BAB II
TINJAUAN UMUM JODOUSHI BAHASA JEPANG, PENGERTIAN DAN PEMAKAIAN JODOUSHI “SOUDESU DAN YOUDESU”
2.1 Pengertian Jodoushi, Ciri-Ciri Jodoushi, Dan Bentuk-Bentuk Jodoushi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin membahas mengenai salah satu cabang ilmu linguistik yang termasuk kedalam kelas kata bahasa Jepang salah
satunya adalah semantik yang mengenai kata bantu verba / Jodoushi dari kata “soudesu dan youdesu”.
Apabila dilihat dari bentuk kanjinya, kata Jodoushi Menurut Hamzon Situmorang dan Rospita Uli (2010:52) memiliki beberapa bagian makna yaitu:
: Jo, Tasukeru : Bantu
: Dou, Ugoku : Bergerak
: Shi, Kotoba : Kata
Sehingga kata Jodoushi memiliki pengertian : Kata bantu sebagai
verba atau kata bantu kata kerja.
Dan yang termasuk ciri–ciri kata bantu verba Jodoushi antara lain:
▸ Baca selengkapnya: terdapat kurang lebih 200 ekor penguin kelompok kata yang digarisbawahi memiliki makna
(2)- Berkonjugashi ( perubahan bentuk ), sama seperti doushi (kata kerja)
- Ada yang mempunyai arti sendiri dan ada yang hanya memberi atau menambah makna pada kata lain.
Dan tidak hanya itu kata bantu verba Jodoushi juga memiliki bentuk dan perubahannya:
a. Bentuk Jodoushi yang mengikuti kata yang berkonjugasi dan yang
mengikuti kata benda
1. Yang mengikuti kata yang berkonjugasi
- Mizenkei ( ) = Bentuk belum
Contoh =
Iku + seru = ikaseru = Menyuruh pergi
Oki + saseru = okosaseru = Menyuruh membangunkan
Iku + nai = ikanai = Tidak pergi
- Renyoukei ( ) = Mengikuti bentuk perubahan
Contoh =
Iku + masu = ikimasu = Pergi
Iku + tai = ikitai = Ingin pergi Iku + tagaru = ikitagaru = Ingin pergi
Contoh =
Iku + souda = ikusouda = Katanya pergi
Furu + mai = furumai = Tidak turun
2. Yang mengikuti kata benda
Contoh : rashii-otoko rashii : seperti laki-laki Da-hitoda : adalah orang
Desu-watashidesu : adalah saya b. Perubahan Jodoushi
1. Shieki ( ) = Perintah
Contoh =
Yomu + seru = yomaseru = Menyuruh membaca
2. Ukemi ( ) = Bentuk pasif
Contoh =
Yomu + rareru = yomareta = Sudah dibaca
3. Kanou ( ) = Dapat
Contoh =
Yomu + rareru = yomeru = Dapat membaca
4. Jihatsu ( ) = Pendapat sendiri ( spontanity)
Contoh =
5. Sonkei ( ) = Bentuk hormat
Contoh =
Sensei ga omou + reru = sensei ga omowareru = Menurut
guru
6. Uchikeshi ( ) = Sankalan
Contoh =
Iku + nai = ikanai = Tidak pergi
7. Teinei ( ) = Sopan
Contoh =
Iku + masu = ikimasu = Pergi
8. Suiryou ( ) = Niat
Contoh =
kuru + yo = koyo = Akan datang
9. Kako ( ) = Lampau
Contoh =
Taberu + ta = tabeta = Telah makan
10.Kibou ( ) = Keinginan, harapan
Contoh =
11.Handan ( ) = Pernyataan
Contoh =
Otoko + desu = otokodesu = Adalah laki-laki
12.Tatoe ( ) = Pemisalan
Contoh =
Uma no + youda = uma no youda = Seperti kuda
13.Denbun ( ) = kedengarannya, katanya
Contoh =
Furu + souda = furu souda = Katanya
turun
14.Youtai ( ) = Kelihatan
Contoh =
Furu + souda = furi souda = kelihatannya turun
2.2Fungsi Dan Makna Jodoushi “Soudesu dan Youdesu” 2.2.1Fungsi Dan Makna Jodoushi “Soudesu” :
Soudesu mempunyai fungsi untuk menyatakan ungkapan
perkiraan yang berasal dari informasi visual dan digunakan pada waktu pembicara mempekirakan suatu gejala berdasarkan pada apa yang dilihatnya. Dan dilengkapi
lagi oleh Buneidou dalam buku Kuwashii Koku Bunpo
(1981 :140):
Souda : ____ (imi____ youtai,denbun)
= ( kelihatannya/kondisi/keadaan , kabar angin)
(souda ni ha tsugi no
futatsu no imi youhou ga aru)
= (untuk souda ada 2 buah petunjuk arti)
1. (youtai souiu yousudato
iu imi dearu)
= (youtai adalah arti yang disebut aspek/situasi/pandangan seperti itu
( rei ) 1. ( ame ga furu)
=(contoh) = (hujan turun )
2. ( ame ga furi souda)
2. ( denbun tanin kara
kiitatoiu imi dearu)
= (denbun adalah arti yang yang disebut mendengarkan keadaan dari orang lain).
( rei ) 1. ( ame ga furu)
(contoh) = (hujan turun )
2. ( ame ga furu souda)
= (Kedengarannya hujan turun )
2.2.2 Fungsi Dan Makna Jodoushi “Youdesu” :
Youdesu mempunyai fungsi untuk menyatakan kata
sepertinya/kelihantannya. Yang bermakna menurut Surinetwork dalam buku Minna No Nihingo II TerjemahanBahasa Indonesia (2010:145) ungkapan “kelihatan/sepertinya” yang digunakan untuk menyatakan sesuatu keadaan apabila
pembicara bermaksud menyatakan suatu perkiraanatau ilustrasi subjektif berdasarkan fungsi informasi yang ia terima melalui seluruh panca indranya. Dan
dilengkapi lagi oleh Buneidou dalam buku Kuwashii Koku Bunpo
Youda : _____ (imi____tatoe, youtai,
reishi)
= (pemisalan, anggapan/perkiraan, ilustrasi)
(youda ni ha tsugi no
mitsu no imi youhou ga aru)
= (untuk youda ada 3 buah petunjuk arti)
1.
(tatoe (marude……noyouda) to nikayoutta monogoto
wo tatoeteiu imi woarawasu)
=( pemisalan [ seolah-olah…..sepertinya] dan menunjukkan arti yang disebut pemisalan hal-hal yang ditiru)
( rei ) ( kono shirosa ha, yuki
no youda)
(contoh) = (Putihnya ini, seolah-olah seperti salju )
2.
(youtei futashika dehaaruga, nanraka no konkyo ni mototsuite
=( anggapan/ perkiraan yang tidak tentu tetapi, menunjukan artimenyimpulkan maksud bersarkan pokok/dasarnya).
( rei )
( nanto ittanoka, karenimo wakaranai youda)
(contoh) = ( apa yang dikatakanya, dia pun sepertinya tidak mengerti
3. ( reishi wo ageteiu imi dearu)
= (adalah arti yang memberikan ilustrasi)
(rei) ( kare no youni shoujiki hito ha
sukunai)
Contoh = (orang yang jujur seperti dia sedikit)
2.3Studi Semantik 2.3.1 Definisi Semantik
Dalam bidang ilmu linguistik ada beberapa macam bagian-bagian yang terkait menurut Koizumi dalam Novita Amrah Kihon Doushi Yohoo Jiten
(2016:27) antara lain fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dan semantik itu sendiri memiliki definisi yang universal mengenai pemaknaan dan
disini penulis menggunakan teori definisi semantik dari menyatakan bahwa semantik (imiron) adalah makna dari sebuah kata. Sedangkan menurut Sutedi dalam Novita Amrah (2016:27) adalah salah satu cabang linguistik (gengogaku)
yang digunakan untuk bidang liungistik yang mempelajari hubungan makna atau arti dalam bahasa.
Objek kajian semantik menurut Sutedi dalam Novita Amrah (2016:27)
antara lain makna kata (go no imi/ ), relasi makna antara satu kata dengan
kata lainnya ( go no imi kankei/ ), makna frase dalam suatu idiom
(ku no imi ) dan makna kalimat (bun no imi ).
1. Makna Kata Satu Persatu ( Go No Imi Kankei/ )
Makna setiap kata merupakan salah satu objek kajian semantik, karena
komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang, baru akan berjalan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara dalam komunikasi tersebut, makna atau maksudnya sama dengan yang digunakan oleh
lawan bicaranya.
Dalam bahasa Jepang banyak sinonim (ruigigo) dan sangat sulit untuk bisa
dipadankan kedalam bahasa Indonesia yang membahasa secara rinci dan jelas tentang persamaan dan perbedaaan dari setiap sinonim tersebut.
2. Relaksi Makna Antara Satu Kata Dengan Kata Lainnya ( Go No Imi Kankei/
)
Relaksi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satu bahasa
Hubungan kemaknaan atau relasi semantik ini menyangkut hal kesamaan makna yaitu:
a. Kesamaan makna (sinonim) adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satuan ujuran dengan satuan ujaran lainnya misalnya pada verba „hanasu‟, „iu‟, „shaberu‟.
b. kebalikan makna (antonim) adalah hubungan semantik antara dua buah ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan atau kontras antara satu
dengan yang lainnya. Misalnya kata „takai‟, „hikui‟.
c. kegandaan makna (polisemi) adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata,
bisa juga frase) yang memilki makna lebih dari satu.
d. Ambiguitas (ketaksanaan) diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau
mendua arti. Misalnya frase „majalah gaya hidup baru‟ dapat ditafsirkan sebagai (1) „majalah gaya hidup baru terbit‟ atau (2) „majalah yang memuat
gaya hidup baru‟.
e. ketercakupan makna (hiponim)adalah hubungan
f. kelainan makna (homonim) adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang
bentuknya kebetulan sama, maknanya berbeda, karna masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan Misalnya pada kata „bisa‟
yang berarti „racun‟ dan kata „bisa‟ yang berarti „sanggup, dapat‟.
yang dibaca oleh guru ; pemakain kata oleh pada kalimat kedua dianggap redundansi.
3. Makna Frase Dalam Satu Idiom (Ku Nu Imi)
Makna frase merupakan makna yang terkandug dalam sebuah rangkaian kata-kata yang di sebut dengan ungkapan. Contohnya dalam bahasa jepang ungkapan (perut berdiri = marah) merupakan suatu frase. Frase dapat di pahami
hcukup dengan mengetahui makna kata di tambah dengan pemahaman tentang struktur kalimat bahwa jadi, frase tersebut bisa di pahami secara leksikalya
tetapi untuk frase meskipun seseorang mengetahuin semua makna setiap kata dan strukturnya, belum tentu bisa memahami makna frase tersebut, jika tidak
mengetahui makna frase secara idiomatikalnya (kanyolkuteki imi).
Lain halnya dengan frase ada dua makna, yaitu secara leksikal yaitu mencuri kaki, dan juga secara idiomatikal yaitu berhenti berbuat jahat. Jadi,
dalam bahasa jepang ada frase yang hanya bermakna secara leksikal saja, ada frase yang bermakna secara idiomatikal saja, dan ada juga frase yang bermakna
keduanya.
4. Makna Kalimat (Bun No Imi)
Makna kalimat ditentukan oleh makna setiap kata dan struktrunya. Misalnya,
pada kalimat (saya memberi kacamata pada yamada) dan kalimat (saya memberi jam pada yamada). Jika dilihat dari sturkturnya, kalimat tersebut adalah samam,
Lain halnya dengan kalimat terdapat dua makna yang terkandung di dalamnya, yaitu dan yang berarti (saya bersama yamanda menunggu tanak). Dari sini bisa
diketahui bahwa dalam suatu kalimat bisa menimbulkan makna ganda yang berbeda.
2.3.2 Jenis-Jenis Makna Dalam Semantik
Makna merupakan salah satu kajian dalam semantik yang merupakan
bagian terpenting dalam melakukan percakapan.
Menurut KBBI dalam Novita Amrah ( 2016:30) dijelaskan makna adalah 1.Arti, 2. Maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu
bentuk kebahasaan. Sedangkan menurut kridalaksana dalam Novita Amrah (2016:30), Makna adalah maksud pembicara pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau sekelompok manusia hubungan
dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antar bahasa atau antar ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya cara menggunakan lambang-lambang bahasa.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Makna adalah arti atau maksud dari suatu tindak tutur.Menurut Chaer dalam Novita amrah (2016:30) sesungguhnya jenis atau tipe makna itu memang dapat dibedakan berdasarkan
beberapa kriteria dan sudut pandang antara lain sebagai berikut;
A. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan
B. Berdasarkan ada tidaknya referred pada sebuah kata leksem dapat dibedakan menjadi makna referensial dan makna nonreferensial.
C. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif.
D. Berdasarkan Ketetapan maknanya dapat dibedakan menjadi makna umum dan makna khusus.
E. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain dapat dibedakan menjadi makna
konseptual asosiatif idiomatik dan sebagainya berikut Pengertian makna-makna tersebut satu persatu.
1. Makna leksikal dan makna gramatikal
Menurut Chaerdalam Novita Amrah (2016:31) makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referensi makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra
atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita sedangkan menurut Sutedi dalam dalam Novita Amrah (2016:31) makna leksikal adalah
makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan Indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya atau bisa juga dikatakan
sebagai makna asli suatu kata.
Makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut (jishoteki imi) atau
(goiteki imi). Dalam bahasa Jepang misalnya kata (neko) yang
berarti kucing dan ( ) gakkou yang artinya sekolah makna leksikal dari kata
makna leksikal dari kata sekolah adalah bangunan tempat para siswa belajar makna gramatikal menurut Chaer dalam Novita Amrah (2016:31) adalah makna yang
muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat.Sedangkan menurut Sutedi dalam Novita Amrah (2016:31) makna gramatikal yaitu makna
yang muncul akibat proses gramatikal dan dalam bahasa Jepang disebut
bunpouteki imi. Dalam bahasa Jepang joshi artikel dan jodoushi
kopula atau kata bantu verba tidak memiliki makna leksikal tetapi memiliki makna
gramatikal sebab baru akan jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat verba
dan adjektiva memiliki kedua jenis makna tersebut,misalnya pada kata
isogashii dan taberu. Bagian gokan isogashi dan tabe memiliki makna
leksikal yaitu sibuk the makan sedangkan Gobi yaitu “i dan ru” sebagai makna
gramatikal karena akan berubah sesuai dengan konteks gramatikalnya Begitu juga dengan partikel “ni” yang secara leksikal tidak jelas maknanya akan tetapi baru
jelas maknanya ketika digunakan dalam kalimat seperti medan ni sunde iru yang bermakna tinggal di Medan
2. Makna referensial dan makna nonreferensial
Menurut Chaer dalam Novita Amrah (2016:32) perbedaan makna referensial
dan makna nonreferensial adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata
bermakna nonreferensial.Kata meja dan kursi termasuk kata yang bermakna referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah
tangga yang disebut „meja‟ dan „kursi‟.Sebaliknya kata karena dan tetapi tidak mempunyai referen, jadi kedua kata tersebut termasuk ke dalam kelompok kata
yang bermakna nonreferensial.
3. Makna Denotatif dan Makna Konotatif
Menurut chaer dalam Novita amrah (2016:32 ) menyebutkan pengertian makna denotatif adalah pada dasarnya sama dengan makna leksikal dan referensial,
sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut
informasi-informasi faktual objektif, dan sering disebut dengan istilah „makna sebenarnya‟.Sedangkan menurut sutedi dalam Novita amrah (2016:33), makna
denotatif adalah makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan dunia luar bahasa seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna. Makna
denotatif dalam bahasa Jepang disebut dengan „meijiteki imi atau
‟gaien sedangkan makna konotatif menurut chaer dalam Novita amrah
(2016:33) adalah makna tambahan yang sifatnya memberi nilai rasa baik, positif
maupun negatif.
disebut „anjiteki imi , yaitu makna yang ditimbulkan karena
perasaan atau pikiran pembicara dan lawan bicaranya. Misalnya pada kata
„chichi‟ dan „oyaji‟ kedua-duanya memiliki makna denotatif yang
sama, yaitu „ayah‟ akan tetapi memiliki nilai rasa yang berbeda kata ‘chichi‟
terkesan lebih formal dan lebih halus Sedangkan kata ‘oyaji’ terkesan lebih dekat
dan akrab. Contoh lainnya adalah kata „keshoushitsu‟ dan
„benjo‟ kedua kata tersebut juga merujuk pada hal yang sama, yaitu kamar kecil,
tetapi kesan dan nilai rasanya berbeda. „Keshoushitsu‟terkesan bersih sedangkan, „benjo‟terkesan kotor dan bau.
4. Makna Umum dan Makna Khusus
Menurut Chaer dalam Novita Amrah (2016:33) mengemukakan bahwa kata dengan makna umum memiliki pengertian dan pemakaian yang lebih luas,
Sedangkan kata dengan makna khusus mempunyai pengertian dan pemakaian yang lebih terbatas. Misalnya dalam deretan sinonim besar, agung, akbar, raya, dan
kolosal. Katabesar adalah kata yang bermakna umum dan pemakaiannya lebih
luas dibandingkan dengan kata yang lainnya.Kita dapat mengganti kata
agung,akbar, raya, dan kolosal dengan kata besar secara bebas.Frase „Tuhan Yang
Maha Agung‟ dapat diganti dengan „Tuhan Yang Maha Besar‟;frase rapat „Akbar‟ dapat diganti dengan „rapat besar‟; frase„hari raya‟ dapat diganti dengan ‘hari
„rumah besar‟ tidak dapat diganti dengan ‘rumah Agung’ ‘rumahraya’ ataupun
‘rumah kolosal’.
5. Makna Konseptual,Asosiatif, dan Idiomatik
Menurut Chaer dalam Novita Amrah (2016:34) makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai dengan referensinya dan
makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apa pun dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sebenarnya makna konseptual ini sama dengan makna leksikal referensial dan makna denotatif selanjutnya makna asosiatif adalah makna yang
dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa misalnya kata melati berasosiasi dengan makna Suci atau kesucian
kata merah berasosiasi dengan makna berani kata cenderawasih berasosiasi dengan makna indah sedangkan makna idiomatik menurut Chaer dalam Novita amrah (2016:34) adalah makna sebuah satuan bahasa kata frase atau kalimat yang
menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya contohnya adalah pada frase membanting tulang dan meja hijau
membanting tulang adalah sebuah leksem dengan makna bekerja keras dan meja hijau adalah sebuah leksem dengan makna pengadilan
2.3.3Perubahan Makna Dalam Semantik
Perubahan makna suatu kata dapat terjadi karena sebagai faktor, antara lain perkembangan peradaban manusia pemakaian bangsa tersebut, perkembangan ilmu
beberapa jenis perubahan makna dalam bahasa Jepang, menurut Sutedidalam
Novita Amra (2016:34);
a. Dari yang konkret kata abstrak
kata „atama‟ kepala, „ude‟ lengan, serta „michi‟ jalan
yang merupakan benda konkrit, berubah menjadi abstrak ketika digunakan seperti
berikut ini
atama ga ii kepandaian
ude ga agaru kemampuan
nihongo kyoushi e no michi cara petunjuk
b. Dari ruang ke waktu
kata ( mae) depan dan ( nagai) panjang yang menyatakan arti ruang,
berubah menjadi waktu seperti pada contoh berikut.
sannen mae 3 tahun yang lalu
nagai jikan lama
c. Perubahan penggunaan Indera
kata ookii (besar) semua diamati dengan indra penglihatan
koe (suara keras). Kemudian pada kata amai (manis) dari indra
perasa menjadi karakter seperti dalam amai ko (anak manja)
d. Dari yang khusus ke umum /generalisasi
kata kimono yang semula berarti Pakaian tradisional Jepang,
digunakan untuk menunjukkan pakaian secara umum fuku dan
sebagainya.
e. Dari yang umum ke khusus/ spesialisasi
Kata hana (bunga secara umum) dan tamago (telur secara
umum) digunakan untuk menunjukkan hal yang lebih khusus seperti dalam
penggunaan berikut.
hana-mi bunga sakura
tamago o taberu telur ayam
f. Perubahan nilai positif
contoh dari kata yang mengalami perubahan nilai positif salah satunya adalah
kata boku (saya) yang dulu digunakan untuk Budak atau pelayan, tetapi
sekarang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan adanya perubahan nilai, dari yang kurang baik menjadi baik.
g. Perubahan nilai negatif
adalah kata kisama (kamu) yang dulu sering digunakan untuk
menunjukkan kata anata (anda), tetapi sekarang digunakan hanya
kepada orang yang dianggap pernah saja hal ini menunjukkan adanya perubahan nilai dari yang baik menjadi kurang baik.
2.3.4 Manfaat Mempelajari Semantik
Manfaat yang dapat kita petik dari studi semantik sangat tergantung dari bidang apa yang kita geluti dalam tugas kita sehari-hari (Chaer, dalam Novita
Amrah, 2016:36) bagi seorang wartawan, reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan, mereka mungkin akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai Semantik.
Pengetahuan semantik akan memudahkannya dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat
umum.
Bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitian bahasa, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoritis untuk dapat menganalisis kata atau
bahasa-bahasa yang sedang dipelajarinya. Sedangkan bagi seseorang guru atau calon guru, pengetahuan mengenai semantik akan memberi manfaat teoritis, karena
makna dari suatu kata yang makna katanya berdekatan atau memiliki kemiripan
arti.
2.3.5Kesinoniman
Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang, seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi antara sebuah kata
dengan kata lainnya. Hal ini berkaitan dengan relasi makna. Relasi makna menurut Chaer dalam Novita Amrah, (2016:37)adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya Satuan
bahasa di sini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat. Relasi makna ini dapat menyatakan kesamaan makna (sinonim), pertentangan makna (antonim),
ketercukupan makna (hiponim), kegandaan makna (Polisemi dan ambiguitas), dan kelebihan makna (redudansi).
Apabila suatu kata memiliki makna yang hampir sama (mirip) dengan
satu atau lebih kata yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut memiliki hubungan atau relasi makna yang termasuk kedalam sinonim. Sinonim
menurut Chaer dalam Novita Amrah, (2006:37)adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan
ujaran lainnya. Akan tetapi meskipun bersinonim, maknanya tidak akan persis sama. Hal ini dikarenakan tidak ada sinonim yang maknanya akan sama persis 100%. Dalam konteks tertentu, pasti akan ditemukan suatu perbedaan meskipun
kegiatan, dan faktor nuansa makna.
Dalam bahasa Jepang sinonim dikenal dengan istilah ruigigo
menurut Sutedi dalam Novita Amrah (2016:38) perbedaan dari dua kata atau lebih
yang memiliki relasi atau hubungan kesinoniman dapat ditemukan
dengan cara melakukan analisis terhadap nuansa makna dari setiap kata tersebut misalnya dalam skripsi ini membandingkan persamaan kata “soudesu dan
youdesu” yang keduanya mempunyai arti tetapi penggunaan kedua kata itu mempunyai makna yang berbeda apabila kita melihat dari segi kontekstualnya.
Contoh kalimat dari buku Minna no Nihongo II pel: 43) :
1. (Mira san wa isogashisoudesu)
= Sdr.Miller kelihatannya sibuk.
2. (Mira san wa isogashiiyoudesu)
= Sdr.Miller kelihatannya sibuk.
Kata “soudesu dan youdesu” pada kalimat diatas keduanya bisa digunakan dalam kalimat yang sama dan juga sama-sama memiliki arti “sepertinya”.Tetapi kalau
dilihat lebih jelas apa penggunaan kata soudesu dan apa penggunaan kata youdesu