• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam pembelajaran ekonomi untuk meningkatkan prestasi belajar belajar siswa studi kasus pada siswa kelas X SMA Stella D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam pembelajaran ekonomi untuk meningkatkan prestasi belajar belajar siswa studi kasus pada siswa kelas X SMA Stella D"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DALAM

PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus Pada Siswa Kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

IRENE SEPTILYA WAHYU INDAH AYUDIANY

NIM: 061334044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya ini kepada :

Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugrah

Yang telah diberikan kepada penyusun

Papa dan Mama, terimakasih atas cinta

dan kasih sayangnya selama ini,

kupersembahkan baktiku untuk membalas semua

(5)

v

MOTTO

Kejarlah cita-citamu untuk memperoleh apa

yang kamu inginkan

Jangan takut untuk mencoba

dan jangan takut akan kegagalan yang menghadang

karena kegagalan bukan akhir dari segalanya

untuk memperoleh kesuksesan,

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Agustus 2010

(7)

vii

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Irene Septilya Wahyu Indah Ayudiany

Nomor Mahasiswa : 061334044

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES

TURNAMENT (TGT) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA”. Dengan demikian saya

memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 25 Agustus 2010

Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus Pada Siswa Kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

Irene Septilya W. I. A. Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran ekonomi dengan pokok bahasan konsumsi dan investasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XB, SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam satu siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(9)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) IN THE ECONOMICS

TO IMPROVE STUDENTS’ ACHIEVEMENT OF LEARNING A Case Study on the First Grade of One Stella Duce Senior High School

Yogyakarta

Irene Septilya W. I. A. Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

This research aims to know how the achievement of the students on learning economics with the main topic of discussion was the consumption and the investment through the implementation of cooperative learning model type Teams Games Tournaments (TGT).

This research was done at the students of XB, One Stella Duce Senior High School of Yogyakarta. The main components of the cooperative learning type TGT were material presentation, group sharing, games, tournament, and the appreciation to the group. The implementation of this classroom action research was done in one cycle which consisted of four stages, namely planning, action, observation, and reflection. The data collection were done by using observation sheets of the teachers’ activities, observation sheets of the students, observation sheets of the class activities, observation sheets of the teachers’ activities in teaching-learning process, the instruments of the class observation, observation sheets of the students’ activities on the group, and the instruments of the reflection. The data which were obtained were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TURNAMENT (TGT) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA”.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, memberikan nasehat, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

6. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan;

(11)

xi

8. SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini;

9. Ibu L. Gunawati Sintadewi, S.Pd. selaku guru mitra dalam penelitian tindakan kelas ini;

10. Siswi-siswi kelas X-B SMA Stella Duce 1 Yogyakarta selaku subjek dalam penelitian ini;

11. Seluruh keluargaku: kedua orang tuaku Bapak Soedarminto, S.IP dan Ibu Dra. Yulita Indriyani, serta adik-adikku tercinta Geovany dan Cicilia, terima kasih atas doa, semangat, dukungan materiil, dan dukungan moral yang telah diberikan selama ini;

12. Keluarga besar om Yusuf Budiono, tante Emilia Indraswari, Wulan, dan Satria terima kasih atas bantuan, dukungan, serta doanya;

13. Masku Renatus Sigit terkasih terima kasih untuk waktu dan perhatian yang selalu diberikan untuk menemani hari-hariku selama ini, untuk segala kesabaran dan pengertianmu dalam menghadapi aku, bantuan, semangat, serta doa yang telah kamu berikan selama ini;

14. Sahabat-sahabatku tersayang Galih, Djinonk, Niken, dan Ninin, terima kasih atas segala bantuan, dukungan, doa, semangat, fasilitas dan akomodasi yang telah diberikan, keceriaan, tawa, senyum kalian serta tempatku berbagi dan berkeluh kesah. Kalian adalah keluarga keduaku di kampus;

15. Teman-teman yang telah banyak membantu dan mau direpotkan, Tyo, Wahyu, Dety, Pristi, Dwi Setya, Yosafat, Ardi Eka, Rara, Mbak Wati, Johan, Andre, Mas Eka, Mas Adi, Siera, Devi, Ajeng, Yunita, Alvian, Mas Angga, Adit, dan seluruh teman-teman PAK angkatan 2006 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaan yang telah kita lewati selama empat tahun lebih serta kenangan indah yang telah kita ukir bersama-sama di Universitas Sanata Dharma tercinta ini;

(12)

xii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK... viii

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)... 7

B. Metode Teams Games Tournament (TGT)... 11

C. Prestasi Belajar... 16

D. Mata Pelajaran Ekonomi... 20

(14)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN... 26

A. Jenis Penelitian... 26

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 26

C. Subjek dan Objek Penelitian... 27

D. Prosedur Penelitian... 27

E. Instrumen Penelitian... 34

F. Teknik Pengumpulan Data... 37

G. Teknik Analisis Data... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH... 41

A. Sejarah, Visi, Misi, dan Tujuan Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 41

B. Sistem Pendidikan Satuan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 44

C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 45

D. Organisasi Sekolah Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 47

E. Sumber Daya Manusia Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 52

F. Siswa Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 56

G. Kondisi Fisik dan Lingkungan Sekolah Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 59

H. Fasilitas Pendidikan dan Latihan... 62

I. Majelis Sekolah/Dewan Sekolah/Komite Sekolah... 65

J. Hubungan Antara Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dengan Instansi Lain ... 65

(15)

xv

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN………..…… 72

A. Deskripsi Penelitian ……….. 72

1. Observasi Pra Penelitian…..……… 72

a. Observasi Guru……….. 73

b. Observasi Siswa………. 77

c. Observasi Kelas………. 79

2. Siklus Pertama………. 84

a. Perencanaan……….….. 85

b. Tindakan ………...…… 88

c. Observasi………...…… 91

d. Refleksi……….. 96

B. A nalisis Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 100

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Keterbatasan Penelitian ... 104

C. Saran... 105

DAFTAR PUSTAKA... 107

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Tingkat Perkembangan Prestasi Belajar

Siswa pada Siklus I dan Siklus II... 40

Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru... 75

Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa... 78

Tabel 5.3 Kondisi Kelas Selama Proses Pembelajaran... 80

Tabel 5.4 Aktivitas Guru Pada Siklus I... 91

Tabel 5.5 Perilaku Siswa Saat Pembelajaran Pada Siklus I... 94

Tabel 5.6 Instrumen Pengamatan Kelas... 95

Tabel 5.7 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode TGT... 96

Tabel 5.8 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode TGT... 98

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi Kegiatan Guru... 109

Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Siswa... 110

Lampiran 3 Lembar Observasi Kegiatan Kelas... 111

Lampiran 4 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran... 112

Lampiran 5 Instrumen Pengamatan Kelas... 114

Lampiran 6 Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok... 116

Lampiran 7 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode TGT... 117

Lampiran 8 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode TGT... 118

Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 119

Lampiran 10 Soal Pre Test... 125

Lampiran 11 Soal Post Test... 129

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran yang mendorong peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar

pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap

tuntutan perubahan jaman. Tujuan pendidikan itu sendiri adalah untuk

meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Untuk mencapai tujuan pendidikan, dibutuhkan suatu lembaga pendidikan

sebagai wahana yang berfungsi bagi peserta didiknya supaya menjadi manusia

yang berilmu, bermoral dan berketerampilan.

Sejak diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi dan kemudian

diperbaharui dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, siswa dituntut

untuk dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang sudah ditetapkan dalam

setiap jenjang pendidikan. Kompetensi merupakan kebulatan pengetahuan,

(20)

ditampilkan oleh siswa sebagai hasil belajar. Untuk mencapai kompetensi itu,

penekanan dalam pembelajaran adalah terciptanya atau ditingkatkannya

serangkaian kemampuan dan potensi siswa agar bisa mengantisipasi aneka

tantangan kehidupannya. Orientasi pembelajaran bukan pada aspek

pengetahuan dan target materi yang cenderung verbalistis dan kurang

memiliki daya serap semata tetapi lebih pada aspek penguasaan kompetensi.

Peneliti sebagai calon guru dan pelaku pendidikan harus membekali

peserta didik dengan kecakapan hidup yang merupakan hasil dari suatu

pengalaman belajar. Hal demikian disebabkan di lapangan banyak sekali

kendala-kendala yang menyebabkan output kita jauh dari harapan. Jangankan

siswa memiliki keterampilan yang bisa ditunjukan sebagai hasil dari belajar,

untuk menguasai konsepnya saja mereka mengalami kesulitan. Banyak faktor

yang menyebabkan hasil belajar para siswa rendah, baik faktor internal

maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang terdapat dalam diri

siswa, diantaranya motivasi belajar, minat, cara belajar, intelegensi, kebiasaan,

rasa percaya diri. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri

siswa, seperti guru sebagai pembina belajar, strategi pembelajaran, sarana dan

prasarana, kurikulum dan lingkungan.

Dari masalah-masalah yang terungkap jelas bahwa rendahnya hasil

belajar siswa bukan hanya disebabkan faktor guru sebagai penyampai

pelajaran, tetapi juga dari siswa sebagai subjek pembelajaran. Oleh karena itu

perlu ditemukan strategi baru dalam pembelajaran yang mengutamakan

(21)

memberikan pelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan

mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa. Di sinilah guru

dituntut untuk merancang kegiatan yang akhirnya mampu mengembangkan

kompetensi, ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa. Strategi

pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana belajar yang

menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa

khususnya untuk mata pelajaran ekonomi.

Ada berbagai model pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru

untuk tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi juga

pemberian kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik agar mereka dapat

belajar dalam suasana menyenangkan, gembira, penuh semangat akan

membangkitakan rasa ingin tahunya sehingga tumbuh minat dan motivasinya

untuk belajar. Dengan memotivasi belajar yang tinggi pasti akan besar

pengaruhnya terhadap hasil belajar yang mereka capai. Berdasarkan kenyataan

tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian tentang peningkatan hasil belajar

melalui penerapan metode belajar kooperatif yang berbasiskan permainan

(game).

Bentuk pembelajaran kooperatif yang paling tua dan yang cukup

menarik untuk digunakan adalah metode pembelajaran Teams Games

Tournaments (TGT). Metode pembelajaran ini merupakan salah satu metode

pembelajaran yang relatif mudah untuk diterapkan dalam kegiatan belajar

mengajar di dalam suatu kelas. Pembelajaran tipe ini melibatkan aktivitas

(22)

di dalamnya mengandung unsur permainan yang sangat menyenangkan

(Slavin, 1995:84). Dengan penerapan metode TGT ini, diharapkan siswa dapat

termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar, meningkatkan keaktifan

dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran ini pada dasarnya

merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bekerja sama dalam suatu kelompok kecil dengan kemampuan yang heterogen

(tinggi, rendah, sedang). Keaktifan siswa dalam kelompok tersebut dapat

menimbulkan kerja sama dan saling membantu dengan siswa lainnya dalam

tugas-tugas terstruktur dimana guru bertindak sebagai fasilitator.

Berdasarkan uraian di atas, penulis berkeyakinan bahwa metode

pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dapat digunakan untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa di kelas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul ”Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam

Pembelajaran Ekonomi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”,

yang akan dilakukan pada siswa kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Penerapan metode pembelajaran kooperatif bisa dilakukan pada

berbagai tipe, tetapi dalam penelitian ini hanya membatasi pada pembelajaran

kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di dalam

(23)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan:

bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran ekonomi?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi melalui penerapan metode

kooperatif tipe TGT.

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :

1. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran

kooperatif ini, dapat memberikan masukan untuk para guru agar guru

tersebut kreatif dalam menerapkan metode-metode pembelajaran sehingga

diharapkan kegiatan pembelajaran di dalam kelas berlangsung tidak

monoton dan tidak menimbulkan kebosanan.

2. Bagi Peneliti

Sebagai calon guru, peneliti dapat memanfaatkan dan menerapkan metode

pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar yang sesuai

(24)

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian

selanjutnya berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran dan aktivitas

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action

research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik

pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar

mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan

lain-lain) atau pun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai

hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Arikunto (2008:2) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan

definisi dari tiga kata, Penelitian + Tindakan + Kelas sebagai berikut:

a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data ke informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Sedangkan menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2009:9):

(26)

Di dalam modul Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas, secara

singkat PTK dapat didefinisikan sebagai (T. Raka Joni, 1998:5):

Suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, mempersalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

Sementara menurut Susilo (2007:16), PTK merupakan suatu penelitian yang

dilakukan oleh peneliti atau guru di tempat di mana dia mengajar, dengan

menekankan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses

dalam suatu kegiatan pembelajaran.

Dari beberapa pengertian PTK di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

sesungguhnya PTK merupakan implementasi dari kreativitas dan sikap

kritis guru terhadap apa yang sehari-hari diamatinya dan pengalaman yang

berhubungan dengan profesinya untuk menghasilkan suatu kualitas

pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya sehingga mencapai hasil

yang optimal. Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang

berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya di

sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

2. Prinsip Dasar PTK

PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh

guru di sekolah. Prinsip tersebut diantaranya (Wijaya Kusumah, 2009:17):

a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.

b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.

(27)

d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya. e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata

krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi. f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam

perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).

3. Tahapan Pelaksanaan PTK

Dalam praktiknya, PTK adalah tindakan yang bermakna melalui

prosedur penelitian yang mencakup empat tahapan yaitu (Wijaya Kusumah,

2009:25):

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita. Kegiatan perencanaan mencakup: identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan pengembangan untuk tindakan atau aksi sebagai pemecahan masalah

b. Tindakan (Acting)

Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan atau acting dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya

c. Pengamatan (Observing)

Selanjutnya diadakan pengamatan atau observing yang diteliti terhadap proses pelaksanaannya

d. Refleksi (Reflecting)

(28)

Adapun model untuk masing-masing tahap dalam PTK dapat dilihat

pada siklus berikut ini (Arikunto, 2008:16):

Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas

4. Tujuan PTK dilakukan

Menurut Susilo dalam buku Panduan Penelitian Tindakan Kelas

(2007:17), tujuan PTK dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan profesional guru kepada peserta didik dan konteks pembelajaran di kelas.

c. Mendapatkan pengalaman tentang ketrampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru. d. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalah actual yang dihadapi sehari-hari.

(29)

5. Manfaat yang bisa diperoleh dari PTK

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dilaksanakannya PTK

yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan pembelajaran, antara

lain (Susilo, 2007:18):

a. Inovasi pembelajaran

b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik

d. Akan terciptanya peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru

e. Karya tulis ilmiah semakin di perlukan guru di masa depan untuk meningkatkan kariernya dan dalam rangka membuat rancangan PTK yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas.

B.Metode Teams Games Tournaments (TGT)

1. Tipe Pembelajaran Kooperatif

Penelitian–penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli mengenai

aplikasi dari pembelajaran kooperatif dikelas baru dimulai pada tahun

1970-an. Salah satu hasil penelitian tersebut yang sekarang ini sudah sering

digunakan adalah metode pembelajaran tim siswa. Konsep penting dalam

pembelajaran tim siswa ini adalah penghargaan bagi tim, tanggung jawab

individu, dan kesempatan sukses yang sama. Dalam hal ini tim tidak

bersaing untuk mendapatkan penghargaan yang tidak mungkin, karena

semua anggota tim bisa saja mencapai kriteria pada minggu-minggu dalam

pembelajaran. Yang dimaksud dengan tanggung jawab individu di sini

adalah kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individu dari semua

(30)

sama adalah semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara

meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya.

Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif yang diantaranya

adalah (Slavin, 1995:4):

a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai pelajaran dengan mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis secara individual tentang materi ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.

b. Teams Games Tournaments (TGT)

Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.

c. Jigsaw

(31)

bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.

d. Learning Together

Siswa melakukan presentasi bahan mata pelajaran, setelah itu siswa dalam kelompok heterogen terdiri 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Siswa kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual.

e. Group Investigation

Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas. Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments( TGT)

Metode pembelajaran Teams Games Tournaments atau yang biasa

disebut dengan TGT merupakan salah satu metode pembelajaran

kooperatif yang mudah untuk diterapkan, hal ini karena melibatkan

semua siswa di dalam kelas. Seperti yang kita ketahui di dalam suatu

kelas pasti akan ada banyak perbedaan baik itu masalah ras, agama, jenis

kelamin, tingkat kepandaian dan lain–lainnya. Dan perbedaan tersebut

kadang kala juga mampu menimbulkan masalah di kelas. Namun dalam

metode TGT masalah ini dapat diminimalisir.

(32)

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau

metode pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan

aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan

peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.

Dalam TGT siswa diminta untuk bekerja di dalam kelompok, di

mana kelompoknya tediri dari berbagai unsur yang berbeda sehingga

masalah-masalah yang disebabkan karena adanya perbedaan dapat

diatasi. Dalam model TGT ini siswa juga diharapkan mampu untuk

melatih tanggung jawab, kerja sama dan persaingan yang sehat.

Lima komponen utama dalam komponen dalam TGT yaitu (Slavin,

1995:84-88):

a. Penyajian Kelas

Sebelum melakukan games, dalam awal pembelajaran akan diawali guru menjelaskan materi. Penjelasan materi ini dapat dilakukan dengan metode ceramah, diskusi atau metode yang lainnya. Yang harus ditekankan dalam penyajian kelas ini adalah siswa harus benar – benar memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penguasaan materi ini akan membantu siswa untuk bekerja dalam kelompok nantinya.

b. Kelompok (team)

(33)

ada suatu pertanyaan di dalam kelompok tersebut, sebaiknya jangan ditanyakan dahulu kepada guru karena mungkin dari salah satu teman kelompok ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa terjawabkan oleh salah satu teman kelompok, baru bisa meminta penjelasan dari guru. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau tournament.

c. Permainan

Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar kelompok. Games dapat berisi pertanyaan–pertanyaan bernomor yang dirancang oleh guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi oleh siswa sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa dapat mengambil salah satu pertanyaan bernomor dan menjawabnya sesuai dengan kemampuan masing-masing dan teman di dalam kelompoknya tidak diperkenankan untuk membantu anggota kelompok yang sedang mengerjakan. Jawaban siswa yang benar akan dikumpulkan untuk tournament mingguan.

d. Turnamen (Tournament)

(34)

dengan urutan yang telah disepakati, dan yang menjawab dengan benar berhak menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah didapat nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.

e. Penghargaan Kelompok

Guru akan mengumumkan kelompok yang menang dalam turnamen, dan masing–masing team akan mendapatkan sertifikat atau skor apabila memenuhi standar yang ditentukan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlahkan poin yang didapat pada skor lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor rata-ratanya. Yang harus ditekankan dalam pemberian penghargaan di sini bukan mendorong siswa untuk bersaing secara tidak sehat, akan tetapi pemberian penghargaan tersebut adalah untuk memotivasi belajar siswa agar prestasi belajarnya dapat meningkat.

C. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah kemampuan, keterampilan dan sikap

seseorang dalam menyelesaikan suatu hal (Zainal Arifin, 1988:3). Belajar

adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap (W.S Winkel,

1991:16). Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang

terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya

yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu

tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan,

kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Belajar merupakan

suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di

(35)

Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895)

adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan

oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka

yang diberikan guru. Kegiatan pengukuran prestasi belajar siswa dilakukan

antara lain melalui ulangan, ujian, tugas, dan sebagainya (Masidjo,

1995:13).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan

nilai/angka hasil tes yang diberikan oleh guru. Keberhasilan dalam

kegiatan yang disebut belajar akan tampak dalam prestasi belajar yang

diraihnya. Prestasi belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi belajarnya.

Usaha untuk mengevaluasi hasil belajar, biasanya dilakukan dengan

mengadakan pengukuran dalam bentuk tertulis, lisan maupun praktik yang

kemudian diberi skor yang biasanya berwujud angka. Hasil dari

pengukuran ini merupakan informasi-informasi atau data yang diwujudkan

dalam bentuk angka-angka yang disebut prestasi belajar.

Faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat

digolongkan menjadi dua yaitu (Dimyati dan Mujiono, 1999:236-254):

a.Faktor internal

1) Sikap terhadap belajar

(36)

2) Motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi ini dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus agar siswa memiliki hasil belajar yang baik, yang pada akhirnya semakin meningkatkan motivasi berprestasi.

3) Konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran yang tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat.

4) Mengolah bahan belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara memperoleh ajaran yang dikembangkan di berbagai mata pelajaran, sehingga lebih bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, kesenian, serta keterampilan mental dan jasmani. Cara memperoleh ajaran berupa bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma, atau rumusan matematika.

5) Menyimpan perolehan hasil belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara memperoleh pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu yang pendek (hasil belajar cepat dilupakan) dan waktu yang lama (hasil belajar tetap dimiliki siswa). Proses belajar terdiri dari proses penerimaan, pengolahan, dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan. Dalam kehidupan sebenarnya tidak berarti semua proses tersebut berjalan lancar, akibatnya proses penggunaan hasil belajar terganggu.

6) Menggali hasil belajar yang tersimpan

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses pengaktifan pesan yang telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau mengkaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar.

7) Kemampuan berprestasi

(37)

8) Rasa percaya diri siswa

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian ”perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.

9) Intelegensi dan keberhasilan belajar

Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.

10) Kebiasaan belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain: belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, bergaya sok menggurui atau bergaya minta ”belas kasih” tanpa belajar. Kebiasaan-kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.

11) Cita-cita siswa

Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan yang harus dimulai sejak sekolah dasar. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi siswa.

b. Faktor eksternal

1) Guru sebagai pembina siswa belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar yang merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru pengajar, guru bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah. Adapun tugas pengelolaan pembelajaran siswa meliputi: pembangunan hubungan baik dengan siswa, menggairahkan minat, perhatian dan memperkuat motivasi belajar untuk berprestasi, mengorganisasi belajar, melaksanakan pendekatan pembelajaran secara tepat, mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan obyektif, melaporkan hasil belajar kepada orang tua/wali siswa.

2) Prasarana dan sarana pembelajaran

(38)

prasarana otomatis bisa menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar dengan baik.

3) Kebijakan penilaian

Penilaian adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga, bermutu, atau bernilai. Ukuran tentang hal itu berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang lain. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar tersebut adalah guru. Guru adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

4) Lingkungan sosial siswa di sekolah

Lingkungan dimana siswa tinggal yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan siswa. Siswa yang berada di lingkungan yang dikondisikan untuk belajar, misalnya dibuat jam belajar malam antara jam 19.00-21.00, maka siswa akan terdorong untuk belajar. Sementara siswa yang berada di lingkungan yang tidak peduli pada pendidikan, maka siswa akan menjadi malas untuk belajar.

5) Kurikulum sekolah

Program pembelajaran di sekolah mendasarkan pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan dan disusun berdasarkan kemajuan masyarakat. Perubahan kurikulum dapat mempengaruhi tujuan yang akan dicapai, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pembelajaran. Perubahan kurikulum dapat menimbulkan masalah bagi guru, siswa maupun elemen-elemen dalam sekolah dan juga orang tua siswa.

D. Mata Pelajaran Ekonomi

Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan

dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang serta jasa.

Kata ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu oikos yang berarti

keluarga rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan atau aturan

hukum, dan secara garis besar diartikan sebagai aturan rumah tangga

atau manajemen rumah tangga. Menurut Fajar (2002:128), ekonomi

merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang perilaku dan tindakan

(39)

dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan

kegiatan produksi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi.

Sedangkan menurut http://www.snapdrive.net/files/582099/ekonomi.pdf,

ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan

sumberdaya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi,

distribusi, dan konsumsi. Jadi secara garis besar dapat disimpulkan

bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam

memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah

adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas

dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan

itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan.

Fungsi dari mata pelajaran ekonomi di SMA adalah

mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi, yaitu upaya

manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup di masyarakat dalam

meningkatkan kesejahteraan dengan cara mengenal berbagai kenyataan

dan peristiwa-peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta

terlatih dalam memecahkan masalah ekonomi yang ada pada masyarakat.

Mata pelajaran Ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut

(http://www.snapdrive.net/files/582099/ekonomi.pdf):

(40)

2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi

3. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, dan manajemen yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara

4. Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional

Mata pelajaran ekonomi mencakup perilaku ekonomi dan

kesejahteraan yang berkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di

lingkungan kehidupan terdekat hingga lingkungan terjauh, yang meliputi

aspek-aspek perekonomian, ketergantungan, spesialisasi dan pembagian

kerja, perkoperasian, kewirausahaan, manajemen, dan akuntansi.

E. Kerangka Teoretik

Saat ini banyak dijumpai guru yang belum melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) di dalam proses pembelajarannya. Padahal

banyak masalah yang timbul pada saat proses pembelajaran berlangsung

yang dapat diperbaiki melalui bentuk PTK. Permasalahan yang

kompleks di dalam kelas ternyata sulit untuk dipecahkan oleh guru

karena banyak guru yang belum mengenal apa itu PTK. Ada beberapa

faktor yang menyebabkan guru belum melakukan PTK dalam proses

pembelajaran di kelas. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu karena

kurang dipahaminya profesi keguruan oleh guru, guru malas membaca,

guru malas menulis, kurangnya rasa kepekaan dan sensitifitas guru

(41)

daya kreatifitas dan inovasi seorang guru, guru malas meneliti, serta

guru kurang memahami PTK.

Mc. Niff (1992:9) memandang PTK sebagai bentuk penelitian

reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat

dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar.

PTK merupakan penelitian tentang, untuk, dan oleh

masyarakat/kelompok dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan

kolaboratif antara peneliti dan kelompok tersebut. PTK tersebut

biasanya dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara

merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan kolaboratif

dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja seorang guru,

sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

PTK dapat diterapkan dalam bentuk strategi pembelajaran yang

berpusat pada siswa dan penciptaan suasana belajar yang

menyenangkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya

pada mata pelajaran ekonomi. Strategi yang dapat diterapkan di dalam

PTK adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif

merupakan salah satu metode alternatif yang dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa di dalam proses pembelajaran di sekolah.

Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu tipe metode

pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh

siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor

(42)

1995:84). Dalam pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1)

presentasi kelas berupa penyampaian materi kepada siswa; (2)

pembagian kelompok/tim untuk mendalami materi; (3) games yang

dirancang untuk pembelajaran dalam bentuk permainan yang

menyenangkan; (4) turnamen yang bertujuan untuk menciptakan

kompetisi yang sehat antar siswa; dan (5) penghargaan bagi kelompok

yang mendapatkan prestasi terbaik.

Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat ditekankan kerja

sama dan kebersamaan dalam kelompok. Masing-masing kelompok

memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan penghargaan yang

terbaik. Untuk mendapatkannya, masing-masing individu harus

menyumbangkan nilai yang terbaik karena pada prinsipnya dalam

pembelajaran kooperatif, keberhasilan kelompok ditentukan oleh

keberhasilan individu sebagai anggota kelompok. Tanggung jawab

individu juga sangat diperlukan dalam kelompok. Untuk dapat

memahami materi dan mengerjakan soal-soal dengan baik, mereka

harus terlibat secara aktif dalam kelompok. Adanya penghargaan kepada

kelompok terbaik diharapkan dapat memicu masing-masing anggota

kelompok memiliki motivasi belajar yang kuat sehingga hasil belajar

siswa di sekolah dapat meningkat.

Hasil belajar merupakan proses perubahan individu yang belajar.

Perubahan ini tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga

(43)

penghargaan dalam diri individu yang belajar. Hasil belajar adalah

kemampuan peserta didik yang diperoleh melalui proses pembelajaran

yang memerlukan waktu, dan terjadi perubahan pada diri orang yang

belajar sesuai dengan tujuan belajar. Hasil belajar tersebut dapat

ditingkatkan dengan dipahaminya dan diterapkannya metode

pembelajaran tipe TGT. Dengan demikian penerapan metode

pembelajaran tipe TGT diharapkan dapat berguna dalam upaya

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas,

yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan

tindakan substantif yaitu suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin

inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil

terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993:44).

Penelitian ini merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan, kemampuan

dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Penelitian ini dimaksudkan

untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk

meningkatkan keaktifan siswa. Sehingga penelitian ini difokuskan pada

tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan prestasi siswa dalam

belajar.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, Jalan Sabirin

No.1 Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

(45)

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Stella Duce I

Yogyakarta.

2. Obyek penelitian

Obyek penelitiannya adalah peningkatan prestasi belajar siswa pada

mata pelajaran ekonomi melalui penerapan metode pembelajaran

kooperatif tipe TGT .

D. Prosedur Penelitian

1. Kegiatan Pra Penelitian

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu

mengawali dengan kegiatan pra-penelitian. Kegiatan ini dilakukan

terhadap pembelajaran di kelas sebelum menggunakan metode TGT.

Kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan observasi terhadap situasi

awal di dalam kelas yang mencakup observasi kegiatan guru,

observasi kelas, dan observasi terhadap siswa. Selain dengan

observasi, guna mendukung data yang diperoleh peneliti juga

mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa. Setelah

mengadakan kegiatan pra-penelitian, peneliti mengadakan penelitian

(46)

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus.

Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah.

a. Siklus pertama

Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan atau tatap muka di kelas meliputi sebagai berikut:

1) Perencanaan

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa

penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, yang meliputi

sebagai berikut:

a) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa

untuk memetakan para siswa berdasarkan kemampuannya

dan membagi siswa secara heterogen menjadi

kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Beberapa

perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT, materi presentasi, soal-soal latihan, lembar jawab

siswa dan lembar observasi.

b)Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi :

(1) Lembar observasi kegiatan guru

(2) Lembar observasi kegiatan siswa

(3) Lembar observasi kegiatan kelas

(47)

2) Tindakan

Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran

kooperatif tipe TGT sesuai dengan rencana tindakan, dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a) Penyajian Kelas

Sebelum melakukan games, dalam awal pembelajaran akan

diawali guru menjelaskan materi. Penjelasan materi ini

dapat dilakukan dengan metode ceramah, diskusi atau

metode yang lainnya. Yang harus ditekankan dalam

penyajian kelas ini adalah siswa harus benar–benar

memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penguasaan

materi ini akan membantu siswa untuk bekerja dalam

kelompok nantinya.

b)Kelompok (team)

Di dalam kegiatan kelompok masing-masing anggota

kelompok bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan

tugas yang diberikan oleh guru pada lembar latihan dan

membantu teman satu kelompok menguasai materi

pembelajaran tersebut. Sebelum kegiatan belajar kelompok

dimulai, guru terlebih dahulu menjelaskan beberapa sikap

yang harus diperhatikan siswa agar kerjasama dalam

kelompok berjalan dengan lancar. Pada saat diskusi

(48)

suara yang pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama

bekerja dalam kelompok, mendiskusikan tugas secara

bersama-sama, jika ada suatu pertanyaan di dalam

kelompok tersebut, sebaiknya jangan ditanyakan dahulu

kepada guru karena mungkin dari salah satu teman

kelompok ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa terjawabkan oleh

salah satu teman kelompok, baru bisa meminta penjelasan

dari guru. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang

siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi, jenis

kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk

lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan

lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar

bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau

tournament.

c) Permainan

Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman

siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar

kelompok. Game dapat berisi pertanyaan–pertanyaan

bernomor yang dirancang oleh guru untuk mengetahui

sejauh mana penguasaan materi oleh siswa sesuai dengan

materi yang diajarkan. Siswa dapat mengambil salah satu

(49)

kemapuan masing-masing dan teman di dalam

kelompoknya tidak diperkenankan untuk membantu

anggota kelompok yang sedang mengerjakan. Jawaban

siswa yang benar akan dikumpulkan untuk tournament

mingguan.

d) Turnamen (Tournament)

Turnamen biasanya dilakukan pada akhir materi

pembelajaran yang sedang dibahas dan setelah siswa

melakukan belajar dalam kelompok. Turnamen ini

berfungsi untuk mengetahui kelompok mana yang bisa

mendapatkan nilai yang terbaik.

Turnamen disini merupakan suatu pertandingan antar

anggota-anggota yang berbeda. Pada awal turnamen, guru

menugaskan siswa untuk pindah pada suatu meja turnamen

yang sudah ditentukan sebelumnya, penentuan meja

turnamen dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan

oleh guru kelas dan hasil dari tes sebelumnya. Kegiatan ini

berlangsung sebagai berikut: para siswa yang berada di

meja turnamen secara bergantian mengambil nomor kartu

(pengambilan nomor kartu berdasarkan urutan yang telah

disepakati bersama) dan menjawab pertanyaan sesuai

dengan nomor kartu yaitu pertanyaan-pertanyaan yang

(50)

siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab

pertanyaan, maka pertanyaan bisa dilempar ke teman yang

lain dalam satu meja turnamen sesuai dengan urutan yang

telah disepakati, dan yang menjawab dengan benar berhak

menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah didapat

nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan

kelompok.

e) Penghargaan kelompok

Guru akan mengumumkan kelompok yang menang dalam

turnamen, dan masing–masing team akan mendapatkan

sertifikat atau skor apabila memenuhi standar yang

ditentukan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat

ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan

menjumlahkan poin yang didapat pada skor lembar

permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor

rata-ratanya. Yang harus ditekankan dalam pemberian

penghargaan di sini bukan mendorong siswa untuk bersaing

secara tidak sehat, akan tetapi pemberian penghargaan

tersebut adalah untuk memotivasi belajar siswa agar

prestasi belajarnya dapat meningkat.

Guru juga melakukan pre-test sebelum

diterapkannya metode TGT dan melakukan post-test setelah

(51)

mengetahui adanya tingkat perubahan atau kenaikan

prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya

metode TGT dalam pembelajaran ekonomi di dalam kelas.

3) Observasi

Tahap ini, dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Di

dalam tahap ini peneliti mengadakan pengamatan atas dampak

dan hasil dari pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi bagaimana

proses pembelajaran itu berlangsung, keterlibatan dan

interaksi siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan bagaimana

kondisi kelas. Untuk dapat mengetahui adanya peningkatan

prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa

setelah TGT selesai di terapkan. Pengamatan juga direkam

dengan menggunakan video camcorder.

4) Refleksi

Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan dan

penyimpulan hasil observasi terhadap hasil prestasi belajar

siswa. Refleksi dilakukan sebanyak dua kali. Refleksi yang

pertama dilakukan segera setelah suatu pertemuan berakhir,

digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan

dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan

dalam pertemuan berikutnya. Refleksi yang kedua

dilaksanakan pada akhir siklus pertama, digunakan untuk

(52)

indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis,

peneliti melakukan self-reflection dahulu terkait dengan

keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing-masing

fase, kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru

untuk penyempurnaan tindakan pada pertemuan berikutnya.

b. Siklus kedua

Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada

dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya yang membedakan

adalah tindakannya. Pada siklus kedua ini tindakan ditentukan

berdasarkan hasil refleksi siklus pertama.

E. Instrumen Penelitian

Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Instrumen pra penelitian

a. Pengamatan terhadap guru (Observing Teachers)

Pengamatan merupakan alat yang terbukti efektif untuk

mempelajari tentang metode dan strategi yang diimplementasikan

di kelas, misalnya tentang organisasi kelas, respon siswa terhadap

lingkungan kelas. Salah satu bentuk instrumen pengamatan adalah

catatan anekdotal. Catatan anekdotal ini memuat deskripsi rinci dan

lugas peristiwa yang terjadi di kelas (catatan anekdotal, lampiran

(53)

b. Pengamatan terhadap kelas (Observing Classrooms)

Catatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan

terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas. Pengamatan ini

sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan praktik-praktik

pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu, pengamatan

ini dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam

menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di

kelas. Catatan anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang

lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan manajemen kelas (catatan

anekdotal, lampiran 3).

c. Pengamatan terhadap siswa (Observing Students)

Pengamatan atau observasi terhadap perilaku siswa dapat

mengungkapkan berbagai hal menarik. Masing-masing individu

siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum

pembelajaran dimulai, saat berlangsungnya pembelajaran, dan

sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada tiap individu juga

dapat diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum

dilakukan tindakan, saat tindakan diimplementasikan, dan seusai

tindakan diberikan (catatan anekdotal, lampiran 2).

2. Siklus pertama

a. Perencanaan

Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu

(54)

dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi

keseluruhan aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan

khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per

siklus. Oleh karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali

terdapat perencanaan ulang (replanning). Hal-hal yang

direncanakan diantaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran,

metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan

materi pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan dalam hal ini

kurang lebih hampir sama dengan apabila kita menyiapkan suatu

kegiatan belajar mengajar. Biasanya perencanaan dimasukkan ke

dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan juga dapat

dimasukkan ke dalam silabus mata pelajaran ekonomi (lampiran 9).

b. Tindakan

Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif

tipe TGT yang telah direncanakan. Strategi apa yang digunakan,

materi apa yang akan diajarkan atau dibahas. Guru melakukan

inovasi dalam proses pembelajaran di kelas dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan. Instrumen yang dibutuhkan

dalam tahap tindakan adalah penilaian tentang tingkat prestasi

belajar siswa dalam pembelajaran ekonomi yang akan diukur dari

(55)

c. Observasi

Pengamatan atau observasi dapat dilakukan sendiri oleh peneliti

atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada

saat mengobservasi pengamat haruslah mencatat semua peristiwa

atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Seperti mengenai kinerja

guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau

pembahasan materi yang diajarkan (lampiran 6).

d. Refleksi

Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi adalah

perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi

yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait

dengan suatu PTK yang dilaksanakan. Dengan demikian refleksi

dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil

observasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan

(replanning) selanjutnya ditentukan (lampiran 7 dan lampiran 8).

F. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam

pembelajaran dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang

dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengumpulan data dilakukan

(56)

1. Observasi

Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif

dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat

dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar, cek),

catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas,

penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik, atau

pemetaan kelas (cf. Mills, 2004:19 dalam Wijaya Kusumah, 2009:52).

Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya

perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangan sebagai salah

satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data

kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses.

2. Wawancara

Untuk memperoleh data dan informasi yang lebih rinci dan untuk

melengkapi data hasil observasi, peneliti dapat melakukan wawancara

kepada guru, siswa, atau kepala sekolah. Wawancara digunakan untuk

mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau

wawasan. Wawancara dapat dilakukan secara bebas atau terstruktur.

Wawancara hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman

wawancara agar semua informasi dapat diperoleh secara lengkap. Jika

dianggap masih ada informasi yang kurang, dapat pula dilakukan

secara bebas. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data berkaitan

dengan aktivitas belajar siswa serta pandangan dari guru dan siswa

(57)

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui

sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang

diteliti. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah, data

siswa, hasil belajar siswa serta rekaman proses tindakan penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan secara deskriptif dan komparatif untuk

mengetahui perkembangan peningkatan prestasi belajar siswa di dalam

proses pembelajaran, meliputi dua hal sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif

yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala

yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari metode kooperatif tipe

TGT sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.

2. Analisis Komparatif

Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan

peningkatan prestasi belajar siswa dari waktu ke waktu khususnya

pada masa pra penelitian, siklus pertama, dan siklus kedua. Dari

berbagai tahapan tersebut kemudian dibandingkan bagaimana

perubahan tingkat hasil belajar siswa. Untuk mengukur tingkat

(58)

menggunakan pre test dan post test. Berikut adalah tabel analisis

perbandingan tingkat perkembangan prestasi belajar siswa mulai pra

penelitian, siklus I, siklus II:

Tabel 3.1

Indikator Keberhasilan Tingkat Perkembangan Prestasi Belajar

Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Indikator keberhasilan No Nama Siswa Pra

Penelitian Target

Siklus I Siklus II

1.

2.

(59)

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Sejarah, Visi, Misi dan Tujuan Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1

Yogyakarta

1. Sejarah Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

Dengan dicabutnya peraturan pemerintah Balatentara Jepang yang

melarang pihak swasta menyelenggarakan pendidikan pada bulan Mei

1945, para Suster Carolus Borromeus serta para Suster Fransiskanes di

Yogyakarta mendirikan Sekolah Menengan Katolik (SMK) di Bintaran

dan Dagen Yogyakarta.

Untuk menampung murid-murid lulusan SMK tersebut, pada

tahun 1948 dibukalah SMA Katolik pada petang hari yang

diselenggarakan oleh Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia

(AMKRI) yang sekarang menjadi SMU Santo Thomas. Disaksikan oleh

wakil dari Kementerian Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia, pada tanggal 19 Agustus 1948 dengan resmi dibukalah Sekolah

Menengah Atas Kanisius Yogyakarta.

SMA Kanisius Yogyakarta untuk sementara dipimpin oleh Romo

B. Dumarno, SJ, dengan Santo Johanes De Britto sebagai pelindung.

Berhubung dengan terjadinya agresi Belanda ke ibu kota Republik

Gambar

Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas....................................................
Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Tingkat Perkembangan Prestasi  Belajar
Tabel Keadaan Siswi SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

This year seminar officially picked up a theme: Research in Teacher Education: What, How, and Why?as a response to the professionalism demand of English teachers..

Another Disisis, utilization of the graphics card into the era of General Purpose Graphical Processing Units ( GPGPU ) , namely the use of graphics cards to work umum.GPU

Sarung Helm anti air, sebuah solusi bagi mayoritas orang yang sering merasa tidak nyaman saat bepergian karena masih banyak tempat parkir yang kurang akan kenyamanan

Catatan : Membawa Dokumen Penawaran Asli sesuai dengan yang di Upload ke SPSE LPSE Kabupaten Simalungun , Data – Data perusahaan Asli, bagi yang diwakilkan membawa surat kuasa

Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh P2KP/PNPM Mandiri Perkotaan sudah menghasilkan MODAL SOSIAL yang cukup untuk mendukung kemitraan dalam penanggulangan kemiskianan

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Proses kerja

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mengenai Pemberian Cairan Rehidrasi Oral pada Bayi yang Terkena Diare di Beberapa Rumah

Dengan dilakukannya metode Penggabungan MAC- Physical Layer akan dapat meningkatkan kinerja jaringan telekomunikasi hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan