i Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
PERANCANGAN MEDIA PENYULUHAN KEPADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK KETERBELAKANGAN MENTAL
Oleh Hendra Darmawan
NRP 1464901
Tuna grahita/disabilitas mental merupakan salah satu jenis disabilitas yang dialami oleh anak Indonesia. Anak Tuna Grahita adalah anak yang mengalami keterbatasan/ gangguan intelektual di bawah rata-rata dan ketidak mampuan penyesuaian perilaku. Permasalahan anak tuna grahita berkaitan dengan ‘bina diri’ seperti makan, berpakaian, memakai sepatu dan toilet training (hasil wawancara dengan orangtua anak tuna grahita). Sementara, masih banyak orangtua yang tidak mampu melatih bina diri anak mereka, karena kurangnya media informasi.
Tujuan perancangan ini adalah tersedianya media penyuluhan kepada orangtua anak disabilitas mental tentang ‘bina diri’. Manfaat perancangan ini: 1) Forum Komunikasi Keluarga Anak Dengan Kecacatan (FKKADK) Kota Bandung memiliki media Penyuluhan bagi orangtua; 2) orangtua anak tuna grahita dari kalangan menengah kebawah dapat melatih bina diri pada anak disabilitas mental mereka .
Metoda yang digunakan adalah merancang media penyuluhan dengan booklet buku panduan dengan gaya layout berorientasi landscape.. Untuk memudahkan orangtua mengajarkan anak, maka buku panduan ini dirancang bisa digantung (seperti kalender duduk), pakai ring agar mudah di buka setiap lembarnya, dan menggunakan kertas yang tidak mudah lecek. Buku dilengkapi dengan gambar ilustrasi (tracing dari fotografi model) tentang kegiatan bina diri.
ii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
LEMBAR PENGESAHAN... ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN... iv
KATA PENGANTAR... ... v
ABSTRAK... ... vi
DAFTAR ISI….………... vii
DAFTAR GAMBAR………... x
DAFTAR TABEL ………...…… BAB I : PENDAHULUAN………. x 1.1 Latar Belakang……….……… 1
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup……….. 2
1.3 Tujuan Perancangan………. 3
1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data………. 3
1.5 Skema Perancangan………. 4
BAB II: LANDASAN TEORI………...…… 5
2.1 Teori Disabilitas Mental (Tunagrahita) ……….. 5
2.1.1. Pengertian……….….. 6
2.1.2. Klasifikasi Anak Tunagrahita……….……… 7
2.1.3. Perkembangan Anak Tunagrahita……….. 9
2.1.4. Permasalahan Anak Tunagrahita……… 11
2.2. Membantu Bina Diri Anak Tunagrahita………. 12
2.2.1. Fungsi Dari Bina Diri………. 13
2.2.2 Ruang Lingkup Kemampuan Bina Diri……..……… 14
2.2.3. Membantu Anak Bina Diri…………..……….. 14
2.2.4. Metode Modeling………...……… 14
iii Universitas Kristen Maranatha
2.3.1. Tujuan dan Fungsi Media Penyuluhan……….. 16
2.3.2. Klasifikasi Media Penyuluhan………...…… 18
BAB III: DATA DAN ANALISIS MASALAH………...……… 20
3.1. Data dan Fakta... 20
3.1.1. Forum Komunikasi Keluarga Anak Dengan Kecacatan (FKKADK)... ……… 20 3.1.2. Data Tentang Gejala/fenomena Yang Terjadi……… 23
3.1.3. Tinjauan Tentang Proyek Penyuluhan Bagi Orangtua Anak Disabilitas Mental Yang Pernah Dikerjakan……….….…. 23 3.2. Analisis Terhadap Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta……….. 25
3.2.1. Pemecahan Masalah………...……… 26
3.2.2. Analisis SWOT………..……… 27
3.2.3. STP………..….. 28
BAB IV: PEMECAHAN MASALAH... 29
4.1 Konsep Komunikasi………. 29
iv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Perancangan……… 4
Gambar 3.1 Logo FKKADK ………. 20
Gambar 3.2 Cover dan Isi Buku Mental Retardation………. 24
Gambar 4.1 Contoh Penggunaan Tracing Dari Foto Menjadi Gambar Ilustrasi ……… 30 Gambar 4.2 Cover Pemberian Kotak Dan Warna Pada Aktivitas Bina Diri Anak………... 31 Gambar 4.3 Cover Buku Depan Panduan Pengasuhan Melatih Bina Diri Anak Tunagrahita………..….…... 32 Gambar 4.4 Contoh Belakang Berisikan Daftar Isi……….…….. 33
Gambar 4.5 Contoh Halaman Pengantar Dengan Menggunakan Batik Jawa Barat ………. 34 Gambar 4.6 Contoh Aktivitas Menggosok Gigi Anak di Perjelas Dengan Warna Dan Kotak………...……….. 34 Gambar 4.7 Contoh Aktivitas Menggosok Gigi Anak Diperjelas Dengan Kotak Dan Diberi Warna………...…………... 35 Gambar 4.8 Contoh Gambar Aktivitas Memakai Kaos Oblong Diperjelas Dengan Warna Dengan Kotak………. 35 Gambar 4.9 Contoh gambar alat-alat kebersihan……… 36
Gambar 4.10 Jenis Typografi Untuk Teks Pada Buku Menggunakan Tipografi Berjenis Comic Sans MS………. 37 Gambar 4.11 Jenis typografi untuk judul buku menggunakan Cooper Black….. 37
Gambar 4.12 Cover Buku Bagian Depan………..………... 41
Gambar 4.13 Cover Buku Bagian Belakang………. 41
Gambar 4.14 Isi Buku Tentang Pengantar………...…. 42
Gambar 4.15 Isi Buku Tentang Melatih Makan………... 42
v Universitas Kristen Maranatha
Gambar 4.17 Isi Buku Tentang Membimbing Aktivitas Mandi……...………. 43
Gambar 4.18 Isi Buku Tentang Membimbing Menggunakan Kamar Mandi…...…. 44
Gambar 4.19 Isi Buku Tentang Membimbing Air Besar/Kecil………….………… 44
Gambar 4.20 Isi Buku Tentang Membimbing Memakai Baju Dalam…………...… 45
Gambar 4.21 Isi Buku Tentang Membimbing Memakai Celana Luar………...…… 45
Gambar 4.22 Isi Buku Tentang Membimbing Memakai Kemeja……….. 46
Gambar 4.23 Isi Buku Tentang Membimbing Menyisir Rambut………….…...….. 46
Gambar 4.24 Isi Buku Tentang Membimbing Memakai Bedak……….... 47
Gambar 4.25 Isi Buku Tentang Membimbing Memakai Kaos Kaki Dan Sepatu…. 47
Gambar 4.26 Isi Buku Tentang Mengenalkan Alat Kebersihan……… 48
Gambar 4.27 Isi Buku Tentang Membimbing Membersihkan Kamar Dan
Lingkungan………..
48
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data FKKADK Tingkat Kecamatan Dan Jumlah Anak Disabilitas
Tahun 2015……….………...………
22
Tabel 4.2 Timeline Promosi 2015………...……….. 39
Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuna grahita/disabilitas mental merupakan salah satu jenis disabilitas yang
dialami oleh anak Indonesia. American Association of Mental Deficiency (AAMD)
berpendapat bahwa anak yang memiliki keterbelakangan/disabilitas mental adalah
anak yang berusia di bawah 18 tahun mengalami keterbatasan/ gangguan intelektual
di bawah rata-rata dan ketidak mampuan penyesuaian perilaku (1995). Oleh sebab
itu, anak yang memiliki keterbelakangan mental secara bersamaan mengalami lebih
dari dua keterbatasan yaitu dari segi intelektual dan segi kemampuan penyesuaian
yaitu kemampuan yang berkaitan dengan komunikasi, mengurus diri, kehidupan di
lingkungan keluarga, kemampuan sosial, melatih diri, membaca dan menulis,
menghitung, memanfaatkan waktu luang dan melakukan pekerjaan.
Jenis tuna grahita dapat dibedakan dalam tiga katagori , yaitu: (1) Tunagrahita
ringan disebut moron atau debil. Kelompok ini memiliki IQ berkisar antara 50-70,
mereka masih bisa belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana; (2)
Tunagrahita sedang disebut imbesil. Kelompok ini memiliki IQ antara 51-36, dan
mereka bisa mencapai perkembangan usia mental (Mental Age) sampai kurang lebih
7 tahun. Mereka dapat dididik mengurus diri mereka sendiri, melindungi diri sendiri
dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung di
hutan, dan sebagainya; (3)Tunagrahita berat sering disebut idiot. Kelompok ini dapat
dibedakan lagi antara anak tunagrahita berat dan sangat berat. Tunagrahita berat
memiliki IQ antara 32-20.
Salah satu isu permasalahan anak tuna grahita (termasuk anak tunagrahita ringan)
berkaitan dengan ‘bina diri’ atau mengurus dirinya sendiri seperti makan,
berpakaian, memakai sepatu dan toilet training, Hal ini seperti dikemukakan oleh
para orangtua yang memiliki anak disabilitas mental usia Sekolah Dasar (7-12 tahun)
Universitas Kristen Maranatha 2 seperti memakai baju sendiri, makan sendiri, pakai sepatu dan buang air besar (toilet
trainning). Orangtua juga merasa tidak mampu melatih anak mereka untuk mandiri,
karena kurangnya informasi. Hal ini juga dikemukakan oleh pengurus Forum
Komunikasi Keluarga anak dengan Kecacatan (FKKADK) Kota Bandung, bahwa
mereka belum memiliki media informasi secara visual tentang bagaimana orangtua
melatih kemampuan anak disabilitas mental sehingga dapat melakukan bina diri atau
mengurus diri sendiri.
Berdasarkan teori behavioristik tentang modeling (peniruan) menurut Albert
Bandura bahwa anak disabilitas mental yang mampu latih/didik dapat dilatih
melakukan bina diri berdasarkan model yangakan ditiru, yaitu perilaku orangtuanya.
Cara peniruan tersebut dilakukan dengan pengulangan. Untuk itu diperlukan media
visual bagi orangtua, sehingga orangtua dapat menjadi ‘model’ untuk melatih anak
disabilitas mental melakukan bina diri, seperti pakai baju, melatih anak pakai sepatu,
toilet training, dan makan sendiri
(http://12008ars.blogspot.co.id/2013/06/teori-albert-bandura).
Desain Komunikasi Visual dapat berperan disini untuk membuat media
penyuluhan secara visual seperti buku, booklet, leaflet yang komunikatif dengan
gambar-gambar yang dapat ditiru (dicontoh) dan mudah dimengerti orangtua juga
anak disabilitas mereka dalam melatih bina diri anak mereka.
Oleh karena itu, penulis mengangkat topik ini sebagai pemecah masalah/ solusi
bagi FKKADK Kota Bandung agar tersedianya media visual yang bisa digunakan
untuk memberikan penyuluhan bagi orang tua yang memiliki anak tuna grahita ringan,
khususnya orang tua pada masyarakat menengah ke bawah. Berdasarkan latar
belakang di atas, maka penulis mengangkat tugas akhir dengan judul “Penyuluhan
Tentang Bina Diri bagi Orangtua Anak Keterbelakangan Mental Usia Sekolah”.
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup
Berdasarkan permasalahan yang sudah ada di latar belakang di atas, maka rumusan
Universitas Kristen Maranatha 3
a. Bagaimana media penyuluhan visual tentang cara orang tua membimbing
bina diri anak disabilitas mental usia sekolah ?
b. Bagaimana membuat media informasi visual tentang bina diri anak disabilitas
mental usia sekolah (anak SD)?
1.3 Tujuan Perancangan
Berdasarkan permasalahan yang sudah di ungkapkan pada bagian sebelumnya maka
dapat disimpulkan yang ingin diperoleh, yaitu :
a. Merancang dan membuat visual yang tepat dan efektif tentang cara bina diri
anak disabilitas mental.
b. Membuat media kampanye tentang cara bina diri anak disabilitas mental yang
memuat tentang: 1) Aktivitas makan dan minum; 2) Membersihkan diri (
mengosok gigi, mandi, ke kamar kecil/WC, berpakaian, berhias diri,
memakai kaos kaki dan sepatu); dan 3) Membersihkan lingkungan sekitar
rumah.
1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan penelitian ini digunakan beberapa sumber data yang dapat
dipercaya kebenarannya, antara lain melalui :
a. Observasi
Observasi yang dilakukan dengan cara mengamati langsung tentang : 1)
Aktivitas sehari-hari/ bina diri anak disabilitas mental di keluarga dan di SLB
dan , 2) Bagaimana orangtua membimbing bina diri anak disabilitas mereka.
Untuk memperoleh data bna diri dari anak disabilitas mental (tuna grahita)
b. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada beberapa nara sumber seperti orang tua anak
disabilitas mental di SLB Sukakjadi, Pengurus FKKADK, Guru SLB dan
Universitas Kristen Maranatha 4 dengan bina diri anak disabilitas mental, media apa yang dibutuhkan dalam
melatih bina diri anak tuna grahita.
c. Studi Pustaka Dan Literatur
Studi pustaka dan literatur untuk memperoleh landasan teori yang berkaitan
dengan anak disabilitas mental (tuna grahita), bina diri untuk anak disabilitas
mental, dan media penyuluhan.
Universitas Kristen Maranatha 49 BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Media penyuluhan visual bagi orangtua tentang cara membimbing bina diri anak disabilitas mental usia sekolah dapat di rancang dengan media booklet buku panduan berorientasi landscape yang di digantung (pakai ring) agar mudah di di buka setiap lembarnya, dan menggunakan kertas yang tidak mudah lecek. Buku panduan ini akan digunakan oleh Forum Komunikasi Keluarga Anak dengan Kecacatan (FKKADFK) Kota Bandung sebagai media penyuluhan.
Buku panduan ini menggunakan konsep komunikasi verbal dan visual tentang langkah-langkah membimbing bina diri anak. Konsep kreatif visual menggunakan gambar ilustrasi yang dibuat dari tracing fotografi model yang melakukan aktivitas bina diri tentang cara makan, mengurus diri, dan membersihkan lingkungan. Gambar ilustrasi pada tahapan bina diri ini melengkapi komunikasi verbal tentang membimbing bina diri sehingga menjadi acuan agar orangtua mudah membimbing dan menunjukkan model yang dapat ditiru oleh anak disabilitas mental (katagori mampu latih) mereka.
Bacaan buku panduan ini agar lebih menarik dan tidak formal, maka digunakan typografi
Comic Sans MS pada teks dengan ukuran 16 point dan Cooper Black untuk judul tema
tentang aktifitas bina diri. Warna typografi menggunakan warna biru dan merah, menunjukkan hal yang perlu diperhatikan. Warna pada gambar visual menggunakan warna-warna –warna-warna cerah dan di beri kotak untuk menunjukkan kegiatan bina diri.
5.2 Saran
Untuk mengoptimalkan rancangan media penyuluhan bagi orangtua anak disabilitas, maka di sarankan sebagai berikut:
1. Merancang media dengan gambar yang lebih detail tentang tahapan bina diri, seperti
langkah-langkah mengajarkan anak makan, minum
2. Meminta saran dari orangtua anak disabilitas mental tentang kelengkapan media
Universitas Kristen Maranatha 50
DAFTAR PUSTAKA
Astati. Bina Diri Anak Tuna Grahita. (Online). http://file.upi.edu/Direktori/FIP /JUR._PEND. LUAR_BIASA . Diakses tanggal 10 September 2015
Desain Studio. Ada Apa Dengan Comic Sans. (Onlline).(http://www.desainstudio. com/2010/07/aadc-ada-apa-dengan-comic-sans.html). Diakses tanggal 25 November 2015
Gunarsa, Singgih D. 2006. Seri Psikologi: Dasar dan teori perkembangan anak. Jakarta. Gunung Mulia
Sudarjat, Dodo. dan Lilis Rosida. 2013. Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus . Jakarta. PT Luxima Metro Media
Sutjihati Somantri. 2005. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung; Refika Aditama
Kementrian Sosial. 2010. Profil Forum Komunikasi Keluarga Anak dengan Kecacatan
(FKKADK)
Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Design Komunikasi Visual. Yogyakarta. Penerbit ANDI Yokyakarta.
Mamad Widya., 1997. Bina Diri bagi Anak Berkebutuhan khusus. file.upi.edu/Direktori/
...MAMAD_WIDYA/Artikel_Bina_Diri.pdf. Diakses tanggal 15 September 2015
Mohamad Amin. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung. IKIP
National Association For Retarded Children. 1968. A Helpful Guide In The Training Of A
Mentally Retarded Child . New York, Lexington Avenue.
Johnson, Vicki M dan Werner, Roberta A (1977). A step-by-step learning guide for