• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN

OLEH

M.ADRIANSYAH FAUZAN 140501017

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi saya yang berjudul “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengangguran Di Kota Medan “ adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua Sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh pihak Universitas Sumatera Utara.

Medan, September 2018 Penulis

Mhd. Adriansyah Fauzan NIM : 140501017

(5)

KOTA MEDAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengangguran di Kota Medan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh langsung dari Badan Pusat Statistik dan dinas atau instansi terkait.

Analisis yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif dengan model analisis linier berganda. Variabel yang digunakan adalah Pengangguran, Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Upah dan Indeks Pembangunan Manusia. Dalam penelitian ini menggunakan Eviews 8.1 sebagai alat estimasi.

Hasil regresi menunjukkan bahwa Angkatan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran. Tingkat Upah berpengaruh negative dan signifikan terhadap pengangguran. Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengangguran. Kemudian adanya hubungan antara Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Upah dan Indeks Pembangunan Manusia dengan Pengangguran sebesar 57,2 % dan 42,8 % lainnya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disebutkan dalam model ini.

Kata Kunci : Pengangguran, Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Upah, Indeks Pembangunan Manusia.

(6)

The purpose of this study was to determine unemployment in the Medan City . This study uses secondary data obtained directly from Badan Pusat Stastik (BPS) and the department or agency concerned.

The analysis used descriptive quantitative analysis of multiple linear models . Variables used is Unemployment, Labour Force, Economic Growth, Wage Rate and Human Development Index. In this study using Eviews 8.1 as an estimation tool.

The regression showed that the Labour Force is significant positive effect on the Unemployment, Economic Growth is significantly positive effect on the Unemployment, Wage Rate is significantly negative effect on the Unemployment, and Human Development Index is not significantly positive effect on the Unemployment. Then the relationship between the Labour Force, Economic Growth, Wage Rate, Human Development Index with Unemployment of 57,2 % and 42,8 % is explained by other factors not mentioned in this model.

Keywords: Unemployment, Labour Force, Economic Growth, Wage Rate, Human Development Index

(7)

telah memberi rahmat, berkat, kesehatan dan kemudahan sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengangguran di Kota Medan” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Strata Satu (S1) Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini saya (penulis) persembahkan untuk kedua orangtua yang sangat penulis sayangi, Ayahanda Ahmad Priadi dan Ibunda Yuslinar Pane SH yang telah senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dukungan, motivasi, kerja keras, pengorbanan dan semangat selama ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si. selaku Dosen Pembimbing saya yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan masukan dan saran yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak Walad Altsani HR, SE, M.Ec. selaku Dosen Pembanding I saya memberikan petunjuk, saran, dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Wahyu Sugeng Imam Soparno, SE, M.Si. selaku Dosen Pembanding II saya yang telah memberikan petunjuk, saran, dan kritikan dalam

(8)

telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis

7. Kepada Kakak saya Anindita Priandini Amd yang telah memberikan doa, bantuan, dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

8. Kepada Muhammad Imam Azhari SE, Dwi Rahmah Namira, Dian Dwi Andika, Fariz Rionaldi, Syahril Saprizal, Eko Pratama Munthe, Fuad Rizaldi Nasution, GGC, dan EP 2014, dan semua pihak yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah mendukung dan membantu serta memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas budi dan pengorbanan yang diberikan.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis.

Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak yang dapat membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan peneliti selanjutnya.

Medan,

Penulis

Mhd. Adriansyah Fauzan

NIM: 140501017

(9)

Halaman ABSTRAK……….

ABSTRACT………..

KATA PENGANTAR………..

i ii iii

DAFTAR ISI………. v

DAFTAR TABEL……… vii

DAFTAR GAMBAR……… DAFTAR LAMPIRAN……… viii ix BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Perumusan Masalah……….. 11

1.3 Tujuan Penelitian……….. 12

1.4 Manfaat Penelitian……… 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….. 14

2.1 Pengertian Pengangguran………. 13

2.1.1 Teori pengangguran………. 13

2.1.2 Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya………. 14

2.1.3 Pengaruh Pengangguran ………. 16

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran. 17 2.3 Penelitian Terdahulu………. 28

2.4 Kerangka Konseptual……….. 31

2.5 Hipotesis……….. 31

BAB III METODE PENELITIAN……… 34

3.1 Ruang Lingkup Penelitian……….. 33

3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian……….. 33

3.3 Definisi Operasional……….. 33

3.4 Metode Analisis Data……… 34

3.4.1 Uji Asumsi Klasik……….. 34

3.4.2 Uji Akar Unit ( Unit Root Test)……….. 36

3.4.3 Regresi Linier Berganda……….. 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………. 40

4.1 Gambaran Umum Kota Medan……….. 38

4.1.1 Kondisi Geografis……... 38

4.1.2 Wilayah Administratif………... 39

(10)

4.2.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

Kota Medan……… 41

4.2.4 Perkembangan Tingkat Upah Kota Medan……… 42

4.2.5 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kota Medan……… 43

4.3 Analisis Hasil Penelitian……… 44

4.3.1 Uji Asumsi Klasik……….. 44

4.3.2 Uji Stationer……… 47

4.3.3 Uji Regresi Linier Berganda ……… 48

4.4 Pembahasan……… 54

4.4.1 Pengaruh Angkatan Kerja terhadap Pengangguran……… 54

4.4.2 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengangguran ………. 55

4.4.3 Pengaruh Tingkat Upah terhadap Pengangguran ……… 55

4.4.4 Pengaruh IPM terhadap Pengangguran…. 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 61

5.1 Kesimpulan………. 57

5.2 Saran……… 58

DAFTAR PUSTAKA……….. 59 LAMPIRAN

63 63

(11)

Nomor Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu……… 28

4.1 Hasil Uji Multikolinieritas……….. 45

4.2 Hasil Uji Autokorelasi……… 46

4.3 Uji Heteroskesdastisitas……… 47

4.4 Hasil Uji Derajat Integrasi (First Difference)... 47

4.5 Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran di Kota Medan……… 49

4.6 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi………. 50

4.7 Hasil Pengujian Signifikansi Parsial (Uji-t)………….. 50

4.8 Hasil Pengujian Signifikansi Simultan (Uji-F)……….. 53

(12)

Nomor Judul Halaman

1.1 Tingkat Pengangguran Di Indonesia.... 2

1.2 Tingkat Pengangguran Di Kota

Medan……….. 3

1.3 Angkatan Kerja Di Kota Medan…… 4

1.4 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Di Kota

Medan……… 6

1.5 Upah Minimum Di Kota Medan……. 10

1.6 Indeks Pembangunan Manusia……… 11

2.1 Kerangka Konseptual………. 31

4.1 Pengangguran di Kota Medan……… 40

4.2 Angkatan Kerja di Kota Medan…… 41

4.3 Pertumbuhan Ekonomi di Kota

Medan……….. 42

4.4 Tingkat Upah di Kota Medan………. 43

4.5 Indeks Pembangunan Manusia di Kota

Medan………. 44

4.6 Hasil Uji Normalitas………. 45

(13)

1 Data Pengangguran Di Kota Medan Tahun 1997 - 2016 2 Data Angkatan Kerja Di Kota Medan Tahun 1997 -

2016

3 Data Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan Tahun 1997 - 2016

4 Data Tingkat Upah Di Kota Medan Tahun 1997 - 2016 5 Data Indeks Pembangunan Manusia Di Kota Medan

Tahun 1997 - 2016

6 Hasil Uji Normalitas 7 Hasil Uji Multikolinieritas 8 Hasil Uji Autokorelasi

9 Hasil Uji Heteroskesdastisitas

10 Hasil Uji Derajat Integrasi (First Difference) 11 Hasil Regresi Linier Berganda

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang dimana salah satu masalah yang selalu dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah semakin tingginya angka pengangguran dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan pertambahan tenaga kerja yang terus bertambah namun tanpa diikuti dengan peningkatan lapangan pekerjaan yang tersedia,besarnya angka pengangguran di Indonesia dan Kota-kota yang ada didalamnya menjadi hal yang penting dalam pengukur keberhasilan pembangunan ekonomi. Masalah ini sudah selayaknya mendapatkan perhatian yang serius, karena masalah pengangguran mampu berdampak pada merosotnya daya beli masyarakat dan menurunnya produktivitas masyarakat. Selain itu, meningkatnya angka pengangguran juga akan berdampak pada aspek sosial seperti tingginya angka kriminalitas dan meningkatnya angka kemiskinan.

Pengangguran merupakan masalah ekonomi makro yang berpengaruh langsung bagi standart kehidupan masyarakat baik di negara maju maupun negara berkembang yang menjadi bagian penting dalam pembangunan ekonomi yang ditandai dengan volume pertumbuhan ekonomi suatu negara yang sampai saat ini belum bisa diatasi oleh pemerintah nasional pada umumnya dan pemerintah daerah pada khususnya. Berikut dapat dilihat tingkat pengangguran di Indonesia :

(15)

Sumber : Badan Pusat Statistik

Gambar 1.1

Tingkat Pengangguran Di Indonesia (persen)

Berdasarkan Gambar 1.1 di atas Menurut data Badan Pusat Statistik Pengangguran di Indonesia mengalami penurunan di tahun 2012 sebesar 6,14%

yang pada awalnya sebesar 6,56% pada tahun 2011. Selanjutnya untuk tahun 2013 pengangguran di Indonesia meningkat menjadi 6,25% dan tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 5,94%. Di tahun 2015 mengalami peningkatan kembali menjadi 6,18% dan pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 5,16%.

Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia yang masih banyak terdapat penduduk miskin dan tingginya angka pengangguran yang disebabkan antara lain tidak sebandingnya jumlah angkatan kerja dengan ketersediaan lapangan kerja, penurunan pertumbuhan ekonomi, tingkat upah, masih rendahnya kompetensi/kualitas tenaga kerja. Akibatnya angkatan kerja yang begitu besar di

(16)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan Gambar 1.2

Tingkat Pengangguran Di Kota Medan (persen)

Berdasarkan Gambar 1.2 di atas Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Medan, Pengangguran di Kota Medan mengalami penurunan di tahun 2012 sebesar 9,01% yang pada awalnya sebesar 9,97% pada tahun 2011. Selanjutnya untuk tahun 2013 pengangguran di Kota Medan meningkat menjadi 10,01% dan tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 9,48%. Di tahun 2015 mengalami peningkatan kembali menjadi 11,00% dan pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 10,43%.

Eddy Nugroho (2014) dalam penelitian yang berjudul “ Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran Di Indonesia Periode 1998-2014 “ menyimpulkan bahwa jumlah penduduk berhubungan dengan tingkat pengangguran. Jumlah penduduk yang setiap tahun semakin bertambah serta diikuti dengan jumlah angkatan kerja yang tinggi, namun tidak diikuti dengan penyediaan lapangan kerja yang memadai.

(17)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan Gambar 1.3

Angkatan Kerja Di Kota Medan

Berdasarkan Gambar 1.3 di atas Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Medan angkatan kerja di Kota Medan semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Hal ini akan menyebabkan naiknya angka pengangguran apabila tidak tersedianya lapangan pekerjaan di Kota Medan.

Dengan meningkatnya jumlah pengangguran berimplikasi terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau suatu daerah (Farid,2010).

Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian dalam meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan penduduk dalam suatu periode tertentu. Penurunan

(18)

yang kemudian diikuti dengan meningkatnya pengangguran. Oleh karena itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu upaya untuk mengatasi pengangguran. Namun dari satu sisi, argument lain mengemukakan bahwa angka pengangguran tidak selalu berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi karena dalam realitanya pada saat kondisi pertumbuhan relative tinggi, tingkat pengangguran juga masih cukup besar. Proses pembangunan suatu bangsa tidak dapat dipandang secara terbatas pada pertumbuhan ekonomi, namun juga harus memuat proses pembangunan manusia (Harmadi, 2007). Angka pengangguran semata-mata merupakan cerminan dari perubahan demografis dan bukan perubahan perekonomian (Ananta, 1991).

Hussain,dkk (2010) dalam penelitian yang berjudul “ A Coherent Relationship between Economic Growth and Unemployment “ menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan tingkat pengangguran. Setiap adanya peningkatan terhadap persentase pertumbuhan ekonomi diharapkan akan menyerap tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat ini berorientasi pada padat modal, dimana kegiatan produksi untuk memacu output dan menghasilkan pendapatan yang meningkat lebih diutamakan ketimbang pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada padat karya.

(19)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan Gambar 1.4

Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan

Berdasarkan Gambar 1.4 di atas Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Medan Pertumbuhan Ekonomi mengalami penurunan di tahun 2012 sebesar 7,66%yang pada awalnya sebesar 7,79% pada tahun 2011. Selanjutnya untuk tahun 2013 pertumbuhan ekonomi di Kota Medan mengalami penurunan menjadi 5,36% dan tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi 6,07%. Di tahun 2015 mengalami penurunan kembali menjadi 5,74% dan pada tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi 6,27%.

Pembangunan ekonomi adalah sebuah proses multidimensi yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap manusia dan kelembagaan nasional, seperti halnya percepatan pertumbuhan ekonomi, pengangguran, ketidakmerataan dan pemberantasan kemiskinan mutlak (Todaro, 1988 dalam Farid Alghofari, 2010). Bagaimana pembangunan itu dikatakan akan berhasil jika mampu memberikan kesejahteraan pada masyarakat secara massal. Pengangguran

(20)

Pengangguran ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja yang terjadi sebagai akibat dari tingginya tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan penyerapan tenaga kerja yang disebabkan karena rendahnya pertumbuhan penciptaan lapangan kerja dan ketidakmampuan dari sumberdaya manusia itu sendiri.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah mampu bekerjasama dengan masyarakat dalam mengelola sumberdaya yang berpotensi yang ada di daerah tersebut dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan swasta untuk mampu menciptakan lapangan kerja baru. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.

Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Lincolin Asyad, 1999 dalam Liza Adytia Surya, 2011).

Kualitas sumberdaya manusia menaruh peran penting dalam proses dinamika pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Suatu kebijakan juga tidak akan berpengaruh apabila prosesnya tidak diimbangi dengan kualitas yang tersedia.

Masalah pengangguran di negara-negara berkembang jauh lebih rumit dan lebih serius jika dibandingkan dengan yang dihadapi di negara-negara maju.

Permasalahan terletak pada ketidakseimbangan diantara sumber-sumbe rekonomi yang dimiliki kebanyakan negara-negara berkembang. Disatu pihak negara-negara tersebut mempunyai jumlah penduduk yang sangat berlebihan.

(21)

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengangguran adalah upah. Upah merupakan suatu permasalahan yang cukup menarik karena sebagian besar dari pengangguran yang ada lebih memilih bekerja di sektor informal untuk memenuhi kebutuhan hidup (walaupun masih mencari pekerjaan yang lebih baik tingkat upahnya), dari pada dipaksakan bekerja di sektor formal dengan upah yang minim. Jadi bukan berarti lapangan pekerjaan tidak tersedia, tetapi informasi dari lapangan pekerjaan tersebut yang minim sehingga sulit untuk mencari pekerjaandengan upah yang sesuai walaupun sebenarnya pemahaman tentang upah yang sesuai adalah relatif dengan kebutuhan yang ada.

Menurut Undang-Undang (UU) No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian pekerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan (Badan Pusat Statistik).

Upah itu merupakan unsur terpenting yang berpengaruh terhadap kehidupan pekerja karena upah menjadi sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerja dan keluarganya baik berupa sandang, pangan, perumahan maupun kebutuhan lain. Seseorang akan menolak mendapatkan upah tersebut sehingga menyebabkan pengangguran. Jika upah yang ditetapkan padasuatu daerah terlalu rendah maka akan berakibat pada tingginya tingkat pengangguran yang terjadi pada daerah tersebut.

(22)

Kebijakan upah minimum merupakan sistem pengupahan yang telah banyak diterapkan di beberapa negara, yang pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi.

Pertama, upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi perusahaan untuk mempertahankan produktivitas pekerja. Dari pengertian di atas mengenai Upah dapat di simpulkan bahwa Upah merupakan faktor pendorong bagi penganggur untuk segera memperoleh pekerjaan. Karena dengan tingkat upah yang baik maka dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Pada pihak pengusaha, penetapan upah minimum yang tinggi akan menyebabkan tingkat pengangguran yang bertambah. Berikut dapat dilihat perkembangan tingkat upah di Kota Medan :

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan Gambar 1.5

Upah Minimum Di Kota Medan

(23)

Berdasarkan Gambar 1.5 di atas Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Medan Tingkat Upah mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di Kota Medan.

Dari penelitian Wisnu Adhi (2011) sebelumnya dapat diketahui bahwa indeks pembangunan manusia yang bertambah tiap tahunnya ternyata mengakibatkan pengangguran berkurang, karena kualitas sumber daya manusianya semakin membaik sehingga dapat bersaing di dunia kerja. Berikut dapat dilihat indeks pembangunan manusia di Kota Medan.

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan

Gambar 1.6

Indeks Pembangunan Manusia

Dari Gambar 1.6 di atas dapat dilihat bahwa indeks pembangunan manusia di Kota Medan pada klasifikasi upper-medium (antara 66 dan 79,99). Apabila

(24)

indeks pembangunan manusia di Kota Medan semakin membaik maka mengurangi angka pengangguran di Kota Medan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas tentang pengangguran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengangguran di Kota Medan ”.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan yang dihasilkan berdasarkan uraian latarbelakang masalah di atas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh angkatan kerja terhadap pengangguran di Kota Medan?

2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di Kota Medan?

3. Bagaimana pengaruh tingkat upah terhadap pengangguran di Kota Medan?

4. Bagaimana pengaruh IPM terhadap pengangguran di Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh angkatan kerja terhadap tingkat pengangguran di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat upah terhadap tingkat pengangguran di Kota Medan.

4. Untuk mengetahui pengaruh IPM terhadap tingkat pengangguran di Kota Medan.

(25)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai penjelasan atas faktor-faktor yang mempengaruhi pengangguran di Kota Medan.

2. Bagi pemerintah dan lembaga lainnya sebagai bahan masukkan dalam memecahkan masalah pengangguran di Kota Medan.

3. Sebagai sarana pembelajaran dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembaca.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengangguran

Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan masalah yang paling berat. Bagi kebanyakan orang, kehilangan pekerjaan berarti penurunan standart kehidupan dan tekanan psikologis. Jadi, tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan dalam perdebatan politik dan para politisi sering mengklaim bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan pekerjaan (Mankiw, 2006: 154).

2.1.1 Teori pengangguran 1. Teori Klasik

Menurut teori klasik permintaan tenaga kerja adalah merupakan fungsi dari upah rill. Menurut hukum semakin berkurangnya hasil (the law minishing return), produk marginal dari tenaga kerja akan berkurang dengan bertambahnya jumlah tenaga kerja yang di pekerjakan. Berdasarkan hukum ini, maka employment (tenaga kerja) hanya dapat bertambah apabila upah rill turun. Pada penawaran tenaga kerja juga tergantung pada upah rill. Tenaga kerja tidak akan bertambah makmur, bilamana upah dan harga naik 2 kali lipat.

Keseimbangan di pasar barang ditentukan upah rill, dimana penawaran tenaga kerja sama dengan permintaan tenaga kerja. Pengangguran terpaksa (involuntary unemployment), yaitu suatu kondisi dimana jumlah orang yang bersedia bekerja pada suatu tingkat upah rill yang sudah berlaku lebih besar dari jumlah tenaga kerja yang di pekerjakan sektor industri (pengusaha). Pengangguran terpaksa dapat dihilangkan dengan menurunkan upah rill melalui penurunan upah uang,

(27)

sama halnya dengan kelebihan penawaran pada setiap pasar dapat dihilangkan

dengan menurunkan tingkat harga.

2. Teori Keynes

Dalam hal ini pemahaman Keynes memiliki pandangan yang berbeda dari aliran klasik yang tertuang dalam kesimpulan sebagai berikut :

1. Keseimbangan employment dan tingkat pendapatan rill tidak hanya satu, tetapi bisa berbentuk beberapa keseimbangan.

2. Yang menentukan tingkat keseimbangan employment bukanlah persaingan dalam pasar perburuhan, tetapi tingkat pendapatan, dan tingkat pendapatan ini sendiri ditentukan oleh permintaan total barang dan jasa.

2.1.2 Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya

Menurut Sukirno (2006), pengangguran dapat digolongkan berdasarkan penyebabnya, yaitu :

1) Pengangguran Normal atau Friksional

Apabila dalam suatu ekonomi terdapat pengangguran sebanyak dua atau tiga persen dari jumlah tenaga kerja maka ekonomi itu sudah dipandang sebagai mencapai kesempatan kerja penuh. Pengangguran sebanyak dua atau tiga persen tersebut dinamakan pengangguran normal atau pengangguran friksional. Para penganggur ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak dapat memperoleh kerja,tetapi karena sedang mencari kerja lain yang lebih baik. Dalam proses mencari kerja baru ini untuk sementara para pekerja tersebut tergolong sebagai penganggur.

2) Penggangguran Siklikal

(28)

Perekonomian tidak selalu berkembang dengan teguh. Terkadang permintaan agregat menurun secara drastis. Hal ini berdampak kepada perusahaan yang akan mengurangi jumlah produksinya sehingga perusahaan mengurangi jumlah pekerjanya maka pengangguran akan bertambah.

3) Pengangguran Struktural

Pencari kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan itu. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang telah berkembang pesat. Makin tinggi dan rumitnya proses produksi atau teknologi produksi yang digunakan, menuntut persyaratan kerja yang semakin tinggi.

Dilihat dari sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi dari pada pengangguran friksional. Ada dua yang menjadi penyebab terjadinya pengangguran struktural yaitu sebagai akibat kemerosotan permintaan atau semakin canggihnya teknologi produksi dan kemungkinan perusahaan menaikkan produksi dan pada waktu yang sama mengurangi pekerja.

4) Pengangguran Teknologi

Pengangguran dapat pula ditimbulkan oleh adanya penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Penggunaan teknologi tersebut dapat mempercepat proses produksi dan mengurangi biaya produksi yang ditimbukan dari pembayaran upah bagi karyawan dibanding dengan menggunakan tenaga manusia.

(29)

2.1.3 Pengaruh Pengangguran

Pengangguran yang tinggi termasuk kedalam masalah ekonomi dan sosial.

Pengangguran merupakan masalah ekonomi karena hal tersebut menyia-nyiakan sumberdaya yang berharga. Pengangguran juga merupakan masalah sosial yang besar karena mengakibatkan penderitaan besar untuk pekerja yang menganggur yang harus berjuang dengan pendapatan yang berkurang. Jika pengangguran tinggi, keadaan ekonomi yang sulit meluap dan mempengaruhi emosi masyarakat dan kehidupan keluarga.

1. Dampak ekonomi

Ketika angka pengangguran meningkat, sebagai dampaknya ekonomi membuang barang dan jasa yang sebenarnya dapat diproduksi oleh pengangguran.

Kerugian ekonomi selama periode tingginya pengangguran adalah pembuangan terbesar yang didokumentasikan dalam perekonomian modern. Kerugian tersebut beberapa kali lebih besar dari perkiraan inefisiensi dari pembuangan mikroekonomi sehubungan dengan monopoli atau dari pembuangan yangdisebabkan oleh tarif bea cukai dan kuota. Kecilnya penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian akan menyebabkan siklus (konjungtur) perekonomian tidak berjalan sesuai yang diinginkan. Pada siklus ekonomi mengadakan ekspansi akan membutuhkan tenaga kerja yang besar, begitu juga pada saat perekonomian mengalami resesi penggunaan tenaga kerja akan mengalami penurunan. Setiap penurunan aktivitas perekonomian akan menimbulkan proses pemulihan kembali.

Berdasarkan kaidah Okun saat terjadi pengangguran yang tinggi menyertai jumlah

(30)

2. Dampak Sosial

Berapapun besarnya biaya ekonomi yang terbuang secara sia-sia sebagai akibat terjadinya pengangguran yang tinggi, jumlah ini mencakup seluruh penderitaan batin, sosial, juga psikologis yang timbul sebagai akibat pengangguran yang berkepanjangan. Karena pengangguran ini menyebabkan rusaknya kesehatan fisik, mental, dan ini akan menimbulkan kerawanan sosial yang akan dapat mengganggu proses produksi secara keseluruhan, kalau pengangguran yang tinggi ini berkepanjangan. Biaya ekonomi dari pengangguran jelas besar, namun tidak ada jumlah dolar yang dapat mengungkapkan secara tepat tentang korban psikologi dan manusia pada periode panjang. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan adalah direksi dengan gaji yang bagus, ahli serupa yang tak pernah mengira akan berhenti kerja. Bagi mereka, menjadi pengangguran merupakan guncangan yang berat.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran

Menurut Samuelson Nordhaus (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi pengangguran adalah sebagai berikut :

1. Angkatan Kerja

Lewis mengemukakan teorinya mengenai ketenagakerjaan, yaitu : kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan masalah. Kelebihan pekerja satu sektor akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan penyediaaan pekerja di sektor lain.

Selanjutnya Lewis mengemukakan bahwa ada dua sektor di dalam perekonomian negara sedang berkembang, yaitu sektor modern dan sektor tradisional. Sektor tradisional tidak hanya berupa sektor pertanian di pedesaan,

(31)

melainkan juga termasuk sektor informal di perkotaan (pedagang kaki lima, pengecer, pedagang angkringan). Sektor informal mampu menyerap kelebihan tenaga kerja yang ada selama berlangsungnya proses industrialisasi, sehingga disebut katub pengaman ketenagakerjaan. Dengan terserapnya kelebihan tenaga kerja disektor industri (sektor modern) oleh sektor informal, maka pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat. Peningkatan upah ini akan mengurangi perbedaan tingkat pendapatan antara pedesaan dan perkotaan, sehingga kelebihan penawaran pekerja tidak menimbulkan masalah pada pertumbuhan ekonomi.

Sebaliknya kelebihan pekerja justru merupakan modal untuk mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi perpindahan tenaga kerja dari sektor tradisional ke sektor modern berjalan lancar dan perpindahan tersebut tidak pernah menjadi terlalu banyak (Michael P.Todaro, 2004).

Kesempatan kerja di definisikan sebagai keadaan yang mencerminkan sampai berapa dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau dapat ikut serta secara aktif dalam suatu kegiatan perekonomian suatu negara. Atau dengan kata lain, kesempatan kerja merupakan orang yang bekerja dan telah mendapat pekerjaan.

Ahli-ahli ekonomi klasik mendefinisikan kesempatan kerja sebagai suatu keadaan dimana semua pekerja yang ingin bekerja pada suatu tingkat upah tertentu akan dengan mudah mendapat pekerjaan.

Menurut Para Ahli Ekonomi Klasik, untuk menentukan jumlah pekerja yang akan digunakan dalam kegiatan ekonomi, analisis mengenai pasaran tenaga kerja perlu dilakukan. Dalam konteks pasaran tenaga kerja, mekanisme pasar yang terjadi bersifat pasar persaingan sempurna. Ini berarti bahwa upah ditentukan oleh

(32)

keseimbangan diantara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Apabila keadaan ini tercapai, dalam analisis klasik, tingkat kesempatan kerja penuh telah tercapai.

Dalam analisis pasaran tenaga kerja secara makro, yang ingin dianalisis adalah permintaan dan penawaran tenaga kerja dalam perekonomian. Permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja dalam perekonomian adalah gabungan dari permintaan tenaga kerja oleh perusahaan dan gabungan penawaran oleh para pekerja. Dengan demikian kurva permintaan tenaga kerja dalam perekonomian dapat diwujudkan dengan menjumlahkan permintaan tenaga kerja oleh perusahaan-perusahaan. Begitu juga, kurva penawaran tenaga kerja dalam perekonomian dapat ditentukan dengan menjumlahkan kurva penawaran oleh para pekerja.

Tenaga kerja dibagi dalam dua kelompok yaitu: angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan.

Sedangkan bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan yakni: orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar, mahasiswa), mengurus rumah tangga serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan, penderita cacat yang independen).

Angkatan kerja dibedakan menjadi dua sub kelompok yaitu pekerja dan penganggur. Pekerja ialah orang-orang yang mempunyai pekerjaan mencakup orang yang mempunyai pekerjaan dan saat di sensus atau di survey memang

(33)

sedang bekerja. Serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja. Penganggur ialah orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan lengkapnya orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan. Penganggur semacam ini oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dinyatakan sebagai penganggur terbuka.

Hubungan Antara Angkatan Kerja Dengan Tingkat Pengangguran Dari penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang bertambah tiap tahunnya ternyata memiliki hubungan searah dengan jumlah pengangguran. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka akan menambahkan angkatan kerja dan akan mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran. Hal ini mengindikasikan hubungan positif dan kuat antara jumlah penduduk dan jumlah pengangguran. Kenaikan jumlah penduduk akan mengakibatkan lonjakan angkatan kerja. Akan tetapi terbatasnya dan sempitnya lapangan pekerjaan, para angkatan kerja tersebut tidak akan terserap sepenuhnya, bahkan tidak terserap dalam jumlah yang banyak. Akibatnya pengangguran pun meningkat, hal ini sejalan dengan pendapat kaum klasik yang mengaitkan antara pendapatn perkapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Teori ini menjelaskan apabila kekurangan penduduk, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada pendapatan perkapita. Akibatnya pertambahan penduduk akan menaikan pendapatan perkapita. Di sisi lain, apabila penduduk sudah terlalu banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, maka produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan.

Berdasarkan hal tersebut, pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi

(34)

semakin lambat pertumbuhannya, hal ini berdampak secara tidak langsung terhadap tingkat pengangguran.

2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi membahas gerakan perekonomian dalam jangka panjang yaitu aspek-aspek dinamis dari ekonomimakro. Kemampuan sebuah negara untuk menuntaskan kemiskinan, meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang negara tersebut. Kemampuan suatu bangsa untuk memberikan standart kehidupan yang membaik bagi rakyatnya tergantung pada rata-rata jangka panjang terutama pertumbuhan ekonominya. Dalam periode yang lama bahkan perbedaan yang sangat kecil dalam tingkat pertumbuhan ekonomi dapat diterjemahkan ke dalam perbedaan besar dalam pendapatan adro rata-rata orang atau pribadi.

Menurut Sadono Sukirno (2008) dalam Farid (2010), pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dengan demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai perlu dihitung pendapatan nasional rill menurut harga tetap yaitu pada harga-harga yang berlaku ditahun dasar yang dipilih. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian.

Menurut dinamika pertumbuhan Solow, pertumbuhan dirancang untuk menunjukan bagaimana pertumbuhan dalam persedian modal, pertumbuhan dalam angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian dan bagaimana pengaruhnya terhadap output total barang dan jasa suatu negara.

Meskipun akunting pertumbuhan memberikan informasi yang berguna mengenai

(35)

sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, namun dia tidak sepenuhnya bisa menjelaskan kinerja pertumbuhan suatu negara. Karena akunting pertumbuhan input perekonomian di negara itu sebagaimana adanya dia tidak dapat menjelaskan mengapa modal dan tenaga kerja meningkat seperti itu. Pertumbuhan persediaan modal terutama merupakan penyebab banyaknya keputusan tabungan dan investasi pada rumah tangga-rumah tangga dan perusahaan-perusahaan.

Dengan menggunakan pertumbuhan persediaan modal sebagaimama adanya, metode akunting pertumbuhan berati menghilangkan bagian penting cerita pertumbuhan ekonomi tersebut.

Robert Solow sebagai paham Neo Klasik berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan penduduk dapat berdampak positif dan dapat berdampak negatif. Oleh karenanya, menurut Robert Solow pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif.

Penjelasan dari perubahan produktivitas Solow mempunyai dua prinsip penting yaitu :

Pertama, beberapa ahli teori pertumbuhan baru telah memfokuskan pada bagian dari kapital manusia, seperti yang dinamakan ahli ekonomi untuk pengetahuan, keterampilan, dan melatih individu. Hubungan antara capital manusia dan pertumbuhan mengalir dalam dua jalan, pada satu sisi, ketika perekonomian menjadi lebih kaya mereka menjadi lebih condong untuk “invest kepada masyarakat” melalui nutrisi yang berkembang, sekolah, dan on-the-job

(36)

training. Disisi lain tenaga kerja trampil yang lebih sehat dan lebih produktif yang mengarah kepada standart kehidupan yang berkembang.

Kedua, dari teori pertumbuhan baru menekankan kepentingan dari inovasi

teknologi oleh perusahaan-perusahaan pribadi sebagai sebuah sumber dari menurut Sadono Sukirno (1994) dalam Farid (2010) antara lain :

1) Tanah dan Kekayaan lainnya

2) Jumlah, Mutu Penduduk dan Tenaga Kerja 3) Barang-barang modal dan Tingkat Teknologi 4) Sistem sosial dan sikap masyarakat

Menurut Rostow pembangunan ekonomi atau transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan proses yang berdimensi banyak. Rostow berkeyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercipta sebagai akibat dari timbulnya perubahan yang fundamental bukan hanya dari corak ekonomi tetapi mencakup juga dari kehidupan sosial politik dalam suatu masyarakat dan negara.

Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Tingkat Pengangguran

Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan tingkat pengangguran. Setiap adanya peningkatan terhadap persentase pertumbuhan ekonomi diharapkan akan menyerap tenaga kerja. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu menunjukan hasil yang berbeda, hubungan pertumbuhan ekonomi dan pengangguran bersifat positif dan negatif. Pertumbuhan ekonomi yang bersifat positif dikarenakan pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi oleh peningkatan kapasitas produksi, sehingga pengangguran tetap meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi.

(37)

Pertumbuhan ekonomi yang meningkat ini berorientasi pada padat modal, dimana kegiatan produksi untuk memacu output dan menghasilkan pendapatan yang meningkat lebih diutamakan ketimbang pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada padat karya. Penelitian lain yang menyatakan hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi yang meningkat memberikan peluang besar baru ataupun memberikan kesempatan kerja dan berorientasi pada padat karya, sehingga pertumbuhan mengurangi jumlah pengangguran. Berbagai negara tidak selalu dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan perkembangan kemampuan memproduksi yang dimiliki oleh faktor-faktor produksi yang semakin meningkat.

Di banyak negara kerap kali didapati keadaan di mana pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya adalah jauh lebih rendah dari potensi pertumbuhan yang dapat dicapai. Hal ini adakalanya menyebabkan jumlah dan tingkat pengangguran menjadi semakin meningkat. Besarnya tingkat pengangguran disuatu wilayah atau negara tertentu akan sangat tergantung pada faktor sosial ekonomi dari wilayah atau negara tersebut, faktor-faktor tersebut antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk dan tingkat kesempatan kerja. Menurut pendekatan Gainful Worker beranggapan bahwa dalam perekonomian suatu wilayah atau daerah, tingkat keberhasilan yang dicapai dapat diukur melalui luasnya kesempatan kerja yang dapat diciptakan atau dapat dihitung dari jumlah orang yang berhasil mendapatkan pekerjaan. Pendekatan ini didasarkan pada kegiatan yang bisa dilakukan dalam kurun waktu yang relatif panjang (misal 6 bulan atau 12 bulan) oleh seseorang dan yang memberikan pendapatan kepadanya.

(38)

Menurut Permen No.1 Tahun 1999 Pasal 1 ayat 1, Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.

Upah ini berlaku bagi mereka yang lajang dan memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun, berfungsi sebagai jaring pengaman, ditetapkan melalui Keputusan Gubernur berdasarkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan dan berlaku selama 1 tahun berjalan (Badan Pusat Statistik).

Sedangkan Upah Minimum Propinsi (UMP) adalah Upah Minimum yang berlaku untuk seluruh Kabupaten/Kota di satu Provinsi. Upah minimum ini di tetapkan setiap satu tahun sekali oleh Gubernur berdasarkan rekomendasi Komisi Penelitian Pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah (sekarang Dewan Pengupahan Provinsi). Penetapan upah minimum propinsi selambat-lambatnya 60 hari sebelum tanggal berlakunya upah minimum, yaitu tanggal 1 Januari. Dasar hukum penetapan UMP adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum. UMP ditetapkan oleh gubernur dengan memperhatikan rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi (Badan Pusat Statistik).

UMP ditetapkan dan diumumkan oleh gubernur secara serentak setiap tanggal 1 november. Selain UMP, gubernur dapat menetapkan UMK atasrekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi dan rekomendasi bupati/walikota.

UMK ditetapkan dan diumumkan oleh gubernur selambat-lambatnya tanggal 21 November setelah penetapan UMP dengan jumlah yang lebih besar dari UMP.

Upah Minimum yang telah ditetapkan, berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya dan ditinjau kembali setiap tahun.

(39)

Hubungan antara Tingkat Upah dengan Tingkat Pengangguran

Menurut Philips seorang ekonom London, hubungan tingkat upah dengan tingkat pengangguran berbanding negatif. Ketika upah naik, maka jumlah pengangguran turun. Dan ketika upah buruh turun/rendah, maka jumlah pengangguran naik jumlahnya. Kedua poin dalam makroekonomi ini menjadi pilihan yang begitu rumit. Menurut penelitian Anggun Sari (2013) terdapat pengaruh negatif signifikan terhadap pengangguran. Tingkat upah berhubungan dengan tingkat pengangguran. Setiap kenaikan tingkat upah diharapkan mengurangi tingkat pengangguran. Dengan tingkat upah yang lebih tinggi maka akan selalu terdapat antrian panjang para pencari kerja.

4. Indeks Pembangunan Manusia

Menurut Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup (Badrudin, 2012:154). Pembangunan manusia menurut UNDP adalah proses memperluas pilihan-pilihan penduduk (people’s choice).

Ada tiga pilihan yang menjadi perhatian, yaitu: Kesehatan, Pendidikan dan Standar hidup yang layak.

Lanjouw, dkk. (2001) menyatakan pembangunan manusia di Indonesia adalah identik dengan pengurangan kemiskinan. Empat hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pembangunan manusia adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995:12). Faktor yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi didalam masyarakat, yaitu: tidak adanya produktivitas.

Dengan adanya produktivitas maka terciptanya daya beli. Masyarakat miskin

(40)

murah dan kesehatan yang terjamin akan meningkatkan produktivitas dan menaikkan pendapatan masyarakat. Ini menjadi tugas aparatur pemerintah dalam investasi dalam pembangunan fasilitas umum, sektor pendidikan dan sektor kesehatan. Brata (2005) menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah, investasi dan distribusi pendapatan sebagai determinan-determinan pembangunan di Indonesia.

UNDP membagi klasifikasi tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi: low (IPM < 50), lower-medium (IPM antara 50 dan 65,99), upper- medium (IPM antara 66 dan 79,99) dan high (IPM > 80). Dengan adanya Indeks ini dapat diukur sejauhmana tingkat pembangunan manusia di suatu wilayah.

Hubungan antara Indeks Pembangunan Manusia dengan Tingkat Pengangguran

Todaro (2000) mengatakan bahwa pembangunan manusia merupakan tujuan pembangunan itu sendiri. Yang mana pembangunan manusia memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi modern untuk mengembangkan kapasitasnya agar tercipta kesempatan kerja untuk mengurangi jumlah pengangguran untuk melakukan pembangunan manusia yang berkelanjutan.

Dari penelitian Wisnu Adhi (2011) sebelumnya dapat diketahui bahwa indeks pembangunan manusia yang bertambah tiap tahunnya ternyata mengakibatkan pengangguran berkurang, karena kualitas sumber daya manusianya semakin membaik sehingga dapat bersaing di dunia kerja.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan bahan referensi dalam penelitian ini, yaitu:

(41)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama

Peneliti Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian Ronny

Pitartono dan Banatul

Hayati

2012 Analisis Tingkat Pengangguran Di Jawa Tengah

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan studi yang diterapkan adalah metode analisis statistik deskriptif dan analisis korelasi yang diolah dengan menggunakan SPSS.

Dengan kesimpulan bahwa jumlah penduduk menunjukan adanya hubungan positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran, tingkat inflasi menunjukan adanya hubungan negatif dan tidak signifikan dengan tingkat pengangguran, dan tingkat upah menunjukan hubungan positif terhadap tingkat pengangguran.

Yeny Dharmayanti

2011 Analisis Pengaruh PDRB Upah Dan Inflasi Terhadap Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Tengah

Penelitian ini menganalisis nilai PDRB, upah dan inflasi secara individu terhadap tingkat pengangguran terbuka. Dimana pada penelitian ini menggunakan Metode Regresi Linear Berganda.

Dan hasil penelitian menunjukan pengaruh PDRB terhadap pengangguran memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap pengangguran. Sedangkan Tingkat upah memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pengangguran. Dan inflasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pengangguran.

Whisnu Adhi Putra

2011 Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten/Kota

Dalam penelitian ini Model regresi yang digunakan adalah Metode Analisis Regresi Linier Berganda (Ordinary Least Squares Regression Analysis) dengan menggunakan Data Panel dengan menggunakan pendekatan

(42)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan, PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan, dan pengangguran berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah.

Farid Alghofari

2007 Analisis Tingkat Pengangguran Di Indonesia

Penelitian ini menganalisis hubungan jumlah penduduk, tingkat inflasi, besaran upah, dan pertumbuhan ekonomi terhadap jumlah pengangguran di Indonesia dari tahun 1980-2007. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis kuantitatif dengan pendekatan statistik deskritif, yaitu mendeskrisikan data dan grafik yang teruji dan analisis korelasi untuk mengetahui besarnya tingkat hubungan antar variabel. Berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukan bahwa jumlah penduduk, besarnya upah, dan pertumbuhan ekonomi memiliki kecenderungan hubungan positif dan kuat terhadap jumlah pengangguran.

Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan jumlah penduduk dan angkatan kerja, besarnya upah, dan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan kenaikan jumlah pengangguran. Sedangkan tingkat inflasi hubungan positif dan lemah, dalam hal ini mengindikasikan tingkat inflasi tidak memiliki hubungan terhadap jumlah pengangguran.

Agustina Mustika CD

2010 Analisis Tingkat Pengangguran Dan Faktor-Faktor Yang

Menganalisis pengaruh upah, tingkat inflasi, PDRB, beban/tanggungan penduduk,

(43)

Mempengaruhinya Di Kota Semarang

kesempatan kerja terhadap tingkat pengangguran dan Menganalisis faktor yang paling kuat mempengaruhi tingkat pengangguran di Kota Semarang.

Dalam penelitian ini Model regresi yang digunakan adalah Metode Analisis Regresi Linier Berganda (Ordinary Least Squares Regression Analysis).

Berdasarkan hasil uji hipotesis dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara simultan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah dan tingkat inflasi secara signifikan mempengaruhi tingkat pengangguran di Kota Semarang.

Sumber : Data Olahan Penulis 2018 2.4 Kerangka Konseptual

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat diperoleh kerangka konseptual sebagai berikut :

Angkatan Kerja

Pertumbuhan Ekonomi

Upah

Pengangguran

IPM

(44)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara/kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang sebenarnya harus diuji secara empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian dibidang ini, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Angkatan kerja berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran di Kota Medan.

2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran di Kota Medan.

3. Upah berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran di Kota Medan.

4. Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran di Kota Medan

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memfokuskan mengenai pengangguran di Kota Medan. Di mana variabel bebasnya adalah angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi, tingkat upah, dan IPM. Sedangkan pengangguran sebagai variabel terikatnya.

3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka dan sumber datanya diperoleh melalui Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan dan data pendukung lainnya yang diperoleh dari jurnal, buku dan penelitian sebelumnya.

3.3 Definisi Operasional

Dalam menghindari salah penafsiran dalam memahami pembahasan dalam penelitian ini, maka diberikan definisi variabel-variabel sebagai berikut:

1. Pengangguran (Y) merupakan persentase angkatan kerja yang tidak melakukan kegiatan kerja, atau sedang mencari pekerjaan atau bekerja secara tidak optimal di Kota Medan dalam kurun waktu 1997-2016 yang dinyatakan dalam satuan persen.

2. Angkatan Kerja (X1) merupakan persentase kenaikan jumlah penduduk usia 15-64 tahun di Kota Medan dalam kurun waktu 1997-2016 yang dinyatakan dalam satuan persen.

3. Pertumbuhan Ekonomi (X2) merupakan persentase kenaikan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk di Kota Medan dalam kurun waktu

(46)

4. Tingkat Upah (X3) merupakan persentase kenaikan upah minimum yang berlaku di Kota Medan dalam kurun waktu 1997-2016 yang dinyatakan dalam satuan persen.

5. Indeks Pembangunan Manusia (X4) merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan keadaan standar kehidupan masyarakat di Kota Medan dalam kurun waktu 1997-2016 sebagai rata-rata sederhana dari tiga indikator yang menggambarkan kemampuan dasar manusia dalam memperluas pilihan- pilihan yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, serta pengeluaran perkapita masyarakat.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis hubungan antara variabel angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi, tingkat upah, IPM dengan pengangguran, maka Metode

analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Dalam kaitan dengan metode tersebut, maka pengujian terhadap prilaku data runtun waktu (time series) dan integrasinya dapat dipandang sebagai uji persyarat bagi digunakannya metode tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

3.4.1 Uji Asumsi Klasik

Model regresi linier berganda (multiple regression) dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi Kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat dicapai bila memenuhi Asumsi Klasik.

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinieritas,

(47)

autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Adapun masing-masing pengujian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005 : 111). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi normalitas data dilakukan dengan pengujian Jarque Bera.

Dalam uji ini, pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah:

a. Jika nilai signifikan > 0.05 maka distribusi normal, dan b. Jika nilai signifikan < 0.05 maka distribusi tidak normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear yang sempurna atau eksak diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi (Situmorang dan Lufti, 2012 : 133). Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari Tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batas Tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalah 5. Apabila Tolerance value < 0,1 atau VIF > 5 maka terjadi multikolinieritas. Tetapi jika Tolerance value > 0,1 atau VIF < 5 maka tidak terjadi multikolinearitas.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

(48)

problem autokorelasi (Ghozali, 2005 : 95). Untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi maka dapat dideteksi dengan uji Durbin-Watson. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :

a) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

b) Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, c) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

4. Uji Heteroskesdastisitas

Menurut Imam Ghozali (2005 : 105), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Konsekuensinya adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas juga dapat diketahui dengan melakukan uji Breusch-Pagan- Godfrey. Jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

3.4.2 Uji Akar Unit ( Unit Root Test)

Stasioner merupakan salah satu prasyarat penting dalam model ekonomertika untuk data runtut waktu (time series). Uji Akar Unit merupakan pengujian yang populer, dikembangkan oleh David Dickey Fuller maupun Phillips-Perron adalah untuk melihat stasioneritas data time series yang diteliti dengan program Eviews 8.1. Adapun formula dari Uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat dinyatakan sebagai berikut :

DUEt= αt + Yt-1 + ∑iDUEt-1+1 + t... (1)

(49)

Uji dilakukan dengan hipotesis null = 0 untuk ADF. Stasioner tidaknya data berdasarkan pada nilai statistik ADF yang diperoleh dari nilai t hitung koefisien dengan nilai kritis statistik dari Mackinnon. Jika nilai absolut dan jika sebaliknya maka data stasioner.

3.4.3 Regresi Linier Berganda

Metode yang dipilih dalam analisis data harus sesuai dengan pola penelitian dari variabel yang diteliti. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linear berganda yang dirumuskan sebagai berikut :

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e

dimana :

Y = Pengangguran α =Konstanta

β1, β2, β3, β4 = Koefisien X1, X2, X3, X4 X1 = Variabel angkatan kerja

X2 = Variabel

X4 = Variabel indeks pembangunan manusia e = Error term

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Medan

4.1.1 Kondisi Geografis

Kota Medan terletak antara 3o.27’ Lintang Utara dan 98o.35’-98o.44’ Bujur Timur dengan ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat, dan Timur.

Kota Medan mempunyai Iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun BMKG Wilayah I pada tahun 2015 yaitu 21,2oC dan suhu maksimum yaitu 35,1oC serta menurut Statiun Sampali suhu minimumnya yaitu 21,8oC dan suhu maksimumnya yaitu 24,3oC.

Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 81-82%, dan kecepatan angin rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 108,2 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2015 per bulan 14 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 141 mm.

Kota Medan merupakan salah satu dari 33 daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan Langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat, dan Timur.Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu sungai Babura dan Sungai Deli.

4.1.2 Wilayah Administratif

(51)

Kota Medan mempunyai luas mencapai 265,10 Km2. Wilayah Kota Medan terbagi menjadi 21 kecamatan yaitu: Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Marelan, dan Kecamatan Medan Belawan.

4.2 Perkembangan Ekonomi di Kota Medan

4.2.1 Perkembangan Pengangguran Kota Medan

Salah satu persoalan pokok pembangunan kota yang dihadapi adalah relatiftingginya tingkat pengangguran terbuka. Untuk menekan angka pengangguran, berbagai program ketenagakerjaan diarahkan pada perluasan kesempatan kerja di segala bidang. Bidang yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Kota Medan adalah sektor perdagangan, jasa dan industri.Perluasan kesempatan kerja diupayakan dapat membuka peluang bagi teciptanya lapangan kerja baru, khususnya di sektor jasa, sektor industri rumah tangga maupun industri kecil lainnya. Berikut dapat dilihat perkembangan pengangguran di Kota Medan:

(52)

Sumber :Badan Pusat Statistik Kota Medan Gambar 4.1

Pengangguran di Kota Medan

Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat dilihat perkembangan pengangguran di Kota Medan semakin meningkat dari tahun 1997 sampai 2003 dan tahun seterusnya pengangguran mengalami naik turun.Hal ini dikarenakan keadaan kondisi ekonomi di Kota Medan dan semakin banyaknya jumlah penduduk.

4.2.2Perkembangan Angkatan Kerja Kota Medan

Berikut dapat dilihat perkembangan angkatan kerja di Kota Medan:

(53)

Sumbe r :Badan Pusat Statistik Kota Medan

Gambar 4.2

Angkatan Kerja di Kota Medan

Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat dilihat perkembangan jumlah angkatan kerja di Kota Medan setiap tahunnya meningkat, hal ini dikarenakan laju pertumbuhan penduduk semakin meningkat. Apabila peningkatan angkatan kerja ini tidak dibarengi dengan jumlah ketersediaan lapangan pekerjaan maka tingkat pengangguran akan meningkat.

4.2.3Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan

PDRB merupakan salah satu cerminan dari tingkat kesejahteraan masyarakat suatu wilayah.Semakin besar nilai PDRB suatu wilayah maka, semakin tinggi tingkat kemajuan pembangunan di wilayah tersebut. Berikut dapat dilihat perkembangan laju pertumbuhan ekonomi di Kota Medan:

(54)

Sumbe r :Badan Pusat Statistik Kota Medan

Gambar 4.3

Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan

Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat dilihat perkembanganpertumbuhan ekonomi melalui perhitungan PDRB dengan tahun dasar 2010, diketahui laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan mengalami naik turun kecuali pada tahun 1998 disebabkan krisis ekonomi yang dialami Indonesia. Pada tahun 2016 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Kota Medan sebesar 6,26 persen, sedangkan tahun 2015 mencapai 5,74 persen.

4.2.4Perkembangan Tingkat Upah Kota Medan

Berikut dapat dilihat perkembangan tingkat upah di Kota Medan:

(55)

Sumbe r :Badan Pusat Statistik Kota Medan

Gambar 4.4

Tingkat Upah di Kota Medan

Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat dilihat perkembanganpertumbuhan tingkat upah pada tahun 1997 sangat tinggi, hal ini dikarenakan kondisi ekonomi pada tahun tersebut sedang tidak normal. Selain tahun 1997, pertumbuhan tingkat upah meningkat secara normal.

4.2.5Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kota Medan

Berikut dapat dilihat perkembangan indeks pembangunan manusia di Kota Medan:

(56)

Sumbe r :Badan Pusat Statistik Kota Medan

Gambar 4.5

Indeks Pembangunan Manusia di Kota Medan

Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat dilihat perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kota Medan berada pada level upper-medium yaitu antara 66-80. Hal ini menunjukkan kualitas sumberdaya manusia semakinmembaik sehingga dapat bersaing di dunia kerja.

4.3 Analisis Hasil Penelitian 4.3.1 Uji Asumsi Klasik

Adapun hasil uji penyimpangan asumsi klasik pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak.

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini peneliti melakukan diskusi dengan pengamat (observer) untuk mengetahui kekurangan maupun kelebihan yang terjadi selama tindakan. Pada pertemuan

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui pada ekuitas kecuali untuk kerugian penurunan nilai, bunga yang dihitung dengan metode suku bunga efektif dan

Pengambilan mata kuliah agar disesuaikan dengan jadwal kuliah dan jangan mengambil beberapa mata kuliah pada jam yang sama, untuk.. menghindari &#34;BENTROK&#34; pada waktu

yang bisa diomongin sama temen tapi sama yang sesama k-popers sih, terus kalau jadi k-popers tu kadang jadi tau sesuatu yang baru, kayak di Korea tu ada ini, terus

Dari hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut = (1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara iklan televisi dengan minat beli mie sedap instan, hal ini

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan ekstrak daun pepaya terfermentasi dari level 8-16% dapat meningkatkan kadar air dan susut masak daging, namun

Di antara beberapa anasir iklim yang ada yaitu curah hujan, temperatur, kelembaban, lama dan panjang penyinaran matahari, arah angin, penguapan; maka atmosfer

Data primer antara lain data pengetahuan pakar tentang pemangku kepentingan rantai pasok buah manggis, data pengetahuan tentang kebutuhan masing-masing pemangku