• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

SIFAT-SIFAT CAHAYA

(Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan pada Siswa Kelas V SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Sari Melati Rosdelina 0902791

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

PENERAPAN MODEL

NUMBERED

HEADS TOGETHER

UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT

CAHAYA

Oleh

Sari Melati Rosdelina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Sari Melati Rosdelina 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

SIFAT-SIFAT CAHAYA Oleh

Sari Melati Rosdelina 0902791

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya nilai hasil belajar siswa di SDN Banyuhurip. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena guru masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Data ini diperoleh dari hasil penelitian awal peneliti dengan memberikan latihan soal mengenai topik cahaya di SDN Banyuhurip, dari jumlah keseluruhan 39 orang siswa, 25 siswa masih di bawah KKM, dan 14 siswa yang nilainya di atas KKM. Dan persentasenya yaitu 64,1% yang di bawah KKM dan 35,9% yang di atas KKM. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, harus ada upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V SDN Banyuhurip. Upaya yang dilakukan peneliti untuk meningkatkannya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together dan media untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya di SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perencanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan model Numbered Heads Together, bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan model Numbered Heads Together, dan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya setelah diterapkannya model Numbered Heads Together. Penelitian didesain dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari tiga siklus, dan dengan materi sifat-sifat cahaya. Penerapan model Numbered Heads Together meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Banyuhurip pada pembelajaran sifat-sifat cahaya. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil tes siklus I dengan nilai rata kelas 68,3 dengan ketuntasan belajar 43,6%, siklus II mencapai nilai rata-rata 78,7 dengan tingkat ketuntasan 53,8%, dan siklus III mencapai nilai rata-rata-rata-rata 86,9 dengan tingkat ketuntasan 87,2%. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penerapan model Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Rekomendasi bagi guru yaitu guru dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model Numbered Heads Together pada materi sifat-sifat cahaya di kelas V.

(5)

ABSTRACT

THE APPLICATION OF NUMBERED HEADS TOGETHER MODEL TO

IMPROVE STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT IN

CHARACTERISTICS OF LIGHT By

Sari Melati Rosdelina 0902791

The research was based on the low value of the learning outcomes of students in SDN Banyuhurip. The low student achievement because teachers still use the conventional method of the lecture. This data was obtained from the results of initial studies provide researchers with light exercises on the topic in SDN Banyuhurip, of the total 39 students, 25 students are still under KKM, and 14 students that they are above the KKM. And the percentage is 64.1% which is below the KKM and 35.9% above the KKM. Based on these issues, there should be an effort to improve student learning outcomes in the classroom Banyuhurip SDN. Efforts by researchers to improve the learning model by using Numbered Heads Together and media to improve student learning outcomes in teaching science material properties of light in SDN BanyuhuripLembang District of West Bandung regency. This study was conducted to determine how the science lesson plan material properties of light through the application of the Numbered Heads Together, how the implementation of science teaching materials properties of light through the application of the Numbered Heads Together, and to determine student learning outcomes in science learning material properties light after the implementation of the model Numbered Heads Together. Research designed to Classroom Action Research (CAR) consists of three cycles, and the material properties of light. The application of the model Numbered Heads Together classes improve student learning outcomes in learning SDN Banyuhurip properties of light. This can be seen in the first cycle test results with an average value of 68.3 with mastery learning class 43.6%, the second cycle reached an average value of 78.7 with 53.8% completeness level, and the third cycle reaches average values 86.9 average with 87.2% completeness level. Based on the data obtained it can be concluded that the application of Numbered Heads Together models can improve learning outcomes fifth grade students of SDN BanyuhuripLembang District of West Bandung regency. Recommendations for teachers that teachers can help improve student learning outcomes by applying the model Numbered Heads Together on the material properties of light in class V.

(6)

DAFTAR ISI

A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model Numbered Heads Together ………..… 7

1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ………….... 7

2. Fase Pembelajaran Kooperatif ……….... 9

3. Model Numbered Heads Together ………... 11

4. Tujuan Numbered Heads Together ……….... 11

5. Langkah-langkah Numbered Heads Together ...……… 12

6. Kelebihan Model Numbered Heads Together ………... 13

7. Kelemahan Model Numbered Heads Together ………. 13

B. Hasil Belajar ……… 13

1. Belajar ………...……….. 13

2. Pengertian Hasil Belajar ……….. 14

(7)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar …………... 16

5. Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA ………. 17

6. Hasil Belajar pada Materi Sifat-Sifat Cahaya ……… 19

C. Penelitian yang Relevan ……….. 24

BAB III METODE PENELITIAN ………... 26

A. Metode Penelitian ……… 26

B. Desain Penelitian ………. 27

C. Setting dan Subjek Penelitian ……….. 29

D. Prosedur Penelitian ……….. 29

1. Siklus I ……… 29

2. Siklus II ………. 31

3. Siklus III ………... 32

E. Definisi Operasional ……… 33

F. Instrumen Penelitian ……….……….. 34

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ……….……... 36

1. Teknik Pengolahan Data ……….……… 36

2. Teknik Analisis Data ……….………. 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 39

A. Deskripsi Sekolah ……… 39

1. Perencanaan Pembelajaran ……….. 81

2. Pelaksanaan Pembelajaran Siswa ………. 81

3. Hasil Belajar Siswa ……….……… 83

(8)

B. Rekomendasi ………. 88

DAFTAR PUSTAKA ………. 89

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kisi-Kisi Instrumen Sifat-Sifat Cahaya ………. 35

3.2 Kriteria Keterlaksanaan Strategi Pembelajaran……… 38

4.1 Kondisi Guru SDN Banyuhurip Tahun Ajaran 2012/2013……….. 39

4.2 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I ………..… 45

4.3 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I………. 48

4.4 Nilai Hasil Pra Siklus ………...…… 49

4.5 Nilai Hasil Tes Siklus I ………. 51

4.6 Nilai Hasil Kerja Kelompok Siklus I……… 53

4.7 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II………. 58

4.8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II……… 61

4.9 Nilai Hasil Tes Siklus II ………... 63

4.10 Nilai Hasil Kerja Kelompok Siklus II ……….. 65

4.11 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus III ……….. 70

4.12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ………. 73

4.13 Nilai Hasil Tes Siklus III ……… 75

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Cahaya Merambat Lurus………..… 20

2.2 Cahaya Menembus Benda Bening ……….. 21

2.3 Pemantulan Teratur dan Pemantulan Baur ………. 22

2.4 Cermin Datar, Cermin Cekung, Cermin Cembung ………. 23

2.5 Cahaya Dapat Dibiaskan ………. 24

(11)

DAFTAR GRAFIK

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman Lampiran A

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……… 92

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ……….. 97

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ………. 104

4. Lembar Kerja Siswa Siklus I ……… 112

5. Lembar Kerja Siswa Siklus II ……….. 114

6. Lembar Kerja Siswa Siklus III ……….. 117

Lampiran B 1. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I ……… 119

2. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II ……….. 122

3. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus III ………. 125

4. Soal Evaluasi Siklus I ……… 128

5. Soal Evaluasi Siklus II ……….. 129

6. Soal Evaluasi Siklus III ………. 130

7. Lembar Observasi Guru Siklus I ……….. 131

8. Lembar Observasi Guru Siklus II ………. 134

9. Lembar Observasi Guru Siklus III ……… 137

10. Lembar Observasi Siswa Siklus I ………. 140

11. Lembar Observasi Siswa Siklus II ……… 143

12. Lembar Observasi Siswa Siklus III ……….. 146

13. Catatan Lapangan ………. 149

Lampiran C 1. Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus I ………... 150

2. Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus II ………. 152

3. Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus III ……… 155

(13)

5. Hasil Tes Evaluasi Siklus II ……….. 160

6. Hasil Tes Evaluasi Siklus III ……… 163

7. Hasil Lembar Observasi Guru Siklus I ………. 166

8. Hasil Lembar Observasi Guru Siklus II ……… 169

9. Hasil Lembar Observasi Guru Siklus III ……….. 172

10. Hasil Lembar Observasi Siswa Siklus I ……… 175

11. Hasil Lembar Observasi Siswa Siklus II ……….. 178

12. Hasil Lembar Observasi Siswa Siklus III ………. 181

13. Catatan Lapangan Siklus I ……… 184

14. Catatan Lapangan Siklus II ……….. 185

15. Catatan Lapangan Siklus III ……….. 186 Lampiran D

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah dasar adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran IPA di sekolah mengacu pada kurikulum IPA. Di dalam kurikulum telah ditegaskan bahwa pembelajaran IPA harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Proses pembelajaran IPA yang diharapkan adalah yang dapat mengembangkan keterampilan proses, pemahaman konsep, aplikasi konsep, sikap ilmiah siswa, serta mendasarkan kegiatan IPA pada isu-isu yang berkembang di masyarakat (Horsley, dalam Guru, Panitia Sertifikasi,2012: 133). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu peserta didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka untuk mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah (Samatowa, 2011:2)

Pembelajaran IPA di SD sangat penting bagi siswa, karena mata pelajaran IPA sangat dekat dengan kehidupan mereka sendiri. Proses belajar mengajar di sekolah juga harus lebih diperhatikan untuk menunjang keberhasilan siswa. Guru harus bisa menggunakan model dan metode apa yang cocok untuk digunakan pada setiap mata pelajaran, karena ini sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya dalam suatu model terdapat kegiatan diskusi kelompok, maka dengan diskusi kelompok siswa dapat berinteraksi dengan teman-temannya. Diskusi kelompok juga dapat membantu keterampilan berkomunikasi dan menimbulkan rasa percaya diri siswa.

(15)

2

penyajian data/informasi lebih menarik dan terpercaya, dan memadatkan informasi. Sebagai alat bantu dalam mengajar, media juga dapat memberikan pengalaman nyata, motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa.

Di SDN Banyuhurip, nilai hasil belajar siswa masih rendah. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui bahwa rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena guru masih menggunakan metode konvensional seperti ceramah. Metode ceramah itu yang membuat pembelajaran menjadi teacher centered. Siswa hanya duduk diam di bangku mereka dan

mendengarkan guru mereka menjelaskan materi dan itu menyebabkan siswa menjadi pasif di dalam kelas. Dengan mendengarkan saja tidak semua materi yang dijelaskan oleh guru dapat diserap oleh siswa. Ada saja siswa yang terlihat memperhatikan dan mendengarkan gurunya menjelaskan, namun pikiran mereka tidak fokus kepada gurunya. Di dalam pembelajaran juga belum terlihat adanya interaksi yang aktif secara menyeluruh, baik antara guru dengan siswa maupun kerjasama antar siswa. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa, guru hanya sebagai fasilitator pembelajaran. Seharusnya dalam pembelajaran guru menggunakan teknik student centered agar siswa terlibat aktif di dalam pembelajaran. Dengan

student centered pembelajaran tidak hanya satu arah, namun menjadi dua arah

dan hal itu akan membuat interaksi antara guru dan siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih terarah.

(16)

3

temannya. Padahal penggunaan media sangat penting dalam proses pembelajaran, karena media merupakan salah satu perangkat pembelajaran.

Di dalam kelas juga ketika guru menanyakan apa yang tidak mereka mengerti mengenai materi yang telah dipelajari mereka menjawab mengerti semua. Namun pada kenyataannya ketika guru memberikan latihan soal kepada mereka tidak banyak siswa yang bisa menjawab soal. Adapun siswa yang mendatangi meja guru dan menanyakan soal ini bagaimana mengerjakannya. Dan guru pun harus menjelaskan lagi dari awal agar siswa mengerti semua.

Rendahnya minat dan motivasi belajar siswa berpengaruh pada nilai hasil belajar mereka di SDN Banyuhurip. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa, ternyata siswa hanya belajar di sekolah saja dan tidak mempelajari lagi materi yang telah mereka dapat dari guru di rumah. Siswa terkesan acuh terhadap pelajaran mereka, itu dapat terlihat ketika guru memberikan pekerjaan rumah (PR) mereka tidak mengerjakannya. Sehingga guru memberikan hukuman untuk menulis di buku sebanyak satu lembar.

Dalam mencapai tujuan pembelajaran pada mata pelajaran IPA khususnya pada topik sifat-sifat cahaya, nilai hasil belajar siswa masih rendah. Data ini di dapat dari hasil penelitian awal peneliti dengan memberikan latihan soal mengenai topik cahaya di SDN Banyuhurip. KKM mata pelajaran IPA kelas V di SD ini yaitu 71. Data hasil belajar mereka dari jumlah keseluruhan 39 orang siswa, 25 siswa masih di bawah KKM, dan 14 siswa yang nilainya di atas KKM. Dan persentasenya yaitu 64,1% yang di bawah KKM dan 35,9% yang di atas KKM.

(17)

4

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.

Model Numbered Heads Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, model ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka (Lie, Anita,2008: 59). Dengan pembelajaran kooperatif model NHT ini dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa, karena dengan model pembelajaran ini lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan lebih memahami materi pelajaran baik secara berkelompok maupun individual sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dengan demikian maka penelitian ini difokuskan pada “Penerapan Model Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sifat-Sifat Cahaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan model Numbered Heads Together di kelas V SDN Banyuhurip?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan model Numbered Heads Together di kelas V SDN Banyuhurip?

3. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya setelah diterapkannya model Numbered Heads Together di kelas V SDN Banyuhurip?

C. Tujuan Penelitian

(18)

5

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan model Numbered Heads Together di kelas V SDN Banyuhurip.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan model Numbered Heads Together di kelas V SDN Banyuhurip.

3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya setelah diterapkannya model Numbered Heads Together di kelas V SDN Banyuhurip.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, bagi guru dan bagi sekolah, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi siswa:

a. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.

b. Proses belajar mengajar IPA menjadi lebih menarik dan menyenangkan, tidak lagi bersifat konvensional.

c. Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok.

2. Bagi guru:

a. Dapat mengembangkan dan menerapkan model Numbered Heads Together pada materi lain di sekolah dasar.

b. Sebagai salah satu bahan masukan dalam meningkatkan profesionalisme dalam melakukan inovasi pembelajaran pada mata pelajaran IPA khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya. c. Memperluas pengetahuan dan keterampilan guru dalam merancang

model Numbered Heads Together sehingga indikator dan tujuan pembelajaran tercapai.

(19)

6

a. Meningkatkan pengelolaan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar.

b. Sebagai salah satu masukan dalam rangka membuat kegiatan pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan.

c. Memberikan alternatif penerapan model yang dapat dijadikan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Hipotesis Tindakan

(20)

26

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, di mana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata, peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk. Perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu kejadian atau efek dari suatu tindakan (Rochiati, dalam Kunandar 2010: 46).

Menurut Hopkins (dalam Kunandar 2010: 46), PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: (a) praktik-praktik kependidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di mana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.

Sedangkan menurut Rapoport (dalam Kunandar 2010: 46) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah penelitian untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.

Peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas ini karena dengan metode ini peneliti menemukan masalah pada hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya. Penelitian Tindakan Kelas ini tujuannya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V di SDN Banyuhurip pada materi sifat-sifat cahaya.

(21)

27

kelas baik dalam interaksi siswa maupun hasil pembelajarannya, peneliti juga bisa merefleksi diri sendiri untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.

B. Desain Penelitian

Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc Taggart, model ini menekankan pada siklus atau putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi, model ini juga dikenal dengan model spiral.

Suhardjono (2010) mengemukakan rincian kegiatan pelaksanaan PTK yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan, yaitu rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.

2. Pelaksanaan, yaitu menerapkan rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran

3. Observasi, yaitu melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan timdakan berlangsung.

4. Refleksi, yaitu mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

(22)

28

Gambar 3.1

Perencanaan Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

Siklus I

Perencanaan Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

Siklus II

Perencanaan Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

Siklus III

(23)

29

Alur Penelitian Tindakan Kelas

(Adaptasi dari Rizkiana,2012)

C. Setting dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Banyuhurip yang terletak di Jln. Kolonel Masturi No.56 Kampung Karamat Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V semester II tahun ajaran 2012/2013.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Banyuhurip, yang berjumlah 39 orang siswa, yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 21 siswa laki-laki. Dengan usia berkisar antara 11 sampai 13 tahun. Kebanyakan kemampuan akademik mereka rendah dan mereka masih kurang dalam belajar berkelompok.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2012/2013, dengan melakukan tiga siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2013, siklus II dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2013 dan siklus III dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2013.

D. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan dalam 3 siklus yaitu siklus I, II dan siklus III. Dengan prosedur penelitian pada setiap siklus sebagai berikut:

Siklus I

1. Perencanaan

(24)

30

pembelajaran dengan pembuatan skenario pembelajaran yang sesuai dengan model Numbered Heads Together yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama, pemberian jawaban. Guru juga menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan yaitu karton tebal, lilin, karton bernomor, senter, korek api. dan mempersiapkan instrumen penilaian berupa lembar observasi guru dan siswa dan tes evaluasi hasil belajar berupa soal uraian berdasarkan indikator.

2. Pelaksanaan

Pada tahap ini guru melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan model Numbered Heads Together pada materi sumber cahaya dan sifat cahaya merambat lurus. Guru memulai pembelajaran dengan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Guru juga memberikan pertanyaan rangsangan untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai sumber cahaya dan sifat cahaya merambat lurus dengan melakukan demonstrasi menggunakan alat peraga terlebih dahulu. Lalu guru melakukan proses pembelajaran dengan membagi peserta didik menjadi 8 kelompok dan setiap anggota dalam kelompok diberi nomor yang berbeda. Lalu setelah pembagian kelompok, siswa melakukan percobaan berdasarkan pedoman di dalam LKS dan mengerjakan soal-soal dalam LKS yang sebelumnya telah diberikan oleh guru. Lalu setelah selesai berdiskusi dan mengerjakan soal-soal dalam LKS, guru memanggil satu nomor kelompok dan satu nomor anggota dari kelompok itu untuk membacakan hasil diskusinya. Setelah itu guru memberikan lembar evaluasi sebagai alat ukur tercapainya indikator.

3. Observasi

(25)

31

melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi

Pada tahap ini guru dan observer mendiskusikan hasil observasi proses pembelajaran yang telah dilakukan. Dari hasil diskusi ini guru mendapatkan umpan balik tentang proses pembelajaran yang telah dilakukan sehingga guru dapat melakukan perbaikan proses pembelajaran pada siklus kedua. Dari hasil refleksi ini guru masih menemukan kesulitan yang dihadapi siswa. bisa terlihat ketika guru memanggil nomor siswa itu, tetapi siswa yang disebut nomornya tidak mau membacakan hasil diskusinya karena tidak mengerti. Dari hasil pengamatan, siswa tersebut tidak bisa menjelaskan karena tidak ikut dalam diskusi kelompok. Guru juga masih belum bisa mengkondisikan kelas dengan baik sehingga guru memperbaiki hal tersebut disiklus berikutnya.

Siklus II 1. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, guru memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II. Pada tahap ini masih sama dengan rencana tindakan siklus I yaitu penyusunan RPP, skenario pembelajaran, media pembelajaran dan instrumen penilaian berupa lembar observasi guru dan siswa dan tes evaluasi hasil belajar berupa soal uraian berdasarkan indikator. Namun materi yang dituangkan dalam RPP mengenai sifat cahaya menembus benda bening dan cahaya dapat dibiaskan.

2. Pelaksanaan

(26)

32

Guru juga masih menggunakan model Numbered Heads Together. Pada siklus II media yang digunakan dalam percobaan yaitu senter, karton tebal, gelas bening, plastik mika, kaca, buku tulis, triplek yang dilapisi kertas putih, pensil. Dalam siklus II siswa mengerjakan LKS secara berkelompok dan hasil diskusi mereka dibacakan ketika guru memanggil nomor mereka.

3. Observasi

Pada tahap ini, observer mengamati pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas. Observer juga mengamati perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran.

4. Refleksi

Pada tahap ini guru dan observer mendiskusikan hasil pengamatan selama proses pembelajaran siklus II. Hal ini dilakukan supaya guru dapat memperbaiki kekurangan atau kelemahan pada siklus II, sehingga guru akan mendapatkan hasil yang lebih baik pada siklus selanjutnya.

Siklus III 1. Perencanaan

Pada tahap ini, rencana tindakan siklus III masih sama dengan siklus I yaitu penyusunan RPP, skenario pembelajaran, media pembelajaran dan instrumen penilaian berupa lembar observasi guru dan siswa dan tes evaluasi hasil belajar berupa soal uraian berdasarkan indikator. Namun materi yang dituangkan pada RPP mengenai sifat cahaya dapat dipantulkan.

2. Pelaksanaan

(27)

33

seperti sendok, cermin datar, cermin cembung, senter. Guru juga menempelkan karton yang berisi gambar pemantulan baur dan teratur di papan tulis supaya siswa dapat mengerti mengenai dua jenis pemantulan dan tiga jenis cermin berdasarkan bentuk permukaannya seperti cermin datar, cermin cembung dan cermin cekung.

3. Observasi

Pada tahap ini observer mengamati perilaku siswa dan proses pembelajaran. Observer mengamati perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Di sini observer mendokumentasikan kegiatan siswa dan guru dengan menggunakan kamera.

4. Refleksi

Nilai siswa kebanyakan sudah mencapai KKM sehingga pembelajaran berhenti di siklus III. Kegiatan pembelajaran juga sudah mendapatkan hasil yang baik sehingga guru tidak perlu untuk melanjutkan lagi ke siklus berikutnya.

E. Definisi Operasional

1. Model Numbered Heads Together

Numbered Heads Together adalah model yang melibatkan lebih banyak

siswa dalam mempelajari kembali berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, model ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam model Numbered Heads Together yaitu: 1. Penomoran (Numbering), 2. Pengajuan pertanyaan (Questioning), 3. Berpikir bersama

(28)

34

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang biasanya disebut tes hasil belajar yang berupa pre test dan post test. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes hasil belajar yang dilakukan setelah selesai program pengajaran.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis, lembar observasi.

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi pembelajaran yang telah dijabarkan dalam silabus. Tujuan dari RPP ini yaitu sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran yang di dalamnya berisi petunjuk secara rinci dalam penerapan model Numbered Heads Together. RPP dibuat persiklus yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, media pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang mengacu pada model Numbered Heads Together dan evaluasi. Evaluasi yang digunakan yaitu

soal uraian yang dibuat berdasarkan indikator pembelajaran dan diberikan pada akhir kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh data hasil peningkatan hasil belajar siswa (RPP terlampir pada lampiran A).

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

(29)

35

dikerjakan oleh siswa baik berupa soal maupun kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa. LKS yang disiapkan oleh peneliti berisi langkah-langkah percobaan dan soal-soal yang harus dikerjakan secara berkelompok (LKS terlampir pada lampiran A).

3. Tes Tertulis

Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat cahaya. Tes dilakukan pada akhir pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa setelah mendapatkan pembelajaran menggunakan model NHT. Soal dibuat berdasarkan kisi-kisi soal yang berupa 4-5 soal uraian yang dibuat berdasarkan indikator pembelajaran yang digunakan. Kisi-kisi instrumen mengenai sifat-sifat cahaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Sifat-Sifat Cahaya

No Indikator

Kemampuan Kognitif (Nomor Soal)

C1 C2 C3

Siklus I

1 Mengidentifikasi sumber-sumber cahaya 1, 2

2 Menjelaskan sifat cahaya merambat lurus 3

3

Memberi contoh konsep sifat cahaya merambat lurus dalam kehidupan sehari-hari

4

Siklus II

1 Menyebutkan benda-benda yang tembus

cahaya 1

2 Menjelaskan sifat cahaya menembus benda

bening 2

3 Menjelaskan sifat cahaya menembus benda

bening dalam kehidupan sehari-hari 3

4 Menjelaskan sifat cahaya dapat di biaskan 4 5 Menerapkan sifat cahaya dapat di biaskan

dalam kehidupan sehari-hari 5

Siklus III

(30)

36

2 Menyebutkan jenis-jenis cermin 2

3 Menjelaskan sifat cahaya dapat

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh observer untuk melihat proses pembelajaran. Lembar pengamatan dibuat sesuai dengan kegiatan-kegiatan di dalam RPP. Tujuan dari observasi ini yaitu untuk melihat kekurangan yang terjadi ketika guru melaksanakan pembelajaran di kelas dan kendala-kendala yang dihadapi agar mengetahui perbaikan yang harus dilakukan pada siklus berikutnya (Lembar observasi aktivitas guru dan siswa terlampir pada lampiran A).

5. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti untuk mencatat hal-hal penting yang terjadi selama pembelajaran berlangsung, misalnya kondisi kelas, kegiatan siswa di dalam kelas, semua hal yang terjadi di dalam kelas dan lain-lain.

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dibedakan dari jenis tes yang dilakukan. Oleh karena itu, teknik pengolahan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

(31)

37

Tes yang digunakan berupa pra siklus dan pasca siklus, dengan jumlah butir soal yang sudah ditentukan untuk mengukur penguasaan terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari siswa.

Adapun tes unjuk kerja yang diberikan ketika siswa melakukan percobaan. Tes ini mengukur keberhasilan penerapan model Numbered Heads Together pada diskusi kelompok.

b. Non Tes

Hasil non tes dapat dilihat pada lembar observasi yang dilakukan observer untuk melihat aktivitas guru dan siswa. Dengan adanya lembar observasi maka observer bisa mengamati kegiatan proses belajar mengajar, tingkah laku siswa, dan cara mengajar peneliti.

2. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah semua data dari lapangan terkumpul. Teknik analisis data yang digunakan yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisi data yang bersifat kuantitatif diperoleh dari hasil evaluasi setelah proses pembelajaran dan hasil pengerjaan LKS. Sedangkan analisis data yang bersifat kualitatif diperoleh dari hasil observasi.

Data yang telah dianalisis dan direfleksi kemudian dianalisis secara deskriptif.

a. Teknik Pengolahan Hasil Tes 1) Penskoran

Untuk menghindari unsur subjektivitas, maka peneliti terlebih dahulu membuat standar nilai untuk setiap soal.

2) Nilai Rata-Rata

(32)

38

x = …..(3.1) Dengan:

x = rata-rata (mean) Σx = jumlah seluruh skor

N = banyaknya subjek (jumlah siswa) (Sudjana, 2009:109)

3) Ketuntasan Belajar

Untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar siswa yang mencapai KKM yang nilainya lebih dari atau sama dengan 71 yaitu sebagai berikut:

TB = x 100% ...(3.2) Dengan:

TB = tuntas belajar

Σx ≥ 71 = nilai lebih dari atau sama dengan 71

N = jumlah Siswa

b. Teknik Pengolahan Non Tes

Data hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa diolah menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan cara menggunakan kalimat-kalimat yang dipaparkan berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru dan siswa berdasarkan hasil observasi siklus I, siklus II dan siklus III. Pengolahan data hasil observasi ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Persentase=

x100% …..(3.3)

Untuk menginterpretasi hasil perhitungan yaitu berdasarkan tabel berikut ini:

(33)

39

Kategori (%) Interpretasi 80 - 100 Sangat Baik

60 - 79 Baik

40 - 59 Cukup

20 - 39 Rendah

(34)

87

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya yang berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran sifat-sifat cahaya dengan menggunakan model Numbered Heads Together, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan penerapan model Numbered Heads Together terlebih dahulu dibuat dalam RPP, LKS dan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Sistematika pada RPP sama seperti sistematika RPP pada umumnya, namun dalam kegiatan inti menggunakan model Numbered Heads Together dengan tahapan-tahapan penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama dan pemberian jawaban.

2. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan penerapan model Numbered Heads Together yang mencakup aktivitas guru dan siswa sudah terlaksana dengan

baik. Guru sudah bisa mengelola kelas dengan baik dan sudah mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah kegiatan dalam RPP. Siswa menjadi lebih aktif dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat, motivasi belajar juga meningkat dan siswa sudah bisa bekerja sama dalam kelompok melakukan percobaan dan mengerjakan tugas kelompok.

(35)

88

B.Rekomendasi 1. Bagi Siswa

Sebaiknya dalam pembelajaran siswa harus lebih aktif lagi, dan harus berani mengeluarkan pendapat untuk dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA. Siswa juga harus bisa mengerjakan tugas mandiri maupun tugas kelompok.

2. Bagi Guru

Guru diharapkan dapat mengembangkan dan mengimplementasikan model Numbered Heads Together dan media pembelajaran pada mata pelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya kelas V dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru dan hasil belajar IPA dalam memberikan pembelajaran di dalam kelas, karena model Numbered Heads Together mempunyai kelebihan yang dapat menunjang keberhasilan belajar.

Dengan menggunakan model Numbered Heads Together, siswa dapat belajar bersama teman kelompoknya sehingga membuat siswa lebih berani mengeluarkan pendapatnya dan mempunyai semangat kerjasama, siswa dapat memahami materi dengan baik karena siswa ikut melakukan percobaan yang diberikan guru dan meningkatkan motivasi siswa dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

3. Bagi Sekolah

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Arends. Richard I. (2008). Learning To Teach (Belajar untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ariefianto, Muhammad. et al. (2007). Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Acarya Media Utama.

Arikunto, Suharsimi. et al. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Dara. (2008). Definisi IPA. [Online]. Tersedia:

http://dara9.files.wordpress.com/2008/05/definisi-ipa.pdf. [20Maret 2013]

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Model-Model Pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Effendi, Fenty Fitriani. (2013). Penerapan Model Cooperative Learning Tipe NHT (Numbered Heads Togethers) Pada Topik Alat Indra Manusia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Bandung: tidak dipublikasikan.

Guru, Panitia Sertifikasi. (2012). Bahan Ajar Pendidikan & Latihan Profesi Guru (PLPG). Bandung: UPI.

Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Haryanto. (2004). Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga.

(37)

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Lie, Anita. (2007). Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo.

Rizkiana, Hanna. (2012). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Materi Cahaya. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Bandung: tidak dipublikasikan.

Rohaeti, Euis. (2010). Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Gaya Dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Bandung: tidak dipublikasikan.

Rositawaty, S., & Muharam Aris. (2009). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Ruhimat, Toto. dkk. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI.

Samatowa, Usman. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.

Sari, Destia Pragita. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Bandung: tidak dipublikasikan.

Solihah, Rika. (2012). Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Heads Together (Nht) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran Ipa Materi Gaya. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Bandung: tidak dipublikasikan.

(38)

Suprijono, Agus. (2010). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wiriaatmaja, Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel                                                                                                       Halaman
Gambar                                                                                                      Halaman
Grafik                                                                                                        Halaman
 Sari Melati Rosdelina, 2013 Gambar 3.1
+3

Referensi

Dokumen terkait

Guru Taman Kanak-kanan dalam pembelajaran seni tari, disamping harus menguasai bentuk-bentuk tarian dan ketrampilan dalam

Pada hari ini, Rabu tanggal tiga belas bulan Juni tahun dua ribu dua belas, telah diadakan evaluasi dokumen prakualifikasi untuk Pekerjaan Pengembangan Website Intranet

Demikian berita acara ini dibuat yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari dokumen Pengadaan Buletin Export News Tahun Anggaran 2012 (12 Edisi) dan

Sebelum UU Nomor 17 Tahun 2003 dan UU Nomor 1 Tahun 2004 ditetapkan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan di bidang fi skal, Menteri Keuangan RI telah

Peneliti juga berterimakasih bagi dosen pembimbing dan dosen-dosen pengajar yang dari awal memberika ide dan dukungan dalam penyusunan skripsi Maskulinitas Pemimpin Perempuan

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di

Namun siapa saja yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat terdahulu, seperti