i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DALAM
PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR SISWA
Studi Kasus Pada Siswa Kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
IRENE SEPTILYA WAHYU INDAH AYUDIANY
NIM: 061334044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya ini kepada :
Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugrah
Yang telah diberikan kepada penyusun
Papa dan Mama, terimakasih atas cinta
dan kasih sayangnya selama ini,
kupersembahkan baktiku untuk membalas semua
v
MOTTO
Kejarlah cita-citamu untuk memperoleh apa
yang kamu inginkan
Jangan takut untuk mencoba
dan jangan takut akan kegagalan yang menghadang
karena kegagalan bukan akhir dari segalanya
untuk memperoleh kesuksesan,
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Agustus 2010
vii
LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Irene Septilya Wahyu Indah Ayudiany
Nomor Mahasiswa : 061334044
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES
TURNAMENT (TGT) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA”. Dengan demikian saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 25 Agustus 2010
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
Studi Kasus Pada Siswa Kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta
Irene Septilya W. I. A. Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran ekonomi dengan pokok bahasan konsumsi dan investasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XB, SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam satu siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) IN THE ECONOMICS
TO IMPROVE STUDENTS’ ACHIEVEMENT OF LEARNING A Case Study on the First Grade of One Stella Duce Senior High School
Yogyakarta
Irene Septilya W. I. A. Sanata Dharma University
Yogyakarta 2010
This research aims to know how the achievement of the students on learning economics with the main topic of discussion was the consumption and the investment through the implementation of cooperative learning model type Teams Games Tournaments (TGT).
This research was done at the students of XB, One Stella Duce Senior High School of Yogyakarta. The main components of the cooperative learning type TGT were material presentation, group sharing, games, tournament, and the appreciation to the group. The implementation of this classroom action research was done in one cycle which consisted of four stages, namely planning, action, observation, and reflection. The data collection were done by using observation sheets of the teachers’ activities, observation sheets of the students, observation sheets of the class activities, observation sheets of the teachers’ activities in teaching-learning process, the instruments of the class observation, observation sheets of the students’ activities on the group, and the instruments of the reflection. The data which were obtained were analyzed by using descriptive and comparative analysis.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TURNAMENT (TGT) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA”.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, memberikan nasehat, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
6. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan;
xi
8. SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini;
9. Ibu L. Gunawati Sintadewi, S.Pd. selaku guru mitra dalam penelitian tindakan kelas ini;
10. Siswi-siswi kelas X-B SMA Stella Duce 1 Yogyakarta selaku subjek dalam penelitian ini;
11. Seluruh keluargaku: kedua orang tuaku Bapak Soedarminto, S.IP dan Ibu Dra. Yulita Indriyani, serta adik-adikku tercinta Geovany dan Cicilia, terima kasih atas doa, semangat, dukungan materiil, dan dukungan moral yang telah diberikan selama ini;
12. Keluarga besar om Yusuf Budiono, tante Emilia Indraswari, Wulan, dan Satria terima kasih atas bantuan, dukungan, serta doanya;
13. Masku Renatus Sigit terkasih terima kasih untuk waktu dan perhatian yang selalu diberikan untuk menemani hari-hariku selama ini, untuk segala kesabaran dan pengertianmu dalam menghadapi aku, bantuan, semangat, serta doa yang telah kamu berikan selama ini;
14. Sahabat-sahabatku tersayang Galih, Djinonk, Niken, dan Ninin, terima kasih atas segala bantuan, dukungan, doa, semangat, fasilitas dan akomodasi yang telah diberikan, keceriaan, tawa, senyum kalian serta tempatku berbagi dan berkeluh kesah. Kalian adalah keluarga keduaku di kampus;
15. Teman-teman yang telah banyak membantu dan mau direpotkan, Tyo, Wahyu, Dety, Pristi, Dwi Setya, Yosafat, Ardi Eka, Rara, Mbak Wati, Johan, Andre, Mas Eka, Mas Adi, Siera, Devi, Ajeng, Yunita, Alvian, Mas Angga, Adit, dan seluruh teman-teman PAK angkatan 2006 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaan yang telah kita lewati selama empat tahun lebih serta kenangan indah yang telah kita ukir bersama-sama di Universitas Sanata Dharma tercinta ini;
xii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.
Penulis
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii
ABSTRAK... viii
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah... 4
C. Rumusan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian... 5
E. Manfaat Penelitian... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7
A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)... 7
B. Metode Teams Games Tournament (TGT)... 11
C. Prestasi Belajar... 16
D. Mata Pelajaran Ekonomi... 20
xiv
BAB III METODE PENELITIAN... 26
A. Jenis Penelitian... 26
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 26
C. Subjek dan Objek Penelitian... 27
D. Prosedur Penelitian... 27
E. Instrumen Penelitian... 34
F. Teknik Pengumpulan Data... 37
G. Teknik Analisis Data... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH... 41
A. Sejarah, Visi, Misi, dan Tujuan Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 41
B. Sistem Pendidikan Satuan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 44
C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 45
D. Organisasi Sekolah Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 47
E. Sumber Daya Manusia Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 52
F. Siswa Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 56
G. Kondisi Fisik dan Lingkungan Sekolah Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 59
H. Fasilitas Pendidikan dan Latihan... 62
I. Majelis Sekolah/Dewan Sekolah/Komite Sekolah... 65
J. Hubungan Antara Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dengan Instansi Lain ... 65
xv
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN………..…… 72
A. Deskripsi Penelitian ……….. 72
1. Observasi Pra Penelitian…..……… 72
a. Observasi Guru……….. 73
b. Observasi Siswa………. 77
c. Observasi Kelas………. 79
2. Siklus Pertama………. 84
a. Perencanaan……….….. 85
b. Tindakan ………...…… 88
c. Observasi………...…… 91
d. Refleksi……….. 96
B. A nalisis Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 100
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 104
A. Kesimpulan ... 104
B. Keterbatasan Penelitian ... 104
C. Saran... 105
DAFTAR PUSTAKA... 107
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Tingkat Perkembangan Prestasi Belajar
Siswa pada Siklus I dan Siklus II... 40
Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru... 75
Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa... 78
Tabel 5.3 Kondisi Kelas Selama Proses Pembelajaran... 80
Tabel 5.4 Aktivitas Guru Pada Siklus I... 91
Tabel 5.5 Perilaku Siswa Saat Pembelajaran Pada Siklus I... 94
Tabel 5.6 Instrumen Pengamatan Kelas... 95
Tabel 5.7 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode TGT... 96
Tabel 5.8 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode TGT... 98
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Kegiatan Guru... 109
Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Siswa... 110
Lampiran 3 Lembar Observasi Kegiatan Kelas... 111
Lampiran 4 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran... 112
Lampiran 5 Instrumen Pengamatan Kelas... 114
Lampiran 6 Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok... 116
Lampiran 7 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode TGT... 117
Lampiran 8 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode TGT... 118
Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 119
Lampiran 10 Soal Pre Test... 125
Lampiran 11 Soal Post Test... 129
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran yang mendorong peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan jaman. Tujuan pendidikan itu sendiri adalah untuk
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Untuk mencapai tujuan pendidikan, dibutuhkan suatu lembaga pendidikan
sebagai wahana yang berfungsi bagi peserta didiknya supaya menjadi manusia
yang berilmu, bermoral dan berketerampilan.
Sejak diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi dan kemudian
diperbaharui dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, siswa dituntut
untuk dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang sudah ditetapkan dalam
setiap jenjang pendidikan. Kompetensi merupakan kebulatan pengetahuan,
ditampilkan oleh siswa sebagai hasil belajar. Untuk mencapai kompetensi itu,
penekanan dalam pembelajaran adalah terciptanya atau ditingkatkannya
serangkaian kemampuan dan potensi siswa agar bisa mengantisipasi aneka
tantangan kehidupannya. Orientasi pembelajaran bukan pada aspek
pengetahuan dan target materi yang cenderung verbalistis dan kurang
memiliki daya serap semata tetapi lebih pada aspek penguasaan kompetensi.
Peneliti sebagai calon guru dan pelaku pendidikan harus membekali
peserta didik dengan kecakapan hidup yang merupakan hasil dari suatu
pengalaman belajar. Hal demikian disebabkan di lapangan banyak sekali
kendala-kendala yang menyebabkan output kita jauh dari harapan. Jangankan
siswa memiliki keterampilan yang bisa ditunjukan sebagai hasil dari belajar,
untuk menguasai konsepnya saja mereka mengalami kesulitan. Banyak faktor
yang menyebabkan hasil belajar para siswa rendah, baik faktor internal
maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang terdapat dalam diri
siswa, diantaranya motivasi belajar, minat, cara belajar, intelegensi, kebiasaan,
rasa percaya diri. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri
siswa, seperti guru sebagai pembina belajar, strategi pembelajaran, sarana dan
prasarana, kurikulum dan lingkungan.
Dari masalah-masalah yang terungkap jelas bahwa rendahnya hasil
belajar siswa bukan hanya disebabkan faktor guru sebagai penyampai
pelajaran, tetapi juga dari siswa sebagai subjek pembelajaran. Oleh karena itu
perlu ditemukan strategi baru dalam pembelajaran yang mengutamakan
memberikan pelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan
mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa. Di sinilah guru
dituntut untuk merancang kegiatan yang akhirnya mampu mengembangkan
kompetensi, ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa. Strategi
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana belajar yang
menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
khususnya untuk mata pelajaran ekonomi.
Ada berbagai model pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru
untuk tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi juga
pemberian kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik agar mereka dapat
belajar dalam suasana menyenangkan, gembira, penuh semangat akan
membangkitakan rasa ingin tahunya sehingga tumbuh minat dan motivasinya
untuk belajar. Dengan memotivasi belajar yang tinggi pasti akan besar
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang mereka capai. Berdasarkan kenyataan
tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian tentang peningkatan hasil belajar
melalui penerapan metode belajar kooperatif yang berbasiskan permainan
(game).
Bentuk pembelajaran kooperatif yang paling tua dan yang cukup
menarik untuk digunakan adalah metode pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT). Metode pembelajaran ini merupakan salah satu metode
pembelajaran yang relatif mudah untuk diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar di dalam suatu kelas. Pembelajaran tipe ini melibatkan aktivitas
di dalamnya mengandung unsur permainan yang sangat menyenangkan
(Slavin, 1995:84). Dengan penerapan metode TGT ini, diharapkan siswa dapat
termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar, meningkatkan keaktifan
dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran ini pada dasarnya
merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja sama dalam suatu kelompok kecil dengan kemampuan yang heterogen
(tinggi, rendah, sedang). Keaktifan siswa dalam kelompok tersebut dapat
menimbulkan kerja sama dan saling membantu dengan siswa lainnya dalam
tugas-tugas terstruktur dimana guru bertindak sebagai fasilitator.
Berdasarkan uraian di atas, penulis berkeyakinan bahwa metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dapat digunakan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa di kelas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul ”Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam
Pembelajaran Ekonomi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”,
yang akan dilakukan pada siswa kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Penerapan metode pembelajaran kooperatif bisa dilakukan pada
berbagai tipe, tetapi dalam penelitian ini hanya membatasi pada pembelajaran
kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di dalam
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan:
bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran ekonomi?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi melalui penerapan metode
kooperatif tipe TGT.
E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :
1. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif ini, dapat memberikan masukan untuk para guru agar guru
tersebut kreatif dalam menerapkan metode-metode pembelajaran sehingga
diharapkan kegiatan pembelajaran di dalam kelas berlangsung tidak
monoton dan tidak menimbulkan kebosanan.
2. Bagi Peneliti
Sebagai calon guru, peneliti dapat memanfaatkan dan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar yang sesuai
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran dan aktivitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action
research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar
mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan
lain-lain) atau pun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai
hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
Arikunto (2008:2) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan
definisi dari tiga kata, Penelitian + Tindakan + Kelas sebagai berikut:
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data ke informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Sedangkan menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2009:9):
Di dalam modul Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas, secara
singkat PTK dapat didefinisikan sebagai (T. Raka Joni, 1998:5):
Suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, mempersalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.
Sementara menurut Susilo (2007:16), PTK merupakan suatu penelitian yang
dilakukan oleh peneliti atau guru di tempat di mana dia mengajar, dengan
menekankan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses
dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Dari beberapa pengertian PTK di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
sesungguhnya PTK merupakan implementasi dari kreativitas dan sikap
kritis guru terhadap apa yang sehari-hari diamatinya dan pengalaman yang
berhubungan dengan profesinya untuk menghasilkan suatu kualitas
pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya sehingga mencapai hasil
yang optimal. Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang
berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya di
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
2. Prinsip Dasar PTK
PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh
guru di sekolah. Prinsip tersebut diantaranya (Wijaya Kusumah, 2009:17):
a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.
b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.
d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya. e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata
krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi. f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam
perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).
3. Tahapan Pelaksanaan PTK
Dalam praktiknya, PTK adalah tindakan yang bermakna melalui
prosedur penelitian yang mencakup empat tahapan yaitu (Wijaya Kusumah,
2009:25):
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita. Kegiatan perencanaan mencakup: identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan pengembangan untuk tindakan atau aksi sebagai pemecahan masalah
b. Tindakan (Acting)
Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan atau acting dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya
c. Pengamatan (Observing)
Selanjutnya diadakan pengamatan atau observing yang diteliti terhadap proses pelaksanaannya
d. Refleksi (Reflecting)
Adapun model untuk masing-masing tahap dalam PTK dapat dilihat
pada siklus berikut ini (Arikunto, 2008:16):
Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
4. Tujuan PTK dilakukan
Menurut Susilo dalam buku Panduan Penelitian Tindakan Kelas
(2007:17), tujuan PTK dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan profesional guru kepada peserta didik dan konteks pembelajaran di kelas.
c. Mendapatkan pengalaman tentang ketrampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru. d. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalah actual yang dihadapi sehari-hari.
5. Manfaat yang bisa diperoleh dari PTK
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dilaksanakannya PTK
yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan pembelajaran, antara
lain (Susilo, 2007:18):
a. Inovasi pembelajaran
b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik
d. Akan terciptanya peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru
e. Karya tulis ilmiah semakin di perlukan guru di masa depan untuk meningkatkan kariernya dan dalam rangka membuat rancangan PTK yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas.
B.Metode Teams Games Tournaments (TGT)
1. Tipe Pembelajaran Kooperatif
Penelitian–penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli mengenai
aplikasi dari pembelajaran kooperatif dikelas baru dimulai pada tahun
1970-an. Salah satu hasil penelitian tersebut yang sekarang ini sudah sering
digunakan adalah metode pembelajaran tim siswa. Konsep penting dalam
pembelajaran tim siswa ini adalah penghargaan bagi tim, tanggung jawab
individu, dan kesempatan sukses yang sama. Dalam hal ini tim tidak
bersaing untuk mendapatkan penghargaan yang tidak mungkin, karena
semua anggota tim bisa saja mencapai kriteria pada minggu-minggu dalam
pembelajaran. Yang dimaksud dengan tanggung jawab individu di sini
adalah kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individu dari semua
sama adalah semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara
meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya.
Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif yang diantaranya
adalah (Slavin, 1995:4):
a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai pelajaran dengan mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis secara individual tentang materi ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.
b. Teams Games Tournaments (TGT)
Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.
c. Jigsaw
bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.
d. Learning Together
Siswa melakukan presentasi bahan mata pelajaran, setelah itu siswa dalam kelompok heterogen terdiri 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Siswa kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual.
e. Group Investigation
Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas. Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments( TGT)
Metode pembelajaran Teams Games Tournaments atau yang biasa
disebut dengan TGT merupakan salah satu metode pembelajaran
kooperatif yang mudah untuk diterapkan, hal ini karena melibatkan
semua siswa di dalam kelas. Seperti yang kita ketahui di dalam suatu
kelas pasti akan ada banyak perbedaan baik itu masalah ras, agama, jenis
kelamin, tingkat kepandaian dan lain–lainnya. Dan perbedaan tersebut
kadang kala juga mampu menimbulkan masalah di kelas. Namun dalam
metode TGT masalah ini dapat diminimalisir.
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau
metode pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan
peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.
Dalam TGT siswa diminta untuk bekerja di dalam kelompok, di
mana kelompoknya tediri dari berbagai unsur yang berbeda sehingga
masalah-masalah yang disebabkan karena adanya perbedaan dapat
diatasi. Dalam model TGT ini siswa juga diharapkan mampu untuk
melatih tanggung jawab, kerja sama dan persaingan yang sehat.
Lima komponen utama dalam komponen dalam TGT yaitu (Slavin,
1995:84-88):
a. Penyajian Kelas
Sebelum melakukan games, dalam awal pembelajaran akan diawali guru menjelaskan materi. Penjelasan materi ini dapat dilakukan dengan metode ceramah, diskusi atau metode yang lainnya. Yang harus ditekankan dalam penyajian kelas ini adalah siswa harus benar – benar memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penguasaan materi ini akan membantu siswa untuk bekerja dalam kelompok nantinya.
b. Kelompok (team)
ada suatu pertanyaan di dalam kelompok tersebut, sebaiknya jangan ditanyakan dahulu kepada guru karena mungkin dari salah satu teman kelompok ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa terjawabkan oleh salah satu teman kelompok, baru bisa meminta penjelasan dari guru. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau tournament.
c. Permainan
Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar kelompok. Games dapat berisi pertanyaan–pertanyaan bernomor yang dirancang oleh guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi oleh siswa sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa dapat mengambil salah satu pertanyaan bernomor dan menjawabnya sesuai dengan kemampuan masing-masing dan teman di dalam kelompoknya tidak diperkenankan untuk membantu anggota kelompok yang sedang mengerjakan. Jawaban siswa yang benar akan dikumpulkan untuk tournament mingguan.
d. Turnamen (Tournament)
dengan urutan yang telah disepakati, dan yang menjawab dengan benar berhak menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah didapat nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.
e. Penghargaan Kelompok
Guru akan mengumumkan kelompok yang menang dalam turnamen, dan masing–masing team akan mendapatkan sertifikat atau skor apabila memenuhi standar yang ditentukan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlahkan poin yang didapat pada skor lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor rata-ratanya. Yang harus ditekankan dalam pemberian penghargaan di sini bukan mendorong siswa untuk bersaing secara tidak sehat, akan tetapi pemberian penghargaan tersebut adalah untuk memotivasi belajar siswa agar prestasi belajarnya dapat meningkat.
C. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah kemampuan, keterampilan dan sikap
seseorang dalam menyelesaikan suatu hal (Zainal Arifin, 1988:3). Belajar
adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap (W.S Winkel,
1991:16). Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu
tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Belajar merupakan
suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di
Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895)
adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka
yang diberikan guru. Kegiatan pengukuran prestasi belajar siswa dilakukan
antara lain melalui ulangan, ujian, tugas, dan sebagainya (Masidjo,
1995:13).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan
nilai/angka hasil tes yang diberikan oleh guru. Keberhasilan dalam
kegiatan yang disebut belajar akan tampak dalam prestasi belajar yang
diraihnya. Prestasi belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi belajarnya.
Usaha untuk mengevaluasi hasil belajar, biasanya dilakukan dengan
mengadakan pengukuran dalam bentuk tertulis, lisan maupun praktik yang
kemudian diberi skor yang biasanya berwujud angka. Hasil dari
pengukuran ini merupakan informasi-informasi atau data yang diwujudkan
dalam bentuk angka-angka yang disebut prestasi belajar.
Faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat
digolongkan menjadi dua yaitu (Dimyati dan Mujiono, 1999:236-254):
a.Faktor internal
1) Sikap terhadap belajar
2) Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi ini dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus agar siswa memiliki hasil belajar yang baik, yang pada akhirnya semakin meningkatkan motivasi berprestasi.
3) Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran yang tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat.
4) Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara memperoleh ajaran yang dikembangkan di berbagai mata pelajaran, sehingga lebih bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, kesenian, serta keterampilan mental dan jasmani. Cara memperoleh ajaran berupa bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma, atau rumusan matematika.
5) Menyimpan perolehan hasil belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara memperoleh pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu yang pendek (hasil belajar cepat dilupakan) dan waktu yang lama (hasil belajar tetap dimiliki siswa). Proses belajar terdiri dari proses penerimaan, pengolahan, dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan. Dalam kehidupan sebenarnya tidak berarti semua proses tersebut berjalan lancar, akibatnya proses penggunaan hasil belajar terganggu.
6) Menggali hasil belajar yang tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses pengaktifan pesan yang telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau mengkaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar.
7) Kemampuan berprestasi
8) Rasa percaya diri siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian ”perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.
9) Intelegensi dan keberhasilan belajar
Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
10) Kebiasaan belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain: belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, bergaya sok menggurui atau bergaya minta ”belas kasih” tanpa belajar. Kebiasaan-kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.
11) Cita-cita siswa
Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan yang harus dimulai sejak sekolah dasar. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi siswa.
b. Faktor eksternal
1) Guru sebagai pembina siswa belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar yang merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru pengajar, guru bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah. Adapun tugas pengelolaan pembelajaran siswa meliputi: pembangunan hubungan baik dengan siswa, menggairahkan minat, perhatian dan memperkuat motivasi belajar untuk berprestasi, mengorganisasi belajar, melaksanakan pendekatan pembelajaran secara tepat, mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan obyektif, melaporkan hasil belajar kepada orang tua/wali siswa.
2) Prasarana dan sarana pembelajaran
prasarana otomatis bisa menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar dengan baik.
3) Kebijakan penilaian
Penilaian adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga, bermutu, atau bernilai. Ukuran tentang hal itu berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang lain. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar tersebut adalah guru. Guru adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.
4) Lingkungan sosial siswa di sekolah
Lingkungan dimana siswa tinggal yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan siswa. Siswa yang berada di lingkungan yang dikondisikan untuk belajar, misalnya dibuat jam belajar malam antara jam 19.00-21.00, maka siswa akan terdorong untuk belajar. Sementara siswa yang berada di lingkungan yang tidak peduli pada pendidikan, maka siswa akan menjadi malas untuk belajar.
5) Kurikulum sekolah
Program pembelajaran di sekolah mendasarkan pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan dan disusun berdasarkan kemajuan masyarakat. Perubahan kurikulum dapat mempengaruhi tujuan yang akan dicapai, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pembelajaran. Perubahan kurikulum dapat menimbulkan masalah bagi guru, siswa maupun elemen-elemen dalam sekolah dan juga orang tua siswa.
D. Mata Pelajaran Ekonomi
Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan
dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang serta jasa.
Kata ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu oikos yang berarti
keluarga rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan atau aturan
hukum, dan secara garis besar diartikan sebagai aturan rumah tangga
atau manajemen rumah tangga. Menurut Fajar (2002:128), ekonomi
merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang perilaku dan tindakan
dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan
kegiatan produksi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi.
Sedangkan menurut http://www.snapdrive.net/files/582099/ekonomi.pdf,
ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan
sumberdaya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi,
distribusi, dan konsumsi. Jadi secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah
adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas
dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan
itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan.
Fungsi dari mata pelajaran ekonomi di SMA adalah
mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi, yaitu upaya
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup di masyarakat dalam
meningkatkan kesejahteraan dengan cara mengenal berbagai kenyataan
dan peristiwa-peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta
terlatih dalam memecahkan masalah ekonomi yang ada pada masyarakat.
Mata pelajaran Ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut
(http://www.snapdrive.net/files/582099/ekonomi.pdf):
2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi
3. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, dan manajemen yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara
4. Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional
Mata pelajaran ekonomi mencakup perilaku ekonomi dan
kesejahteraan yang berkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di
lingkungan kehidupan terdekat hingga lingkungan terjauh, yang meliputi
aspek-aspek perekonomian, ketergantungan, spesialisasi dan pembagian
kerja, perkoperasian, kewirausahaan, manajemen, dan akuntansi.
E. Kerangka Teoretik
Saat ini banyak dijumpai guru yang belum melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) di dalam proses pembelajarannya. Padahal
banyak masalah yang timbul pada saat proses pembelajaran berlangsung
yang dapat diperbaiki melalui bentuk PTK. Permasalahan yang
kompleks di dalam kelas ternyata sulit untuk dipecahkan oleh guru
karena banyak guru yang belum mengenal apa itu PTK. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan guru belum melakukan PTK dalam proses
pembelajaran di kelas. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu karena
kurang dipahaminya profesi keguruan oleh guru, guru malas membaca,
guru malas menulis, kurangnya rasa kepekaan dan sensitifitas guru
daya kreatifitas dan inovasi seorang guru, guru malas meneliti, serta
guru kurang memahami PTK.
Mc. Niff (1992:9) memandang PTK sebagai bentuk penelitian
reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat
dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar.
PTK merupakan penelitian tentang, untuk, dan oleh
masyarakat/kelompok dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan
kolaboratif antara peneliti dan kelompok tersebut. PTK tersebut
biasanya dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara
merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan kolaboratif
dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja seorang guru,
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
PTK dapat diterapkan dalam bentuk strategi pembelajaran yang
berpusat pada siswa dan penciptaan suasana belajar yang
menyenangkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya
pada mata pelajaran ekonomi. Strategi yang dapat diterapkan di dalam
PTK adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu metode alternatif yang dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa di dalam proses pembelajaran di sekolah.
Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu tipe metode
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh
siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor
1995:84). Dalam pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1)
presentasi kelas berupa penyampaian materi kepada siswa; (2)
pembagian kelompok/tim untuk mendalami materi; (3) games yang
dirancang untuk pembelajaran dalam bentuk permainan yang
menyenangkan; (4) turnamen yang bertujuan untuk menciptakan
kompetisi yang sehat antar siswa; dan (5) penghargaan bagi kelompok
yang mendapatkan prestasi terbaik.
Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat ditekankan kerja
sama dan kebersamaan dalam kelompok. Masing-masing kelompok
memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan penghargaan yang
terbaik. Untuk mendapatkannya, masing-masing individu harus
menyumbangkan nilai yang terbaik karena pada prinsipnya dalam
pembelajaran kooperatif, keberhasilan kelompok ditentukan oleh
keberhasilan individu sebagai anggota kelompok. Tanggung jawab
individu juga sangat diperlukan dalam kelompok. Untuk dapat
memahami materi dan mengerjakan soal-soal dengan baik, mereka
harus terlibat secara aktif dalam kelompok. Adanya penghargaan kepada
kelompok terbaik diharapkan dapat memicu masing-masing anggota
kelompok memiliki motivasi belajar yang kuat sehingga hasil belajar
siswa di sekolah dapat meningkat.
Hasil belajar merupakan proses perubahan individu yang belajar.
Perubahan ini tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga
penghargaan dalam diri individu yang belajar. Hasil belajar adalah
kemampuan peserta didik yang diperoleh melalui proses pembelajaran
yang memerlukan waktu, dan terjadi perubahan pada diri orang yang
belajar sesuai dengan tujuan belajar. Hasil belajar tersebut dapat
ditingkatkan dengan dipahaminya dan diterapkannya metode
pembelajaran tipe TGT. Dengan demikian penerapan metode
pembelajaran tipe TGT diharapkan dapat berguna dalam upaya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas,
yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan
tindakan substantif yaitu suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin
inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil
terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993:44).
Penelitian ini merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan, kemampuan
dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Penelitian ini dimaksudkan
untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk
meningkatkan keaktifan siswa. Sehingga penelitian ini difokuskan pada
tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan prestasi siswa dalam
belajar.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, Jalan Sabirin
No.1 Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Stella Duce I
Yogyakarta.
2. Obyek penelitian
Obyek penelitiannya adalah peningkatan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran ekonomi melalui penerapan metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT .
D. Prosedur Penelitian
1. Kegiatan Pra Penelitian
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu
mengawali dengan kegiatan pra-penelitian. Kegiatan ini dilakukan
terhadap pembelajaran di kelas sebelum menggunakan metode TGT.
Kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan observasi terhadap situasi
awal di dalam kelas yang mencakup observasi kegiatan guru,
observasi kelas, dan observasi terhadap siswa. Selain dengan
observasi, guna mendukung data yang diperoleh peneliti juga
mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa. Setelah
mengadakan kegiatan pra-penelitian, peneliti mengadakan penelitian
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah.
a. Siklus pertama
Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau tatap muka di kelas meliputi sebagai berikut:
1) Perencanaan
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa
penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, yang meliputi
sebagai berikut:
a) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa
untuk memetakan para siswa berdasarkan kemampuannya
dan membagi siswa secara heterogen menjadi
kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Beberapa
perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT, materi presentasi, soal-soal latihan, lembar jawab
siswa dan lembar observasi.
b)Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi :
(1) Lembar observasi kegiatan guru
(2) Lembar observasi kegiatan siswa
(3) Lembar observasi kegiatan kelas
2) Tindakan
Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran
kooperatif tipe TGT sesuai dengan rencana tindakan, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Penyajian Kelas
Sebelum melakukan games, dalam awal pembelajaran akan
diawali guru menjelaskan materi. Penjelasan materi ini
dapat dilakukan dengan metode ceramah, diskusi atau
metode yang lainnya. Yang harus ditekankan dalam
penyajian kelas ini adalah siswa harus benar–benar
memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penguasaan
materi ini akan membantu siswa untuk bekerja dalam
kelompok nantinya.
b)Kelompok (team)
Di dalam kegiatan kelompok masing-masing anggota
kelompok bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh guru pada lembar latihan dan
membantu teman satu kelompok menguasai materi
pembelajaran tersebut. Sebelum kegiatan belajar kelompok
dimulai, guru terlebih dahulu menjelaskan beberapa sikap
yang harus diperhatikan siswa agar kerjasama dalam
kelompok berjalan dengan lancar. Pada saat diskusi
suara yang pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama
bekerja dalam kelompok, mendiskusikan tugas secara
bersama-sama, jika ada suatu pertanyaan di dalam
kelompok tersebut, sebaiknya jangan ditanyakan dahulu
kepada guru karena mungkin dari salah satu teman
kelompok ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut.
Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa terjawabkan oleh
salah satu teman kelompok, baru bisa meminta penjelasan
dari guru. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang
siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi, jenis
kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk
lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan
lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar
bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau
tournament.
c) Permainan
Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman
siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar
kelompok. Game dapat berisi pertanyaan–pertanyaan
bernomor yang dirancang oleh guru untuk mengetahui
sejauh mana penguasaan materi oleh siswa sesuai dengan
materi yang diajarkan. Siswa dapat mengambil salah satu
kemapuan masing-masing dan teman di dalam
kelompoknya tidak diperkenankan untuk membantu
anggota kelompok yang sedang mengerjakan. Jawaban
siswa yang benar akan dikumpulkan untuk tournament
mingguan.
d) Turnamen (Tournament)
Turnamen biasanya dilakukan pada akhir materi
pembelajaran yang sedang dibahas dan setelah siswa
melakukan belajar dalam kelompok. Turnamen ini
berfungsi untuk mengetahui kelompok mana yang bisa
mendapatkan nilai yang terbaik.
Turnamen disini merupakan suatu pertandingan antar
anggota-anggota yang berbeda. Pada awal turnamen, guru
menugaskan siswa untuk pindah pada suatu meja turnamen
yang sudah ditentukan sebelumnya, penentuan meja
turnamen dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan
oleh guru kelas dan hasil dari tes sebelumnya. Kegiatan ini
berlangsung sebagai berikut: para siswa yang berada di
meja turnamen secara bergantian mengambil nomor kartu
(pengambilan nomor kartu berdasarkan urutan yang telah
disepakati bersama) dan menjawab pertanyaan sesuai
dengan nomor kartu yaitu pertanyaan-pertanyaan yang
siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab
pertanyaan, maka pertanyaan bisa dilempar ke teman yang
lain dalam satu meja turnamen sesuai dengan urutan yang
telah disepakati, dan yang menjawab dengan benar berhak
menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah didapat
nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan
kelompok.
e) Penghargaan kelompok
Guru akan mengumumkan kelompok yang menang dalam
turnamen, dan masing–masing team akan mendapatkan
sertifikat atau skor apabila memenuhi standar yang
ditentukan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat
ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan
menjumlahkan poin yang didapat pada skor lembar
permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor
rata-ratanya. Yang harus ditekankan dalam pemberian
penghargaan di sini bukan mendorong siswa untuk bersaing
secara tidak sehat, akan tetapi pemberian penghargaan
tersebut adalah untuk memotivasi belajar siswa agar
prestasi belajarnya dapat meningkat.
Guru juga melakukan pre-test sebelum
diterapkannya metode TGT dan melakukan post-test setelah
mengetahui adanya tingkat perubahan atau kenaikan
prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya
metode TGT dalam pembelajaran ekonomi di dalam kelas.
3) Observasi
Tahap ini, dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Di
dalam tahap ini peneliti mengadakan pengamatan atas dampak
dan hasil dari pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi bagaimana
proses pembelajaran itu berlangsung, keterlibatan dan
interaksi siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan bagaimana
kondisi kelas. Untuk dapat mengetahui adanya peningkatan
prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa
setelah TGT selesai di terapkan. Pengamatan juga direkam
dengan menggunakan video camcorder.
4) Refleksi
Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan dan
penyimpulan hasil observasi terhadap hasil prestasi belajar
siswa. Refleksi dilakukan sebanyak dua kali. Refleksi yang
pertama dilakukan segera setelah suatu pertemuan berakhir,
digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan
dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan
dalam pertemuan berikutnya. Refleksi yang kedua
dilaksanakan pada akhir siklus pertama, digunakan untuk
indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis,
peneliti melakukan self-reflection dahulu terkait dengan
keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing-masing
fase, kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru
untuk penyempurnaan tindakan pada pertemuan berikutnya.
b. Siklus kedua
Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada
dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya yang membedakan
adalah tindakannya. Pada siklus kedua ini tindakan ditentukan
berdasarkan hasil refleksi siklus pertama.
E. Instrumen Penelitian
Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Instrumen pra penelitian
a. Pengamatan terhadap guru (Observing Teachers)
Pengamatan merupakan alat yang terbukti efektif untuk
mempelajari tentang metode dan strategi yang diimplementasikan
di kelas, misalnya tentang organisasi kelas, respon siswa terhadap
lingkungan kelas. Salah satu bentuk instrumen pengamatan adalah
catatan anekdotal. Catatan anekdotal ini memuat deskripsi rinci dan
lugas peristiwa yang terjadi di kelas (catatan anekdotal, lampiran
b. Pengamatan terhadap kelas (Observing Classrooms)
Catatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan
terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas. Pengamatan ini
sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan praktik-praktik
pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu, pengamatan
ini dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam
menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di
kelas. Catatan anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang
lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan manajemen kelas (catatan
anekdotal, lampiran 3).
c. Pengamatan terhadap siswa (Observing Students)
Pengamatan atau observasi terhadap perilaku siswa dapat
mengungkapkan berbagai hal menarik. Masing-masing individu
siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum
pembelajaran dimulai, saat berlangsungnya pembelajaran, dan
sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada tiap individu juga
dapat diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum
dilakukan tindakan, saat tindakan diimplementasikan, dan seusai
tindakan diberikan (catatan anekdotal, lampiran 2).
2. Siklus pertama
a. Perencanaan
Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi
keseluruhan aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan
khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per
siklus. Oleh karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali
terdapat perencanaan ulang (replanning). Hal-hal yang
direncanakan diantaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran,
metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan
materi pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan dalam hal ini
kurang lebih hampir sama dengan apabila kita menyiapkan suatu
kegiatan belajar mengajar. Biasanya perencanaan dimasukkan ke
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan juga dapat
dimasukkan ke dalam silabus mata pelajaran ekonomi (lampiran 9).
b. Tindakan
Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif
tipe TGT yang telah direncanakan. Strategi apa yang digunakan,
materi apa yang akan diajarkan atau dibahas. Guru melakukan
inovasi dalam proses pembelajaran di kelas dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan. Instrumen yang dibutuhkan
dalam tahap tindakan adalah penilaian tentang tingkat prestasi
belajar siswa dalam pembelajaran ekonomi yang akan diukur dari
c. Observasi
Pengamatan atau observasi dapat dilakukan sendiri oleh peneliti
atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada
saat mengobservasi pengamat haruslah mencatat semua peristiwa
atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Seperti mengenai kinerja
guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau
pembahasan materi yang diajarkan (lampiran 6).
d. Refleksi
Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi adalah
perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi
yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait
dengan suatu PTK yang dilaksanakan. Dengan demikian refleksi
dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil
observasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan
(replanning) selanjutnya ditentukan (lampiran 7 dan lampiran 8).
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam
pembelajaran dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang
dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengumpulan data dilakukan
1. Observasi
Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif
dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat
dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar, cek),
catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas,
penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik, atau
pemetaan kelas (cf. Mills, 2004:19 dalam Wijaya Kusumah, 2009:52).
Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya
perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangan sebagai salah
satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data
kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses.
2. Wawancara
Untuk memperoleh data dan informasi yang lebih rinci dan untuk
melengkapi data hasil observasi, peneliti dapat melakukan wawancara
kepada guru, siswa, atau kepala sekolah. Wawancara digunakan untuk
mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau
wawasan. Wawancara dapat dilakukan secara bebas atau terstruktur.
Wawancara hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman
wawancara agar semua informasi dapat diperoleh secara lengkap. Jika
dianggap masih ada informasi yang kurang, dapat pula dilakukan
secara bebas. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data berkaitan
dengan aktivitas belajar siswa serta pandangan dari guru dan siswa
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui
sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang
diteliti. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah, data
siswa, hasil belajar siswa serta rekaman proses tindakan penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan secara deskriptif dan komparatif untuk
mengetahui perkembangan peningkatan prestasi belajar siswa di dalam
proses pembelajaran, meliputi dua hal sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala
yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari metode kooperatif tipe
TGT sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.
2. Analisis Komparatif
Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan
peningkatan prestasi belajar siswa dari waktu ke waktu khususnya
pada masa pra penelitian, siklus pertama, dan siklus kedua. Dari
berbagai tahapan tersebut kemudian dibandingkan bagaimana
perubahan tingkat hasil belajar siswa. Untuk mengukur tingkat
menggunakan pre test dan post test. Berikut adalah tabel analisis
perbandingan tingkat perkembangan prestasi belajar siswa mulai pra
penelitian, siklus I, siklus II:
Tabel 3.1
Indikator Keberhasilan Tingkat Perkembangan Prestasi Belajar
Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Indikator keberhasilan No Nama Siswa Pra
Penelitian Target
Siklus I Siklus II
1.
2.
BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. Sejarah, Visi, Misi dan Tujuan Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1
Yogyakarta
1. Sejarah Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta
Dengan dicabutnya peraturan pemerintah Balatentara Jepang yang
melarang pihak swasta menyelenggarakan pendidikan pada bulan Mei
1945, para Suster Carolus Borromeus serta para Suster Fransiskanes di
Yogyakarta mendirikan Sekolah Menengan Katolik (SMK) di Bintaran
dan Dagen Yogyakarta.
Untuk menampung murid-murid lulusan SMK tersebut, pada
tahun 1948 dibukalah SMA Katolik pada petang hari yang
diselenggarakan oleh Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia
(AMKRI) yang sekarang menjadi SMU Santo Thomas. Disaksikan oleh
wakil dari Kementerian Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, pada tanggal 19 Agustus 1948 dengan resmi dibukalah Sekolah
Menengah Atas Kanisius Yogyakarta.
SMA Kanisius Yogyakarta untuk sementara dipimpin oleh Romo
B. Dumarno, SJ, dengan Santo Johanes De Britto sebagai pelindung.
Berhubung dengan terjadinya agresi Belanda ke ibu kota Republik