Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
vii DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR DIAGRAM ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Metode ... 7
F. Definisi Konsep ... 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Emosi ... 12
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
viii
C. Perkembangan Emosi Anak Pra Sekolah ... 27
D. Asesmen ... 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 58
B. Strategi Pengumpulan ... 61
C. Analisis Data ... 65
D. Langkah-langkah Penelitian ... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis ... 70
1. Bentuk Draf Rancangan Instrumen Asesmen Perkembangan Emosi aNak Pra Sekolah ... ..70
2. Hasil Validasi Oleh Para Ahli ... 94
3. Hasil Uji Coba ... 110
B. Pembahasan ... 137
1. Penyusunan Draf Instrumen Asesmen ... ..137
2. Hasil Validasi ... 138
3. Hasil Uji Coba ... 139
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ………. ...143
B. Rekomendasi ………143
DAFTAR PUSTAKA ... 145
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak ada seorang individu pun yang sama persis satu sama lain didunia
ini sekalipun mereka kembar pasti memiliki perbedaan. Individu terlahir dengan
beragam perbedaan dan berjuta potensi yang bisa dikembangkan. Perkembangan
individu baik atau tidak tergantung kepada lingkungan tempat individu tersebut
berada. Apakah lingkungannya dapat memberikan apa yang dibutuhkan individu
tersebut atau sebaliknya malah menghambat perkembangan pada individu
tersebut. Lingkungan yang mendukung perkembangan individu adalah lingkungan
yang dapat memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan individu tersebut untuk
mendukung perkembangannya.
Secara alami seorang individu akan mengalami tahapan proses
perkembangannya dimulai dari keluarganya. Keluarga mempunyai peran penting
untuk mengembangkan potensi individu. Lingkungan berikutnya yang akan
didatangi oleh seorang individu yaitu sekolah. Ruang lingkup sekolah lebih besar
ketimbang keluarga karena aspek–aspek yang mempengaruhi perkembangan
individu disekolah lebih luas lagi. Aspek perkembangan kognitif, komunikasi,
moral/etika, social, emosi dan motorik di sekolah lebih luas daripada di rumah.
Orang tua harus mempersiapkan anaknya untuk memasuki lingkungan sekolah
yang lebih beragam dalam hal interaksi. Orang tua perlu memperhatikan aspek
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
2 awal bagi anak untuk memasuki lingkungan sekolah karena di sekolah anak akan
berinteraksi dengan banyak orang.
Karena emosi memainkan peran yang sedemikian penting dalam
menentukan cara penyesuaian pribadi dan sosial yang akan dilakukan anak, tidak
hanya dalam masa kanak – kanak tetapi juga setelah mereka tumbuh menjadi
remaja dan dewasa maka perkembangan mereka harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan penyesuaian yang baik (Hurlock, 2005). Segala sesuatu yang
mengganggu perkembangan emosi yang baik akan menghambat penyesuaian yang
dilakukan anak. Lagipula, karena dasar bagi berbagai pola emosi terletak pada
awal kehidupan, maka tahun - tahun awal kehidupan adalah periode yang penting
dalam menentukan bentuk pola itu.
Penelitian-penelitian mengenai emosi yang dilakukan pada anak-anak
menunjukkan bahwa emosi memainkan peranan penting dalam perkembangan
seorang anak. Pentingnya peranan emosi dalam perkembangan anak akan terlihat
melalui akibat yang muncul sebagai akibat deprivasi emosi. Deprivasi emosi
diartikan sebagai keadaan dimana seorang anak kurang memperoleh kesempatan
untuk mendapatkan pengalaman emosional yang menyenangkan, khususnya kasih
sayang, kegembiraan, kesenangan, dan rasa ingin tahu (Sunaryo & Sunardi, 2006).
Hal ini biasanya dijumpai pada anak-anak yang diterlantarkan atau ditolak oleh
orang tuanya, atau anak-anak yang dirawat di lembaga-lembaga seperti rumah
sakit atau panti-panti asuhan dalam waktu yang lama (Sunaryo & Sunardi, 2006).
Meskipun pola perkembangan emosi dapat diramalkan, tetapi terdapat
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
3 emosi dan juga usia pemunculannya. Variasi ini sudah mulai terlihat sebelum
masa bayi berakhir dan semakin sering terjadi dan lebih mencolok dengan
meningkatnya usia kanak-kanak (Hurlock, 2005).
Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih
lunak karena mereka harus mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi
yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang
menyenangkan lainnya (Hurlock, 2005). Selain itu, karena anak-anak mengekang
sebagian ekspresi emosi mereka, emosi cenderung bertahan lebih lama daripada
dengan jika ekspresi itu diekspresikan secara lebih kuat (Hurlock, 2005).
Perkembangan emosional mempunyai suatu arah yaitu keseimbangan
emosional yang diartikan sebagai suatu pengendalian emosi yang menyenangkan
dan emosi yang tidak menyenangkan. Satu hal perlu diperhatikan dalam
keseimbangan emosional yaitu pengendalian emosi yang diartikan sebagai
pengarahan energi emosional ke dalam saluran ekspresi yang berguna dan dapat
diterima oleh lingkungan sosial. Bila seseorang individu telah berhasil
mengendalikan emosinya, maka dikatakan bahwa dia telah mencapai kematangan
emosional.
Karena emosi memainkan peran yang sedemikian penting dalam
kehidupan, maka penting diketahui bagaimana perkembangan dan pengaruh emosi
terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. Sukar mempelajari emosi anak-anak
karena informasi tentang aspek emosi yang subjektif hanya dapat diperoleh
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
4 tersebut dengan baik karena mereka masih berusia sedemikian muda (Hurlock,
2005).
Asesmen merupakan salah satu cara dalam proses pengumpulan data untuk
tujuan pembuatan keputusan dan menerapkan seluruh proses pembuatan
keputusan tersebut, mulai dari diagnosa paling awal terhadap problem
perkembangan sampai penentuan akhir terhadap program anak, serta merupakan
salah satu komponen dari dua komponen utama dalam perkembangan manusia
yang sengaja didesain untuk mencegah kelainan agar dapat berkembang secara
optimal. Komponen yang satunya adalah intervensi (Sunaryo & Sunardi).
Asesmen perkembangan emosi sangat diperlukan untuk mengetahui
hambatan perkembangan emosi anak prasekolah. Namun saat ini asesmen yang
bisa digunakan untuk mengetahui hambatan perkembangan emosi anak
prasekolah sangat sedikit sekali, sekalipun ada saat ini hanya bisa mendeteksi
hambatan emosi berdasarkan berat dan ringan tidak mendeteksi setiap aspek
perkembangan emosinya. Sebagaimana dikemukakan oleh (Herlina, 2007) bahwa
“bentuk dari hambatan perkembangan emosi anak itu ada 3 kategori besar yaitu 1) behavior problems yaitu problem perilaku, tidak merugikan orang lain, namun dapat merugikan perkembangan diri si anak, dan masih dalam taraf ringan. 2) behavior disorder yaitu perilaku yang menyimpang bila dibandingkan anak seusianya, yang ini sudah agak berat karena sudah tergolong merugikan diri sendiri dan orang lain. 3) behavior maladjusting yaitu perilaku yang keliru yang dilakukan anak-anak untuk mengatasi tuntutan dari lingkungan maupun dari dalam dirinya sendiri, juga merupakan kompensasi yang negatif”.
Oleh sebab itu untuk memudahan, dalam mengetahui hambatan
perkembangan emosi anak prasekolah perlu dikembangkan instrumen asesmen
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
5 specifik sehingga bisa menggambarkan perkembangan emosi pada tiap aspek
perkembangan emosi anak secara detail. Hasilnya kemudian dilakukan analisis
secara cermat sehingga dapat diketahui tentang kondisi obyektif anak, terutama
kekuatan dan kelemahan pada tiap-tiap aspek perkembangan emosi, yang
selanjutnya perlu mendapatkan penguatan melalui intervensi.
Mengingat begitu minimnya instrumen asesmen perkembangan emosi
anak prasekolah dan pentingnya mengetahui hambatan perkembangan emosi anak
pra sekolah secara dini maka peneliti memutuskan untuk menyusun sebuah
instrumen asesmen emosi anak pra sekolah yang dibuat berdasarkan teori
perkembangan emosi sebagaimana dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock, yang
dianggap bisa menjelaskan aspek-aspek perkembangan emosi anak pra sekolah.
Aspek-aspek perkembangan emosi anak prasekolah menurut Elizabeth B. Hurlock
yaitu rasa takut, malu, canggung, khawatir, marah, cemburu, dukacita,
keingintahuan, kegembiraan/keriangan/kesenangan, dan kasih sayang. Instrumen
asesmen aspek emosi diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui setiap aspek
perkembangan emosi anak prasekolah, sehingga apabila anak mengalami
hambatan atau bahkan kelainan pada salah satu aspek perkembangan emosinya,
akan lebih mudah terditeksi secara dini sehingga makin dini dan mudah intervensi
yang diberikan karena intervensi yang diberikan hanya pada aspek perkembangan
emosi yang mengalami hambatan saja (Herlina, 2007). Oleh karena itu peneliti
mengambil judul “ASESMEN ASPEK EMOSI UNTUK MENGETAHUI
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
6
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Berangkat dari latar belakang tersebut, permasalahan pokok penelitian ini
adalah : ”Bagaimana aplikasi teori Elizabeth B. Hurlock dalam asesmen aspek
emosi untuk mengetahui hambatan perkembangan emosi anak pra sekolah?”
Untuk mengarahkan pelaksanaan penelitian, maka dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana draf rancangan instrumen asesmen aspek emosi bagi anak pra
sekolah berdasarkan teori Elizabeth Hurlock ?
2. Bagaimana hasil uji coba instrumen asesmen aspek emosi anak pra sekolah ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk membuat sebuah instrumen asesmen
aspek emosi untuk mengetahui hambatan perkembangan emosi anak pra sekolah.
Asesmen tersebut dikembangkan berdasarkan teori perkembangan emosi yang
dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock. Jadi, produk dari penelitian ini adalah
tersusunnya sebuah instrumen asesmen aspek emosi untuk mengetahui hambatan
perkembangan emosi anak pra sekolah.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dalam disiplin ilmu pendidikan terutama dalam pendidikan
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
7 2. Manfaat praktis.
Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
untuk mengetahui sejauh mana perkembangan emosi anak pra sekolah, sehingga
apabila anak mengalami hambatan atau bahkan kelainan pada aspek
perkembangan emosinya, bisa terditeksi secara dini sehingga akan makin dini pula
intervensi dapat dilakukan.
a. Bagi lembaga-lembaga pendidikan usia dini/prasekolah
Tersedianya instrumen asesmen aspek emosi untuk mengetahui hambatan
perkembangan emosi anak prasekolah.
b. Bagi Guru
Dapat digunakan guru untuk mengetahui sejauh mana perkembangan emosi
anak pra sekolah.
c. Peneliti Selanjutnya
Manfaat bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai pembelajaran yang sangat
berharga untuk mengembangkan diri dalam penyusunan instrumen-instrumen
asesmen yang lainnya, sebagai bekal pengabdian di masyarakat terutama pada
jalur pendidikan kebutuhan khusus.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap:
1. Tahap pertama: penelitian tahap pertama dilakukan untuk mengetahui bentuk
draf rancangan instrumen asesmen emosi yang dibuat berdasarkan teori
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
8 terhadap teori-teori, konsep-konsep perkembangan emosi anak prasekolah
menurut Elizabeth B. Hurlock. Setelah itu, peneliti melakukan expert
judgment untuk memvalidasi draft rancangan instumen asesmen aspek emosi.
Metode kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada tahap
pertama.
2. Tahap kedua: penelitian tahap kedua dilakukan untuk menguji coba
instrumen sehingga akhirnya diperoleh instrumen asesmen aspek emosi anak
pra sekolah yang valid dan reliabel. Metode kuantitatif adalah metode yang
digunakan dalam penelitian tahap kedua.
F. Definisi Konsep
1. Asesmen
Selain istilah penilaian kini juga populer istilah asesmen (assessment) dan
orang yang melakukan asesmen disebut asesor. Menurut popham (1995:3)
asesmen pendidikan merupakan sebuah usaha formal untuk menentukan status
peserta didik berkenaan dengan berbagai variasi pendidikan yang menjadi
perhatian guru. Di pihak lain, menurut Airasian (1991:3) asesmen merupakan
proses pengumpulan, penafsiran, dan sintesis informasi untuk membuat
keputusan.
Asesmen terkait langsung dan menjadi bagian dengan proses pembelajaran
dan dilakukan secara berkelanjutan selama berlangsungnya proses pembelajaran
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
9 dipantau dan dapat dijadikan bukti dan informasi yang diperlukan dalam
penilaian. Jadi asesmen dilakukan baik secara informal maupun formal baik lewat
pengamatan, penugasan, maupun tes dan lain – lain yang dapat memberikan
informasi otentik tentang peserta didik. Dengan demikian, tes yang dimaksudkan
untuk mengukur kopetensi peserta didik berkaitan dengan hasil pembelajaran,
hanyalah bagian dari asesmen. Menurut Brown (2004:6) semua tes bersifat
formal, tetapi tidak semua asesmen formal merupakan tes. Misalnya, asesmen
porto - folio dan proyek.
2. Emosi
Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak dalam diri
individu yang sifatnya disadari. Oxford English Dictionary mengartikan emosi
sebagai suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu atau setiap
keadaan mental yang hebat. Selain itu, Daniel Goleman merumuskan emosi
sebagai sesuatu yang merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya,
suatu keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Emosi dapat dikelompokkan sebagai suatu rasa marah, kesedihan, rasa
takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel atau malu
(http://www.e-psikologi.com).
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:79) reaksi yang tidak menyenangkan
pada bayi dapat diperoleh dengan cara mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba,
membuat suara keras atau membiarkan bayi menggunakan popok yang basah.
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
10 kuat. Sebaliknya reaksi yang menyenangkan dapat tampak jelas tatkala bayi
menyusui pada ibunya.
3. Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
4. Pola Perkembangan Emosi Masa Kanak – Kanak Awal menurut Elizabeth B.
Hurlock.
Perkembangan Emosi adalah kemampuan untuk mengekspresikan
perasaan – perasaan seperti : takut, malu, canggung, khawatir, marah, cemburu,
dukacita, keingintahuan, kegembiraan/keriangan/kesenangan, dan kasih sayang.
5. Hambatan perkembangan emosi
Hambatan perkembangan emosi menurut Elizabet B.Hurlock yaitu suatu
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
11 6. Pengertian Usia Anak Pra Sekolah
Menurut Kozier, rentang usia untuk masa prasekolah adalah mulai 3-4
tahun, sedangkan menurut Wong periode prasekolah berkisar antara usia 3-5
tahun. Di Indonesia, masa prasekolah berdasarkan Peraturan Pemerintah No 20
tahun 1990, bahwa yang dimaksud usia prasekolah adalah anak yang berumur
kalender antara 3-6 tahun (Yusuf,2004), menurut Elizabeth B. Hurlock bahwa
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Produk akhir dari penelitian ini adalah sebuah instrumen asesmen aspek emosi
untuk mengetahui hambatan perkembangan emosi anak prasekolah. Penelitian
dilaksanakan menggunakan mixed method research design.
Pada Bab I tesis ini dikemukakan bahwa terdapat dua pertanyaan penelitian
yang coba dijawab melalui peneletian ini. Pertanyaan penelitian pertama, “Bagaimana
draf rancangan instrumen asesmen aspek emosi bagi anak prasekolah berdasarkan
teori Elizabeth.B Hurlock ”. difokuskan pada analisis literatur dan pendapat para ahli
atau stakeholder mengenai rancangan instrumen asesmen aspek emosi bagi anak
prasekolah berdasarkan teori Elizabeth.B Hurlock.
Data yang diperoleh melalui pertanyaan penelitian tersebut merupakan data
kualitatif.
Di pihak lain, gugus pertanyaan penelitian kedua, ” Bagaimana hasil uji coba
instrumen asesmen aspek emosi anak pra sekolah”. Difokuskan pada analisis hasil uji
instrumen asesmen aspek emosi anak pra sekolah dilapangan.
Pertanyaan penelitian kedua menghasilkan data kuantitatif tentang hasil
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
59 Dengan demikian, penelitian ini harus menangani dua jenis data, yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif, dan oleh karenanya desain penelitian yang hanya
menggunakan metode kualitatif saja atau metode kuantitatif saja untuk penelitian ini
tidak akan memadai; penelitian ini harus menggunakan desain yang
mengkombinasikan kedua metode tersebut – yang disebut mixed methods research
design. Mixed methods research design adalah suatu prosedur untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan "mencampur" metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam
satu kajian untuk memahami sebuah masalah penelitian (Creswell, 2008). Asumsi
dasarnya adalah bahwa penggunaan metode kuantitatif dan metode kualitatif, yang
dikombinasikan, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah penelitian
dan pertanyaan penelitian daripada hanya menggunakan salah satu metode saja.
Terdapat berbagai alasan mengapa mixed methods design harus digunakan
untuk melaksanakan suatu kajian. Secara umum, sebuah penelitian dilaksanakan
menggunakan mixed methods apabila kita mempunyai data kualitatif maupun data
kuantitatif, dan kedua jenis data tersebut secara bersama-sama memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang masalah penelitian itu daripada jika kita hanya
mempunyai salah satu dari kedua jenis data tersebut. Penelitian dengan Mixed
methods merupakan suatu desain yang baik digunakan jika kita ingin memanfaatkan
kelebihan dari data kualitatif maupun data kuantitatif tersebut.
Dalam hal perlakuan peneliti terhadap data kualitatif dan data kuantitatif,
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
60 1. Peneliti mengumpulkan data kualitatif terlebih dahulu, kemudian
mengumpulkan data kuantitatif, dan pengumpulan data dilakukan dalam dua
fase yang terpisah.
2. Peneliti lebih memperioritaskan data kualitatif (QUAL) daripada data kuantitatif
(quan). Pemberian prioritas ini dilakukan dengan menganalisis sumber-sumber
literater dan mengajukan lebih banyak pertanyaan terbuka (open-ended
question) daripada pertanyaan tertutup, dan membahas hasil data kualitatif
secara lebih rinci daripada hasil data kuantitatif.
3. Peneliti membangun data kuantitatif berdasarkan data kualitatif. Data kuantitatif
tentang uji reliabiltas instrumen asesmen aspek emosi diperoleh setelah peneliti
mendapatkan data kualitatif yang digunakan untuk menyusun intrumen tersebut.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka desain penelitian yang digunakan oleh
peneliti adalah mixed methods research design. Pada umumnya desain ini
diaplikasikan untuk mengidentifikasi tema-tema, merancang suatu instrumen, dan
selanjutnya mengujinya. Peneliti menggunakan desain ini apabila tidak terdapat
instrumen, variabel, dan alat ukur untuk populasi yang sedang dikajinya, atau peneliti
tidak mengetahui keberadaannya (Creswell, 2008).
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
61
QUAL (Data dan Hasil)
Membangunl quan (Data dan Hasil)
Gambar 3.1: Mixed Methods Research Design
(diadaptasikan dari Creswell, 2008)
Keterangan:
Tanda panah menunjukkan urutan pengumpulan data. Pengumpulan data
kuantitatif dilakukan setelah diperoleh data kualitatif.
Huruf kapital menunjukkan prioritas data. QUAL menunjukkan bahwa data
kualitatif lebih diprioritaskan daripada data kuantitatif (quan).
B. Strategi Pengumpulan Data
Di atas telah dikemukakan bahwa data yang dikumpulkan melalui penelitian
ini terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Pengumpulan data kualitatif
dilakukan pada penelitian fase pertama, sedangkan pengumpulan data kuantitatif
dilakukan pada penelitian fase kedua. Data kualitatif itu berupa data deskriptif
tentang hasil analisis terhadap literatur dan beberapa pendapat para ahli atau
stakeholder; sedangkan data kuantitatif adalah berupa hasil uji coba instrument
dilapangan yang disusun berdasarkan data kualitatif tersebut.
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
62
a. Studi Literatur
Yang menjadi kajian utama dari studi literatur yaitu, aspek-aspek
perkembangan emosi, komponen dan indikator dari buku yang berjudul Child
Development 6th, karangan elizabeth B. hurlock yang diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia serta literatur-literatur lainnya yang berkaitan dengan perkembangan emosi
anak pra sekolah.
b. Studi Delphie
Agar dapat mengungkap data tentang Bagaimana draf rancangan instrumen
asesmen aspek emosi bagi anak pra sekolah berdasarkan teori Elizabeth.B Hurlock,
kajian dilakukan dengan metode studi Delphi, yakni sebuah komunikasi interaksi
yang terstruktur antara peneliti dan ahli di lapangan dalam rangka mengembangkan
tema, kebutuhan, arahan dan prediksi suatu topik (delphistudy.org/about.html). Para
pakar studi Delphi (wilderdom.com/delphi.html) mengatakan bahwa teknik Delphi
adalah sebuah cara inovatif untuk melibatkan para ahli dan spesialis sibuk yang
mungkin tidak dapat datang bersama-sama untuk melakukan brainstorming, namun
yang tetap perlu berinteraksi dengan satu sama lain untuk menghasilkan ide-ide baru.
1) Pemilihan Kelompok Delphi
Pendekatan kelompok Delphi adalah teknik untuk mengumpulkan data yang
serupa dengan kelompok fokus (focus group discussion). Tidak seperti kelompok
fokus (FGD), kelompok Delphi tidak harus bertemu secara fisik. Teknik Delphi
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
63 antara individu-individu yang memiliki pengetahuan khusus untuk berbagi, tetapi
yang tidak selalu berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Secara cermat, studi
Delphi memilih individu-individu yang memiliki pengetahuan yang diperlukan (para
ahli) untuk menganalisis masalah tertentu. Ini berarti bahwa penentuan kelompok
dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mewakili satu populasi tertentu, dan
oleh karenanya hasilnya pun tidak dimaksudkan untuk digeneralisasikan pada
populasi tertentu. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling untuk memilih
kelompok Delphi. Dengan menggunakan purposive sampling, peneliti meningkatkan
cakupan atau kisaran data serta mempertinggi kemungkinan terungkapnya realita
secara lebih baik. Peneliti dapat mempergunakan pertimbangannya (judgment) untuk
memilih sampel yang paling tepat berdasarkan pertanyaan penelitian yang hendak
dicarikan jawabannya (Fetterman, 1989).
Oleh karena itu, pemilihan kelompok Delphi untuk penelitian ini lebih
didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a) Memiliki pemahaman yang luas terhadap teori perkembangan emosi.
b) Memiliki pemahaman terhadap cara-cara penyusunan instrumen asesmen.
Berdasarkan kriteria di atas, peneliti menemukan lima orang ahli yang dapat
dilibatkan sebagai kelompok delphi dalam studi delphi ini. Kelima ahli merupakan
dosen Universitas Pendidikan Indonesia.
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
64 Untuk mengumpulkan data kualitatif peneliti menurunkan konsep teori
perkembangan emosi anak prasekolah menurut Elizabeth B.Hurlock kedalam draf
kisi-kisi instrumen asesmen yang meliputi aspek-aspek perkembangan emosi apa saja
yang sesuai, komponen-komponen dari setiap aspek, indikator dari setiap komponen,
dan item pertanyaan dari setiap indikator selanjutnya melakukan studi delphi dengan
membagikan kuesioner/angket tentang draf rancangan instrumen asesmen kepada
para ahli. Adapun langkah dalam studi delphi adalah sebagai berikut:
a) Mempersiapkan dan mendistribusikan instrumen survei awal.
b) Menerima dan menganalisis tanggapan pertama. Menyusun tanggapan dengan
pertanyaan, dengan hanya sedikit pengeditan yang diperlukan untuk kejelasan
dan konsistensi.
c) Mempersiapkan dan mendistribusikan instrumen survei kedua.
d) Menerima dan menganalisa tanggapan kedua (data gelombang kedua).
e) Ulangi proses dengan gelombang tambahan, jika perlu.
f) Mempersiapkan dan mendistribusikan laporan akhir kepada anggota panel.
C. Pengumpulan Data Kuantitatif
Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab I, penelitian ini dimaksudkan
untuk menghasilkan sebuah instrument asesmen aspek emosi anak pra-sekolah.
Intrumen tersebut disusun berdasarkan hasil studi Delphi. Agar peneliti memiliki
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
65 tinggi, maka untuk mengukur reliabilitas inteumens asesmen tersebut diperlukan data
kuantitatif hasil uji coba. Intrumens tersebut. Uji coba ini dilakukan pada beberapa
TK/PAUD.
a. Pemilihan Sampel
Pemilihan sample untuk penelitian menggunakan teknik Cluster Sampling
(Area Sampling). Peneliti menggunakan teknik sammpling ini karena objek penelitian
ini luas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh sugiyono (2008 : 121), bahwa teknik
cluster sampling digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti
atau sumber data sangat luas. Adapun sampel dalam penelitian yaitu dua TK/PAUD
yang berada di daerah pedesaan, dua TK/PAUD yang berada di daerah semi
perkotaan atau daerah transisi, dan dua TK/PAUD yang berada di daerah perkotaan.
b. Teknik dan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah instrumen
asesmen aspek emosi yang sudah divalidasi oleh para ahli melalui studi delphi.
Teknik yang digunakan yaitu dengan cara meminta guru/orang tua dari siswa
TK/PAUD mengisi instrumen asesemen aspek emosi sesuai dengan kondisi siswa
yang sebenarnya.
Untuk mendapatkan data kuantitatif, maka hasil pengisian intrumen tersebut
dikuantifikasikan sebagai berikut :
1). untuk penilaian item pertanyaan positif
skor 4 diberikan untuk jawaban selalu
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
66 skor 2 diberikan untuk jawaban jarang
skor 1 diberikan untuk jawaban jarang sekali
2). untuk penilaian item pertanyaan negatif
skor 4 diberikan untuk jawaban jarang sekali
skor 3 diberikan untuk jawaban jarang
skor 2 diberikan untuk jawaban sering
skor 1 diberikan untuk jawaban selalu
D. Analisis Data
Data kualitatif yang diperoleh melalui studi Delphi dan data kuantitatif yang
diperoleh melalui uji coba dianalisis secara terpisah, dan peneliti menginterpretasikan
kaitan antara kedua jenis data hasil penelitian tersebut.
1. Analisis Data Kualitatif
Di dalam penelitian kualitatif, analisis dan interpretasi data adalah upaya
untuk memahami apa yang telah dikatakan orang, mencari pola-pola, mengaitkan apa
yang dikatakan orang di satu tempat dengan apa yang dikatakannya di tempat lain,
dan memadukan apa yang dikatakan oleh orang-orang yang berbeda-beda (Patton,
1990). Analisis data secara kualitatif dilakukan dengan cara melihat, memeriksa,
membandingkan, dan menafsirkan pola-pola atau tema-tema yang bermakna yang
muncul dalam data penelitian (Frechtling & Sharp, 1997). Pada tingkat yang paling
sederhana, analisis kualitatif adalah upaya untuk memeriksa kumpulan data yang
relevan guna mengetahui bagaimana data tersebut dapat menjawab pertanyaan
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
67 Dalam penelitian ini, data yang sudah diperoleh atau terkumpul kemudian
diolah dan dianalisis guna bisa dideskripsikan agar sesuai dengan pertanyaan
permasalahan yang diangkat. Proses analisis dalam penelitian ini menggunakan
kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Frechtling & Sharp, 1997;
Bloland, 1992), yang terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), dan penarikan konklusi dan verifikasi.
Reduksi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,
mengabstraksikan, dan mentrasformasikan data yang tercantum dalam transkrip draf
validasi intrumen asesmen. Reduksi data ini tidak hanya dimaksudkan agar data
menjadi padat sehingga mudah dikelola, tetapi juga agar lebih mudah dipahami dari
perspektif masalah yang dibahas.
Fase kedua dari analisis data ini adalah menentukan bagaimana data itu akan
disajikan. Sajian data ini menampilkan rakitan informasi yang padat dan terorganisasi
untuk memudahkan penarikan konklusi.
Fase ketiga dari proses analisis data itu adalah penarikan konklusi dan
verifikasi. Penarikan konklusi dilakukan dengan melihat kembali data untuk
menimbang-nimbang makna dari data yang sudah dianalisis itu dan untuk
menimbang implikasinya bagi pertanyaan penelitian terkait. Verifikasi, yang terkait
secara integral dengan penarikan konklusi, dilakukan dengan membaca ulang data
berkali-kali untuk melakukan cross-check atau menguji kebenaran konklusi yang
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
68
2. Analisis Data Kuantatif
Menurut Suherman (2003: 131) suatu intsrumen dikatakan reliabel, jika hasil
dari instrument tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subyek yang sama.
Uji reliabilitas diperlukan untuk melengkapi syarat validnya sebuah alat
evaluasi. Untuk mengetahui apakah sebuah instrumen memiliki reliabilitas tinggi,
sedang atau rendah dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya. Teknik perhitungan
koefisien reliabilitas dilakukan dengan menggunakan prinsip ketetapan intern. Pada
cara ini skor pada satu item pertanyaan dikorelasikan dengan skor pada item-item
pertanyaan sisanya. Rumus yang dipakai adalah rumus korelasi Alpha Cronbach,
dengan menggunakan bantuan soffware SPSS versi 17.0 for windows. Peneliti
memilih rumus Alpha Cronbach, karena dapat menganalisis butir instrumen sekaigus.
Adapun langkah-langkah dalam analisis yaitu sebagai berikut :
a. Melakukan pengskoran.
b. Mentabulasikan data.
c. Menguji reliabilitas intrumen untuk setiap aspek dengan menggunakan bantuan
soffware SPSS versi 17.0 for windows..
d. Menghitung koefesien koreliasi untuk setiap butir untuk setiap aspek dengan
menggunakan bantuan soffware SPSS versi 17.0 for windows..
e. Menguji reliabilitas instrumen secara keseluruhan dengan menggunakan bantuan
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
69 Kreteria pengambilan keputusan:
a. Reliabilitas instrumen
Nilai korelasi dari hasil pengujian diinterprestasikan kedalam klasifikasi yang
dibuat oleh Guilford. Kriteria reliabilitas yang dibuat oleh Guilford (Suherman, 2003:
139) dikategorikan sebagai berikut:
b. Analisis butir instrumen
r
n> r
xy = butir insrumen dihapus atau dibuangketerangan :
r
n=
Nilai alpha butir pertanyaan pada kolom Cronbach’s Alpha if ItemDelete
r
xy=
Nilai alpha cronbach keseluruhan.2. Langkah-langkah Penelitian
Secara keseluruhan, langkah-langkah penelitian ini dapat digambarkan seperti
yang dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini.
Analisis aspek – aspek emosi
Rancangan instrumen
Validasi Ahli
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
70
Gambar 3.2
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
143
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti mengambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk instumen asesmen aspek perkembangan emosi, yaitu berbentuk
angket. Terdapat 7 aspek perkembangan emosi dalam instrumen, yaitu item
AE.1.1.1 - AE.1.4.4 untuk aspek takut, item AE.2.1.1 - AE.2.24 untuk aspek
marah, item AE.3.1.1-AE.3.3.3 untuk aspek cemburu, item AE.4.1.1-
AE.4.2.3 untuk aspek dukacita, item AE.5.1.1 - AE.5.3.1 untuk aspek
keingintahuan, AE.6.1-AE.6,3 untuk aspek kesenangan/keriangan/
kegembiraan, AE.7.1.1 - AE.7.3.3 untuk aspek kasih sayang.
2. Hasil validasi para ahli dan uji coba lapangan menunjukkan instrumen
asesmen perkembangan emosi valid dan reliabel.
3. Hasil uji coba menunjukan ada beberapa orang anak yang terjaring dan
diduga mengalami hambatan dalam perkembangan emosinya. Dengan
demikian, instrumen asesmen aspek emosi ini dapat digunakan untuk
membantu mengetahui hambatan perkembangan emosi anak prasekolah.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil temuan-temuan penelitian ini, penulis
merekomendasikan hal-hal sebagai berikut.
1. Bagi lembaga-lembaga yang menyelenggarakan layanan pendidikan usia dini
Panji Rama Donna, 2012
Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
144 aspek emosi ini dalam menggali hambatan perkembangan emosi anak
prasekolah.
2. Bagi guru dalam mengaplikasikan asesmen ini, perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
a. Asesmen ini dimaksudkan untuk mengetahui hambatan perkembangan emosi
anak pada usia pra sekolah.
b. Asesmen ini hendaknya dipakai oleh asesor untuk mengasesmen anak pada
saat anak berada pada usia 3 tahun sampai 6 tahun yang sedang atau sudah
mengikuti pendidikan di TK atau PAUD.
c. Dalam menggunakan asesmen ini, hendaknya asesor berkolaborasi dengan
guru TK/PAUD dan orang tua anak.
d. Asesor yang berwenang memakai asesmen ini adalah mereka yang memiliki
pengetahuan tentang perkembangan anak..
e. Asesmen ini bisa dipakai oleh guru maupun orang tua yang memang
mengetahui perilaku dan sikap keseharian anak.
3. Untuk penelitian yang serupa, disarankan dalam penyusuanan instrumen
asesmen terutama instrumen yang berbentuk angket, hendaknya
memperhatikan hal-hala sebagai berikut:
a. Merperhatikan prinsip-prinsip penyusunan kisi-kisi.