Tinjauan Akademik Terhadap Implementasi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
Oleh :
Dr. Rio Monoarfa, SE,AK,M.Si, CA
Disampaikan pada Diskusi Ilmiah
Kerjasama antara IAI Gorontalo, IMAI Gorontalo dan FE UNG
25 April 2019, UNG
Latar Belakang
ERA REFORMASI
Sistem Pemerintahan :
Pelaksanaan Otonomi Daerah dan
Desentralisasi yang luas, nyata dan
bertanggung jawab
Sistem Keuangan Pusat dan Daerah :
- Anggaran - Pembiayaan
- Sistem Akuntansi - Sistem pemeriksaan - Sistem manajemen
keuangan daerah
PERUBAHAN SEKTOR PUBLIK
Reformasi sistem audit sangat diperlukan untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik (public accountabiliy) oleh pemerintah karena hakekatnya kekayaan negara adalah milik rakyat. Masyarakat sebagai principal sangat berkepentingan terhadap dana publik yang dikelola oleh pemerintah.
Sementara masyarakat sendiri tidak mampu mengevaluasi laporan keuangan
pemerintah sehingga diperlukan pihak yang professional baik eksternal
maupun secara internal dalam mengevaluasi laporan keuangan pemerintah
yang biasa dikenal dengan Auditor
Latar Belakang
AUDITOR
EKSTERNAL:
BPK dan KAP
INTERNAL
a. Pemerintahan (APIP):
- BPKP - IRJEN - IRDA Prov - IRDA Kab/Kota - SPI
b. Swasta : - Komite Audit - SPI
EKSTERNAL DAN
INTERNAL
Audit Internal dan APIP
Pengertian audit intern paling mutakhir (2011) oleh IIA (The Institute of Internal Auditor) yang pertama kali dicetuskan tahun 1999 menyatakan bahwa:
Internal auditing is an independent, objective assurance and cunsulting activity designed to add value an organization’s operation. It helps an organization accomplish its objective by bringing a systematic, disciplined, approach to evaluate and improve their effectiveness of risk management, control and governance process.
Pengertian APIP menurut Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI)
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan
Pengawasan Intern (audit intern) di lingkungan pemerintahpusat dan/atau pemerintah daerah, yang terdiri dari:
- Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP);
- Inspektorat jenderal kementerian, inspektorat/unit pengawasan intern pada kementerian negara, inspektorat utama/inspektorat lembaga pemerintah non kementerian, inspektorat/unit pengawasan intern pada kesekretariatan lembaga tinggi negara dan lembaga negara;
- Inspektorat provinsi/kabupaten/kota; dan
- Unit pengawasan intern pada badan hukum pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (PP No 60 Thn 2008 tentang SPIP)
EFEKTIFITAS PERAN APIP
Peran APIP yang Efektif harus:
- memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah;
- memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah; dan
- memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
(psl 11 PP No 60 Thn 2008)
Peran APIP yang efektif menurut SAIPI 2013, untuk mencapai tujuan reformasi birokrasi dapat terwujud dengan cara sebagai berikut:
- Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah (assurance activities);
- Melakukan peringatan dini (early warning) dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah (anti corruption activities); dan
- Memberikan saran dan rekomendasi yang dapat meningkatkan kualitas tata
kelola penyelenggaran tugas dan fungsi instansi pemerintah (consulting activities)
Perubahan Paradigma APIP
Peran pemberi jaminan dan konsultansi yang dapat memberikan nilai tambah bagi manajemen,hanya dapat dilakukan apabila metode, pendekatan, sikap, fokus, dan komunikasi audit juga berubah. Apabila sebelumnya auditor intern sering mendeteksi masalah, dan jika menemukaan permasalahan cenderung menyalahkan manajemen, kini pendekatan auditnya diubah menjadi mencegah masalah. Kemudian fokus audit yang dilakukan tidak lagi mempermasalahkan masalah yang terjadi tapi berubah dengan menyelesaikan masalah.
Kegiatan auditor yang awalnya hanya berupa inspeksi, deteksi dan reaksi terhadap risiko audit, maka dalam paradigma baru lebih mengarah pada antisipasi, pencegahan, dan pemantauan terhadap risiko (Warta Pengawasan, 2013)
WATCHDOG
Objektif
Assurance Add Value organization
operation Consulting
Good Governance
and clean
government
PANDANGAN KRITIK TERHADAP APIP
1. Pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla bahwa jabatan-jabatan di inspektorat atau lembaga pengawasan internal di suatu instansi pemerintahan kerap diisi oleh pejabat yang tidak memiliki kompetensi di bidang pengawasan, dan kadang-kadang di banyak tempat, inspektorat menjadi tempat pembuangan. Disamping itu, faktor subjektivitas menjadi penyebab inspektorat kerap tidak efektif .(Kompas.com, 28/8/2017).
2. Secara spesifik pada praktek audit internal di daerah, KPK (2017) menegaskan bahwa faktanya, hingga saat ini (tahun 2016) KPK belum pernah menerima laporan terkait dugaan tindak pidana korupsi dari APIP, padahal sebagai pengawas, harusnya APIP yang terlebih dahulu mengetahui indikasi tersebut..
3. Presiden Republik Indonesia menyatakan kekecewaannya atas kinerja pengawasan internal yang jauh dari pengertian peran APIP yang efektif (Rapat Koordinasi Pengawasan Intern Pemerintah, 13 Mei 2015, Jakarta). Ini artinya pengawasan intern masih belum dapat memberikan jaminan tata kelola pemerintahan yang baik dalam pencegahan korupsi.
Presiden bahkan memberikan target ke BPKP agar dalam 5 tahun ke depan, hasil bisa diubah, bisa dibalik yaitu Level 3 yang 85%, level 1 hanya 1%. Dengan APIP nasional berada pada level 3 yaitu integrated, dianggap mampu melakukan evaluasi program, evaluasi kebijakan, memberikan layanan konsultasi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
4. Data yang dirilis oleh BPKP (2016) berkenaan dengan level kapabilitas APIP sampai Triwulan ke-3 Tahun 2016 menunjukkan bahwa dari 628 APIP di tingkat pusat dan daerah, 12 APIP atau 1,91% termasuk level 3 (integrated), 191 APIP atau 30,31% level 2 (infrastucture), dan 366 APIP atau 58,10% level 1 (initial), dan 61 APIP atau 9,68% belum assesment. (Level 1= belum mampu assurance dan cosulting).
5. Penguatan dan penajaman peran APIP terganjal dengan beberapa kendala seperti minimnya kompetensi sumber daya auditor, independensi dan obyektivitas yang lemah, dukungan alokasi angggaran APIP yang sangat kecil, tidak terpenuhinya formasi auditor, serta standar audit, kode etik, dan peer reviuw yang belum berjalan semestinya, menyebabkan kinerja instansi pengawasan pemerintah belum optimal (Warta Pengawasan, 2013)
PANDANGAN KRITIK TERHADAP APIP
5. Hasil Penelitian WULANDARI, 2015. Pengaruh E-Government, Kapasitas APIP dan Presentasi Penyelesain Tindak Lanjut terhadap Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Di Indonesia. (dilakukan pada 228 Pemda Kab/kota ), menunjukan kapabilitas APIP berdasarkan fakta dan data di lapangan bahwa level ka-pabilitas (APIP) rata – rata masih berada di level 1 dan 2 menandakan bahwa keterbatasan jumlah aparat Inspektorat, tingkat kompetensi dan luasnya cakupan pemeriksaan masih menjadi kendala untuk dapat memeriksa seluruh pos keuangan secara cermat dan mendetail, sehingga kinerja audit intern menjadi kurang optimal..
6. Penelitian MASDAN dkk, 2017. Analisis Kendala-kendala Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada Inspektorat Kabupaten Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: kapabilitas Inspektorat Kabupaten Gorontalo saat ini masih berada pada level 2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam peningkatan kapabilitas APIP pada Inspektorat Kabupaten Gorontalo adalah (1) kompetensi SDM belum memadai, (2) kuantitas SDM belum memadai, (3) kurangnya komitmen, (4) kurangnya komunikasi, (5) anggaran belum memadai, (6) perencanaan kegiatan belum memadai, (7) sistem informasi tindak lanjut hasil pengawasan belum memadai, dan (8) terdapat mutasi auditor bersertifikasi).
7. Penelitian MARLAINI ALIAMIN DAN MIRNA INDRIANI , 2018. Evaluasi Efektivitas Penguatan Peran Aparat PengawasanIntern Pemerintah Dalam Paradigma Baru (Studi Kasus Pada Salah Satu Inspektorat Di Aceh). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa metode, pendekatan dan fokus audit yang seharusnya dilakukan dalam paradigma baru, belum berubah secara keseluruhan. Implementasi penguatan peran APIP juga memiliki beberapa kendala diantaranya, kompetensi sumber daya manusia para auditor yang minim,jumlah anggaran relatif kecil, lemahnya independensi lembaga APIP, objekvitas auditor masih kurang, dan komitmen dari stakeholder belum maksimal. Peran APIP yang efektif akan sulit diwujudkan, apabila perubahan paradigma peran auditor intern belum menyeluruh dan aspek pendukung penguatan peran APIP masih memiliki banyak kendala
TANTANGAN APIP
1. Maraknya Kepala Daerah terjerat hukum oleh KPK dalam kasus korupsi tercatat 18 Gubernur dan 343 Bupati/Walikota serta 24 Kepala Lembaga/Kementrian menimbulkan pertanyaan bagaimana peran APIP pada masing-masing lembaga tersebut.
2. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 (Perpres 81/2010) menunjukkan concern pemerintah terhadap peran APIP di mana program penguatan pengawasan dimasukkan sebagai salah satu program dalam strategi pelaksanaan reformasi birokrasi. Tak tanggung-tanggung, penguatan pengawasan dimasukkan sebagai program tingkat nasional (makro) dan tingkat instansional (mikro) di dalam Grand Design Reformasi Birokrasi yang kemudian dijabarkan ke level operasional dalam bentuk Road Map Reformasi Birokrasi..
3. Dalam RPJMN 2015-2019, Pemerintah telah menargetkan kapabilitas APIP di tahun 2019 berada pada level APIP level 3 dinilai mampu melakukan performance audit/ value for money audit yang dapat meningkatkan kinerja (eko- nomis, efisiensi, dan efektivitas) serta memberikan layanan konsultansi untuk perbaikan tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian organisasi dimana APIP berada. Sesuai Arahan Presiden RI RPJMN) 2015-2019, Pemerintah telah menargetkan kapabilitas APIP di tahun 2019 berada pada level 85 % level 3 dan 1 % level 1
4. Kemajuan Teknologi informasi di era digital (Revolusi Industri 4.0) kini telah
merambah semua bidang, tak terkecuali di sektor publik khususnya pada bidang
pengawasan
EFEKTIFITAS APIP
KELEMBAGAAN
ANGGARAN, SARANA dan PRASARANA
KAPASITAS
a. Perlunya penguatan dasar hukum pelaksanaan pengawasan intern (Istilah Audit UU No 15 Thn 2004 Versus PP No 60 thn 2008).
b. Indepedensi/Objektifitas : Eselonisasi dan pengangkatan /tanggung jawab APIP c. Penguatan Komitmen Pimpinan/Kepala
Daerah terhadap APIP
a. Penyediaan Anggaran pelaksanaan APIP secara rasional dan proposional.
b. Penyediaan Sarana dan Prasarana yang memadai untuk kelancaran tugas APIP
a. Sistem Perekrutan APIP
b. Komptensi APIP : pemahaman bisnis organisasi, pengetahuan IT
c. secara rasional dan proposional.
d. Penyediaan Sarana dan Prasarana berbasis IT yang memadai untuk kelancaran tugas APIP
e. Keseragaman Standar Audit
f. Pemberian Penghargaan/reward APIP g. Melaksanakan dan mewujudkan Grand
Design peningkatan kapasitas APIP