• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Definisi Operasional penelitian ... 9

F. Asumsi-asumsi Penelitian ... 10

G. Kerangka Berfikir ... 11

H. Hipotesis ... 14

I. Metode Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengelolaan Lingkungan Belajar ... 16

1. Lingkungan dan Situasi Belajar Mengajar ... 19

(2)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 27

4. Faktor Lingkungan Belajar yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 32

B. Konsep Kinerja Mengajar Guru ... 35

1. Pengertian Kinerja ... 35

2. Konsep Kinerja Mengajar Guru ... 36

3. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mengajar Guru... 47

C. Konsep Motivasi Belajar Siswa ... 50

1. Pengertian Motivasi ... 50

2. Ciri-ciri Motivasi Belajar Siswa... 53

3. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar di Sekolah ... 56

D. Kebutuhan dan Teori Motivasi ... 58

E. Peran Guru dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa ... 65

F. Motivasi Belajar dan Teori Kepribadian... 68

G. Lima Konsep Tentang Motivasi Belajar ... 70

H. Strategi untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa ... 72

I. Konsep Quality of Work Life ... 76

1. Definisi Quality of Work Life ... 76

2. Unsur-unsur Quality of Work Life ... 78

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 81

(3)

C. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data ... 88 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 95 1. Analisis Data ... 95 2. Deskripsi Data ... 96 a. Gambaran pengelolaan lingkungan belajar pada SD

se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang ... 96 b. Gambaran Kinerja Mengajar Guru

se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang ... 100 c. Gambaran Motivasi Belajar Siswa

se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang ... 104 d. Analisis Korelasi ... 109 B. Pembahasan ... 114

1. Kontribusi Pengelolaan Lingkungan Belajar Siswa

Terhadap Motivasi Belajar Siswa ... 114 2. Kontribusi Kinerja Mengajar Guru Terhadap

Motivasi Belajar Siswa .. ... 117 3. Kontribusi Pengelolaan Lingkungan Belajar Siswa dan

Kinerja Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar

Siswa ... 119 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu sektor pembangunan yang pokok, dimana pemerintah di setiap negara harus benar-benar memperhatikan sektor ini agar seimbang bersama-sama dengan sektor pembangunan lainnya. Begitu pentingnya perhatian kepada sektor pendidikan dalam pembangunan tidak lain karena pendidikan menyediakan sumber daya manusia yang akan turut andil dalam kelancaran pembangunan nasional pada suatu negara. Pendidikan merupakan suatu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk meningkatkan sumber daya manusia tersebut perlu disiapkan sumber daya manusia yang dapat mengisi kemerdekaan dan dapat bersaing di forum nasional maupun internasional.

Dalam konteks pembangunan sumber daya manusia, pendidikan pada dasarnya merupakan proses mencerdaskan kehidupan bangsa dan pengembangan manusia Indonesia seutuhnya, dijelaskan dalam UU RI No. 20 Sisdiknas, pasal 3 Bab 3 (2003), berikut ini:

Bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertagwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

(6)

pendidikan nasional, sedangkan secara mikro merupakan pencapaian tujuan pendidikan institusional atau tujuan pendidikan di suatu lembaga atau sekolah. Sekolah adalah lembaga tempat penyelengaraan pendidikan merupakan

sistem yang memiliki berbagai perangkat dan unsur yang saling berkaitan yang memerlukan pemberdayaan. Secara internal sekolah memiliki perangkat guru, murid, kurikulum, sarana, dan prasarana. Secara eksternal sekolah memiliki dan berhubungan dengan instansi lain secara vertikal maupun horizontal. ( Syaefudin-Sa'ud, U. 2003:242).

Perangkat dan unsur pendidikan di atas untuk membantu para siswa agar lebih mampu menghadapi tantangan hidup baik, pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah adalah mengelola sumber-sumber daya manusia yang diharapkan dapat memberikan motivasi yang baik dan berkualitas, sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007, menyatakan bahwa penilaian kinerja guru, meliputi berbagai standar kompetensi guru yakni: "kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial".

(7)

Pengelolaan lingkungan belajar sangat penting, baik itu lingkungan atau kondisi fisik, kondisi sosio-emosional, kondisi organisasional, dan kondisi administrasi teknik (Rachman, 1997: 116-162). Begitu pula lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat sangat berkontribusi terhadap motivasi belajar siswa. Kontribusi pengelolaan lingkungan belajar ini sangat besar pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa di sekolah dasar terutama dalam proses belajar mengajar, baik terhadap siswa itu sendiri, guru, kurikulum, metode, maupun sarana, dan prasarana.

Berkaitan dengan pengelolaan lingkungan belajar, banyak penulis temukan hal-hal yang kurang mendukung terhadap proses kegiatan belajar mengajar di kelas, seperti halnya rasa malas atau rasa kurang senang belajar dapat atau sering terjadi karena memang lingkungan belajarnya yang kurang kondusif atau membosankan. Hal tersebut dikarenakan kontribusi kinerja mengajar guru di kelas masih dapat dikatakan rendah.

Melihat permasalahan di atas untuk meningkatkan kinerja mengajar guru dapat dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan KKG, pelatihan dan latihan, seminar, adanya sarana dan prasarana yang lengkap, serta masih banyak lagi kegiatan yang dapat meningkatkan kinerja mengajar guru.

(8)

pengetahuan, seni (motivasi positif) namun mereka juga bisa tertarik pada hal–hal yang negatif seperti minum obat- obatan terlarang, pergaulan bebas dan lainnya. Motivasi belajar anak-anak muda tidak akan lenyap tapi ia akan berkembang dalam cara-cara yang dapat membimbing mereka untuk menjadikan diri mereka lebih baik atau juga sebaliknya. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh orang tua dan guru (http://sdmwaringinsari.Blogspot.com).

Berdasarkan uraian di atas timbulah pertanyaan penulis, mengapa motivasi belajar siswa akhir-akhir ini cenderung rendah? Mengapa banyak siswa yang malas belajar? Mengapa banyak yang membolos? Lebih dari itu, mengapa yang memilih bermain game, bermain saja atau berkelahi daripada belajar? Maka jawaban yang dapat penulis kemukakan sederhana saja, karena kemungkinan mereka tidak merasa senang belajar, tidak ada rasa ingin tahu, tidak ada motivasi belajar dan rasa ingin belajar di kalangan siswa.

Sehubungan dengan itu, untuk meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya kelas VI sekolah dasar perlu diciptakan lingkungan belajar yang kondusif, kinerja mengajar guru yang baik, terutama lingkungan proses belajar mengajar para guru di sekolah. Hal ini penting agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari, sehingga proses pembelajaran akan berlangsung secara efektif.

(9)

1) Keterampilan menyusun rencana pelajaran

2) Keterampilan melaksanakan pelajaran (proses belajar mengajar) 3) Keterampilan mengevaluasi pelajaran

Seperti yang dikemukakan Sardiman (2011:75), bahwa motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, didorong oleh keinginan dalam dirinya sesuai dengan kebutuhan siswa tersebut untuk mencapai tujuannya.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena, didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai tujuan.

Kenyataan yang ditemukan di lapangan, motivasi belajar siswa kelas VI sekolah dasar negeri se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang dapat dikatakan masih rendah dan kurang optimal, terbukti penulis menemukan hal-hal, sebagai berikut:

1) Kurangnya pengelolaan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran.

(10)

merencanakan program pembelajaran, melaksanakan program pembelajaran, dan melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa.

3) Kurangnya motivasi guru terhadap siswa dalam pembelajaran.

4) Pengelolaan lingkungan belajar dan kinerja mengajar guru kurang optimal terhadap motivasi belajar siswa.

5) Motivasi belajar siswa kurang optimal, diakibatkan kurangnya kontribusi pengelolaan lingkungan belajar dan kinerja mengajar guru.

Dengan adanya berbagai fenomena dasar tersebut, kondisi seperti inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengadakan penelitian dalam rangka memperoleh gambaran tentang: Kontribusi Pengelolaan Lingkungan Belajar dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka peneliti memfokuskan penelitian ini diarahkan pada kontribusi Pengelolaan Lingkungan Belajar dan kinerja mengajar guru terhadap Motivasi Belajar Siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri se-Wilayah IV kabupaten Sumedang. Atas dasar tersebut peneliti mengajukan beberapa rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut:

(11)

2. Bagaimana gambaran kinerja mengajar guru kelas VI Sekolah Dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang?

3. Bagaimana gambaran motivasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang?

4. Seberapa besar kontribusi pengelolaan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang? 5. Seberapa besar kontribusi kinerja mengajar guru terhadap motivasi belajar

siswa kelas VI Sekolah Dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang?

6. Seberapa besar kontribusi pengelolaan lingkungan belajar dan kinerja mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin diperoleh peneliti, untuk mengetahui : 1. Bagaimana gambaran pengelolaan lingkungan belajar siswa kelas VI Sekolah

Dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang

2. Bagaimana gambaran kinerja mengajar guru kelas VI Sekolah Dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang

3. Bagaimana gambaran motivasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang

(12)

siswa kelas VI Sekolah Dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang

6. Seberapa besar kontribusi pengelolaan lingkungan belajar dan kinerja mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara akademik diharapkan memiliki manfaat baik bagi pihak peneliti maupun bagi pengembang iptek (ilmu, pengetahuan, dan teknolog ). Secara lebih rinci manfaat hasil penelitian ini, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembang ilmu dan pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan belajar terhadap kinerja mengajar guru kelas VI Sekolah Dasar.

b. Menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjad kan penel tian leb h lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini. 2. Manfaat Praktis

a Memberikan informasi bagi para guru agar meningkatkan kualifikasinya sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalismenya. b. Bagi guru, dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja mengajar guru

(13)

guru, sekolah, sehingga dapat mengetahui berbagai kesulitan dan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah maupun guru-guru dalam meningkatkan kinerja mengajar guru, hal ini sangat bermanfaat untuk dijadikan masukan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar.

E. Definisi Operasional Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu dua variabel bebas

(independent variabel) dan satu variabel terikat (dependent variable). Variabel

bebas adalah pengelolaan lingkungan belajar (XI), dan kinerja mengajar guru SD (X2), sedangkan variabel terikat motivasi belajar siswa (Y). Peneliti akan mencoba mendeskripsikan definisi operasional dari judul penelitian "Kontribusi Pengelolaan Lingkungan Belajar dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas VI Sekolah Dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang Tahun. 2011." Sebagai berikut:

1) Kontribusi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1988:459) kontribusi artinya sumbangan maksudnya adalah menyumbang.

2) Pengelolaan

Pengelolaan adalah suatu proses mengoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar dapat diselesaikan dengan efisien dan efektif (Mariyana, 2010:16).

3) Lingkungan Belajar

(14)

dalam konteks tersebut siswa belajar dan memperoleh prilaku baru. Blocher 1974 ( Mariyana, 2010: 17)

4) Kinerja Mengajar Guru

Kinerja adalah hasil yang diinginkan dari sebuah prilaku (Gibson, 1997: 70) atau suatu hasil kerja yang dicapai seorang guru dalam melaksanakan kegiatan mengajar guru yang dibebankan kepada guru tersebut.

5) Motivasi Belajar Siswa

Motivasi belajar siswa adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai tujuan.

F. Asumsi-asumsi Penelitian

Menurut pendapat Arikunto, S. (2005: 60-61) bahwa: Asumsi-asumsi penelitian atau anggapan dasar penelitian dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian, yang mana kebenarannya diterima oleh peneliti. Peneliti dipandang perlu merumuskan asumsi-asumsi penelitian dengan maksud:

(1) Agar terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti; (2) Untuk mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian; dan (3) Berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis.

(15)

Dasar. Asumsi-asumsi merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh peneliti. Asumsi-asumsi ini diperlukan untuk memperkuat permasalahan, membantu peneliti dalam mendeskripsikan penetapan objek penelitian, wilayah pengambilan data, dan instrumen pengumpulan data. Asumsi-asumsi peneliti yang menjadi titik tolak dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Semakin tinggi motivasi belajar siswa semakin inten kinerja mengajar guru. 2. Motivasi belajar siswa akan meningkat apabila didukung oleh pengelolaan

lingkungan belajar dan kinerja mengajar guru yang baik.

3. Pada dasarnya pembelajaran yang efektif memerlukan kontribusi kinerja mengajar guru yang menunjang terhadap motivasi belajar siswa.

4. Pengelolaan lingkungan belajar dan kinerja mengajar guru dapat memperbaiki dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

5. Anggapan dasar penelitian peneliti akan memfokuskan pada kontribusi pengelolaan lingkungan belajar dan kinerja mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar.

G. Kerangka Berpikir

Setiap sekolah mempunyai lingkungan dan kondisi yang berbeda-beda. Dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar diperlukan pengelolaan lingkungan belajar dan kinerja yang mempunyai kemampuan guru yang kuat, hal ini merupakan salah satu faktor-faktor penentu kinerja guru. Dari variabel pengelolaan lingkungan belajar yang akan dikaji pada penelitian ini terdiri dari sub variabel, diantaranya: kondisi fisik, kondisi

(16)

( Rachman, 1997: 116 - 162).

Kinerja guru adalah prestasi yang dapat dicapai seseorang atau organisasi berdasarkan kriteria dan alat ukur tertentu. Kinerja guru adalah prestasi yang dapat ditunjukkan oleh guru. la merupakan hasil yang dapat dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dapat dibebankan kepadanya berdasarkan kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu yang tersedia. Wujud dan kinerja guru direalisasikan oleh kompetensi, yaitu:

1) Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik;

2) Kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik;

3) Profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam;

4) Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar ( Pasal 8, Undang-undang Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005).

(17)

Effort or motivation. Pendapat tersebut sepaham dengan konsep perubahan

perilaku dari Cascio ( 1995: 76) yang menyebutkan abilitas ditentukan oleh skill dan pengetahuan, sedangkan skill dipengaruhi oleh kecakapan, kepribadian, dan pengetahuan yang terbentuk oleh pendidikan, pengalaman, latihan, dan minat. Kinerja guru merupakan salah satu faktor penentu dalam mendukung pencapaian tujuan keberhasilan siswa. Jadi, kinerja guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar.

Dari uraian tersebut di atas, maka diduga bahwa pengelolaan lingkungan belajar dan kinerja mengajar guru berkontribusi dengan motivasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar. Kontribusi antarvariabel tersebut dapat dilihat pada paradigma penelitian seperti pada gambar 1.1, sebagai berikut:

ε

Keterangan :

X 1 = Pengelolaan Lingkungan Belajar X 2 = Kinerja Mengajar Guru

Y = Motivasi Belajar Siswa

ε

= Variabel sisa

Gambar 1.1

Kerangka Pikir Penelitian r yx1

R2Y X1 X2

r yx2 X1

X2

(18)

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang diajukan peneliti. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka peneliti merumuskan Hipotesis penelitian, sebagai berikut:

Hipotesis 1: Terdapat hubungan yang signifikan pengelolaan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar.

Hipotesis 2: Terdapat hubungan yang signifikan kinerja mengajar guru Sekolah dasar terhadap motivasi belajar siswa Kelas VI Sekolah Dasar. Hipotesis 3: Terdapat hubungan yang signifikan pengelolaan lingkungan

belajar dan kinerja mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar.

I. Metode Penelitian

Meto de p en eliti an in i men ggun ak an m et o de desk ripti f den gan menggunakan pendekatan kuantitatif. Peneliti menggunakan metode studi deskriptif, yaitu metode yang diarahkan untuk memecahkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya hasil penelitian. Ketepatan penentuan metode ini didasarkan pada pendapat Winarno Surachmad (1986: 139).

(19)

diteliti merupakan masalah yang sedang berlangsung di lingkungan sekolah dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang.

Tujuan pendekatan kuantitatif, antara lain: menafsirkan data penelitian, menganalisis data penelitian dan menampilkan hasil penelitian melalui tabel, grafik, maupun gambar.

Peneliti ingin mendapatkan gambaran yang aktual seberapa besar kontribusi pengelolaan lingkungan belajar dan kinerja mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar. Di sini peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, seperti yang dikemukakan Mardalis (1999: 26) "Bahwa tujuan metode deskriptif adalah untuk mendeskriptifkan, mencatat, menganalisa, menginterpretasikan, kondisi-kondisi yang saat ini terjadi."

(20)

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mengumpulkan dan menyusun data serta analisis dan interpretasi mengenai data yang diteliti. Surakhmad (1986: 131) mengemukakan: metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alat-ala tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.

Untuk keperluan penelitian mengenai Kontribusi Pengelolaan Lingkungan Belajar dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas VI Sekolah Dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang Tahun 2011 yang dikategorikan berdasarkan pada status negeri, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan maksud ingin mendapatkan gambaran informasi yang komprehensif mengenai variabel penelitian yang terjadi saat ini. Adapun pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai kontribusi mengenai variabel penelitian khususnya variabel X1, X2 dan Y.

(21)

ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang actual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis karena itu, metode ini sering disebut dengan metode analitik.

Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini dengan berbagai asumsi mengenai hal-hal yang terjadi di sekolah mengenai kontribusi pengelolaan lingkungan belajar dan kinerja mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan unsur penting dalam penelitian, karena tanpa populasi, data yang akan diolah tidak pernah ada, yang berarti tidak ada penelitian. Subjek penelitian ini dapat berupa manusia, benda, peristiwa, konsep, nilai dan sebagainya. Sebagaimana dikemukakan oleh Surakhmad (1986:64) bahwa populasi merupakan sekelompok subjek penyelidikan baik manusia, gejala-gejala, benda-benda, nilai-nilai atau peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan suatu penyelidikan.

Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 154 guru yang terdiri dari 1 guru kelas yaitu guru kelas VI dari setiap satu sekolah (1 x 154 = 154) guru SD se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang.

2. Sampel

(22)

Surakhmad (1986:100) yang berpendapat bahwa apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi. Dalam penelitian ini jumlah populasi sebanyak 154 orang.

Penentuan sampel dirumuskan, sebagai berikut:

S = 15% +

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 74 0rang Keterangan:

S = Jumlah sampel yang diambil n = Jumlah anggota populasi

3.Teknik Pengumpulan Data

(23)

ditempuh dan alat-alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya.

Adapun langkah-langkah proses pengumpulan data ini meliputi: 1. Pengumpulan data

yaitu mengecek jawaban responden yang dituangkan dalam angket. Pengumpul data atau insrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner.

Sanafiyah Faisal (1982: 2) mengemukakan bahwa “kuesioner atau angket adalah suatu teknik pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber data yang berupa orang atau responden”.

Kuesioner atau angket terdiri dari 2 bentuk. Seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1986: 182) bahwa: “pada umumnya ada dua bentuk angket yaitu: 1) angket berstruktur, 2) angket yang tidak berstruktur”.

2. Penyusunan alat pengumpul data

Untuk memudahkan alat pengumpul data, dalam hal penyusunan angket, peneliti menempuh langkah-langkah, sebagai berikut:

a. Menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel penelitian yang dianggap penting untuk dipertanyakan kepada responden berdasarkan pada teori-teori yang telah diuraikan.

(24)

akan dipilih responden berdasarkan indikator variabel yang telah ditentukan dalam kisi-kisi item.

d. Menetapkan kriteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban setiap item pada setiap variable dengan menggunakan skor penilaian yang berkisar dari 5 sampai 1 dengan perincian pada tabel berikut ini:

Kriteria penskoran alternatif jawaban untuk setiap item Alternatif Jawaban Skor Pertanyaan

SL (Selalu) 5

SR (Sering) 4

KD (Kadang-kadang) 3

Jarang 2

TP (Tidak pernah) 1

3. Uji coba instrumen pengumpulan data

(25)

memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan. 4. Uji Validitas Instrumen

Dalam uji validitas ini, digunakan uji t-tes terhadap skor kelompok tinggi dan skor kelompok rendah yaitu diambil 27 % dari masing-masing kelompok sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2005: 101) yaitu: Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan ahli, maka selanjutnya dinyatakan dan dianalisa dengan analisis item. Analisis item dilakukan dengan mencari daya pembeda skor tiap dari kelompok yang membedakan jawaban tinggi dengan jawaban rendah. Jumlah kelompok yang tinggi diambil 27 % dan kelompok rendah 27 % dari sample uji coba.

Selanjutnya diuji daya pembedanya dengan menggunakan rumus dari Sudjana (1992:239), sebagai berikut:

i. Menentukan mean (X) dari dua kelompok dengan menggunakan rumus:

  

=

n X

X 1

ii. Mencari simpangan baku (S) dari masing-masing kelompok dan simpangan baku gabungan (S2) dari kedua kelompok sampel dengan rumus:

S

= ∑(X1 – X)2 n - 1

S

gab2= ∑(n1 – 1)S12 + (n2 – 1)S22

(26)

t = X1 – X2

s

12

1 1

n n +

iv. Menguji hipotesis dengan kriteria:

Terima Ho jika –t1-1/2α<t<t1-1/2α diperoleh dari table t dengan dk = (n1

-n2-2) dan tingkat signifikansi tertentu (95%). Sedangkan untuk

harga-harga t lainnya Ho ditolak. 5. Uji Reliabilitas Instrumen

Untuk menguji reliabilitas instrument digunakan teknik belah dua (split half

methods) terhadap instrumen yang disusun. Belahan pertama merupakan item

bernomor ganjil dan belahan kedua item bernomor genap kemudian keduanya dikorelasikan dengan menggunakan korelasi-korelasi Rank dan Spearmen 1. Rumus korelasi Spearman

r1= 1 - 6

bi2

n

(

n

2 – 1)

r1(rho)→t = r1 n−2

nr2

2. Menguji signifikansi korelasi r1

(rho) melalui uji independent antara kedua variabel

3. Kriteria pengujian:

Untuk tingkat signifikansi tertentu (95%) dengan dk = (n-2) jika – t1-1/2α<t<t1-1/2α

(27)

reliabilitas telah diketahui selanjutnya adalah penyebaran instrumen pada sampel penelitian yang sudah ditetapkan.

C. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data

Pengolahan data dilakukan dengan maksud agar data yang terhimpun dapat memberikan arti bagi penelitian yang dilakukan. Data yang terkumpul harus diolah. Diorganisir dan disistematisasikan sesuai dengan tujuan penelitian. Winarno Surakhmad (1986: 91) menjelaskan:

Mengolah data adalah suatu konkrit untuk membuat data itu “berbicara” sebab betapapun besarnya jumlah data dan tingginya nilai data yang terkumpul (sebagai hasil fase pelaksanaan pengumpulan data), apabila tidak disusun dalam suatu organisasi dan diolah menurut sistematis yang baik niscaya data itu tetap merupakan bahan-bahan bisu “seribu bahasa”

Dalam prosedur pengolahan data, penulis menempuh langkah-langkah, sebagai berikut:

1. Seleksi dan klasifikasi data

a. Pemeriksaan kecenderungan umum skor responden b. Mengubah skor mentah menjadi skor baku

c. Uji normalitas distribusi data

2. Analisis data untuk pengujian hipotesis penelitian a. Analisis regresi

b. Analisis korelasi

(28)

penelitian dan memberi skor pada angket responden berdasarkan petunjuk yang telah ditetapkan

2. Pengolahan data dengan menggunakan perhitungan persentase. Perhitungan persentase dimaksimalkan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap variabel penelitian dengan menggunakan rumus, sebagai berikut: Xid = Skor ideal setiap variabel

3. Mengubah skor mentah menjadi skor baku. Sudjana (1992:104) mengemukakan rumus sebagai berikut:



Untuk menggunakan rumus di atas, maka akan ditempuh langkah-langkah, sebagai berikut:

a. Menentukan rentang ( R ) yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah (STT – STR)

(29)

+ (3,3) log n

c. Menentukan panjang kelas interval yaitu rentang dibagi banyak kelas.

bk R

p=

d. Mencari rata-rata dengan rumus:

X = fi fixi

e. Mencari simpangan baku dengan rumus:

4. Uji Normalitas distribusi

Digunakan untuk mengetahui dan menentukan apakah pengolahan data menggunakan analisis parametrik atau non parametrik dengan menggunakan rumus Chi kuadrat (X2) Langkah-langkah yang ditempuh adalah:

a. Membuat distribusi frekuensi

b. Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas atas skor kanan interval c. Mencari Z untuk batas kelas dengan rumus:

S X X

(30)

X1 = Chi kuadrat yang dicari

X = Frekuensi yang tampak

S = Simpangan baku untuk distribusi d. Mencari luas O – Z daftar F

e. Mencari luas tiap interval dengan cara mencari selisih luas 0 – Z dengan interval yang berdekatan untuk tanda Z sejenis dan menambahkan luas 0 – Z yang berlawanan

f. Mencari E1 (frekuensi yang diharapkan) diperoleh dengan cara mengalikan luas interval n.

g. Mencari Oi (frekuensi hasil penelitian) diperoleh dengan cara melihat tiap kelas interval (F1) pada tabel distribusi frekuensi

h. Mencari X2 dengan cara menjumlahkan hasil perhitungan

i. Menentukan keberartian X2 dengan jalan membandingkan nilai presentif untuk distribusi X2

5. Analisis Regresi

Dipergunakan untuk mencari hubungan fungsional antara variabel X dengan variabel Y dengan rumus:

Ŷ = a + b X

Keterangan:

Y = Harga variabel Y yang diramalkan a = Konstanta (harga Y bila X = 0)

b = Koefisien arah regresi linier yang menyatakan perubahan rata-rata variable X sebesar satu unit

X = Harga variable X

Langkah-langkah pengujiannya, sebagai berikut: a. Mencari harga-harga ∑X, ∑Y, ∑XY, ∑X2, ∑Y2

(31)

Mencari JK (jumlah kuadrat):

1. Mencari jumlah kuadrat total {JK(T)}, jumlah-jumlah kuadrat regresi {JK(a), JK(b/a), jumlah kuadrat residu {JK(s), jumlah kuadrat kekeliruan {JK(E)}

2. Membuat daftar analisis untuk uji linieritas regresi seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (1992: 332), sebagai berikut:

(32)

Residu n-2 JK (S) n-2

3. Mencari F untuk taraf signifikan dengan cara : uji F untuk meguji signifikansi koefisien digunakan rumus:

F = S2Reg S2res

Uji F untuk linieritas regresi dilakukan dengan rumus: F = S2 TC

S2 E

Kriteria pengujian yang digunakan adalah dengan dk pembilang (k-2) dan dk penyebut = (n-k) dan pada tahap signifikansi tertentu, maka terima Ho jika Fhit > Ftabel dan tolak Ho dalam keadaan lainnya.

ii. Analisis Korelasi

Analisis regresi merupakan teknik statistik yang berusaha mencari derajat antara variabel X dengan variabel Y dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan dalam penelitian ini adalah analisis parametrik dengan menggunakan koefisien korelasi product moment dengan rumus, sebagai berikut:

Langkah-langkah perhitungan untuk mrncari koefisien korelasi r adalah

(33)

dikemukakan Subino (1982:66), sebagai berikut:

Kurang dari 0,20 : Hubungan dianggap tidak ada Antara 0,20 – 0,40 : Hubungan ada tetapi rendah Antara 0,41 – 0, 70 : Hubungan cukup

Antara 0,70 – 0,91 : Hubungan tinggi Antara 0,91 – 1,00 : Hubungan sangat tinggi

c. Menghitung keberartian koefisien korelasi (tingkat signifikansi) dengan menggunakan rumus:

2

1 1

r n r r

− − =

Keterangan:

t = nilai t yang dicari r = koefisien korelasi n = banyaknya data

Selanjutnya nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel dengan dk = n-2 pada taraf atau tingkat kepercayaan yang dipilih, dalam hal ini adalah tingkat kepercayaan 95 %. Apabila t hitung > t tabel, maka dapat disimpulkan hipotesis diterima atau dengan kata lain hipotesis nol ditolak.

d. Mencari derajat hubungan berdasarkan koefisien determinasi (r2) Dimaksudkan untuk menyatakan besarnya presentase variabel yang satu turut ditentukan oleh variabel yang lain (Subino, 1982: 63) dengan rumus sebagai berikut:

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan, sebagai berikut:

Pengelolaan lingkungan belajar siswa dan kinerja mengajar guru secara bersama-sama berkontribusi secara signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Secara rinci hasil penelitian dapat disimpulkan seperti di bawah ini:

1. Pengelolaan lingkungan belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang sangat baik. Hal ini bisa dilihat pada sub variabel kondisi fisik, kondisi Sosio-emosional, kondisi organisasional dan kondisi administrasi teknik.

2. Kinerja mengajar guru pada Sekolah Dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang berada dalam kondisi yang sangat baik. Hal ini bisa dilihat pada sub variabel keterampilan menyusun RPP, keterampilan melaksanakan pembelajaran, dan keterampilan mengevaluasi pembelajaran.

3. Motivasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang berada pada kategori sangat baik. Hal ini bisa dilihat pada sub variabel yang meliputi Choice of task (interest), Effort, Persistence dan

Achievement.

(35)

Kabupaten Sumedang sebesar 15 %. Pengelolaan Lingkungan Belajar merupakan faktor dominan dalam menentukan Motivasi Belajar Siswa. Pada Sekolah-sekolah dasar se-Wilayah IV, kepala sekolah akan mengarahkan personil sekolah untuk mampu dan mau melakukan tuntutan yang lebih dari kapasitas yang seharusnya.

5. Kinerja mengajar Guru berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar se-Wilayah IV Kabupaten Sumedang sebesar 14 %. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri seseorang untuk mencapai tujuan organisasi. Motivasi kerja yang tinggi sebagai akibat dari adanya kesepahaman terhadap visi dan misi serta tujuan sekolah sehingga dengan sendirinya kinerja guru meningkat.

(36)

7. Guru dapat melaksanakan dan menciptakan pengelolaan lingkungan belajar, meningkatkan kinerja mengajar guru serta dapat memotivasi siswa dalam belajar.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat direkomendasikan bahwa:

1. Rendahnya aspek kondisi organisasional dan kondisi administrasi teknik pada variabel pengelolaan lingkungan belajar, maka upaya untuk mengatasinya adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, guru mempunyai komitmen untuk mendukung semua usaha murid agar sukses baik dalam bidang akademik maupun sosial serta adanya perhatian dan kepercayaan murid serta orang tua terhadap sekolah. 2. Rendahnya aspek keterampilan mengevaluasi pembelajaran pada variabel

kinerja mengajar guru, maka upaya untuk mengatasinya adalah dengan keluwesan dalam belajar, kemampuan mengajar sesuai dengan selera siswa, adanya empati dan kepekaan terhadap segala kebutuhan siswa. 3. Rendahnya aspek persistence (ketekunan) dan achievement (prestasi) pada

(37)

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Abin, Syamsuddin. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Cascio, F.W. 1995. Managing Human Resources: Productivty, Quality of work

Life. USA: McGraw-Hill.

Depdikbud. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-1. Jakarta: Balai Pustaka.

Faisal, S. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Gibson, Ivancevich D. 1997. Fundamental of Management, Terjemahan: Zuhad Ichyaudin. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

Mangkunegara, Anwar P. 2007. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Refika Aditama.

Mardalis. 1999. Metode Penelitian suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung. Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesionalisme dalam Konteks

Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: Rosdakarya.

---2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mariyana, R. Nugraha, A. dan Rachmawati, Y. 2010. Pengelolaan Lingkungan

Belajar. Jakarta: Kencana.

Nasution, S. 1995. Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jemmars.

Nawawi, Hadari. 1982. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 2009. Universitas Pendidikan Indonesia.

(38)

Purwanto, Ngalim. 2000. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rachman, M. 1997. Manajemen Kelas. Bandung: Depdikbud Ditjen Dikdasmen. Sardiman A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Sedarmayanti. 1994. Sumber Daya dan Produktivitas Kerja. Bandung: Ilham Jaya.

Siagian, Sondang P. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.

Subino. 1982. Bimbingan Skripsi. Bandung: ABA YAPARI. Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

---1994. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sujana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Surachmad, W. 1986. Pengantar Penelitian Ilmiah. Dasar, Metode, dan Teknik. Bandung: Tarsito.

Syaefudin-Sa’ud, U. 2003. Masalah Kontenporer Pengelolaan Pendidikan

Nasional dalam Pengantar Pengelolaan Pendidikan. Bandung: UPI.

Tabrani, A. 2000. Motivasi Kerja. Jakarta: Rajawali Pers.

Uzer Usman, Moh. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Wahdjosumidjo. 1987. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Winardi. 2000. Pemimpin dan Kepeminpinan dalam Management. Bandung:

Alumni.

Jurnal/Makalah:

Barlia, L. 2004. Motivasi Menentukan Keberhasilan Belajar. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol.1, No.1 Halaman 4-13.

(39)

Hidayat, R. 1997. Hubungan Antara Sikap Terhadap Guru dan Motivasi Belajar

dengan Prilaku Belajar. Skripsi: Tidak Diterbitkan.

Internet/Online:

http://sdmwaringinsari.Blogspot.com/2011/01 Menumbuhkan Motivasi Belajar

Siswa. Html

Undang-undang:

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Caranya ambil daun pepaya terus tumbuk sampai halus kemudian campur degan air dan semprotkan ke seluruh permukaan daripada terpal atau campur dgn air kemudian di aduk-aduk

Obat Gatal Kulit Eksim - Bagi anda yang sedang mencari Eksim Basah Dan Obat Herbal Untuk Mengobatinya, anda tidak usah bingung, karna kami De Nature mempunyai Obat Eksim Basah

Puji dan syukur ke hadirat ALLAH Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Tetapi berbeda dengan tingkat Solvabilitas dan Rentabilitas, sebaliknya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dikarenakan aktiva lebih besar daripada hutang, dan juga

yang tepat agar return portofolio reksa dana menjadi lebih baik dibandingkan. dengan return pasar atau benchmark yang biasa dilihat dari

Efek Radioterapi Terhadap Jumlah Leukosit dan Kadar Hemoglobin pada Penderita Karsinoma Nasofarings.. Universitas

Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu: (1) mengetahui hubungan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi pada Siswa Kelas XI

Pada soal nomor tujuh yang memiliki tingkat kesukaran “sedang”, siswa kelompok atas lebih banyak yang berpikir reflektif (keluar dari masalah dengan mendapat jawaban