• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Antara Pemahaman Politik Dengan Tingkat Kesadaran Politik Pekerja Sektor Informal di Kota Kisaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi Antara Pemahaman Politik Dengan Tingkat Kesadaran Politik Pekerja Sektor Informal di Kota Kisaran"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kamus Besar Bahasa Indonesia1

Secara lebih terperinci, kelompok orang-orang yang bekerja sebagai tukang/penarik becak, pedagang kaki lima, pedagang keliling (pedagang jajanan, pakaian, alat elektronik), penyemir sepatu, pedagang asongan, pedagang warung, pembantu rumah tangga, loper koran, sopir/kenek, pengamen, pemungut sampah, tukang catut, penjahit, kuli bangunan, tukang patri, pemulung, pengemis dengan mudah dapat digolongkan sebagai pekerja/pelaku ekonomi sektor informal

menjelaskan bahwa pengertian sektor informal adalah, 1) lingkungan usaha tidak resmi; lapangan pekerjaan yang diciptakan dan diusahakan sendiri oleh pencari kerja (seperti wiraswasta). 2) unit usaha kecil yang melakukan kegiatan produksi dan/atau distribusi barang dan jasa untuk menciptakan lapangan kerja dan penghasilan bagi mereka yang terlibat unit tersebut bekerja dengan keterbatasan, baik modal, fisik, tenaga, maupun keahlian. Di samping pengertian di atas, istilah sektor informal pada saat ini sudah sering sekali terdengar dalam pembicaraan tentang dunia pekerjaan/pelaku ekonomi. Tetapi, hingga saat ini masih banyak ditemukan pihak atau orang yang kurang tepat dalam mendefinisikan istilah ini. Hal ini disebabkan luas dan kompleksnya cakupan sektor informal sehingga mengakibatkan batasannya sulit dirumuskan secara tegas.

2

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan/Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke-3). Jakarta: Balai Pustaka

2

(2)

Hart (1973)3

Pandangan tersebut kemudian dikembangkan Organisasi Buruh Internasional atau

International Labour Organization (ILO) lewat berbagai studinya yang dilakukan di dunia ketiga. Beberapa ciri baku kegiatan sektor informal menurut ILO

adalah orang pertama yang melontarkan gagasan tentang sektor informal secara eksplisit. Hart membagi orang yang bekerja di perkotaan menjadi tiga kelompok, yaitu formal, informal sah dan informal tidak sah. Masing - masing kelompok tersebut dibedakan menurut kegiatan yang dilakukan individu, jumlah pendapatan serta kontribusi pengeluarannya. Kegiatan kelompok informal dicirikan dengan tingkat pendidikan formal yang rendah, jumlah modal usaha yang kecil, perolehan upah rendah, dan bidang usaha yang berskala kecil.

4

Berdasarkan hasil pengamatan para peneliti, hambatan yang mengekang kemajuan sektor informal di daerah perkotaan adalah tidak adanya hukum/peraturan yang mampu memberikan perlindungan (akomodatif) terhadap sektor ini. Sehingga, sektor informal menjadi terkesan sebagai sektor yang berada di luar hukum. Keadaan ini mengakibatkan adanya rasa apatis terhadap hukum dan politik di kalangan sektor informal. Apatisme terhadap politik di kalangan sektor informal menimbulkan kesadaran politik yang apatis juga. Hal ini dapat dilihat dalam setiap Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sering terdengar ucapan dari para pelaku ekonomi sektor informal bahwa siapapun yang memenangkan Pilkada,

adalah:

1) seluruh aktivitasnya bersandar pada sumberdaya sekitar; 2) skala usahanya relatif kecil dan merupakan usaha keluarga;

3) aktivitasnya ditopang oleh teknologi tepat guna dan bersifat padat karya; 4) tenaga kerjanya terdidik atau terlatih dalam pola pola tidak resmi; 5) seluruh aktivitasnya berada di luar jalur yang diatur pemerintah; 6) aktivitasnya bergerak dalam pasar yang sangat bersaing

3

Ketih Hart , “Informal Income Opportunities and Urban Employment in Ghana”, Journal of Modern African Studies , 11 (1) , 1973, hlm. 61-89

4

(3)

sektor informal akan tetap digusur atas nama ketertiban dan keindahan kota oleh kepala daerah.

Menurut Survei LSI5, salah satu gejala penting dalam Pilkada hingga saat ini adalah tingginya angka pemilih yang tidak ikut dalam pemilihan (golput). Di sejumlah wilayah, angka golput ini bahkan mencapai hampir separuh dari jumlah DPT, seperti halnya yang terjadi dalam Pilkada Kota Surabaya, Kota Medan, Kota Banjarmasin, Kota Jayapura, Kota Depok dan Provinsi Kepulauan Riau. Jika kita bandingkan dengan pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Presiden, rata-rata golput Pilkada ini lebih besar (lihat Grafik 1). Pemilu selama Orde Baru mempunyai partisipasi pemilih rata-rata di atas 90%, atau tingkat golput rata-rata di bawah 10%. Pemilu 1999, diikuti oleh 93.3% dari total pemilih terdaftar. Atau hanya 6.7%saja pemih yang tidak menggunakan hak pilihnya (golput). Partisipasi pemilih ini turun menjadi 84.1% pada Pemilu Legislatif 2004. Angka partisipasi pemilih ini makin turun saat Pemilu presiden, baik pada saat putaran pertama maupun kedua, dan turun lagi selama pelaksanaan Pilkada.

Gambar 1. Partisipasi Pemilih (voter turnout) Dalam Beberapa Pemilu dan Pilkada Sumber. Lingkaran Survei Indonesia, Kajian Bulanan, Edisi 05 – September 2007

5

(4)

Pertanyaan yang timbul adalah : Mengapa masyarakat tidak memilih? Secara teoritis, ada tiga teori besar yang menjelaskan mengapa seseorang tidak memilih. Pertama, teori sosiologis. Seseorang tidak ikut dalam pemilihan dijelaskan sebagai akibat dari latar belakang sosiologis tertentu, seperti agama, pendidikan, pekerjaan, ras dan sebagainya. Faktor jenis pekerjaan juga dinilai bisa mempengaruhi keputusan orang ikut pemilihan atau tidak. Kedua, teori psikologis. Keputusan seseorang untuk ikut memilih atau tidak ditentukan oleh kedekatan dengan partai atau kandidat yang maju dalam pemilihan. Makin dekat seseorang dengan partai atau kandidat tertentu, maka makin besar pula kemungkinan seseorang itu untuk terlibat dalam pemilihan. Ketiga, teori ekonomi politik. Teori ini menyatakan bahwa keputusan untuk memilih atau tidak dilandasi oleh pertimbangan rasional, seperti ketidakpercayaan dengan pemilihan yang bisa membawa perubahan lebih baik, atau ketidakpercayaan masalah akan bisa diselesaikan jika pemimpin baru terpilih, dan sebagainya. Pemilih yang tidak percaya dengan pemilihan akan menciptakan keadaan lebih baik, cenderung untuk tidak ikut memilih.6

Pemahaman akan politik sangat penting dalam menimbulkan seorang anggota masyarakat untuk ikut berpartisipasi atau tidak dalam sebuah Pemilihan Umum (Pemilu). Pemahaman politik juga akan membantu pemilih dalam memberikan hak pilihnya kepada

Berdasarkan ketiga teori yang dikemukakan di atas dapat dilihat bahwa kecenderungan yang paling banyak untuk tidak ikut dalam pemilu adalah teori sosiologis dan teori ekonomi politik, dimana kita lihat kecenderungan yang sekarang terjadi di masyarakat adalah sikap pragmatis dalam menjalankan kehidupan sehari hari, dimana masyarakat akan tidak mau melakukan sesuatu apabila tidak membawa keuntungan kepada dirinya, khususnya dari segi ekonomi. Satu hal lagi yang tidak dapat dipungkiri adalah masih rendahnya edukasi kepada masyarakat khususnya di bidang pemahaman dan kesadaran politik mereka.

6

(5)

calon tertentu dalam sebuah Pemilu. Pemahaman politik yang sangat baik tentunya akan menimbulkan kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik.

Sebagaimana diketahui bahwa kesadaran politik menyangkut pengetahuan, minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik. Tingkat kesadaran politik diartikan sebagai tanda bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan dan pembangunan. Tingkat pendidikan politik di masyarakat itu sendiri berbanding lurus dengan tingkat kesadaran berpolitik. Artinya, semakin kuat/tinggi tingkat pendidikan politik dalam suatu kelompok masyarakat masyarakat maka kesadaran politiknya juga akan semakin kuat/tinggi. Dengan memiliki tingkat kesadaran politik yang tinggi, diharapkan terjadi pemulihan sistem politik yang berpegang erat pada Pancasila dan sekaligus akan dapat menciptakan kesejahteraan bersama. Dan ketika tingkat kesadaran berpolitik masyarakat sudah tinggi, maka niscaya dengan sendirinya sistem demokrasi akan berjalan dengan baik yang dengan tentu didasari sikap patriotisme dan nasionalisme yang ada. Pembangunan pengetahuan dan pemahaman warga negara terhadap konsep-konsep politik dasar tertentu menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Karena tanpa adanya upaya pembangunan kesadaran berpolitik, masyarakat yang memiliki kesadaran berpolitik politik yang kritis tidak akan mungkin ditumbuhkan.

Sumatera Utara merupakan provinsi terbesar ketiga di Indonesia. Sebagai provinsi yang besar, Sumatera Utara sangat memiliki arti bagi setiap partai politik untuk menjadi daerah tempat mendulang suara di masa yang akan datang, khususnya dalam Pilpres 2014. Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) telah dilakukan pada tanggal 7 Maret 2013 yang lalu. Pilgubsu kali ini diikuti lima pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, yaitu:

(6)

2. Chairuman Harahap-Fadly Nurzal yang diusung oleh Partai Golkar, PPP dan beberapa partai lainnya,

3. Effendi Simbolon-Djumiran Abdi yang diusung oleh PDI-Perjuangan, PDS dan PPRN, 4. Gus Irawan Pasaribu-Soekirman yang diusung Partai Gerinda, PAN, Partai Barmas, Partai

Pelopor dan beberapa partai lainnya,

5. Amri Tambunan-Rustam Effendi (RE) Nainggolan yang diusung tunggal oleh Partai Demokrat Sumatera Utara.

Selama kampanye terlihat hampir semua ketua partai pendukung calon gubernur dan wakilnya turut serta dalam kampanye. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya arti kemenangan sebagai gubernur Sumatera Utara bagi partai partai pendukung tersebut.

Salah satu pemerintah daerah di Provinsi Sumatera Utara adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Asahan, dengan ibukota Kisaran. Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013 terdapat sekitar 70 ribu orang pemilih7

Jumlah penduduk Kabupaten Asahan berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2000 adalah 935.855 jiwa (termasuk Kabupaten Batubara) termasuk penduduk yang bertempat tinggal tidak tetap dan termasuk urutan ketiga terbesar di Sumatera Utara setelah Kabupaten . Jumlah ini tentunya sangat besar. Pemilih tersebut apabila dibagi berdasarkan pekerjaannya terbagi menjadi dua kelompok yaitu: kelompok yang bekerja di sektor informal dan yang bekerja di sektor formal. Sektor informal merupakan bidang yang banyak ditekuni orang yang berasal dari berbagai tingkat pendidikan, mulai dari tidak tamat SD sampai yang berpendidikan tinggi. Sebagaimana kita ketahui bahwa di bidang sektor informal, tidak terdapat pengaruh/hubungan pendidikan seseorang dengan usaha/kegiatan yang digelutinya.

7

(7)

Deli Serdang dan Kota Medan. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 1990 - 2000 berdasarkan angka terakhir SP 2000 adalah 0,58% per tahun.8

Jumlah penduduk Asahan pada bulan Juni tahun 2009 setelah terpisah dengan Kabupaten Batubara diperkirakan sebesar 700.606 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebesar 188,36 jiwa per km2. Sebagian besar penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan yaitu sebesar 70,58% dan sisanya 29,42% tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga adalah sebanyak 168.019, dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4,2 jiwa. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000-2009 hanya mencapai angka 1,71%. Jika dilihat dari klasifikasi jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2009 lebih sedikit dari penduduk perempuannya, dengan persentase sebesar 49,82% dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,28 yang artinya dari 100 penduduk perempuan terdapat kira-kira 9 penduduk laki-laki.9

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Asahan tampaknya menurun pada tahun 2009. Pada tahun 2008, TPAK di Asahan mencapai angka 63,59%. Tetapi angka ini menurun menjadi 62,2% pada tahun 2009. Jika dilihat dari status pekerjaannya, hampir sepertiga (31,07%) penduduk yang bekerja di Asahan adalah buruh atau karyawan. Penduduk yang berusaha dengan dibantu anggota keluarga mencapai 9,85%, sedangkan penduduk yang Bila dilihat per kecamatan, maka Kecamatan Kisaran Timur merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar dengan tingkat persebaran penduduk sebesar 9,90%. Sedangkan Kecamatan Sei Kepayang Timur adalah yang terkecil, yaitu 1,36%. Untuk kecamatan terpadat, urutan pertama adalah Kecamatan Kisaran Barat, disusul Kisaran Timur dengan kepadatan di atas 1.700 jiwa per km2, dan yang terjarang adalah Kecamatan Bandar Pulau. Hal ini dapat dimaklumi karena Kecamatan Kisaran Barat dan Kisaran Timur terletak di ibukota Kabupaten Asahan.

8

Sumatera Utara Dalam Angka 2011. BPS Sumut 9

(8)

bekerja sebagai pekerja keluarga mencapai 7,42%. Hanya 3,84% penduduk Asahan yang menjadi pengusaha yang mempekerjakan buruh tetap/bukan anggota keluarganya.10

Permasalahan era reformasi saat ini adalah sering dikaitkannya pihak pihak sektor informal dengan “money politic”. Tetapi penulis menganggap hal tersebut tentunya sangat sulit sekali dibuktikan kebenarannya karena sulitnya menemukan bukti - bukti otentik terhadap hal tersebut dan juga keterbatasan kemampuan penulis untuk mengungkapkan hal tersebut. Penulis hanya mencoba menggali sejauh mana tingkat pemahaman para pekerja sektor informal, dan bagaimana keinginan mereka untuk berpartisipasi dalam Pilgubsu 2013. Jumlah penduduk Asahan yang merupakan angkatan kerja pada Agustus 2009 adalah sebanyak 292,16 ribu jiwa, yang terdiri dari 265,19 ribu jiwa dikategorikan bekerja dan sebesar 26,97 ribu jiwa dikategorikan mencari kerja dan tidak bekerja (pengangguran terbuka). Penduduk Asahan yang bekerja ini sebagian besar bekerja pada sektor pertanian yaitu 48,15%. Sektor kedua terbesar dalam menyerap tenaga kerja di Asahan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 16,81%. Sektor lain yang cukup besar peranannya dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa. Dalam hal ini sektor jasa yang dimaksud adalah jasa perorangan, jasa perusahaan dan jasa pemerintahan yaitu sebesar 12,13% saja. Selebihnya bekerja di sektor penggalian dan pertambangan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan.

Penyebaran penduduk Kabupaten Asahan sekitar 15 persen tinggal di Kota Kisaran, dimana mayoritas penduduknya bekerja pada sektor perdagangan dan jasa. Penduduk yang bekerja pada sektor perdagangan dan jasa ini mayoritas bekerja di sektor informal. Apabila dikaitkan dengan Pilgubsu 2013, jumlah pemilih yang bekerja di sektor informal ini cukup signifikan. Permasalahan yang timbul adalah, apakah tingkat partisipasi penduduk yang bekerja di sektor informal sama signifikannya dengan jumlah mereka pada Pilgubsu 2013?

10

(9)

Penulis disini hanya memfokuskan pada ada-tidaknya korelasi (hubungan) antara pemahaman politik dengan tingkat kesadaran politik pekerja sektor informal di Kota Kisaran (dalam hal turut berpartisipasi dalam Pemilihan Gubsu 2013).

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apa yang membuat pekerja sektor informal ikut berpartisipasi dalam berpolitik?

2. Apakah terdapat korelasi antara pemahaman politik dengan tingkat kesadaran politik pekerja sektor informal di Kota Kisaran?

1.3. Pembatasan Penelitian

Untuk dapat membuat sebuah penelitian lebih mendalam dan fokus maka perlu diadakan pembatasan. Adapun batasan penelitian ini hanya difokuskan pada pemahaman politik. Pembatasan dalam hal ini dimaksudkan hanya pada suatu kondisi seseorang dalam menangkap materi yang berhubungan dengan politik, dan ditunjukkan dengan indikator:

1. Seseorang dapat mendeskripsikan pengertian politik secara awam.

2. Seseorang dapat menjelaskan jenis-jenis sistem politik yang berlaku di Indonesia 3. Seseorang mengetahui secara umum fungsi partai politik, dan

4. Seseorang bisa menjelaskan bahwa Pilgubsu 2013 merupakan bagian dari politik yang ada di Indonesia)

(10)

berpartisipasi pada kegiatan politik, dalam hal ini adalah Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian, yang menguraikan apa yang akan dicapai dan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian tesebut. Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hal yang mendorong pekerja sektor informal ikut berpartisipasi dalam di Kota Kisaran

2. Untuk mengetahui kesadaran politik pekerja sektor informal di kota Kisaran untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013

3. Untuk mengetahui hubungan korelasional antara pemahaman politik dengan kesadaran politik pekerja sektor Informal di Kota Kisaran.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Tujuan akhir dari suatu penelitian ilmiah adalah agar dapat bermanfaat bagi suatu bidang keilmuan. Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:

(11)

b. Secara praktis, diharapkan dapat menerangkan korelasi pemahaman politik dan tingkat kesadaran politik pekerja sektor informal di Kota Kisaran.

1.5. Kerangka Teori

1.5.1. Pengertian Politik

Politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu“polis” yang berarti kota atau negara. Istilah ini kemudian berkembang menjadi polities yang berarti warganegara,

politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara, politika yang berarti

pemerintahan negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan.

Perhatian dan sentral politik adalah penyelesaian konflik antar manusia, proses pembuatan putusan - putusan ataupun pengembangan kebijakan - kebijakan secara otoritas yang mengalokasikan sumber - sumber dan nilai - nilai tertentu atau pelaksanaan kekuasaan dan pengaruhnya di dalam masyarakat.11

Pengertian politik berdasarkan penggunaannya meliputi dalam arti kepentingan umum dan politik dalam arti kebijakan (policy)12

11 Maran, Rafael Raga, 2001 Pengantar Sosiologi Politik. Rineke Cipta. Jakarta. Hal 58 12

Haryono, P. 2006. Menggali Latar Belakang Streotip dan Persoalan Etnis Cina di Jawa. Penerbit Mutiara Wacan. Semarang. Hal 116

(12)

Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan negara atau tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh penguasa negara. Dalam beberapa aspek kehidupan, manusia sering melakukan tindakan politik, baik politik dagang, budaya, sosial, maupun dalam aspek kehidupan lainnya. Politik yakni kesadaran bermasyarakat, bukanlah sesuatu hal yang harus dihindarkan. Tetapi politik harus diselenggarakan sesuai kebutuhan, dan politik harus dapat menjawab tantangan hari depan.

Dengan demikian dapat disimpulkan politik merupakan segala sesuatu yang menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Dan berhubungan dengan kewarganegaraan dalam bermasyarakat, politik ini menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan-kegiatan perseorangan. Politik merupakan kesadaran bermasyarakat dan politik yang dihadapi dalam permasalahan sehari-hari dalam masyarakat serta tentang negara dan pemerintahan.

1.5.2. Pemahaman Politik

Pemahaman berasal dari kata “paham” yang artinya mengenal benar akan suatu hal. Pemahaman (comprehention) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan dengan sebaik-baiknya terhadap objek yang dipelajari.

Pemahaman juga adalah mempertahankan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberi contoh, menuliskan kembali, memperkirakan.13

13

(13)

hubungan yang sederhana di antara fakta dan konsep dari suatu bahan yang telah dipelajarinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman adalah suatu kemampuan berpikir seseorang untuk dapat menginterprestasikan materi yang diperoleh dengan menjelaskan, menyimpulkan, serta merumuskannya dan memberikan contoh secara benar. Seseorang yang paham berarti mereka mengerti secara benar apa yang diketahuinya.

Pengukuran pemahaman yang sering digunakan adalah kognitif, afektif, dan psikomotorik14

Pemahaman seseorang terhadap suatu obyek atau peristiwa dimulai dari tahap awal hingga tahap akhir yang menunjukkan seseorang tidak hanya mengetahui suatu masalah . Pemahaman merupakan salah satu tingkatan dari aspek perilaku kognitif. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi/penilaian. Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Pengetahuan, adalah aspek yang paling penting, seseorang dituntut untuk mengenali dan mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah dan lain sebagainya, dan harus mengerti atau dapat menggunakannya

2) Pemahaman diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek dan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebaik-baiknya terhadap objek yang dipelajari

3) Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dari situasi atau kondisi riil. Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis artinya menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, hal itu merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian itu dilakukan berdasarkan berbagai kriteria yang telah ada.

14

(14)

tetapi juga mengerti serta memahami apa yang telah ia pelajari. Tingkatan pemahaman menurut Buxton dalam Wahyudi15

a. Tingkatan pertama disebut tingkatan pemahaman meniru (role learning). dibagi dalam empat tingkatan, sebagai berikut:

b. Tingkatan kedua disebut tingkatan pemahaman observasi (observational understanding).

c. Tingkatan ketiga disebut tingkatan pemahaman pencerahan (insightful understanding). Seseorang telah melakukan kegiatan dengan benar setelah beberapa waktu kemudian dia menyadari bagaimana dia telah berhasil menyelesaikan kegiatan tersebut.

d. Tingkatan keempat disebut tingkatan pemahaman relasional(rational understanding). Pada tingkatan ini, seseorang tidak hanya tahu tentang penyelesaian suatu masalah, tetapi dia juga dapat menerapkannya pada situasi lain, baik yang relevan maupun yang lebih kompleks.

Berdasarkan tingkatan pemahaman diatas, dapat dikatakan bahwa sangatlah penting untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman yang diperoleh atas pengalaman yang telah dilalui. Seseorang dengan kemampuan kognitif tinggi biasanya lebih mudah memahami dibandingkan dengan seseorang yang memiliki kemampuan kognitif rendah.

1.5.3. Definisi Konseptual Pemahaman Tentang Politik

Pemahaman tentang politik adalah suatu kondisi dimana seseorang mengerti secara benar dan tahu akan permasalahan yang berhubungan dengan pemerintahanmaupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat dan hubungannya dengan lingkungan sosial masyarakatnya. Pemahaman politik secara konseptual dapat diartikan sebagai suatu kondisi seseorang dalam menangkap materi yang berhubungan dengan politik.

Setelah diketahui definisi konseptual pemahaman politik selanjutnya dijelaskan definisi operasional pemahaman politik.

15

(15)

1.5.4. Definisi Operasional Pemahaman Tentang Politik

Pemahaman dalam hal tentang materi politik disini khususnya dipilih yaitu secara umum yang biasa diketahui oleh masyarakat, di antaranya yaitu yang akan dijabarkan kedalam beberapa indikator di bawah ini :

1. Mendeskripsikan pengertian politik

2. Menjelaskan tentang macam-macam sistem politik yang berlaku di Indonesia 3. Menganalisis tentang fungsi partai politik

4. Mendeskripsikan bentuk-bentuk partisipasi politik

1.5.5. Pengertian Kesadaran Politik

Kesadaran adalah suatu kondisi psikologis yang tanggap terhadap sesuatu hal, sedangkan politik adalah segala hal ikhwal tentang negara. Jadi kesadaran politik berarti suatu kondisi psikologis yang tanggap terhadap segala hal ikhwal negara16

Manusia yang sadar ialah manusia yang memiliki pandangan ideologi yang kritis, rasa keterikatan dengan masyarakat tertentu dan mengenal kondisi komunitas tersebut. Manusia yang memiliki rasa tanggung jawab individu dalam menghadapi problematikanya, karakternya diformat oleh perasaan kolektif dan partisipasif dalam perjalanan dan pekerjaan masyarakatnya. Dengan kesadaran itu ia benar-benar mengerti dan mampu menangkap situasi dan kondisi zaman dan masyarakat setempat.

. Jika kesadaran politik itu berarti tanggap terhadap segala hal ikhwal kenegaraan, hal ini berarti bahwa apabila seseorang meningkatkan kesadaran politiknya, maka orang tersebut pasti lebih tanggap terhadap hal ikhwal kenegaraan.

17

Kasadaran adalah pengetahuan yang kritis, pandangan yang benar terhadap realitas dan pemahaman yang baik terhadap dunia dimana manusia itu hidup, kemudian berusaha

16

Naning, R. 1982. Aneka Asas Ilmu Negara. PT. Bina Ilmu. Surabaya. Hal 89 17

(16)

mengubahnya. Kesadaran adalah instrumen kritis yang digunakan oleh orang-orang tertindas untuk menyingkap hakekat diri dan mereka yang menindasnya. Ketika mereka menyadari hakekat penindasan dan mengerti bahwa ia hanyalah sekedar sandungan yang bisa dilewati, saat itulah awal usaha mereka menuju pembebasan. Mengerti saja tidak cukup untuk merealisasikan kebebasan. Karenanya, ia harus benar-benar menjadi kekuatan riil yang dapat menggerakkan aksi perjuangan.18

1. pandangan yang komperehensif,

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran politik mencakup :

2. wawasan yang kritis, 3. rasa tanggung jawab, dan

4. keinginan untuk mengubah, dalam rangka mewujudkan kebebasan atau menghadapi berbagai problematika sosial.

Sedangkan secara konsepsi politik, menurut Ruslan (2002), kesadaran politik adalah : Pandangan universal yang mencakup wawasan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika masyarakatnya, memecahkannya, memberikan keputusan dan menentukan pendirian terhadapnya, yang mendorongnya untuk bergerak dalam rangka merubah atau mengembangkannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran politik merupakan suatu kondisi seseorang yang tanggap terhadap suatu pandangan universal yang mencakup wawasan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika masyarakat, dan dapat memecahkannya.

18

(17)

1.5.6. Cara-Cara Untuk Mencapai Kesadaran Politik

Kesadaran politik dapat dicapai melalui beberapa cara berikut, yaitu :

1. Arahan politik secara langsung. Arahan politik secara langsung dapat dilakukan baik melalui jalur formal maupun nonformal, melalui penjelasan-penjelasan politik, melalui usaha-usaha bimbingan, dan pengajaran pendidikan politik langsung, yang dilakukan oleh para pemikir dan pemimpin politik.

2. Pengalaman politik yang didapatkan melalui partisipasi politik secara langsung.

3. Kesadaran yang muncul dari belajar secara mandiri. Misalnya membaca koran dan buku-buku tentang politik, serta mengikuti berbagai peristiwa.

4. Kesadaran yang lahir melalui dialog-dialog kritis.

5. Ditambah dengan kesadaran politik yang merupakan hasil dari dua metode, yaitu

apprenticeship dan generalisasi. Metode – metode tersebut dapat menghantarkan

seseorang untuk mendapatkan kesadaran politik.

1.5.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Politik

Kesadaran politik dapat dipengaruhi banyak faktor. Dalam Ruslan (2002), faktor yang mempengaruhi kesadaran politik yang terpenting diantaranya adalah:

1. Jenis kultur politik dimana individu itu tumbuh, dengan kata lain tabiat kepribadian politik yang terbentuk darinya.

2. Berbagai revolusi dan perubahan budaya yang terjadi di masyarakat.

3. Berbagai kemampuan dan kecakapan khusus yang dimiliki individu, juga tingkat pendidikannya.

(18)

1.5.8. Definisi Konseptual Kesadaran Politik

Kesadaran politik adalah suatu kondisi yang tanggap mengerti tentang hal yang mencakup wawasan/pengetahuan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, dan kondisi problematika

1.5.9. Definisi Operasional Kesadaran Politik

Kesadaran politik dapat dilihat melalui beberapa indikator yang meliputi :

1. Kesadaran dalam menyikapi realita yang terjadi sesuai dengan pandangan yang terbentuk pada dirinya.

2. Kesadaran untuk membentuk organisasi/gerakan dalam mewujudkan cita-cita bersama.

3. Kesadaran untuk mengerti akan problematika politik yang terjadi di masyarakatnya. 4. Kesadaran akan hakikat sikap politik dimana individu menjadi sadar dan mampu

memahami peristiwa politik serta sadar akan peristiwa atau masalah politik.

1.5.10. Konsep Sektor Informal

(19)

melakukan berbagai studi dan mengusulkan kebijakan dan turut campur tangan dalam pengambilan putusan menyangkut berbagai bidang yang dianggap mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara berkembang. Pada tahun 1972 ILO meluncurkan program untuk World Employment Programme (WEP) sebagai konsep sektor informal yang pertama kali diperkenalkan di ranah internasional.

Luthfi (2008) dalam artikelnya yang berjudul Kemiskinan Kota dan Sektor Informal membahas perkembangan berbagai konsep sektor informal sekaligus dengan berbagai perdebatannya.19

19

Luthfi, Asrizal. 2008. Kemiskinan Kota dan Sektor Informal,

Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa konsep sektor informal di negara sedang berkembang pertama kali muncul pada saat dilakukan serangkaian penelitian tentang pasar tenaga kerja perkotaan di Afrika. Konsep ini diperkenalkan oleh Keith Hart, seorang antropolog Inggris pada tahun 1971 dengan menggambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan kerja yang tidak terorganisir. Lewat tulisannya yang berjudul Informal Income Opportunities and Urban Employment in

Ghana, dikemukakan bahwa penyelidikan empirisnya tentang kewiraswastaan di Acca

dan kota-kota lain di Afrika bertentangan dengan apa yang selama ini diterima dalam perbincangan tentang pembangunan ekonomi. Dalam laporannya kepada Organisasi Buruh Sedunia (ILO), Hart mengajukan model dualisme terhadap kesempatan memperoleh pendapatan pada angkatan kerja perkotaan. Konsep informalitas diterapkan kepada bekerja sendiri (self-employed).

Namun, ciri-ciri dinamis dari konsep sektor informal yang diajukan Hart menjadi hilang ketika telah dilembagakan dalam birokrasi ILO. Informalitas didefinisikan ulang sebagai sesuatu yang sinonim dengan kemiskinan. Sektor informal menunjuk kepada cara perkotaan melakukan sesuatu dengan ciri-ciri:

(20)

(a) mudah memasukinya dalam arti keahlian, modal, dan organisasi; (b) perusahaan milik keluarga;

(c) beroperasi pada skala kecil;

(d) intensif tenaga kerja dalam produksi dan menggunakan teknologi sederhana; dan (e) pasar yang tidak diatur dan berkompetitif.

Karakteristik negatif yang dilekatkan pada sektor informal oleh ILO banyak mendapatkan kritikan dari berbagai ilmuwan yang berkecimpung dalam bidang Sosiologi, khususnya Sosiologi Ekonomi. Mereka menganggap bahwa aktivitas sektor informal merupakan suatu tanda berkembangnya dinamika kewiraswastaan masyarakat. Hal ini mirip dengan yang disampaikan Hernando de Soto, seorang ekonom dari Peru yang banyak dirujuk pemikirannya terutama yang berkaitan dengan pemberdayaan sektor informal, yang mempunyai tesis bahwa kegagalan sektor informal untuk dapat terintegrasi ke dalam pasar disebabkan oleh kapitalisme yang semestinya mampu memperkaya orang-orang yang terlibat di dalamnya sebagaimana terjadi di dunia barat.

Sthurman dalam Manning20 dan Effendi21

(i) umumnya mereka berasal dari kalangan miskin;

mengemukakan istilah sektor informal sebagai sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Alasan berskala kecil karena:

(ii) sebagai suatu manifestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara berkembang;

(iii) bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan untuk memperoleh keuntungan;

(iv) umumnya mereka berpendidikan sangat rendah; (v) mempunyai keterampilan rendah, dan

(vi) umumnya dilakukan oleh para migran.

20

Manning, Chris. 1987. “Penyerapan Tenaga Kerja di Perdesaan Jawa: Pelajaran Revolusi Hijau dan Bonanza Minyak, dan Prospeknya di Masa Depan”, Seminar Strategi Pembangunan Perdesaan. Yogyakarta, 1-3 Oktober 1987.

21

(21)

Dari ciri-ciri tersebut dapat digambarkan bahwa usaha-usaha di sektor informal berupaya menciptakan kesempatan kerja dan memperoleh pendapatan untuk dirinya sendiri. Menurut Sthurman, konseptualisasi sektor informal yang tersebut di atas walaupun bermanfaat tetapi belum dapat memecahkan masalah definisi.

Hal ini disebabkan masih diperlukannya beberapa definisi untuk menentukan batasan sektor informal baik dari sudut pandang operasional maupun penelitian.

Simanjuntak dalam Manning22 dan Effendi23

(i) kegiatan usaha umumnya sederhana;

, memberikan ciri-ciri yang tergolong sebagai sektor informal, yaitu:

(ii) skala usaha relatif kecil;

(iii) usaha sektor informal umumnya tidak mempunyai izin usaha;

(iv) untuk bekerja di sektor informal lebih mudah daripada di sektor formal; (v) tingkat pendapatan di sektor informal biasanya rendah;

(vi) keterkaitan sektor informal dengan usaha-usaha lain sangat kecil; dan (vii) usaha-usaha di sektor informal sangat beraneka ragam.

Usaha-usaha sektor informal yang dimaksud diantaranya pedagang kaki lima, pedagang keliling, tukang warung, sebagian tukang cukur, tukang becak, sebagian tukang sepatu, tukang loak serta usaha rumah tangga seperti: pembuat tempe, pembuat kue, pembuat es mambo, pembuat barang anyaman dan lain-lain.

1.6. Metodologi Penelitian

(22)

1.6.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif kuantitatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, pendekatan ini digunakan bertujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel pemahaman politik dengan tingkat kesadaran politik.

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner penelitian dan observasi langsung di tempat penelitian, yaitu jalan Diponegoro, jalan Sutomo (jalan Listrik), di depan Stasiun Kereta Api Kisaran, Simpang Enam dan di sekitar tugu Adipura kota Kisaran.

1.6.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini jumlahnya tidak diketahui secara pasti. Penulis telah melakukan pencarian data ke BPS Kabupaten Asahan, dan hasilnya petugas mengatakan untuk jumlah pekerja sektor informal di Kota Kisaran tidak dapat dirinci secara pasti. Berdasarkan hal tersebut, dalam penarikan jumlah sampel maka penulis mengikuti pendapat Maholtra24

Akibat tidak adanya kejelasan jumlah populasi sampel yang ada di lapangan, maka penulis memutuskan untuk menentukan sampel penelitian menggunakan teknik accidental sampling. Accidental sampling/Convenience sampling adalah teknik penarikan sampling

yang menyatakan jumlah sampel atau responden untuk populasi yang tidak diketahui, sampel atau responden yang diambil berjumlah 100 orang atau paling sedikit empat atau lima kali jumlah sub variabel yang diteliti. Penulis menggunakan 100 orang sebagai responden dalam penelitian ini.

24

(23)

probabilitas, dimana subyek dipilih karena mudahnya daya akses dan kedekatan mereka kepada penulis. Subyek dipilih hanya karena mereka paling mudah untuk merekrut studi dan peneliti tidak mempertimbangkan memilih mata pelajaran yang mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain, penulis mengambil sampel secara sembarang di lapangan berdasarkan karakteristik sampel yang sesuai dengan apa dijabarkan penulis sebelumnya.

1.6.4. Teknik Analisis Data

Teknik analis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipersentasekan (Singarimbun)25

Teknik Analisis Tabel Tunggal merupakan suatu teknik analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam beberapa kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel Tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori (Singarimbun)

. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap analisis, yaitu:

a. Analisis Tabel Tunggal

26

Teknik Analisis Tabel Silang merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui hubungan variabel – variabel yang ada, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bersifat positif atau negatif (Singarimbun)

.

b. Analisis Tabel Silang

27

25Singarimbun,1995:273. Metode Penelitian Survey. Jakarta : PT Pustaka LP3ES Indonesia 26

Opcit 20 27

(24)

c. Uji Hipotesa

Uji hipotesa adalah pengujian data statistik untuk mengetahui apakah data hipotesa yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk mengukur tingkat hubungan diantara dua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang

(rank order correlation coefficient) oleh Spearman. Uji korelasi ini digunakan untuk

menunjukkan hubungan kedua variabel dimana tata data dimuat dalam ranking.

Selanjutnya, untuk mengukur kekuatan derajat hubungan digunakan nilai koefisien korelasi sebagai berikut (Kriyantono)28

28Kriyantono, Rachmat. 2006.168-169. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

:

< 0,20 : Hubungan rendah sekali/lemah sekali 0,20-0,39 : Hubungan rendah tapi pasti

0,40-0,70 : Hubungan yang cukup berarti 0,71-0,90 : Hubungan yang tinggi/kuat

> 0,90 : Hubungan yang sangat tinggi/kuat sekali.

1.7. Sistematika Penulisan

Dalam Sistematika Penulisan ini, secara terperinci akan disajikan sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini. Hal ini dilakukan guna mempermudah dalam memahami isi skripsi, yang dibagi ke dalam empat bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

(25)

BAB II : DESKRIPSI KOTA KISARAN

Dalam bab ini dibahas mengenai gambaran umum kota Kisaran, seperti profil daerah hingga karakteristik penduduk, beserta gambaran singkat tentang pekerja sektor informal di kota Kisaran.

BAB III: PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan dari apa yang telah penulis dapatkan selama masa penelitiannya.

BAB IV : PENUTUP

Gambar

Gambar 1.  Partisipasi Pemilih (voter turnout) Dalam Beberapa Pemilu dan Pilkada  Sumber

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis laboratorium pada 12 sampel air sungai.. 121 menunjukkan kecendrungan nilai amonia yang naik pada sampel S2 dan kembali turun pada sampel S3. Hanya pada titik

Cara kerjanya kalau yang satu bekerjanya sebagai batang tarik, maka yang lainnya tidak menahan apa-apa.Sebaliknya kalau arah anginya berubah, maka

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-1/W5, 2015 International Conference on Sensors &amp; Models in

bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Probolinggo Tahun 2013 – 2018 telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo

Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa yang telah

Dalam penelitian skripsi ini penulis langsung meneliti di Mahkamah Syar’iyah Bireuen, untuk data yang diperlukan terkait dengan pembahasan skripsi ini dengan menggunakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan ta’zir di Pondok Pesantren Al-Istiqomah, untuk mengetahui kedisiplinan belajar santri putra dan putri Pondok

Tujuan-tujuan perusahaan memainkan peranan penting dalam hal strategi penentuan harga. Harga yang ditetapkan tidak harus setinggi.. mungkin, bisa juga ditetapkan serendah