• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dari sejumlah penelitian yang dilakukan oleh penelitian lainnya yang memiliki pembahasan serupa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dari sejumlah penelitian yang dilakukan oleh penelitian lainnya yang memiliki pembahasan serupa"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Dari sejumlah penelitian yang dilakukan oleh penelitian lainnya yang memiliki pembahasan serupa dengan penelitian yang dilakukan sekarang diantaranya penelitian yang dilakukan oleh:

Arif Darmawan (2017) yang mengkaji tentang Faktor-Faktor Yang Dapat Berpengaruh Atas Kebijakan Penyaluran Kredit Bank Umum Di Tahun 2010-2015. Hasil pada penelitian ini umum yaitu varibel X1 DPK berpengaruh positif signifikan terhadap penyaluran kredit bank umum, variabel X2 CAR mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit, variabel X3 NPL memiliki pengaruh negative signifikan terhadap penyaluran kredit, untuk variabel X4 Kurs memiliki pengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit dan variabel BI Rate memiliki pengaruh postif signifikan terhadap penyaluran kredit bank umum.

Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang apa saja yang mempengaruhi penyaluran kredit bank yang ada di bank konvensional atau bank umum serta memiliki dua variabel independen yang sama yaitu DPK dan BI Rate, pada variabel ini juga memiliki hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan sekarang. Sedangkan untuk perbedaan pada penelitian ini yaitu pada tahun penelitian yang berbeda, di penelitian sebelumnya menggunakan tahun 2010-2015 sedangkan pada penelitian yang sekarang menggunakan tahun 2016-2020.

Aditya Martha Putra (2018) yang membahas tentang Pengaruh Inflasi, PDB dan Suku Bunga Kredit Terhadap Penyaluran Kredit Bank Umum di Indonesia (2007-2016). Hasil dari penelitian ini menggunakan metode linear berganda, untuk variabel PDB memiliki pengaruh positif terhadap penyaluran kredit bank umum di indonesia dan untuk variabel suku bunga kredit bank umum tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit serta untuk variabel inflasi berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit bank umum di Indonesia.

(2)

Persamaan pada penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu sama sama ingin mengetahui pengaruh penyaluran kredit bank umum dan ada variabel independen yang sama dengan penelitian sekarang yaitu variabel inflasi. Sedangkan perbedaan pada penelitian ini yaitu pada tahun penelitian yang berbeda, di penelitian sebelumnya menggunakan tahun 2007-2016 sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan tahun terbaru selama 5 tahun yaitu tahun 2016-2020. Yang menjadi perbedaan pada penelitian ini juga terletak pada variabel independen yang diuji, pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel independen inflasi, PDB dan suku bunga kredit sedangkan pada tahun ini menggunakan variabel dana pihak ketiga, suku bunga dan inflasi. Dapat dilihat juga dari hasil pada variabel independen inflasi memiliki hasil yang berbeda.

Pujiyanti (2010) yang membahas tentang Analisis Pengaruh Modal Bank Umum, Dana Pihak Keiga dan Suku Bunga SBI Terhadap Penyaluran Kredit Perbankan Pada Bank Umum di Indonesia. Hasil dari penelitian ini pada uji t variabel modal bank, DPK, Suku Bunga Indonesia secara individual masing-masing dari variabel secara signifikan berpengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan pada tingkat signifikan 5% dan pada uji f variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan.

Persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan variabel dana pihak ketiga dan variabel suku bunga Indonesia dan untuk variabel dependen mengunakan penyaluran kredit pada bank umum Indonesia. Sedangkan perbedaan pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang yaitu pada variabel indpenden ada beberapa variabel yang berbeda.

Novita Mulyawati (2015) pada penelitian ini membahas tentang Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Bank Umum Di Indonesia. Pada penelitian ini memiliki hasil bahwa variabel X1 CAR dan X2 NPL memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap penyaluran kredit bank umum dan variabel X3 SBI dan X4 GDP memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit bank umum

(3)

sedangkan variabel X5 inflasi memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit bank umum.

Persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama ingin mengetahui pengaruh dari penyaluran bank umum dan sama-sama menggunakan variabel suku bunga. Sedangkan perbedaan penelitian ini yaitu dilihat pada variabel independen yang berbeda di penelitian sebelumnya menggunakan variabel independen CAR,NPL, SBI, GDP.

Nenny Harianti Siahaan (2019) yang membahas tentang Analisis Pengaruh DPK,LDR,NPL dan SBI Oleh Bank Umum Terhadap Penyaluran Kredit di Sumatera Utara. Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian ini bahwa variabel X1 DPK memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel penyaluran kredit, untuk variabel X2 Loan Deposite To Ratio (LDR) hasil dari analisis variabel ini memiliki pengaruh negative signifikan terhadap variabel penyaluran kredit. Selanjutnya variabel X3 Non Performing Loan (NPL) memiliki hasil berpengaruh negative signifikan terhadap penyaluran kredit, dan terakhir variabel X4 Suku Bunga Indonesia (SBI) memiliki hasil pengaruh positif signifikan terhadap variabel penyaluran kredit.

Ni Made Junita Sari (2016) membahas tentang Pengaruh DPK, ROA, Inflasi Dan Suku Bunga Indonesia Terhadap Penyaluran Kredit Pada Bank Umum. Hasil pada penelitian ini yaitu variabel DPK berpengaruh positif signifikan terhadap penyaluran kredit bank umum Indonesia, dan variabel ROA, Inflasi dan Suku Bunga Indonesia berpengaruh positif tidak signifikan terhadap penyaluran kredit bank umum .

Pada penelitian ini memiliki persamaan penelitian pada variabel independen yaitu variabel dana pihak ketiga, suku bunga dan inflasi dan memiliki persamaan variabel dependen, untuk hasil penelitian juga memiliki persamaan pada hasil dari variabel dana pihak ketiga. Sedangkan perbedaannya adalah dilihat dari tahun penelitian yaitu pada penelitian terdahulu menggunakan tahun 2011-2015, kemudian pada penelitian sekarang menggunakan tahun terbaru yaitu 2016-2020. Dan juga hasil pada

(4)

variabel suku bunga dan inflasi berbeda karena pada penelitian terdahulu memiliki hasil positif tidak signifikan.

Agus Harianto (2012) yang mengkaji tentang Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Inflasi Terhadap Kredit Pada Bank Umum di Indonesia. Penelitian ini membahas faktor ekternal bank yaitu tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Inflasi terhadap jumlah kredit yang disalurkan oleh bank-bank umum di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga SBI selam kurun waktu 2007 sampai dnegan 2011, demikian pula halnya dengan tingkat inflasi yang disample, yaitu dari tahun 2007 sampai dengan 2011. Sedangkan metode yang digunakan untuk menguji penelitian ini adalah Uji kelayakan model yang digunakan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual, uji F (F test) yaitu untuk mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat, serta uji t (t Test)yaitu untuk menguji hipotesis pengaruh secara individual variabel bebas yang terdapat dalam persamaan regresi terhadap nilai variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit sehingga hipotesis 1 (H1) bahwa suku bunga SBI berpengaruh terhadap kredit diterima. Dengan demikian kenaikan suku bunga SBI akan menurunkan jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di Indonesia. Sedangkan untuk Inflasi menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kredit sehingga hipotesis 2 (H2) bahwa inflasi berpengaruh terhadap kredit tidak diterima (ditolak). Dengan demikian kenaikan inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di Indonesia.

B. Kajian Teori 1. Tentang Bank

a. Pengertian Bank

Tugas utama perbankan yaitu menghimpun dana melalui pihak ketiga dan tujuan dari bank yaitu untuk memenuhi kebutuhan kredit,

(5)

baik itu menggunakan dananya sendiri maupun dengan uang yang telah dikumpulkan dari orang lain. Menurut UUD No. 10 Tahun 1998 mengenai definisi bank. Bank merupakan badan usaha yang memperoleh dana yang berasal dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan mengembalikannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit, serta bentuk-bentuk lainnya dengan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

b. Fungsi Bank

Fungsi utama dari bank ialah mengumpulkan dana yang berasal dari masyarakat, kemudian menyalurkannya kembali, dan juga terdapat berbagai layanan jasa.

1) Menghimpun dana dari masyarakat

Salah satu fungsi dari adanya bank yaitu mengumpulkan dana dari masyarakat yang memiliki dana lebih dalam bentuk tabungan. Bank penting bagi masyarakat untuk menyimpan uangnya agar aman, kemudian sebagai wadah dalam melakukan investasi agar nasabah menjadi lebih merasa aman jika dana mereka investasikan di bank.

Nasabah juga akan memperoleh keuntungan berupa return terhadap simpanan yang memiliki nilai tinggi, semua kembali lagi terhadap kebijakan yang telah ditetapkan oleh bank.

2) Menyalurkan Dana Kepada Masyarakat

Menyalurkan dana kepada masyarakat maksudnya bank bisa memberikan dananya kembali ke masyarakat yang sedang memerlukan dana lebih dalam bentuk pinjaman. Kebutuhan dana tersebut akan jadi mudah diproses pihak bank jika nasabah bisa memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah diberikan oleh bank.

Mengembalikan dana kepada masyarakat merupakan keuntungan bagi bank, keuntungan yang berasal dari bunga bagi bank umum dan bank syariah diperoleh dari bagi hasil.

(6)

3) Pelayanan jasa lainnya

Selain memperoleh kemudian menyalurkan kembali dana dari masyarakat, tersedia juga jasa lainnya yang disediakan untuk masyarakat. Bank menyediakan berbagai macam produk jasa antara lain yaitu pengiriman uang (transfer), pemindah bukuan, L/C Letter Of Credit, penagihan surat berharga, kliring, inkaso, bank garansi serta jasa pelayanan lainnya. Bank memperoleh keuntungan berupa fee atas penyediaan jasa tersebut.

c. Jenis Bank

Bank di Indonesia terbagi atas beberapa macam, yaitu : 1) Bank Sentral

Menurut John Singleton (2011), Bank sentral yaitu tempat bank lain menaruh dana (rekening) kemudian menggunakannya untuk penyelesaian akhir dari transaksi-transaksi bank. Tujuan BI menurut UUD Nomor 23 tahun 1999 yaitu untuk mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Stabilitas pada nilai rupiah sangatlah penting dalam mendukung perekonomian di suatu negara dan taraf hidup masyarakatnya.

2) Bank Umum

Bank Umum menjalankan kegiatan secara konvensional ataupun berlandaskan syariah pada kegiatannya memperoleh dana dari masyarakat, kemudian memberikan kembali dana tersebut pada masyarakat dan menyediakan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

3) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Usaha Bank Perkreditan Rakyat pada pasal 13 UUD No. 7 tahun 1992 terdiri atas :

a) Mengumpulkan dana yang berasal dari masyarakat baik itu berbentuk simpanan yang berupa deposito berjangka, tabungan, atau bentuk lainnya.

b) Memberikan kredit.

(7)

c) Memberikan fasilitas pembiayaan untuk nasabahnya yang berlandaskan atas prinsip bagi hasil, sesuai dengan peraturan pemerintah yang diberlaku.

d) Menyimpan dana baik itu berbentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), sertifikat deposito, deposito berjangka, atau tabungan pada bank lain.

2. Tentang Kredit a. Pengertian Kredit

Kredit dalam bahasa latin yaitu credere artinya ialah percaya dimana pemberi kredit atau kreditur percaya terhadap penerima kredit atau debitur jika kredit yang diberikan atau disalurkan dapat di kembalikan sesuai batas waktu yang telah di sepakati. Bagi yang menerima kredit (debitur), kredit yang diterimanya ialah sebuah kepercayaan artinya yaitu debitur menerima amanah jadi, debitur memiliki kewajiban dalam membayar pinjamannya sesuai dengan jangka waktu yang di tentukan.

Sedangkan kata kredit yang dalam bahasa Yunani ialah “crede”

atau “credo”, artinya yaitu percaya. Jika dihubungkan dengan kegiatan usaha, kredit merupakan suatu kegiatan yang dapat memberikan nilai ekonomi terhadap seseorang atau badan usaha yang berdasarkan kepercayaan pada saat itu, bahwa jumlah uang yang dipinjamkan akan dikembalikan dengan jumlah yang sama dengan kesepakatan jangka waktu yang telah disetujui antara kreditur dan debitur.

Pengertian kredit pada pasal 1 angka 11 undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan undang-undang nomor 7 tahun 1992 mengenai perbankan ialah penyediaan uang ataupun tagihan berdasarkan persetujuan ataupun kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam agar melunasi utangnya setelah jangka waktu yang ditentukan dengan adanya pemberian bunga.

(8)

Menurut Thamrin (2012) mengatakan jika “kredit dapat didefinisikan sebagai tanda suatu kepercayaan. Maksudnya ialah percaya terhadap penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkan akan kembali berdasarkan dengan kesepakatan atau perjanjian yang sudah ditetapkan. Sedangkan bagi penerima kredit yaitu sebagai penerima, jadi mempunyai kewajiban dalam melakukan pembayaran berdasarkan batas waktu yang sudah ditentukan”.

Menurut Ikatan Banker Indonesia (2015), kredit yaitu sebagai penyediaan atau tagihan lain sejenis hal itu yang berdasarkan kesepakatan antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam agar melunasi utangnya, jika melewati jangka waktu tertentu maka akan dikenakan bunga.

b. Tujuan Kredit

Sebagian besar keuntungan untuk perusahaan dalam menjalankan bisnis bersumber pada pemberian kredit, sehingga bisa dikatakan kalau pemberian kredit merupakan salah satu cara pihak perbankan untuk memperoleh tujuannya. Khasmir (2012) tujuan utama dari pemberian kredit yaitu :

1) Untuk mencapai keuntungan bagi pihak bank melalui biaya bunga, provisi, biaya potongan administrasi, dan biaya-biaya yang telah dibebankan pada penerima kredit (debitur).

2) Untuk meningkatkan usaha bagi nasabah yang membutuhkan uang lebih, baik itu dana untuk keperluan investasi ataupun dana untuk keperluan modal kerja agar nasabah tersebut bisa meningkatkan usahanya.

3) Untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan pembangunan dalam berbagai sektor yang ada.

(9)

c. Jenis-Jenis Kredit

Kredit yang diberikan oleh bank umum maupun bank perkreditan rakyat (BPR) terdiri dari beberapa jenis kredit, jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :

Dalam pemberian kredit tentunya kredit memiliki tujuan adapun beberapa jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaannya dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Dilihat dari penggunaannya :

a) Kredit Modal Kerja (KMK) merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan dalam menambah modal kerja bagi setiap perusahaan, dalam setiap pembelian bahan baku, biaya produksi, pemasaran dan lain-lain tentunya diperlukan biaya yang cukup banyak bagi perusahaan. Pada kredit modal kerja dalam pembiayaan persedian, jangka waktu pada pemberian kredit ini paling lama 3 tahun.

b) Kredit Investasi (KI) merupakan kredit yang akan diberikan dalam membiayai kebutuhan barang-barang dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, pendirian proyek baru, perluasan dan keperluan lain yang terkait dengan investasi. Pemberian kredit investasi ini memiliki jangka waktu dari menengah atau panjang.

c) Kredit Konsumtif (KK) merupakan kredit yang akan diberikan kepada perorangan, kredit ini dapat di ajukan oleh perorangan, kelompok ataupun bisa melalui perusahaan dalam keperluan serbaguna atau keperluan konsumtif. Kredit yang termasuk dalam kredit konsumtif ini yaitu kredit perumahan, kredit sewa kredit kendaraan bermotor, kredit pembelian alat rumah tangga, juga kredit bagi pengembangan profesi tertentu seperti dokter, akuntan, notaris dan lainnya.

(10)

2) Dilihat dari segi tujuan kredit

a) Kredit produktif dipergunakan agar dapat meningkatkan usaha maupun investasi.

b) Kredit konsumtif dipergunakan untuk konsumsi pribadi.

c) Kredit perdagangan dipergunakan untuk pedagang biasa dalam membeli barang dagangan kemudian dalam pembayarannya diharapkan berasal dari hasil penjualan barang tersebut.

3) Dilihat dari segi jangka waktu

a) Kredit jangka pendek yaitu kredit yang mempunyai jangka waktu kurang dari 1 tahun dan biasa jangka waktu ini digunakan pada keperluan modal kerja.

b) Kredit jangka panjang yaitu kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit ini memiliki jangka waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun.

4) Dilihat dari segi jaminan

a) Kredit yang diberikan dengan jaminan. Misal jaminan yang diberikan bisa berwujud barang baik itu berwujud maupun tidak memiliki wujud hingga jaminan orang. Maksudnya setiap kredit yang sudah dikeluarkan akan mendapatkan perlindungan senilai dengan jaminan yang sudah diberikan oleh calon debitur.

b) Kredit tanpa jaminan dimana kredit yang diserahkan tanpa jaminan barang ataupun pihak tertentu. Kredit pada jenis ini diberikan dengan cara melihat peluang usaha kedepannya dan karakter serta loyalitas maupun nama baik dari calon debitur.

3. Tentang Dana Pihak Ketiga

Menurut Menurut Kasmir (2014) “dana pihak ketiga (DPK) adalah dana yang dihimpun oleh bank yang dana tersebut berasal dari masyarakat luas, yang terdiri dari simpanan giro (deman deposit), simpanan tabungan (saving deposit), dan simpanan deposit (time deposit).”

Dendawijaya, (2009) dana pihak ketiga (DPK) merupakan dana yang sumber dananya dari masyarakat.

(11)

DPK terdiri dari giro, tabungan, simpanan berjangka dan kewajiban segera lainnya. Menurut Riyadi (2018) dana ini diperoleh dari masyarakat yang kelebihan dananya, dan dana yang mereka miliki tersebut disalurkan kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana melalui proses yang disebut dengan penyaluran kredit. Menurut Ismail (2010) dana pihak ketiga (DPK) juga dikenal dengan nama dana masyarakat merupakan dana yang dihimpun oleh bank yang dananya berasal dari masyarakat dalam arti luas, meliputi individu maupun badan usaha.

Dana pihak ketiga yang dikelola bank ialah dana yang memiliki pengaruh besar pada kredit bank. Kenaikan sumber dana memiliki pengaruh bagi kemampuan bank dalam meningkatkan jumlah pada kredit terhadap nasabah. Maksudnya, semakin besar dana yang dikumpulkan pihak bank berarti kemampuan dari bank dalam menyalurkan dana kredit semakin meningkat jadi sebaiknya kalau dana semakin kecil yang diperoleh pihak bank maka semakin kecil juga dana kredit yang dapat diberikan pihak bank kepada nasabah.

4. Tentang Suku Bunga a. Pengertian Suku Bunga

Menurut Kasmir (2013) bunga bank merupakan balas jasa yang diberikan oleh pihak bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli ataupun menjual produknya. Selain itu bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Umumnya suku bunga dibagi menjadi 2 antara lain : 1) Suku bunga nominal

Suku bunga nominal didefinisikan sebagai tingkat bunga yang wajib dibayar oleh peminjam atau debitur terhadap pemberi pinjaman atau kreditur pada saat jatuh tempo diluar pengembalian pinjaman pokok. Tingkat bunga nominal ialah jumlah dari unsur

(12)

tingkat bunga, yaitu tingkat bunga murni, premi resiko, biaya transaksi dan premi untuk inflasi yang diharapkan.

2) Suku bunga riil

Tingkat suku bunga riil ialah perbandingan antara suku bunga nominal dan inflasi (Mankiw: 2006). Tingkat suku bunga riil bisa di hitung melalui tingkat suku bunga nominal lalu di kurangi inflasi yang sedang terjadi di periode tersebut.

b. Pengertian BI Rate

BI Rate ialah tingkat suku bunga kebijakan yang menunjukkan sikap atau stance kebijakan moneter yang sudah ditentukan oleh BI dan telah di umumkan ke publik. BI rate di umumkan melalui Dewan Gubernur Bank Indonesia di Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diterapkan saat operasi moneter yang dijalankan BI lewat pengelolaan likuiditas dalam pasar uang guna mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.

Sasaran operasional kebijakan moneter di cerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan suku bunga PUAB tersebut diharapkan dapat di ikuti dengan perkembangan suku bunga deposito dan suku bunga kredit dalam perbankan. Atas pertimbangan faktor lainnya dalam suatu kegiatan ekonomi, BI umumnya bisa menaikkan BI rate jika inflasi diprediksi dapat melampaui target yang sudah ditentukan, begitu juga sebaliknya. (www.bi.go.id).

c. Penetapan BI Rate

1) Jadwal Penentuan dan Penetapan

Penetapan respon kebijakan moneter bisa ditetapkan setiap bulan lewat mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan.

a) Respon kebijakan moneter BI Rate ditentukan hingga RDG berikutnya.

(13)

b) Penetapan respon kebijakan moneter BI Rate tetapkan dengan cara memperhatikan efek tunda kebijakan moneter yang mempengaruhi inflasi.

c) Dalam hal terjadinya perkembangan di luar perkiraan, penetapan stance kebijakan moneter bisa ditetapkan sebelum RDG bulanan melalui RDG mingguan.

2) Besar Perubahan BI Rate

Respon kebijakan moneter ditetapkan dalam perubahan BI Rate secara konsisten serta bertahap dengan kelipatan 25 basis poin (bps). Dengan kondisi untuk memperlihatkan intensi BI yang lebih besar pada pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI Rate bisa dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps.

5. Tentang Inflasi a. Pengertian Inflasi

Inflasi ialah suatu keadaan yang bisa berimbas pada harga barang ataupun jasa meningkat secara terus menerus. Sehingga dengan kata lain inflasi ialah turunnya nilai mata uang secara terus menerus.

Mankiw (2007) menjelaskan inflasi yaitu kecenderungan naiknya harga secara terus-menerus dan secara keseluruhan. Kenaikan harga pada beberapa barang tidak bisa dikatakan inflasi, kecuali kalau kenaikan tersebut bisa meluas ke harga barang-barang lain.

b. Teori Inflasi

Teori inflasi dibagi menjadi 3 kelompok teori, setiap teori menunjukkan aspek tertentu mengenai proses inflasi, diantanya:

1) Teori Kuantitas Uang ialah teori inflasi tertua yang menjelaskan inflasi, tetapi masih berguna dalam menjelaskan proses inflasi pada zaman sekarang, apalagi jika pada negara yang masih berkembang.

Teori kuantitas uang menunjukkan peran terhadap proses terjadinya inflasi berasal dari jumlah uang yang beredar dan kondisi psikologi masyarakat terhadap kenaikan harga barang atau jasa. Kesimpulan dari teori kuantitas uang yang pertama, inflasi

(14)

terjadi kalau terdapat penambahan jumlah uang beredar yang berlebihan, jika tidak terdapat kenaikan pada jumlah uang yang beredar maka hanya dapat menaikkan harga barang dan jasa yang bersifat sementara. Kedua, laju inflasi ditentukan pada tingkat jumlah uang yang beredar dan kondisi psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga di masa yang akan datang.

2) Teori Keynes. Menurut Keynes, inflasi terjadi disebabkan masyarakat yang menginginkan barang atau jasa melebihi dari stok yang tersedia, sehingga persediaan yang ada tidak dapat mencukupi permintaan kebutuhan tersebut. Hal tersebut dapat menimbulkan inflationary gap karena permintaan melebihi jumlah barang yang sedang tersedia, maka harga barang atau jasa tersebut akan naik. Kenaikan harga barang atau jasa serta faktor produksi tersebut yang menyebabkan terjadinya inflasi pada suatu perekonomian.

3) Teori Strukturalis. Dasar pemikiran dari teori strukturalis, inflasi terjadi karena adanya kendala struktural dalam perekonomian.

Kaum strukturalis berpendapat bahwa penyebab terjadinya inflasi di negara berkembang karena peningkatan harga komoditi pangan dan inflasi dari luar negeri. Inflasi di negara berkembang umumnya disebabkan oleh tekanan-tekanan, akibat dari pertumbuhan ekonomi terhadap struktur sosial dan perekonomian yang masih tertinggal. Pada sektor pertanian, dikemukakan bahwa lambatnya pertumbuhan produktivitas atau faktor iklim mengakibatkan penurunan produksi atau faktor iklim mengakibatkan penurunan produksi dan peningkatan harga pangan. Di sektor perdagangan luar negeri penurunan nilai mata uang atau depresiasi mengakibatkan harga barang-barang impor menjadi semakin tinggi.

(15)

c. Penggolongan Inflasi 1) Menurut penyebabnya

a) Demand-pull theories of inflation (Inflasi Tarikan Permintaan).

Inflasi tarikan permintaan atau disebut juga inflasi sisi permintaan (demand side of inflation) dan demand shock inflation bermula dari adanya kenaikan permintaan total (aggregate demand) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran agregat dimana produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh (fullemployment). Dalam keadaan kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping menaikkan harga dapat juga menaikkan hasil produksi (output). Apabila kesempatan kerja penuh telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan menaikkan harga yang sering disebut dengan inflasi murni.

Namun jika penambahan permintaan melebihi GNP pada kondisi kesempatan kerja penuh, ini akan mengakibatkan terjadinya inflation gap yang diikuti dengan kenaikan harga- harga.

b) Cost Push Inflation (Inflasi Dorongan Biaya). Inflasi dorongan biaya menekankan pada terjadinya pergeseran kurva aggregate supply sebagai penyebab utama inflasi, yang disebut juga dengan supply side of inflation dan supply shock inflation yang merupakan inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produktivitas dan efisiensi, yang menyebabkan perusahaan mengurangi supply barang dan jasa ke pasar.

Kenaikan biaya produksi dapat timbul dikarenakan beberapa faktor seperti perjuangan serikat buruh yang berhasil menuntut kenaikan upah, harga barang dalam negeri, dan harga barang impor yang belum sanggup diproduksi di dalam negeri.

c) Adalah jenis inflasi yang disebabkan oleh kombinasi kekurangan penawaran atau kelebihan dalam permintaan.

(16)

Inflasi ini sering terjadi karena perilaku permintaan dan penawaran yang tidak seimbang.

d) Faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi tersebut apakah disebabkan oleh adanya perilaku masyarakat yang secara umum bersifat adaptif atau forward looking, karena masyarakat melihat harapan di masa datang akan lebih baik daripada sebelumnya.

Harapan masyarakat ini dapat menyebabkan demand pull inflation maupun cost push inflation tergantung dari harapan masyarakat yang mana yang lebih baik dan bagaimana kondisi persediaan barang dan faktor produksi saat itu dan masa datang.

2) Menurut tingkat keparahannya

a) Inflasi ringan (< 10% setahun), pada indikator dibawah 10%

akan terjadi kenaikan harga akan berjalan secara lambat dan dengan persentase yang rendah serta dengan jangka waktu relatif.

b) Inflasi sedang (10%-30% setahun), pada indikator diantara 10% hingga 30%, akan terjadi kenaikan dengan harga yang relatif cepat sehingga perlu diwaspadai karena dampaknya langsung ke perekonomian.

c) Inflasi berat (30%-100% setahun), pada indikator diantara 30%

hingga 100%, akan terjadi kenaikan cukup besar dan terkadang berjalan dengan waktu yang relatif pendek serta memiliki sifat akselerasi, maksudnya harga minggu ini atau harga bulan ini menjadi lebih tinggi dibanding dengan harga minggu lalu atau harga bulan lalu.

d) Inflasi terakhir yang paling parah disebut dengan hiperinflasi (>100% setahun), akan terjadi kenaikan harga barang atau jasa

(17)

yang berlangsung dengan sangat cepat yang bisa merusak perekonomian.

Selama inflasi terjadi, harga dan upah tidak akan bergerak pada tingkatan yang sama, inflasi dapat berdampak pada redistribusi pendapatan dan kekayaan, dalam golongan ekonomi masyarakat serta bisa memunculkan terjadinya distorsi dengan harga relatif, output, dan kesempatan kerja, dan ekonomi secara menyeluruh (Samuelson,1989).

C. Pengaruh Antar Variabel

1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhdap Penyaluran Kredit

Bank bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara bagi keuangan masyarakat. Oleh karena itu, bank harus selalu berada di tengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat ditampung dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana terbesar yang diperoleh bank dalam meningkatkan aset yang kemudian disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Semakin besar DPK yang dihimpun bank, maka semakin besar pula kemampuan bank untuk menyalurkan dananya. Dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat merupakan sumber dana terbesar yang diandalkan oleh bank, dapat mencapai 80%-90% dari keseluruhan dana yang dikelola oleh bank (Dendawijaya, 2005). Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Arif (2017) yang menyatakan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit.

H1 = Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit

2. Pengaruh Suku Bunga Terhadapt Penyaluran Kredit

Suku bunga yaitu harga jual yang harus dibayar oleh peminjam (debitur) kepada bank yang didasarkan pada suatu perjanjian membuka Kredit. Semakin besar tingkat suku bunga yang di berikan pihak bank

(18)

kepada debitur maka penyaluran kredit akan semakin rendah begitu juga dengan sebaliknya jika semakin kecil tingkat suku bunga bank yang di tawarkan kepada debitur maka penyaluran kredit akan semakin meningkat.

Bunga bank sebagai balasan jasa yang diberikan bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga bagi Bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada Bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). Bagian Bunga pinjaman merupakan harga jual dan bunga kredit merupakan contoh harga jual. Penelitian tentang tingkat suku bunga terhadap penyaluran kredit. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nenny (2019) menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit.

H2 = Suku Bunga Berpengaruh Positif Terhadap Penyaluran Kredit.

3. Pengaruh Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit

Inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus-menerus. Inflasi memiliki hubungan yang negatif dengan permintaan kredit perbankan. Semakin naik harga, maka masyarakat akan semakin enggan untuk melakukan usaha, sehingga pengajuan kredit akan semakin rendah. Meningkatnya inflasi akan menyebabkan masyarakat melakukan penarikan dana yang disimpan di bank sehingga menyebabkan pendapatan bank menurun dan kredit yang disalurkan juga menurun. Selain itu, peningkatan suku bunga pinjaman yang disebabkan oleh inflasi juga akan menghambat bank dalam menyalurkan kreditnya. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Agus (2012) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit bank umum.

H3 = Inflasi berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit.

(19)

D. Kerangka Pikir

Menurut (Sugiyono, 2017) kerangka konseptual merupakan model kerangka pemikiran tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Pada penelitian ini akan di bahas bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai hal yang penting. Adapun kerangka pemikiran yang menjadi batasan ruang lingkup masalah pada penelitian ini :

Sumber: Hasil Olah Data Eviews 9, 2021 Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Keterangan :

Y = Penyaluran Dana Kredit (Milyar Rupiah) X1 = Dana Pihak Ketiga (Milyar Rupiah) X2 = Suku Bunga (persen)

X3 = Tingkat Inflasi (persen) E. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2017) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu

(20)

adanya bukti kebenaran melalui data yang terkumpul pada penelitian ini. Dari kerangka pemikiran di atas yang sudah di uraikan, sehingga hipotesis yang di tetapkan pada penelitian ini adalah :

1. Diduga terdapat pengaruh positif dana pihak ketiga terhadap penyaluran kredit yang diberikan bank umum pada bulan januari sampai desember periode tahun 2016 hingga tahun 2020.

2. Diduga terdapat pengaruh positif suku bunga terhadap penyaluran kredit yang diberikan bank umum pada bulan januari sampai desember periode tahun 2016 hingga tahun 2020.

3. Diduga terdapat pengaruh positif inflasi terhadap penyaluran kredit yang diberikan bank umum pada bulan januari sampai desember periode tahun 2016 hingga tahun 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian sekarang dilakukan oleh Wisnu Aditya Nurkamal untuk menguji ulang pengaruh dimensi gaya hidup terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan objek yang berbeda dengan

Sedangkan menurut Mitra pada buku tersebut dan pada halaman yang sama, bahwa inovasi merupakan eksploitasi yang berhasil dari suatu gagasan baru atau dengan kata lain

1) Mutu produkatau jasa, yaitu mengenai mutu produk atau jasa yang lebih bermutu dilihat dari fisiknya. 2) Mutu pelayanan, berbagai jenis layanan selalu dikritik

Tentang berapa jumlah hakam yang ideal, Pasal 76 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama tidak menentukan secara rinci, hanya menyebut

Atas dasar hal ini, maka penelitian tentang: Kajian aktivitas dan mekanisme kerja molekuler antikanker ekstrak etanol daun Chromolaena odorata Linn pada Tikus Putih Wistar

Apabila saya terpilih sebagai calon pimpinan Baznas Kabupaten Kuantan Singingi Periode 2021-2026, Surat Pernyataan ini akan dibuktikan dengan Surat Keterangan dari

Potongan harga merupakan diskon produk atau harga marginal rendah yang diberikan untuk mempengaruhi konsumen dalam berbelanja agar lebih impulsif Iqbal

Kesimpulan yang dapat diambil adalah Undang undang No.12 tahun 2006 mengatur tentang pengaturan kewarganegaraan, pemberian kewarganegraan, hilangnya kewarganegaraan, tata cara