• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN CENGKEH (Eugenia aromatica L.) DI KECAMATAN JATINOM Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Cengkeh (Eugenia aromatica L.) di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN CENGKEH (Eugenia aromatica L.) DI KECAMATAN JATINOM Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Cengkeh (Eugenia aromatica L.) di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN

CENGKEH (

Eugenia aromatica L.

) DI KECAMATAN JATINOM

KABUPATEN KLATEN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat S-1

Fakultas Geografi

Diajukan Oleh:

Disusun Oleh :

FITRIANA USWATUN HASANAH

E 100 080 037

Kepada

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh ... 1

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN CENGKEH

(Eugenia aromatica L.) DI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN

KLATEN

Evaluation of Land Suitability for Clove Crops (Eugenia aromatica L.) in

Jatinom Sub-district Klaten District

Oleh:

Fitriana Uswatun Hasanah

Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos I Surakarta 57162, Telp (0271) 717417 bintangtriana@yahoo.co.id

ABSTRACT

T his research was conducted in Jatinom Sub-district Klaten District. The aims are: (1) to evaluate the suitability of land to plant cloves in the study area and the factors that limit. (2) to knowing the distribution of the suitability of land to plant cloves in the study area. (3) to knowing the other causes that result in reduced acreage and crop production of cloves in the study area. The method used in this study is a survey method. Unit of data used is the unit of land. The data obtained will be analyzed using the method of matching.

The results of this study is the suitability of land to plant cloves in the areas of research include: Class S3 (Marginal line) with an area of 2073.79 ha or 58.35% of the study area. N1 and N2 with the class of each area of about 1379.44 ha (38.82%) and 100.72 ha (2.83%) of the study area.

(5)

Other causes of reduced crop acreage and production of cloves in the study area is influenced by the physical condition of the clove plant that has been damaged due to old age and disease. In addition, the condition of clove prices rise and fall, the harvest period of uncertainty and changes in crop types and patterns.

Keywords : Evaluation of Land Suitability and the Limit Factors, Distribution of Land suitability, Reduced Causes

PENDAHULUAN

Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Pada dasarnya kelas kesesuaian lahan suatu areal tergantung pada jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi kesesuaian lahan pada hakikatnya berhubungan dengan evaluasi lahan untuk suatu penggunaan tertentu (Sitorus, 1985).

Klasifikasi kesesuaian lahan (Land Suitability Classification) adalah penilaian dan pengelompokkan atau proses penilaian dan pengelompokkan lahan dalam arti kesesuaian relatif lahan atau kesesuaian absolut lahan bagi suatu penggunaan tertentu (Arsyad, 2010). Pemanfaatan lahan ditujukan untuk mendayagunakan lahan agar lebih efisien. Agar dicapai produksi pertanian yang tinggi maka penggunaan lahan harus memperhitungkan tingkat kesesuaian lahan agar dapat memberikan hasil pertanian dan perkebunan sesuai dengan yang diharapkan.

Cengkeh (Eugenia aromatica L.) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari Maluku tergolong dalam famili Myrtaceae. Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilai ekonomisnya serta merupakan

komoditas utama untuk pembuatan rokok kretek, selain itu juga digunakan dalam bidang farmasi dan sebagai rempah-rempah.

Sampai abad ke-18, Indonesia merupakan satu-satunya negara pengekspor cengkeh terbesar di dunia. Namun, setelah semakin berkembangnya industri rokok kretek, sejak tahun 1930 Indonesia menjadi negara produsen dan pengimpor cengkeh terbesar di dunia. Program swasembada akhirnya dicanangkan oleh pemerintah hingga Indonesia dapat mengekspor cengkeh sebanyak 20.000 ton pada tahun 1998. Namun, produksi cengkeh menjadi melebihi kebutuhan hingga harganya mengalami penurunan menjadi Rp. 2.000,00 – Rp.3.000,00/kg.

(6)

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh ... 1

Kecamatan Jatinom mampu menembus angka 35 ton/ha. Tetapi, semakin lama produksinya semakin menurun, hingga antara tahun 2004-2010 produksinya cenderung stabil (rata-rata 8 ton/ha). Dan saat memasuki tahun 2011, hasil produksi kembali menurun pada nilai 5 ton/ha.

Peninjauan ulang kondisi lahan perlu dilakukan agar diketahui lahan pada daerah penelitian tersebut cocok untuk syarat tumbuh tanaman cengkeh atau tidak. Apabila ternyata kondisi lahan sesuai untuk syarat tumbuh tanaman cengkeh, maka terdapat penyebab lain yang mengakibatkan berkurangnya luas areal dan produksi tanaman cengkeh, baik dari kondisi fisik tanaman atau dari lingkungan sekitar (ekonomi & sosial).

Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah mengevaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman cengkeh beserta faktor-faktor yang membatasi dan persebarannya. Selain itu untuk mengetahu penyebab lain berkurangnya luas areal dan hasill produksi cengkeh di daerah penelitian.

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai pertimbangan bagi pemerintah daerah setempat mengenai karakteristik lahan dalam perencanaan penggunaan lahan untuk tanaman cengkeh di daerah penelitian.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten dengan metode survei. Metode

analisis yang digunakan adalah analisis matching antara hasil karakteristik lahan dengan kriteria tumbuh tanaman cengkeh. kerakteristik lahan didapatkan dari hasil survey lapangan dan analisa sampel di laboratorium. Metode pengambilan sampel dilakukan secara stratified sampling berdasarkan strata satuan lahan.

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain : (a) Peta Topografi Kecamatan Jatinom Skala 1 : 50.000, (b) Peta Geologi Jawa Skala 1 :100.000, (c) Peta Jenis Tanah Kecamatan Jatinom Skala 1 : 50.000, (d) Peta Kemiringan Lereng Skala 1 : 50.000, (e) Peta Penggunaan Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

1. Bentuklahan

Bentuklahan dibedakan menjadi dua, yakni : 1). Lereng Vulkan Tertoreh Sedang Berbatuan Breksi, Lava dan Tuff (V3), serta 2). Kaki Vulkan Tertoreh Ringan Berbatuan Breksi, Lava dan Tuff (V4).

2. Satuan Lahan

Dari hasil overlay Peta Bentuklahan, Peta Kemiringan Lereng, Peta Jenis Tanah dan Peta Penggunaan Lahan didapatkan 24 satuan lahan yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut:

(7)

Tabel 1.1 Satuan Lahan Daerah Penelitian

Bentuklahan Lereng Tanah Penggunaan

Lahan

No. Satuan

Lahan

Luas (Ha)

Lereng Vulkan

Tertoreh Sedang Berbatuan Breksi,

Lava dan Tuff

(V3)

2–5% (II)

Regosol Kelabu (Re)

Permukiman 1 V3IIRePmk 151,14

Kebun campuran

2 V3IIReKbc 265,25

Tegalan 3 V3IIReTgl 54,5

Sawah 4 V3IIReSwh 56,54

5–15% (III)

Permukiman 5 V3IIIRePmk 68,84

Kebun campuran

6 V3IIIReKbc 861,4

Tegalan 7 V3IIIReTgl 55,23

Sawah 8 V3IIIReSwh 245,84

15-40% (IV)

Permukiman 9 V3IVRePmk 60,38

Kebun campuran

10 V3IVReKbc 100,72

Tegalan 11 V3IVReTgl 37,03

Kaki Vulkan

Tertoreh Ringan Berbatuan Breksi,

Lava dan Tuff

(V4)

0-2% (I) Regosol Kelabu (Re)

Permukiman 12 V4IRePmk 49,01

Kebun campuran

13 V4IReKbc 37,72

Sawah 14 V4IReSwh 37,62

2-5% (II)

Permukiman 15 V4IIRePmk 42,28

Kebun campuran

16 V4IIReKbc 446,75

Tegalan 17 V4IIReTgl 303,49

Sawah 18 V4IIReSwh 91,83

5-15% (III)

Permukiman 19 V4IIIRePmk 351,09

Kebun campuran

20 V4IIIReKbc 40,39

Tegalan 21 V4IIIReTgl 40,32

Sawah 22 V4IIIReSwh 39,44

15-40% (IV)

Permukiman 23 V4IVRePmk 42,23

Kebun campuran

24 V4IVReKbc 74,91

(8)

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh ... 1

3. Konsep dan Klasifikasi

Kesesuaian Lahan

Dalam penelitian ini kesesuaian lahan diperuntukkan untuk tanaman cengkeh (Eugenia aromatica L.). Penilaian tingkat kesesuaian lahan dilakukan pada kategori kelas dan sub-kelas.

Kategori kelas dibagi menjadi lima, yaitu : (1) S1 (Sangat Sesuai), (2) S2 (Sesuai), (3) S3 (Hampir Sesuai), (4) N1 (Tidak sesuai pada saat ini) dan (5) N2 (tidak sesuai permanen). Adapun untuk kategori sub-kelas dicerminkan melalui faktor pembatas antara lain:

t : pembatas rata-rata temperatur (drainase, tekstur tanah, kedalaman efektif). (lereng, batuan permukaan, dan singkapan batuan).

4. Faktor Kesesuaian Lahan untuk

Tanaman Cengkeh di Daerah Penelitian

a) Suhu

Cengkeh ini bisa tumbuh dan berkembang dengan baik pada suhu 22°-30°C. Suhu rata-rata tahunan di daerah penelitian adalah sebesar 24,08° C. Suhu di daerah penelitian tergolong Cukup Sesuai (S2).

b) Ketersediaan Air

Curah hujan yang dikehendaki tanaman cengkeh adalah berkisar 2.000-4.500 mm/tahun dengan bulan kering berturut-turut 2-3 bulan atau tidak boleh lebih dari 3 bulan. Hasil penelitian diperoleh data bahwa curah hujan adalah sebesar 2.120 mm/tahun yang tergolong pada kelas Sangat Sesuai (S1). Sedangkan rerata bulan keringnya adalah 3,5 bulan sehingga tergolong pada kelas Sesuai Marginal (S3). c) Media perakaran

a. Drainase

Tanaman cengkeh dapat tumbuh dengan baik bila memiliki drainase yang baik. Dari hasil penelitian diketahui bahwa drainase tanah di daerah penelitian berkisar antara baik hingga agak terhambat. Drainase ini tegolong pada kelas Sangat Sesuai (S1), Cukup Sesuai (S2) serta Sesuai Marginal (S3).

b. Tekstur

Tanaman cengkeh

menghendaki tanah yang gembur yang banyak mengandung butiran pasir. Berdasarkan hasil analisa laboratorium sampel tanah, diketahui bahwa tekstur tanah yang terdapat di daerah penelitian adalah pasir berlempung, liat, lempung, hingga lempung liat berpasir yang termasuk pada kelas Sangat Sesuai (S1) hingga Cukup Sesuai (S2).

(9)

c. Kedalaman efektif tanah Kedalaman efektif berkaitan dengan sejauh mana akar dapat menembus tanah untuk menyerap air dan unsur hara bagi tanaman. Kedalaman tanah untuk tanaman cengkeh sekurang-kurangnya 2-3 meter. Kedalaman tanah di lapangan berkisar antara 90-200 meter. Kedalaman tanah daerah penelitian tergolong pada kelas Sangat Sesuai (S1) hingga Cukup Sesuai (S2).

d) Retensi hara a. KTK Tanah

Kapasitas pertukaran kation berkaitan dengan banyaknya kation yang dapat diserap oleh tanah. Berdasarkan hasil laboratorium, KTK di daerah penelitian tergolong pada kelas sedang, yaitu pada 18,60-21,40 me/100gr. KTK tanah daerah penelitian termasuk pada kelas Sangat Sesuai (S1).

b. pH tanah

pH tanah yang sesuai untuk tanaman cengkeh berkisar antara 5,5 – 6,5. Artinya tanaman cengkeh cocok tumbuh di tanah yang asam sampai netral. Berdasarkan hasil laboratorim, pH tanah di lapangan berkisar 5,29-6,70 yang masuk pada kelas masam hingga netral dan tergolong pada kelas Sangat Sesuai (S1) dan Cukup Sesuai (S2).

e) Salinitas

Salinitas yang dicerminkan oleh daya hantar listrik tanah sangat mempengaruhi tanaman. Semakin bebas kadar garam terlarut maka perkembangan tanaman akan menjadi lebih baik. Salinitas yang ditunjukkan di daerah penelitian adalah berkisar pada angka 0,11-0,75 µ mhos/cm. Kelas kesesuaian lahan untuk salinitas tersebut adalah kelas Sangat Sesuai (S1).

f) Hara Tersedia a. Total N

Total N merupakan kandungan nitrogen dalam tanah sangat mempengaruhi tanaman. N total di daerah penelitian berkisar antara 0,15 - 0,20 dan tergolong pada kelas rendah hingga sedang. Nilai tersebut menunjukkan bahwa total N di daerah penelitian tergolong pada kelas Cukup Sesuai (S2).

b. P2O5

P2O5 adalah kandungan fosfor yang mudah diserap oleh tanaman. P2O5 tersedia di daerah penelitian adalah 13,31% -16,74% dan tergolong pada kelas rendah hingga menengah atau tergolong pada kelas kesesuaian lahan Sangat Sesuai (S1) hingga kelas Cukup Sesuai (S2).

c. K2O

(10)

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh ... 1

penelitian tergolong pada kelas yang rendah dengan kisaran angka 0,24 - 0,29. Nilai yang telah didapatkan tersebut menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan untuk karakteristik K2O tergolong pada kelas Cukup Sesuai (S2).

g) Penyiapan Lahan a. Batuan Permukaan

Tanaman cengkeh

menginginkan lahan dengan sedikit batu di permukaan. Berdasarkan hasil di lapangan, daerah penelitian tergolong memiliki kelas kesesuaian lahan Sangat Sesuai (S1) dan Cukup Sesuai (S2) dengan nilai yang berkisar antara 1% - 6%.

b. Singkapan Batuan

Singkapan batuan mempengaruhi mudah tidaknya pengolahan tanah serta mudah tidaknya akar tanaman menembus masuk ke dalam solum tanah. Kondisi singkapan batuan daerah penelitian berkisar antara 1% - 15%. Kondisi ini menunjukkan bahwa daerah penelitian tergolong dalam kelas Sangat Sesuai (S1), Cukup Sesuai (S2) dan Sesuai Marginal (S3). h) Kemiringan Lereng

Tanah dengan kemiringan lereng sampai 20° lebih baik untuk tanaman cengkeh daripada lereng yang datar. Diketahui kemiringan lereng daerah penelitian berkisar antara 2%-53,3% dan termasuk dalam kelas Sangat

Sesuai (S1) hingga Tidak Sesuai Permanen (N2).

5. Kesesuaian Lahan untuk

Tanaman Cengkeh di Daerah Penelitian

Penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman cengkeh dilakukan dengan metode matching, yaitu dengan membandingkan karakteristik lahan yang telah didapatkan dari hasil penelitian di lapangan dengan pedoman persyaratan tumbuh untuk tanaman cengkeh.

Maka didapatkan kelas dan sub-kelas kesesuaian lahan untuk tanaman cengkeh di daerah penelitian. Kelas dan sub-kelas kesesuaian lahan untuk tanaman cengkeh tersebut disajikan pada tabel 1.2.

6. Evaluasi Kesesuaian Lahan

untuk Tanaman Cengkeh di Daerah Penelitian

Berdasarkan hasil matching dari data di lapangan dan hasil analisa laboratorium diperoleh hasil kesesuaian lahan tingkat sub-kelas yang disajikan pada tabel 1.3 berikut.

Dari tabel 1.4 diketahui bahwa terdapat 5 sub-kelas kesesuaian lahan di daerah penelitian antara lain : S3w, S3wr, S3ws, N1s dan N2s. Dari kelima sub-kelas tersebut diketahui bahwa faktor pembatas paling dominan untuk kelas kesesuaian lahan S3 adalah lama bulan kering, sedangkan untuk ordo kesesuaian lahan N adalah kemiringan lereng.

(11)

Dari faktor-faktor penghambat kesesuaian lahan diatas dapat diketahui bahwa untuk pembatas berupa lama bulan kering kurang bisa diatasi, karena berhubungan dengan faktor cuaca. Untuk mengatasinya sebaiknya cengkeh ditanam pada awal musim hujan (diluar bulan

kering). Hal ini

dipertimbangkan karena tanaman cengkeh merupakan tanaman tahunan yang relatif tidak tahan kekeringan terutama pada masa tanam awal.

Untuk faktor penghambat drainase tanah dapat dilakukan pengolahan tanah dan pembuatan saluran drainase yang teratur dan baik. Sedangkan untuk faktor kemiringan lereng yang merupakan faktor penghambat yang peling berat tidak dapat diatasi.

7. Penyebab Eksternal

Penurunan Hasil & Produksi Tanaman Cengkeh di Daerah Penelitian

Dari 18 wilayah yang tersebar di Kecamatan Jatinom, hanya 11 kelurahan yang terdapat areal untuk tanaman cengkeh. Wilayah yang terdapat areal tanaman cengkeh tersebut antara lain Beteng, Mranggen, Jemawan, Tibayan, Bengking, Temuireng, Bandungan, Kayumas, Socokangsi, Glagah dan Krajan.

Untuk mendapatkan data yang menunjang hasil yang diharapkan, maka dilakukan wawancara terhadap para petani

cengkeh di daerah penelitian. Dari hasil wawancara didapatkan beberapa poin penting mengenai kondisi fisik dan nilai ekonomi dari tanaman cengkeh di daerah penelitian sebagai berikut.

1) Kondisi Fisik Tanaman Cengkeh

Tanaman cengkeh yang ditanam petani mulai jarang berproduksi dikarenakan usia tanaman yang tua. Tanaman cengkeh di daerah penelitian mulai ditanam sekitar 25-30 tahun yang lalu. Sehingga, kondisi fisik tanaman pada lahan yang mereka dapatkan secara turun temurun (warisan) mulai jarang berproduksi. Diketahui pula bahwa tanaman cengkeh yang mereka miliki dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini belum menuai hasil yang diharapkan.

Selain kondisi tanaman yang sudah tua, beberapa responden juga menyatakan bahwa tanaman cengkeh pada lahan mereka pernah terserang penyakit/hama yakni ulat pohon (uret) yang menyebabkan beberapa pohon cengkeh yang mereka tanam menjadi tidak berproduksi dan mati.

2) Pasang Surut Harga Tanaman Cengkeh

(12)

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh ... 1

Suksesnya program

swasembada cengkeh

mengakibatkan produksi cengkeh melebihi kebutuhan sehingga harganya mengalami penurunan (Rp. 2.000,00 – Rp. 3.000,00/kg pada tahun 1990). Penurunan harga cengkeh tersebut menyebabkan banyak petani yang kemudian menebang pohon cengkeh pada areal tanam yang mereka miliki. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah melalui Keppres No.20 tahun 1992 menetapkan kebijaksanaan tentang tata niaga cengkeh. Melalui peraturan tersebut petani harus menjual hasil panen cengkeh hanya pada Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC), namun hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan petani yang hanya mendapat Rp.2.500,00 – Rp.3.500,00/kg. Akan tetapi dengan diberlakukannya Keppres No.21 tahun 1998 yang membebaskan perdagangan cengkeh sesuai harga pasar maka harga cengkeh meningkat mencapai Rp. 45.000,00/kg pada tahun 1999 dan Rp. 72.000,00/kg pada September 2001.

Dari responden yang berhasil diwawancarai diketahui bahwa harga cengkeh di pasaran mengalami naik turun yang tidak konsisten. Pada tahun 2009 harga cengkeh sempat mencapai Rp. 85.000,00 – Rp. 90.000,00/kg bunga kering. Namun, pada tahun 2010 harganya menjadi kembali turun dengan kisaran Rp. 70.000,00 –

Rp. 85.000/kg bunga kering dan Rp. 40.000,00 – Rp. 50.000,00/kg bunga basah. 3) Masa Panen yang Tidak

Pasti

Cengkeh merupakan tanaman tahunan yang cenderung berproduksi pada waktu minimal 2-4 tahun sekali. Kondisi tanaman cengkeh di daerah penelitian umumnya berusia lebih dari 25 tahun. Karena usia tanaman yang cukup tua tersebut hasil produksi menjadi terkendala. Dari keterangan responden diketahui bahwa masa panen terakhir adalah sekitar pertengahan tahun 2010. Hal ini yang menyebabkan banyak petani cengkeh tidak mengurus tanamannya dan mulai berganti pada tanaman lain yang hasil produksinya tidak lebih lama dari tanaman cengkeh.

Sejak tahun 1996 produksi cengkeh mengalami penurunan akibat masa produksi yang bersiklus dan ketidakpastian harga. Dampaknya banyak petani yang enggan memelihara tanamannya. Sehingga tanaman rentan akan penyakit dan mati. 4) Perubahan Jenis dan Pola

Tanaman

Para petani pada umumnya telah menanam cengkeh bertahun-tahun yang lalu. Akibat kondisi fisik tanaman yang sudah sangat tua dan tidak berproduksi serta dikaitkan dengan harga cengkeh yang dulu sempat merosot tajam, beberapa petani mulai menebang pohon cengkeh yang mereka miliki dan mulai

(13)

menggantinya dengan tanaman lain. Akan tetapi ada pula beberapa petani cengkeh yang menerapkan pola tanaman tumpang sari. Petani cengkeh menanam jenis tanaman palawija di sekitar areal tanaman cengkeh, misalnya tanaman cabe, kacang tanah dan kacang panjang serta jagung.

Selain palawija terdapat pula jenis tanaman besar yang tingginya melebihi tanaman cengkeh itu sendiri, contohnya pohon sengon. Pohon sengon yang sudah dewasa akan lebih tinggi daripada pohon cengkeh. Apabila terjadi angin kencang, maka banyak ranting pohon sengon yang jatuh dan merusak tanaman cengkeh yang ada dibawahnya.

KESIMPULAN & SARAN

Kesimpulan

1. Tingkat kesesuaian lahan di daerah penelitian memiliki tiga kelas kesesuaian lahan untuk tanaman cengkeh antara lain kelas S3 (Sesuai Marginal), N1 (Tidak Sesuai) dan N2 (Tidak Sesuai Permanen). Faktor pembatas untuk tanaman cengkeh pada kelas Sangat Sesuai (S3) adalah lama bulan kering (w), drainase tanah (r) dan kemiringan lereng (s). Sedangkan faktor pembatas untuk kelas N1 dan N2 adalah kemiringan lereng (s).

2. Sub-Kelas S3w tersebar pada satuan lahan : V3IIRePmk, V3IIReKbc, V3IIReTgl, V3IIReSwh, V3IIIRePmk, V3IIIReTgl, V3IIIReSwh, V4IRePmk,

V4IReKbc, V4IReSwh,

V4IIReKbc, V4IIReSwh, V4IIIRePmk, V4IIIReKbc, serta V4IIIReSwh. Sub-kelas ini memiliki luas 1.991,19 ha atau sebesar 56,03% dari luas daerah penelitian. Sub-kelas S3wr tersebar pada satuan lahan V4IIRePmk dengan luas 42,28 ha atau 1,19% dari luas daerah penelitian. Sedangkan Sub-kelas S3ws tersebar pada satuan lahan V4IIIReTgl dengan luas 40,32 ha (1,13%). Kelas N1 tersebar pada satuan lahan V3IIIReKbc, V3IVRePmk, V3IVReTgl, V4IIReTgl, V4IVRePmk, dan V4IVReKbc. Kelas ini memiliki luasan sekitar 1.379 ha atau sebesar 38,82% dari luas daerah penelitian. Sedangkan untuk kelas N2 tersebar pada satuan lahan V3IVReKbc dengan luas 100,72 ha (2,83%).

3. Luas areal dan produksi tanaman cengkeh di daerah penelitian dipengaruhi oleh kondisi fisik tanaman cengkeh yang rusak disebabkan oleh usia tanaman yang sudah tua serta serangan penyakit uret. Selain itu, kondisi harga cengkeh yang naik turun, masa panen yang tidak pasti serta perubahan jenis dan pola tanaman juga berpengaruh pada menurunnya luas areal dan produksi tanaman cengkeh.

Saran

1. Pemilihan lokasi penanaman tanaman cengkeh sebaiknya disesuaikan dengan kesesuaian lahan untuk tanaman cengkeh pada satuan lahan yang cukup sesuai di seluruh kelurahan di daerah penelitian.

(14)

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh ... 1

sangat perlu dipertimbangkan agar tanaman cengkeh dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah penelitian. Salah satunya dengan mempertimbangkan penanaman pada bulan-bulan tertentu yang yang lama bulan keringnya berkisar pada bulan Juni hingga November.

3. Para petani sebaiknya memberikan perhatian yang khusus bagi

tanaman cengkeh agar mampu berproduksi dengan baik, misalnya menyediakan areal khusus untuk tanaman cengkeh. Jenis tanaman tumpang sari diperbolehkan dengan syarat tanaman tidak lebih tinggi dari tanaman cengkeh dan tidak mengganggu pertumbuhan tanaman cengkeh itu sendiri.

Gambar 1. Peta Persebaran Kesesuaian Lahan di Kecamatan Jatinom Kab. Klaten

(15)

Tabel 1.2 Karakteristik Tiap Satuan Lahan di Daerah Penelitian

Sumber : Data Primer dan Analisia Laboratorium, 20

(16)

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh ... 1

Tabel 1.3 Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh (Eugenia aromatica L.) di Daerah Penelitian

Sumber : Data Primer dan Analisia Laboratorium, 2012

No. Satuan

Lahan

t w r f c N s

Tempe-

Ratur

(°C)

Curah

Hujan

(mm)

Lama

Bulan

Kering

Tekstur

Tanah

Drainase

Tanah

Kedalaman

Efektif

(cm)

KPK pH Salinitas Total

N

P2O5 K2O Kemiringan

Lereng

(%)

Batuan

Permukaan

(%)

Singkapan

Batuan

(%)

1 V3IIRePmk S2 S1 S3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S2 S2

2 V3IIReKbc S2 S1 S3 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S1 S2

3 V3IIReTgl S2 S1 S3 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S2 S2 S2 S2 S2

4 V3IIReSwh S2 S1 S3 S1 S2 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2 S2 S1 S1

5 V3IIIRePmk S2 S1 S3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S2 S2

6 V3IIIReKbc S2 S1 S3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 N1 S1 S2

7 V3IIIReTgl S2 S1 S3 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S2 S2 S2 S2 S1

8 V3IIIReSwh S2 S1 S3 S1 S2 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S1 S1

9 V3IVRePmk S2 S1 S3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 N1 S2 S2

10 V3IVReKbc S2 S1 S3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 N2 S2 S2

11 V3IVReTgl S2 S1 S3 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S2 S2 N1 S2 S1

12 V4IRePmk S2 S1 S3 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S1 S2 S2

13 V4IReKbc S2 S1 S3 S1 S2 S2 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S1 S1 S2

14 V4IReSwh S2 S1 S3 S1 S2 S2 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S1 S1 S1

15 V4IIRePmk S2 S1 S3 S1 S3 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S1 S1 S2

16 V4IIReKbc S2 S1 S3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S1 S1 S2

17 V4IIReTgl S2 S1 S3 S2 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S2 S2 N1 S1 S1

18 V4IIReSwh S2 S1 S3 S1 S2 S2 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S1 S2

19 V4IIIRePmk S2 S1 S3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S1 S2

20 V4IIIReKbc S2 S1 S3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S1 S2

21 V4IIIReTgl S2 S1 S3 S2 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S2 S2 S3 S1 S2

22 V4IIIReSwh S2 S1 S3 S1 S2 S2 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S1 S1

23 V4IVRePmk S2 S1 S3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 N1 S1 S2

24 V4IVReKbc S2 S1 S3 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 N1 S1 S2

(17)

Tabel 1.4 Sub-kelas dan Faktor-faktor Penghambat Kesesuaian Lahan untuk

Tanaman Cengkeh di daerah Penelitian

No. Kelas

Lahan Faktor-faktor Penghambat Lahan

Kelurahan Luas (Ha)

1 S3 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 22

S3w Faktor penghambat lahan di daerah penelitian berdasarkan satuan lahan yang ada adalah ketersediaan air terutama jumlah lama bulan kering. Dari data yang ada diketahu bahwa lama bulan kering daerah penelitian kurang sesuai untuk tanaman cengkeh, yaitu 3,5.

Tersebar di seluruh kelurahan, antara lain : Puluhan, Pandeyan, Bonyokan, Jatinom, Krajan, Gedaren, Cawan, Jemawan, Glagah, Tibayan, Mranggen, Randulanang, Beteng, Bengking, Socokangsi, Bandungan, Temuireng, Kayumas.

1.991,19

2 S3 15 S3wr Faktor penghambat lahan ini

adalah ketersediaan air terutama lama bulan kering serta media perakaran terutama drainase tanah. Diketahui bahwa daerah penelitian kurang sesuai untuk tanaman cengkeh dengan lama bulan kering 3,5 dan drainase yang agak terhambat.

Tersebar di Kelurahan Beteng, Randulanang, Mranggen, Jemawan, Cawan, Gedaren, Bonyokan, Pandeyan, dan Puluhan.

42,28

3 S3 21 S3ws

Faktor penghambat lahan ini adalah ketersediaan air terutama lama bulan kering dan potensi mekanisasi berupa kemiringan lereng. Diketahui bahwa lama bulan kering daerah penelitian 3,5 dan kemiringan lereng satuan lahan tersebut 24%.

Terdapat di Kelurahan Randulanang

40,32

4 N1 6, 9, 11, 17, 23, 24

N1s Faktor penghambat lahan ini adalah potensi mekanisai yakni kemiringan lereng. Diketahui satuan lahan ini memiliki lereng berbukit hingga agak curam yang berkisar antara 24% -38%.

Tersebar di Kelurahan Beteng, Bandungan, Kayumas, Temuireng, Socokangsi, Bengking, Glagah, Cawan, Jemawan, Tibayan dan Randulanang.

1.379,44

5 N2 10 N2s Faktor penghambat lahan ini

adalah potensi mekanisasi yakni kemiringan lereng yang curam sebesar 46%.

Tersebar di Kelurahan Kayumas, Socokangsi, Temuireng, Glagah, Tibayan, Cawan, Beteng dan Bandungan.

100,72

(18)

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh ... 1

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1992. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 20 Tahun 1992 Tanggal 11 April 1992 tentang Tata Niaga Cengkeh Hasil Produksi Dalam Negeri.

Anonim. 1997. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 056/MPP/Kep 9/1997 tentang Badan Cengkeh Nasional. Anonim. 1998. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 21 Tahun 1998

tentang Perdagangan Cengkeh

Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan Pengembangan Agribisnis Cengkeh Edisi 2. Departemen Pertanian. BPS. 1994-2011. Kabupaten Klaten dalam Angka. Klaten : BPS.

BPS. 2011. Kecamatan Jatinom dalam Angka. Klaten : BPS.

Hardjowigeno, Sarwono dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan & Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Karmono, Jamulyo, Suratman Woro S. 1980. Penuntun Deskripsi Tanah di Lapangan. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada. Listyanto, Adhitya. 2008. Identifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jati

di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi. Skripsi. Surakarta : Fakultas Geografi UMS.

Najiyati, Sri dan Danarti. 2003. Budi Daya dan Penanganan Pascapanen Cengkih. Jakarta : Penebar Swadaya.

Pasang Surut Komoditas Cengkeh.

http://beritadaerah.com/kolom/national/424/8 diakses 13 Maret 2012 12:31.

Priyana, Yuli. 2008. Dasar-dasar Meteorologi dan Klimatologi. Surakarta : Fakultas Geografi UMS.

Sitorus, Santun. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung : Tarsito. Suharjo, Alif Noor Anna, Retno Woro Kaeksi, dan Yuli Priyana. 2008.

Potensi Air Tanah Pasca Gempa Tektonik di Lereng Merapi Daerah Klaten Jawa Tengah. Forum Geografi. 22 (2) : 186 – 198.

Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Tim Pusat Penelitian dan Agroklimat. 1993. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan. Departemen Pertanian.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Cengkeh. Bandung : CV Nuansa Aulia.

Wibowo, Yogi. 2009. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Perkebunan Tanaman Teh di Kecamatan Bandar Kabupaten Batang. Skripsi. Surakarta : Fakultas Geografi UMS.

Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

(19)

Gambar

Tabel 1.1 Satuan Lahan Daerah Penelitian
Gambar 1. Peta Persebaran Kesesuaian Lahan di Kecamatan Jatinom Kab. Klaten
Tabel 1.2 Karakteristik Tiap Satuan Lahan di Daerah Penelitian
Tabel 1.3 Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh (Eugenia aromatica L.) di Daerah Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Bagi memastikan misi, visi dan nilai korporat ini dapat dibudayakan dan disebarluaskan kepada staf UDA, model strategi komunikasi korporat (Argenti, 1998) dan RACE (Research

Skala ekonomi dan kurva pengalaman memengaruhi perdagangan internasional karena mereka dapat mengizinkan industri-industri sebuah negara untuk menjadi produsen

Sebagaimana dijelaskan oleh Benjamin Schneider (1975) ”iklim mempengaruhi para karyawan sehingga mereka dapat mengerti tatanan yang berlaku dalam lingkungan kerja dan memberi

Terdapat pengaruh positif dan sginifikan motivasi intrinsik terhadap kinerja karyawan hal ini ditunjukan dengan p value (sig 0,000) < 0,005 dengan pengaruh sebesar 0,630

Hasil uji t menunjukkan bahwa hasil hipotesis I yang berbunyi “Environmental performance berpengaruh terhadap environmental disclosure pada perusahaan

In order to determine why these treatments so drastically affect the capacity of the hybrid materials, we have analyzed plots of incre- mental capacity ( dQ / dV ) for the

Sebagai contoh, saat ada penekanan tombol lampu7 pada Aplikasi MQTT-Dash, maka smartphone akan mengirimkan data publish “1” dengan topik “/esp/lampu07”, untuk

Data-data yang dikumpulkan melalui pelaksanaan validasi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: (1) data validasi isi bahan ajar berupa data hasil uji ahli isi mata