ABSTRAK
KUALITAS PEMBELAJARAN GURU YANG SUDAH SERTIFIKASI DITINJAU DARI USIA, GOLONGAN, DAN JENIS KELAMIN
Studi Kasus Pada Guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat
Welly Wilhelmus Seo Universitas Sanata Dharma
2011
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah Sertifikasi ditinjau dari (1) Usia, (2) Golongan, (3) Jenis Kelamin.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, pada bulan juni 2010. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru-guru SD, SMP dan SMA di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat dengan sampel sebanyak 109 guru. Teknik pengambilan sampel dilakukan Purposive Sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan uji T dan uji F .
Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) tidak ada perbedaan kualitas pembelajaran guru yang sudah sertifikasi ditinjau dari usia (Fhitung= 0,599 < Ftabel = 3,08), (2) tidak ada perbedaan kualitas pembelajaran guru yang sudah sertifikasi ditinjau dari golongan (Fhitung = 0,987< Ftabel= 3,08), (3) tidak ada perbedaan
kualitas pembelajaran guru yang sudah sertifikasi ditinjau dari jenis kelamin (Thitung= 1,556< Ttabel= 1,982)
ABSTRACT
TEACHING PERFORMANCE QUALITY OF CERTIFICATED TEACHERS PERCEIVED FROM AGES, RANKS AND GENDER
A Case Study
On the Teachers of Primary Schools, Junior High Schools and Senior High Schools in the Regency of Sintang – West Kalimantan
Welly Wilhelmus Seo Sanata Dharma University
2011
The purpose of this research is to identify the difference of teaching performance quality of certificated teachers perceived from (1) ages, (2) ranks and (3) gender.
The research was carried out in the Regency of Sintang, West Kalimantan, in June 2010. The population for the research was all the teachers of the Primary Schools, Junior High Schools, and Senior High Schools in Sintang Regency – West Kalimantan. The samples were 109 teachers. The sampling teachnique was Purposive Sampling, while the data were gathered by questionnaire and analyzed by applying T-test and F-test.
The result of the research shows that : there is not any different teaching performance quality of certificated teachers perceived from ages (Fsum= 0,599 < Ftabel = 3,08), (2) there is not any different teaching performance quality of certificated teachers perceived from ranks (Fsum= 0,987< Ftabel= 3,08), (3) there is
KU
SERTIFI
Stu
JU
UALITAS
IKASI DIT
udi Kasus Pa
Diaj
M
PROGR
URUSAN P
FAKULT
U
PEMBEL
TINJAU D
ada Guru SD
K
ajukan untuk
Memperoleh
Program Stu
Wel
N
RAM STUD
PENDIDIKA
TAS KEGUR
UNIVERSIT
YO
LAJARAN
DARI USI
KELAMI
D, SMP, dan
Kalimantan B
SKRIPSI
k Memenuhi
h Gelar Sarja
udi Pendidik
Oleh :
lly Wilhelmu
NIM: 041334
DI PENDID
AN ILMU P
RUAN DAN
TAS SANAT
OGYAKAR
2011
N GURU Y
IA, GOLO
IN
n SMA di Ka
Barat
I
Salah Satu S
ana Pendidik
kan Akuntan
us Seo
4078
IKAN AKU
PENGETAH
N ILMU PE
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Bapa, Putera yang Berhati Kudus serta Roh Kudus yang selalu
menerangiku
Bunda Maria Sang Penolong sejati
Kedua orang Tua ku Bapak Seo Simon dan Ibu Kristina yang telah
memberikan doa, kasih serta dukungan moril dan materiil.
My Brother dan Family terkasih yang selalu memberikan kasih,
semangat dan dorongan
My Honey yang selalu memberikan semangat.
Semua yang mengasihi aku
MOTTO
DAN SEKALIPUN AKU MEMILIKI IMAN YANG
SEMPURNA UNTUK MEMINDAHKAN GUNUNG, TETAPI
JIKA AKU TIDAK MEMPUNYAI KASIH,AKU SAMA
SEKALI TIDAK BERGUNA
.(1 KOR 13:2)
ABSTRAK
KUALITAS PEMBELAJARAN GURU YANG SUDAH SERTIFIKASI DITINJAU DARI USIA, GOLONGAN, DAN JENIS KELAMIN
Studi Kasus Pada Guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat
Welly Wilhelmus Seo Universitas Sanata Dharma
2011
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah Sertifikasi ditinjau dari (1) Usia, (2) Golongan, (3) Jenis Kelamin.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, pada bulan juni 2010. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru-guru SD, SMP dan SMA di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat dengan sampel sebanyak 109 guru. Teknik pengambilan sampel dilakukan Purposive Sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan uji T dan uji F .
Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) tidak ada perbedaan kualitas pembelajaran guru yang sudah sertifikasi ditinjau dari usia (Fhitung= 0,599 < Ftabel = 3,08), (2) tidak ada perbedaan kualitas pembelajaran guru yang sudah sertifikasi ditinjau dari golongan (Fhitung = 0,987< Ftabel= 3,08), (3) tidak ada perbedaan
kualitas pembelajaran guru yang sudah sertifikasi ditinjau dari jenis kelamin (Thitung= 1,556< Ttabel= 1,982)
ABSTRACT
TEACHING PERFORMANCE QUALITY OF CERTIFICATED TEACHERS PERCEIVED FROM AGES, RANKS AND GENDER
A Case Study
On the Teachers of Primary Schools, Junior High Schools and Senior High Schools in the Regency of Sintang – West Kalimantan
Welly Wilhelmus Seo Sanata Dharma University
2011
The purpose of this research is to identify the difference of teaching performance quality of certificated teachers perceived from (1) ages, (2) ranks and (3) gender.
The research was carried out in the Regency of Sintang, West Kalimantan, in June 2010. The population for the research was all the teachers of the Primary Schools, Junior High Schools, and Senior High Schools in Sintang Regency – West Kalimantan. The samples were 109 teachers. The sampling teachnique was Purposive Sampling, while the data were gathered by questionnaire and analyzed by applying T-test and F-test.
The result of the research shows that : there is not any different teaching performance quality of certificated teachers perceived from ages (Fsum= 0,599 < Ftabel = 3,08), (2) there is not any different teaching performance quality of certificated teachers perceived from ranks (Fsum= 0,987< Ftabel= 3,08), (3) there is
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bapak,
Putera dan Roh Kudus yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang telah disusun
berjudul Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah Sertifikasi Ditinjau Dari Usia,
Golongan dan Jenis Kelamin. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Drs. Tarsisius. Sarkim, M. Ed., Ph. D. Selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo, S. Pd., M. Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L.Saptono, S. Pd., M. Si. Selaku Kepala Program Studi Pendidikan
Akuntansi
4. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing, yang dengan
sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran, masukan,
semangat, dorongan serta pelajaran hidup yang berharga. Terima kasih untuk
5. Para Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu kepada penulis selama
kuliah di USD.
6. Semua karyawan Pendidikan Akuntansi yang telah banyak memberikan
pelayanan kapada penulis selama ini.
7. Bapak Drs. H. Senen Maryono. M.Si selaku Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Sintang Kalimantan Barat yang telah memberikan izin penulis
untuk melakukan penelitian.
8. Bapak Drs. Marchues. Afen. M. Si selaku Kepala Bidang Dikmenti Dinas
Pendidikan Kabupaten Sintang Kalimantan Barat yang telah membantu
penulis dalam penyusunan skripsi.
9. Guru-guru SD, SMP dan SMA di Kabupaten Sintang yang telah menerima
dan memberikan kesempatan kepada penulis saat melakukan penelitian.
10.Kedua orang tua terkasih, Bapak Simon Seo dan Ibu Kristina yang selalu
memberikan kasih, semangat, dan doa, serta dukungan material dan spiritual
untuk memenuhi harapanku.
11.Ketiga abangku, Jonny, Benny dan Tonny yang telah memberikan dukungan
dan semangat. Keponakan ku Nia yang selalu membuat aku tersenyum dan
semua keluarga ku, terimaksaih atas doanya.
12.My honey Fransiska Ria yang tak henti-hentinya memberikan bimbingan dan
13.Buat teman-teman Asrama JC.OEVAANG OERAY (Agung, mimic, sogol,
kancil, fiktor, Pak Uda, Bolang, Oka, Een, Jang Wandre). Terima kasih atas
bantuan, dukungan, dan kebersamaannya.
14.Angkatan 2004 (Rudy, Dion, Wibi, Agung, Dony, Dana, Galuh, dan Koco,
Lukas, eko, Lutvi). Terima Kasih atas bantuannya selama ini.
15. Teman-tema Pendidikan Akuntansi, 2005 (Marsya terimakasih atas
editannya), 2006 (Benny, Yosef, Inggit, Sisil), terima kasih atas bantuannya.
16.Terimaksih untuk Romo Asodo yang telah mendoakan saya sebelum saya
maju ujian pendadaran. Frater omi Frater Deni, Arki, Kris, Bruder Amrosius
dan semua frater yang berada di OMI, yang tidak saya sebut satu per satu,
terima kasih atas doa dan kebersamaannya.
17.Teman-teman HMKK (Himpunan Mahasiswa Katolik Kalimantan), dan teman
– teman FKPMKS (Forum Komunikasi Pelajar Mahasiswa Kristiani Sintang),
terimakasih atas kebersamaan selama penulis dijogja.
18.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas
bantuan, dukungan, dan bimbingannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Walaupun
demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan bagi semua
pihak yang membutuhkan dan dapat dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik ... 8
1. Pengertian kualitas pembelajaran ... 8
2. Pengertian guru ... 13
b. Peran Guru ... 16
c. Kode etik guru ... 18
d. Prinsip guru ... 19
3. Sertifikasi guru ... 20
a. Tujuan sertifikasi ... 22
b. Manfaat sertifikasi ... 23
4. Usia ... 23
5. Golongan ... 24
6. Jenis kelamin ... 25
B. Hasil Penelitian Yang Relevan... 25
C. Kerangka berfikir ... 26
1. Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah Sertifikasi Ditinjau Dari Usia ... 27
2. Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah Sertifikasi Ditinjau Dari Golongan ... 28
3. Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah Sertifikasi Ditinjau Dari Jenis Kelamin ... 28
D. Hipotesis penelitian ... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 30
D. Popupalsi dan Sampel ... 31
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 35
1. Variabel Usia Guru ... 35
2. Variabel Golongan Guru ... 35
3. Variabel Jenis Kelamin ... 36
F. Teknik Pengumpulan Data ... 42
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 42
H. Teknik Analisis Data ... 47
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 54
1. Deskripsi Responden Penelitian ... 55
2. Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah Sertifikasi ... 56
B. Hasil Pengujian Normalitas Dan Homogenitas... 57
1. Uji Normalitas ... 57
2. Uji Homogenitas ... 59
C. Pengujian Hipotesis ... 60
1. Pengujian Hipotesis I ... 60
2. Pengujian Hipotesis II ... 61
3. Pengujian Hipotesis III ... 62
D. Pembahasan Dan Penelitian ... 63
1. Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah Sertifikasi Ditinjau Dari Usia ... 63
2. Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah Sertifikasi Ditinjau Dari Golongan ... 66
3. Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah Sertifikasi Ditinjau Dari Jenis Kelamin ... 67
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69
B. Keterbatasan Penelitian ... 69
C. Saran ... 70
DAFTAR TABEL
Table 3.1 Daftar Nama-Nama Guru Yang Sudah Lulus Sertifikasi Di Kabupaten
Sintang ... 32
Tabel 3.2 Kode Usia ... 35
Tabel 3.3 Kode Golongan ... 36
Tabel 3.4 Kode Jenis Kelamin ... 36
Tabel 3.5 Operasional Variabel Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah Sertifikasi ... 38
Tabel 3.6 Skala Pengukuran ... 42
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Untuk Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah Sertifikasi ... 44
Tabel 3.8 Pedoman Interpretasi Reliabilitas ... 46
Tabel 3.9 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 47
Tabel 4.1 Sebaran Responden Penelitian ... 54
Tabel 4.2 Deskripsi Responden Menurut Usia Guru ... 55
Tabel 4.3 Deskripsi Responden Menurut Golongan Guru ... 55
Tabel 4.4 Deskripsi Responden Menurut Jenis Kelamin Guru ... 56
Tabel 4.5 Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah Sertifikasi ... 56
Tabel 4.6 Rangkuman Pengujian Normalitas Usia Guru ... 57
Tabel 4.7 Rangkuman Pengujian Normalitas Golongan Guru ... 58
Tabel 4.9 Pengujian Homogenitas Variabel Penelitian ... 60
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Perbedaan Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah
Sertifikasi Ditinjau dari Usia ... 61
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Perbedaan Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah
Sertifikasi Ditinjau dari Golongan Guru ... 62
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Perbedaan Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah
Sertifikasi Ditinjau dari Jenis Kelamin ... 63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-Kisi Kuesioner dan Kuesioner Penelitian ... 75
Lampiran 2. Data Induk Penelitian ... 87
Lampiran 3. Kategori Kecenderungan Variabel ... 118
Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 121
Lampiran 5. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas ... 125
Lampiran 6. Anova dan One-Sample Test ... 128
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia merupakan kebutuhan yang penting bagi
peningkatan sumber daya manusia. Banyak faktor yang mempengaruhi mutu
pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan yang rendah di Indonesia membuat
pembangunan bangsa menjadi terganggu. Bidang pendidikan menempati
posisi paling tertinggi bagi pembangunan suatu bangsa dibandingkan
bidang-bidang yang lain. Salah satu faktor yang dianggap cukup siknifikan dalam
mendongkrak mutu pendidikan adalah meningkatkan kualitas guru.
Guru merupakan komponen paling penting dalam menentukan sistem
pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral,
pertama, dan utama. Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan
strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karna guru selalu terkait
dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran
utama dalam pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di
sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama
dalam kaitannya dengan proses belajar – mengajar. Guru merupakan
komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil
pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan
berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal
dari guru dan berujung pada guru pula. Sehingga perlu dikembangkan sebagai
tenaga profesi yang bermartabat dan profesional. Guru merupakan sentral dari
peningkatan kualitas pendidikan yang bertumpu pada kualitas proses belajar
mengajar. Untuk meningkatan kualitas guru, terutama guru-guru tua atau
guru-guru yang telah berusia 50 tahun keatas yaitu dengan program
sertifikasi.
Uji sertifikasi pendidikan merupakan kontrol kualitas calon pendidik,
sehingga setiap orang yang memiliki sertifikat pendidik telah dinilai dan
diyakini mampu melaksanakan tugas mendidik, mengajar dan melatih peserta
didik. Sertifikasi ini akan menimbulkan dampak yang positif terhadap profesi
guru ditanah air. Selain meningkatkan kualitas guru, sertifikasi menunjukkan
pengakuan dari pemerintah terhadap profesi guru. Sertifikasi mengajar ini
sangat penting dimiliki oleh para pendidik, karena berdasarkan sertifikasi ini
guru dan dosen bisa mendapatkan berbagai fasilitas, terutama yang
berhubungan dengan tunjangan yang akan diperoleh.
Guru yang memiliki usia lebih tua secara umum memiliki kualitas yang
lebih baik dari pada guru muda. Guru yang memiliki usia lebih tua pada
umumnya memiliki pengalaman mengajar lebih banyak. Dengan demikian,
seorang guru memiliki kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang lebih.
Menurut Pedoman Penetapan Peserta dan pelaksanaan Sertifikasi Guru
Jabatan Tahun 2007, usia termasuk dalam kriteria penyusunan ranking yang
tentu saja akan menimbulkan ’kecemburuan’ bagi guru muda kepada guru
yang lebih tua. Hal ini menguatkan dugaan bahwa ada perbedaan terhadap
program sertifikasi guru dalam kualitas pembelaran ditinjau dari usia guru.
Golongan ada kaitannya dengan tingkat pendidikan dan lama bekerja
seorang guru, jika tingkat pendidikan guru itu tinggi maka golongan yang
akan dimiliki guru itu juga tinggi dan masih dapat mengajukan permohonan
kenaikan pangkat atau golongan guru sampai dengan jenjang maksimal
kepangkatannya berdasarkan tingkat pendidikan terakhirnya. Karena
pendidikan terakhir dan lama bekerja setiap guru tidak sama maka golongan
yang disandang guru juga tidak sama. Apabila guru menyandang golongan
yang tinggi berarti guru juga mempunyai wawasan yang luas terutama dalam
bidang pendidikan, dari perbedaan golongan yang disandang setiap guru
mempunyai kualitas yang berbeda-beda terhadap sertifikasi ini terutama
dengan masalah kesejahteraannya.
Pria dan Wanita mempunyai status atau kedudukan dan peranan (hak
dan kewajiban) yang sama, akan tetapi menurut kondisi objektif, wanita
mengalami ketertinggalan yang lebih besar dari pada pria dalam berbagai
bidang kehidupan dan pembangunan. Kondisi objektif ini tidak lain
disebabkan oleh norma sosial dan nilai sosial budaya yang masih berlaku di
masyarakat. Norma sosial dan nilai sosial budaya tersebut, di antaranya di
satu pihak, menciptakan status dan peranan wanita di sektor domestik, yakni
berstatus sebagai ibu rumah tangga dan melaksanakan pekerjaan urusan
di sektor publik yakni sebagai kepala keluarga atau rumah tangga dan
pencari nafkah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, terutama telah disahkannya
Undang-Undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maka penulis
tertarik untuk mengambil judul ” KUALITAS PEMBELAJARAN GURU
YANG SUDAH SERTIFIKASI DITINJAU DARI USIA, GOLONGAN,
DAN JENIS KELAMIN”, studi kasus pada Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di kabupaten Sintang
Kalimantan Barat.
B. Batasan Masalah
Ada berbagai faktor yang berhubungan dengan kualitas pembelajaran
guru yang sudah sertifikasi. Penelitian ini akan memfokuskan pada variabel
usia guru, golongan guru dan jenis kelamin. Sedangkan cakupan dalam
sertifikasi sesuai dengan peraturan menteri Pendidikan Nasional RI no 18
tahun 2007 meliputi 10 komponen yaitu : (1) kualifikasi akademik, (2)
pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6)
prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam
forum ilmiah, (9) pengalamam organisasi di bidang pendidikan dan sosial dan
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yaitu sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan kualitas pembelajaran setelah lulus uji sertifikasi
ditinjau dari kelompok usia?
2. Apakah ada perbedaan kualitas pembelajaran setelah lulus uji sertifikasi
ditinjau dari kelompok golongan?
3. Apakah ada perbedaan kualitas pembelajaran setelah lulus uji sertifikasi
ditinjau dari kelompok jenis kelamin?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan diadakannya penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan terhadap guru setelah
melakukan uji sertifikasi ditinjau dari usia.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan terhadap guru setelah
melakukan uji sertifikasi ditinjau dari golongan.
3.
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan terhadap guru setelahE.
Manfaat PenelitianPenelitian yang dilakukan ini kiranya dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Pemerintah
Hasil penelitihan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan profesi
guru, khususnya yang berkaitan dengan sertifikasi yang dirumuskan
dalam UU RI no 14 Tahun 2005.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
guru dan memberikan dukungan yang positif untuk menjadi guru yang
profesional.
3. Bagi Penulis
Hasil penelitihan ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
dan memberikan pengalaman yang bermanfaat terutama mengenai
profesi guru yang erat kaitannya dengan kesejahteraan dan penghargaan
terhadap profesi guru.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitihan ini diharapkan dapat mendorong pemikiran-pemikiran
kritis dalam bentuk penelitian-penelitian pengembangan sehingga dapat
memberi sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi perkembangan
5. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi
khususnya tentang profesi guru, sebagai penyelenggara pendidikan yang
menghasilkan lulusan yang berkualifikasi sebagai tenaga pengajar dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Teoritik
1. Pengertian Kualitas Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas
belajar pada diri peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran merupakan
upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi dan
meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat
dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut.
Pembelajaran dalam konteks pendidikan formal, yakni pendidikan di
sekolah, sebagian besar terjadi di kelas dan lingkungan sekolah. Sebagian
kecil pembelajaran terjadi juga di lingkungan masyarakat
Hakekat pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku kearah
yang lebih baik. Tugas utama guru dalam pembelajaran adalah
mengkondisikan lingkungan agar manunjang terjadinya perubahan
perilaku peserta didik. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila
seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun
sosialnya. Hal tersebut merupakan tugas dan tanggungjawab guru sesuai
dengan kompetensinya sebagai tenaga pengajar yang memiliki
Dalam kamus Bahasa Indonesia, mengajar adalah memberikan
palajaran. Dan pelajaran adalah sesuatu yang dikaji/dipahami atau
diajarkan. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang
manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran,
walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan,
guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran
memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru
saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara
guru dengan peserta didik.
Komponen ini dapat dipilih menjadi dua bagian yaitu perencanaan
pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran.
a. Perencanaan pembelajaran yaitu persiapan mengelola pembelajaran
Perencanaan pembelajaran ini paling tidak memuat perumusan
tujuan/kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan
sumber/media pembelajaran, skenario pembelajaran dan penilaian
proses dan hasil belajar. Bukti fisik dari subkomponen ini berupa
dokumen perencanaan pembelajaran (RP/RPP/SP/RPI) yang diketahui
dan disahkan oleh atasan. Dokumen ini dinilai oleh asesor dengan
menggunakan format yang telah dilakukan.
Khusus untuk guru bimbingan dan konseling, dokumen ini berupa
program pelayanan bimbingan dan konseling akan dilaksanakan.
Program bimbingan dan konseling ini memuat nama program serta
lingkup bidang (pendidikan/belajar, karier, pribadi, sosial, dan akhlak
mulia/budi pekerti), yang didalamnya berisi tujuan, materi kegiatan,
strategi, instrument dan media, waktu kegiatan, biaya, rencana evaluasi,
dan tindak lanjut. Bukti fisik dari subkompenen ini berupa dokumen
program pelayanan bimbingan pendidikan/belajar, karier, pribadi,
sosial, dan akhlak mulia/budi pekerti yang diketahui/disahkan oleh
atasan dan dinilai oleh asesor dengan menggunakan format yang telah
dibakukan.
b. Pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan guru dalam mengelola
pembelajaran di kelas dan pembelajaran individual. Kegiatan ini
mencakup tahapan prapembelajaran (pengecekan kesiapan kelas dan
apersepsi), kegiatan inti (penguasaan materi, strategi pembelajaran,
dan penutup (refleksi, rangkuman dan tindak lanjut). Bukti fisik yang
dilampirkan berupa dokumen hasil penilaian oleh kepala sekolah
dan/atau pengawas tentang pelaksanaan pembelajaran yang dikelola
oleh guru dengan format yang telah dibakukan.
Khusus untuk guru bimbingan dan konseling, komponen
pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud adalah kegiatan guru
bimbingan dan konseling (konselor) dalam mengelola dan
mengevaluasi pelayanan bimbingan dan konseling yang meliputi bidang
pelayanan bimbingan pendidikan/belajar, karier, pribadi, sosial dan
akhlak mulia/budi pekerti. Jenis dokumen yang dilaporkan berupa
agenda kerja guru bimbingan dan konseling, daftar konseli (siswa), data
kebutuhan dan permasalahan konseli, laporan bulanan, laporan
semesteran/tahunan, aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling
(pemahaman, pelayanan langsung dan pelayanan tidak langsung), serta
laporan hasil evaluasi program bimbingan dan konseling. Bukti fisik
yang dilampirkan berupa fotokopi rekaman/dokumen laporan kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling yang disahkan oleh atasan.
Dokumen ini dinilai oleh asesor dengan menggunakan format yang
telah dibakukan.
Sementara itu, menurut Mulyana (2005) sedikitnya ada tujuh
a. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran
b. Menunggu peserta didik berperilaku negatif
c. Menggunakan destructive discipline
d. Mengabaikan perbedaan peserta didik
e. Merasa paling pandai dan tahu
f. Tidak adil (diskriminatif)
g. Memaksa hak peserta didik
Bagi guru yang telah lulus sertifikasi diharapkan dapat memberikan
penyegaran tentang kompetensi yang dimiliki oleh para guru sesuai
dengan bidang studinya masing-masing. Jangan sampai ada guru yang
setelah mendapatkan sertifikasi guru malah justru menjadi tidak
profesional. Kurang kompeten dengan bidang yang dikuasainya yang
berujung kepada kualitas belajar-mengajar guru tersebut. Kualitas
pembelajaran sangat ditentukan oleh guru yang kompeten di bidangnya.
Adanya pemberian sertifikasi guru profesional harus pula membuat para
guru sadar untuk terus belajar sepanjang hajat. Guru tak boleh ’Gaptek’.
Guru harus berusaha keras belajar dan belajar menguasai teknologi yang
baru. Teknologi tidak harus berupa alat, tetapi teknologi bisa berupa
metode yang tepat dalam menyampaikan materi ajarnya. Guru pun harus
belajar dengan teknologi menuju masyarakat berpengetahuan. Bila banyak
guru seperti ini, maka akan dapat dipastikan kualitas pendidikan kita akan
Setelah sertifikasi guru dituntut harus lebih baik lagi dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Pembelajaran yang berkualitas
bersumber dari guru yang profesioanal. Mampu untuk meningkatkan mutu
dalam perencanaan, proses dan pelaksanaan pembelajaran, serta penilaian
dan hasil pembelajaran. Guru harus fokus dan berkonsentrasi dengan
keahlian yang dimilikinya sehingga menghasilkan pembelajaran yang
berkualitas.
2. Pengertian Guru
Secara etimologis (asal usul kata), istilah ’Guru’ berasal dari bahasa
India yang artinya ’orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari
sengsara (Shambuan, Republika, 25 November 1997), dalam bahasa Arab,
guru dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustads yang bertugas memberikan
ilmu dalam majelis taklim (tempat memperoleh ilmu)’.
Dari aspek lain, beberapa pakar pendidikan telah mencoba
merumuskan pengertian guru dengan definisi tertentu. Menurut
Poewadarmita (1996;335), guru adalah orang yang kerja mengajar.
Dengan definisi ini, guru disamakan dengan pengajar, sementara itu,
menurut Zakiyah Daradjat (1992;39) menyatakan bahwa guru adalah
pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari
orang tua untuk ikut mendidik anak-anak. Dalam hal ini, orang tua tetap
Guru adalah salah satu bagian dalam kegiatan belajar mengajar dan
memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, sebab
fungsi utama guru adalah merancang, mengelola, melaksanakan dan
mengevaluasi pembelajaran. Guru merupakan profesi yang jabatannya atau
pekerjaan yang memerlukan keahlihan khusus sebagai guru (Uzer Usman).
Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut
untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui
sentuhan guru di sekolah diharapkan mampu menghasilkan peserta didik
yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup
dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi.
Dimasa lalu dan mungkin sekarang, suasana lingkungan belajar
sering dianggap sebagai suatu lingkungan yang menyiksa, membosankan,
kurang merangsang, dan berlangsung monoton sehingga anak-anak belajar
secara terpaksa dan kurang bergairah. Di lain pihak para guru juga berada
dalam suasana lingkungan yang kurang menyenangkan dan sering kali
terjebak dalam rutinitas sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan perubahan
paradigma (pola pikir) guru, dari pola pikir tradisional menuju pola pikir
profesional. Apalagi lahirnya Undang-Undang Guru dan Dosen menuntut
sosok guru yang berkualifikasi, berkompetensi dan bersertifikasi.
Beberapa paradigma baru yang harus diperhatikan guru dewasa ini
a) Tidak terjebak papa rutinitas belaka, tetapi selalu mengembangkan
dan memberdayakan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan
kualifikasi dan kompetensinya, baik melalui pendidikan formal
maupun pelatihan, seminar, lokakarya dan kegiatan sejenisnya.
Guru jagan terjebak pada aktivitas datang, mengajar, pulang, begitu
berulang-ulang sehingga lupa mengembangkan potensi diri secara
maksimal.
b) Guru mampu menyusun dan melaksanakan strategi dan model
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAIKEM) yang dapat menggairahkan motivasi
belajar peserta didik. Guru harus menguasai berbagai macam
strategi dan pendekatan serta model pembelajaran sehingga proses
belajar-mengajar berlangsung dalam suasana yang kondusif dan
menyenangkan.
c) Dominasi guru dalam pembelajaran, dikurangi sehingga
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih berani,
mandiri dan kreatif dalam proses belajar mengajar.
a. Hak dan Kewajiban Guru
Dalam undang undang sistem pendidikan nasional guru sebagai
pendidik mempunyai hak untuk memperoleh:
1) Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan
memadai.
3) Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas.
4) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas
hasil kekayaan intelektual.
5) Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas
pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Dalam undang undang sistem pendidikan nasional guru sebagai
pendidik mempunyai kewajiban untuk:
1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis.
2) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
b. Peranan Guru
Menurut Peter F. Oliver dalam Piet A Sahertian (1990:36), guru
mempunyai peranan sebagai berikut:
1) Guru sebagai penceramah. Memang tugas guru sebagai
penyampai informasi disebut juga sebagai penceramah pada
zaman itu.
2) Guru sebagai orang sumber (resourse person). Guru dianggap
sebagai manusia sumber. Melalui guru dan dari guru pengetahuan
3) Guru sebagai fasilitator. Guru menyediakan berbagai lingkungan
untuk belajar, memperlengkapi berbagai sumber yang membantu
siswa untuk dapat belajar.
4) Guru sebagai konselor. Guru membantu siswa memberi nasehat,
memberanikan siswa, mendengarkan keluhan dan menciptakan
suasana belajar siswa, menyuruh memecahkan persoalan dirinya
sendiri.
5) Guru sebagai pemimpin kelompok. Dalam belajar guru berperan
sebagai master ceremony, pemimpin dalam kelompok, yang
menstimulir gejala-gejala untuk belajar bersama dalam kelompok
belajar, memandang gejala-gejala sehingga semua berpartisipasi
bersama.
6) Guru sebagai tutor. Guru menolong seorang demi seorang dengan
bermacam cara.
7) Guru sebagai manajer yang menyajikan pelayanan media belajar
yang disediakan.
8) Guru sebagai pembina laboratorium. Guru meletakkan berbagai
pendekatan dalam menyajikan pelayanan. Maksudnya eksperimen
dalam proses mengajar menyusun berbagai kegiatan penelitian
oleh siswa melalui observasi dan mencatat hasil observasi dengan
c. Kode Etik Guru
Kode etik merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam
menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Dalam menjalankan
profesinya guru di Indonesia berpedoman pada kode etik guru yang
berisi sebagai berikut (Samana, 1994:117):
1) Guru berbakti membimbing peserrta didik untuk membentuk
manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik
sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa
tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7) Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial.
8) Guru secara bersama–sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9) Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang
d. Prinsip Guru
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai
berikut:
1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.
3) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas.
4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja.
7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru.
Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen
demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
kemajemukan bangsa dan kode etik profesi.
3. Sertifikasi Guru
Isu yang paling menjadi perhatian di dunia pendidikan setelah
pengesahan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen pada Desember 2005 adalah persoalan sertifikasi guru. Hal ini
dapat dimaklumi karena selain merupakan fenomena baru, istilah tersebut
juga menyangkut nasib dan masa depan guru. Berbagai interprestasi terkait
dengan pemahaman sertifikasi guru bermunculan. Ada yang memahami
bahwa guru yang sudah mempunyai jenjang S-1 kependidikan secara
otomatis sudah bersertifikasi. Ada juga yang memahami bahwa sertifikasi
hanya dapat diperoleh lewat pendidikan khusus yang dilakukan oleh
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang ditunjuk oleh
pemerintah. Pemahaman yang bersimpang-siur tersebut dimanfaatkan oleh
beberapa lembaga pendidikan dengan cara membuka berbagai program
spekulatif yang berlabel ‘sertifikasi’, mulai dari yang berjangka pendek
(satu bulan) sampai dengan berjangka panjang (satu tahun). Tentu saja
tawaran itu mendapat respon yang positif bagi guru, terutama guru-guru
yang belum memperoleh ijazah S-1 pendidikan.
Berbagai pemahaman tentang sertifikasi yang tidak utuh, tidak
membingungkan masyarakat, khususnya guru, apabila tidak segera
diluruskan akan menambah deretan kekecewaan masyarakat apabila
ternyata sebagian guru (yang menggebu-gebu ingin memperoleh
sertifikasi) telah terperangkap dalam program spekulatif berlabel
‘sertifikasi’ yang ternyata hanya “pepesan kosong’. Kini, kesimpangsiuran
itu mulai mereda setelah pada 4 mei 2007 terbit Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional RI nomor 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi
Guru Dalam Jabatan dan pada 13 juli 2007 terbit keputusan Menteri
Pendidikan Nasional RI No. 057/O/2007 tentang Penetapan Perguruan
Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan.
Agar pemahaman tentang sertifikasi lebih jelas dan mantap, berikut
ini dikutipkan beberapa pasal yang tertuang dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
sebagai berikut.
• Pasal 1 butir 11 : Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikasi
pendidik kepada guru dan dosen.
• Pasal 8 : Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
• Pasal 11 butir 1 : Sertifikasi pendidik sebagaimana dalam pasal 8
• Pasal 16 : Guru yang memiliki sertifikasi pendidik memperoleh
tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta
dibayar pemerintah.
Dalam pedoman tanya jawab tentang sertifikasi (Depdiknas Dirjen
Peningkatan Mutu dan Tenaga Kepandidikan, 2007) sertifikasi guru adalah
proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik
diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru.
Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan
praktik pendidikan yang berkualitas yang bertujuan guna menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran,
meningkatkan profesionalisme guru, serta mengangkat harkat dan martabat
guru. Proses sertifikasi dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan
oleh pemerintah.
a. Tujuan Sertifikasi
Dalam situs www.sertifikasiguru.org mencantumkan bahwa secara
garis besar sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru
yang pada akhirnya diharapkan berdampak pada peningkatan mutu
pendidikan.
Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen yang disahkan tanggal 30 desember 2005 tujuan sertifikasi
1) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai
agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.
3) Meningkatkan martabat guru.
4) Meningkatkan profesionalitas guru.
b. Manfaat Sertifikasi
Adapun manfaat ujian sertifikasi guru dapat diberikan sebagai berikut :
1) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten,
yang dapat merusak citra profesi guru.
2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan profesional.
3) Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK dan kontrol mutu
dan jumlah guru bagi pengguna layanan pendidikan.
4) Menjaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan
tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
5) Memperoleh tunjangan profesi bagi guru yang lulus ujian
sertifikasi.
4. Usia
Usia adalah masa antara kelahiran dan tanggal sekarang, umur
(http://id.wikipwedia.org/wiki/umur), umur adalah satuan waktu yang
mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup
maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun
diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Usia guru adalah
umur seorang guru saat ia masih melaksanakan tugas sebagai pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu.
Ada kabar gembira bagi guru-guru yang berusia 40 tahun ke atas
atau yang mendekati pensiun. Sebab golongan ini akan mendapatkan
prioritas sertifikasi guru tingkat pusat, dengan begitu, mereka dapat
menikmati kesejahteraan guru lebih awal. Minimal, dapat menikmati gaji
tinggi dan tunjagan profesi seperti yang diatur oleh UU guru. Kabar ini
dilontarkan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan Depdiknas Dr. Fasli Jalal Ph.D. Saat menyosialisasikan UU
No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen di Aula A3 UM 14 juni 2006
yang lalu. Prioritas sertifikasi terhadap guru-guru yang mendekati purna
tugas itu tetap mengacu pada persyaratan yang berlaku. Salah satunya,
para guru tersebut harus memiliki kualifikasi lulus S1.
5. Golongan
Dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Salim, 1991;482),
golongan adalah kelompok dan jabatan adalah pekerjaan/kedudukan dalam
suatu organisasi atau kelompok guru-guru yang didasarkan pada ijasah
a) III/a : Penata Muda
b) III/b : Penata Muda Tingkat I
c) III/c : Penata
d) III/d : Penata Tingkat I
e) IV/a : Pembina
f) IV/b : Pembina Tingkat I
g) IV/c : Pembina Utama Muda
h) IV/d : Pembina Utama Madya
i) IV/e : Pembina Utama.
6. Jenis Kelamin
Jenis kelamin yang di sini adalah tentang pria dan wanita. Seperti
yang ditulis oleh Gilarso (2001:2) bahwa jenis kelamin menunjuk pada
keseluruhan ciri-ciri yang membedakan manusia sebagai pria dan wanita
yakni : jasmaninya, kejiwaannya, sifatnya, cara berpikir, bentuk tubuh,
suara, gaya, perasaannya, bakat-bakat dan sebagainya. Penggolongan pria
dan wanita berdasarkan pendapat umum bahwa pria dan wanita
mempunyai pola perkembangan fisiologis dan psikologis yang berbeda.
Perbedaan ini menyebabkan perbedaan perhatian, kesanggupan,
pandangan, dan sikap. Ini dapat disebabkan karena pengaruh dan sifat
tradisi terhadap jenis kelamin tersebut. Keadaan fisik dan psikologis inilah
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian lain yang terkait dengan topik pembahasan ini, antara lain
oleh Hyancinthus Eko Guswanto (2004) yang dilakukan pada guru-guru SD,
SMP dan SMA di kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul Yogyakarta
berjudul “Persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat
pendidikan, status guru dan golongan ruang ‘Berdasarkan analisis data dapat
diketahui bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi
ditinjau dari tingkat pendidikan. Kesimpulan ini didukung oleh hasil
perhitungan nilai thitung 0,192 lebih kecil dari ttabel 1,974. Nilai probabilitas
0,848 lebih besar dari taraf signifikasi (
α
=5%) atau = 0,05.Hasil penelitian Yanita Minarmi (2004) yang berjudul “persepsi guru
terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari masa kerja, tingkat
pendidikan, golongan jabatan dan status kepegawaian”. Hasil penelitian
pertama menunjukkan tidak adanya perbedaan persepsi guru terhadap
sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari masa kerja, Hasil penelitian kedua
menunjukkan tidak adanya perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru
dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, Hasil penelitian ketiga
menunjukkan tidak adanya perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru
dalam jabatan ditinjau dari golongan jabatan.
Dari uraian diatas tidak perbedaan terhadap uji sertifikasi ditinjau dari
tingkat pendidikan. Ditinjau dari golongan jabatan, dan tidak adanya
perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari
C. Kerangka Berfikir / Paradigma Penelitian
1. Kualitas pembelajaran guru yang sudah sertifikasi ditinjau dari usia.
Menurut Pedoman Penetapan Peserta dan Pelaksanaan Sertifikasi
Guru, usia termasuk dalam penentuan kriteria peserta sertifikasi guru.
Proses rekruitmen peserta sertifikasi dimulai dengan menyusun daftar guru
yang memenuhi persyaratan sertifikasi. Setelah itu, Dinas Kabupaten/Kota
melakukan ranking calon peserta kualifikasi. Usia guru merupakan kriteria
penentuan ranking kedua setelah masa kerja. Dengan adanya mekanisme
rekruitmen tersebut, guru yang berusia lebih tua diduga kuat akan
memiliki kualitas lebih positif karena mereka lebih diprioritaskan.
Sedangkan guru yang berusia lebih muda akan memiliki kualitas kurang
positif karena mereka harus sabar menanti hingga mereka diprioritaskan
sebagai peserta sertifikasi. Dalam UU 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen pada semua jenjang pendidikan harus memenuhi kualifikasi
akademik tingkat sarjana (strata 1 atau diploma 4). Sejak awal 90-an, guru
yang PNS di pendidikan dasar dan menengah diminta menyesuaikan
kualifikasi akademik lewat jalur universitas terbuka dengan fasilitas
pemerintah. Proyek penyetaraan ini masih berjalan hingga sekarang. Ada
pula guru-guru yang melakukan penyetaraan atas kemauan dan biaya
sendiri di berbagai perguruan tinggi.
2. Kualitas pembelajaran guru yang sudah sertifikasi ditinjau dari golongan
Golongan seorang guru erat kaitannya dengan tingkat pendidikan
dibedakan berdasarkan tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat
pendidikannya, semakin tinggi golongan dan semakin tinggi gaji yang
diterimanya sehingga kesejahteraannya dapat terjamin. Faktanya setiap
guru mempunyai golongan yang berbeda-beda sebab tingkat
pendidikannya juga berbeda.
Penggolongan seorang guru itu didasarkan pada ijasah pendidikan
terakhirnya. Pada umumnya guru-guru yang bekerja di Sekolah Menengah
Atas paling rendah bergolongan III/a yaitu penata muda sampai pada
tingkat golongan tertinggi yaitu IV/e atau pembina utama. Dari adanya
perbedaan golongan itu maka dimungkinkan juga adanya perbedaan
pembelajaran guru terhadap sertifikasi.
3. Kualitas pembelajaran guru yang sudah sertifikasi ditinjau dari jenis
kelamin.
Jenis kelamin menunjukkan pria atau wanita. Penggolongan ini
berdasarkan pendapat umum bahwa wanita dan pria mempunyai pola
perkembangan fisiologis dan psikologis yang berbeda. Perbedaan ini
menyebabkan perbedaan perhatian, kesanggupan, pandangan dan sikap.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah ditetapkan, maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan kualitas pembelajaran guru yang sudah lulus sertifikasi
2. Ada perbedaan kualitas pembelajaran guru yang sudah lulus sertifikasi
ditinjau dari golongan.
3. Ada perbedaan kualitas pembelajaran guru yang sudah lulus sertifikasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian
tentang subyek tertentu dimana subyek tersebut terbatas, maka kesimpulan
yang diperoleh hanya berlaku pada subyek yang diteliti (Consuelo, 1993:73).
Dalam penelitian ini diterapkan untuk meneliti kualitas pembelajaran guru
yang sudah sertifikasi ditinjau dari usia, golongan dan jenis kelamin.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan untuk penelitian yaitu SD, SMP, dan SMA di
Kabupaten Sintang Kalimantan Barat.
2. Waktu Penelitian
Waktu untuk penelitian yaitu pada bulan Juni 2010.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah guru-guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten
sintang Kalimantan Barat.
2. Objek Penelitian
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,
1999:72). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru
SD, SMP, SMA di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat yang sudah
sertifikasi. Menurut sumber dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sintang
jumlah guru SD, SMP, SMA di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat yang
sudah sertifikasi adalah 221 guru yang sudah sertifikasi.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 1999:73). Sampel penelitian ini dihitung dengan
rumus Slovin (Husein Umar, 2003:102):
2 1 Ne
N n
+ =
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat ditolelir
Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/ batas
(
)
2 05 , 0 100 1 100 + = n= 80 orang yang akan menjadi sampel
3. Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2010:68). Penelitian menetapkan sampel penelitian ini adalah
guru-guru SD, SMP dan SMA di Kabupaten Sintang yang sudah lulus
sertifikasi. Pertimbangan dipilih 3 sekolah tersebut karena guru-guru yang
lulus sertifikasi di Kabupaten Sintang tidak merata. Berikut ini daftar
[image:52.612.97.558.117.716.2]guru-guru yang sudah lulus sertifikasi di Kabupaten Sintang :
Tabel 3.1
Daftar Nama-Nama Guru Yang Sudah Lulus Sertifikasi di Kabupaten Sintang
No Nama Unit Kerja
1 ABDUL HADI SD N 03 SINTANG
2 ABDURRAUF HARIS SD N 02 NANGA JETAK
3 AGNES SD N 12 JERORA
4 AGUSTINUS WAGINI SD PANCA SETYA 2 SINTANG 5 ALOYSIUS TARNO SD N 03 SEBUNGKANG
6 ANASTASIA SARIKA SD N 26 SINTANG 7 ANASTASIA SUSANTI SD N 07 SINTANG 8 ANDREAS ATJUI SD N 05 AIR NYURUK
9 ASNAH SD N 18 LADANG
10 DAHYANA SD N 18 LADANG
11 ASPAH SD N 01 SINTANG
12 ASPAR BACONG SD N 01 SUNGAI UKOI 13 BASUNI SYAKH SD N 15 KAPUAS KIRI HULU
14 BUDIONO SD N 06 SINTANG
15 DOMINIKUS EGE SD N 02 NAGA SERAWAI
16 FAKHRUDIN SD N 13 SEI KAWAT
No Nama Unit Kerja
19 HANAFI SD N 27 SINTANG
20 HELENA SD N 21 TELUK MENYURAI
21 HENRY LIPANI SD N 04 SIRANG SETAMBANG 22 HIRONIMUS WAGA SD TAPANG ACEH
23 HJ. MARGAWATI SD N 18 LADANG 24 HJ. MAS ARDIANI SD N 05 SINTANG 25 HJ.MAS NURHAYATI SD N 08 SINTANG 26 HJ. RUSIANI SD N 05 SINTANG 27 IMANUEL SAMENEL SD N 02 MERPAK 28 JOHAR SUDIBYO SD N 20 SINTANG
29 JUWARI SD N 02 MENSIKU
30 KARTINI SD N 05 SINTANG
31 KASIRAN HERI KUSUMO SD N 22 SP 5 SKPH MANIS 32 KUSTIYARNI SD N 09 SINTANG
33 MARGARETHA SD N 08 SINTANG 34 MARIA MAGDALENA SD N 01 SINTANG
35 MARIA MAGDALENA SD N 03 NANGA SERAWAI 36 MARTHIN SANTI SD N 06 SINTANG
37 MARTINA BUYATI SD N 23 MENYUMBUNG
38 MARYAM SD N 03 SINTANG
39 MASRI M SD N 02 SINTANG
40 MUHD NOER SD N 12 JERORA
41 MULKANI SD N 01 KENUKUT
42 MULYANI SD N 04 NANGA MERAKAI
43 NUNUI SD N 08 SINTANG
44 NURALI MADANI SD N 13 TEMPUNAK
45 PRANTIYO SD N 21 SP IV SKPH MANIS RAYA 46 R.K. MARIATI SD N 17 BANING SUNGAI ANA
47 RAHELINA SD N 03 LEBAK UBAH
48 ROKHANI AM SD N 09 SINTANG
49 SAMILAH SD N 08 SINTANG
50 SAPUANI BADERUZAMAN SD N 22 SUNGAI RAMBAI
51 SATINAH SD N 26 SINTANG
52 SEMADIANA SD N 14 EMPACI
53 SEO SIMON SD N 14 MENGKURAI
54 SITI JAMAH SD N 01 SINTANG 55 SUARNI PONIMAN SD N 08 KENYAUK
56 SUHADIYO SD N 06 SPC KELANSAM
57 SULAIMAN SD N 24 TEMPUNAK
58 THERESIA KLIYEM MINARSIH SD N 01 SINTANG 59 Y. PRAWOTO HP SD N 01 SERAWAI
No Nama Unit Kerja
62 WANSADO SD N 01 SINTANG
63 YUDITHA LILIANA SD N 01 SINTANG
64 KANNE.T SD N 01 SINTANG
65 GUSNIATI AMA.S.Pd SD N 01 SINTANG 66 DWI RAHMAWATI SD N 01 SINTANG
67 MARSIYEM SD N 01 SINTANG
68 SITI KHADIJAH SD N 01 SINTANG
69 AHMAD SMP N 03 SINTANG
70 ALI USMAN SMP N 02 SINTANG
71 ASWIN DJAHAR SMP N 04 SINTANG
72 DAHYANA S SMP N 04 SINTANG
73 DAMIANA MAINE SMP N 02 SINTANG
74 DARSONO SMP N 03 SUNGAI TEBELIAN
75 DODO DJUWANDA SMP N 02 SUNGAI TEBELIAN 76 EMY RITA SOFIA SMP N 04 SINTANG
77 ISMAIL SMP N 01 TEMPUNAK
78 ITAH SMP PANCA SETYA 01 SINTANG
79 MARIYONO SMP N 02 SEPAUK
80 MOH. NATSIR SMP N 01 KETUNGAU HULU
81 PURWANI SMP N 02 SINTANG
82 RUKMANA SMP N 03 SUNGAI TEBELIAN
83 SALBIAH SMP N 01 SINTANG
84 SENIN SMP N 02 SEPAUK
85 SIMON KAPI SMP N 01 SINTANG
86 SRI UTARI SMP N 04 SINTANG
87 SUGENG SMP N 01 SUNGAI TEBELIAN
88 SYAFRIZAL SMP N 01 SINTANG
89 SYAHRIL SMP N 01 KETUNGAU HILIR
90 SYAMSUDHARMI SMP N 02 SINTANG
91 T. SUPIO BUSEN SMP PANCA SETYA 01 SINTANG 92 HENDRIKUS PASO SMP N 06 SINTANG
93 HAMIDA S.Pd SMP N 06 SINTANG 94 IDA HARTATI,S.Pd SMP N 06 SINTANG 95 ALOYSIUS JUNDENG,S.Pd SMP N 06 SINTANG 96 MAS SUPAWATI,S.Pd SMP N 06 SINTANG 97 DARIUS,S.Pd SMP N 06 SINTANG 98 MASRI,A.Ma.Pd SMP N 06 SINTANG 99 BARTHOLOMEUS KUA S.Pd SMP N 06 SINTANG 100 NURANI,S.Pd SMP N 06 SINTANG
101 ZUBAIDAH SMP N 06 SINTANG
No Nama Unit Kerja 105 SUTINAH,S.Pd SMP N 06 SINTANG
106 AGUSTINA SMA SINAR KASIH SINTANG
107 DAHRIES SMA N 01 KELAM PERMAI
108 YADI HANANTO SMA N 01 KELAM PERMAI
109 AHMAD SMA N 02 SINTANG
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel Usia Guru
Usia guru yang dimaksud adalah dimana usia guru muda yang
berumur 25 tahun keatas sampai 50 tahun keatas. Tapi disini lebih
menekankan guru yang berusia 50 tahun keatas, karna telah memperoleh
sertifikasi. Dimana usia guru di atas 50 tahun akan dipermudah untuk
mendapatkan sertifikasi, pengabdian yang cukup lama, berpengalaman
mengajar lebih dari 20 tahun dihargai setara dengan S-1 dan dapat
mengajukan sertifikasi keguruannya.
Tabel 3.2 Kode Usia
Usia Kode 45-50
50-55 55-60
1 2 3
2. Variabel Golongan Guru
Golongan guru adalah golongan dimana setiap guru mendapatkan
berapa besar gaji yang mereka peroleh dan golongan itu didapat oleh
berdasarkan pada ijasah pendidikan formal terakhir guru. Pemberian
golongan dalam variabel ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kode golongan
Golongan Kode III/c
III/d IV/a
1 2 3
3. Variabel Jenis Kelamin
Jenis kelamin digolongkan menjadi dua yaitu pria dan wanita.
Penggolongan ini berdasarkan pendapat umum bahwa pria dan wanita
mempunyai pola perkembangan fisiologis dan psikologis yang berbeda.
Perbedaan ini menyebabkan perbedaan perhatian, kesanggupan dan
pandangan.
Untuk kepentingan tabulasi dan deskripsi data diberi pengkodean sebagai
berikut:
Tabel 3.4 Kode Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Kode Pria
Wanita
1 2
4. Variabel Kualitas Pembelajaran Guru
Sertifikasi merupakan sarana atau instrument untuk mencapai suatu
tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Perlu ada kesadaran dan pemahaman dari
pembelajaran guru, kesadaran dan pemahaman ini akan melahirkan
aktivitas yang benar bahwa apapun yang dilakukan adalah untuk mencapai
kualitas pembelajaran. Kalau seorang guru kembali masuk kampus untuk
meningkatkan kualitasnya, maka belajar kembali ini bertujuan untuk
mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Guru
mengikuti sertifikasi,tujuan utama bukan untuk mendapatkan tunjangan
profesi, melainkan untuk dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan
telah memiliki kompetensi sebagaimana diisyaratkan dalam standar
kompetensi guru. Dengan menyadari hal ini maka guru tidak akan mencari
jalan guna memperoleh sertifikasi profesi kecuali mempersiapkan diri
dengan belajar yang benar untuk menghadapi sertifikasi. Berdasarkan hal
tersebut, maka sertifikasi akan membawa dampak positif, yaitu
meningkatnya kualitas pembelajaran guru. Sertifikasi guru bertujuan untuk
(1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (2)
meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, (3) meningkatkan
martabat guru, (4) meningkatkan profesionalitas guru, (5) meningkatkan
kesejahteraan guru ( Fasli Jalal, 2007 : 3 ).
Pelaksanaan sertifikasi bagi guru ini dilakukan melalui uji kompetensi
untuk memperoleh sertifikat pendidik dalam bentuk penilaian portofolio.
Kompetensi penilaian portofolio mencakup : (1) kualifikasi akademik, (2)
pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan
prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan
dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan
dan sosial, dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Sertifikasi guru mencangkup 4 dimensi, yaitu kompetensi bidang
pedagogik, bidang kepribadian, sosial dan profesional.
Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel kualitas
[image:58.612.98.516.232.705.2]pembelajaran guru yang sudah sertifikasi.
Tabel 3.5
Operasional Variabel Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah Sertifikasi
Dimensi Indikator No. Pernyataan
positif negatif Kompetensi
Bidang Pendagogik
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2. Menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampun. 4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk 5 1, 11 10, 12 28,35,43,44
3, 37, 40
Dimensi Indikator No. Pernyataan positif negatif kepentingan pembelajaran. 6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengakualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. 7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.. 8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajaran. 9. Memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 8, 41 14 15
16, 29, 38
Kompetensi Bidang Kepribadian
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. 2. Menampilkan diri
sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. 3. Menampilkan diri
18
19
Dimensi Indikator No. Pernyataan positif negatif sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. 4. Menunjukkan etos
kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. 5. Menjunjung tinggi
kode etik profesi guru.
21, 36, 42
22
Kompetensi Bidang Sosial
1. Bersifat inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. 3. Beradaptasi di
Dimensi Indikator No. Pernyataan
positif negatif dengan komunitas
profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Kompetensi
Bidang Profesional
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu. 3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 4. Mengembangkan keprofesional secara berkelanjut dengan melakukan tindakan reflektif. 2 9
13, 17, 31
28, 4, 27, 33, 34
30, 39
Variabel kualitas pembelajaran guru diukur dengan menggunakan
skala sikap dari likert yaitu suatu cara yang sistematis untuk memberi skor
dalam suatu kuesioner yang telah dibagikan. Ada dua kategori pernyataan
yang digunakan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Dalam
Tabel 3.6 Skala Pengukuran
Jawaban
Pernyataan Positif (skor)
Pernyataan Negatif
(skor)
Sangat setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak setuju (TS) 2 3
Sangat tidak setuju (STS)
1 4
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyatan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 1999:135). Kuesioner ini
digunakan untuk mengumpulkan data tentang usia guru, golongan guru
dan jenis kelamin guru dan kualitas pembelajaran guru.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
1. Pengujian Validitas kuesioner
Suatu alat ukur dikatakan valid atau sahih apabila suatu alat
pengukur tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan tepat dan
diteliti. Pengujian kevalidan alat ukur dapat menggunakan metode analisis
butir dengan menguji apakah item telah mengungkapkan faktor atau
indikator yang ingin diselidiki. Suharsimi (1991) menyatakan perhitungan
rxy=
( )( )
( )
{
∑
∑
−∑
}
∑
{
∑
∑
−( )
∑
}
−
2 2
2 2
y y
N x x
N
y x xy N
Keterangan :
rxy= korelasi skor item dengan skor total N = jumlah subyek
X = skor item
Y = skor total
Uji validitas adalah uji tentang kemampuan suatu angket,
sehingga benar-benar dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sebuah
instrumen valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi
rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul
tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Besarnya nilai koefisien r dapat dihitung dengan menggunakan
korelasi dengan taraf signifikansi 5%. Jika rhitung lebih besar dari pada r
tabel, maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Jika sebaliknya, butir
soal tersebut tidak valid.
Uji Validitas dilakukan terhadap 109 responden. Uji validitas
dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel kualitas pembelajaran
guru yang sudah sertifikasi. Selanjutnya uji validitas ini dilakukan pada
empat puluh empat (44) butir pertanyaan variabel kualitas pembelajaran
guru yang sudah sertifikasi. Hasil pengujian validitas terhadap 44 item
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Untuk Kualitas Pembelajaran Guru Yang Sudah Sertifikasi
Butir n0 Nilai r tabel Nilai r hitung Status
Butir n0 Nilai r tabel Nilai r hitung Status
39 0,374 0,755 Valid 40 0,374 0,712 Valid 41 0,374 0,725 Valid 42 0,374 0,711 Valid 43 0,374 0,696 Valid 44 0,374 0,717 Valid
Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada kualitas
pembelajaran guru yang sudah sertifikasi menunjukkan bahwa ke empat
puluh empat butir pertanyaan adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini