasukkan faktor modal sosial, karena berdasarkan

kajian pustaka dan jurnal yang ada selama ini, modal sosial merupakan

hal penting bagi pembangunan segala bidang, termasuk kesehatan.

Namun pada penelitian kesehatan masyarakat masih sangat jarang,

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

Gambar 2.2. Hubungan antar variabel penelitian

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan, dapat

dirumuskan hipotesis kerja penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh positif yang signifikan faktor penyuluhan PSN

DBD dan program PSN DBD terhadap modal sosial keluarga di

Kabupaten Bantul.

2. Terdapat pengaruh positif yang signifikan faktor penyuluhan PSN

(32)

commit to user

tidak langsung terhadap persepsi PSN DBD di rumah tangga di

Kabupaten Bantul.

3. Terdapat pengaruh positif yang signifikan faktor pengaruh

penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD, modal sosial secara

langsung dan tidak langsung terhadap persepsi penyakit DBD di

rumah tangga di Kabupaten Bantul.

4. Terdapat pengaruh positif yang signifikan faktor penyuluhan PSN

DBD, program PSN DBD, modal sosial, persepsi PSN DBD,

persepsi penyakit DBD secara langsung dan tidak langsung

terhadap partisipasi PSN DBD di rumah tangga di Kabupaten

Bantul.

5. Terdapat pengaruh positif yang signifikan faktor penyuluhan PSN

DBD, program PSN DBD, modal sosial, persepsi PSN DBD,

persepsi penyakit DBD, partisipasi PSN DBD di rumah tangga

secara langsung dan tidak langsung terhadap partisipasi PSN DBD

di rumah lingkungan di Kabupaten Bantul.

6. Terdapat pengaruh positif yang signifikan faktor penyuluhan PSN

DBD, program PSN DBD, modal sosial, persepsi PSN DBD,

persepsi penyakit DBD, partisipasi PSN DBD di rumah tangga,

partisipasi di lingkungan secara langsung dan tidak langsung

terhadap kepadatan jentik berdasarkan Container Index (CI) di

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik

(Muhajir, 2007). Pengamatan utama penelitian adalah menilai

partisipasi dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD serta

mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan

Cross Sectional dan paradigma kuantitatif (Singarimbun dan Effendi,

2008; Notoadmodjo, 2007), sebagai tumpuan analisis, dilengkapi

dengan informasi berdasarkan data kualitatif sesuai pendapat Brannen

(2002), untuk mendukung dan mempertajam analisis kuantitatif.

B. Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Metode Penetuan Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive),

dalam penentuan Provinsi D.I.Y dan Kabupaten Bantul. Pada penelitian

ini penentuan desa terpilih menggunakan rumus sampel untuk estimasi

proporsi tunggal karena besar populasi sasaran (N) diketahui

(terbatas=finite) yaitu sebanyak 75 desa, rumus ukuran sampel untuk

menaksir proporsi sebuah populasi sebagai berikut (Lemeshow et al.,

(34)

commit to user

Nilai perkiraan proporsi (P)=0,96 yang diperoleh dari 72 desa

endemis dan sporadis DBD dari total 75 desa, nilai Z21-α/2 = 1,96 pada

derajat kepercayaan (CI) 95% dan presisi mutlak (d) sebesar 10%, maka

hasil perhitungan besar sampel pada tahap desa adalah 7 desa, yang

ditetapkan secara acak untuk 7 desa yang endemis dan 3 desa yang

potensial diambil semua. Selanjutnya dari desa yang terpilih semua

dusun dan Rukun Tetangga (RT) yang tidak termasuk untuk uji

kuesioner diambil sebagai lokasi penelitian pada masing-masing Desa.

2. Waktu Penelitian

Pengumpulan data primer dilakasanakan selama enam bulan yaitu

dari bulan Januari sampai Juni 2015.

C. Populasi dan Sampel Penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga masyarakat

yang tinggal di Kabupaten Bantul pada tahun 2014, baik yang berada di

daerah endemis, sporadis dan potensial DBD sebanyak 254.149 KK.

Adapun besar sampel dihitung menggunakan pendapat Harris (1985)

dalam Murti (2013), rumus ukuran untuk analisis multivariat;n >10 m,

bila melibatkan ≥ 6 prediktor (variabel independen), maka pada

penelitian ini dibutuhkan minimal 60 rumah tangga. penelitian N.Z21-αP(1-P)

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

menggunakan sampel atau responden ibu rumah tangga sebanyak 600

responden yang diperoleh dari hasil perkalian 10 desa dengan 60

responden kepala rumah tangga yang ditetapkan secara quota atau

quota sampling. Jadi besar sampel keseluruhan 600 responden.

Pemilihan ibu rumah tangga pada setiap RT di masing-masing desa

dilakukan secara random sederhana dengan sistem undian.

D. Instrumen Pengumpulan Data

1. Sumber data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer

dan data sekunder.

2. Teknik pengumpulan dan instrumen data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengacu pada

tujuan penelitian dan identifikasi variabel penelitian yang diteliti.

Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Observasi

b. Kuesioner

c. Panduan wawancara

d. Focus Group Discussion(FGD)

Uji coba instrument, analisis validitas dan reliabilitas untuk

mengetahui kelayakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Uji

coba kuesioner pada penelitian ini dilakukan pada salah satu dusun

(36)

commit to user

pada uji coba ini sebanyak 225 orang. Pengumpul data (enumerator),

fasilitator dan FGD mendapat pelatihan dari peneliti selama 1 hari

untuk menyamakan persepsi dan teknik pelaksanaan pengumpulan

data dilapangan. Adapun enumerator yang menggunakan instrumen

kuesioner dan observasi sebanyak 20 orang yang berasal dari

mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan

Yogyakarta, semester lima (5), sedangkan untuk FGD dipandu oleh

satu orang Sanitarian Puskesmas setempat dan satu orang pencatat

atau perekam pelaksanaan FGD.

3. Validitas instrumen

Data penelitian ini uji validitas instrumen yang dilakukan adalah

jenis uji validitas konstruk untuk menilai seberapa jauh instrumen

dapat mengukur sifat bangunan pengertian. pengujian validitas

dilakukan dengan analisis faktor (Exploratory Factor Analysis)

(Azwar, 2007).

4. Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan melihat koefisien

Alpha Cronbach.

E. Analisis Data

Tahapan Analisis data terbagi dalam: 1) Tahap deskripsi data, 2)

Tahap pengujian hipotesis, dan 3) Pengujian model dengan analisis

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Analisis Jalur

Analisis jalur bertujuan untuk mengukur hubungan langsung

maupun hubungan tidak langsung antar variabel dalam model (Ghozali,

2012).

Adapun hasil uji kecocokan model (goodness of fit) dari model

atau path diagram yang sesuai dengan kerangka konseptual dapat di

lihat pada Tabel 4.1. sebagai berikut:

Tabel 4.1. Nilaigoodness of fitdari model atau path diagram yang sesuai dengan kerangka konseptual

Keterangan Nilai

Nobservasi = 600

Adjusted R Square = 0,601

Model Fit X2 = 7.159

P = 0,067

GFI = 0.997

AGFI = 0.964

RMSEA = 0,048

NFI = 0.999

CFI = 0.999

Berdasarkan nilai uji kecocokan model (goodness of fit) dari

model atau path diagram pada Tabel 4.1 diatas dapat dikatakan bahwa

model sudah fit. Hasil model sesuai gambar 4.1 digunakan untuk

(38)

commit to user

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

Tabel 4.2. Hasil analisis pengaruh penyuluhan PSN DBD (X2) dan program PSN DBD (X3) terhadap modal sosial (X1) Variabel

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa hipotesis

pertama terbukti dan besarnya koefisien determinasi (R2), sebesar 0.49,

yang berarti modal sosial dipengaruhi secara langsung dan positif oleh

penyuluhan dan program PSN DBD sebesar 0.49 atau 49%.

Penyuluhan berpengaruh langsung paling besar.

Tabel 4.3. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi PSN DBD.

Modal Sosial (X1) 0.448 0,001

(40)

commit to user

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa hipotesis kedua

terbukti dan besarnya koefisien determinasi (R2), sebesar 0.69, yang

berarti persepsi PSN DBD dipengaruhi oleh penyuluhan, program dan

modal sosial sebesar 0.69 atau 69%. Modal sosial berpengaruh paling

besar terhadap persepsi PSN DBD.

Tabel 4.4. Hasil analisis faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi penyakit DBD

Modal Sosial (X1) 0.140 0,025

Penyuluhan PSN DBD

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa hipotesis

ketiga terbukti dan besarnya koefisien determinasi (R2), sebesar 0.46,

yang berarti persepsi penyakit DBD dipengaruhi oleh penyuluhan,

program dan modal sosial sebesar 0.46 atau 46%. Penyuluhan

berpengaruh paling besar terhadap persepsi penyakit DBD. Namun

program PSN DBD tidak berpengaruh langsung dengan nilai

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

Tabel 4.5. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi PSN DBD di rumah tangga

Variabel

Modal Sosial (X1) 0.142 0,001

Penyuluhan PSN DBD (X2)

0.263 0,001

Program PSN DBD (X3) 0.123 0,001

Persepsi PSN DBD (X4) 0.557 0,001

Persepsi penyakit

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa hipotesis

keempat terbukti dan besarnya koefisien determinasi (R2) sebesar 0.79,

yang berarti partisipasi PSN DBD dipengaruhi oleh penyuluhan,

program dan modal sosial sebesar 0.79 atau 79%. Persepsi PSN DBD

berpengaruh paling besar terhadap PSN DBD di rumah tangga.

Tabel 4.6. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi PSN DBD di lingkungan

Modal Sosial (X1) 0.093 0,001

Penyuluhan PSN DBD (X2)

0.152 0,001

Program PSN DBD (X3) 0.039 0,001

Persepsi PSN DBD (X4) 0.183 0.049

(42)

commit to user

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa hipotesis keempat

terbukti dan besarnya koefisien determinasi (R2), sebesar 0.99, yang

berarti partisipasi PSN DBD dipengaruhi oleh penyuluhan, program,

modal sosial, persepsi PSN DBD, persepsi penyakit DBD, dan

partisipasi PSN DBD di rumah tangga sebesar 0.99 atau 99%. Persepsi

penyakit DBD berpengaruh paling besar terhadap partisipasi PSN DBD

di lingkungan.

Tabel 4.7. Hasil Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepadatan Jentik Nyamuk (CI)

Modal Sosial (X1) 0.169 0,001

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa hipotesis keempat

terbukti dan besarnya koefisien determinasi (R2), sebesar 0.60, yang

berarti kepadatan jentik nyamuk (CI) dipengaruhi oleh penyuluhan,

program, modal sosial, persepsi PSN DBD, persepsi penyakit DBD,

partisipasi PSN DBD di rumah tangga, dan partisipasi PSN DBD di

lingkungan sebesar 0.60 atau 60%. Partisipasi di lingkungan

berpengaruh paling besar terhadap kepadatan jentik nyamuk.

Adapun ringkasan pengaruh langsung dan tidak langsung variabel

independen pada penelitian terhadap kepadatan jentik nyamuk (CI)

seperti pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Ringkasan pengaruh langsung dan tidak langsung pada kepadatan jentik nyamukAe.Aegypti(CI).

Variabel

Dependen

Variabel Independen Pengaruh (%) Total

Langsung

(44)

commit to user

Berdasarkan analisis jalur terhadap pengaruh langsung dan tidak

langsung variabel yang berpengaruh terhadap kepadatan jentik nyamuk

dengan menghitung CI, menunjukkan bahwa partisipasi PSN DBD di

lingkungan, program PSN DBD dan penyuluhan PSN DBD

mempengaruhi secara langsung lebih besar (37,4%, 25,1% dan 24,4%)

terhadap CI, seperti terlihat pada tabel 4.37. Bila dilihat dari pengaruh

totalnya, maka penyuluhan PSN DBD, partisipasi PSN DBD di rumah

tangga dan partisipasi PSN DBD di lingkungan memberikan pengaruh

relatif besar terhadap CI, yaitu sebesar 71,59%, 40,61% dan 37,4%.

B. Model promosi kesehatan dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD di Kabupaten Bantul.

Setelah didapatkan konsep model dari uji analisis jalur (Gambar

4.1), selanjutnya konsep model tersebut dikompilasi dengan hasil

wawancara dan FGD, berdasarkan teori sistem berpikir dan sistem

tindakan dari Checkland (1999), maka dapat diajukan model akhir

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

Keterangan : = Umpan balik

Gambar 4.2. Desain model promosi kesehatan dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD berkelanjutan.

Gambar 4.2. merupakan skema dari model yang mendorong

keberlanjutan kegiatan promosi kesehatan yang dilaksanakan di

masyarakat, terutama dalam PSN DBD. Sehingga diharapkan kasus

DBD disuatu wilayah tidak terjadi lagi. Tahapan yang diharapkan terus

berlangsung, yaitu mulai dari tahapaninput, proses,output,outcomedan

(46)

commit to user

Secara sederhana model promosi kesehatan dalam PSN DBD

dapat dijelaskan sebagai berikut: kepadatan jentik nyamuk (Container

Index)dapat rendah, bila dilakukan PSN DBD baik di keluarga maupun

dilingkungan secara rutin atau berkesinambungan oleh seluruh warga.

PSN DBD dilakukan secara berkesinambungan bila persepsi warga

terhadap PSN DBD baik atau positif, persepsi warga positif bila

dilakukan penyuluhan dan program PSN DBD dengan baik, serta

menggunakan modal sosial warga sebagai acuan utama (Gambar 4.3).

Penyuluhan dilakukan pada saat kumpulan PKK Desa/Dusun/RT, Dasa

Wisma atau majelis taklim/kelompok pengajian, jadi tidak usah

menggunakan wahana atau forum atau kelompok baru dalam

memberikan penyuluhan.

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik

beberapa kesimpulan penelitian antara lain:

1. Modal sosial keluarga dipengaruhi secara positif dan signifikan

oleh penyuluhan PSN DBD dan program PSN DBD. Penyuluhan

berpengaruh relatif besar terhadap modal sosial.

2. Persepsi PSN DBD dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh

faktor penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD dan modal

sosial keluarga. Modal sosial berpengaruh paling besar terhadap

persepsi PSN DBD.

3. Persepsi penyakit DBD dipengaruhi secara postif dan signifikan

oleh faktor penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD dan modal

sosial keluarga. Penyuluhan PSN DBD berpengaruh paling besar

terhadap persepsi penyakit DBD.

4. Partisipasi PSN DBD di rumah tangga dipengaruhi secara positif

dan signifikan oleh faktor penyuluhan PSN DBD, program PSN

DBD, modal sosial, persepsi terhadap PSN DBD, dan persepsi

terhadap penyakit DBD. Persepsi terhadap PSN DBD dan

penyuluhan berpengaruh relatif besar terhadap PSN DBD di rumah

(48)

commit to user

5. Partisipasi PSN DBD di lingkungan dipengaruhi secara positif dan

signifikan oleh faktor penyuluhan PSN DBD, program PSN DBD,

modal sosial, persepsi terhadap PSN DBD, persepsi terhadap

penyakit DBD, dan partisipasi PSN DBD di rumah tangga. Persepsi

terhadap penyakit DBD berpengaruh paling besar terhadap

partisipasi di lingkungan.

6. Kepadatan jentik nyamuk berdasarkan Container Index (CI)

dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh faktor penyuluhan

PSN DBD, program PSN DBD, modal sosial, persepsi terhadap

PSN DBD, persepsi terhadap penyakit DBD, partisipasi PSN DBD

di rumah tangga dan partisipasi PSN DBD di rumah lingkungan.

Partisipasi di lingkungan berpengaruh paling besar terhadap

kepadatan jentik nyamuk.

7. Model pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue

yang baik dirancang dengan meningkatkan partisipasi PSN DBD

dikeluarga dan lingkungannya melalui perbaikan pelaksanaan

penyuluhan dan program PSN DBD (Jumantik dan Tim Gertak)

dengan memperhatikan modal sosial keluarga. Penyuluhan PSN

DBD dapat diperbaiki melalui peningkatan kemampuan penyuluh,

penggunaan media dan metode, serta memperhatikan modal sosial

(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

B. Implikasi

Berdasarkan dari hasil penelitian memberikan implikasi

teoritis, metodologis dan praktis sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Hasil analisis jalur memberikan implikasi teoritis dari aspek

perbaikan penyuluhan dan program PSN DBD yang sudah ada dengan

mempertimbangkan modal sosial. Beberapa konsep pemberdayaan

masyarakat yang telah ada tidak menekankan pada aspek modal sosial

yang jelas dalam mendasari pemberantasan penyakit DBD. Konsep

yang selama ini dikembangkan cenderung melakukan modifikasi

perubahan perilaku di masyarakat tanpa memperhatikan modal sosial

yang dimiliki oleh masyarakat sehingga menyebabkan berbagai

intervensi program yang telah diberikan pada masyarakat tidak

sustainable. Keadaan ini yang menyebabkan program berhenti saat

program selesai dan masyarakat tidak mampu melanjutkan program

yang sudah ada.

Selain hal tersebut, hasil penelitian ini menguatkan model The

Health Beliefe Modelyang dikembangkan oleh Becker pada tahun 1984

(Naidoo dan Willis, 1996). Model tersebut menekankan pada persepsi

individu yang kuat dan dugaan yang kuat dari adanya dampak penyakit.

Hampir serupa dengan persepsi manfaat dan persepsi kerugian dari

perilaku kesehatan. Pada model ini terdapat 4 komponen persepsi yang

(50)

commit to user

penyakit,bisa mengenai sesorang); 2) Perceived Susceptibility

(kepercayaan seseorang dengan menganggap menderita penyakit adalah

hasil melakukan perilaku tertentu. Perceived susceptibility juga

diartikan sebagai perceived vulnerabilityyang berarti kerentanan yang

dirasakan yang merujuk pada kemungkinan seseorang dapat terkena

suatu penyakit ) dan Perceived Severity (berprinsip pada persepsi

keparahan yang akan diterima individu); 3)Perceived Benefits(persepsi

keuntungan yang memiliki hubungan positif dengan perilaku sehat)dan

Perceived Barriers (persepsi hambatan aatau persepsi menurunnya

kenyamanan saat meninggalkan perilaku tidak sehat); 4)Cues to Action

(dukungan atau dorongan dari lingkungan terhadap individu yang

melakukan perilaku sehat).

Disertasi ini menjelaskan perilaku sehat PSN DBD (partisipasi

atau keikutsertaan individu/ keluarga dalam rumah tangga dan di

lingkunganpemukimannya) dipengaruhi oleh persepsi terhadap PSN

DBD dan persepsi penyakit DBD, serta oleh penyuluhan yang

dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan program PSN DBD yang

sudah dilaksanakan, dengan mengintegrasikan modal sosial dalam

HBM. Selain itu juga melihat outcome atau hasil dari perilaku sehat

PSN DBD yakni berupa kepadatan jentik nyamuk Aedes dengan

mengukur Container Index (CI). Sedangkan teori health belief model

belum memasukkan modal sosial dan outcome dari perilaku sehat

(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

2. Implikasi Metodologis

Penelitian ini menggunakan Uji Path Analysis, sehingga dapat

diketahui pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kepadatan

jentik nyamuk. Namun diperkirakan masih ada variabel yang dapat

mendukung PSN DBD yang perlu dikaji lebih lanjut baik secara

kuantitatif maupun kualitatif, seperti variabel lingkungan infrastruktur,

sosio demografi, manajemen pencegahan DBD dan iklim global.

3. Implikasi Praktis

Praktik implementasi promosi kesehatan melalui penyuluhan dan

program PSN DBD yang dilaksanakan dengan baik serta

mengikutsertakan peran tokoh masyarakat akan meningkatkan modal

sosial masyarakat (terutama aspek kepercayaan, kepatuhan terhadap

norma dan relasi mutual), hal tersebut bisa membuat orang mau atau

berkewajiban untuk berpartisipasi (aksi bersama) dalam kegiatan PSN

DBD di rumah tangga dan lingkungannya, bila partisipasi PSN DBD di

rumah tangga dan di lingkungan pemukiman dilaksanakan secara rutin

dan serentak, maka kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypty akan

menurun, bahkan bisa tidak ada sama sekali jentik.

Penyuluhan sebaiknya dilaksanakan pada organisasi lokal yang

paling banyak dan mudah diakses oleh warga, yakni kelompok PKK

Desa/RW/Dusu/RT, kelompok Dasa Wisma, dan majlis taklim atau

kelompok pengajian. Penyuluhan dan program PSN DBD yang

(52)

commit to user

sosial yang tinggi dapat mendukung perilaku meningkatkan kesehatan

dan difusi informasi kesehatan dapat lebih efektif, maka itu sebelum

melaksanakan penyuluhan dan program seharusnya perlu pemetaan atau

survei tentang modal sosial warga atau sasaran penyuluhan dan

program.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Pemerintah Pusat

Berdasarkan hasil penelitian dapat peneliti berikan masukan bagi

pemerintah pusat khususnya Kementrian Kesehatan, pada

KEPMENKES 1457 Tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Minimal

yang menguatkan pentingnya upaya pengendalian DBD di Indonesia

memasukkan unsur modal sosial dalam upaya penyuluhan dan program

PSN DBD. Hal ini penting diperhatikan karena potensi yang ada dalam

masyarakat menentukan keberhasilan berbagai program kerja dari

pemerintah pusat.

2. Bagi Pemerintah Daerah

Model promosi kesehatan hasil penelitian dalam PSN DBD ini

dapat dijadikan sebagai salah satu model dalam pencegahan DBD untuk

melengkapi upaya promosi kesehatan yang sudah dilaksanakan selama

(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

a. Menetapkan regulasi yang jelas terkait program PSN DBD

dengan mengintegrasikan modal sosial.

b. Memberikan kewenangan penuh kepada masyarakat untuk

mengambil keputusan yang terkait pencegahan DBD dengan PSN,

sehingga masyarakat dapat berpartisipasi pada tingkat

pendelegasian, sedangkan Dinas Kesehatan atau Puskesmas sebagai

fasilitator.

3. Bagi Dinas Kesehatan

a. Perlunya program yang berbasis penguatan modal sosial dalam

rangka keberhasilan program-program pencegahan penyakit DBD

yang telah dilakukan oleh dinas kesehatan sebagai stakeholder,

terutama aspek kepercayaan dan peran tokoh masyarakat, dengan

cara memperbaiki kemampuan petugas promkes dan DBD, serta

Tim Gertak, juga meningkatkan peran serta tokoh masyarakat

dalam setiap proses pencegahan penyakit DBD.

b. Peningkatan kompetensi petugas promkes dan petugas DBD

dengan pelatihan penyuluhan berbasis modal sosial dan penyuluhan

secara komprehensif, meliputi; penguasaan materi disesuaikan

dengan budaya peserta, kemampuan empati, kemampuan

menghidupkan suasana, memotivasi peserta, mengendalikan

(54)

commit to user

c. Penyegaran kepada Jumantik dan Tim Gertak, dengan penekanan

materi pada tugas pokok dan fungsi serta teknik feedback yang

efektif pada semua proses yang dilaksanakan.

d. Mendorong terbentuknya satu rumah satu Jumantik atau Jumantik

berbasis keluarga dan perlu adanya bentuk perhatian atau

penghargaan bagi Jumantik dan wilayah yang berhasil meniadakan

jentik nyamuk.

4. Bagi Petugas Promkes dan DBD

a. Memperbaiki pelaksanaan penyuluhan yang telah dilakukan selama

ini, terutama penguasaan materi disesuaikan dengan budaya

peserta, kemampuan empati, kemampuan menghidupkan suasana,

memotivasi peserta, mengendalikan diskusi dan waktu memperikan

penyuluhan.

b. Sebelum pelaksanaan penyuluhan harus melakukan pemetaan

modal sosial sasaran, dengan cara wawacara atau survei

pendahuluan.

c. Menggunakan media dan metode yang variatif, seperti

menggunakan proyektor (LCD), memutarkan video pendek tentang

pencegahan dan penanggulangan DBD, serta melaksanakan praktik

langsung supaya masyarakat lebih mudah memahami dan

melaksanakan PSN DBD.

d. Melakukan feedback mulai dari input, proses danoutput /outcome

(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

5. Bagi Jumantik dan Tim Gertak

Jumantik dan tim gertak harus melaksanakan tugas pokok yang

sudah diberikan, seperti melaksanakan penyuluhan, memberikan

motivasi, mengajak responden atau anggota keluarga untuk

bersama-sama memeriksa jentik, dan memberikan informasi tentang

berkembangbiaknya nyamukAedes kepada warga.

6. Bagi Warga atau Masyarakat

a. Setiap keluarga harus melaksanakan PSN DBD 3 M Plus dan

melakukan pengelolaan sampah rumah tangga masing-masing

dengan sistem pemilahan yang ada di sekitar rumah atau

lingkungan sehingga tidak menjadi sarang perindukan nyamuk

Aedes.

b. Melakukan PSN DBD secara periodik (minimal 1 minggu sekali)

dirumah masing masing dan bersama sama dilingkungan RT atau

RW/Dusun pada radius 100m secara serentak.

c. Saling mengingatkan dan membantu terkait pelaksanaan PSN DBD

di rumah tangga serta di lingkungannya.

d. Harus ada satu keluarga satu Jumantik, supaya PSN DBD

berkesinambungan dan efektif.

7. Bagi Peneliti selanjutnya

Perlunya dilakukan penelitian lanjutan yang membandingkan

(56)

commit to user

memasukkan model sosial masyarakat, terutama untuk keberlanjutan

bebas penyakit DBD di suatu daerah berdasarkan model yang telah

dirumuskan pada penelitian ini, dan meneliti faktor lain yang

berpengaruh terhadap kepadatan jentik nyamuk, selain variabel yang

sudah diteliti pada penelitian ini, misalnya variabel perubahan iklim,

pengelolaan air bersih, kualitas sanitasi lingkungan, tanggung jawab

masyarakat, manajemen pencegahan dan infrastruktur.

Publikasi :

1. Kasjono, HS., A.A. Subiyanto, Drajat Tri Kartono, Eny Lestari. 2016. Social Capital Based Health Promotion of Mosquito Breeding Places Elimination of Dengue Hemorrhagic Fever in Bantul District Proceeding International Conference on Health & Well-Being2016. ISSN:2503-5193.

2. Kasjono, HS., A.A. Subiyanto, Drajat Tri Kartono, Eny Lestari. 2016. Health Promotion Model of Mosquito Breeding Places Elimination of Dengue Hemorrhagic Fever in Bantul District International Journal of Scientific Reseach And Education (IJSAE), Volume 4, Issue 02.Pages-5008-5015, March-2016, ISSN(e):2321-7545.

(57)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

4. Kasjono,HS., 2016. Pengembangan Modal Sosial Dalam Promosi Kesehatan. Penerbit: Nuha Medika, Yogyakarta (Buku).

(58)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Alvira, N. 2010. Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypty Berdasarkan Status Endemisitas di Kabupaten Bantul. (Tesis) Magister Epidemiologi Lapangan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Armstrong R, Doyle J., Lamb C., Waters E. 2006. Multi-sectoral Health Promotion and Public Health: The Role of Evidence. Journal of Public Health, vol. 28, no.2. 2006, pp.168-172.

Azwar, S. 2007. Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Beattie, A. 1991. Knowledge and Control in Health Promotion: A Test Case for Social Policy and Social Theory, in Gabe J, Calnan M and Bury M. The Sociology of the Health Service. London: Routledge.

Brannen, J. 2002. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Brata, A. G. 2004. Social Capital and Credit in A Javanese Village. Research Institute University of Atmajaya Yogyakarta.

Cahyo, K. 2006. Kajian Faktor-faktor Perilaku dalam Keluarga yang Mempengaruhi Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Meteseh Kota Semarang. Media Litbang Kesehatan XVI, (4), 32-41.

Caplan, R & Holland, R. 1990. Rethinking Health Education Theory. Health Education Journal.Vol. 49, Hal 10-12.

(59)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model Promosi Kesehatan dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006a. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah. Jakarta: Katalog dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI.

... 2007. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Jakarta: Ditjen PPM dan PLP.

... 2009. Perkembangan dan Tantangan Masa Depan Promosi Kesehatan di Indonesia.Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. 2011a. Profil Kesehatan Bantul dalam Angka 2011. Bantul: Subdin Pemberantasan Penyakit Penyehatan Lingkungan.

...2011b. Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan. Bantul: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.

Dubois & Miley, K. K. 1992. Social Work an Empowering Profession. Boston: Allyn and Bacon.

Edwards. 2004. Measuring Social Capital: An Australian Framework and Indicators.Australia: Australian Bureau of Statistics.

Eriksson, M. 2010. Social Capital, Health, and Community Action

Implication for Health Promotion. Sweden:Umea University.

...2011. Social Capital and Health Implications for Health Promotion. PhD Review. Department of Public Health and Clinical Medicine, Epidemiology and Global Health. Umea University, Umea, Sweden.

Ewles, L & Simnett, I. 1994. Promoting Health a Practical Guide. Second Edition. Terjemahan Ova Emilia: Promosi Kesehatan Petunjuk Praktis.Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Gambar

Tabel 2.1. Kategori modal sosial
Gambar 2.1. Perbedaan bentuk struktural dan kognitif dalam modal
Gambar 2.2. Hubungan antar variabel penelitian
Tabel 4.1. Nilai goodness of fit dari model atau path diagram yang
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara laki -laki dan perempuan (dimorfisme seksual) bermula karena adanya growth spurt, pada penelitian

Hasil uji BNJ 5% pengaruh perbandingan variasi proporsi daging ikan dan tapioka terhadap kekerasan kerupuk keriting ikan gabus .... Hasil uji BNJ 5% pengaruh daya

Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi lainnya, tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran dilakukan antara

menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan. 2) Semua perusahaan harus melakukan

Alhamdulillah atas izin dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pembelajaran Matematika dengan Penerapan Sejarah Untuk Memperkuat

MK berpendapat bahwa Pasal 43 ayat (1) UUP bertentangan dengan UUD NRI 1945, yaitu Pasal 28b ayat (2) yang menyatakan setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,

Sebagai konsumen dari jasa yang diberikan oleh seseorang, pasien tentunya memiliki harapan-harapan terhadap pemberi pelayanan kesehatan tersebut, yang terdiri dari reliability

Seperti pada program diatas, array dilewatkan fungsi input untuk mengisi nilai dari setiap elemen array tersebut, kemudian fungsi findmax yaitu fungsi untuk mencari nilai terbesar