vi DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK……….………...i
KATA PENGANTAR………...……….……….…………ii
UCAPAN TERIMA KASIH……….…….……iii
DAFTAR ISI………..……….vi
DAFTAR TABEL……….………....……viii
DAFTAR GAMBAR……….….…...….xi
DAFTAR GRAFIK………..……….xii
DAFTAR BAGAN……….……..xiii
BAB I. PENDAHULUAN……….……….……1
A. Latar Belakang Masalah………....……1
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah……….…….9
1. Rumusan Masalah……….…..…9
2. Batasan Masalah dan Pertanyaan Penelitian………..….……...10
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian………..……….….…...11
1. Tujuan Penelitian……….………..11
2. Manfaat Penelitian……….…………11
D. Hipotesis……….……….13
E. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data……….…………14
BAB II. PEMBELAJARAN SENI RUPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI………..……….…….………15
A. Konsep Pendidikan Seni di SMA……….………15
B. Konsep Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa) di SMA……….…………17
C. Lingkup Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa) di SMA………..….19
D. Konsep Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa………...….21
1. Konsep Pembelajaran………....….21
2. Konsep Apresiasi Seni………..………….…24
a. Definisi Apresiasi……….……..24
b. Dimensi Apresiasi………..26
c. Tujuan dan Fungsi Apresiasi………..27
3. Konsep Pembelajaran Apresiasi Seni………...…….33
4. Penerapan Metode Mind Map Untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi...36
vi
BAB III. METODE PENELITIAN………..………..……….… 53
A. Metode Penelitian………..………..…………. 53
B. Prosedur Penelitian………...…….. 55
C. Tahap-tahap Kegiatan Penelitian.………...………. 57
1. Orientasi………...…...……. 57
2. Perencanaan .……….………..…...………...…. 58
3. Pelaksanaan/ tindakan…..……….………...……… 64
4. Pengamatan ……….………...…...…………. 65
5. Refleksi ………..………..…………...……. 65
6. Evaluasi. ……….………...………. 67
D. Teknik Pengumpulan Data...………...…. 69
1. Observasi... 69
2. Teknik Wawancara... 70
3. Angket... 72
4. Dokumentasi... 73
5. Studi Literatur... 74
E. Instrumen Pengumpulan Data... 74
F. Analisis Data... 84
G. Lokasi, Populasi dan Sampel………... 86
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..87
A. Deskripsi Hasil Penelitian………...………..87
1. Profil Sekolah………...87
2. Gambaran Setting Penelitian………...88
3. Hasil Orientasi………...89
4. Kesimpulan Hasil Orientasi………..…..94
B. Perbaikan Proses Pembelajaran……….……..………...…….…96
C. Perencanaan Tindakan Penelitian………...98
D. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Kelas X2……….…………99
E. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Kelas X3………158
F. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Kelas X8………....219
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN……….279
A. Simpulan……….……....279
B. Saran……….………….284
DAFTAR PUSTAKA………286
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya, kemampuan masyarakat dalam mengapresiasi karya seni masih kurang. Kemampuan masyarakat dalam mengapresiasi karya seni baru pada
tahap penerimaan (mengamati, menyenangi karya seni), sangat sedikit yang mampu memberikan tanggapan secara rasional terhadap karya seni. Tingkat
kesadaran masyarakat mengenai fungsi seni bagi kehidupan kurang disadari, padahal kehadiran karya seni dalam berbagai aspek kehidupan dirasakan sangat penting dan tidak dapat kita pisahkan kehadirannya. Fenomena rendahnya tingkat
apresiasi masyarakat terhadap karya seni diperkuat pandangan Hamdan (2001:1) bahwa masalah kekurangtahuan masyarakat terhadap keragaman produk seni rupa
disebabkan oleh karena fasilitas untuk mensosialisasikan karya seni (pada umumnya) jauh dari mencukupi, disamping kurangnya wacana apresiasi di kalangan masyarakat sendiri.
Seiring dengan masih rendahnya tingkat apresiasi seni di masyarakat dalam konteks pendidikan seni pada jenjang pendidikan formal ditentukan sikap
apriori dari berbagai pihak. Mata pelajaran ini hanya dipandang sebagai pelengkap saja. Padahal tanpa kita sadari bahwa dalam praktek kehidupan, kita tidak bisa lepas dari aspek berkesenian. Khisbiyah dan Sabardila (2004:xi) menegaskan
2 SMU) ditenggarai telah mengalami keterpinggiran dalam tiga hal: 1) pendidikan seni dianggap lebih rendah dari pada jenis pendidikan atau mata pelajaran lain,
sebagai akibatnya kesenian dijadikan mulok, jumlah jam terbatas; 2) pendidikan seni seringkali tidak diberikan secara profesional, pendidikan seni dilakukan oleh
guru yang tidak berlatar belakang pendidikan kesenian sehingga hanya menekankan aspek teoritis, dengan mengabaikan praktek atau pengalaman berkesenian; dan 3) pendidikan seni tidak dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang memadai, termasuk buku rujukan dan perlengkapan atau peralatan kesenian, sehingga tidak memungkinkan terjadinya proses penghayatan dan pergaulan
dengan seni yang lebih mendalam, penggalian potensi, dan pengembangan kreativitas seni peserta didik.
Pendidikan seni di sekolah seyogyanya diberikan dengan pendekatan
apresiasi. Pendekatan apresiasi dalam pendidikan seni dimaksudkan untuk menumbuhkan minat dan apresiasi siswa untuk menghargai dan menikmati seni,
merangsang kemampuan berseni, serta memanfaatkan pengalaman estetiknya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini ditegaskan Mendiknas, Malik Fajar (2002:2) dalam Semiloka Nasional: "Pendidikan Apresiasi Seni: Merayakan Keragaman
Budaya Nusantara" di Surakarta bahwa pendidikan apresiasi seni memegang peranan yang amat penting dalam mewujudkan kreativitas, imajinasi, daya cipta
serta daya inovasi pada para peserta didik kita dalam kerangka pemberdayaan (empowerment) mereka untuk mendukung kehidupan masyarakat yang sejahtera dan damai. Pernyataan ini sejalan dengan salah satu pilar pendidikan UNESCO
3 Pembelajaran apresiasi merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kemampuan siswa mengapresiasi seni rupa merupakan
tuntutan yang harus dicapai pada mata pelajaran Seni Budaya. Kemampuan mengapresiasi seni merupakan Standar Kompetensi (SK) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) pada Pendidikan Pasar dan Menengah. Hal ini ditegaskan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006. Atas dasar peraturan tersebut, maka sudah selayaknya kegiatan pembelajaran apresiasi perlu
mendapat tempat dalam proses pembelajaran Seni Budaya khususnya Pembelajaran Seni Rupa pada kurikulum sekolah menengah. Untuk mencapai
standar kompetensi apresiasi dalam bidang seni budaya (khususnya seni rupa) tersebut, maka para guru perlu menciptakan proses pembelajaran yang kondusif dalam membekali dan melatih para siswa sehingga memiliki kemampuan
apresiatif. Suasana pembelajaran yang memberi peluang dan kesempatan bagi para siswa untuk dapat menyampaikan pendapatnya mengenai keindahan karya
seni baik secara lisan dan tulisan dari hasil pengamatannya. Seperti yang dikatakan (Tocharman,2006:194) bahwa “kegiatan apresiasi seni dalam konteks pendidikan dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di kelas atau di luar
kelas. Kegiatan apresiasi terhadap karya seni di dalam kelas dapat dilakukan dengan membahas karya seni baik secara lisan atau tulisan”.
Apresiasi seni adalah pemahaman dan pengenalan, pertimbangan, dan penilaian yang tepat tentang hal ihwal seni. Kegiatan apresiasi seni merupakan penikmatan seni lebih lanjut, apresiasi berarti pengenalan nilai pada tingkatan
4 matang dan sudah berkembang ke arah nilai yang lebih tinggi, sehingga ia siap untuk melihat dan mengenai nilai dengan tepat, dan menjawabnya dengan hangat
dan simpatik (Derlan, 1987:5).
Pendapat di atas dipertegas Emmons dan McCullough (2004:231) dalam The Psychology of Gratitude bahwa apresiasi sebagai : "the act of estimating the
qualities of things according to their true worth," "grateful recognition, "
"sensitive awareness or enjoyment, " and "an increase in value." Pendapat senada
diungkapkan Soeharjo (2005:169) bahwa :
Apresiasi seni adalah menghargai seni lewat kegiatan pengamatan yang menimbulkan respon terhadap stimulus yang berasal dari karya seni sedemikian sehingga menimbulkan rasa keterpesonaan pada awalnya, diikuti dengan penikmatan serta “pemahaman” bagi pengamatnya. (Soeharjo,2005:169)
Jika disimpulkan dari pengertian apresiasi seni diatas, apresiasi seni
merupakan kegiatan pengamatan terhadap karya seni yang diikuti pemahaman dan penikmatan. Sementara pelaksanaan kegiatan pembelajaran khususnya
pembelajaran apresiasi seni rupa di SMA Pasundan 1 Bandung pada umumnya didominasi dengan kegiatan kreasi saja tanpa melalui kegiatan pemahaman terlebih dahulu dan penikmatan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi tuntutan
kurikulum dan kondisi pembelajaran seni rupa di sekolah. Sementara itu, kegiatan pembelajaran apresiasi seni rupa khususnya terhadap karya seni terapan di
5 Dominasi kegiatan kreasi sebenarnya menyalahi tujuan pembelajaran seni pada sekolah umum. Tujuan utama pembelajaran seni pada sekolah menengah
umum berbeda dengan tujuan pada sekolah kejuruan yang lebih berorientasi pada kegiatan apresiasi terhadap karya seni. Hasil penelitian yang sejalan dengan
kondisi di atas diungkapkan oleh Saini (2001:1) bahwa permasalahan dan hambatan pengajaran seni pada sekolah-sekolah di Jawa Barat terletak pada bidang konseptual, kelembagaan, SDM, program, maupun sarana fisik. Secara
khusus pada bidang konseptual masih ditemukan adanya kerancuan antara pengajaran untuk apresiasi dan untuk tujuan kreasi serta keterampilan. Seharusnya
di sekolah-sekolah umum tujuan pengajarannya adalah untuk apresiasi sehingga peserta didik dapat memahami, menikmati dan menghargai karya seni.
Dalam penelitian yang dilakukan Susilo (2007:33-34), ada beberapa
masalah yang dapat dirumuskan dalam pembelajaran apresiasi seni rupa bagi siswa SMA Negeri 1 Demak, di antaranya tingkat apresiasi siswa masih dikatakan
rendah, bahkan sebagian anak berada pada tingkatan sangat rendah. Hal itu ditunjukan dengan gejala awal seperti berikut ini. Dari tes awal yang diberikan kepada siswa kelas X-7 yang berjumlah 40 anak, sebanyak 32 atau sekitar 80%
tidak mampu mendapatkan nilai 60 sebagai batas nilai ketuntasan. Hal itu diduga disebabkan pembelajaran Apresiasi Seni Rupa di SMA masih mengacu pada
model pengajarandengar dan catat yang masih berpusat pada guru, sehingga proses pembelajaran menjadi terasa kering, tidak menyenangkan, dan membosankan bagi siswa. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Bahruddin (Kompas, 2005:9),
6 keberhasilan anak untuk belajar sudah terkurangi 50 persen”. Pada pembelajaran ini siswa cenderung membuat catatan dalam bentuk linier dan
panjang sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mencari pokok ataupun point-point materi pelajaran yang telah dipelajari. Dalam metode seperti ini siswa tidak
banyak terlibat baik dari segi berfikir dan bertindak. Siswa hanya menerima informasi yang telah diberikan oleh guru tanpa adanya keterlibatan kegiatan psikomotoriknya. Dalam mengimplementasikan pembelajaran apresiasi seni bagi
siswa sekolah lanjutan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu tingkat perkembangan siswa. Siswa usia kelas satu SMA pada umumnya berada pada
tingkatan realis, mencoba-coba untuk mencari dan menemukan identitas dirinya. Siswa terlihat lebih tertarik dengan metode pembelajaran yang berbeda dari biasanya. Dengan kondisi seperti itu maka pembelajaran apresiasi seni rupa perlu
dilakukan dengan suatu pendekatan untuk mendukung strategi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum KTSP. Susilo (2007:36-37) juga menegaskan
bahwa pembahasan konsep materi pelajaran apresiasi seni rupa di SMA demikian luas, oleh karena itu perlu dicarikan jalan atau cara yang sesuai digunakan untuk menyampaikan materi apresiasi seni rupa di SMA, serta
untuk membantu dan memudahkan siswa dalam mempelajari dan membaca seluruh materi pembahasan apresiasi seni rupa yang sangat luas, karena selain
pengenalan yang meliputi pengenalan bentuk, teknik, karya seni rupa, materi apresiasi seni rupa juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, sejarah, serta makna-makna dan nilai-nilai di mana karya seni rupa
7 Hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa pembelajaran apresiasi seni rupa di SMA masih mengacu pada model pengajaran konvensional
yaitu, ceramah,dengar dan catat yang masih berpusat pada guru, sehingga proses pembelajaran menjadi terasa kering, tidak menyenangkan, dan membosankan
bagi siswa. Pada pembelajaran ini siswa cenderung membuat catatan dalam bentuk linier dan panjang sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mencari pokok ataupun point-point materi pelajaran yang telah dipelajari. Dalam metode
seperti ini siswa tidak banyak terlibat baik dari segi berfikir dan bertindak. Siswa hanya menerima informasi yang telah diberikan oleh guru tanpa adanya
keterlibatan kegiatan psikomotoriknya, sementara materi pelajaran apresiasi seni rupa di SMA demikian luas. Untuk itu digunakan mind map dalam membantu dan memudahkan siswa untuk menguasai seluruh materi sehingga
dapat mengapresiasi karya seni.
Berdasarkan pengalaman guru dalam mengajar Seni Budaya khususnya
dalam pembelajaran seni rupa di SMA Pasundan 1 Bandung selama ini, dirasakan bahwa penggunaan metode pembelajaran dengan menggunakan mind map belum pernah dilakukan. Kegiatan pembelajaran sebelumnya belum dapat memberikan
kemudahan kepada siswa dalam menguasai materi apresiasi tentang karya seni rupa sehingga pembelajaran apresiasi seni rupa selama ini dirasakan belum
optimal.
Dalam pembelajaran sebelumnya, pada umumnya para siswa mendapat kesulitan dalam menerima materi apresiasi seni khususnya yang meliputi: (1)
8 pembagian zaman/periode . (2) Jenis dan karakteristik hasil karya seni rupa. (3) Alat, teknik, media, bahan dan proses pembuatan karya seni. Menurut siswa hal
ini disebabkan mereka belum memiliki cara yang mudah dalam menerima materi apresiasi seni tersebut, sehingga sulit untuk memahami dan memberikan
tanggapan pada karya seni rupa. Kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya seni rupa khususnya dalam mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara sangat kurang. Kemampuan
apresiasi berupa identifikasi yang mendasar belum dapat dikemukakan oleh siswa baik secara lisan dan tulisan. Berdasarkan fakta tersebut, maka salah satu upaya
yang dapat dilakukan oleh guru adalah proses pembelajaran apresiasi dengan suatu metode yaitu mind map.
Seperti yang dikatakan sebelumnya di atas, bahwa apresiasi seni
merupakan kegiatan pengamatan terhadap karya seni yang diikuti pemahaman dan penikmatan. Sementara mind map merupakan suatu cara untuk mempermudah
pemahaman. Seperti yang diungkapkan oleh (Pandley:1994) :
“Salah satu cara yang dapat mendorong siswa untuk belajar secara bermakna adalah dengan penggunaan peta konsep sebagai media pembelajaran yang dapat menunjukkan konsep ilmu secara sistematis, yaitu dibentuk mulai dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubungan satu sama lain, sehingga dapat membentuk pengetahuan dan mempermudah “pemahaman” suatu topik. “
Lebih daripada itu, peta konsep (mind map) dapat pula memberikan wawasan baru kepada siswa dan guru . Sebagaimana diungkapkan DePorter, dkk.
9 mind map akan membantu dan memudahkan siswa untuk menguasai dan memahami materi. Setelah itu siswa diharapkan mampu mengapresiasi
dengan menikmati karya seni dan memberikan tanggapan terhadap karya seni tersebut.
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat penulis kemukakan bahwa masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran apresiasi karya seni di SMA
Pasundan 1 Bandung yang terkait dengan guru, siswa, serta proses pembelajaran. Masalah yang menyangkut guru adalah metode pembelajaran yang digunakan masih konvensional, belum mampu meningkatkan kemampuan
siswa dalam mengapresiasi karya seni yang merupakan kegiatan pengamatan terhadap karya seni yang diikuti penikmatan dan pemahaman. Kemampuan
mengapresiasi suatu karya seni memerlukan penguasaan dari guru dan siswa, serta dengan metode pembelajaran yang sesuai. Sementara untuk siswa proses kegiatan pembelajaran apresiasi seni sebelumnya belum dapat memberikan pemahaman
kepada siswa dalam menanggapi karya seni, sehingga pembelajaran apresiasi seni rupa selama ini dirasakan belum optimal. Menurut siswa hal ini disebabkan
mereka belum memiliki cara yang mudah untuk memahami materi, sehingga sulit untuk mengapresiasi suatu karya dengan cara memberikan tanggapan pada karya seni rupa tersebut. Kemampuan apresiasi berupa identifikasi yang
10 Berdasarkan fakta tersebut, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah proses pembelajaran apresiasi dengan suatu metode yaitu
mind map.
2. Batasan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Mengingat adanya berbagai keterbatasan yang dihadapi penulis, maka penelitian ini dibatasi pada pembelajaran apresiasi seni pada karya seni rupa
terapan di wilayah nusantara, dalam program pembelajaran Seni Rupa untuk siswa SMA kelas X semester genap.
Selanjutnya, dengan mempertimbangkan prosedur penelitian tindakan kelas (classroom action research), penulis membatasi penelitian terhadap permasalahan tersebut dalam aspek-aspek sebagaimana dirumuskan dalam
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran apresiasi seni khususnya apresiasi
karya seni terapan siswa kelas X SMA Pasundan 1 Bandung dengan menggunakan metode mind map?
2. Bagaimana proses penerapan metode mind map dalam pembelajaran apresiasi
seni khususnya apresiasi karya seni terapan siswa kelas X SMA Pasundan 1 Bandung?
11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan Penelitian
Sebelum melakukan suatu kegiatan perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai agar jelas dalam menentukan tahap-tahap kegiatan
yang akan dilaksanakan selama penelitian. Dalam hal ini tujuan yang ingin dicapai yaitu :
a. Memahami pelaksanaan pembelajaran seni rupa untuk meningkatkan
apresiasi siswa khususnya terhadap karya seni terapan dengan metode mind map
b. Memahami proses pembelajaran seni rupa untuk meningkatkan apresiasi siswa khususnya terhadap karya seni terapan dengan metode mind map c. Mengetahui peningkatan kemampuan pada guru dan siswa dalam
pembelajaran
d. Mengoptimalkan faktor-faktor pendukung dalam proses pembelajaran
2) Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan kontribusi dan manfaat bagi berbagai kalangan, sebagai berikut:
1) Siswa
Dapat memberikan pengalaman menarik dan bermakna di dalam
mengikuti pembelajaran seni rupa . Pengalaman baru yang membantu dan memudahkan siswa dalam mempelajari dan membaca seluruh materi pembahasan apresiasi seni rupa yang luas, meliputi pengenalan bentuk, teknik,
12 latar belakang sosial, budaya, sejarah, serta makna-makna dan nilai-nilai di mana karya seni rupa tersebut dihasilkan. Dampak posistif yang diharapkan
adalah terjadinya suatu peningkatan pemahaman karya seni berupa konsep berfikir siswa melalui tahapan mengamati objek karya seni, menganalisis dan akhirnya
dapat mengapresiasi sebuah karya seni dengan baik. 2) Guru
a. Dapat dijadikan sebagai pedoman pembelajaran dalam meningkatkan kualitas
hasil pembelajaran khususnya pada pembelajaran seni rupa di sekolah.
b. Diharapkan setelah penelitian tindakan ini selesai dilaksanakan, guru seni
rupa terdorong untuk melakukan perbaikan metode pembelajaran bukan hanya pada pembelajaran apresiasi, tetapi juga pada berbagai materi pembelajaran yang lain.
c. Penelitian ini merupakan ide baru dalam mengembangkan pembelajaran apresiasi, sehingga dapat dijadikan sebagai altematif guru seni rupa di sekolah
dalam memilih metode pembelajaran yang lebih baik.
d. Dapat dijadikan rujukan bagi guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas lanjutan.
3) Sekolah
Dapat dijadikan sebagai pengayaan dan peningkatan sumber bahan ajar
13 pembelajaran seni rupa melalui pelaksanaan riset yang diujicobakan langsung di sekolah tersebut.
4) UPI
Menjadi modal penting dalam menopang misi dan visi UPI untuk lebih
mengokohkan eksistensinya sebagai salah satu universitas yang konsisten dalam mengembangkan keilmuannya di wilayah pendidikan. Data dan infonnasi hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi para guru yang memerlukan
informasi mengenai media pembelajaran seni yang dianggap relevan dengan kondisi perkembangan siswa SMA. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan
titik tolak pemikiran bagi para pembaca lainnya yang memiliki cita-cita dalam mengembangkan kembali metode pembelajaran seni rupa khususnya pada jenjang SMA.
D. Hipotesis
Berangkat dari masalah-masalah yang telah diuraikan dalam pembahasan sebelumnya, tersirat suatu jawaban sementara yang perlu diuji kebenarannya. Dari judul penelitian yang diangkat, melahirkan hipotesis penelitian yang ingin
diungkap jawabannya, yakni pembelajaran seni rupa menggunakan metode mind map dapat meningkatkan kemampuan apresiasi siswa di SMA Pasundan 1
14 E. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Reserch) yang ingin mengungkap kemampuan apresiasi seni rupa siswa dengan menggunakan mind map dan kondisi proses
berlangsungnya pembelajaran secara objektif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X2, X3 dan X8 SMA Pasundan 1 Bandung tahun ajaran 2008/2009. Jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian sebanyak 39 siswa di kelas X2, 41 siswa
di kelas X3 dan 45 siswa di kelas X8.
Sebelum tahap-tahap siklus dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan
orientasi. Hal ini dilakukan untuk menemukan informasi-informasi yang diperlukan dan selanjutnya kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama guru mitra adalah memperbaiki rencana (revised plan), pelaksanaan (act), pengamatan
(observed) dan refleksi (reflect), dan tahap-tahap ini diulangi pada siklus berikutnya, dan seharusnya sehingga siklus terakhir.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan observasi, wawancara, angket, literatur dan dokumentasi untuk memperoleh gambaran secara objektif kondisi selama proses pembelajaran berlangsung,
53 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti
kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional adalah kegiatan penelitian ini dilakukan dengan cara-cara
yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. (Sugiyono,2007:1). Sedangkan penelitian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris; research. Penelitian merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan,
analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan
prinsip-prinsip umum. (Balai Pustaka : 2002)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reserch). Peneliti dalam hal ini bukan sekedar
memecahkan masalah pembelajaran yang ada di dalam kelas. Penentuan penelitian ini adalah karena bermaksud untuk meningkatkan dan memperbaiki
proses pembelajaran secara kritis dan kolaboratif. Proses tersebut dilakukan pada kinerja guru dan siswa dalam konteks kealamiahan situasi dan kondisi kelas.
54 Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan
meningkatkan praktek pembelajaran dikelas secara lebih professional. Hal ini sesuai dengan pendapat Rapoport, Kemmis, dan Ebbut (dalam Supartini,
2008:60).
Penelitian tindakan kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama. (Rapoport, 1970)
Penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. (Ebbut, 1985)
Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) bertujuan untuk perbaikan dan meningkatkan layanan
professional guru dalam proses pembelajaran di kelas, 2) bersifat reflektif inkuiri, dan 3) dilakukan secara kolaboratif. Problema yang diangkat untuk dipecahkan
melalui penelitian tindakan kelas berangkat dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis.
Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah ingin mengungkap kompetensi dasar apresiasi seni rupa siswa dan kondisi proses berlangsungnya
55 merefleksi secara kritis segala realitas, kendala, problematika dan implikasi dari kegiatan belajar dengan pendekatan tidakan kelas (siklus belajar) yang diterapkan
dalam pembelajaran Apresiasi seni di kelas X SMA, yang dilakukan secara berkalaborasi dengan guru yang mengajar di kelas yang diteliti. Atas dasar itulah,
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penetitian tindakan kelas (action research classroom) yang menekankan pada suatu kajian reflektif dan kalaboratif yang benar-benar menunjukan kealamiahan latar situasi kelas.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus yang mengacu pada
model Kemmis & McTaggart (McTaggart,1991:32 dan Hopkins,1993:48) dalam Supartini,2008:61). Alasan utama digunakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki layanan pendidikan bagi guru dalam konteks
pembelajaran di kelas. Mc Niff (Supartini,2008:61) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan.
Alasan dipilihnya model Kemmis & McTaggart dalam penelitian ini adalah karena model ini akan mendaur ulang empat kegiatan pokok yang berupa perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi
(reflect). Dengan mendaur ulang empat kegiatan pokok ini dapat menemukan suatu masalah dan dicarikan solusi yang berupa perencanaan perbaikan,
56 Sebelum tahap-tahap siklus dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan orientasi. Hal ini dilakukan untuk menemukan informasi-informasi Selanjutnya
pada siklus kedua dan seterusnya jenis kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama guru mitra adalah memperbaiki rencana (revised plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observed) dan refleksi (reflect), dan tahap-tahap ini diulangi
pada siklus berikutnya, dan seharusnya sehingga siklus terakhir. Siklus penelitian diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
Bagan 3.1.
57 C. Tahap-tahap Kegiatan Penelitian
Prosedur penelitian seperti tergambar dalam bagan di atas, dapat
dijelaskan dalam tahap-tahap kegiatan penelitian berikut :
1. Orientasi
Orientasi ditujukan untuk menghimpun data tentang kondisi pembelajaran apresiasi seni di SMA Pasundan 1 Bandung sebelumnya. Aspek yang diteliti mencakup metode pembelajaran yang digunakan dan mengungkap pula beberapa
hal yang berkenaan dengan guru dan siswa dalam pembelajaran, pengetahuan dan persepsi guru tentang metode pembelajaran dan kemampuan siswa dalam
mengapresiasi karya seni.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang kondisi sekolah dan secara khusus untuk melihat gambaran awal pembelajaran
apresiasi seni di SMA Pasundan 1 Bandung sebelumnya, dikarenakan kegiatan pembelajaran sebelumnya belum dapat memberikan kemudahan kepada siswa
dalam menguasai materi apresiasi tentang karya seni rupa sehingga pembelajaran apresiasi seni rupa selama ini dirasakan belum optimal.
Hasil orientasi ini akan disesuaikan dengan hasil kajian teoritis yang
58 2. Perencanaan
Perencanaan yaitu kegiatan yang dilakukan dalam menyusun rencana tindakan yang hendak dilaksanakan di kelas. Dari kegiatan yang teridentifikasi pada persiapan penelitian di kelas X SMA Pasundan 1 Bandung, peneliti dan guru
merencanakan langkah-langkah penerapan metode mind map dalam pembelajaran seni rupa untuk meningkatkan apresiasi seni siswa terhadap hasil karya seni terapan, dengan pokok bahasan yang ada pada kurikulum dengan
mempertimbangkan fleksibilitas. Hal ini mengingat karakteristik situasi kelas itu sendiri yang tidak bisa diprediksi secara pasti (unpredictable).
Perencanaan juga disusun dan dipilih atas dasar pertimbangan
kemungkinan untuk dilaksanakan secara efektif dalam berbagai situasi lapangan. Dalam kaitan ini rencana disusun dan dipilih atas dasar pertimbangan
kemungkinan untuk dilaksanakan secara efektif, partisipatif antara peneliti dan guru agar tindakan dapat lebih terarah pada sasaran yang hendak dicapai. Pada tahap perencanaan ini disepakati mengenai fokus yang akan diobservasi,
kriteria-kriteria penilaian, materi atau topik bahasan yang disampaikan beserta buku sumber, tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan. Aspek-aspek tersebut terdapat
pada satuan pelajaran/rencana pembelajaran. Sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan persiapan mengajar, dengan maksud memperoleh gambaran dari tujuan yang akan dicapai dalam melaksanakan pembelajaran. Adapun persiapan yang
59 a. Merumuskan tujuan pembelajaran
Tahap pertama dalam kesiapan mengajar adalah merumuskan tujuan
pembelajaran. Rumusan pembelajaran ditulis pada satuan pelajaran/rencana pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan rencana yang akan
dilakukan oleh guru dalam mengajar, sehingga pada akhirnya KBM tidak jauh dari apa yang direncanakan karena sudah terprogram dan disesuaikan dengan kondisi para siswa.
b. Menetapkan Alat Evaluasi
Tahap kedua dari persiapan mengajar adalah menetapkan alat evaluasi.
Adapun tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui ataupun mengukur keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Evaluasi dilakukan pada awal pembelajaran, masa proses
pembelajaran dan akhir pembelajaran.
Pada awal pembelajaran evaluasi dilakukan dengan cara memberikan
pertanyaan berupa tes tertulis (pretest) tentang materi yang telah diajarkan maupun yang akan diajarkan,selama proses pembelajaran diberikan dalam bentuk metode mind map mengenai materi yang sedang diajarkan. Pada akhir
pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan tes dalam bentuk tertulis (postest) tentang materi tersebut. Adapun ketidak tuntasan siswa dalam tes akhir
akan diulang lagi pada awal kegiatan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. Tujuan dilaksanakan tes awal (pretest) dengan maksud mengukur kemampuan anak sebelum mengikuti proses belajar mengajar dengan metode mind map. Dari
60 akan memberikan kemudahan untuk dapat mengembangkan dalam proses belajar mengajar selanjutnya. Evaluasi proses pembelajaran dimaksudkan untuk
megetahui sejauh mana siswa memahami dan melaksanakan materi yang diberikan. Adapun tes akhir (postest) dilakukan untuk menilai kemampuan siswa
setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Baik tes awal, proses pembelajaran sampai dengan evaluasi, penilaian tidak hanya ditujukan dalam kemampuan siswa dalam nilai sikap (afektif) saja, namun dinilai pula dalam aspek pengetahuan
(kognitif) dan mind map sebagai aspek psikomotor dalam lembar observasi dan pedoman wawancara.
1) Perencanaan Siklus I
Fokus pembelajaran pada siklus I adalah bahwa siswa mampu mengklasifikasi dan mendeskripsikan perkembangan seni rupa terapan terbagi
kedalam empat periode. Siswa juga diharapkan mampu menyebutkan contoh karya seni yang dihasilkan dari masing-masing periode zaman klasifikasikan pembagian zaman/periode perkembangan seni rupa di wilayah nusantara.
Penggunaan mind map untuk dapat menguasai seluruh materi apresiasi karya seni terapan ditempuh dengan cara memberi tugas kepada siswa untuk
membuat semacam catatan dalam bentuk mind map dalam rangka menguasai seluruh materi pembelajaran dengan mengusung tema apresiasi seni rupa yang menyangkut klasifikasi sejarah perkembangan seni rupa di wilayah nusantara
61 kesulitan dalam pengerjaannya, mind map yang dibuat siswa hanya berupa peta konsep tanpa gambar dan warna.
Siswa membuat mind map pada lembaran khusus yang dibuat oleh peneliti yang disebut Kertas Gambar Siswa (KGS) dan harus selesai saat itu. Diharapkan
dengan menggunakan mind map dapat meningkatkan pemahaman sejarah karya seni terapan serta meningkatkan kemampuan apresiasi terhadap karya seni serta dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta
menarik siswa SMA Pasundan 1 Bandung.
2) Perencanaan Siklus II
Fokus pembelajaran pada siklus II adalah siswa harus mampu menyebutkan contoh-contoh hasil karya seni terapan di wilayah nusantara dari empat periode zaman. Siswa juga diharapkan mampu menjelaskan karakteristik
karya seni terapan berupa bentuk, fungsi karya serta bahan yang digunakan dalam pembuatan karya seni terapan di wilayah nusantara tersebut berdasarkan empat
periode zaman
Siswa juga harus membuat catatan dalam bentuk mind map tentang contoh-contoh hasil karya seni terapan di wilayah nusantara dari empat periode
zaman dan menjelaskan fungsi karya serta bahan yang digunakan dalam pembuatan karya seni terapan di wilayah nusantara tersebut berdasarkan empat
periode zaman tersebut diatas. Mind map yang dibuat siswa harus menggunakan gambar. Karena suatu gambar bernilai seribu kata dan dalam rangka membantu siswa menggunakan imajinasinya dalam belajar. Dan ternyata
62 (recalling) informasi di kemudian hari akan lebih mudah dari pada menggunakan cara pencatatan dengan tulisan dan kata saja.(Buzan: 2007:15).
Bukan hanya dari pernyataan tersebut diatas, gambar disini juga berguna agar siswa dapat mengidentifikasi bentuk dari karya seni terapan tersebut. Siswa
membuat mind map pada lembaran khusus yang dibuat oleh peneliti yang disebut Kertas Gambar Siswa (KGS) dan harus selesai saat itu.
3) Perencanaan Siklus III
Fokus pembelajaran pada siklus III adalah siswa harus mampu menyebutkan teknik-teknik yang dapat dipakai dalam pembuatan karya seni
terapan. Siswa juga diharapakan mampu mendeskripsikan langkah-langkah/proses pembuatan teknik cor bivalve dan a cire perdue , teknik mengukir/memahat, teknik membatik, teknik menganyam, dan keramik.
Siswa harus membuat mind map tentang teknik-teknik yang dapat dipakai dalam pembuatan karya seni terapan disertai alat dan, media, dan teknik serta
membuat mind map langkah-langkah/ proses pembuatan teknik cor bivalve dan a cire perdue , teknik mengukir/memahat, teknik membatik, teknik menganyam, dan keramik. Mind map yang dibuat siswa kali ini harus menggunakan gambar dan
warna. Karena warna membuat mind map lebih hidup, menambah energi pada pemikir kreatif dan menyenangkan. (Buzan:2007:15). Siswa membuat mind map
63 4) Perencanaan Siklus IV
Fokus pembelajaran pada siklus VI adalah siswa harus mampu
mengapresiasi sebuah karya seni terapan. Pelaksanaan kegiatan apresiasi dilakukan dengan pengamatan, penikmatan, penghayatan, dan pemberian nilai
atau sikap. Aspek yang dinilai dalam mengapresiasi karya seni rupa terapan pada siklus ini, berdasarkan materi pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode mind map yang dilaksanakan pada pertemuan atau siklus sebelumnya,
meliputi : (a) Gagasan/ide
(b) Kreativitas
Penciptaan karya seni dengan mewujudkan sesuatu yang belum pernah ada serta mempunyai arti dan nilai baru. Daya kreasi yang kuat berarti kekuatan
menciptakan hal-hal baru. Karya seni rupa yang baik akan mengandung unsur kreativitas yang kuat.
(c) Komposisi
Komposisi berarti kegiatan menciptakan suatu karya seni rupa yang diharapkan memperoleh suatu bentuk wujud fisik (form) yang bermakna tertentu.
Unsur-unsur seni rupa ialah semua bagian yang mendukung terwujudnya suatu karya seni rupa. Unsur-unsur tersebut dapat bersifat fisik yang dapat dipahami
secara visual.
Gaya Perseorangan
Gaya perseorangan berupa pemilihan, pengolahan bahan, dan bentuk
64 karya seni terapan berupa fungsi karya serta bahan yang digunakan dalam pembuatan karya seni terapan.
(e) Teknik dan Wujud
Teknik ialah cara seseorang mewujudkan gagasan (ide) menjadi sesuatu
yang menarik sehingga mempunyai nilai perwujudan dengan penggunaan media seni rupa yang berupa alah dan bahan. Teknik yang digunakan akan memberi bentuk atau wujud yang berbeda-beda. Dalam pembelajaran siswa mampu
meyebutkan teknik-teknik yang dipakai dalam pembuatan karya seni terapan disertai alat dan, media.
3. (Act) Pelaksanaan/ tindakan
Pelaksanaan pembelajaran nyata berdasarkan rencana tindakan yang telah
disusun sebelumnya. Tindakan ini ditujukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran, baik keadaan proses maupun hasil
belajar siswa sesuai dengan metode yang dikembangkan.
Tindakan dalam penelitian ini merupakan kegiatan dalam mengujicobakan pembelajaran seni rupa dengan menggunakan metode mind map
guna mengungkap peningkatan kemampuan apresiasi karya seni rupa khususnya apresiasi karya seni terapan di wilayah nusantara siswa kelas X SMA Pasudan 1
65 4. Pengamatan
Pada saat pelaksanaan tindakan di kelas dengan menggunakan metode
mind map dan langkah-langkah yang telah disepakati, peneliti mulai mengamati dan mendokumentasikan proses, keadaan, kendala, dan faktor-faktor lain yang
timbul dan berkembang selama pelaksanaan tindakan. Hasil dari observasi ini dijadikan sebagai dasar melakukan refleksi dan revisi terhadap rencana dan tindakan yang telah dilakukan dan dijadikan sebagai, dasar dalam merancang dan
merumuskan tindakan selanjutnya.
5. Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan guru secara kalaboratif mengkaji serta merenungkan kembali tentang rencana dan pelaksanaan tindakan yang telah
dilakukan berdasarkan hasil analisis terhadap data, proses, dan basil pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Refleksi tindakan dilakukan dengan tujuan
menentukan dan merekonstruksi makna situasi, serta untuk mendapatkan dasar bagi perbaikan (revisi) rencana tindakan berikutnya. Dilihat dari proses dan waktu pelaksanaannya, refleksi dilakukan pada tahap orientasi, proses, dan akhir
program tindakan, yaitu:
a) Refleksi awal, yaitu dilakukan pada saat orientasi terhadap
66 hal tersebut dituangkan kedalam suatu rancangan awal rencana program tindakan yang akan dilakukan.
b) Refleksi proses, yaitu refleksi yang dilakukan pada saat pelaksanaan program tindakan yang dimaksudkan untuk mengkaji proses, dan hasil serta implikasi
dari program tindakan yang dilakukan terhadap perolehan hasil belajar siswa, unjuk kerja guru dan siswa dalam pembelajaran, serta implikasi-implikasi lain yang berkembang selama pelaksanaan tindakan. Hal ini juga dilakukan untuk
melakukan revisi terhadap rencana yang telah disusun dan sebagai dasar dalam merancang rencana program tindakan selanjutnya dalam hubungannya
dengan pengembangan peningkatan pelajaran seni rupa guna mengungkap kompetensi dasar apresiasi seni rupa siswa kelas X SMA Pasudan 1 Bandung dengan metode mind map.
c). Refleksi hasil, refleksi yang dilakukan pada akhir pelaksanaan program tindakan sesuai dengan rancangan program tindakan yang telah ditetapkan dan fokus permasalahan serta tujuan pelaksanaan program tindakan. Artinya
bahwa program pelaksanaan telah dipandang berhasil dan mendukung ketercapaian tujuan dari program tindakan yaitu setelah terjadinya
peningkatan situasi belajar mengajar yang berorientasi pada upaya peningkatan proses dan hasil belajar siswa, baik dilihat penguasaan materi, sikap, dan keterampilan-keterampilan, unjuk kerja guru, dan proses belajar
67 pembelajaran peningkatan apresiasi seni yang dikembangkan dalam program tindakan ini sesuai dengan tujuan pokok dari pelaksanaan tindakan.
6. Evaluasi
Berdasarkan hasil pengkajian dan refleksi terhadap pelaksanaan program
tindakan sesuai dengan rencana program tindakan yang telah ditetapkan, peneliti dan guru secara kalaboratif dan partisipatif melakukan revisi terhadap rencana program tindakan yang telah disusun dan ditetapkan sebelumnya. Hal ini
dimaksudkan . untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana dan pelaksanaan program tindakan yang telah dilakukan dan sebagai dasar
penyususnan rancangan rencana program tindakan selanjutnya.
Revisi yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai upaya perbaikan dari kekurangan atau kelemahan yang masih dialami dari setiap
tindakan yang dilakukan sehingga memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
[image:32.595.107.521.241.753.2]Secara garis besar tahap kegiatan penelitian yang telah diuraikan diatas dapat dirangkum dalam tabel dibawah ini :
Tabel 3.1.
Tahap Kegiatan Dalam Penelitian
TAHAP DESKRIPSI KEGIATAN
1. Orientasi
a. Melakukan survey lapangan
b. Observasi awal terhadap objek penelitian
2. Perencanaan
a. Menetukan tujuan pembelajaran b. Menyusun materi pembelajaran c. Menyusun RPP
d. Menyusun instrument penelitian
68 f. Menyusun pretest dan posttest
g. Melakukan pretest (dilakukan di setiap awal pertemuan siklus I,II,dan III)
h. Siklus I:
Pengetahuan sejarah seni rupa terapan di wilayah nusantara dan klasifikasi seni rupa terapan berdasarkan pembagian zaman/ periode dengan
i. Siklus II:
Jenis dan karakteristik hasil karya seni rupa terapan di wilayah nusantara dengan
menggunakan metode mind map . j. Siklus III:
Alat, teknik, media, bahan dan proses pembuatan karya seni terapan wilayah
nusantara dengan menggunakan metode mind map.
k. Siklus IV :
Mengapresiasi sebuah karya seni terapan. Pelaksanaan kegiatan apresiasi dilakukan dengan pengamatan, penikmatan,
penghayatan, dan pemberian nilai atau sikap. Aspek yang dinilai dalam mengapresiasi karya seni rupa terapan pada siklus ini, berdasarkan materi pembelajaran yang
dilakukan dengan menggunakan metode mind map yang dilaksanakan siklus sebelumnya, meliputi gagasan, kreativitas, komposisi, gaya perseorangan, teknik dan wujud.
l. Melakukan postest (dilakukan di setiap akhir pertemuan siklus I,II,dan III)
3. Pelaksanaan/ tindakan a. Memperbaiki dan menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran, baik proses maupun hasil
b. Mengujicobakan pembelajaran seni rupa dengan menggunakan metode mind map untuk peningkatan kemampuan apresiasi siswa
4. Pengamatan a. Mengamati proses pembelajaran (kelemahan dan kelebihan)
b. Mengamati hasil pembelajaran
5. Refleksi a. Mengkaji kelemahan dan kelebihan hasil pembelajaran
b. Merencanakan pembelajaran/tindakan perbaikan
69 D. Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik observasi, wawancara, angket, dokumentasi, studi literatur sebgai hasil non tes dan diolah secara kualitatif. Hasil penelitian tes berupa hasil penilaian pretes
dan posttest. Kesemua teknik ini diharapkan dapat melengkapi dalam memperoleh data yang diperlukan.
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan
data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
(Sukmadinata,N.S:2005:221). Sedangkan tujuan utama dari observasi adalah untuk memantau proses, hasil, dan dampak perbaikan pembelajaran yang direncanakan.
Dalam PTK observasi terutama ditujukan untuk memantau proses dan dampak perbaikan yang direncanakan. Oleh karena itu yang menjadi sasaran observasi dalam PTK adalah proses dan hasil atau dampak pembelajaran yang direncanakan sebagai tindakan perbaikan. Proses dan dampak yang teramati diinterpretasikan, selanjutnya digunakan untuk menata kembali langkah-langkah perbaikan. Wardani, (2002:2.19) dalam Supartini (2008:73).
Observasi disini dilakukan untuk mengamati latar kelas tempat berlangsungnya pembelajaran. Pada saat observasi peneliti mengamati aktivitas
kelas baik yang berkaitan dengan perilaku siswa dengan bantuan kolabor dan dilakukan dengan partisipasi pasif artinya hanya sebagai orang yang mengamati
70 Pengamatan dilakukan mulai dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Dengan demikian, perilaku siswa pada saat membuat mind
map pada pertemuan 1: Pengetahuan sejarah seni rupa terapan di wilayah nusantara dan klasifikasi seni rupa terapan berdasarkan pembagian zaman/
periode. Pertemuan 2: Jenis dan karakteristik hasil karya seni rupa terapan di wilayah nusantara. Pertemuan 3: Alat, teknik, media, bahan dan proses pembuatan karya seni terapan wilayah nusantara dengan menggunakan metode mind map,
dapat terekam dalam catatan hasil observasi. Pada setiap awal pembelajaran siswa diberikan tes awal (pretest) dan akhir pelajaran diberikan tes akhir
(posttest).
Dalam pelaksanaan pencatatan obsevasi, pengamat membuat deskripsi singkat berkenaan dengan perilaku yang diamati yang berisi butir-butir kegiatan
yang mungkin diperlihatkan oleh individu-individu yang diamati. Dalam pencatatan observasi pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda cek terhadap
perilaku atau kegiatan yang diperlihatkan oleh individu-individu yang diamati. Pengamat juga membuat instrumen-instrume lain yang mendukung pelaksanaan
observasi. Lembar observasi terlampir.
2. Teknik wawancara
Nasution (1996:69) dalam Supartini (2008:74) mengatakan : "Observasi saja tidak memadai dalam melakukan penelitian, itu sebabnya observasi harus
71 Tujuan dari wawancara untuk mengetahui apa yang terkandung dalam hati dan pikiran orang lain, bagaimana pandangannya tentang hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi. Teknik ini akan penelitian tempuh dengan melakukan wawancara secara hati-hati dan mendalam berdasarkan instrumen yang telah dipersiapkan dan bersifat terbuka dengan maksud pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan data yang diperlukan. (Nasution,1996:73) dalam Supartini (2008:74).
Wawancara juga ditujukan untuk memperoleh data dari individu
dilaksanakan secara individual dan sebelum melaksanakan wawancara para peneliti
menyiapkan instrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara (interview
guide). Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk
dijawab atau direspon oleh responden. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup
fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden
berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian.
Bentuk pertanyaan atau pernyataan bisa sangat terbuka, sehingga responden
mempunyai keleluasaan untuk memberikan jawaban atau penjelasan. Pertanyaan atau
pernyataan dalam pedoman wawancara juga bisa berstruktur, suatu pertanyaan umum diikuti dengan pertanyaan atau pernyataan yang lebih khusus atau lebih terurai,
sehingga jawaban atau penjelasan dari responden menjadi lebih dibatasi dan
diarahkan. Untuk tujuan-tujuan tertentu sub pertanyaan atau pernyataan-pernyataan
tersebut bisa sangat berstruktur, sehingga jawabannya menjadi singkat-singkat atau
pendek-pendek, bahkan membentuk instrumen berbentuk ceklis.
(Sukmadinata,N.S,2005:216)
Wawancara yang akan dilakukan dalam penelitan ini dilakukan oleh
peneliti sendiri kepada siswa dengan percakapan langsung dan dilakukan dengan tanya jawab, yang bertujuan untuk mengetahui hambatan atau kemudahan yang
72 menggunakan mind map. Pedoman wawancara digunakan untuk menjaring data dengan rencana pelaksanaan tindakan, pandangan dan pendapat guru dan siswa
yang dijadikan subjek penelitian. Wawancara ini dipakai untuk melengkapi data dari hasil pengamatan dan dilakukan secara intensif kepada nara sumber untuk
memperoleh keterangan sebanyak-banyaknya. Wawancara sendiri akan direkam dengan tape-recorder dan pencatatan.
Sebelum wawancara dilakukan, peneliti terlebih dahulu memberitahukan
tujuan wawancara tersebut kepada nara sumber. Adapun bentuk pertanyaan wawancara pada waktu pra survai atau studi pendahuluan adalah wawancara tak
berstruktur, sedangkan setelah mengujicobakan pembelajaran apresiasi seni dengan menggunakan metode mind map, wawancara yang dilakukan adalah wawancara berstruktur yang jawabannya bersifat terbuka. Isi pertanyaan
wawancara dalam pengembangan model pembelajaran ini berkenaan dengan pendapat responden tentang pembelajaran apresiasi seni dengan metode mind map, yang akan meliputi hal-hal sebagai berikut: (l) karakteristik guru dan siswa,
(2) pengalaman tentang pembelajaran(3) pendapat tentang metode mind map, (4) kemampuan pengembangan , (5) kekurangan/ kelemahan metode mind map yang
telah dilaksanakan, (6) upaya perbaikan/penyempumaan pembelajaran apresiasi seni, yang telah dilakukan. Pedoman wawancara terlampir.
3. Angket
73 suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan
datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Sama dengan pedoman wawancara,
bentuk pertanyaan bisa bermacam-macam, yaitu pertanyaan terbuka, pertanyaan berstruktur dan pertanyaan tertutup. (Sukmadinata, N.S:2005:219).
Dalam penelitian ini, angket diberikan secara tertutup, pertanyaan atau
pernyataan-pernyataan telah memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh siswa. Siswa tidak bisa memberikan jawaban atau respon lain kecuali
yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban. Pada waktu pengisian angket dijelaskan maksud pengedaran angket, jaminan kerahasiaan jawaban serta ucapan terima kasih kepada siswa. Petunjuk pengisian menjelaskan bagaimana cara
menjawab pertanyaan atau merespon pernyataan yang tersedia. Butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas, menggunakan kata-kata yang lazim
digunakan (populer), kalimat tidak terlalu panjang dan tidak beranak-cucu. Dalam butir-butir pertanyaan hanya berisi satu pesan (message) sederhana. Untuk setiap pertanyaan disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari siswa
secukupnya. Format angket terlampir.
4. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengkaji keberhasilan perencanaan tindakan yang telah dilakukan. Dokumentasi ini berkaitan dengan (1) Perencanaan
74 rupa dengan menggunakan metode mind map, (2) Gambar-gambar teknik pembuatan mind map dalam tiga pertemuan, (3) Hasil tes awal/ pretest dan tes
akhir/posttest , dan (4) Kertas Gambar Siswa (KGS) berupa hasil kegiatan membuat mind map dengan materi pembelajan apresiasi seni yang menyangkut
Pertemuan 1: Pengetahuan sejarah seni rupa terapan di wilayah nusantara dan klasifikasi seni rupa terapan berdasarkan pembagian zaman/ periode. Pertemuan 2 : Jenis dan karakteristik hasil karya seni rupa terapan di wilayah nusantara.
Pertemuan 3: Alat, teknik, media, bahan dan proses pembuatan karya seni terapan wilayah nusantara dengan menggunakan metode mind map. (5) Foto-foto saat
kegiatan penelitian berlangsung.
5. Studi Literatur
Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari buku-buku
peraturan tertulis dan bacaan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang dimaksud. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang sekiranya
dapat mendukung pada kenyataan yang berlaku dalam penelitian ini.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen merupakan merupakan salah satu alat atau cara yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana (1991:43) bahwa : "…instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh
75 Sesuai dengan tujuan penelitian metode mind map untuk meningkatkan pembelajaran apresiasi seni pada siswa kelas X SMA Pasundan 1 Bandung, maka
untuk memperoleh data yang objektif sesuai dengan kebutuhan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan nontes. Untuk kelengkapan
pengumpulan data berkaitan dengan evaluasi hasil, peneliti menggunakan instrument berupa tes awal/pretest, dokumen hasil pekerjaan siswa dari kegiatan membuat mind map dan tes akhir/posttest. Teknik tes dilakukan dalam bentuk tes
kognitif untuk mengetahui kemampuan awal dan akhir siswa dalam menguasai materi pembelajaran.
Instrumen tes hasil belajar diarahkan untuk mengetahui sikap siswa, baik saat proses pembelajaran, ketika tes awal (pretest), ketika membuat mind map maupun pada tes akhir (postest), sehingga data yang didapat dapat digunakan
untuk mengetahui peningkatan pembelajaran apresiasi seni terapan wilayah nusantara.
Pada proses pengumpulan data nontes, peneliti melakukan observasi dengan pencatatan, peneliti membuat deskripsi singkat berkenaan dengan perilaku yang diamati yang berisi butir-butir kegiatan yang mungkin diperlihatkan oleh
siswa yang perlu yang diamati. Dalam pencatatan observasi peneliti hanya tinggal membubuhkan tanda cek terhadap perilaku atau kegiatan yang diperlihatkan oleh
76 Wawancara dilakukan untuk mencari informasi tentang kegiatan pembelajaran apresiasi seni yang sudah dilakukan guru dan menggali pendapat
guru berkaitan dengan pembelajaran apresiasi seni terapan wilayah nusantara dengan menggunakan metode mind map yang telah dilakukan guru. Untuk
melengkapi pengumpulan data yang dilakukan, peneliti juga menggunakan instrument pengumpul data berupa angket yang disebarkan kepada siswa.
Angket diberikan secara tertutup, pertanyaan atau pernyataan-pernyataan
telah memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh siswa. Siswa tidak bisa memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang telah tersedia
sebagai alternatif jawaban. Angket juga dilengkapi dengan butir-butir penyataan seputar pembelajaran apresiasi seni terapan di wilayah nusantara.
Untuk merekam peristiwa atau kegiatan penting selama proses
pembelajaran berlangsung baik yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas, dilakukan perekaman dengan kamera foto. Melalui kamera foto, data
tindakan dapat direkam secara secara langsung sehingga mempermudah pemaknaan terhadap tindakan yang diberikan peneliti. Seluruh instrument pengumpulan data berupa lembar obsevasi, pedoman wawancara, angket dan
dokumentasi, dapat dilihat di bagian lampiran.
77 1. Pedoman Penilaian
Pembelajaran yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah proses belajar
mengajar intrakulikuler, sehingga proses pembelajaran harus memberikan hasil positif terhadap peningkatan kemampuan apresiasi siswa khususnya apresiasi
karya seni terapan dalam pembelajaran seni rupa dengan menggunakan metode mind map.
Berkaitan dengan hal tersebut maka proses dan hasil belajar merupakan
informasi yang dijadikan data penelitian. Penilaian data hasil tes dilakukan berdasarkan kriteria penilaian skala Likert 1-5 sebagai berikut:
Skala 1 = Sangat Kurang Skala 2 = Kurang
Skala 3 = Cukup Skala 4 = Baik
Skala 5 = Sangat Baik Sumber : (Sudjana :1995:32)
Pedoman penilaian yang digunakan adalah beberapa kriteria yang telah disusun peneliti dengan mengambil esensi dari taksonomi Benyamin Bloom,
sebagai berikut. "Hasil belajar hendaknya merupakan objek penilaian terhadap ranah kognitif, afektif, dan psikomotor" (Sudjana:1995:22). Untuk memudahkan penilaian yang mencakup ketiga hal diatas, maka dibuat prosedur penilaian
78 2. Kriteria Penilaian
Standar Kompetensi : Mengapresiasi Karya Seni Rupa
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara
Tabel. 3.2.
Prosedur PenilaianTindakan Penelitian Siklus I, II, Dan III
FOKUS KEMAMPUAN
PERENCANAAN TINDAKAN REFLEKSI
Siklus I.
Mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara
• Siswa mampu
mendeskripsikan sejarah perkembangan seni rupa di wilayah nusantara secara sistematis (tertulis) • Siswa mampu
mengklasifikasikan pembagian zaman/periode perkembangan seni rupa di wilayah nusantara (tertulis)
Siklus II. Mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara
• Siswa mampu
mendeskripsikan karakteristik seni rupa terapan di wilayah nusantara (tertulis)
• Siswa mampu
menyebutkan contoh-contoh karya seni rupa terapan di wilayah nusantara (tertulis) Siklus III.
Mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara
• Siswa mampu
menyebutkan alat, teknik, media, bahan dalam karya seni rupa terapan di wilayah
nusantara (tertulis) • Siswa mampu
[image:43.595.108.517.149.771.2]79 Standar Kompetensi : Mengapresiasi Karya Seni Rupa
Kompetensi Dasar : Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara.
Tabel. 3.3.
Prosedur PenilaianTindakan Penelitian Siklus IV
FOKUS KEMAMPUAN
PERENCANAAN TINDAKAN REFLEKSI
Siklus IV
Menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara
• Siswa mampu :
melaksanaan kegiatan apresiasi karya seni terapan yang dilakukan dengan pengamatan, penikmatan, penghayatan, dan pemberian nilai atau sikap.
• Aspek yang dinilai meliputi : 1. Gagasan (ide)
2. Kreativitas yaitu siswa mampu menilai penciptaan karya seni dengan
mewujudkan sesuatu yang belum pernah ada serta mempunyai arti dan nilai baru.
3. Komposisi yaitu siswa mampu menilai unsur-unsur yang terdapat pada karya dapat bersifat fisik yang dapat dipahami secara visual. 4. Gaya Perseorangan yaitu
siswa mampu menilai karakteristik karya seni terapan berupa fungsi karya serta bahan yang digunakan dalam pembuatan karya seni terapan.
[image:44.595.110.517.201.721.2]80 Tabel 3.4.
Penilaian Tindakan Pembelajaran Siklus I
FOKUS KEMAMPUAN KEMAMPUAN YANG DIKUASAI INDIKATOR YANG DIHARAPKAN KRITERIA PENILAIAN 1 2 3 4 5 Mengidentifikasi
keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara
• Siswa mampu mengklasifikasikan pembagian
zaman/periode perkembangan seni rupa di wilayah nusantara (tertulis) • Siswa mampu
mendeskripsikan sejarah
perkembangan seni rupa di wilayah nusantara secara sistematis (tertulis)
•Siswa mampu mengklasifikasi dan mendeskripsikan perkembangan seni rupa terapan (seni kriya) terbagi kedalam empat periode, yaitu Zaman Prasejarah, Zaman Hindu-Budha, Zaman Islam, dan Zaman Modern
81 Tabel 3.5.
Penilaian Tindakan Pembelajaran Siklus II
FOKUS KEMAMPUAN KEMAMPUAN YANG DIKUASAI INDIKATOR YANG DIHARAPKAN KRITERIA PENILAIAN 1 2 3 4 5 Mengidentifikasi
keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara
• Siswa mampu menyebutkan
contoh-contoh karya seni rupa terapan di wilayah nusantara (tertulis)
• Siswa mampu mendeskripsikan karakteristik seni rupa terapan di wilayah nusantara (tertulis)
•Siswa mampu menyebutkan contoh-contoh hasil karya seni terapan di wilayah nusantara dari empat periode zaman
•Siswa juga
82 Tabel 3.6.
Penilaian Tindakan Pembelajaran Siklus III
FOKUS KEMAMPUAN KEMAMPUAN YANG DIKUASAI INDIKATOR YANG DIHARAPKAN KRITERIA PENILAIAN 1 2 3 4 5 Mengidentifikasi
keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara
• Siswa mampu menyebutkan teknik, alat, media atau bahan yang dapat dipakai dalam pembuatan karya seni rupa terapan di wilayah nusantara (tertulis)
• Siswa mampu mendeskripsikan langkah-langkah/ proses pembuatan karya seni rupa terapan di wilayah nusantara (tertulis)
•Siswa mampu menyebutkan teknik-teknik yang dapat dipakai dalam
pembuatan karya seni terapan disertai alat dan, media, dan teknik.
•Siswa diharapakan mampu
[image:47.595.73.554.181.628.2]83 Tabel 3.7.
Penilaian Tindakan Pembelajaran Siklus IV
FOKUS KEMAMPUAN KEMAMPUAN YANG DIKUASAI INDIKATOR YANG DIHARAPKAN KRITERIA PENILAIAN 1 2 3 4 5 Menampilkan
sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah nusantara
• Siswa mampu : melaksanaan
kegiatan apresiasi karya seni terapan yang dilakukan dengan pengamatan, penikmatan,
penghayatan, dan pemberian nilai atau sikap.
• siswa mampu menyebutkan gagasan karya • siswa mampu
menilai penciptaan karya seni dengan mewujudkan sesuatu yang belum pernah ada serta mempunyai arti dan nilai baru. • siswa mampu
menilai unsur-unsur yang terdapat pada karya dapat bersifat fisik yang dapat dipahami secara visual.
[image:48.595.72.554.161.672.2]84 F. Analisis Data
Analisis suatu studi action research mengandung arti mengidentiilkasi dan
menyetujui kriteria yang dapat digunakan untuk menerangkan apa yang telah terjadi atau untuk menunjukkan bahwa perbaikan telah terjadi. Langkah-Iangkah
analisis data adalah setelah merasa cukup mendapatkan data, data selanjutnya dipilah-pilah dan difokuskan pada keterkaitan proses tindakan, yaitu:
(1) Dampak perubahannya
(2) Kendala-kendala.
(3) Faktor-faktor pendukung terjadinya perubahan. Hasil analisis dijadikan titik
awal melakukan refleksi sekaligus upaya penafsiran dan evaluasi terhadap upaya yang telah terjadi untuk tujuan merencanakan kembali tindakan terkait yang sesuai dengan kebutuhan pengajaran. (Kusumawardani, 2007:63).
Dalam menganalisis data hasil penelitian, data yang diperoleh dari kegiatan tes dan hasil observasi dari kegiatan pembelajaran dianalisis secara
kualitatif dengan cara mengkaji hasil tindakan yang dilakukan pada tiap siklus. Pengolahan data (hasil pembelajaran) dilakukan dengan cara mengkaji membandingkan hasil sebelum tindakan dan sesudah tindakan dilakukan dengan
cara memberi skor kemudian menentukan tingkat kualitas jawaban. Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah secara kualitatif dengan
melalui deskripsi hasil penelitian, kemudian dianalisis dengan melalui teknik pengolahan data. Teknik yang digunakan dalam pengolahan data penelitian ini, yaitu teknik perhitungan prosentase. Alasan memilih teknik prosentase adalah
85 validitas instrumen serta dapat mengambil kesimpulan yang tepat untuk membuktikan kebenaran hipotesis.
Prosentase untuk semua kemungkinan jawaban diperoleh dengan memberi frekwensi observeb (fo) dengan jumlah sample (N), kemudian dikalikan 100%
atau dengan rumus:
fo
P = — x 100
N Keterangan:
fo = Frekwensi Observeb yang memilih suatu alternative
N = Jumlah siswa 100 = Bilangan tetap
P = Prosentase yang dicari (Sumber : Sudjana,1989:130-131)
Analisis data dilakukan dengan cara mengkaji membandingkan hasil sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Hasil perolehan nilai dari masing-masing item selanjutnya dijumlahkan dengan skor maksimal 80, yang kemudian
[image:50.595.111.515.243.642.2]diinterprestasikan dengan kategori sebagai berikut:
Tabel 3.8
Kategori Prosentase dan Interprestasi
PROSENTASE KATEGORI INTERPRETASI
0 % - 25 % Kemampuan Apresiasi Siswa Sangat Kurang 26 % - 40% Kemampuan Apresiasi Siswa Kurang
41 % - 60 % Kemampuan Apresiasi Siswa Cukup 61 % - 80% Kemampuan Apresiasi Siswa Baik
86 G. Lokasi, Populasi dan Sampel
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah SMA Pasundan 1 Bandung yang berlokasi di Jalan Balonggede No. 28 Bandung 40251, Nomor telepon: 022-4235729.
Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan didasari beberapa pertimbangan, seperti :
a. SMA yang memasukan muatan lokal di antaranya seni budaya (pendidikan seni
rupa) ke dalam intrakulikuler sekolah.
b. Berada di tengah kota yang begitu banyak pengaruh luar yang masuk ke dalam
pemikiran para siswanya. Siswa di dalam kota kurang berminat pada pembelajaran seni budaya yang memiliki nilai tradisional jika dibandingkan dengan seni modern yang lebih disukai siswa.
2. Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Pasundan 1 Bandung dari