• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Sengketa Hadhanah Menurut Perspektif Fiqih dan Kompilasi Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyelesaian Sengketa Hadhanah Menurut Perspektif Fiqih dan Kompilasi Hukum Islam"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman sekarang ini maka berkembang pula pola

pikir manusia dalam menghadapi permasalahan kehidupan yang semakin komplit,

tidak terkecuali menyangkut masalah perceraian. Perkawinan menurut Pasal 1

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 (selanjutnya cukup disebut Undang-Undang

Perkawinan) adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Adakalanya perkawinan tidak

seperti yang diharapkan untuk menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan

warahmahkarena harus berakhir dengan perceraian.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa perkawinan dapat putus karena

perceraian, hal tersebut juga ditegaskan dalam Pasal 38 Undang-Undang Perkawinan

yaitu: Perkawinan dapat putus karena; a. kematian; b. perceraian; dan atas keputusan

Pengadilan. Perceraian dipilih sebagai solusi terhadap problem yang terjadi dalam

bahtera rumah tangga, sebaliknya tidak selamanya perceraian memberikan

ketenangan seperti apa yang dikehendaki.

Sebuah rumah tangga yang berujung perceraian akan menimbulkan beberapa

akibat hukum, salah satunya akibat hukum terhadap anak, yakni terkait pemeliharaan

(2)

memilih untuk bersama ayah atau ibunya. Hal ini merupakan suatu pilihan yang sulit,

karena anak membutuhkan kedua orang tuanya.Oleh karena itu masalah memelihara

anak/pengasuhan(hadhanahpasca terjadinya perceraian)sangat perlu diperhatikan. Hak asuh anak atau dalam hukum Islam dikenal dengan istilah hadhanah.

Hadhanah adalah suatu kegiatan mengasuh, memelihara, mendidik anak hingga ia dewasa atau mampu berdiri sendiri.1 Adakalanya permasalahanhadhanah terkadang menjadi polemik yang berkepanjangan, dikarenakan adanya kecenderungan dari

masing-masing pihak yang bercerai ingin memperoleh hak hadhanah atas anak mereka ketika perkara hak asuh anak tidak dapat dikompromikan. Berbagai tindakan

pun dilakukan mereka, diantaranya; satu sama lain saling menuduh telah melalaikan

kewajibannya sebagai orang tua, menuduh tidak mampu mengurus anak, saling

mencegah kunjungan salah satu orang tua, bahkan yang paling memperhatikan

adanya orang tua yang mempengaruhi pola pikir dan psikis anak tentang perilaku

buruk ayah atau ibunya,yang bertujuan agar si anak berada dalam pengasuhannya,

akibatnya anaklah yang menjadi korban. Oleh karena sebab itu diperlukan

penyelesaian terhadap hal tersebut, agar tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan

para pihak yang bersengketa termasuk juga anak.

Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak (selanjutnya cukup disingkat UU Perlindungan Anak)

menegaskan bahwa :“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)

tahun,termasuk anak yang masih dalam kandungan”. Sementara menurut

(3)

Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, pada

Bab I ketentuan umum Pasal 1 angka (2), yang dimaksud anak adalah seseorang yang

belum mencapai umur 21 tahun dan belum kawin.

Pada dasarnya anak yang masih kecil sangat memerlukan orang lain dalam

menata kehidupannya, baik itu dalam pengaturan fisiknya, maupun dalam

pembentukan akhlaknya, peran keluarga untuk melakukan tugas hadhanah sangat berperan dalam hal tersebut.Oleh sebab itu masalah hadhanah mendapat perhatian khusus dalam ajaran Islam.Apalagi anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan

Yang Maha Esa yang senantiasa harus dijaga dan dibina karena melekat harkat,

martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijujung tinggi.

Orang tua tidak hanya dituntut memberikan kasih sayang namun juga

bertanggung jawab atas pemeliharaan, perhatian, serta hal-hal yang dibutuhkan

seorang anak. Severe menyatakan bahwa;“anak-anak merupakan tolak ukur bagi

keberhasilan dan orang tua menilai diri sendiri berdasarkan sukses dan prestasi yang

didapatkan oleh si anak.2 Jadi jika anak-anak tersebut tumbuh dan berkembangan serta memiliki kecerdasaan dan masa depan yang cermerlang maka orang tua baru

bisa dikatakan berhasil dan sukses dalam melaksanakan tugasnya sebagai orang tua.

Mengasuh anak adalah wajib bagi orang tua dan merupakan hak anak yang harus

dipenuhi orang tua, sebab apabila disia-siakan tentu akan menimbulkan bencana dan

kebinasaan baginya.

2 Severe, Resorasi Media Perlindungan Anak Konflik Hukum, Terjemahan Aviandari D.

(4)

Apabila terjadi perceraian antara suami istri dan telah memiliki anak dan

diantara mereka ada yang masih dibawah umur,maka orang tuanyalah dibebankan

kewajiban untuk melakukan tugas pemeliharaan tersebut. Hal tersebut ditegaskan

dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, yang

berbunyi;

Akibat putusnya perkawinan karena perceraian adalah:

a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak pengadilan yang memberi keputusan.

b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu;bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya pnghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri.

Selain itu pengasuhan atas anak khususnya untuk masyarakat di wilayah

provinsi Aceh juga berlaku ketentuan yang diatur dalam Qanun Aceh Nomor 11

tahun 2008 Tentang Perlindungan Anak Pasal 7, yang berbunyi:

1. Anak berhak diasuh oleh orang tua/walinya di dalam keluarga.

2. Pengasuhan di dalam keluarga berfungsi untuk menjamin tumbuh kembang anak ke arah kehidupan yang lebih baik secara fisik, mental, sosial dan emosional serta intelektual anak.

3. Pengasuhan di dalam keluarga dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang mengutamakan kepentingan terbaik anak, menjunjung tinggi ketentuan syariat Islam dan adat istiadat.

Sementara itu, anak juga mempunyai kewajiban terhadap orang tua

sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 46 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan, yang berbunyi:

(5)

2. Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya, orang

tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas, bila mereka itu memerlukan

bantuanya.

Menurut pandangan Islam, dalam Al-Qur’an tercantum ketentuan untuk

pemeliharaan anak, dalam surat at-Tahrim ayat 6 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”3

Pada ayat tersebut di atas, orang tua di tuntut untuk memelihara keluarganya

agar terpelihara dari api neraka dan seluruh anggota keluarganya melaksanakan

perintah dan meninggalkan laranganNya, termasuk juga anak.4

Betapa banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kepada kedua

orang tua untuk memelihara, menjaga dan bertanggungjawab dalam memelihara

keluarganya. Demi kepentingan seorang anak, sikap peduli dari kedua orang tua

terhadap masalah hadhanah memang sangat diperlukan.Namun hal tersebut tidak dapat terwujud jika orang tua tidak sepakat dalam penentuan hadhanah sehingga menimbulkan sengketa diantara mereka.

Selanjutnya untuk kepentingan anak dan pemeliharaanya diperlukan beberapa

persyaratan bagi yang melakukanhadhanah, yakni5; 1. Berakal sehat.

2. Merdeka/Baligh/Cakap.

3Mahmud Junus,

Al-Qur’an dan Terjemahan Al-Qur’an Al Karim, (Bandung: PT. Al-Maarif, 1994), hlm. 4560.

4Abdurahman Ghodzali,Fiqih Munahakat, (Jakarta: Kencana, 2008). hlm.177. 5

(6)

3. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk memelihara dan mendidik

mahdhun (anak yang diasuh), dan tidak terikat dengan suatu perkerjaan yang bisa mengakibatkan tugashadhanahmenjadi terlantar.

4. Beragama Islam.

5. Orang yang dapat dipercayai.

6. Mantan istri yang belum menikah lagi.

Selain itu ada juga larangan bagi seseorang untuk mengasuh anak, diantaranya;6 1. Budak.

2. Kefasikan/orang jahat/pembunuh.

3. Kafir.

4. Ibu yang menikah lagi.

Kemudian apabila ada suatu keadaan dimana ibu atau ayah si anak dianggap

tidak layak untuk melakukan tugas hadhanah, maka urutan-urutan mereka yang berhak melakukan tugahadhanah,yakni7:

1. Ibu.

2. Ibunya Ibu dan ke atas. 3. Ayah dan Ibu dari Ayah.

4. Saudara perempuan ayah sekandung. 5. Saudara perempuan seibu.

6. Saudara perempuan seayah.

7. Kemenakan perempuan sekandung (seibu seayah). 8. Kemenakan perempuan seibu.

9. Saudara perempuan seibu yang sekandung (adik Ibu). 10. Saudara perempuan seayah yang sekandung (adik Ayah) 11. Saudara perempuan ibu yang seibu.

12. Saudara perempuan ibu yang seayah dan seterusnya (mendahulukan yang sekandung dari masing keluarga ibu dan ayah).

6Muhammad Amin Suma, Hukum Keluaraga Islam Di Dunia Islam, (Jakarta: PT. Raja Gralindo Persada, 2004), hlm.752-753.

7

(7)

Sengketa yang terjadi pada umat manusia adalah suatu problema hidup yang

dihadapi manusia. Manusia sebagai khalifah di bumi dituntut untuk dapat

menyelesaikan persoalan, karena manusia dibekali oleh Allah SWT dengan akal

pikiran dan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam mengatur kehidupannya. Manusia

juga harus mencari dan menemukan pola penyelesaian sehingga penegakan keadilan

dapat terwujud, tidak terkecuali sengkata hadhanah. Sengketa hadhanah juga memerlukan suatu penyelesaian agar tidak berkepanjang, akibatnya menimbulkan

penderitaan bagi orang tua dan anak, selain itu banyak waktu yang terbuang, energi

dan banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh para pihak. Oleh karena itu diperlukan

suatu cara penyelesaian agar permasalahan hadhanah anak tidak terus menjadi pemicu terjadinya perselisihan antara mantan suami istri setelah terjadinya

perceraian, namun cara tersebut diharapkan dapat mengikat para pihak (mantan suami

istri) dalam pelaksanaannya.

Berdasarkan uraian di atas, kajian mengenai penyelesaian sengketa hadhanah

dalam Perspektif Fiqih dan Hukum Islam perlu untuk dilakukan.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan diteliti dalam

tesis ini adalah:

1. Pihak manakah yang berhak untuk mengasuh anak pada saat tenggang waktu

penentuan hakhadhanahanak?

(8)

3. Bagaimana hak dan kewajiban orang tua yang hak hadhanah tidak jatuh kepadanya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis siapa yang berhak mengasuh anak pada

saat tenggang waktu penentuan hakhadhanahanak.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis cara penyelesaian sengketa hadhanah

menurut Fiqih Islam dan Kompilasi Hukum Islam.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis hak dan kewajiban orang tua yang hak

hadhanahtidak jatuh padanya. D. Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian dan manfaat penelitian merupakan satu rangkaian yang

hendak dicapai, maka dengan demikian dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat yaitu:

1. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pengembangan atau kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, khususnya kepada

masyarakat agar mengetahui persoalan yang berkaitan denganhadhanah.

2. Secara praktik, diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada mahasiswa

ataupun praktisi-praktisi hukum khususnya dalam lingkup hukum keluarga agar

mengetahui tentang penyelesaian sengketa yang berhubungan dengan

(9)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran dan pemeriksaan yang dilakukan baik di

kepustakaan penulisan karya ilmiah Magister Hukum, maupun di Magister

Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan, belum ada penelitian sebelumnya

yang berjudul “Penyelesaian Hadhanah dalam Perspektif Fiqih dan Kompilasi Hukum Islam ”. Namun ada beberapa penelitian yang menyangkut dengan Hak Asuh

Atas Anak antara lain penelitian yang dilakukan oleh:

1. Edi Sucipto, NIM; 002105006; Magister Hukum; Judul Tesis: “HadhanahSetelah Terjadi Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam dan Penerapannya di

Pengadilan Agama Medan”. Adapun yang menjadi permasalahannya adalah

sebagai berikut:

a. Bagaimana ketentuanhadhanahdalam Kompilasi Hukum Islam?

b. Bagaimana penerapan penyelesaianhadhanahdi Pengadilan Agama Medan? c. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya kelalaian orang tua atas tanggung

jawab terhadaphadhanahanak?

2. Syarifah Tifany, NIM; 037011076; Magister Kenotariatan; Judul Tesis;

“Pengasuhan Anak Setelah Terjadinya Perceraian (Studi Kasus Putusan

Pengadilan Agama Binjai)”. Adapun permasalahan yang diteliti adalah:

a. Apa yang menjadi hak-hak anak serta apa kewajiban orang tua terhadap

anaknya dalam Hukum Islam?

(10)

c. Bagaimana eksekusi putusan perkarahadhanahdi pengadilan agama Binjai? 3. Anastasius Rico Haratua Sitanggang, NIM; 037011006; Magister Kenotariatan;

Judul Tesis; “Analisis Yuridis Tentang Putusnya Perkawinan Akibat Perceraian

(Studi Putusan Pengadilan Negeri Siak Indraputa-Riau)”. Adapun yang menjadi

permasalahannya adalah sebagai berikut:

a. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan putusnya perkawinan karena

perceraian?

b. Bagaimana akibat hukum terhadap anak dan harta perkawinan yang

disebabkan perceraian melalui putusan pengadilan?

c. Bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam mengali perkara perceraian di

Pengadilan Negeri Siak Indraputa-Riau?

4. Lisdawarta Purba, NIM; 0027011029; Magister Kenotariatan; Judul Tesis;

“Perceraian Atas Perkawinan yang Tidak Didaftarkan di Kantor Catatan Sipil dan

Akibat Hukumnya Terhadap Hak Anak (Kajian Pada Masyarakat Karo di

Kecamatan Tigapanah)”. Adapun yang menjadi permasalahannya adalah sebagai

berikut:

a. Bagaimana Keabsahan suatu perkawinan yang tidak didaftarkan di kantor

Catatan Sipil pada Masyarakat di Kecamatan Tigapanah?

b. Bagaimana tanggung jawab orang tua setelah perceraian terhadap

pemeliharaan serta nafkah hidup anak pada masyarakat Karo di Kecamatan

(11)

c. Bagaimana hubungan hukum antara anak dengan kedua orang tua setelah

perceraian terhadap pemeliharaan serta nafkah hidup anak pada masyarakat

Karo di Kecamatan Tigapanah?

5. Tessy Taufik, NIM; 097011100; Magister Kenotariatan; Judul Tesis; “Tanggung

jawab Suami atau Istri Dalam Perceraian Terhadap Anak ( Studi Kasus Putusan

Nomor: 209/Pdt.G/2007/PN-Mdn)”. Adapun yang menjadi permasalahannya

adalah sebagai berikut:

a. Apa yang merupakan dasar pertimbangan hakim dalam menentukan tanggung

jawab pengasuhan anak setelah peceraian?

b. Bagaimanakah akibat hukum dari tidak terlaksananya hak dan kewajiban

terhadap anaknya setelah perceraian kedua orang tuanya?

c. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan oleh suami atau istri apabila salah

satu pihak tidak memenuhi kewajibanya terhadap anak sesuai putusan

pengadilan?

6. Kadriah, NIM; 943105011; Magister Ilmu Hukum; Judul Tesis; “Tanggung jawab

Orang tua Terhadap Anak Setelah Perceraian (Penelitian di Kabupaten Pidie)”.

Yang menjadi permasalahannya adalah:

a. Bagaimana pelaksanaan tanggung jawab orang tua terhadap pemeliharaan

anak dan nafkah hidup anak?

b. Faktor apa yang menyebabkan orang tua melalaikan tanggung jawabnya

(12)

c. Bagaimana penyelesaian yang diambil sehingga anak tetap mendapatkan

hak-haknya secara layak?

7. Ernawati Br. Sitorus, NIM; 107011089; Magister Kenotariatan; Judul Tesis; “

Perlindungan Hukum Terhadap Anak di Bawah Umur Akibat Putusnya

Perkawinan Karena Perceraian”. Adapun yang menjadi permasalahannya adalah:

a. Bagaimana hak asuh anak di bawah umur jika terjadi perceraian pada

masyarakat Batak toba Kristen di Medan?

b. Bagaimana tanggung jawab orang tua yang telah bercerai terhadap nafkah

anak di bawah umur dalam putusan pengadilan?

c. Apakah hambatan yang timbul dalam pelaksanaan perlindungan hukum

terhadap anak di bawah umur jika orang tuanya bercerai pada masyarakat

Batak toba Kristen di Medan?

8. Fransisca M.U Bangun, NIM; 037011028; Magister Kenotariatan; Judul Tesis; “

Tanggung Jawab Orang tua Terhadap Anak Setelah Perceraian (Kajian Putusan

Pengadilan Negeri Kelas IA Medan)”. Selanjutnya yang menjadi permasalahannya

adalah:

a. Bagaimana putusan Pengadilan Negeri dalam menentukan tanggung jawab

orang tua terhadap anak setelah perceraian?

b. Upaya apakah yang dapat dilakukan apabila orang tua tidak memenuhi

kewajibannya terhadap anak sesuai putusan psengadilan?

c. Apakah yang menyebabkan kesulitan melaksanakan putusan pengadilan yang

(13)

9. Nirmayani Laksana Putri Pulungan, NIM; 117011092; Magister Kenotariatan; Judul

Tesis; “ Analisis Tipologi PutusanHadhanahPada Pengadilan Agama Medan (Studi Putusan Pengadilan Agama Medan Tahun 2010-2012)”, Selanjutnya yang menjadi

permasalahannya adalah:

a. Bagaimana karakter hadhanah pada putusan Pengadilan Agama Medan tahun 2010-2012.

b. Apakah yang menjadi pertimbangan hukum bagi hakim Pengadilan Agama Kelas

IA Medan dalam menentukan sengketahadhanahtahun 2010-2012.

c. Apakah putusanhadhanahyang diputuskan di Pengadilan Agama Kelas IA Medan tahun 2010-2012.

Sehingga sebagaimana di atas bahwa memang pernah dilakukan penelitian

namun dengan permasalahan yang berbeda.Oleh karena itu, penelitian ini adalah asli

adanya, artinya secara akademik penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan

kemurniannya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori berasal dari kata “theoria” dalam bahasa latin yang berarti perenungan, yang pada gilirannya berasal dari kata “thea” dalam bahasa Yunani yang secara

(14)

literatur, beberapa ahli menggunakan kata ini untuk menunjukkan bangunan berfikir

yang tersusun “sistematis, logis(rasional), empris (kenyataan), dan juga simbolis”.8 Kerangka teori adalah pemikiran atau pendapat, teori tesis mengenai suatu

kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis

dalam penelitian.9

Fred N. Kerlinger menjelaskan bahwa teori adalah seperangkat konsep, batas

dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan

merinci hubungan antara variasi dengan menjelaskan dan memprediksi gejala

tersebut.10

Teori itu bukanlah pengetahuan yang sudah pasti, tetapi harus dianggap sebagai

petunjuk,11 analisis dari hasil penelitian yang dilakukan, sehingga merupakan masukan eksternal bagi penelitian ini. Robert K. Yin mengatakan: theo means the design of research steps according to some relationship to the literature, policy issues, or other substance souce”12.Suatu kerangka teori bertujuan untuk menyajikan cara-cara untuk bagaimana mengorganisasikan dan mengimplementasikan hasil-hasil

penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil terdahulu.13Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya mendudukkan masalah penelitian

8Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1999), hlm.12.

9Solly Lubis,

Filsafat Ilmu dan Penelitian,(Bandung: Bandar Maju, 1994), hlm.14.

10Fred N. Kerlinger, Asas-Asas Penelitian Behavioral,(Yogjakarta: Gadjah mada Universitas Press, 2004), hlm.14.

11Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (PT. Gramedia Pustaka Utama,1997), hlm.21.

12

Robert K.Yin, Application of Case Study Research,(London: Sage Publication, 1994), hlm.82.

(15)

yang telah dirumuskan didalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu

menerangkan masalah tersebut. Bagi suatu penelitian, teori dan kerangka teori

mempunyai kegunaan. Kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai

berikut:

a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam fakta;

b. Teori sangat berguna di dalam klasifikasi fakta;

c. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya.14

Selanjutnya dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau

pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum. Adapun

kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Kepastian Hukum

sebagaigrand theory.

Menurut Jan Michiel Otto, untuk menciptakan kepastian hukum harus

memenuhi syarat-syarat, yaitu:15

1. Ada aturan hukum yang jelas dan konsisten.

2. Instansi pemerintah menerapkan aturan hukun secara konsisten, tunduk dan taat terhadapnya.

3. Masyarakat menyesuaikan perilaku mereka terhadap aturan hukum tersebut. 4. Hakim-hakim yang mandiri, tidak berpihak dan harus menerapkan aturan

hukum secara konsisten serta jeli sewaktu menyelesaikan sengketa hukum. 5. Putusan pengadilan secara konkret dilaksanakan.

Menurut Satjipto Rahardjo, kepastian hukum merupakan fenomena psikologi

daripada hukum. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam

Undang-14

Soejono Soekanto, Op.Cit.,hlm. 43.

15Jan Michiel Otto,

(16)

Undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim yang satu dengan

yang lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan.16

Selanjutnya di samping Teori Kepastian Hukum sebagai teori utama yang

dipergunakan sebagai pisau analisis penelitian ini juga akan didukung dengan teori

pendukung yaituTeori Maslahatan.Mashlahat secara etimologi kata jamaknya

Mashalih berarti sesuatu yang baik, yang bermanfaat dan merupakan lawan dari keburukan atau kerusakan. Mashlat kadang-kadang disebut dengan istislah yang berarti mencari yang benar. Esensi mashlat adalah terciptanya kebaikan dan

kesenangan dalam kehidupan manusia serta terhindar dari hal-hal yang dapat merusak

kehidupan umum.17

Menurut M.Hasballah Thaib,18 mashlahat yang dimaksud adalah kemashalatan yang menjadi tujuan syara’ bukan kemashalatan yang semata-mata berdasarkan keinginan hawa nafsu manusia. Sebab disadari sepenuhnya bahwa tujuan dari syariat,

hukum tidak lain untuk melahirkan kemashlatan bagi manusia dari segala segi dan

aspek kehidupan mereka di dunia dan terhindar dari berbagai bentuk yang dapat

membawa kepada kerusakan.

16bid.

17M.Hasballh Thaib, Tajdid, Reaktualisasi dan Elastisitas Hukum, (Medan: Universitas sumatera Utara, 2002), hlm. 27.

18Ibid, Ibnu Tayimyyah mengatakan bahwa mashlmat adalah pandangan mujtahid tentang perbuatan yang mengandung kebaikan yang jelas dan bukan perbuatan yang berlawanan dengan hukum syara’, lihat Nasroen Haroen, Ushul Fiqih, (ciputat: PT. logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 126.Sedangkan Al-Ghazali mengatakan arti asli mashlmat adalah menarik manfaat atau menolak

(17)

Oleh karena itu masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan hukum

atau penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi

masyarakat.Jangan sampai justru karenanya dilaksanakan atau ditegakkan timbul

keresahan di dalam masyarakat.19Secara sederhana maslahat (al- maslahah)diartikan sebagai sesuatu yang baik atau sesuatu bermanfaat. Misalnya menuntut ilmu itu

mengandung kemaslahatan, maka hal ini berarti menuntut ilmu itu penyebab

diperolehnya manfaat secara lahir dan bathin. Secara umum dapat dikatakan bahwa

tujuan dari pada kedatangan Hukum Islam adalah memperoleh kemaslahatan serta

menghindari kemudhaaratan. Hukum Islam memelihara 3 hal, yaitu:20

a. Memelihara yang paling penting, bila hal itu diabaikan maka akan terjadi kekacauan dalam masyarakat. Ketentuan yang paling penting ini ada 6 macam: 1. Memelihara jiwa

Islam sangat melindungi jiwa seseorang, jiwa seseorang tidaak boleh direnggut begitu saja karena jiwa dapat dinilai dengan benda apapun; 2. Memelihara akal

Sehubungan dengan memelihara akal, Hukum Islam memetapkan hukum dera (dipukul 40 kali) bagi yang merusakkan akalnya.

3. Memelihara Agama

Memelihara agama adalah memelihara keimanan. Iman adalah suatu hal yang sangat mulia, sehingga dengan bermodalkan iman seseorang tidak akan kekal dalam neraka.

4. Memelihara kehormatan

Islam sangat memelihara kehormatan seseorang muslim. Islam tidak membenarkan menuduh orang lain melakukan kejahatan tanpa adanya suatu bukti yang benar, tuduhan tanpa alas an berarti penghinaan.

5. Memelihara harta

Memelihara harta (hak milik) ini ditetapkan hukum jual beli, hutang piutang, dan lain-lain.Islam melarang perampasan harta, pembinasaan harta, dan cara-cara lain yang tidak sah.

19

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum(Suatu Pengantar),(Yogyakarta: Liberty,1988), hlm. 134-135.

(18)

6. Memelihara keturunan

Islam mengajurkan untuk memelihara keturunan, bahkan salah satu dari pada hikmah perkawinan adalah untuk mendapat keturunan.

b. Memelihara yang diperlukan bila tidak dilaksanakan akan membawa kesulitan dam pelaksanaaanya;

c. Memelihara yang dianggap baik, bila hal ini tidak diatur maka nampaklah kerendahan Islam.

2. Konsepsi

Konsepsi berasal dari bahasa latin, conceptus yang memiliki arti sebagai suatu kegiatan atau proses berpikir, daya berfikir khususnya penalaran dan

pertimbangan.21Peranan konsep daam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstrasi dan realitas.22Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan.Abstrak yang digenelisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut

dengan definisi operasional.23 Oleh karena itu, kerangka konsepsi pada hakekatnya merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih kongkrit dari kerangka teoritis

yang seringkali bersifat abstrak, sehinga diperlukan definisi-definisi yang menjadi

pegangan kongkrit dalam proses penelitian. Jadi jika teori berhadapan dengan sesuatu

hasil kerja yang telah selesai, maka konsepsi masih merupakan permulaan dari suatu

karya yang telah diadakan pengelohan akan dapat menjadikan suatu teori.Oleh

karenanya untuk menghindari terjadinya perbedaan pengertian dan penafsiran tentang

konsep yang dipakai dalam penelitian ini, maka perlu dikemukakan mengenai

21

Komaruddin dan Yooke Tjuparmah, Kamus Istilah Karya Tulisan Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 122.

(19)

pengertian konsep yang dipakai, adapun uraian dari konsep yang dipakai dalam

penelitian ini adalah:

a. Penyelesaian adalah proses, cara, perbuatan, menyelesaikan (pemberesan,

pemecahan);

b. Hadhanah adalah kegiatan mengasuh, memelihara, mendidik anak dan memenuhi kebutuhan yang diperlukan si anak baik yang belummumayyizdan maupun yang telahmumayyizhingga ia dewasa atau mampu berdiri sendiri.24 c. Sengketa adalah perselisihan yang timbul antara mantan suami istri setelah

terjadi perceraian khususnya mengenaihadhanah.

d. Perspektif adalah cara melukiskan suatu benda dan lain-lain pada permukaan

yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi

(panjang, lebar, tingginya), sudut pandang.25

e. Fiqih Islam adalah buku yang membahas berbagai persoalan Hukum Islam

(ibadah, muamalah, pidana, peradilan, jihad, perang, dan damai) berdasarkan

hasil ijtihad ulama fiqih dalam memahami Al-Qur’an dan hadist yang

berkaitan dengan realitas yang ada dengan menggunakan berbagai metode

ijtihad.26

f. Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah sekumpulan materi hukum Islam yang

ditulis pasal demi pasal, berjumlah 229 pasal, terdiri atas tiga kelompok

24Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jild VIII, Terjemahan Moh. Thlmib, (Bandung: PT. Alma’ arif,1995), hlm. 160.

25

(20)

materi hukum, yaitu Hukum Perkawinan (170 pasal), Hukum Kewarisan

termasuk wasiat dan hibah (44 pasal) dan Hukum Perwakafan (14 pasal),

ditambah satu pasal ketentuan penutup yang berlaku untuk ketiga kelompok

hukum tersebut.

g. Mahkamah Syar'iyah adalah lembaga peradilan yang dibentuk dengan Qanun

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 Tahun 2002 Tentang

Peradilan Syari’ah Islamserta melaksanakan Syari’at Islam dalam wilayah

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.27

h. Belummummayizadalah anak yang belum berumur 12 tahun.28 i. Sudahmummayizadalah anak yang sudah berumur 12 tahun.29 G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Pendekatan Penelitian

Sifat dari penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis, yaitu dari penelitian

ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan

yang akan diteliti. Analisis dimaksudkan berdasarkan gambaran, fakta yang

diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat untuk menjawab permasalahan.30

27Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam nomor 10 tahun 2002 Tentang Peradilan

Syari’ah IslamPasal 2 Ayat (1).

28Kompilasi Hukum Islam Pasal 105, berbunyi;

Dalam terjadinya perceraian:

a. Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya;

b. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memilih diantara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaanya;

c. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya. 29

Ibid.

(21)

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis

normatif. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara

menganalisa hukum yang tertulis dari bahan perpustakaan atau data sekunder belaka

yang lebih dikenal dengan nama bahan sekunder dan bahan acuan dalam bidang

hukum atau bahan rujukanan bidang hukum31. Maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan peraturan hukum yang berlaku baik itu dalam peraturan

perundang-undangan hukum nasional maupun ketentuan dalam Hukum Islam dan

pendekatan kasus (case approach). Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturan–aturan hadhanah yang berkaitan dengan pelaksanaan

hadhanah, sedangkan pendekatan kasus dilakukan untuk mempelajari penerpan norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan hakim dalam menyelesaikan

sengketahadhanahdi Mahkamah Syar’iyah. 2. Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder.Data sekunder32 adalah data yang diperoleh dari dokumen publikasi, artinya data sudah dalam bentuk jadi,33 atau data kepustakaan yang dikenal dengan bahan hukum yang terdiri dari 3 (tiga)

kelompok.Data sekunder pada penelitian ini berasal dari penelitian studi kepustakaan

(Library Research)yang diperoleh dari:

31Soejono Soekarto dan Sri Mamudji,

Penelitian Hukum Seuatu Tinjauan Singkat,

(Jakarta:Raja grafindo Persada, 1995),hlm. 33.

32Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil pelelaahan kepustakaan atau penelahaan

terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian yang sering disebut sebagai bahan hukum, lihat Mukti Fajat dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.34.

(22)

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan yang terdiri dari:

1. Al-Qur’an dan Hadist.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang

Kesejahteraan Anak.

5. Perma Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Perma Nomor 2

Tahun 2003 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

6. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 tahun 2002

Tentang Peradilan Syari’ah Islam.

7. Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam.

8. Putusan Makamah Syar’iyah Sinabang Nomor: 01/Pdt.G/2012/MS-Snb.

9. Putusan Mahkamah Syar’iyah Sinabang Nomor: 44/Pdt.G/2011/MS-Snb.

10. Putusan Mahkamah Syar’iyah Sinabang Nomor: 41/Pdt.G/2011/MS-Snb.

b. Bahan hukum sekunder merupakan semua publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dukumen-dokumen resmi. Bahan-bahan hukum sekunder terdiri dari

buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, komentar-komentar

atas putusan pengadilan, ini dilakukan untuk mendapatkan atau mencari

konsepsi-konsepsi, teori, asas-asas dan hasil-hasil penelitian, hasil-seminar,

(23)

dan pendapat dari kalangan pakar hukum yang berkait dengan masalah

hadhanah.

c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum penunjang yang memberikan petunjuk

dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus,

ensiklopedia, majalah, bahan internet dan jurnal ilmiah.34 3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang menjadi objek

dalam penelitian dan dikaitkan dengan jenis penelitian hukum yang bersifat normatif

maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

kepustakaan (Library Research), studi kepustakaan merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca bahan-bahan hukum yang ada

relevansinya dengan topik pembahasan atau masalah yang akan diteliti.

4. Alat Pengumpulan Data

Alat Pengumpulan data dalam penelitian ini yang digunakan adalah studi

dokumen/studi kepustakaan yaitu untuk memperoleh bahan-bahan yang digunakan

untuk mengumpulkan data-data yang di kepustakaan atau data sekunder dan data

primer serta tersier dalam bidang hukum.Namun dalam ini juga akan dilakukan

wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Wawancara ini

dilakukan sebagai data pendukung dalam penelitian ini.

Adapun pihak-pihak terkait yang akan diwawancarai dalam hal ini, yaitu:

- 2 (satu) orang Hakim Mahkamah Syar’iyah Sinabang

(24)

- 1 (satu) orang Panitera Makamah Syar’iyah Sinabang.

- 1 (satu) orang tokoh Agama.

5. Analisis Data

Dalam penelitian sangat diperlukan sangat diperlukan suantu analisis data

yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif

yaitu penelitian yang menghasilkan data yang berupa informasi, kemudian diuraikan

dalam bentuk tulisan dikaitkan dengan data lain sehingga diperoleh kejelasan

terhadap suatu kebenaran dan diperoleh gambaran yang menguatkan suatu gambaran

yang telah ada.

Pada kegiatan analisis data ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang

diharapkan dapat memberikan kesimpulan yang dilakukan dengan memakai analisa

deduktif-induktif yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk

selanjutnya mengambil hal-hal yang khusus sebagai kesimpulan dari permasalahan

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

kesesuaian tindakan aktor yang terlibat. • Yang menunjukkan bahwa lebih berpengaruh dibandingkan variabel lainnya, yang mana menunjukkan besarnya kekuatan masyarakat dalam

4< ◆ ◆ Kagcbkbtj ugtuh Kagcbkbtj ugtuh kagcjlagtjejhbsj lbg kagcjlagtjejhbsj lbg karukushbg kbsbibo karukushbg kbsbibo tagtbgc fdyah 0 ljkagsj tagtbgc fdyah 0 ljkagsj ◆

Orang Kelantan, walau pun yang berkelulusan PhD dari universiti di Eropah (dengan biasiswa Kerajaan Persekutuan) dan menjawat jawatan tinggi di Kementerian atau di Institusi

Kesepakatan bersama yang dibuat antara PT Pelindo II Cabang Cirebon dengan perusahaan Bongkar Muat batu Bara atau pelaku usaha lainnya akan penulis dalami dari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui energi listrik yang dihasilkan oleh generator termoelektrik dengan menggunakan berbagai jenis limbah organik (tatal kayu akasia, tatal

disampaikan guru, dan diskusi, siswa dapat mempraktikkan gerak spesifik menahan (menggunakan kaki bagian dalam, dan kaki bagian luar) pada permainan sepak bola

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segalaa anugerah-Nya sehinga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PEMBERDAYAAN KARYAWAN DAN