• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH. Disusun untuk memenuhi tugas: Mata Kuliah: Perpajakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH. Disusun untuk memenuhi tugas: Mata Kuliah: Perpajakan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1

“PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH”

Disusun untuk memenuhi tugas:

Mata Kuliah: Perpajakan

Dosen Pengampu: Agus Arwani, SE, M.Ag

Disusun oleh:

1. Fatimatul Khabibah (2013115450) 2. Novi Safitri (2013115463) 3. Fatichah Fauzana (2013115469) 4. Ely Susanti (2013115473)

Kelas: C

JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA NEGERI ISLAM (IAIN) PEKALONGAN 2017

(2)

2 ABSTRAK

Pajak pada dasarnya merupakan peralihan sebagian kekayaan dari masyarakat kepada negara yang dimungkinkan oleh UU pajak. Peralihan kekayaan tersebut membuat pajak dipandang dari dua sisi yang berbeda. Bagi masyarakat pajak seringkali dianggap sebagai beban. Disisi lain bagi pemerintah dan fiskus, pajak harus dipungut karena terbukti pajak memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap negara, baik dengan usaha intensifikasi maupun ekstensifikasi pajak. Jenis pajak yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari adalah PPN dan PPnBm. Kedua jenis pajak ini sangat memberikan kontribusi yang berarti bagi pembangunan negara ini, karena pajak tersebut yang sering kita bayarkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai warga negara kita tidak hanya dituntut untuk mengetahui secara sepintas tentang PPN dan PPnBM, tetapi juga harus mendalami bagaimana sebenarnya kedua jenis pajak ini serta seluk beluk yang menyangkut hal tersebut. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengerti dan memahami apa itu Pajak Pertambahan Nilai untuk barang maupun jasa serta apa itu Pajak Pertambahan atas Barang Mewah. Pertama yang harus dapat dipahami adalah bagaimana mekanisme pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Pertambahan atas Barang Mewah. Secara ringkas, mekanisme pemungutan Pajak Pertambahan Nilai yaitu melalui penyetoran, dan pelaporan pajak oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. Sedangkan mekanisme pemungutan Pajak Pertambahan atas barang Mewah dilakukan bersamaan dengan PPN dalam satu form, dapat diartikan mekanisme pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Pertambahan atas Barang Mewah itu sama. Kesimpulan dari makalah ini adalah barang kena pajak merupakan barang yang dikenakan pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah berdasarkan Undang-Undang PPN 1984 dan perubahannya. Barang kena pajak ada dua jenis yaitu BKP berwujud dan BKP tidak berwujud. Jasa kena pajak adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan Undang- undang PPN. PPnBM adalah pajak yang dikenakan terhadap BKP yang tergolong mewah. Prinsip utama antar PPN dan PPnBM adalah hampir sama, yakni pajak yang bersifat objektif, artinya hanya objek-objek pajak tertentu yang tergolong mewah yang dikenakan PPnBM.

Kata kunci: PPN, PPnBM.

(3)

3

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fatimatul Khabibah (2013115450) Novi Safitri (2013115463) Fatichah Fauzana (2013115469) Ely Susanti (2013115473) Program Studi : Ekonomi Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas : IAIN Pekalongan

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah dengan judul Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Pertambahan atas Barang Mewah benar-benar kami kerjakan sendiri dan bukan merupakan hasil plagiat atau menjiplak karya makalah orang lain. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Pekalongan, 7 Desember 2017 TTD Penulis

(4)

4

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah” guna memenuhi tugas Perpajakan.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.

Namun, kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua serta dosen pengampu, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa IAIN Pekalongan. Kami sadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca.

Pekalongan, 26 November 2017

Penyusun

(5)

5 DAFTAR ISI

ABSTRAK ... 2

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... 3

KATA PENGANTAR ... 4

DAFTAR ISI ... 5

BAB I PENDAHULUAN ... 6

A. Latar Belakang ... 6

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan ... 7

BAB II PEMBAHASAN ... 8

A. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa ... 8

B. Pajak Pertambahan Atas Barang Mewah ... 16

BAB III PENUTUP ... 20

A. Kesimpulan ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

HASIL DISKUSI ... 22

(6)

6 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan kewajiban warga negara yang menunjukkan peran serta dari seluruh masyarakat dalam pembiayaan pemerintah untuk menjalankan pemerintahan dan pembangunan. Pajak telah terbukti menjadi sumber utama dalam APBN Indonesia yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.1

Pajak pada dasarnya merupakan peralihan sebagian kekayaan dari masyarakat kepada negara yang dimungkinkan oleh UU pajak. Peralihan kekayaan tersebut membuat pajak dipandang dari dua sisi yang berbeda. Bagi masyarakat pajak seringkali dianggap sebagai beban. Disisi lain bagi pemerintah dan fiskus, pajak harus dipungut karena terbukti pajak memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap negara, baik dengan usaha intensifikasi maupun ekstensifikasi pajak.

Jenis pajak yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari adalah PPN dan PPnBm. Kedua jenis pajak ini sangat memberikan kontribusi yang berarti bagi pembangunan negara ini, karena pajak tersebut yang sering kita bayarkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai warga negara kita tidak hanya dituntut untuk mengetahui secara sepintas tentang PPN dan PPnBM, tetapi juga harus mendalami bagaimana sebenarnya kedua jenis pajak ini serta seluk beluk yang menyangkut hal tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud pajak pertambahan nilai barang dan jasa?

2. Apa yang dimaksud pajak pertambahan atas barang mewah?

1 Ria Vinola, PPN dan PPnBM (riaviinola.blogspot.co.id), (Jakarta, 2015), hlm. 1, diunduh pada pada tanggal 27 November 2017 pukul 12.38.

(7)

7 C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pajak pertambahan nilai barang dan jasa.

2. Untuk mengetahui pajak pertambahan atas barang mewah.

(8)

8 BAB II PEMBAHASAN

A. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa 1. Pengertian BKP dan JKP

a. Barang kena pajak adalah barang yang dikenakan pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah berdasarkan Undang-Undang PPN 1984 dan perubahannya. Barang kena pajak ada dua jenis yaitu BKP berwujud dan BKP tidak berwujud.

b. Jasa kena pajak adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN.2

2. Mekanisme Pemungutan PPN

Tata cara pemungutan PPN yaitu melalui penyetoran, dan pelaporan pajak oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.3 3. Objek, Tarif, dan Perhitungan PPN

a. Objek PPN

Yang menjadi objek PPN yaitu:

1) Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

2) Impor barang kena pajak.

2 Herry Purwono, Dasar-Dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 273-276.

3 Undang-Undang No. 18 tahun 2000 Pasal 16A ayat (2)

(9)

9

3) Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

4) Pemanfaatan barang kena pajak yang tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

5) Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

6) Ekspor barang kena pajak atau jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

7) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan oleh orang lain.

8) Penyerahan aktiva oleh pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjual belikan, sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.

b. Tarif dan Perhitungan PPN

1) Secara umum tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah sebesar 10%

dengan peraturan pemerintah tarif dapat diubah serendah- rendahnya 5% dan setinggi-tingginya 15% dan untuk ekspor BKP 0%. Perlu ditegaskan bahwa pengenaan tarif 0% atas ekspor (BKP, BKP tidak berwujud, dan JKP) bukan berarti pembebasan dari pengenaan PPN, sehingga pajak masukan yang telah dibayar dari barang yang diekspor tetap dapat dikreditkan.

2) Perhitungan PPN

Rumus dasar perhitungan PPN

PPN = tarif x dasar pengenaan pajak (DPP) Contoh:

a) Pengusaha kena pajak “A” menjual tunai barang kena pajak dengan harga jual Rp 25.000.000.

PPN yang terutang = 10% x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000

(10)

10

Jadi, PPN sebesar Rp 2.500.000 tersebut merupakan pajak keluaran yang dipungut oleh pengusaha kena pajak “A”.

b) Pengusaha kena pajak “B” melakukan penyerahan jasa kena pajak dengan memperoleh penggantian Rp 20.000.000.

PPN yang terutang = 10% x Rp 20.000.000 = Rp 2.000.000

Jadi, pajak pertambahan nilai sebesar Rp 2.000.000 tersebut merupakan pajak keluaran yang dipungut oleh pengusaha kena pajak “B”.4

c) PT. Cahaya mengimpor 50 notebook berbagai seri dari salah satu brand notebook ternama didunia dari Finlandia dengan harga beli Rp 750.000.000, biaya asuransi Rp 37.500.000, dan ongkos angkut sebesar Rp 85.000.000.

Bea masuk ditetapkan sebesar 20%

Cost (harga beli) = 750.000.000 Insurance (biaya asuransi) = 37.500.000 Freight (ongkos angkut) = 85.000.000 Dasar pengenaan bea masuk = 872.500.000 Bea masuk (20%) = 174.000.000

DPP = 1.049.500.000

PPN atas impor yang harus dibayar perusahaan:

10% x Rp 1.049.500.000 = Rp 104.950.000.5 4. Saat Terutang dan Dasar Pengenaan Pajak

Terutangnya pajak pada saat:6 a. Penyerahan BKP

b. Impor BKP

4 Anastasia Diana dan Lilis Setiawati, Perpajakan Indonesia, Konsep Aplikasi dan Penuntun Praktis,(Yogyakarta: Andi,2004), hlm. 232.

5 Herry Purwono, Dasar-Dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 284.

6 Anastasia Diana dan Lilis Setiawati, Perpajakan Indonesia, Konsep Aplikasi dan Penuntun Praktis,(Yogyakarta: Andi,2004), hlm. 240.

(11)

11 c. Penyerahan JKP

d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean e. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean

f. Ekspor BKP

Apabila pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP atau sebelum penyerahan JKP, atau jika pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar daerah pabean, maka saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran.

Direktur Jendral Pajak dapat menetapkan saat lain sebagai saat terutangnya pajak sukar ditetapkan atau terjadi perubahan ketentuan yang dapat menimbulkan ketidakadilan. Secara rinci saat terutangnya pajak dapat dilihat di tabel berikut:7

Objek PPn Saat terutangnya pajak

Penyerahaan barang kena pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa barang bergerak.

 Saat barang kena pajak tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pihak ketiga untuk dan tas nama pembeli.

 Saat barang kena pajak tersebut diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa angkutan.

Penyerahan barang kena pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa barang tidak bergerak.

Terjadi pada saat penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai barang kena pajak tersebut, baik secara hukum atau secara nyata kepada pihak pembeli.

Penyerahan barang kena pajak tidak berwujud.

 Saat harga penyerahan barang kena pajak tidak berwujud dinyatakan sebagai piutang oleh pengusaha kena pajak.

7 Anastasia Diana dan Lilis Setiawati, Perpajakan Indonesia, Konsep Aplikasi dan Penuntun Praktis,(Yogyakarta: Andi,2004), hlm. 241-243.

(12)

12

 Saat harga penyerahan barang kena pajak tidak berwujud ditagih oleh pengusaha kena pajak.

 Saat harga penyerahan barang kena pajak tidak berwujud diterima pembayarannya, baik sebagian atau seluruhnya oleh pengusaha kena pajak.

 Saat ditandatanganinya kontrak atau perjanjian oleh pengusaha kena pajak jika ketiga kondisi diatas tidak diketahui.

Penyerahan jasa kena pajak.

Saat mulai tersediannya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik sebagian atau seluruhnya.

Impor barang kena pajak. Saat barang kena pajak tersebut dimasukan ke dalam daerah pabean.

Ekspor barang kena pajak. Saat barang kena pajak dikeluarkan dari daerah pabean.

Aktiva yang menurut tujuan

semula tidak untuk

diperjualbelikan dan atau persediaan BKP masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan terjadi.

 Ditandatanganinya akte pembubaran oleh notaris.

 Berakhirnya jangka waktu berdirinya perseroan yang ditetapkan oleh anggaran dasar.

 Tanggal penetapan pengadilan yang menyatakan perseroan dibubarkan.

 Diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau

(13)

13

sudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan atau berdasarkan data atau dokumen yang ada.

Penyerahan barang kena pajak dalam rangka perubahan bentuk usaha atau pengalihan seluruh aktiva perusahaan yang diikuti dengan perubahan pihak yang berhak atas barang kena pajak tersebut.

Saat ditandatanganinya akte yang berkenaan oleh notaris.

Dasar pengenaan PPN adalah jumlah harga jual, penggantian, nilai impor-ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan yang dipakai sebagi dasar untuk menghitung pajak yang terutang.8 Nilai lain yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak adalah sebagai berikut :9

a. untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;

b. untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;

c. untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata;

d. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;

e. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran;

8 Untung Sukardji, Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia,edisi revisi 4, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 145

9 http://www.pajak.go.id/content/seri-ppn-dan-ppnbm-cara-menghitung-ppn-dan-ppnbm, diunduh pada tanggal 20 November pada pukul 21:08.

(14)

14

f. untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar;

g. untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan;

h. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga lelang;

i. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10 % (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau

j. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

Contohnya: PT. Bawakaraeng melakukan penyerahan BKP melalui beberapa transaksi sebagai berikut.10

 Penjualan produk kepada konsumen, dengan HPP Rp 625.000.000,00, profit margin 20%, dan diskon tunai 2%.

Seperempat dari penjualan dilaksanakan secara tunai. Di samping itu, BKP dikenai pula PPnBM 20%.

 Pemberian in kind produk bagi pegawai yang sebenarnya dapat dijual dengan harga Rp 180.000.000,00.

 Penyumbangan produk bagi korban bencana, dengan nilai penjualan potensial Rp 330.000.000,00.

 Transfer produk dari pabrik ke gudang di provinsi berbeda, untuk kemudian dijual dengan harga Rp 945.000.000,00.

Berapakah nilai DPP untuk masing - masing transaksi?

Jawaban :

 DPP Penjualan = Harga Jual sebelum diskon dan pajak

10 Agus Arwani, pertemuan 10 PPN, repository: IAIN PEKALONGAN

(15)

15

= 120% x 625.000.000

= 750.000.000

 DPP Pemakaian Sendiri = Harga Jual – Keuntungan

= 100/ 120 x 180.000.000

= 150.000.000

 DPP Pemberian Cuma – Cuma = Harga Jual – Keuntungan

= 100/ 120 x 330.000.000

= 275.000.000

 DPP Transfer Antar Cabang = Harga Pokok Penjualan

= 100/ 120 x 945.000.000

= 157.500.000 5. Cara Menghitung Pajak

a. PKP “A” menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual Rp 25.000.000,00

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10% x Rp 25.000.000,00

= Rp2.500.000,00

PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak “A”.

b. PKP “B” melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh Penggantian sebesar Rp20.000.000,00

PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP “B”

= 10% x Rp20.000.000,00 = Rp 2.000.000,00

PPN sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak “B”.

c. Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan Nilai Impor sebesar Rp15.000.000,00. PPN yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

= 10% x Rp15.000.000,00

= Rp 1.500.000,00

(16)

16

d. Pengusaha Kena Pajak “D” mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah dengan Nilai Impor sebesar Rp5.000.000,00 Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut selain dikenai PPN juga dikenai PPnBM misalnya dengan tarif 20%. Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut adalah:

 Dasar Pengenaan Pajak = Rp 5.000.000,00

 PPN = 10% x Rp5.000.000,00 = Rp500.000,00

 PPn BM = 20% x Rp5.000.000,00 = Rp1.000.000,00

e. Kemudian PKP “D” menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari suatu BKP yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10%

dan PPnBM dengan tarif misalnya 35%. Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor tersebut tidak dapat dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 dapat ditambahkan ke dalam harga BKP yang dihasilkan oleh PKP “D” atau dibebankan sebagai biaya. Misalnya PKP “D” menjual BKP yang dihasilkannya, maka penghitungan PPN dan PPn BM yang terutang adalah :

 Dasar Pengenaan Pajak = Rp50.000.000,00

 PPN = 10% x Rp50.000.000,00 = Rp5.000.000,00

 PPn BM = 35% x Rp50.000.000,00 = Rp17.500.000,00

PPN sebesar Rp500.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak masukan bagi PKP “D” dan PPN sebesar Rp5.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi PKP “D”. Sedangkan PPnBM sebesar Rp1.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun dengan PPnBM sebesar Rp17.500.000,00 tidak dapat dikreditkan oleh PKP “X”.

B. Pajak Pertambahan Atas Barang Mewah 1. Pengertian PPnBM

PPnBM adalah pajak yang dikenakan terhadap BKP yang tergolong mewah. Prinsip utama antar PPN dan PPnBM adalah hampir sama, yakni

(17)

17

pajak yang bersifat objektif, artinya hanya objek-objek pajak tertentu yang tergolong mewah yang dikenakan PPnBM.11

2. PPnBM Penyerahan BKP12

Kriteria BKP yang Tergolong Mewah dalam penjelasan Pasal 5 UU PPN 1984 adalah:

a. Bahwa barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok.

b. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.

c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi.

d. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status.

e. Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakat, seperti minuman beralkohol.

3. Karakteristik PPnBM13

a. PPnBM merupakan pungutan tambahan di samping PPN.

b. PPnBM hanya dikenakan satu kali, yaitu:

1) Pada saat impor.

2) Pada saat penyerahan BKP mewah oleh PKP pabrikan.

c. PPnBM tidak dapat dikreditkan, sehingga diperlakukan sebagai biaya.

d. Dalam hal ekspor BKP tergolong mewah, tarif PpnBMnya adalah 0%, sehingga PPnBM yang telah dibayar dapat dimintakan restitusi.

e. Tarif PPnBM ditetapkan antara 10% hingga 200%. Direncanakan pada tahun 2010 tarif PPnBM yang akan dinaikkan sehingga tarif tertingginya mencapai 200%.

4. Objek, Subjek, dan Tarif PPnBM

11 Herry Purwono, Dasar-Dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 278.

12 Untung Sukardji, Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia,edisi revisi 4, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 172.

13 Herry Purwono, Dasar-Dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 278.

(18)

18

a. Objek PPnBM menurut pasal UU no. 8 tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU no. 18 tahun 2000 yang termasuk objek PPnBM adalah:14

1) Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah tersebut di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

2) Impor barang yang kena pajak yang tergolong mewah.

b. Subjek PPnBM15

1) Pengusaha pabrikan yang melakukan penyerahan BKP yang Tergolong Mewah.

2) Pengusaha yang melakukan impor BKP mewah.

c. Berdasarkan pasal 8 UU PPN 1984, tarif PPnBM adalah sebagai berikut:16

1) Pasal 2 PP No. 145/2000 jo PP No. 60/2001 & PP No. 43/2003 Kendaraan bermotor: 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 75%.

2) Pasal 2 PP No. 145/2000 jo PP No. 6/2003

Selain kendaraan bermotor: 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 75%.

3) Ekspor Ps. 8 (2) UU PPN 1984 dikenakan tarif 0%.

Atas impor atau penyerahan “Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah” oleh Pabrikan BKP yang tergolong mewah tersebut, dikenakan PPnBM di samping PPN. Tarif PPnBM yang semula berkisar antara 10% sampai dengan setinggi-tingginya 50% sejak 1 Januari 2001 diubah menjadi paling rendah 10% dan paling tinggi 75%. Atas ekspor BKP yang Tergolong Mewah dikenakan PPnBM dengan tarif 0%.

5. Mekanisme Pemungutan dan Cara Perhitungan PPnBM17

14 http://pengayaan.com/objek-pajak-ppnbm-pajak-penjualan-atas-barang-mewah, diunduh pada tanggal 27 November 2017 pukul 19.01.

15 Agus Arwani, pertemuan 11 PPnBM, repository: IAIN PEKALONGAN

16 Untung Sukardji, Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia,edisi revisi 4, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 171-172.

17 Herry Purwono, Dasar-Dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 278.

(19)

19

Mekanisme pemungutan PPnBM dilakukan bersamaan dengan PPN dalam satu form 1107.

Sebagai contoh PT. KPG mengimpor mobil mewah dengan nilai CIF Rp. 1.000.000.000. Mobil tersebut dikenai tarif BM 10%, BM Anti Dumping (BMAD) 5%, PPN dan PPnBM 40%, jadi, besarnya PPnBM atas impor mobil mewah tersebut adalah:

CIF = 1.000.000.000

BM 10% X 1.000.000.000 = 100.000.000 BMAD 5% X 1.000.000.000 = 50.000.000

Total DPP PPN/PPnBM = 1.150.000.000

PPN 10% X 1.150.000.000 = 115.000.000 PPnBM 40% X 1.150.000.000 = 460.000.000

(20)

20 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Barang kena pajak adalah barang yang dikenakan pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah berdasarkan Undang- Undang PPN 1984 dan perubahannya. Barang kena pajak ada dua jenis yaitu BKP berwujud dan BKP tidak berwujud.

Jasa kena pajak adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN.

PPnBM adalah pajak yang dikenakan terhadap BKP yang tergolong mewah. Prinsip utama antar PPN dan PPnBM adalah hampir sama, yakni pajak yang bersifat objektif, artinya hanya objek-objek pajak tertentu yang tergolong mewah yang dikenakan PPnBM.

(21)

21

DAFTAR PUSTAKA

Arwani, Agus. Pertemuan 10 PPN. Pekalongan: Repository IAIN Pekalongan.

Arwani, agus. Pertemuan 11 PPnBM. Pekalongan: Repository IAIN Pekalongan.

Diana, Anastasia dan Lilis Setiawati. 2004. Perpajakan Indonesia: Konsep Aplikasi dan Penuntun Praktis. Yogyakarta: Andi.

http://pengayaan.com/objek-pajak-ppnbm-pajak-penjualan-atas-barang-mewah, diunduh pada tanggal 27 November 2017 pukul 19.01.

http://www.pajak.go.id/content/seri-ppn-dan-ppnbm-cara-menghitung-ppn-dan- ppnbm, diunduh pada tanggal 20 November pada pukul 21:08.

Purwono, Herry. 2010. Dasar-Dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta:

Erlangga.

Vinola, Ria. 2015. PPN dan PPnBM (riaviinola.blogspot.co.id).Jakarta. Diunduh pada tanggal 27 November 2017 pukul 12.38.

Sukardji, Untung. 2007. Pokok-Pokok Pajak Pertambahan Nilai Indonesia: Edisi Revisi 4. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Undang-Undang No. 18 tahun 2000 Pasal 16A ayat (2).

(22)

22

HASIL DISKUSI

1. Kelompok 1: Muhammad Yusron (2013114192)

Soal: Apa saja kriteria dari pajak kendaraan bermotor dan selain kendaraan bermotor yang ditarik sebesar 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, dan 75%?

Jawab: PPnBM kendaraan bermotor berdasarkan PP no. 41 tahun 2005 adalah sebagai berikut:

Tarif 10%:

– Mobil berpenumpang 10 orang atau lebih dgn bahan bakar solar.

– Mobil berpenumpang kurang dari 10 orang (selain sedan atau station wagon), 2WD, kapasitas silinder sampai 1500 CC.

Tarif 20%:

– Mobil berpenumpang kurang dari 10 orang (selain sedan atau station wagon) 2WD, kapasitas silinder diatas 1500 s.d. 2500 CC.

– Mobil double cabin berpenumpang lebih dari 3 orang untuk semua kapasitas silinder yang masanya tidak lebih dari 5 ton.

Tarif 30%:

– Sedan/station wagon berpenumpang kurang dari 10 orang, kapasi- tas silinder sampai 1500 CC.

– Selain sedan/station wagon, 4WD, kapasitas silinder smpai 1500 CC

Tarif 40%:

– Mobil selain sedan/station wagon berpenumpang kurang dari 10 org, bhn bkr bensin, 2WD, kapasitas silinder diatas 2500 s.d. 3000 CC.

– Seluruh jenis mobil 4WD, bahan bakar bensin, dgn kapasitas silinder diatas 1500 s.d. 3000 CC.

– Seluruh jenis mobil 4WD, bahan bakar solar, dgn kapasitas silinder diatas 1500 s.d. 2500 CC

Tarif 50%, semua jenis kendaraan golf.

(23)

23 Tarif 60%:

– Motor dengan kapasitas silinder diatas 250 s.d. 500 CC.

– Kendaraan khusus untuk perjalanan diatas salju, pantai, gunung, dll.

Tarif 75%:

– Seluruh jenis mobil bensin dgn kapasitas silinder lebih dari 3000 CC.

– Seluruh jenis mobil solar dgn kapasitas silinder lebih dari 2500 CC.

– Motor dengan kapastitas silinder lebih dari 500 CC

– Trailer, semi trailer, mobil caravan untuk perumahan atau kemah.

PPnBM selain kendaraan bermotor berdasarkan PP No. 55 Tahun 2004 jo. KMK No. 620/PMK.03/2004 adalah sebagai berikut:

Tarif 10%:

– Kel. alat rumah tangga, pesawat pendingin/pemanas, dan pesawat penerima siaran tv.

– Kel. peralatan dan perlengkapan olah raga.

– Kel. mesin pengatur suhu udara.

– Kel. alat perekam/reproduksi gambar, pswt penerima siaran radio.

Tarif 20%:

– Kel. alat rumah tangga, pesawat pendingin/pemanas selain diatas.

– Kel. hunian mewah spt rumah mewah, apartemen, kondominium, dll.

– Kel. pesawat penerima siaran tv dan antena serta reflektor antena selain yang tarif 10%.

– Kel. mesin pengatur suhu udara, pencuci piring, pengering, pesawat elektromagnetik, dan instrumen musik.

– Kel. wangi-wangian.

Tarif 30%:

– Kel. kapal atau kendaraan lain, sampan dan kano, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum.

(24)

24

– Kel. peralatan dan perlengkapan olah raga selain yg disebut pada kelompok 10%.

Tarif 40%:

– Kel. minuman tertentu yang mengandung alkohol.

– Kel. barang yg sebagian/seluruhnya terbuat dari kulit atau kulit tiruan

– Kel. permadani tertentu yang terbuat dari sutera atau wool.

– Kel. barang kaca dari kristal timah hitam dan jenis yg digunakan utk meja, dapur, rias, kantor, dekorasi, dalam ruangan, dll.

– Kel. barang yg sebagian/seluruhnya terbuat dari logam mulia atau campuran daripadanya atau logam yang dilapisi logam mulia.

– Kel. kapal atau kendaraan lain, sampan dan kano, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum selain pd kel. 30%.

– Kel. balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara lainnya tanpa penggerak.

– Kel. peluru senjata api dan senjata api, kecuali utk keperluan negara

– Kel. alat makan, alat dapur, barang rumah tangga, dan barang rias.

– Kel. barang perabotan rumah tangga dan kantor.

– Kel. barang dari porselin, tanah liat cina atau keramik.

– Kel. barang yang terbuat dari batu selain batu jalan/batu tepi jalan.

Tarif 50%:

– Kel. permadani tertentu yg terbuat dari wool atau bulu hewan halus.

– Kel. pesawat udara selain yang disebut pd tarif 40%, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan udara niaga.

– Kel. peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut pd kelompok 10% dan 30%.

– Kel. senjata api dan senjata api lainnya kecuali utk keperluan negara

(25)

25 Tarif 75%:

– Kel. minuman beralkohol selain yang disebut pada kelompok 40%.

– Kel. barang yg sebagian/seluruhnya terbuat dari batu mulia/mutiara atau campuran daripadanya.

– Kel. kapal pesiar mewah kecuali untuk keperluan negara.

2. Kelompok 2: Pipit Fatoya

Soal: tarif PPnBM 200% diambil dari mana? Barang yang termasuk kena pajak 200% itu apa saja? Lalu ditahun 2017 apa masih tetap sama tarifnya 200%?

Jawab: Tarif tersebut diambil dari harga beli barang, barang yang termasuk kena pajak tarif 200% diberlakukan untuk barang-barang yang betul- betul masuk kategori mewah, misalnya saja mobil-mobil built up mewah, namun tidak mustahil juga yang menjadi sasaran adalah minuman keras karena selama ini, minuman memabukkan ini memang sudah kena pajak tinggi. Lalu di tahun 2017 ini masih tetap diberlakukan tarif pajak PPnBM tertinggi adalah 200%.

3. Kelompok 3: Slamet Fahrurozi (2013115071)

Soal: Apakah barang mewah yang diberikan dari negara lain yang berupa hadiah dikenai PPnBM atau tidak?

Jawab: Ya, dikenai PPnBM sekaligus Pajak Hadiah.

4. Kelompok 4: Aminah Mona (2013115098)

Soal: Bagaimana pencatatan atau pengakuan PPN atas impor atau pemberian aktiva bagi PKP?

Jawab:

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terdapat dalam Impor aktiva tetap dan pembelian aktiva tetap dapat dikreditkan sebagai pajak masukan sepanjang tidak termasuk dalam kriteria Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Yang Tidak Dapat Dikreditkan Sebagai Pajak Masukan.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terdapat dalam Impor aktiva tetap dan pembelian aktiva tetap dapat dibebankan sebagai biaya atau ditambahkan

(26)

26

(dikapitalisasi) kepada harga perolehan Aktiva sepanjang tidak dikreditkan sebagai pajak masukan.

Sehingga Pengusaha Kena Pajak (PKP) hanya dapat memilih salah satu pencatatan atau pengakuan atas PPN tersebut tidak boleh keduanya yaitu sebagai pajak masukan atau dikapitalisasi dalam harga beli/impor aktiva.

5. Kelompok 5: Nurwijayanti (2013115381)

Soal: Menanggapi jawaban atas pertanyaan kelompok 6, mengapa demikian?

Lalu bagaimana dengan PT. Freeport apakah tidak terkena pajak sedangkan PT. Freeport bekerja pada bidang pertambangan.

Jawab: Barang pertambangan tidak dikenai pajak karena barang petambangan di ambil langsung dari sumbernya. PT Freeport tetap dikenai pajak dan perpajakannya dilakukaan berdasarkan prevailing. Menurut UU perubahan menjadi IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) menjadikan ketentuan pajak PT Freeport tak mengikuti ketentuan kontrak sebelumnya. Jadi pajak PT Freeport dihitung berdasarkan kewajiban berbasis pada UU perpajakan saat ini. PT Freeport perlu membayar Pajak Penghasilan sebesar 25%, Pajak Penjualan sebesar 2,3% hingga 3%.

6. Kelompok 6: Yayang (2013115182)

Soal: Barang pertambangan termasuk barang kena pajak apa bukan?

Jawab: Ada beberapa jenis barang tambang yang tidak kena PPN, yaitu barang hasil pengeboran minyak, gas bumi, dan panas bumi, karena barang tersebut diambil langsung dari sumbernya.

7. Kelompok 7: Defa Nahiriyah (2013115221)

Soal: Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean itu pemanfaatan yang bagaimana?

Jawab: Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean. Misalnya: BKP tidak berwujud itu dimiliki oleh orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luara daerah pabean, kegiatan pemanfaatan BKP tidak berwujud yang berasal dari luar daerah pabean tersebut dilakukan di dalam daerah

(27)

27

pabean, BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean tersebut dimanfaatkan oleh siapapun di dalam daerah pabean.

8. Kelompok 8: Slamet Ardi (2013115266)

Soal: PPnBM yang tarifnya 200% apa tidak membebani dikarenakan besarnya pajak sampai 200%?

Jawab: Menurut kelompok kami hal tersebut tidak membebani, hal tersebut dikarenakan barang yang dikenakan tarif 200% hanya barang-barang yang betul-betul mewah, otomatis yang dapat membeli barang mewah hanya orang-orang yang memiliki harta lebih dan mampu untuk membayar pajak dari barang tersebut.

9. Kelompok 9: Muhammad Mukholada

Soal: Pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor. Yang dimaksud penggantian dari pernyataan tersebut itu apa?

Jawab: Pemakaian sendiri BKP untuk tujuan produktif tidak terutang PPN.

Sedang penggunaan untuk tujuan konsumtif dikenakan PPN dengan dasar Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor. ini dimaksudkan untuk barang dagangan anda atau barang produk anda yang sedianya dijual, tapi digunakan untuk keperluan sendiri.

Misal anda menjual BKP harga 1.500.

Harga pokok 1.200 Laba 300

Bila BKP tersebut tidak dijual, tapi di konsumsi untuk tamu, maka, DPPnya adalah 1.200. Sedang bila di jual, DPP nya adalah 1.500.

10. Kelompok 10: Agus Tri (2013115380)

Soal: Barang kebutuhan pokok termasuk barang mewah atau bukan?

Jawab: Barang kebutuhan pokok tidak termasuk dalam barang mewah, karena jika kita lihat dari salah satu kriteria BKP yang Tergolong Mewah dalam penjelasan Pasal 5 UU PPN 1984 adalah: Bahwa barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok.

(28)

28 11. Kelompok 12: Febri Melinda (2013115493)

Soal: Maksud dari mekanisme pemungutan PPnBM dilakukan bersamaan dengan PPN dalam satu form apa?

Jawab: Maksudnya adalah mekanisme pemungutan dari PPnBM sama dengan mekanisme pemungutan PPN dan dapat dilakukan secara bersamaan.

Tata cara pemungutan PPN sendiri yaitu melalui penyetoran, dan pelaporan pajak oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai dan diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.

12. Kelompok 13: Nasya Irna R (2013115113)

Soal: Di desa saya ada yang jual warung sembako tapi lumayan besar seperti mini market, lalu sayakan beli barang disitu, transaksi masih manual, tapi apaakah si pedagang tidak dikenakan PPN?

Jawab: Direktorat Jenderal Pajak menyebutkan, terdapat beberapa sektor usaha yang tidak terkena aturan pajak Usaha Kecil Menengah. Aturan pajak UKM ini tertuang dalam PP No. 46 Tahun 2013. UKM dengan tempat usaha tetap dan beromzet hingga Rp. 4,8 milyar per tahun akan dikenakan pajak 1%. Jadi, jika warung tersebut masuk dalaam ketentuan di atas, maka warung tersebut dikenakan pajak 1%.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Ekspor Jasa Kena Pajak Oleh Pengusaha Kena Pajak.Termasuk dalam pengertian ekspor jasa kena pajak adalah penyerahan jasa kena pajak dari dalam daerah pabean keluar daerah pabean

Ekspor Jasa Kena Pajak Oleh Pengusaha Kena Pajak.Termasuk dalam pengertian ekspor jasa kena pajak adalah penyerahan jasa kena pajak dari dalam daerah pabean keluar daerah pabean

Ekspor Jasa Kena Pajak Oleh Pengusaha Kena Pajak.Termasuk dalam pengertian ekspor jasa kena pajak adalah penyerahan jasa kena pajak dari dalam daerah pabean keluar daerah pabean

pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, saat terutangnya pajak adalah pada

kena pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau Pemanfaatan.. Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean dan atau impor Barang Kena Pajak. Akan tetapi tidak

Dalam hal terjadi penyerahan Barang Kenal Pajak dan atau Jasa Kena Pajak maka Pengusaha Kena Pajak menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebeut wajib memungut Pajak

c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya. Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa Kena Pajak adalah Jasa Kena Pajak yang dimanfaatkan untuk kepentingan

Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan