• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konflik Terhadap Hubungan Kerja Sama Franchise di Gerai Alfamart Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Konflik Terhadap Hubungan Kerja Sama Franchise di Gerai Alfamart Kota Medan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bisnis Franchise di Indonesia merupakan salah satu pilihan yang banyak diminati bagi para pemula, karena bisnis franchise merupakan bisnis yang bermodal relatif kecil. Pada konsep bisnisfranchise yang banyak ditemui saat ini, sangat mungkin untuk dijalankan bagi seseorang yang memiliki modal keuangan, namun masih minim pengalaman untuk membuat sebuah bisnis sendiri, dan ingin memiliki sebuah usaha yang menguntungkan.

Kata franchise berasal dari bahasa Prancis yaitu “Franchise” yang berarti kejujuran atau kebebasan, yang merupakan hak-hak dalam menjual suatu produk atau layanan jasa. Menurut versi pada dimaksud dengan “franchise” adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa”.

(2)

prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu dan meliputi area tertentu.”

Perkembangan bisnis franchise di Indonesia memang sangat berkembang pesat, saat ini banyak sekali jenis-jenis franchise yang sudah memenuhi pasar. Data Kementerian Perdagangan pada tahun 2013 menunjukkan bisnis franchise lokal tumbuh lebih besar dari pada bisnis franchise asing yaitu sebesar 11,7 % pada 2012, sedangkan bisnis waralaba asing tumbuh 6,25. %

franchise di Indonesia sesungguhnya tekah

berkembang sejak lebih dari 20 tahun yang lalu dan tumbuh pesat 10 tahun terakhir sebelum masa krisis ekonomi tahun 1997. Pada tahun 1984 hanya terdapat 12 merek franchise, maka pada tahun 1996 diperkirakan sudah terdapat lebih dari 200 merek franchise. Usaha franchisee masih didominasi oleh merek-merek asing.

(3)

pengawasan mutu, pengetahuan dan pengenalan tentang lokasi bisnis, dan resikonya sangat kecil.

Ini menunjukkan setidaknya sebuah indikasi respon yang baik dari masyarakat terhadap bisnis perdagangan franchise. Kebutuhan akan perlengkapan makanan, minuman serta peralatan membuat bisnis perdagangan eceran berpotensi melahirkan pasar yang agresif. Kelompok pendapatan masyarakat manapun pasti mempunyai kebutuhan sehari-hari seperti peralatan rumah, makanan pokok dan kebutahan lainnya.

Potensi bisnis franchise di Indonesia bisa terbilang sangat menguntungkan dalam jangka waktu yang lama, namun perlu diperhatikan mengenai pemilihan bentuk franchise itu sendiri, karena tidak semua jenis usaha franchise, akan cocok dijalani untuk setiap orang. Bisnis franchise modal kecil mungkin bisa relatif untuk setiap orang, tapi unt membutuhkan keuletan dalam menjalaninya.

(4)

Konflik yang ditimbulkan oleh masalah-masalah hubungan pribadi dengan ruang lingkup yang kecil kadang-kadang memiliki dampak luas dalam suatu organisasi.Ketidaksesuaian tujuan dan nilai-nilai pribadi seseorang dalam jabatan tertentu yang diembannya seringkali sangat resisten terhadap konflik. Secara umum konflik tidak dapat dihilangkan sama sekali, tetapi hanya bisa ditekan atau dikurangi kualitas, kuantitas dan intensitasnya.

Dalam proses interaksi antara suatu subsistem dengan subsistem lainnya tidak ada jaminan akan selalu terjadi kesesuaian atau kecocokan antara individu pelaksananya. Setiap saat ketegangan dapat saja muncul, baik antar individu maupun antar kelompok dalam organisasi.Banyak faktor yang melatar belakangi munculnya ketidakcocokan atau ketegangan, komunikasi yang buruk, perbedaan nilai, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan inilah yang akhirnya membawa organisasi ke dalam suasana konflik (Gibson, 2009:437).

Konflik yang terjadi pada usaha franchise biasanyafranchisor telah mengorbankan banyak waktu, tenaga dan biaya dalam membangun sistem

franchise. Didalam bisnis franchise sistem dibuat untuk mengontrol kualitas

usahanya yang harus diikuti oleh franschisee, namun di sisi lain, franchisee sering menolak menjalankan aturan yang dianggap tidak adil atau merugikan dirinya. Bila ketegangan antara dua pihak berlangsung lama, maka berbagai bentuk perselisihan dan permusuhan akan menjadi konflik yang pada akhirnya akan menjauhkan mereka dari tujuan awal kerjasama ini.

(5)

penuh dalam berbagai aspek untuk mencapai sukses, maka ketika kenyataannya tidak sesuai dengan harapan, yang terjadi adalah kekecewaan bahkan frustasi. Hal ini lah yang juga terjadi dalam mengelolah suatu bisnis/usaha seperti

franchise(Gibson, 2009:437).

Ada empat permasalahan yang sangat penting diperhatikan oleh franchisor yang berpotensi menjadi wilayah konflik, yaitu :

1. Penyeleksian (Franchisee Recruiting)

Franchisor harus sangat berhati-hati dalam mengevaluasi dan menyaring calon

franchisee-nya, karena itu penting menetapkan kriteria, meneliti dan memastikan mereka memiliki latar belakang keuangan dan pengalaman dalam mengoperasikan bisnis.

Franchisee biasanya diberikan kebebasan untuk memilih lokasi bisnisnya,

namun pihak Alfamartjuga memiliki hak untuk menerima atau menolak lokasi yang diajukan franchisee, akan tetapi sejak awak franchisor harus sudah memberikan kriteria yang jelas mengenai pemilihan lokasi yang diinginkan dengan berbagai faktor pertimbangan seperti targetmarket, ukuran luas, kesesuaian lokasi dengan jenis usaha, kapasitas parkir, biaya pengembangan, kemudahan akses, kompetitor usaha sejenis, demografi, populasi dan lain-lain. 2. Dukungan dan Pengawasan (Supervision and Support)

Franchisee biasanya individu independen yang ingin menjalankan bisnis untuk

(6)

Pengawasan berlebihan oleh pihak Franchisorbiasanya tidak diperlukan dan bahkan dapat mengganggu kemampuan franchisee untuk menjalankan bisnis. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan pengawasan, diantaranya dengan memelihara kontak rutin melalui telepon, SMS, email dan melakukan kunjungan sebagai tanda bahwa franchisorselalu menunjukkan kesediaan untuk membantu menyelesaikan masalah franchisee dan berkomitmen membantu mencapai tujuan franchisee. Kurangnya dukungan bisa menyebabkan ketidakpuasan dan berakhir konflik.Franchisee juga menginginkan support dalam bentuk pengembangan produk baru, sehingga

franchisormemang harus sudah siap dengan Research & Development (R &

D).

3. Kontrol Kualitas (Quality Control)

Quality Control(kontrol kualitas) bertujuan menjaga danmengarahkan agar

kualitas produk perusahaan dapat dipertahankan sesuaidengan rencana.Pemberi

franchise dan setiap orang yang memperoleh hak tersebut berhak untuk

melakukan pengawasan atas gerai termasuk memeriksa keadaan dan kondisi daripada gerai dan produk yang dijual, melakukan perhitungan persediaan dan uang tunai (stock cash opname).

4. Praktek Akuntansi dan Prosedur (Accounting practices and Procedures)

Franchisee wajib membuat catatan atau laporan harian, bulanan atau tahunan

(7)

franchisee.Biaya administrasi wajib dibayar oleh franchisee kepada franchisor selama periode franchise/perpanjangan periode pada setiap bulannya.

Salah satu perusahaan francishe perdagangan eceran nasional yang berkembang di Indonesia dan juga menjadi objek penelitian ini adalah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk dengan merk dagangAlfamart.Didirikan pada tahun 1989 oleh Djoko Susanto dan keluarga, mengawali usahanya di bidang perdagangan dan distribusi, kemudian pada 1999 mulai memasuki sektor minimarket. Ekspansi secara ekponensial dimulai Perseroan pada tahun 2002 dengan mengakusisi 141 gerai Alfaminimart dan membawa nama baru Alfamart. Saat ini Alfamart merupakan salah satu yang terdepan dalam usaha ritel, dengan melayani lebih dari 2,1 juta pelanggan setiap harinya di hampir 6.000 gerai yang tersebar di Indonesia. Alfamart menyediakan barang-barang kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau, tempat belanja yang nyaman,serta lokasi yang mudah dijangkau. Didukung lebih dari 60.000 karyawan menjadikan Alfamart sebagai salah satu pembuka lapangan kerja terbesar di Indonesia

Berdasarkan uraian tersebut diatas peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh konflik terhadap hubungan kerjasama franchise di gerai Alfmart Kota Medan.”.

1.2 Perumusan Masalah

(8)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisispengaruh konflik terhadap hubungan kerja samafranchisedi gerai Alfamart di Kota Medan. 1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi Alfamart

Sebagai bahan masukan terhadap pemilik usaha terutama dalam menyukseskan bisnis franchise yang digelutinya.

2. Bagi peneliti

Sebagai suatu sumber pengetahuan untuk peneliti dalam memperluas wawasan mengenai pengaruh konflik terhadap hubungan kerjasama franchise.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Referensi

Dokumen terkait

7. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi/ Komisi Independen Pemilihan Aceh

Pengaruh Model Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Motivasi Belajar ... Pengaruh Model Kooperatif Tipe Hasil Make

PEMBERIAN BIOCHAR DARI BEBERAPA BAHAN BAKU UNTUK MENGURANGI PENCEMARAN LOGAM BERAT CdDI

Token yang telah didapat akan di simpan ke penyimpanan browser agar mudah diakses, Gambar 5 merupakan Source Code untuk menyimpan ke Local Stored sebagai penyimpanan

Pelanggan Perlindungan Konsumen Jaminan Halal Pasar Domestik Ekspor Kelembagaan Berkeadilan Pemberdayaan Lingkungan Berkelanjutan Terbarukan Inovasi Mutu Produk Nilai Tambah

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subyek penelitian siswa kelas 9E SMPN 1 Teras. Setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan

Dalam analisis router dan mencari perbandingan kinerja jaringan router bisa menggunakan aplikasi yang lebih baik dan tools yang lengkap, dalam menggunakan aplikasi

 Ketergantungan anggota Peer Group terhadap pengambilan keputusan..  Starting the