• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbedaan Nuansa Makna Dari Kata “Soudesu Dan Youdesu" dalam Kalimat Bahasa Jepang yang Terdapat dalam Majalah Nipponia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbedaan Nuansa Makna Dari Kata “Soudesu Dan Youdesu" dalam Kalimat Bahasa Jepang yang Terdapat dalam Majalah Nipponia"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM JODOUSHI BAHASA JEPANG, PENGERTIAN DAN PEMAKAIAN JODOUSHI “SOUDESU DAN YOUDESU”

2.1 Pengertian Jodoushi, Ciri-Ciri Jodoushi, Dan Bentuk-Bentuk Jodoushi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin membahas mengenai salah satu cabang ilmu linguistik yang termasuk kedalam kelas kata bahasa Jepang salah

satunya adalah semantik yang mengenai kata bantu verba / Jodoushi dari kata “soudesu dan youdesu”.

Apabila dilihat dari bentuk kanjinya, kata Jodoushi Menurut Hamzon Situmorang dan Rospita Uli (2010:52) memiliki beberapa bagian makna yaitu:

: Jo, Tasukeru : Bantu

: Dou, Ugoku : Bergerak

: Shi, Kotoba : Kata

Sehingga kata Jodoushi memiliki pengertian : Kata bantu sebagai

verba atau kata bantu kata kerja.

Dan yang termasuk ciri–ciri kata bantu verba Jodoushi antara lain:

▸ Baca selengkapnya: terdapat kurang lebih 200 ekor penguin kelompok kata yang digarisbawahi memiliki makna

(2)

- Berkonjugashi ( perubahan bentuk ), sama seperti doushi (kata kerja)

- Ada yang mempunyai arti sendiri dan ada yang hanya memberi atau menambah makna pada kata lain.

Dan tidak hanya itu kata bantu verba Jodoushi juga memiliki bentuk dan perubahannya:

a. Bentuk Jodoushi yang mengikuti kata yang berkonjugasi dan yang

mengikuti kata benda

1. Yang mengikuti kata yang berkonjugasi

- Mizenkei ( ) = Bentuk belum

Contoh =

Iku + seru = ikaseru = Menyuruh pergi

Oki + saseru = okosaseru = Menyuruh membangunkan

Iku + nai = ikanai = Tidak pergi

- Renyoukei ( ) = Mengikuti bentuk perubahan

Contoh =

Iku + masu = ikimasu = Pergi

Iku + tai = ikitai = Ingin pergi Iku + tagaru = ikitagaru = Ingin pergi

(3)

Contoh =

Iku + souda = ikusouda = Katanya pergi

Furu + mai = furumai = Tidak turun

2. Yang mengikuti kata benda

Contoh : rashii-otoko rashii : seperti laki-laki Da-hitoda : adalah orang

Desu-watashidesu : adalah saya b. Perubahan Jodoushi

1. Shieki ( ) = Perintah

Contoh =

Yomu + seru = yomaseru = Menyuruh membaca

2. Ukemi ( ) = Bentuk pasif

Contoh =

Yomu + rareru = yomareta = Sudah dibaca

3. Kanou ( ) = Dapat

Contoh =

Yomu + rareru = yomeru = Dapat membaca

4. Jihatsu ( ) = Pendapat sendiri ( spontanity)

Contoh =

(4)

5. Sonkei ( ) = Bentuk hormat

Contoh =

Sensei ga omou + reru = sensei ga omowareru = Menurut

guru

6. Uchikeshi ( ) = Sankalan

Contoh =

Iku + nai = ikanai = Tidak pergi

7. Teinei ( ) = Sopan

Contoh =

Iku + masu = ikimasu = Pergi

8. Suiryou ( ) = Niat

Contoh =

kuru + yo = koyo = Akan datang

9. Kako ( ) = Lampau

Contoh =

Taberu + ta = tabeta = Telah makan

10.Kibou ( ) = Keinginan, harapan

Contoh =

(5)

11.Handan ( ) = Pernyataan

Contoh =

Otoko + desu = otokodesu = Adalah laki-laki

12.Tatoe ( ) = Pemisalan

Contoh =

Uma no + youda = uma no youda = Seperti kuda

13.Denbun ( ) = kedengarannya, katanya

Contoh =

Furu + souda = furu souda = Katanya

turun

14.Youtai ( ) = Kelihatan

Contoh =

Furu + souda = furi souda = kelihatannya turun

2.2Fungsi Dan Makna Jodoushi “Soudesu dan Youdesu” 2.2.1Fungsi Dan Makna Jodoushi “Soudesu” :

Soudesu mempunyai fungsi untuk menyatakan ungkapan

(6)

perkiraan yang berasal dari informasi visual dan digunakan pada waktu pembicara mempekirakan suatu gejala berdasarkan pada apa yang dilihatnya. Dan dilengkapi

lagi oleh Buneidou dalam buku Kuwashii Koku Bunpo

(1981 :140):

Souda : ____ (imi____ youtai,denbun)

= ( kelihatannya/kondisi/keadaan , kabar angin)

(souda ni ha tsugi no

futatsu no imi youhou ga aru)

= (untuk souda ada 2 buah petunjuk arti)

1. (youtai souiu yousudato

iu imi dearu)

= (youtai adalah arti yang disebut aspek/situasi/pandangan seperti itu

( rei ) 1. ( ame ga furu)

=(contoh) = (hujan turun )

2. ( ame ga furi souda)

(7)

2. ( denbun tanin kara

kiitatoiu imi dearu)

= (denbun adalah arti yang yang disebut mendengarkan keadaan dari orang lain).

( rei ) 1. ( ame ga furu)

(contoh) = (hujan turun )

2. ( ame ga furu souda)

= (Kedengarannya hujan turun )

2.2.2 Fungsi Dan Makna Jodoushi “Youdesu” :

Youdesu mempunyai fungsi untuk menyatakan kata

sepertinya/kelihantannya. Yang bermakna menurut Surinetwork dalam buku Minna No Nihingo II TerjemahanBahasa Indonesia (2010:145) ungkapan “kelihatan/sepertinya” yang digunakan untuk menyatakan sesuatu keadaan apabila

pembicara bermaksud menyatakan suatu perkiraanatau ilustrasi subjektif berdasarkan fungsi informasi yang ia terima melalui seluruh panca indranya. Dan

dilengkapi lagi oleh Buneidou dalam buku Kuwashii Koku Bunpo

(8)

Youda : _____ (imi____tatoe, youtai,

reishi)

= (pemisalan, anggapan/perkiraan, ilustrasi)

(youda ni ha tsugi no

mitsu no imi youhou ga aru)

= (untuk youda ada 3 buah petunjuk arti)

1.

(tatoe (marude……noyouda) to nikayoutta monogoto

wo tatoeteiu imi woarawasu)

=( pemisalan [ seolah-olah…..sepertinya] dan menunjukkan arti yang disebut pemisalan hal-hal yang ditiru)

( rei ) ( kono shirosa ha, yuki

no youda)

(contoh) = (Putihnya ini, seolah-olah seperti salju )

2.

(youtei futashika dehaaruga, nanraka no konkyo ni mototsuite

(9)

=( anggapan/ perkiraan yang tidak tentu tetapi, menunjukan artimenyimpulkan maksud bersarkan pokok/dasarnya).

( rei )

( nanto ittanoka, karenimo wakaranai youda)

(contoh) = ( apa yang dikatakanya, dia pun sepertinya tidak mengerti

3. ( reishi wo ageteiu imi dearu)

= (adalah arti yang memberikan ilustrasi)

(rei) ( kare no youni shoujiki hito ha

sukunai)

Contoh = (orang yang jujur seperti dia sedikit)

2.3Studi Semantik 2.3.1 Definisi Semantik

Dalam bidang ilmu linguistik ada beberapa macam bagian-bagian yang terkait menurut Koizumi dalam Novita Amrah Kihon Doushi Yohoo Jiten

(2016:27) antara lain fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dan semantik itu sendiri memiliki definisi yang universal mengenai pemaknaan dan

disini penulis menggunakan teori definisi semantik dari menyatakan bahwa semantik (imiron) adalah makna dari sebuah kata. Sedangkan menurut Sutedi dalam Novita Amrah (2016:27) adalah salah satu cabang linguistik (gengogaku)

(10)

yang digunakan untuk bidang liungistik yang mempelajari hubungan makna atau arti dalam bahasa.

Objek kajian semantik menurut Sutedi dalam Novita Amrah (2016:27)

antara lain makna kata (go no imi/ ), relasi makna antara satu kata dengan

kata lainnya ( go no imi kankei/ ), makna frase dalam suatu idiom

(ku no imi ) dan makna kalimat (bun no imi ).

1. Makna Kata Satu Persatu ( Go No Imi Kankei/ )

Makna setiap kata merupakan salah satu objek kajian semantik, karena

komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang, baru akan berjalan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara dalam komunikasi tersebut, makna atau maksudnya sama dengan yang digunakan oleh

lawan bicaranya.

Dalam bahasa Jepang banyak sinonim (ruigigo) dan sangat sulit untuk bisa

dipadankan kedalam bahasa Indonesia yang membahasa secara rinci dan jelas tentang persamaan dan perbedaaan dari setiap sinonim tersebut.

2. Relaksi Makna Antara Satu Kata Dengan Kata Lainnya ( Go No Imi Kankei/

)

Relaksi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satu bahasa

(11)

Hubungan kemaknaan atau relasi semantik ini menyangkut hal kesamaan makna yaitu:

a. Kesamaan makna (sinonim) adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satuan ujuran dengan satuan ujaran lainnya misalnya pada verba „hanasu‟, „iu‟, „shaberu‟.

b. kebalikan makna (antonim) adalah hubungan semantik antara dua buah ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan atau kontras antara satu

dengan yang lainnya. Misalnya kata „takai‟, „hikui‟.

c. kegandaan makna (polisemi) adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata,

bisa juga frase) yang memilki makna lebih dari satu.

d. Ambiguitas (ketaksanaan) diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau

mendua arti. Misalnya frase „majalah gaya hidup baru‟ dapat ditafsirkan sebagai (1) „majalah gaya hidup baru terbit‟ atau (2) „majalah yang memuat

gaya hidup baru‟.

e. ketercakupan makna (hiponim)adalah hubungan

f. kelainan makna (homonim) adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang

bentuknya kebetulan sama, maknanya berbeda, karna masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan Misalnya pada kata „bisa‟

yang berarti „racun‟ dan kata „bisa‟ yang berarti „sanggup, dapat‟.

(12)

yang dibaca oleh guru ; pemakain kata oleh pada kalimat kedua dianggap redundansi.

3. Makna Frase Dalam Satu Idiom (Ku Nu Imi)

Makna frase merupakan makna yang terkandug dalam sebuah rangkaian kata-kata yang di sebut dengan ungkapan. Contohnya dalam bahasa jepang ungkapan (perut berdiri = marah) merupakan suatu frase. Frase dapat di pahami

hcukup dengan mengetahui makna kata di tambah dengan pemahaman tentang struktur kalimat bahwa jadi, frase tersebut bisa di pahami secara leksikalya

tetapi untuk frase meskipun seseorang mengetahuin semua makna setiap kata dan strukturnya, belum tentu bisa memahami makna frase tersebut, jika tidak

mengetahui makna frase secara idiomatikalnya (kanyolkuteki imi).

Lain halnya dengan frase ada dua makna, yaitu secara leksikal yaitu mencuri kaki, dan juga secara idiomatikal yaitu berhenti berbuat jahat. Jadi,

dalam bahasa jepang ada frase yang hanya bermakna secara leksikal saja, ada frase yang bermakna secara idiomatikal saja, dan ada juga frase yang bermakna

keduanya.

4. Makna Kalimat (Bun No Imi)

Makna kalimat ditentukan oleh makna setiap kata dan struktrunya. Misalnya,

pada kalimat (saya memberi kacamata pada yamada) dan kalimat (saya memberi jam pada yamada). Jika dilihat dari sturkturnya, kalimat tersebut adalah samam,

(13)

Lain halnya dengan kalimat terdapat dua makna yang terkandung di dalamnya, yaitu dan yang berarti (saya bersama yamanda menunggu tanak). Dari sini bisa

diketahui bahwa dalam suatu kalimat bisa menimbulkan makna ganda yang berbeda.

2.3.2 Jenis-Jenis Makna Dalam Semantik

Makna merupakan salah satu kajian dalam semantik yang merupakan

bagian terpenting dalam melakukan percakapan.

Menurut KBBI dalam Novita Amrah ( 2016:30) dijelaskan makna adalah 1.Arti, 2. Maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu

bentuk kebahasaan. Sedangkan menurut kridalaksana dalam Novita Amrah (2016:30), Makna adalah maksud pembicara pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau sekelompok manusia hubungan

dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antar bahasa atau antar ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Makna adalah arti atau maksud dari suatu tindak tutur.Menurut Chaer dalam Novita amrah (2016:30) sesungguhnya jenis atau tipe makna itu memang dapat dibedakan berdasarkan

beberapa kriteria dan sudut pandang antara lain sebagai berikut;

A. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan

(14)

B. Berdasarkan ada tidaknya referred pada sebuah kata leksem dapat dibedakan menjadi makna referensial dan makna nonreferensial.

C. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif.

D. Berdasarkan Ketetapan maknanya dapat dibedakan menjadi makna umum dan makna khusus.

E. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain dapat dibedakan menjadi makna

konseptual asosiatif idiomatik dan sebagainya berikut Pengertian makna-makna tersebut satu persatu.

1. Makna leksikal dan makna gramatikal

Menurut Chaerdalam Novita Amrah (2016:31) makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referensi makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra

atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita sedangkan menurut Sutedi dalam dalam Novita Amrah (2016:31) makna leksikal adalah

makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan Indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya atau bisa juga dikatakan

sebagai makna asli suatu kata.

Makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut (jishoteki imi) atau

(goiteki imi). Dalam bahasa Jepang misalnya kata (neko) yang

berarti kucing dan ( ) gakkou yang artinya sekolah makna leksikal dari kata

(15)

makna leksikal dari kata sekolah adalah bangunan tempat para siswa belajar makna gramatikal menurut Chaer dalam Novita Amrah (2016:31) adalah makna yang

muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat.Sedangkan menurut Sutedi dalam Novita Amrah (2016:31) makna gramatikal yaitu makna

yang muncul akibat proses gramatikal dan dalam bahasa Jepang disebut

bunpouteki imi. Dalam bahasa Jepang joshi artikel dan jodoushi

kopula atau kata bantu verba tidak memiliki makna leksikal tetapi memiliki makna

gramatikal sebab baru akan jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat verba

dan adjektiva memiliki kedua jenis makna tersebut,misalnya pada kata

isogashii dan taberu. Bagian gokan isogashi dan tabe memiliki makna

leksikal yaitu sibuk the makan sedangkan Gobi yaitu “i dan ru” sebagai makna

gramatikal karena akan berubah sesuai dengan konteks gramatikalnya Begitu juga dengan partikel “ni” yang secara leksikal tidak jelas maknanya akan tetapi baru

jelas maknanya ketika digunakan dalam kalimat seperti medan ni sunde iru yang bermakna tinggal di Medan

2. Makna referensial dan makna nonreferensial

Menurut Chaer dalam Novita Amrah (2016:32) perbedaan makna referensial

dan makna nonreferensial adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata

(16)

bermakna nonreferensial.Kata meja dan kursi termasuk kata yang bermakna referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah

tangga yang disebut „meja‟ dan „kursi‟.Sebaliknya kata karena dan tetapi tidak mempunyai referen, jadi kedua kata tersebut termasuk ke dalam kelompok kata

yang bermakna nonreferensial.

3. Makna Denotatif dan Makna Konotatif

Menurut chaer dalam Novita amrah (2016:32 ) menyebutkan pengertian makna denotatif adalah pada dasarnya sama dengan makna leksikal dan referensial,

sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut

informasi-informasi faktual objektif, dan sering disebut dengan istilah „makna sebenarnya‟.Sedangkan menurut sutedi dalam Novita amrah (2016:33), makna

denotatif adalah makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan dunia luar bahasa seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna. Makna

denotatif dalam bahasa Jepang disebut dengan „meijiteki imi atau

‟gaien sedangkan makna konotatif menurut chaer dalam Novita amrah

(2016:33) adalah makna tambahan yang sifatnya memberi nilai rasa baik, positif

maupun negatif.

(17)

disebut „anjiteki imi , yaitu makna yang ditimbulkan karena

perasaan atau pikiran pembicara dan lawan bicaranya. Misalnya pada kata

„chichi‟ dan „oyaji‟ kedua-duanya memiliki makna denotatif yang

sama, yaitu „ayah‟ akan tetapi memiliki nilai rasa yang berbeda kata ‘chichi

terkesan lebih formal dan lebih halus Sedangkan kata ‘oyaji’ terkesan lebih dekat

dan akrab. Contoh lainnya adalah kata „keshoushitsu‟ dan

„benjo‟ kedua kata tersebut juga merujuk pada hal yang sama, yaitu kamar kecil,

tetapi kesan dan nilai rasanya berbeda. „Keshoushitsu‟terkesan bersih sedangkan, „benjo‟terkesan kotor dan bau.

4. Makna Umum dan Makna Khusus

Menurut Chaer dalam Novita Amrah (2016:33) mengemukakan bahwa kata dengan makna umum memiliki pengertian dan pemakaian yang lebih luas,

Sedangkan kata dengan makna khusus mempunyai pengertian dan pemakaian yang lebih terbatas. Misalnya dalam deretan sinonim besar, agung, akbar, raya, dan

kolosal. Katabesar adalah kata yang bermakna umum dan pemakaiannya lebih

luas dibandingkan dengan kata yang lainnya.Kita dapat mengganti kata

agung,akbar, raya, dan kolosal dengan kata besar secara bebas.Frase „Tuhan Yang

Maha Agung‟ dapat diganti dengan „Tuhan Yang Maha Besar‟;frase rapat „Akbar‟ dapat diganti dengan „rapat besar‟; frase„hari raya‟ dapat diganti dengan ‘hari

(18)

„rumah besar‟ tidak dapat diganti dengan ‘rumah Agung’ ‘rumahraya’ ataupun

‘rumah kolosal’.

5. Makna Konseptual,Asosiatif, dan Idiomatik

Menurut Chaer dalam Novita Amrah (2016:34) makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai dengan referensinya dan

makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apa pun dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sebenarnya makna konseptual ini sama dengan makna leksikal referensial dan makna denotatif selanjutnya makna asosiatif adalah makna yang

dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa misalnya kata melati berasosiasi dengan makna Suci atau kesucian

kata merah berasosiasi dengan makna berani kata cenderawasih berasosiasi dengan makna indah sedangkan makna idiomatik menurut Chaer dalam Novita amrah (2016:34) adalah makna sebuah satuan bahasa kata frase atau kalimat yang

menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya contohnya adalah pada frase membanting tulang dan meja hijau

membanting tulang adalah sebuah leksem dengan makna bekerja keras dan meja hijau adalah sebuah leksem dengan makna pengadilan

2.3.3Perubahan Makna Dalam Semantik

Perubahan makna suatu kata dapat terjadi karena sebagai faktor, antara lain perkembangan peradaban manusia pemakaian bangsa tersebut, perkembangan ilmu

(19)

beberapa jenis perubahan makna dalam bahasa Jepang, menurut Sutedidalam

Novita Amra (2016:34);

a. Dari yang konkret kata abstrak

kata „atama‟ kepala, „ude‟ lengan, serta „michi‟ jalan

yang merupakan benda konkrit, berubah menjadi abstrak ketika digunakan seperti

berikut ini

atama ga ii kepandaian

ude ga agaru kemampuan

nihongo kyoushi e no michi cara petunjuk

b. Dari ruang ke waktu

kata ( mae) depan dan ( nagai) panjang yang menyatakan arti ruang,

berubah menjadi waktu seperti pada contoh berikut.

sannen mae 3 tahun yang lalu

nagai jikan lama

c. Perubahan penggunaan Indera

kata ookii (besar) semua diamati dengan indra penglihatan

(20)

koe (suara keras). Kemudian pada kata amai (manis) dari indra

perasa menjadi karakter seperti dalam amai ko (anak manja)

d. Dari yang khusus ke umum /generalisasi

kata kimono yang semula berarti Pakaian tradisional Jepang,

digunakan untuk menunjukkan pakaian secara umum fuku dan

sebagainya.

e. Dari yang umum ke khusus/ spesialisasi

Kata hana (bunga secara umum) dan tamago (telur secara

umum) digunakan untuk menunjukkan hal yang lebih khusus seperti dalam

penggunaan berikut.

hana-mi bunga sakura

tamago o taberu telur ayam

f. Perubahan nilai positif

contoh dari kata yang mengalami perubahan nilai positif salah satunya adalah

kata boku (saya) yang dulu digunakan untuk Budak atau pelayan, tetapi

sekarang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan adanya perubahan nilai, dari yang kurang baik menjadi baik.

g. Perubahan nilai negatif

(21)

adalah kata kisama (kamu) yang dulu sering digunakan untuk

menunjukkan kata anata (anda), tetapi sekarang digunakan hanya

kepada orang yang dianggap pernah saja hal ini menunjukkan adanya perubahan nilai dari yang baik menjadi kurang baik.

2.3.4 Manfaat Mempelajari Semantik

Manfaat yang dapat kita petik dari studi semantik sangat tergantung dari bidang apa yang kita geluti dalam tugas kita sehari-hari (Chaer, dalam Novita

Amrah, 2016:36) bagi seorang wartawan, reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan, mereka mungkin akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai Semantik.

Pengetahuan semantik akan memudahkannya dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat

umum.

Bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitian bahasa, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoritis untuk dapat menganalisis kata atau

bahasa-bahasa yang sedang dipelajarinya. Sedangkan bagi seseorang guru atau calon guru, pengetahuan mengenai semantik akan memberi manfaat teoritis, karena

(22)

makna dari suatu kata yang makna katanya berdekatan atau memiliki kemiripan

arti.

2.3.5Kesinoniman

Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang, seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi antara sebuah kata

dengan kata lainnya. Hal ini berkaitan dengan relasi makna. Relasi makna menurut Chaer dalam Novita Amrah, (2016:37)adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya Satuan

bahasa di sini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat. Relasi makna ini dapat menyatakan kesamaan makna (sinonim), pertentangan makna (antonim),

ketercukupan makna (hiponim), kegandaan makna (Polisemi dan ambiguitas), dan kelebihan makna (redudansi).

Apabila suatu kata memiliki makna yang hampir sama (mirip) dengan

satu atau lebih kata yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut memiliki hubungan atau relasi makna yang termasuk kedalam sinonim. Sinonim

menurut Chaer dalam Novita Amrah, (2006:37)adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan

ujaran lainnya. Akan tetapi meskipun bersinonim, maknanya tidak akan persis sama. Hal ini dikarenakan tidak ada sinonim yang maknanya akan sama persis 100%. Dalam konteks tertentu, pasti akan ditemukan suatu perbedaan meskipun

(23)

kegiatan, dan faktor nuansa makna.

Dalam bahasa Jepang sinonim dikenal dengan istilah ruigigo

menurut Sutedi dalam Novita Amrah (2016:38) perbedaan dari dua kata atau lebih

yang memiliki relasi atau hubungan kesinoniman dapat ditemukan

dengan cara melakukan analisis terhadap nuansa makna dari setiap kata tersebut misalnya dalam skripsi ini membandingkan persamaan kata “soudesu dan

youdesu” yang keduanya mempunyai arti tetapi penggunaan kedua kata itu mempunyai makna yang berbeda apabila kita melihat dari segi kontekstualnya.

Contoh kalimat dari buku Minna no Nihongo II pel: 43) :

1. (Mira san wa isogashisoudesu)

= Sdr.Miller kelihatannya sibuk.

2. (Mira san wa isogashiiyoudesu)

= Sdr.Miller kelihatannya sibuk.

Kata “soudesu dan youdesu” pada kalimat diatas keduanya bisa digunakan dalam kalimat yang sama dan juga sama-sama memiliki arti “sepertinya”.Tetapi kalau

dilihat lebih jelas apa penggunaan kata soudesu dan apa penggunaan kata youdesu

Referensi

Dokumen terkait

Kata my pace tidak digunakan dalam bahasa Inggris sehingga dapat disimpulkan bahwa my pace merupakan wasei-eigo dan merupakan makna baru yang dihasilkan setelah kata-kata

rangkaian peristiwa dan waktu yang panjang ketika hal tersebut sudah melampaui langkah akhir seperti yang diharapkan, toutou yang menerangkan ketika melewati hasil akhir dari

karena tagigo merupakan sebuah kata yang memiliki makna lebih dari satu atau.. makna ganda tapi

Polisemi (tagigo) adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu, dan setiap makna tersebut ada pertautannya, sedangkan yang dimaksudkan dengan homonim

Situasi nuansa makna penggunaan kata sumimasen pada kutipan (2) merupakan situasi berupa adanya upaya tokoh yang berbicara untuk meminta maaf kepada lawan bicara. Dari

persamaan arti, kedua kata tersebut memiliki makna yang berbeda jika digunakan.

Penelitian ini ingin mengetahui tentang nuansa makna dari kata sumimasen dan gomen nasai karena masing-masing kata memiliki arti yang sama, yaitu “maaf”.. Namun, dalam pemakaian

sumimasen tidak dapat menggantikan kata gomen nasai karena walaupun kedua kata tersebut memiliki arti yang sama, nuansa makna kata gomen nasai memiliki makna maaf