• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS BUDAYA LOKAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS BUDAYA LOKAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SD."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman A. Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal ... 10

B. Minat Siswa ... 21

C. Pemahaman Konsep ... 25

D. Pengetahuan Sains Tradisional Siswa ... 30

E. Tinjauan Materi Pembelajaran Bumi dan Alam Semesta ... 36

F. Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal, Pemahaman Konsep dan Minat dalam Pembelajaran IPA ... 39

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 44

B. Subjek Penelitian ... 46

C. Prosedur Penelitian ... 47

D. Instrumen Penelitian ... 51

(2)

A. Hasil Penelitian ... 63

1. Minat Siswa Terhadap Penerapan Pembelajaran ... 63

2. Minat Siswa Berdasarkan Indikator ... 68

3. Pemahaman Konsep Sebelum Penerapan Pembelajaran ... 70

4. Pemahaman Konsep Setelah Penerapan Pembelajaran ... 72

5. Perbandingan Pemahaman Konsep Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Pembelajaran ... 75

6. Pemahaman Konsep Siswa Sebelum dan Setelah Penerapan Pembelajaran ... 77

7. Pemahaman Konsep Siswa Berdasarkan Kompetensi Dasar dan Indikator ... 78

8. Perbedaan pemahaman konsep siswa terhadap soal tes yang berkaitan budaya lokal dengan soal tes yang tidak berkaitan budaya lokal ... 81

9. Peningkatan (N-Gain) Pemahaman Konsep Siswa ... 84

B. Pembahasan ... 85

1. Proses Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal ... 85

2. Peningkatan Minat Siswa Dengan Penerapan Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal ... 93

3. Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa ... 98

(3)

Tabel 3.3 Hasil perhitungan uji daya pembeda terhadap alat ukur

pemahaman konsep ... 55

Tabel 3.4 Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran terhadap alat ukur pemahaman konsep ... 56

Tabel 4.1 Ringkasan gambaran guru melaksanakan pembelajaran berbasis budaya lokal ... 64

Tabel 4.2 Skor Pretest, Posttest dan N-gain Minat Siswa ... 68

Tabel 4.3 Uji Normalitas Minat Siswa... ... 69

Tabel 4.4 Uji Homogenitas Minat Siswa ... 70

Tabel 4.5 Hasil perhitungan Uji Komparatif terhadap minat siswa sebelum penerapan pembelajaran ... ... 70

Tabel 4.6 Skor setiap indikator minat terhadap pembelajaran ... 71

Tabel 4.7 Deskripsi skor pemahaman konsep pada kedua kelas ... 73

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas terhadap pemahaman konsep siswa sebelum penerapan pembelajaran ... ... 73

Tabel 4.9 Hasil uji homogenitas terhadap pemahaman konsep siswa sebelum penerapan pembelajaran ... 74

Tabel 4.10 Hasil perhitungan uji komparatif terhadap pemahaman konsep sebelum penerapan pembelajaran ... 74

Tabel 4.11 Hasil uji normalitas pemahaman konsep siswa setelah penerapan pembelajaran ... ... 75

Tabel 4.12 Hasil uji homogenitas terhadap pemahaman konsep siswa setelah penerapan pembelajaran ... 76

Tabel 4.13 Hasil perhitungan uji komparatif terhadap pemahaman konsep setelah penerapan pembelajaran ... 76

Tabel 4.14 Hasil uji homogenitas pretes dan posttest pemahaman konsep pada kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 77

Tabel 4.15 Hasil uji homogenitas pretes dan posttest pemahaman konsep pada kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 78

Tabel 4.16 Skor awal dan akhir untuk setiap kompetensi dasar Pemahaman konsep kelas kontrol ... 79

(4)

Tabel 4.18 Rekap data pretest, posttest, dan N-gain pemahaman konsep

soal IPA yang tidak berkaitan dengan budaya lokal ... 81 Tabel 4.19 Rekap data pretest, posttest, dan N-gain pemahaman konsep

siswa berdasarkan soal yang berkaitan dengan budaya lokal ... 82 Tabel 4.20 Tanggapan guru terhadap pembelajaran sains

berbasis budaya lokal ... 104

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Desain Control Group Pretest-Posttest ... ... 45 Ganbar 3. 2 Prosedur Penelitian ... ... 50 Gambar 4.1 Peningkatan (N-Gain) Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 84 Gambar 4.2 Uji Hipotesis perbedaan rata-rata (komparasi) pretest kelas kontrol dan

(5)

posttest kelas eksperimen dengan menggunakan kurva normal . 209 Gambar 4.4 Uji Hipotesis perbedaan rata-rata (komparasi) pretest kelas kontrol dan

posttest kelas kontrol dengan menggunakan kurva normal ... 210

Gambar 4.5 Uji Hipotesis perbedaan rata-rata (komparasi) pretest kelas eksperimen dan posttest kelas eksperimen dengan menggunakan kurva normal ... 210

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran A: Perangkat Pembelajaran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 119

2 Lembaran Kerja Siswa (LKS) ... ... 137

Lampiran B: Instrumen Penelitian 1 Kisi-kisi Soal Pemahaman Konsep ... 145

2 Soal Tes Pemahaman Konsep ... 168

3 Kisi-kisi Angket Minat Siswa ... 174

4 Kisi-kisi Angket Tanggapan Guru ... 178

(6)

1 Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran ... ... 193 2 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat

Kesukaran Pilihan Brganda ... 199 Lampiran D: Hasil Uji Normalitas, Komparatif dan Daya Beda

1. Hasil Uji Normalitas, homogenitas dan komparatif terhadap data pretest, postest minat siswa... 206 2. Hasil Uji Normalitas, homogenitas dan komparatif terhadap data pretest,

posttest pemahaman konsep siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 207 3. Uji hipotesis perbedaan rata-rata (komparasi) dengan menggunakan kurva

normal ... 209 Lampiran E: Rekapitulasi Pretest-Posttest kedua Kelas

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu proses yang sangat kompleks yang melibatkan unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan unsur prosedur. Salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan adalah mengubah paradigma dari pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) ke pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dewasa ini, pendidikan cenderung menjadi sarana stratifikasi sosial dan sistem pembelajaran yang hanya mentransfer kepada peserta didik apa yang disebut sebagai dead knowledge, yaitu pengetahuan yang terlalu bersifat hafalan (teks bookish),

sehingga bagaikan sudah diceraikan dari akar sumbernya dan aplikasinya, dengan perkataan lain pelajaran sains yang dipelajari di sekolah menjadi “kering” dan tidak bermakna bagi siswa (Suastra, 2005). Perubahan paradigma ini menuntut guru agar lebih kreatif dalam mengembangkan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat berprestasi melalui kegiatan-kegiatan nyata yang menyenangkan dan mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal.

(8)

2

Pemahaman konsep siswa dianggap kurang bermakna dan cenderung mudah dilupakan. Hal ini terjadi karena siswa mengikuti pembelajaran tidak diikuti dengan perhatian, minat dan motivasi untuk belajar. Pembelajaran seperti ini hampir terjadi di setiap mata pelajaran di sekolah dasar, termasuk di dalamnya dalam pembelajaran IPA.

(9)

(inkulturasi), maka pembelajaran menjadi meningkatkan pemahaman siswa atau belajar siswa menjadi lebih bermakna. Sebaliknya yang kedua: Proses pembelajaran sains menjadi ”pengganggu” ketika materi pelajaran sains di sekolah tidak selaras dengan latar belakang budaya yang sudah mengakar pada sebelumnya, maka siswa akan terasing dari budayanya sendiri. Lebih lanjut, Jegede & Okebukola (dalam Wahidin, 2006) menyatakan bahwa, memadukan sains asli siswa (sains sosial budaya) dengan pelajaran sains di sekolah ternyata dapat menigkatkan prestasi belajar siswa.

Dalam kaitannya dengan hasil penelitian tersebut, maka pembelajaran sains di sekolah dasar (SD) perlu diupayakan adanya keseimbangan/keharmonisan antara pengetahuan sains itu sendiri dengan pemahaman konsep ilmiah, serta nilai-nilai kearifan lokal yang ada dalam sains itu sendiri. Oleh karena itu, lingkungan sosial budaya siswa perlu mendapatkan perhatian serius dalam meningkatkan pendidikan sains di sekolah dasar karena di dalamnya terpendam sains asli yang dapat berguna bagi kehidupannya. Dengan demikian, pembelajaran berbasis budaya lokal yang diberikan kepada siswa sejak sekolah dasar akan betul-betul bermanfaat bagi dirinya, untuk itu pembelajaran sains di sekolah dasar perlu memperhatikan pendekatan atau model pembelajaran yang dapat memberikan pemahaman sains dengan tidak meninggalkan aspek-aspek budaya lokal siswa.

(10)

konsep-4

konsep sains yang dikembangkan dalam pembelajaran. Untuk menghindari masalah ini, dibutuhkan suatu pendekatan atau model pembelajaran yang dapat meningkatkan intelektual siswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya lokal. Diantara model atau pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan intelektual siswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya lokal adalah pembelajaran berbasis budaya lokal. Pembelajaran berbasis budaya lokal merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memadukan sekolah dengan budaya masyarakat. Proses pembelajaran “melibatkan masyarakat setempat” dengan cara membawa dan menyesuaikan budaya masyarakat setempat dengan bahan ajar di sekolah. Dalam konteks ini tujuan pembelajaran dirumuskan bersama antara guru, masyarakat (komite sekolah), pengusaha, pejabat pendidikan setempat, dan komponen lainnya. Guru menjabarkan tujuan dan harapan masyarakat, tentu saja porsi yang diambil waktunya sesuai ketentuan kurikulum yang berlaku antara kurikulum nasional (kurnas) dengan muatan lokal. Dalam perspektif antropologi, pembelajaran di sekolah dianggap sebagai transmisi budaya (cultural transmission), sehingga proses kegiatan pembelajaran di kelas diibaratkan sebagai

proses pemindahan dan peralihan dari guru kepada siswa.

(11)

bermakna dan berkonteks. Latar belakang budaya siswa tidak hanya membawa pengaruh positif. Artinya bahan ajar yang dipelajari selaras dengan pengetahuan dan budaya siswa sehari-hari, mendukung cara pandang siswa sebelumnya. Proses pembelajaran siswa tersebut disebut proses ”Inkulturasi” sedangkan pembelajaran yang dilakukan dengan cara memarjinalkan pengetahuan budaya siswa sebelumnya disebut ”Asimilasi”. Penelitian-penelitian tentang pengaruh budaya terhadap pembelajaran IPA diikuti oleh pemilihan wacana model pembelajaran yang cocok untuk melaksanakan kurikulum yang dikembangkan. George (dalam Wahidin, 2006) menyarankan kepada guru agar memperhatikan empat hal selama membawakan pembelajaran, yaitu; (1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya untuk mengakomodasi konsep-konsep atau keyakinan yang dimiliki yang berakar pada sains tradisional, (2) Menyajikan kepada siswa contoh-contoh keganjilan atau keajaiban (discrepant event) yang sebenarnya hal biasa menurut konsep-konsep sains, (3) Mendorong siswa untuk aktif bertanya, dan (4) Mendorong siswa untuk membuat serangkaian skema-skema tentang konsep yang dikembangkan selama proses pembelajaran.

Bertolak dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang pembelajaran berbasis budaya lokal pada materi Bumi dan Alam Semesta, dan menuangkan dalam bentuk tulisan ilmiah dengan judul ” Aplikasi Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Konsep Siswa SD”. (Studi eksperimen pada topik bumi dan alam semesta di kelas VI SD Negeri Salero 1 Kota Ternate)

(12)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan diungkap jawabannya dalam penelitian ini adalah: Apakah aplikasi pembelajaran sains berbasis budaya lokal dapat meningkatkan minat dan pemahaman konsep siswa kelas VI sekolah dasar?

Rumusan masalah tersebut selanjutnya dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut:

1) Bagaimana proses pembelajaran sains berbasis budaya lokal?

2) Bagaimana peningkatan minat siswa terhadap materi bumi dan alam semesta setelah pembelajaran sains berbasis budaya lokal diterapkan?

3) Bagaimana perbedaan peningkatan pemahaman konsep bumi dan alam semesta antara siswa yang mendapatkan pembelajaran sains berbasis budaya lokal dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran sains secara biasa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1) Mendeskripsikan proses pembelajaran sains berbasis budaya lokal.

2) Mengetahui peningkatan minat siswa terhadap materi Bumi dan Alam Semesta setelah pembelajaran sains berbasis budaya lokal diterapkan.

(13)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Dapat menjadi masukan bagi guru sekolah dasar dalam memperoleh wawasan untuk memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kualitas pembelajaran IPA SD pada konsep Bumi dan Alam Semesta.

2) Dapat meningkatkan minat dan pemahaman konsep sains siswa pada topik bumi dan alam semesta.

3) Sebagai referensi bagi guru dan calon guru dalam merencanakan pembelajaran IPA dengan memperhatikan budaya lokal dan pengetahuan awal siswa.

4) Dapat mendorong guru untuk melaksanakan penelitian sains berbasis budaya lokal sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

5) Konsep-konsep yang ditemukan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai kegiatan penelitian lanjutan.

E. Definisi Operasional

Terdapat beberapa istilah yang digunakan baik dalam judul maupun isi penelitian ini yang perlu diklarifikasi agar diperoleh kesamaan persepsi, istilah- istilah tersebut antara lain:

1. Minat Siswa

(14)

8

2. Pemahaman Konsep

Dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan siswa memahami konsep bumi dan alam semesta melalui pembelajaran sains berbasis budaya lokal, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dilihat dari hasil tes pemahaman konsep atau jawaban siswa melalui pretest dan posttest.

3. Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal

Pembelajaran berbasis budaya lokal dalam konteks penelitian ini adalah suatu bentuk pembelajaran yang mengaitkan materi dan bahan ajar pembelajaran dengan kehidupan siswa sehari-hari.

F. Asumsi Penelitian

Asumsi atau anggapan dasar harus harus didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh peneliti. Oleh karena itu dalam penelitian ini diasumsikan bahwa:

1) Keterkaitan antara materi yang diajarkan di kelas dengan kehidupan sehari-hari siswa akan meningkatkan minat siswa dalam belajar (Jegede & Okebukola dalam Wahidin, 2006).

(15)

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1) Terdapat peningkatan minat siswa tentang bumi dan alam semesta setelah penerapan pembelajaran sains berbasis budaya lokal.

(16)

44 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kuasi eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan berbentuk desain kelompok acak pretest dan posttest dengan kelompok kontrol ”A randomized pretest-posttest control group design” (Arikunto, 2006). Dalam pelaksanaanya, terlebih dahulu

dipilih secara acak kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Setelah didapat dua kelompok, kemudian dilakukan test awal pemahaman konsep terhadap kedua kelompok, sedangkan angket minat siswa hanya diteskan terhadap kelas eksperimen. Selanjutnya, kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda yaitu kelas eksperimen diberikan pembelajaran berbasis budaya lokal sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran biasa.

Setelah selesai kedua kelompok tersebut mendapatkan perlakuan, selanjutnya dilakukan tes akhir pemahaman konsep, sedangkan angket minat akhir dilakukan terhadap kelas eksperimen. Karena penelitian ini berhubungan dengan penelitian deskriptif komparasi, maka kesimpulannya perlu ditindaklanjuti dengan perlakuan (treatment). Perlakuan yang diterapkan adalah berupa penerapan pembelajaran berbasis budaya lokal dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar.

(17)

Gambar 3.1. Desain Control Group Pretest-Posttest Keterangan:

O = Pretest dan posttest tentang pemahaman konsep.

X1 = Penerapan pembelajaran biasa (konvensional) dalam Pembelajaran IPA

pada materi “Bumi dan Alam Semesta“

X2 = Penerapan pembelajaran berbasis budaya lokal dalam pembelajaran IPA

pada materi “Bumi dan Alam Semesta“.

Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh dua orang guru yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Seperti pada umumnya di sekolah dasar (SD), kedua guru tersebut adalah wali kelas yang mengajarkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Matematika, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas masing-masing.

(18)

46

pengalaman mengajarnya 8 tahun, sedangkan guru yang mengajar di kelas kontrol pengalaman mengajarnya 9 tahun. Berdasarkan uraian kualifikasi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kedua guru tersebut mempunyai kualifikasi yang sama atau mendekati sama.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Salero 1 Kota Ternate Provinsi Maluku Utara, sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Februari sampai dengan Maret 2009.

Dalam penelitian ini siswa kelas VI B sebagai kelas eksperimen, yang terdiri dari 41 orang siswa. Sedangkan untuk kelas kontrol adalah kelas IV A terdiri dari 38 orang siswa. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran Sains/IPA dengan topik “Bumi dan Alam Semesta”.

Dari 41 orang siswa yang mengikuti pembelajaran pada kelas eksperimen dan 38 orang pada kelas kontrol, yang diambil sebagai sampel dalam penelitian adalah 38 orang dari kelas eksperimen dan 38 orang dari kelas kontrol. Hal ini disebabkan data yang tidak lengkap. Misalnya, sebagian peserta pembelajaran yang mengikuti pretest tidak mengikuti posttest karena tidak masuk sekolah. Demikian juga sebaliknya, beberapa orang siswa yang mengikuti posttest tidak ikut pada saat pretest. Sehingga untuk mencegah terjadinya kekosongan data (missing value) dalam pengolahan data, peserta yang memiliki data yang tidak

(19)

Dalam menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen, peneliti tidak menggunakan teknik sampling tetapi semua siswa kelas VI (kedua kelas) dijadikan sebagai subyek. Dari kedua kelas yang dijadikan sebagai subyek penelitian merupakan kelas yang homogen, dimana tidak ada pemisahan kelas siswa seperti kelas unggul. Kelas kontrol mempelajari materi bumi dan alam semesta dengan metode pembelajaran biasa (konvensional), sedangkan kelas eksperimen mempelajari materi bumi dan alam semesta dengan pendekatan pembelajaran berbasis budaya lokal.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian diawali dengan studi literatur, studi lapangan, pengkajian Standar Isi dan Standar Kelulusan yang dikembangkan dalam Silabus pembelajaran IPA SD, dan buku-buku yang relevan yang membahas tentang bumi dan alam semesta dan teori belajar yang akan dijadikan sebagai sumber dan pedoman dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembaran Kerja Siswa (LKS), soal tes, dan angket. Selanjutnya soal tes diujicobakan pada siswa kelas 1 SMP Negeri 2 Kota Ternate tahun pelajaran 2008/2009 yang telah mempelajari materi bumi dan alam semesta. Ujicoba yang diadakan dengan tujuan untuk menganalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal tes.

(20)

48

metode pembelajaran sains berbasis budaya lokal. Setelah pembelajaran selesai dilaksanakan kedua kelompok diberi posttest. Khusus untuk kelompok eksperimen setelah posttest, diberikan angket yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan mina siswa terhadap pembelajaran berbasis budaya lokal. Setelah penelitian dilaksanakan dan semua data terkumpul, selanjutnya data dianalisis untuk menyimpulkan hasil penelitian dan penulisan laporan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan dua kegiatan yaitu menyusun perangkat pembelajaran dan pengembangan alat tes penelitian. Untuk perangkat pembelajaran yang harus dilakukan antara lain:

1) Studi lapangan dan literatur 2) Menentukan permasalahan 3) Menyusun proposal penelitian 4) Menyusun pendekatan pembelajaran

Pengembangan instrumen penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan topik dan subjek penelitian

2) Menyusun kisi-kisi soal pemahaman konsep dan angket 3) Menyusun instrumen soal pemahaman konsep dan angket 4) Validasi alat tes dan non tes oleh pakar

5) Uji coba alat tes 6) Revisi alat tes

(21)

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pembelajaran terdiri dari dua tahap, yaitu tahap persiapan pra proses pembelajaran dan proses pembelajaran. Persiapan pra pembelajaran menyangkut:

1) Pengenalan konsep dasar tentang materi “Bumi dan alam semesta” kepada siswa.

2) Penyiapan alat-alat atau media yang dibutuhkan dalam penerapan pembelajaran 3) Memberikan latihan penerapan pembelajaran berbasis budaya lokal.

4) Diskusi dan Evaluasi

Sedangkan untuk tahap proses pembelajaran menyangkut:

1) Pemberian pretest untuk mengetahui pemahaman konsep siswa sebelum mengikuti pembelajaran.

2) Penerapan pembelajaran berbasis budaya lokal sesuai dengan prosedur pelaksanaan, sedangkan pada kelas kontrol sebagai kelas pembanding dilakukan metode pembelajaran biasa (konvensional).

3) Pemberian posttest untuk mengukur peningkatan minat dan pemahaman konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran.

3. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian, menyangkut: 1) Mengolah dan menganalisis data

(22)

50

Secara keseluruhan prosedur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2

Studi Lapangan

Menyusun Pembelajaran dan LKS

Penentuan Subjek Penelitian

Gambar 3.2 Alur Penelitian Studi literatur

Permasalahan

Menyusun Alat Tes dan Non Tes

Uji Coba Alat Tes

Analisis Hasil Uji Coba Pretest

Kelas Eksperimen

Pembelajaran berbasis budaya lokal

Posttest dan Angket

Kelas Kontrol

Pembelajaran

Biasa

Posttest

Data

Analisis Data

Kesimpulan Judgement Alat Tes

(23)

D. Instrumen Penelitian

Tes Pemahaman Konsep digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep pengetahuan siswa dari materi yang sedang dipelajari. Test dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa pada materi “Bumi dan Alam Semesta“. Tes ini dirancang berdasarkan standar isi mata pelajaran IPA sekolah dasar. Tes pemahaman konsep dikonstruksi dalam bentuk tes obyektif pendekatan pilihan ganda (multiple choice) dengan jumlah pilihan (option) sebanyak empat pilihan (a, b, c dan d).

Tabel 3.1 Acuan Indikator Kompetensi Kognitif dan Minat Siswa.

Variabel Aspek Nomor Soal

Kemampuan Kognitif Pemahaman

Konsep

Pengetahuan (Knowledge) 11, 13, 26, 27 Pemahaman

(Comprehension)

1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 10, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 24, 25, 30

Penerapan (Application) 4, 7, 23, 28 Analisis (Analisys) 21

Syntesis (Syntesis) 12, 18, 29 Evaluasi (Evaluation) -

Minat Siswa Perasaan 1, 5, 7, 8, 9, 10, 11,13, 14

Sikap 3, 12, 18, 19, 21, 22

Perhatian 2, 4, 15, 20

(24)

52

Dari empat pilihan jawaban hanya ada satu jawaban yang benar atau paling benar. Pensekoran untuk soal pilihan berganda adalah nilai 1 untuk jawaban yang benar dan nilai 0 untuk jawaban yang salah. Pengembangan instrumen soal pemahaman konsep didasarkan pada ranah kognitif pada taksonomi Bloom yang terdiri dari Pengetahuan (Knowledge), Pemahaman (Comprehension), Penerapan (Application), Analisis (Analisys), Sintesis (Syntesis), dan Evaluasi (Evaluation). Selanjutnya untuk pengembangan isntrumen minat didasarkan pada aspek minat yang terdiri dari perasaan, sikap, perhatian dan manafaat. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Untuk keperluan pengumpulan data pemahaman konsep, dibutuhkan suatu tes yang baik berupa soal pilihan berganda. Tes soal pilihan berganda yang baik biasanya memenuhi kriteria tingkat kesukaran yang layak, daya pembeda yang baik, validitas tinggi, dan reliabitas tinggi. Untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan tersebut, maka sebelum dipergunakan seyogyanya tes tersebut diuji coba untuk mendapatkan gambaran validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Langkah-langkah pengujian instrumen adalah sebagai berikut:

1) Validitas Tes

(25)

Untuk mengetahui tingkat validitas dapat dilakukan dengan membandingkan antara thitung dan ttabel dengan berpedoman pada kaidah

penafsiran, jika thitung > ttabel , berarti data valid, dan jika thitung < ttabel berarti data

tidak valid. Dari 60 item soal pilihan ganda yang direncanakan sebagai alat pengukuran pemahaman konsep siswa, setelah dilakukan uji coba diperoleh hasil uji validitas seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hasil perhitungan Validitas alat ukur pemahaman konsep

Tingkat

Dari Tabel 3.2 yang diujicoba dengan menggunakan bantuan ANATES diperoleh validitas tes sebesar 0,95 dan tingkat korelasi 0,91. Dari 60 item soal yang diujicoba diperoleh 44 soal yang valid atau sebesar 73,33%. Sedangkan 16 soal lainnya tidak valid atau sebesar 26,67%. Untuk melihat hasil uji validitas per item soal dapat dilihat pada Lampiran C1.

(26)

54

2) Reliabilitas Tes

Menurut Arikunto (2005), asumsi untuk menggunakan rumus KR-20 adalah: 1) Butir-butir soal evaluasi harus homogen, dan 2) Jenis evaluasi (tes) harus merupakan “power test” dan bukan “speed test”. Perhitungan realibilitas tes dilakukan dengan menggunakan metode Kuder Richardson-20 (KR-20).

Reliabilitas soal dihitung dengan menggunakan soal yang dianalisis dengan menggunakan metode Kuder Richardson-20 (KR-20). Dari hasil perhitungan didapatkan reliabilitas instrumen adalah: r11 = 0,93 lebih besar dari r tabel = 0,20,

maka semua item soal yang dianalisis dengan menggunakan metode Kuder Richardson-20 (KR-20) adalah reliabel. Perhitungan reliabilitas soal dapat dilihat Lampiran C4

3) Daya Pembeda

Daya pembeda soal digunakan untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (yang berkemampuan rendah). Tanda negatif pada indeks diskriminasi (D) digunakan jika sesuatu soal “terbalik” menunjukkan kualitas testee, yaitu anak pandai memperoleh nilai rendah dan anak bodoh memperoleh nilai tinggi. Hal ini diukur dengan rumus daya pembeda.

Dari hasil uji coba soal pilihan berganda, setelah dilakukan uji beda diperoleh data seperti pada Tabel 3.4.

(27)

kategori baik sebanyak 16 soal atau 26,67% dan kategori baik sekali sebanyak 22 soal atau 36,67% dari jumlah keseluruhan soal yang diujicobakan. Dengan demikian jumlah soal yang dapat dipakai berdasarkan kategori daya pembeda adalah sebanyak 45 soal, yaitu jumlah seluruh soal dengan kategori cukup, baik dan baik sekali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran C2.

Tabel 3.3 Hasil perhitungan uji daya pembeda terhadap alat ukur pemahaman

Uji tingkat kesukaran dilakukan untuk membedakan jumlah soal yang sukar, sedang dan mudah. Untuk mengukur taraf kesukaran butir soal dalam menentukan apakah butir soal itu termasuk dalam kelompok soal mudah, soal sedang, atau soal sukar.

(28)

56

Hasil uji tingkat kesukaran sebagaimana pada tabel 3.5 menunjukkan jumlah soal dengan kategori sukar adalah sebanyak 40 item soal atau 66,67% dan jumlah soal dengan kategori sedang adalah sebanyak 20 item soal atau 33,33%. Sedangkan untuk soal dengan kategori mudah adalah tidak ada (nol). Dengan demikian dari 60 item soal yang diujicobakan terdiri dari soal dengan kategori sukar dan kategori sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran C3. Tabel 3.4 Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran terhadap alat ukur pemahaman

konsep

(29)

adalah dengan jumlah soal 30 butir tersebut telah mewakili indikator dan kompetensi dasar materi pembelajaran.

2. Angket Minat Siswa

Angket yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi dan judgement oleh ahli atau pakar untuk dipakai sebagai alat untuk memperoleh data

tentang minat siswa terhadap materi pembelajaran. Angket dirancang dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang berkenaan dengan indikator, selain itu pengembangan angket mengacu pada aspek sains berbasis budaya lokal dan aspek sains itu sendiri yang terkait dengan materi bumi dan alam semesta.

Pilihan jawaban dari pernyataan pada angket ini menggunakan skala Likert, dimana setiap siswa pada kelas eksperimen diminta untuk menjawab pernyataan dengan pilihan jawaban; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor dibedakan atas pernyataan positif dan pernyataan negatif. Untuk pernyataan positif, skor untuk jawaban Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1, sebaliknya skor untuk pernyataan negatif jawaban Sangat Setuju (SS) = 1, Setuju (S) = 2, Tidak Setuju (TS) = 3, Sangat Tidak Setuju (STS) = 4.

E. Teknik Analisis Data

(30)

58

asumsi-asumsi yang harus dilakukan jika menggunakan uji perbedaan (komparatif) adalah data harus bersifat homogenitas dan berdistribusi normal. Perbedaan rata-rata harus berdistribusi normal, varians untuk masing-masing variabel dapat sama atau tidak sama. Untuk melakukan uji-t diperlukan data yang berskala interval atau rasio. Yang dimaksud dengan sampel berpasangan ialah mengunakan sampel yang sama, tetapi pengujian dilakukan terhadap sampel tersebut dua kali dalam waktu yang berbeda atau dengan menggunakan interval waktu tertentu. Pengujian dilakukan dengan memberikan suatu perlakuan khusus (treatment) terhadap sampel tersebut. Pengujian pertama dilakukan sebelum ada perlakuan dan pengujian kedua dilakukan setelah perlakuan. Oleh karena itu sebelum melakukan pengujian dengan statistik parametrik, terlebih dahulu dilakukan uji data homogenitas dan uji data normalitas untuk memastikan data bersifat homogenitas dan berdistribusi normal.

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan dengan menggunakan uji-t atau Analisis Compare Means Paired-Sample T Test. Kaidah pengujian hipotesis

dengan menggunakan uji-t atau Analisis Compare Means Paired-Sample T Test adalah sebagai berikut:

H0 : tidak ada perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas

H1 : terdapat perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas

Dengan kriteria pengujian, jika -ttabel ≤ thitung≤ +ttabel, berarti hipotesis H0

diterima dan H1 ditolak. Untuk menguji tingkat signifikasinya dapat dilakukan

dengan membandingkan antara probobalitas sig dengan nilai alpha (α). Jika nilai

probabilitas sig lebih besar dari nilai alpha (α) maka tidak signifikan, sebaliknya

(31)

Sebelum dilakukan uji komparatif terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk menguji normalitas dan homogenitas data dengan menggunakan uji statistik dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.

Salah satu syarat untuk menggunakan uji komparatif (Uji-t) adalah data berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal, pengujian data dengan menggunakan uji-t tidak dapat dilanjutkan. Oleh karena itu sebelum data diolah dengan menggunakan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas.

Perhitungan uji normalitas dapat juga dilakukan melalui bantuan program SPSS, yaitu dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Pengujian dapat dilakukan dengan membandingkan probabilitas (sig) dengan nilai alpha (α),

Kriteria pengujian adalah apabila probabilitas (sig) > alpha (α), maka hasil tes

dikatakan berdistribusi normal. Hipotesis pengujian uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut:

H0: angka signifikan (Sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

H1: angka signifikan (Sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal.

(32)

60

kecil Varians

besar Varians

Fhitung =

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui distribusi data homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan membandingkan varians terbesar dan varians terkecil dengan menggunakan tabel (Akdon, 2008). Adapun langkah-langkah untuk uji homogenitas adalah sebagai berikut:

Langkah pertama: mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan

rumus:

Langkah kedua: Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan kriteria Jika

Fhitung < F tabel, maka varians – varians adalah homogen, dengan demikian uji

komparatif dapat dilanjutkan.

Jika menggunakan program SPSS, Uji homogenitas dapat dilakukan dengan Analisis Non Parametric Test yaitu dengan menggunakan Two Related Samples Test. Untuk menentukan tingkat homogenitas data dapat dilakukan dengan membandingkan angka signifikan (Sig) dengan nilai alpha (α), dengan

kriteria jika angka signifikan (Sig) lebih besar dari α (0,05), maka H0 ditolak,

sebaliknya jika angka signifikan (Sig) lebih kecil dari α (0,05), maka H0 diterima.

Hipotesis pengujian uji homogenitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut:

H0: Kedua varian populasi adalah tidak homogen

(33)

3. Uji Gain Faktor (N-Gain)

Pengolahan dan analisis data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan hirarki statistik. Data hasil tes siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan aplikasi pembelajaran berbasis budaya lokal dianalisa dengan cara membandingkan skor pretest dan posttest. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain faktor (N-Gain).

Kriteria tingkatan gain adalah jika g > 0,7, maka tingkatan gain dinyatakan dalam kategori tinggi, jika 0.3 ≤ g ≤ 0.7 maka tingkatan gain dinyatakan dalam kategori sedang dan jika g < 0.3 maka tingkatan gain dinyatakan dalam kategori rendah.

Jika data tidak homogen dan tidak berdistribusi normal, maka sebaiknya data diuji dengan statistik non parametrik, yaitu dengan menggunakan Uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon memperhalus uji tanda dengan cara menyertakan selisih hasil pengukuran berpasangan (Xi, Yi) sesuai dengan tandanya. Selanjutnya

memberi rangking terhadap selisih pasangan (Xi, Yi), sesuai dengan urutan

(34)

62

berikutnya diberi skor dua, demikian selanjutnya sampai skor ke-n. Untuk harga mutlak yang sama besar diberi skor rata-rata rangkingnya.

Setelah pemberian skor (berdasarkan rangking), kembalikan tanda pada tiap skor tersebut. Jumlah rangking bertanda positif (+) dan rangking bertanda negatif (-). Nilai besaran statistik yang diperoleh dari analisis data Wilcoxon adalah statistik j, yaitu dengan jumlah harga mutlak terkecil (Siregar, 2005).

Pengujian dilakukan dengan mengajukan hipotesis sebagai berikut: H0 : θ0 = θi ; tidak ada perbedaan pengaruh kedua perlakuan

HA : θ0 = θi ; terdapat pengaruh kedua perlakuan

(35)

109 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang aplikasi pembelajaran sains berbasis budaya lokal untuk meningkatkan minat dan pemahaman konsep siswa SD, dapat disimpulkan sebagai berikut:

(36)

110

2) Penerapan pembelajaran sain berbasis budaya lokal dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari uji komparasi antara pretest dan postest minat siswa yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Besar perbedaan antara pretest dan postest minat siswa dapat dilihat n-gain sebesar 0,21 (21%).

3) Penerapan pembelajaran sains berbasis budaya lokal di sekolah dasar pada materi bumi dan alam semesta dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas VI. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji komparasi yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest pemahaman konsep siswa. Besarnya peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen memperoleh skor rata-rata sebesar 0,75 (75%). Sedangkan pemahaman konsep siswa pada kelas kontrol memperoleh skor rata-rata sebesar 0,45 (45%).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, berikut ini disampaikan beberapa saran antara lain sebagai berikut:

1) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi pembelajaran sains berbasis budaya lokal pada materi bumi dan alam semesta dapat meningkatkan minat dan pemahaman konsep siswa, karena materi yang diajarkan guru didasarkan pada pengalaman nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari, yakni menghubungkan materi pelajaran dengan fenomena yang terjadi dilingkungan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pandangan

(37)

siswa dalam mempelajari dan menguasai konsep-konsep sains yang diajarkan di sekolah. Selanjutnya Jegede & Okebukola (dalam Wahidin, 2006) menyatakan bahwa, memadukan sains asli siswa dengan pelajaran sains di sekolah ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk itu dengan melibatkan pengetahuan tradisional ke dalam pembelajaran sains sekolah, maka dikotomi antara pengetahuan tradisional dan pengetahuan formal siswa dapat di jembatani, sehingga pada gilirannya pembelajaran sains akan mejadi pembelajaran yang bermakna serta dapat dipahami lebih lama. Oleh karena itu aplikasi pembelajaran sains berbasis budaya lokal di sekolah dasar dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam upaya meningkatkan minat dan pengetahuan pemahaman konsep. 2) Pembelajaran sains berbasis budaya lokal mampu meningkatkan minat dan

(38)

112

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. A. & Supatmo. A. (2008). Ilmu Alamiyah Dasar (Edisi Baru). Jakarta: Rineka Cipta.

Aikenhead, (2006). Science and Technology Education from Different Cultural. University of Saskatchewan Saskatoon, S7N OX1, Canada. Published in the Canadian Journal of Science, Mathematics and Technology Education, 2002, vol. 2, no. 3, pp. 287-304. Tersedia glen.aikenhead@usask.ca, [13 Mei 2009]

Amin, M. (1987). Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode”Discovery” dan “Inquiry” Bagian I. Jakarta: Depdikbud. Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan

Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Arikunto, S. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Baharudin. (1982). Peranan Kemampuan Dasar Intelektual Sikap dan Pemahaman Siswa dalam Fisika, terhadap Kemampuan Siswa SMA di Sulsel Membangun Model Analog dan Model Mental. Tesis: tidak diterbitkan.

Baker, D & Taylor, P. (1995). The effect of culture on the Learning of Sience in Non-Western Countries: The Result of an Integrated Research Review. International Journal of Science Education. 17(6), 695-704 Bulunuz, N. (2006). Understanding of Earth and Space Science Concepts: Strategies for Concept Building in Elementary Teacher Preparation, the College of Education: Atlanta. Georgia State University.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Daryanto, (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

(40)

114

Setadi, Hakam & Efendi. (2007). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:Prenada Media Group.

Firman. H & Widodo. A. (2007). Buku Panduan Pendidikan. Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional.

Gultom, S. (2007). Pendidikan Berbasis Keunggulan Loka

l.

Tersedia, http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do_p df=1&id=22233 [21 Mei 2009]

Hasan, S. H. (1995). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Haryanto (2007). Sains untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Jakarta: Erlangga.

Herhyanto (2002). Pengaruh bakat, minat dan kebiasaan belajar terhadap hasil belajar matematika mahasiswa. Tesis, tidak dipublikasikan

Ibrahim & Syaodih, (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Ibnu, S., Mukhadis, A dan Dasna, I.W. (2003). Dasar-dasar Metodologi

Penelitian, Malang: Universitas Negeri Malang.

Indrawati, et. al. (2008). International Seminar On Educational Reseach: Identifikasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Wisdom) dalam Permainan Etnis Sunda. Faculty Of Educational Science. Indonesia University of Education.

Jailani (2005). Pembelajaran Suhu dan Kalor Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Minat Siswa MTs. Tesis tidak dipublikasikan.

Jasin, M. (2008). Ilmu Alamiyah Dasar (Edisi Revisi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(41)

Kartini, T. (2005). Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Minat Siswa dalam Pembelajaran IPS di Kleas V SDN Ciliunyi I Kecamatan Ciliunyi Kabupaten Bandung. Tesis, tidak dipublikasian.

Komariah, A. (2008). International Seminar On Educational Reseach: Studi Tentang Pengaruh Budaya Sekolah pada SMAN. Dinas Pendidikan Kota di Propinsi Jawa Barat. Faculty Of Educational Science. Indonesia University of Education.

Lubis (2007). Pembelajaran Berbasis Multikultural.Tersedia, http://lubisgrafura.wordpress.com [13 Agustus 2008]

Majid, A. (2007). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Martinis, Y. (2007). Profesionalisasi guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press.

Meltzer, D. E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: ‘hidden variable’ in Diagnostic Pretestt Scores’. American Journal of Physics, 70, (12), 1259-1267.

Mikarsa, et. al. (2004). Pendidikan anak di SD. Buku Materi Pokok PGSD4302 Jakarta: Universitas Terbuka.

Mulyo, A. (2004). Pengantar Ilmu Kebumian. Pengetahuan Geologi untuk Pemula. Bandung: Pustaka Setia

Mohammad, A. (2007). Teori dan Praktek Pembelajaran Pendidikan Dasar. Bandung: Modul Pembelajaran Mahasiswa Pendidikan Dasar SPs UPI, tidak dipublikasikan.

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (2003). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Erlangga.

Rustaman, N. (1990). Kemampuan Klasifikasi Logis Anak. (Studi Tentang Kemampuan Abstraksi dan Inferensi Anak Usia Sekolah Dasar pada Kelompok Budaya Sunda) Desertasi, Tidak diterbitkan

(42)

116

Roslizah, A. S. (2003). Salah Faham Beberapa Aspek Ilmu Falak Dalam pengajaran dan pembelajaran: Journal Skudai. Universiti Teknologi Malaysia.

Santoso, S. (2003). Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo, Kelompok Gramedia

Santrock, J. W. (2002). Life-span Development (perkembangan masa hidup). Jakarta: Erlangga

Sardiman, A. M. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sastradipoera, K. (2006). Strategi Pembangunan Sumber Daya Berbasis Pendidikan Kebudayaan. Bandung: Kappa-Sigma

Siregar, S. ( 2004), Statistik Terapan untuk penelitian, Jakarta. PT. Gramedia widyasarana Indonesia

Suastra, I. W. (2005). Merekonstuksi sains asli (indegenous science) dalam rangka mengembangkan pendidikan sains berasis budaya lokal di sekolah. Desertasi, Tidak diterbitkan

Sudjana, N. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudrajat, A. (2008). Konsep Dasar Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL). Tersedia, http://akhmadsudrajat.wordpress.com. [13 Oktober 2008]

Sugiyono (2007). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta.

Sugiharo (1995). Cara guru membangkitkan minat siswa belajar kimia pada pokok bahasan sistem periodik unsur. Tesis, tidak dipublikasikan

Sukmadinata (1997). Pengembangan kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sulistyorini, S. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta:Tiara Wacana.

Suyudi, A. (2003). Individual Texbook. Dasar-Dasar Sains. Malang.

(43)

Surapranata, S. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil

Tes: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Suryaman (2004). Budaya Organisasi di Sekolah: Jurnal Buana Pendidikan, Tahun 1, No. 1. Oktober 2004. issn 1693-8585.

Syahrial (2007). Penggunaan Media Animasi komputer untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Tesis : Tidak diterbitkan

Syaodih, N.S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Syaiful, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Soemanto, W. ( 2006), Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Thurston, Allen. (2006). Constructing Understanding in Primary Scieice: An Exploration of process and outcomes in the topic areas of light and the earth in space. Electronic Journal of Research in Educational Psychology. ISSN. 1696-2095. No. 8, Vol 4 (1) 2006. pp: 1 - 34 Tersedia, a. thurston@dundee.ac.uk [21 Juni 2009]

Tim Penulis Silabus (2007). Model Silabus Sekolah Dasar Kelas VI. Jakarta: Grasindo.

Tjasyono, B. (2006). Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Trianto (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi

Konstruktivisme. Kosep, Landasan Teoritis-praktis dan

Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Udin Sa’ud, S. (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabet.

Wahidin (2006). Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga Buana.

(44)

118

Wismono, Jaka & Riyanto. (2004). Gembira Belajar Sains untuk Sekolah Dasar Kelas 4. Jakarta: Grasindo.

Wasino (2008). Model Kurikulum berbasis Keunggulan Lokal. Tersedia, http://dedidwitagama.wordpress.com/2008/05/23/model-urikulum-berbasis-keunggulan-lokal-prof-dr-wasino/ [15 Juni 2009]

Wibowo (2001). Paradikma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publising.

Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo

Gambar

Tabel 3.1  Acuan Indikator Kompetensi Kognitif  dan Minat Siswa ................
Gambar 3.1  Desain Control Group Pretest-Posttest .............................. ........
Gambar 4.5 Uji Hipotesis perbedaan rata-rata (komparasi) pretest kelas eksperimen
Gambar 3.1. Desain Control Group Pretest-Posttest
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengetahui “bentuk penerapan model kontruktivisme terhadap pemahaman konsep siswa kelas IV pada mata.. pelajaran

Padahal konsep- konsep dalam fisika sendiri merupakan hasil dari pengamatan dan penelitian terhadap berbagai fenomena alam semesta yang dipelajari melalui eksperimen

Penelitian dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan tentang proses pembelajaran IPA di SD pada konsep peristiwa alam yang tidak memberikan kesempatan kepada siswa

mata pelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran CLIS (Children’s Learning in Science) agar kualitas serta kinerja guru dalam mengajar dapat meningkat. 3)

Hal ini tergambar dalam (KTSP).. tentang tujuan mata pelajaran IPA SD sebagai berikut : 1) Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan

Penelitian ini ialah penelitian deskriptif kualitatif yang bermaksud untuk menggambarkan upaya yang diperbuat oleh guru dalam memperbaiki kualitas pembelajaran IPA

Berdasarkan paparan di atas, pembelajaran IPA di sekolah dasar kelas IV tema I tentang Bunyi yang membahas sifat-sifat bunyi, syarat terjadinya bunyi, sumber bunyi,

Pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah dasar (SD) terdiri dari beberapa mata pelajaran, salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains. Sains