• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Perbandingan Pelat Hollow Pracetak (Hollow Core Slab) Terhadap Pelat Konvensional Dengan Beban Hidup Yang Variatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Perbandingan Pelat Hollow Pracetak (Hollow Core Slab) Terhadap Pelat Konvensional Dengan Beban Hidup Yang Variatif"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Umum

Beton adalah material struktur yang paling banyak digunakan. Beton

dihasilkan dari interaksi mekanis dan kimiawi sejumlah material pembentuknya.Beton

sederhana dibentuk oleh pengerasan campuran semen, air, agregat halus (pasir) dan agregat

kasar (batu pecah atau kerikil), udara dan kadang-kadang campuran tambahan lainnya. Bahan

yang terbentuk ini mempunyai kekuatan tekan yang tinggi dan ketahan tarik yang rendah

atau kira-kira 0.1 kali kekuatan terhadap tekan. Maka penguatan tarik dan geser harus

diberikan pada daerah tarik dari penampang beton untuk mengatasi kelemahan pada daerah

tarik tersebut.

Perancangan komposisi bahan pembentuk beton merupakan penentu kualitas

beton dan berarti pula kualitas system struktur total. Bukan hanya bahannya yang baik

melainkan juga keseragamannya harus dipertahankan pada keseluruhan produk beton.

Karakterisistik beton yang baik adalah sebagai berikut :

a. Kepadatan

Ruang yang ada pada beton sedapat mungkin terisi oleh agregat dan pasta semen.

b. Kekuatan

Beton harus mempunyai kekuatan dan daya tahan internal terhadap berbagai jenis

kegagalan

c. Faktor Air-Semen (FAS)

Factor air-semen harus terkontrol sehingga memenuhi persyaratan kekuatan beton

(2)

d. Tekstur

Permukaan beton ekspos harus mempunyai kerapatan dan kekerasan tekstur yang

tahan segala cuaca.

Untuk mencapai kondisi-kondisi diatas perlu adanya kontrol kualitas yang

baik dengan memperhatikan parameter-parameter penting berikut :

 Kualitas semen

 Proporsi semen terhadap air dalam campurannya  Kekuatan dan kebersihan agregat

 Interaksi atau adhesi antara pasta semen dan agregat

 Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton  Penempatan yang benar, penyelesaian dan kompaksi beton segar

 Perawatan pada temperature yang tidak lebih rendah dari 500F pada saat beton

hendak mencapai kekuatannya

 Kandungan klorida tidak melebihi 0.15% dalam beton ekspos dan 1% untuk

beton terlindung

Perilaku beton yang mudah dibuat dalam berbagai bentuk dapat dipadukan

menjadi suatu sistem struktur yang menyeluruh. Secara garis besar komponen-komponennya

dapat diklasifikasikan atas (1) slab atau pelat, (2) balok, (3) kolom, (4) dinding, dan (5)

pondasi.

Kuat tekan beton (fc’) didasarkan atas silinder standar 6 in x 12 in yang diolah

(3)

`

Gambar 2.1 Kebutuhan prinsipil beton yang baik

(Nawy, 2008)

II. 2. Material Beton Prategang

II.2.1 Beton

Beton, khususnya beton mutu tinggi adalah komponen utama dari semua

elemen beton prategang. Dengan demikian, kekuatan dan daya tahan jangka panjang beton

prategang harus diperoleh dengan menggunakan jaminan kualitas dan kontrol kualitas yang

memadai pada tiap tahap produksinya. Beton yang digunakan untuk beton prategang adalah

yang mempunyai kekuatan tekan yang cukup tinggi dengan nilai f’c antara 30-45 MPa. Kuat

tekan yang tinggi diperlukanuntuk menahan tegangan tekan pada serta tertekan,

Beton ideal tahan lama Jenis semen yang sesuai MgO, C3A rendah bebas

kapur K2O dan Na2O

Tahan cuaca dan bahan-bahan kimia

Tahan terhadap kerusakan

Kekuatan

Ekonomi -jenis semen yang sesuai

-faktor air-semen kecil -perawatan yang baik -agregat tahan alkali -menggunakan polimer pada

campuran -udara yang terikat

-pasta berkualitas baik -faktor air-semen kecil -kandungan semen optimal -agregat segar bergradasi dan digetarkan

-kandungan udara rendah

-banyak agregat berukuran maksimum

-bergradasi elemen minimum -kandungan semen minimum -operasi otomatisasi optimal -campuran dan udara terikat -kontrol dan jaminan kualitas

-faktor air-semen kecil -perawatan yang sesuai -beton homogen, padat -kekuatan tinggi -agregat tahan rusak -permukaan tekstur baik

Proporsi terkontrol

Ma Kontrol kualitas

(4)

penggangkuran tendon, mencegah terjadinya keretakan, mempunyai modulus elastisitas yang

tinggi dan mengalami rangkak lebih kecil. Kuat tarik beton mempunyai harga yang jauh lebih

rendah dari kuat tekannya. Untuk tujuan desain, SNI 2002 menetapkan kuat tarik beton

sebesar σts = 0.5√�′�sedangkan ACI 318 sebesar σts = 0.6√�′�. Sementara modulus elastisitas

beton Ec ditentukan dengan persamaan Ec = 4700√�′�.

II.2.2 Baja Prategang

Baja ptrategang dapat berbentuk kawat-kawat tunggal (wires), untaian kawat

yang dipuntir membentuk elemen tunggal (strand) dan batang-batang bermutu tinggi (bars).

Ada tiga jenis yang umum digunakan :

1. Kawat-kawat relaksasi rendah atau stress-relieved tak berlapisan

2. Strands relaksasi rendah atau stress-relieved strands tak berlapisan

3. Batang-batang baja mutu tinggi tak berlapisan

Strands terbuat dari tujuh kawat dengan memuntir enam diantaranya pada

pitch sebesar 12 sampai 16 kali diameter disekeliling kawat lurus yang sedikit lebih besar.

Pelepasan tegangan dilakukan sesudah kawat-kawat dijalin menjadi strand. Besaran

geometris kawat dan strands sebagaimana diisyartakan dalam ASTM masing-masing

tercantum dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Kawat-Kawat untuk Beton Prategang (Nawy,2001)

Diameter Nominal (in)

Kuat tarik minimum (Psi) Tegangan minimum pada ekstensi 1% (Psi)

Tipe BA Tipe WA Tipe BA Tipe WA

0.192 250.000 212.500

0.196 240.000 250.000 204.000 212.500

0.25 240.000 240.000 204.000 204.000

(5)

Tabel 2.2 Strand Standar Tujuh Kawat untuk Beton Prategang (Nawy,2001)

*100.000 psi = 689,5 MPa

0,1 in = 2,54 mm, 1 in2 = 645 mm2

Berat : kalikan dengan 1,49 untuk mendapatkan berat dalam kg per 1000 m 1000 lb = 4448

II. 3. Prinsip Dasar Prategang

Karena rendahnya kapasitas tarik beton, maka retak lentur terjadi pada taraf

pemebebanan masih rendah. Untuk mengurangi atau mencegah berkembangnya retak

tersebut, gaya konsentris atau eksentris diberikan dalam arah longitudinal elemen

structural. Gaya longitudinal yang diterapkan disebut gaya prategang, yaitu gaya

tekan yang memberikan prategang pada penampang disepanjang bentang suatu

elemen struktural sebelum bekerjanya beban mati dan beban hidup.

Gaya prategang P ditentukan berdasarkan prinsip mekanika dan hubungan

tegangan – regangan. Perhatikan gambar distribusi tegangan serat beton pada balok

persegi panjang berikut ini.

Diameter Kuat patah Luas baja nominal Berat nominal Beban minimum

Nominal strand strand strand pada ekstensi 1%

(6)

Gambar 2.2 Tendon konsentris, hanya prategang

Gambar 2.3 Tendon konsentris, berat sendiri ditambahkan

Gambar 2.4 Tendon eksentris, hanya prategang

Gambar 2.5 Tendon eksentris, berat sendiri ditambahkan

(Nawy, 2001)

Sebuah balok persegi panjang yang ditumpu sederhana yang mengalami gaya

prategang P konsentris, tegnagannya : ………. (2.1)

Jika beban transversal bekerja pada balok, yang menimbulkan momen M di

tengah bentang, maka tegangannya menjadi : ……….… (2.2)

……… (2.3)

f =� �

f '=−�

� -

� �

f b=−�

� +

(7)

Jika tendon diletakkan pada eksentrisitas e dari pusat berat beton maka timbul momen Pe dan

tegangan tengah bentang menjadi :

………...……… (2.4)

………... (2.5)

Dimana : f’ = tegangan di serat atas

fb = tegangan di serat bawah

e = eksentrisitas penampang

M = momen akibat beban luar

W = momen tahan

II. 4 Sistem Pemberian Prategang

Ada dua cara pemberian gaya prategang dari tendon kepada beton, yaitu :

1. Pretensioned Prestress

Sistem pemberian gaya prategang dengan terlebih dahulu menarik baja

prategang (tendon) sebelum dilakukan pengecoran. Cara ini biasanya dilakukan di

laboratorium atau di pabrik beton dimana terdapat angkur ataupun lantai yang tetap

sebagai penahan tarikan. Pada cara ini, tendon pertama-tama ditarik dan diangkur pada

abutmen tetap. Beton dicor pada cetakan yang sudah disediakan dengan melingkupi

tendon yang sudah ditarik tersebut. Jika kekuatan beton sudah mencapai yang

disyaratkan maka tendon dipotong atau angkurnya dilepas. Pada saat baja yang ditarik

berusaha untuk berkontraksi, beton akan tertekan. Pada cara ini tidak digunakan

(8)

(a) Tendon ditarik dan diangkur

(b) Beton di cor dan dibiarkan mongering

(c) Tendon dilepas, gaya tekan ditransfer ke beton

Gambar. 2.6 Proses pembuatan beton prategang pratarik

(Andri Budiadi, 2008)

2. Post-Tensioned Prestress

Sistem pemberian gaya prategang dengan mencor telebih dahulu betonnya

lalu kemudian baja prategang (tendon) ditarik setelah beton mencapai sebagian besar

kuat betonnya. Dengan cetakan yang sudah disediakan, beton dicor di sekeliling

selongsong. Posisi selongsong diatur sesuai dengan bidang momen dari struktur.

Biasanya baja tendon tetap berada di dalam selongsong selama pengecoran. Jika beton

sudah mencapai kekuatan tertentu, tendon ditarik. Tendon bisa ditarik di satu sisi dan di

sisi lain diangkur. Atau tendon ditarik diu dua sisi dan diangkur secara bersamaan.

Beton menjadi tertekan setalah pengangkuran.

(9)

(b) Tendon ditarik dan gaya tekan ditransfer

(c) Tendon diangkur dan di-grouting

Gambar. 2.7 Proses pembuatan beton prategang pascatarik

(Andri Budiadi, 2008)

II. 5 Sistem Hollow Core Slab (HCS)

Hollow core slab adalah bagian dari beton prategang pracetak dengan lubang

menerus yang dibuat untuk mengurangi berat dan harga sebagai keuntungan tambahan, yang

digunakan untuk menyembunyikan kabel listrik maupun mesin-mesin. Umumnya digunakan

sebagai sistem pelat lantai dan atap.

II. 5. 1 Metode Pembuatan

Pemahaman tentang penggunaan metode pembuatan hollow core slab akan

membantu memberikan pertimbangan-pertimbangan khusus yang terkadang disyaratkan

dalam penggunaan hollow core slab. Hollow core slab dicetak menggunakan beragam

variasi. Ada tujuh variasi yang ada saat ini. Karena masing-masing sistem ini sudah

dipatenkan, produser biasanya menetapkan franchise atau surat izin berdasarkan latar

belakang, pengetahuan, dan keahlian disediakan dengan perkembangan mesin.

Ada dua dasar dalam pembuatan hollow core slab yang saat ini banyak digunakan.

Pertama, cetakan kering dengan atau sistem tekanan (extruder) dimana beton dengan slump

(10)

dengan beton yang dipadatkan di sekitar inti. Kedua, sistem menggunakan beton dengan

slump yang lebih tinggi. Sisi-sisinya dibentuk dengan stasionary, cetakan baku atau cetakan

yang dikaitkan ke mesin dengan sisi-sisinya dibentuk lebih kecil (slip forming system). Inti

pelat dengan slump normal, atau cetakan basah, sistem dibentuk dengan agregat kelas ringan

dituang melalui pipa yang dikait ke mesin, pipa berisi udara diangkurkan dalam bentuk kaku

atau pipa panjang di kait ke mesin pencetak dengan bentuk inti yang lebih kecil.

Proses pembuatan pelat pracetak di pabrik adalah sebagai berikut :

a. Proses Batching and Mixing

Biasanya pabrik beton pracetak memiliki tempat penyimpanan bahan-bahan

pembuat beton seperti agregat, pasir dan semen. Kesemua bahan beton diangkut

dari batching plan menuju proses pencampuran beton (mixing). Perencanaan

campuran beton menggunakan bantuan program dan diawasi dengan ketat untuk

mendapatkan mutu yang sesuai kebutuhan pracetak.

(11)

Cetakan pelat dipersiapkan sesuai ukuran lebar yang diinginkan sementara

panjangnya bisa dibuat sesuai dengan kapasitas cetakan pabrik karena nantinya

dapat dipotong sesuai panjang rencana. Pada proses ini, kabel prategang

dimasukkan dan disusun ke dalam cetakan kemudian dikunci dan dihubungkan ke

jacking (alat penarik kabel).

c. Penarikan Kabel Prategang (Prestressing)

Penarikan kabel prategang dilakukan sesuai dengan gaya prategang yang akan

diterima beton.

d. Pengecoran

Sebuah mesin yang memiliki cetakan yang akan membentuk lubang pada pelat

diletakkan ke atas bed cetakan pelat. Mesin ini memiliki corong di bagian atas

(12)

beton dari tempat mixing plan untuk dicorkan ke pelat. Mesin cetakan ini terus

bergerak perlahan di sepanjang bed cetakan sambil mencor pelat.

e. Perawatan (Curing)

Pelat hollow yang telah dicor dilakukan perawatan dengan cara melapisi beton

dengan penutup basah atau dengan metode perawatan lainnya. Hal ini bertujuan

agar beton tidak terlalu cepat kehilangan air sehingga mutu beton dapat tercapai

dan tidak terjadi susut yang berlebihan pada beton.

f. Proses Pemotongan (Cutting)

Pelat diptong sesuai ukuran panjang yang direncanakan. Kemudian

(13)

g. Kontrol Kualitas (Quality Control)

Sampel beton diuji kuat tekan di laboratorium untuk mengetahui apakah mutu

beton yang diinginkan telah tercapai. Apabila beton telah memenuhi syarat, pelat

hollow pracetak siap untuk dipasarkan.

II. 5. 2 Material Pembentuk Hollow Core Slab

Seperti yang telah dijelaskan di atas, hollow core slab dibuat dengan dua dasar

pencampuran beton, beton dengan slump rendah dan beton dengan slump normal. Untuk

beton dengan slump rendah, berat isi air dibatasi lebih sedikit daripada hidrasi semen yang

disyaratkan. Rasio air-semen umumnya adalah 0,3. Sementara itu, untuk cetakan basah

(14)

sistem slip forming, digunakan slump beton 2 sampai 5 inci (50 – 130 mm). Desain formula

kerja campuran beton (mix design) dan penggunaan bahan tambah bergantung pada

pencapaian campuran yang akan membuat bentuk pelat tetap konsisten dengan menggunakan

teknik tertentu.

Variasi agregat yang digunakan tergantung dari ketersediaan agregat di daerah

masing-masing. Ukuran agregat maksimum yang lebih besar dari batu jenis pea gravel jarang

digunakan karena terbatasnya area beton pada pelat. Agregat kelas ringan terkadang

digunakan, untuk mengurangi berat pelat. Berat beton per unit pelat berkisar 1760 – 2400

kg/m3.

Kabel prategang (strand) yang digunakan tidak dibatasi ukurannya. Ukuran dan jenis

nya dipilih berdasarkan yang ada di pasaran. Kebanyakan saat ini ukuran stand yang

digunakan adalah diameter ½ in (13mm), strand relaksasi rendah.

Apabila diperlukan penggunaan penutup grouting, grout dapat dibuat dengan

pancampuran pasir dan semen Portland dengan perbandingan 3:1. Biasanya campuran dibuat

basah untuk memudahkan pengisiannya.

II. 5. 3 Jenis-Jenis Hollow Core Slab

Menurut PCI (Precast Concrete Institute) ada beberapa jenis pelat lantai hollow core,

yaitu :

(15)

2. Dynaspan

3. Elematic

4. Flexicore

5. Spancrete

6. Ultralight Spancrete

(16)

8. Ultra Span

Tabel 2.3 Sistem Hollow Core (PCI, 1998)

Jenis Hollow Core Slab

Tipe Mesin Type beton / Slump Bentuk inti

Dy-Core Pipa berisi udara

Pipa Pengisi Agregat

Kayu

II. 5. 4 Keuntungan Penggunaan Hollow Core Slab 1. Efisien dan ringan

Adanya lubang pada pelat hollow core slab dan pemberian prategang akan

mengurangi volume beton pelat tanpa mengurangi kekuatan pelat tersebut.

2. Dicetak di pabrik

Pelat hollow core dibentuk dan dicetak di pabrik menggunakan mesin, sehingga

dimensi panjang, lebar dan lubangnya dapat disesuaikan. Kualitas dan mutu hollow

core slab akan dipantau dan dikendalikan dengan baik di pabrik. Hollow core slab

yang sudah siap dicetak disimpan di pabrik, dan akan dikirim sesuai dengan cepat

sesuai dengan jadwal proyek.

(17)

Sistem ini dapat dengan cepat dipasang di lapangan dengan bantuan crane. Kecepatan

pemasangan akan mengurangi biaya yang dikeluarkan di lapangan.

4. Mengurangi jumlah pekerja

Jumlah pekerja yang dibutuhkan di lapangan lebih sedikit karena pelat di cetak di

pabrik.

5. Mengurangi perancah atau penyanggah

Sistem ini tidak menggunakan banyak perancah saat di lapangan.

6. Fleksibilitas pelat

Bagian atas pelat hollow core dapat diberi topping sebagai penutup lantai dengan

mengkombinasikan semen latex dengan ketebalan berkisar ½ - 2 in (13-51mm)

tergantung material yang digunakan. Bagian bawah dapat digunakan sebagai bagian

yang sudah selesai pada finishing bangunan sehingga bias langsung dilakukan

pengecatan.

7. Bentang yang panjang

Pelat hollow core dapat dibuat sampai 20 m jarak bebas kolom sehingga dapat

digunakan untuk efektifitas ruangan.

8. Tahan terhadap api

9. Kedap suara

Pelar hollow core dapat mengurangi jumlah suara yang dipancarkan oleh bangunan

10.Efektifitas lubang pelat

Lubang pada hollow core slab dapat digunakan untuk menyimpan dan

menyembunyikan kabel-kabel listrik, telepon, dan mesin-mesin lainnya pada

(18)

II. 6. Perencanaan Hollow Core Slab

Perencanaan hollow core slab diatur oleh ACI (318-95) Building Code

Requirements for Structural Concrete. Seperti beton prategang pada umumnya, hollow core

slab dikontrol terhadap tegangan transfer prategang, tegangan saat pengangkatan, tegangan

layan, lendutan, dan perencanaan kuat lentur dan geser ultimit.

II. 6. 1 Perencanaan Lentur

SNI 2002 Pasal 20.4 menampilkan persyaratan untuk desain lentur beton prategang.

Pembatasan dari SNI adalah sebagai berikut :

II. 6. 1. 1 Tegangan izin saat transfer prategang (sebelum terjadinya kehilangan prategang

yang bergantung kepada waktu) tidak boleh melebihi yang berikut :

a. Tegangan tekan di serat terluar………... 0,60 f’ci

b. Tegangan tarik di serat terluar, kecuali yang ditetapkan di (c)………. 0,25

f’ci

c. Tegangan tarik di serat terluar di ujung balok yang ditumpu sederhana ……. 0,5√f’ci

II. 6. 1. 2 Tegangan di beton pada kondisi beban kerja (sesudah semua kehilangan

prategang) tidak boleh melebihi yang berikut :

a. Tegangan tekan di serat terluar akibat prategang ditambah beban tetap……... 0,45 f’c

b. Tegangan tekan di serat terluar akibat prategang ditambah beban total………. 0,60 f’c

c. Tegangan tarik di serat terluar pada daerah tarik yang semula tekan…………. 0,5 f’c

d. Teganagn tarik di serat terluar pada daerah atrik yang semula juga tarik pada

komponen struktur (kecuali sistem slab dua arah ), dimana analisis yang didasarkan

atas penampang terak tertransformasi dan atas hubungan momen defleksi bilinear

menunjukkan bahwa defleksi segera dan jangka panjang memenuhi persyaratan

(19)

II. 6. 2. Kehilangan Prategang

Kehilangan gaya prategang muncul dari perilaku beton prategang itu sendiri. Tidak

dapat dipungkiri dalam kurun waktu lima tahun beton mengalami proses reduksi yang

progresif. Dengan demikian, tahapan gaya prategang perlu ditentukan pada setiap tahap

pembebanan, dari tahap transfer gaya prategang ke beton sampai ke berbagai tahap prategang

yang terjadi pada kondisi beban kerja, hingga mencapai ultimit. Kehilangan gaya prategang

dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori:

1. Kehilangan seketika (immediate losses), yaitu kehilangan elastis yang terjadi

segera setelah proses pabrikasi atau konstruksi, termasuk perpendekan elastis,

kehilangan karena pengangkeran, dan kehilangan karena gesekan.

2. Kehilangan tergantung waktu (time dependent losses), yaitu kehilangan yang

terjadi oleh proses penuaan beton selama dalam pemakaian meliputi susut,

rangkak dan relaksasi baja.

a. Perpendekan elastis

Beton memendek pada saat gaya prategang bekerja, karena tendon yang melekat pada

beton disekitarnya secara simultan juga memendek maka tendon tersebut akan kehilangan

sebagian dari gaya prategang yang dipikulnya. Kehilangan gaya prategang akibat

perpendekan elastis pratarik dapat dihitung dengan rumus :

ES = Kes

(20)

Eci = modulus elastis beton saat tegangan awal

Fcir = tegangan di beton pada level pusat berat baja segera setelah transfer

Pi = gaya prategang awal

Mg = Momen akibat berat sendiri

b. Rangkak pada beton

Deformasi atau aliran lateral yang terjadi akibat tegangan longitudinal disebut

rangkak. Rangkak hanya terjadi akibat beban yang terus-menerus selama riwayat

pembebanan suatu elemen struktural.

CR = Kcr Es

Ec ( fcir - fcds ) ………...

(2.8)

Kcr = 2,0 untuk pratarik dengan berat normal

= 1,6 untuk pratarik dengan berat ringan

fcds = Msd e

I

c. Susut pada beton

Faktor-faktor yang memepengaruhi besarnya susut pada beton adalah proporsi

campuran, tipe agregat, tipe semen, waktu perawatan, waktu antara akhir perawatan eksternal

dan pemberian tegangan, ukuran komponen struktur dan kondisi lingkungan.

Berdasarkan “Beton Prategang” karangan Edward G. Nawy, untuk kondisi standar,

Prestressed Concrete Institute menetapkan nilai rata-rata untuk regangan susut ultimit

nominal (ЄSH)u = 820 x 10-6 in./in. (mm/mm). Kehilangan prategang pada komponen struktur

pratarik adalah :

SH = ЄSH x Es ………. (2.9)

Untuk komponen pascatarik dihitung :

SH = 8,2 x 10-6 Ksh Es (1- 0,06V

(21)

Ksh = 1,0 untuk pratarik

RH = kelembaban relatif lingkungan

V

S = rasio volume-permukaan

N. Krishna Raju dalam buku “Beton Prategang” mengatakan bahwa mengacu pada

peraturan standar India (IS : 1343) kehilangan prategang akibat susut beton bernilai ЄSH =

ЄSH = 300 x 10-6 satuan untuk pratarik dan �

200 � 10−6

���10 (�+2)� untuk pascatarik, dimana t adalah

umur beton pada saat transfer dalam hari.

d. Relaksasi baja

Tendon stress-relieved mengalami kehilangan pada gaya prategang sebagai akibat

dari perpanjangan konstan terhadap waktu. Besar pengurangan prategang bergantung tidak

hanya pada durasi gaya prategang yang ditahan, melainkan juga pada rasio antara prategang

awal dan kuat leleh baja prategang fpi/fpy. Peraturan ACI (318-99) membatasi tegangan tarik

di tendon prategang sebagai berikut :

- Untuk tegangan akibat gaya pendongkrakan tendon, fpj = 0,94 fpy tetapi tidak

lebih besar daripada terkecil diantara 0,80 fpu dan nilai maksimum yang

disarankan oleh pembuat tendon dan angker

- Segera setelah transfer prategang, fpi = 0,82 fpy tetapi tidak lebih besar dari

pada 0,74fpu

- Pada tendon pascatarik, di pengangkeran dan perangkai segera setelah

transfer gaya = 0,70 fpu

Nilai fpy dapat dihitung dari :

Batang prategang fpy = 0,80 fpu

Tendon stress-relieved fpy = 0,85 fpu

Tendon relaksasi rendah fpy = 0,90 fpu

(22)

e. Total kehilangan prategang

Kehilangan total = ES + CR + SH + RE ………..……….. (2.12)

Tabel 2.4 Nilai Kre dan J untuk Tiap Jenis Tendon (PCI, 2008)

Tipe Tendon Kre (psi) J

Kabel wires atau srand stress-relieved mutu 270 20.000 0,15

Kabel wires atau srand stress-relieved mutu 250 18.500 0,14

Kabel wires stress-relieved mutu 240 atau 235 17.600 0,13

Kabel strand relaksasi rendah mutu 270 5000 0,04

Kabel wires relaksasi rendah mutu 250 4630 0,037

Kabel wires relaksasi rendah mutu 240 atau 235 4400 0,035

Bar relaksasi rendah mutu 145 atau 160 6000 0,05

Tabel 2.5 Nilai C (PCI, 2008)

fsi/fpu Tegangan Kabel

Tegangan Batang (Bar) atau Kabel Relaksasi Rendah

(23)

II. 6. 3. Tegangan saat transfer

Ketika kabel prategang dipotong dan tekanan diberikan kepada beton, hanya berat

sendiri yang menahan tegangan eksentrisitas. Kontrol tegangan diperlukan pada titik ini

untuk menentukan kekuatan beton yang diizinkan untuk mencegah retak pada sisi tarik atau

hancur pada sisi tekan. Kuat beton pada saat transfer mungkin hanya 50 – 60 % pada

kekuatan rencana 28 hari.

II. 6. 4 Tegangan beban layan (Service load stresses)

Tegangan beban layan adalah ukuran performa dan kemampuan layan

(serviceability). Dalam hal ini beton dikatakan memiliki kemampuan layan apabila defleksi

dan tegangan telah dikontrol, untuk menentukan ukuran penampang dan besarnya retak yang

mungkin terjadi pada penampang yang akan digunakan.

Beton yang memiliki kamampuan layan mengasumsikan bahwa semua kehilangan

prategang telah terjadi. Perhitungan tegangan dibandingkan dengan tegangan izin pada

bagian II. 6. 1. Hollow core slab biasanya didesain tidak mengalami retak pada saat beban

layan penuh. Batas tegangan tarik yang umum digunakan diantara 6 �f′c dan 7,5�f′c. Pada

keadaan khusus, saat lendutan dan retak dinyatakan aman atau tidak bermasalah, sampai

batas 12�f′c dapat digunakan.

II. 6. 5 Lawan Lendut (Camber) dan Lendutan (Deflection)

Lawan lendut (camber)

Lawan lendut adalah lendutan ke arah atas akibat gaya prategang yang diberikan

(24)

ditetapkan oleh beban rencana dan panjang bentang, lawan lendut didapat dari desain

penampang itu sendiri. Namun, persyaratan lawan lendut tidak dispesifikasikan.

Hollow core slab dibuat menggunakan bentuk strand yang lurus. Pengunaan tanda (+)

untuk gerakan arak ke atas dan (-) untuk arah ke bawah. Lawan lendut dapat dihutung

menggunakan :

Tabel 2. 6 Faktor Pengali Lawan Lendut dan Lendutan (PCI, 2008)

Kondisi Tanpa Topping

Dengan Topping Komposit

Saat Pemberian Tegangan :

1. Lendutan (ke bawah) - diaplikasikan pada lendutan elastis akibat berat penampang saat tegangan diberikan

1,85 1,85

2. Lawan lendutan (ke atas) - diaplikasikan pada lawan lendut elastis akibat tegangan pada saat tegangan mulai diberikan

1,80 1,80

Saat Akhir Pemberian Tegangan :

3. Defleksi (ke bawah) - diaplikasikan pada lendutan elastis akibat berat penampang saat tegangan diberikan

2,70 2,40

4. Lawan lendutan (ke atas) - diaplikasikan pada lawan lendut elastis akibat tegangan pada saat tegangan mulai diberikan

2,45 2,20

5. Defleksi (ke bawah) - diaplikasikan pada lendutan elastis akibat berat penampang dan beban mati

3,00 3,00

3. Defleksi (ke bawah) - diaplikasikan pada

lendutan elastis akibat komposit topping - 2,30

Lendutan (deflection)

Akibat rangkak pada beton dapat menimbulkan lendutan pada struktur. Lendutan yang terjadi

pada struktur harus dikontrol terhadap tabel 2.7 berikut. Perhitungan bilinear dengan

(25)

dengan demikian retak terjadi saat tegangan tarik 7,5�f′c. karena pelat hollow core umumnya

direncanakan tidak retak pada layan penuh, pengaruh retak dapat diabaikan.

Tabel 2.7. Batas lendutan maksimum (PCI, 2008)

II. 7. Teori Pelat

II. 7. 1 Teori Hirschfeld

Perhitungan gaya dalam pada pelat dua arah dapat menggunakan metode

Hirschfeld yaitu metode pendekatan pelat seperti balok. Dimana prinsip pada metode ini

yaitu momen pada pelat didistribusikan ke arah x dan y pelat dan bentang terpendek pelat

dianggap memikul momen terbesar. Metode ini dipakai dalam peraturan beton Jerman yakni

DIN.

Lantai yang tidak ditumpu untuk elemen nonstruktur yang mungkin dapat dihancurkan oleh lendutan yang besar

Lendutan seketika akibat beban hidup (L)

Konstruksi atap atau lantai yang ditumpu untuk elemen nonstruktur yang mungkin dapat dihancurkan oleh lendutan yang besar

Konstruksi atap atau lantai yang ditumpu untuk elemen nonstruktur yang tidak mungkin dapat dihancurkan oleh lendutan yang besar

Bagian dari lendutan total yang terjadi setelah ditumpu oleh bagian

nonstruktural (lendutan total akibat semua beban yang bekerja, lendutan seketika akibat penambahan beban hidup)

Atap datar yang tidak ditumpu untuk elemen nonstruktur yang mungkin dapat dihancurkan oleh lendutan yang besar

Batas Ijin Lendutan Lendutan yang Diperhitungkan

Tipe Struktur

Lendutan seketika akibat beban hidup

(26)

²

²

²

Dimana berlaku :

Px = K * P ……….. (2.14)

Py = (1-K) * P ………..……… (2.15)

P = Beban pelat

K = Konstanta pembagi beban (lihat tabel 2.8)

Tabel 2.8 Nilai K Berdasarkan Tumpuan Pelat (Hake & Meskouris, 2007)

Tipe Tumpuan

lx

ly

K

Ɛ4 1 + Ɛ4

2Ɛ4 5 + 2Ɛ4

Ɛ4 5 + Ɛ4

Ɛ4 1 + Ɛ4

2Ɛ4 1 + 2Ɛ4

Ɛ4 1 + Ɛ4

= ��

(27)

Lendutan ditentukan berdasarkan tumpuannya (perhatikan gambar 2.9).

Gambar 2.8 Persamaan lendutan dengan berbagai perletakan

II. 7. 2 Teori Pelat Silindris (Thimosenko)

Pelat dengan permukaan yang dilenturkan dari sebagian pelat pada jarak yang

jauh dari ujung-ujungnya dapat dianggap silindris, dengan sumbu silinder sejajar terhadap

panjang pelat. Biasanya teori pelat silindris digunakan untuk meghitung pelat satu arah.

Perhatikan gambar disamping ini.

Bila lebar pelat dinyatakan dengan l, maka lajur elemen dapat di

Bila tidak ada gaya –gaya normal yang bekerja pada penampang

melintang di bagian ujung batang , maka permukaan netral batang itu

berimpit dengan permukaan tengah pelat dan perpanjangan satuan dari serat yang sejajar

terhadap sumbu x ternyata berbanding lurus dengan jarak z serat itu dari permukaan tengah.

Lendutan dari kurva lendutan diambil sebesar –d2 w / dx2, dimana w yaitu lendutan

batang pada arah z dianggap kecil dibandingkan dengan panjang batang l. δ = 5

384 ����

4 δ

= 2 384 ����

4 δ = 1

(28)

s

s

Gambar. 2.9 Tegangan pada pelat

(Thimosenko, 1992)

Berdasarkan Hukum Hooke maka perpanjangan satuan єx dan єy yang dinyatakan

dalam tegangan-tegangan normal σx dan σy dan bekerja pada elemen yang diarsir pada

gambar diatas.

Ɛz = σ

Dimana E adalah modulus elastisitas bahan dan v adalah angka Poisson.

Maka : Ɛx = �

Dengan menotasikan kekakuan pelat:

D = � . ℎ3

(29)

Pelat Silindris di Tumpuan Sederhana

Persamaan tersebut merupakan diferensial orde dua yang penyelesaian umumnya :

w = C1.sinh

Maka persamaan lendutan menjadi :

(30)

Mmaks = -D (� Nilai u dari persamaan tersebut dicari dengan cara coba-coba.

Grafik berikut membantu dalam menentukan nilai u, dimana :

��0 = �ℎ

Dimana v adalah angka poisson ratio (0,2 untuk beton)

Kemudian menghitung lendutan maksimum dengan persamaan :

wmaks =

(31)
(32)

Grafik 2.2 Mencari nilai f0(u) dan ѱ0 (u)

II. 7. 3 Metode Stiglat/Wippel

Metode ini memberikan kemudahan dalam perhitungan pelat dengan berbagai

kondisi perletakan. Untuk menentukan momen :

M = � . �� .��

Untuk v = 0 ; Max Mx = � . �� .��

Untuk v ≠ 0 ; Max Mx = � .� .� 1

��� +

� ���

Max My = � .� .�

�� +

1

���

Dimana v adalah nilai poisson ratio material pelat, �� adalah � di lapangan arah x, ���

adalah � di tumpuan arah x.

(33)

Tabel 2. 9 Nilai αxf, αyf, αxs, dan αxs pada berbagai kondisi perletakan

(34)

Lendutan pada pelat dicari dengan menggunakan persamaan berikut yaitu :

w = �.��4

�� .� ……….. (2.34)

Dimana P adalah beban, Lx adalah panjang pelat arah x. kw adalah koefisien

lendutan yang nilainya ditentukan berdasarkan tabel 2.10. Dan N adalah kekakuan pelat.

Nilai N dihitung N = �3

12� , d adalah tebal pelat dan E adalah modulus

elastisitas pelat.

Tabel 2.10 Koefisien lendutan metode Stiglat/Wippel (Stiglat, Klaus &

(35)

II. 8 Lendutan pada Pelat Beton Bertulang

Serviceability (kemampuan layan) suatu struktur ditentukan oleh lendutan, retak,

korosi tulangan dan rusaknya permukaan beton. Rusaknya permukaan beton dpat dikurangi

dengan kontrol yang baik pada waktu pengadukan, pengecoran dan perawatn betonnya.

Balok dan pelat jarang sekali digunakan sebagai elemen struktur yang terisolasi,

biasanya menggunakan bagian yang monolit dari suatu sistem yang terintegrasi. Lendutan

yang berlebihan pada suatu pelat lantai dapat menyebabkan dislokasi partisi yang

ditumpunya. Begitu pula lendutan yang berlebihan pada balok dapat menyebabkan rusaknya

partisi di bawahnya, dan lendutan yang berlebihan pada balok di atas jendela dapat

menyebabkan kaca jendela pecah. Dalam hal lantai terbuka atau atap, seperti lantai-lantai

atas garasi parker dapat mnyebabkan rembesan air. Karena hal-hal ini maka kriteria kontrol

lendutan merupakan hal yang penting.

Untuk menghitung lendutan yang terjadi pada berbagai-bagai tumpuan :

Perletakan sederhana, δ = 5

384 �����

4 ………..………....

(2.29)

Perletakan jepit-jepit, δ = 1 384 �����

4 ……….……….………... (2.30)

Perletakan jepit-sendi ditengah bentang, δ = 1

Gambar

Gambar 2.1 Kebutuhan prinsipil beton yang baik
Tabel 2.1 Kawat-Kawat untuk Beton Prategang (Nawy,2001)
Tabel 2.2 Strand Standar Tujuh Kawat untuk Beton Prategang (Nawy,2001)
Gambar 2.5 Tendon eksentris, berat sendiri ditambahkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dekan mengajukan Surat Permohonan bantuan biaya kepada Wakil Rektor II, dengan melampirkan persyaratan yang ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum kegiatan,. Tim

Penelitian ini dapat diketahui bahwa kesesuaian gambar dengan materi pelajaran yang disampaikan membantu siswa dalam memahami pelajaran, hal ini ditandai dengan 20 siswa

Untuk pembuatan dengan cara plastis komposisi yang proporsional pada standar bakaran 900 0 C adalah 40% Halloysite : 60% Kaolin dan atau 30% Halloysite dan 70%

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayat (3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997

Dopant Pt pada katalis TiO 2 dengan morfologi nanotubes jauh lebih baik dibandingkan dengan Pt/TiO 2 nanopartikel. Dengan menggunakan Pt/TiO 2 NT dapat

15 Masalah yang terkait dengan pemerintahan sebaiknya diselesaikan oleh Tokoh adat (raja parhata/orang yang dituakan) dan pemimpin tradisional lainnya.. 16 Masalah yang

Awal mula dia mulai tertarik kepada tempat hiburan malam adalah kebiasaannya yang sering melewati sarkem (pasar kembang). Dari kebiasaannya yang sering lewat sarkem inilah

Siswa yang mampu meregulasi diri ( self regulated learning ), juga memiliki percaya diri dan dapat mengenali dirinya secara baik ( self-esteem ), ditambah dengan dukungan sosial